sop bid humas polda ntb

KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT
STANDARD OPERATINGPROCEDURE (SOP)
TENTANG
PENERANGAN UMUM BID HUMAS POLDA NTB

I.

PENDAHULUAN
1).

Umum
Dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28F menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi, mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Polri merupakan
instrument Strategis yang diperlukan untuk membangun komonikasi yang
sejajar dengan masyarakat,sekaligus konstruktif terkait dengan terbangunnya
image positif bagi eksistensi Polri, sehingga memungkinkan terwujudnya
kesepahaman pengertian serta dapat menumbuhkan kepercayaan melalui

terbangunnya reputasi Polri yang baik dimata masyarakat.
Kepolisian Daerah Nusa Tenggrara Barat salah satu lembaga pemerintah
yang akan melaksanakan ketentuan undang – undang tersebut, telah siap
dalam memberikan pelayanan informasi publik. Sejalan dengan hal komonikasi
dengan masyarakat pembentukan opini publik, upaya penciptaan rasa saling
pengertian antara Polri dengan masyarakat, Polri harus dikelola secara serius
yang tentunya akan sangat erat hubungannya dengan eksestensi pengemban
fungsi dengan penerangan umum ( kehumasan )
Bid Humas merupakan penjuru pencitraan bagi organisasi Polri, tingkat
Polda salah satu tugasnya melaksanakan Pemberitaan informasi melalui surat
permohonan, faximile, telepon dan media online yang dilakukan dengan cara
penyampaian data dan dokumentasi informasi tertulis, serta penyampaian
informasi verbal disampaikan melalui wartawan atau jurnalis.
Guna memudahkan dan menyamakan tindakan dalam pengumpulan dan
pengolahan informasi, maka dipandang perlu membuat Standard
OperatingProcedure (SOP) tentang penerangan umum sehingga diharapkan
Polri dapat memberikan informasi kepada publik secara transparan dan
akuntabel.

Standard OperatingProcedure/SOP


1

2)

Dasar
a. Undang - Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik
Indonesia.
b. Undang - Undang RI No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
c. Undang - Undang RI No. 24 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik.
d. Grand Strategi Polri 2005-2025.
e. Renstra Polri kedua 2010-2014.
f. Reformasi Birokrasi Polri.

3)

Maksud dan Tujuan
a. Maksud

Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) ini sebagai pedoman
pelaksanaan tugas bagi petugas Penerangan Umum Bid Humas Polda
Nusa tenggara Barat maupun Satker kewilayahan dalam melaksanakan
pengumpulan dan pengelolaan informasi, guna mendapatkan persamaan
persepsi, kesatuan dan untuk keseragaman dalam pelaksaan tugas- tugas
Penerangan Umum
b. Tujuan
Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) ini untuk memudahkan
bagi setiap petugas Penerangan Umum baik pada Bid Humas Polda Nusa
Tengga Barat maupun satker kewilayahan dalam melaksanakan tugas
pengumpulan dan pengelolaan informasi.

4)

Ruang Lingkup.
Adapun ruang lingkup dari pada Standard Operating Procedure (SOP) ini
dibatasi pada pelaksanaan tugas Penerangan Umum dalam pengumpulan dan
pengelolaan informasi pada Bid Humas Polda Nusa tenggara Barat dan
kewilayahan.


5)

Pengertian-pengertian
a. Press release atau Siaran pers adalah pernyataan atau informasi yang
diberikan kepada media massa disampaikan dalam bentuk tertulis.
b. Konferensi Pers ialah suatu kegiatan Humas Polri untuk penyampaian
pernyataan atau informasi yang terkait dengan permasalahan actual dengan
menghadirkan media massa untuk dipublikasikan ke masyarakat luas.
c. Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk
memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta
yang merugikan atas nama baiknya dan adapun materi penyusunan hak
jawab antara lain:

Standard OperatingProcedure/SOP

2

1.
2.


3.
4.
5.

