Pola Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Bruner pada Tahapan Simbolik terkait Materi Bangun Ruang Kelas V-A MI Miftahul Huda Tawarejo Wonodadi Blitar - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. 1
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang
pelik, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas Negara yang
amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun dan berusaha memperbaiki
keadaan masyarakat dan dunia, tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan
kunci, dan tanpa kunci itu mereka akan gagal. 2Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang.3Pendidikan memegang peranan penting dalam
kehidupan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi
penerus bangsa yang berkualitas. Oleh sebab itu pendidikan senantiasa perlu
ditingkatkan dari generasi ke generasi.
Pembelajaran matematika selama ini bukanlah termasuk bidang studi yang
mudah bagi kebanyakan siswa. Mereka merasa takut dan was–was bila pelajaran
matematika tiba. Soal–soal yang sulit serta pengertian–pengertian yang memusingkan
kepala mereka anggap sudah menjadi bagian dari matematika.


Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika , IKIP
Malang,1990,hal 1
2
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, 2005, hal 1
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, 2009, hal 2
1

2

Begitu pentingnya belajar matematika untuk menumbuhkan kecintaan dan
kegemaran, perlu dilakukan secara bertahap mulai dari menanamkan penalaran,
mengkomunikasikan ide atau gagasan, mengaitkan objek yang berhubungan hingga
memecahkan masalah.4
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh siswa.
Sebab, sesuai dengan gambaran diatas matematika tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Matematika selalu mengalami perkembangan yang
berbanding lurus dengan perkembangan sains dan teknologi. Namun demikian, hal ini
tidak disadari oleh sebagian kecil siswa, sehingga pembelajaran matematika hanya
sekedar mendengarkan penjelasan guru, menghapalkan rumus, lalu memperbanyak

latihan soal dengan menggunakan rumus yang sudah dihapalkan, tidak pernah ada
usaha untuk memahami dan mencari makna sebenarnya tentang tujuan pembelajaran
matematika itu sendiri.
Pada umumnya pembelajaran matematika yang biasa kita laksanakan mempunyai
tahapan sebagai berikut: (1) mempersiapkan dan memotivasi siswa untuk belajar;
mengingatkan

pengetahuan

prasarat

yang

diperlukan;

(2)

menyampaikan

(menjelaskan) materi yang diajarkan; (3) memberi contoh soal dan (4) memberi soal

latihan.5 Seolah-olah sebuah pembelajaran telah berubah bentuk menjadi doktrin bagi
para peserta didiknya, yang cuma menangkap secara mentah-mentah pengetahuan
dari sang pendidik tanpa memperhatikan seberapa besar tingkat pemahaman konsep
materi yang diberikan.
Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas, Teras, Oktober, 2010, hal 2
Akbar Sutawidjaja, Pembelajaran Matematika Kontruktivis, Makalah disajikan
dalam Worksop Pembelajaran Matematika Kontemporer STAIN Tulungagung,
Tulungagung, 12-14 Juli 2007
4
5

3

Dalam tujuan pelajaran matematika sekolah diatas dapat kita ketahui bahwa
pemahaman

konsep

matematika,


melakukan

manipulasi

matematika,

dan

mengomunikasikan gagasan dengan simbol matematika sangat diutamakan. Karena
lewat kemampuan tersebut dapat menigkatkan daya berpikir siswa sehingga siswa
lebih mudah mengingat materi dan kemudian lebih memahaminya.
Secara detail dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun
2006, dijelaskan bahwa tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.

4

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.6
Banyak faktor penyebab adanya ketidakselarasan antara keadaan ideal dengan
kondisi dilapangan yang ada, anatara lain : minimnya pengetahuan guru terhadap
berbagai metode–metode pembelajaran yang bisa diterapkan dikelas terhadap materi
yang sedang diajarkan, minat belajar yang rendah dari para siswa serta monotonnya
kegiatan belajar mengajar, yang mana sering didominasi oleh gurunya sebagai
penceramah sehingga siswa hanya berperan sebagai pendengar yang pasif.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa kemampuan dan keadaan siswa masih
jauh dari keadaan ideal yang kita harapkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu serta kualitas pendidikan

nasional mulai dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum, penggunaan metode
belajar yang relevan serta berbagai upaya–upaya lain yang sangat beragam dilakukan
oleh guru guna mencapai target pendidikan yang harus dicapai oleh siswa.
Metode dan strategi pembelajaran yang diterapkan guru dikelas sangat
mempengaruhi prestasi akademik siswa khususnya untuk siswa tingkat dasar. Guru
harus pandai-pandai menggali potensi dasar yang dimiliki oleh anak didiknya dengan
berbagai upaya yang salah satunya dengan menggunakan pendekatan teoberi belajar

6

Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih
Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007),hal. 52-53