Memuat rujukan yang menjadi landasan tanggapan/ sanggahan
pemberitaan yang muncul.
Di dahului dengan ucapan terima kasih atas kerja sama yang telah
dilakukan dalam rangka penyampaian informasi khususnya tentang
keberadaan dan kenerja Polri kepada public.
Mengklarifikasi berita yang tidak benar baik judul maupun isi dengan
menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
Meminta media massa memuat berita bantahan dan menurunkannya
pada edisi berikutnya.
Mencatumkan nama dan nomor telepon pejabat Humas untuk
konfirmasi.

d. Hak Koreksi adalah hak seseorang untuk mengkoreksi atau memetulkan
kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers baik tentang dirinya maupun
tentang orang lain, dan adapun materi penyusunan hak koreksi antara lain :
1. Memuat rujukan yang menjadi landasan tanggapan/ sanggahan

pemberitaan yang muncul
2. Di dahului dengan ucapan terima kasih atas kerja sama yang telah
dilakukan dalam rangka penyampaian informasi khususnya tentang
keberadaan dan kenerja Polri kepada publik
3. Mengklarifikasi berita yang tidak benar baik judul maupun isi dengan
menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
4. Meminta media massa memuat berita bantahan dan menurunkannya
pada edisi berikutnya
5. Mencatumkan nama dan nomor telepon pejabat Humas untuk konfirmasi
e. Analisa berita ialah kajian dan evaluasi terhadap pemberitaan media massa
yang menonjol, menjadi perhatian public dan pemberitaan berlangsung
secara terus menerus, dan adapun penyusunan analisa berita antara lain :
1. Memuat pendahuluan yang berisi latar belakang dan perkembangan
yang muncul dari pemberitaan menonjol.
2. Memuat fakta pemberitaan menonjol yang di kutip dari berbagai media
massa.
3. Memuat analisa yang berisi kajian dan evaluasi pemberitaan menonjol
dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan
4. Memuat rekomendasi yang berisi saran tindak lanjut terhadap
pemberitaan menonjol.

f. Penyelesaian sengketa Pers ialah penyelesaian sengketa antara media
massa dan masyarakat /organisasi terkait dengan pemberitaan media yang
dilakukan melalui penyampaian hak jawab maupun mediasi atas pengaduan
ke Dewan Pers. Dan adapun Tahapan penyelesaian sengketa antara lain:

Standard OperatingProcedure/SOP

3

1. Mengirimkan hak jawab dengan cara Memonitor pemuatan hak jawab di
media dan apabila dimuat maka sengketa di anggap selesai serta
apabila tidak dimuat maka sengketa diteruskan ke Dewan Pers, melalui
pengaduan.
2. Mengirimkan pengaduan dengan cara memonitor perkembangan surat
pengaduan dan menghadiri upaya mediasi
g. Media komonikasi eksternal ialah media yang sebagai alat/sarana
komonikasi antara Kepolisian dengan masyarakat dan tahapan penerbitan
media komonikasi secara eksternal antara lain :
a. Melakukan Nota kesepahaman antara kepolisian dan media
b. Secara rutin memuat tulisan atau makalah pada media

c. Secara rutin memuat kinerja kesatuan.
II.

TATA CARA URUSAN PENERANGAN UMUM
a. Cara melaksanakan penerangan umum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menyusun Press release ( siaran pers ).
Konferensi Pers.
Menyusun hak jawab
Menyusun hak koreksi
Menganalisa berita

Menyelesaikan sengketa Pers ( mekanisme dewan Pers )
Penerbitan media komonikasi eksternal
Jumpa pers
Jumpa publik

b. Mekanisme Penyampaian informasi
1. Pemberitaan informasi melalui surat permohonan faximile telepon dan
online dilakukan cara sebagai berikut :
a. Penyampaian data dan dokumentasi informasi tertulis yang telah dibuat
sesuai format kepada pemohon informasi.
b. Catat dan berikan tanda terima yang berisi identitas dan alasan
permintaan informasi.
c. Dokumentasi dan Informasi digital disiapkan dan diveripikasikan oleh
operator yang ditunjuk didistribusikan dengan cara meng-upload data
dan dokumen informasi ke fasilitas online
d. Informasi yang diatur dalam peraturan Perundang – undangan.
2. Penyampaian Informasi verbal disampaiakan melalui wartawan/ jurnalis
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Penyampaian data dan dokumen informasi secara verbal didukung
press release dalam penyampaiannya di rekam untuk dilaksanakan

back up guna antisipasi rekayasa berita.
b. Dalam situasi door stof / di cegat wartawan sedapat mungkin dihindari,
kalau terpaksa agar disampaikan informasi substantive yang benarbenar akurat dan singkat serta di upayakan direkam.
Standard OperatingProcedure/SOP

4

3. Informasi yang Dikecualikan.
Informasi yang dikecualikan dirumuskan setelah dilakukan uji konsekuensi
(apabila di buka untuk umum akan menimbulkan kerugian yang lebih
besar ), berupa :
a. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon informasi
publik dapat menghambat proses penegakan hukum.
b. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi publik dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas
kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak
sehat.
c. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi Publik dapat membahayakan keamanan Negara.
d. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon

informasi Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia.
e. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional.
f. Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi Publik, dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri.
g. Informasi publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi akta
otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
seseorang.
h. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada pemohon
informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi.
i. Memorandum atau surat – surat antara Polri atau intra Polri yang
menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan komisi informasi
atau pengadilan.
j. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang – Undang.
c. Cara Pengumpulan dan pengolahan Informasi
1. Pengumpulan dan pengolahan secara manual dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Pengumpulan
1) Mencatat informasi dan data yang diterima dari Satker kewilayahan
kedalam buku register.
2) Mengelompokan informasi dan data yang diterima dari Satker
kewilayahan kedalam file dokumen dan buku register informasi.
b. Pengelolaan
1) Menganalisa dan memverifikasi informasi dan data yang diterima dari
Satker kewilayahan kedalam file dokumen dan buku register
informasi.
2) Mengelompokan informasi dan data sesuai dengan jenis informasi
yang diterima dari Satker kewilayahan kedalam file dokumen dan
buku register informasi.
Standard OperatingProcedure/SOP

5

2. Pengumpulan dan pengolahan dengan menggunakan Jaringan IT
a) Memasukan dan menyimpan informasi dan data yang diterima dari
Satker Mabes Polri dan Satker kewilayahan kedalam file dokumen
dan database komputer.
b) Menganalisa dan memverifikasi informasi dan data yang diterima
dari Satker Mabes Polri dan Satker kewilayahan kedalam file
dokumen dan database komputer.
c) Mengelompokan informasi dan data sesuai dengan jenis informasi
yang diterima dari Satker Mabes Polri dan Satker kewilayahan
kedalam file dokumen dan database komputer.
d. File Informasi (Gudang Penyimpanan/Database)
Melaksanakan penyimpanan informasi dan data melalui file dokumen
manual dan IT dilakukan berdasarkan :
a.
b.
c.
d.

Informasi secara Berkala.
Informasi secara Serta Merta.
Informasi setiap saat.
Informasi yang dikecualikan.

Untuk memudahkan penyimpanan (filling) informasi dapat dilakukan
berdasarkan waktu maupun kewilayahan
e. Pemutahiran Data dan Informasi
1. Pemutahiran data dan informasi dilakukan pada setiap hari kerja, kecuali
dibutuhkan secara mendesak.
2. Data yang diterima dari Satker kewilayahan kemudian dilakukan evaluasi
dan verifikasi.
3. Hasil evaluasi dan verifikasi dilaporkan dalam bentuk tertulis sesuai format
yang ditentukan.
f.

Penghapusan (Disposal) data dan Informasi.
1. Penghapusan data dan informasi dilakukan setelah data dan informasi tidak
valid, tidak up date (mutakhir) dan dalam batas waktu tertentu.
2. Penghapusan data dan informasi dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi melalui lisan atau tertulis.

III.

KETENTUAN TAMBAHAN
1. Analisa dan verifikasi terhadap data dan informasi dilakukan dengan cara
pengecekan kepada sumber informasi.
2. Aturan pengumpulan/pengolahan data dan informasi mengacu kepada Perkap.

Standard OperatingProcedure/SOP

6

3. Ketentuan waktu pengumpulan/pengolahan data dan informasi dilakukan pada jam
kerja dilaksanakan pukul 08.00 s/d selesai, pada hari libur disesuaikan dengan
kondisi dan perkembangan situasi.
4. Ketentuan terhadap kelalaian dalam pengumpulan data dan informasi diberlakukan
Peraturan Kapolri tentang disiplin anggota Polri.
5. Rapat koordinasi dan evaluasi dilaksanakan secara rutin setiap bulan oleh PPID
Satker Mabes Polri dan Satker kewilayahan.

IV.

PENUTUP
Demikian Standard Operating Procedure (SOP) tentang penerangan umum dibuat
untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi petugas Penum dalam pelaksanaan
tugasnya dibidang penerangan umum.

Mataram,
Maret 2016
An. KEPALA KEPOLISIAN DAERAH NTB
KABID HUMAS

Dra. TRI BUDI PANGSTUTI, M.M
AKBP NRP 65080853

Standard OperatingProcedure/SOP

7

KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT

STANDARD OPERATINGPROCEDURE (SOP)
TENTANG
KEMITRAAN BID HUMAS POLDA NTB

I.

PENDAHULUAN
1)

Umum
Dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28F menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi, mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Polri merupakan
instrument Strategis yang diperlukan untuk membangun komonikasi yang
sejajar dengan masyarakat,sekaligus konstruktif terkait dengan terbangunnya
image positif bagi eksistensi Polri, sehingga peran hubungan komonikasi antara
masyarakat dengan organisasi polri maupun instansi lainnya adalah merupakan
organisasinya sebagai mediator komunitas, sebagai distributor informasi dari
organisasi kepada public serta menampung untuk menindak lanjuti dari
masyarakat kepada organisasi.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga
pemerintah yang akan melaksanakan ketentuan undang – undang tersebut,
telah siap dalam memberikan pelayanan informasi publik. Sejalan dengan hal
komonikasi dengan masyarakat pembentukan opini publik, upaya penciptaan
rasa saling pengertian antara Polri dengan masyarakat, Polri harus dikelola
secara serius yang tentunya akan sangat erat hubungannya dengan eksestensi
pengemban fungsi dengan penerangan umum ( kehumasan )
Divisi Humas Polri merupakan penjuru pencitraan bagi organisasi Polri,
salah satu tugasnya melaksanakan Pemberitaan informasi melalui surat
permohonan, faximile, telepon dan media online yang dilakukan dengan cara
penyampaian data dan dokumentasi informasi tertulis, serta penyampaian
informasi verbal disampaikan melalui wartawan atau jurnalis.
Guna memudahkan dan menyamakan tindakan dalam pengumpulan dan
pengolahan informasi, maka dipandang perlu membuat Standard
OperatingProcedure (SOP) tentang Kemitraan sehingga diharapkan Polri dapat
memberikan informasi kepada publik secara transparan dan akuntabel.

Standard OperatingProcedure/SOP

8

2)

Dasar
g. Undang - Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik
Indonesia.
h. Undang - Undang RI No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
i. Undang - Undang RI No. 24 Tahun 2009 tentang pelayanan Publik.
j. Grand Strategi Polri 2005-2025.
k. Renstra Polri kedua 2010-2014.
l. Reformasi Birokrasi Polri.

3)

Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) ini sebagai pedoman
pelaksanaan tugas bagi petugas Kemitraan Satker Mabes Polri maupun
Satker kewilayahan dalam melaksanakan dalam merencanakan kerja sama
dan kemitraan dengan media massa berikut komponennya, merencanakan
kegiatan Talk show ke redaktur / media dan menyiapkan materi kegiatan
kemitraan yang bersipat instruktif,edukatif kepada anggota Polri dan
keluarganya atau menentukan jenis kegiatan kemitraan sesuai dengan
kondisi dan sasaran yang ingin di capai, guna mendapatkan persamaan
persepsi, kesatuan dan untuk keseragaman dalam pelaksaan tugas- tugas
Kemitraan
b. Tujuan
Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) ini untuk memudahkan
bagi setiap petugas kemitraan baik Satker Mabes Polri maupun satker
kewilayahan dalam melaksanakan tugas kemitraan antara polri dan
lembaga masayarakat.

4)

Ruang Lingkup.
Adapun ruang lingkup dari pada Standard Operating Procedure (SOP) ini
dibatasi pada pelaksanaan tugas Kemitraan antara Polri dan lembaga
masyarakat pada Satker kewilayahan maupun jajarannya.

5)

Pengertian-pengertian
a. Urusan koordinasi kehumasan adalah salah satu bentuk pertemuan
kehumasan lembaga pemerintah yang melaksanakan kegiatan koordinasi
secara rutin untuk saling menyampaikan pesan maupun informasi.

b. Kerja sama dengan dewan Pers adalah kegiatan yang dilakukan
berdasarkan ikatan atau perjanjian serta kesepahaman antara Polri dan
dewan Pers dalam setiap penanganan persoalan maupun permasalahan
atas pemberitaan media massa.
Standard OperatingProcedure/SOP

9

c. Kerja sama dengan komisi informasi pusat maupun daerah adalah kegiatan
yang dilakukan berdasarkan ikatan atau perjanjian serta kesepahaman
antara Polri dan komisi informasi terhadap penanganan ataupun persoalan
informasi ataupun permasalahan informasi ( penyelesaian
sengketa
informasi ).
d. Kerja sama dengan instansi pemerintah adalah kegiatan yang dilakukan
berdasarkan ikatan atau perjanjian serta kesepahaman antara Polri dengan
instansi pemerintah dalam setiap bentuk kegiatan yang saling memberikan
ke untungan dan dalam meningkatkan image Polri kearah yang lebih baik
e. Kerja sama dengan tokoh ( masyarakat, agama,pemuda, intelektual dan
lain-lain ) adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan ikatan atau
perjanjian serta kesepahaman antara Polri dengan tokoh dalam setiap
bentuk kegiatan yang saling memberikan ke untungan dan dalam
meningkatkan image Polri kea rah yang lebih baik.
f. Kerja sama dengan swuasta / lembaga kemasyarakatn adalah kegiatan
yang dilakukan berdasarkan ikatan atau perjanjian serta kesepahaman
antara Polri dengan swuasta/lembaga kemasyarakatan dalam setiap bentuk
kegiatan yang saling memberikan ke untungan dan dalam meningkatkan
image Polri kearah yang lebih baik.

II.

TATA CARA URUSAN KEMITRAAN
a.

Cara pelaksanakaan Kemitraan
1. Merencanakan kerja sama dan kemitraan dengan media massa beserta
komponennya.
2. Merencanakan kegiatan Talk show ke redaktur / media.
3. Menyiapkan kegiatan kemitraan yang bersipat instruktif, edukatif, kepada
anggota Polri dan keluarganya.
4. Menentukan jenis kegiatan kemitraan sesuai dengan kondisi dan sasaran
yang ingin di capai.

b.

Mekanisme Pelaksanaan kemitraan
1. Membangun kemitraan dan kerja sama dengan lembaga departemen dan
non departemen merupakan salah satu bentuk kegiatan koordinasi rutin
dalam rangka tukar informasi.
2. Kemitraan dengan dewan Pers dalam bentuk perjanjian Nota kesepahaman
( MOU ).

3. Kemitraan dengan KIP/D ( komisi informasi Pusat / Daerah ) dalam rangka
penyelesaian sengketa informasi.
4. Kemitraan dengan Tokoh agama, Tokoh masyarakat, Tokoh pemuda, dan
Intelektual dalam rangka meningkatkan image Organisasi yang lebih baik.
5. Kemitraan denga swuasta dan LSM dalam rangka saling menguntungkan
kedua belah pihak.
Standard OperatingProcedure/SOP

10

c.

Cara pelaksanaan dan Penyampian Informasi Kemitraan
1.

2.
3.

4.

5.
6.

d.

Data dan dokumen informasi tertulis atas permohonan dapat disampaikan
secara langsung kepada pemohon bila data dan dokumen informasi
tersedia.
Data dan dokumen informasi disampaikan sesuai waktu yang disediakan
Melakukan Press Release terhadap kemitraan dengan kantor media
maupun wartawan lainnya yang disediakan dalam bentuk digital pada
media online Polri.
Data dan dokumentasi informasi secara ferbal yaitu sebagai berikut :
a. Melaksnakan jumpa pers.
b. Talk show.
c. Media Visit.
d. Wawancara dengan wartawan atau dengan cara koordinasi dengan
lembaga pemerintah yang berhubungan dengan kemitraan aktif.
e. Melalui media cetak atau elektronik.
f. Wawancara events ( open house, Coffe Morning ).
Petugas melayani permintaan wawancara atau sebagai nara sumber dan
pemuatan artikel / surt pembaca.
Kabid Humas Polda Nusa tenggara Barat yang menjadi Nara sumber atau
di wawancarai oleh seijin Kapolda melalui Kabid Humas Polda Nusa
Tenggara barat.

Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Kemitraan
Melaksanakan pelayanan data dan dokumen informasi kemitraan antara lain
dilakukan berdasarkan :
1.
2.
3.

e.

Pemutahiran Data dan kemitraan
1.
2.
3.

III.

Pemberian data dan informasi secara langsung terhadap pengguna
informasi
Pemberian data dan informasi melalui jaringan tekhnologi terhadap
pengguna sarana komunikasi
Pemberian data dan informasi secara manual

Pemutahiran data dan kemitraan dilakukan secara berkala maupun secara
berjenjang.
Data yang diterima dari Satker kewilayahan kemudian dilakukan evaluasi
dan verifikasi.
Hasil evaluasi dan verifikasi dilaporkan dalam bentuk tertulis sesuai format
yang ditentukan.

KETENTUAN TAMBAHAN
1.
2.

Analisa dan verifikasi terhadap data dan informasi dilakukan dengan cara
pengecekan kepada sumber informasi.
Aturan pengumpulan/pengolahan data dan informasi mengacu kepada Perkap.

Standard OperatingProcedure/SOP

11

3.

4.
5.

IV.

Ketentuan waktu pengumpulan/pengolahan data dan informasi dilakukan pada
jam kerja dilaksanakan pukul 08.00 s/d selesai, pada hari libur disesuaikan
dengan kondisi dan perkembangan situasi.
Ketentuan terhadap kelalaian dalam pengumpulan data dan informasi
diberlakukan Peraturan Kapolri tentang disiplin anggota Polri.
Rapat koordinasi dan evaluasi dilaksanakan secara rutin setiap bulan oleh
Polda Nusa tenggara Barat.

PENUTUP
Demikian Standard Operating Procedure (SOP) tentang kemitraan dibuat untuk dapat
digunakan sebagai pedoman bagi kemitraan dalam pelaksanaan tugasnya dibidang
kemitraan.

Mataram,
Maret 2016
An. KEPALA KEPOLISIAN DAERAH NTB
KABID HUMAS

Dra. TRI BUDI PANGSTUTI, M.M
AKBP NRP 65080853

Standard OperatingProcedure/SOP

12