5

Bruner, karena bermanfaat bagi siswa untuk merefleksi pengalaman belajar yang
telah didapatnya dan dijadikan sebagai patokan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Dalam teorinya yang diberi judul teori perkembangan belajar, Jerome SB Bruner
menekankan proses belajar menggunakan model yaitu individu yang belajar
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya agar proses tersebut yang direkam dalam

pikirannya dengan caranya sendiri.7 Didalam belajar, Bruner hampir selalu memulai
dengan memusatkan manipulasi material. Peserta didik harus menemukan keteraturan
dengan cara pertama–tama memanipulasi material yang berhubungan dengan
keteraturan intuitif yang sudah dimiliki peserta didik itu. Ini berarti peserta didik
dalam belajar, haruslah terlihat aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan keaktifan
fisiknya. 8Bruner membagi proses belajar dalam tiga tahapan, yaitu : tahap kegiatan
(enactive), tahap gambar bayangan (iconic), tahap simbolik (symbolic).9
Berkaitan dengan masalah tersebut diatas guru berusaha memperbaiki prestasi
belajar yang salah satunya dengan pembelajaran berdasarkan teori Bruner. Dalam
teknik ini guru memberikan benda bangun ruang yang berhubungan dengan
kehidupan siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
materi yang akan dibahas tetapi guru membiarkan mereka mengkonstruksikan apa
yang mereka ketahui dari objek yang telah ditentukan atau disediakan. Siswa
konsentrasi pada benda yang ada didepan mereka dan dengan bekal yang dimiliki
mereka menuangkan apa yang mereka lihat kedalam sebuah pengertian.
7

Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas…………,hal 21
Herman Hudojo, Srategi Mengajar Belajar Matematika, IKIP Malang, 1990, hal 48
9

Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas ………, hal 21
8

6

Tujuan tehnik ini adalah guru mengetahui pola berpikir siswa terhadap materi
yang sedang dipelajari. Pola berpikr siswa yang bermacam–macam itulah yang akan
dihubungkan dengan teori yang ada. Guru meneliti dan mengamati cara atau pola
berpikir anak secara langsung (ketika siswa berpikir dan mengamati) ataupun tidak
secara tidak langsung (hasil dari pengamatan siswa yang berupa diskripsian).
Penelitian yang dilakukan ini adalah dimana terdapat kemampuan siswa yang
sangat heterogen dan menarik dalam menyerap materi yang diajarkan oleh gurunya.
Terdapat beberapa siswa yang memiliki kemampuan diatas rata–rata serta terdapat
beberapa siswa yang kemampuannya sedang–sedang saja ataupun ada juga yang
dibawah rata- rata.
Berdasarkan penelitian diatas penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “
Pola Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Bruner pada Tahapan Simbolik Terkait
Materi Bangun Ruang Kelas V-A MI Miftahul Huda Tawangrejo Wonodadi Blitar
Tahun Ajaran 2011/2012.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana pola berpikir siswa berdasarkan Teori Bruner pada tahapan
simbolik terkait materi bangun ruang kelas V-A MI Miftahul Huda
Tawangrejo Wonodadi Blitar Tahun ajaran 2011/2012 ?

7

2. Bagaimana analisis pemahaman siswa berdasarkan teori Bruner pada tahapan
simbolik pada materi bangun ruang kelas V-A MI Miftahul Huda Tawangrejo
Wonodadi Blitar Tahun ajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pola berpikir siswa berdasarkan Teori Bruner
pada tahapan simbolik pada materi bangun ruang kelas V–A MI Miftahul
Huda Tawangrejo Wonodadi Blitar Tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap tahapan belajar Bruner pada
tahapan simbolik terkait materi bangun ruang kelas V-A MI Miftahul Huda
Tawangrejo Wonodadi Blitar Tahun ajaran 2011/2012.

D. Kegunaan Hasil Penelitian
1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan
tentang penggunaan strategi atau model pembelajaran yang berguna dalam
memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi
berbagai pihak, anatara lain :
a. Bagi Guru
1. Memberi motivasi guru

dalam

mengambil

keputusan

yang


berhubungan dengan pola berpikir siswa terhadap objek yang
diberikan, sehingga guru berani mencoba hal–hal baru yang dapat
memberikan perbaikan serta peningkatan dalam prestasi siswa.
2. Memberikan informasi tentang cara atau langkah–langkah menggali
potensi yang dimiliki siswa.
3. Meningkatkan profesionalitas guru.
b. Bagi Siswa

8

1. Dapat mengeluarkan semua potensi yang ada dalam dirinya kedalam
materi yang sedang dipelajari.
2. Memberi semangat baru dalam belajarnya guna mencapai hasil yang
maksimal.
c. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk menentukan kebijakan dalam memperbaiki dan
meningkatkan prestasi siswa.
d. Bagi Peneliti
Sebagai upaya meningkatkan profesional dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran matematika dikelas secara berkelanjutan.
E. Penegasan Istilah
1.Penegasan secara konseptual
a. Pola Berpikir adalah model berpikir siswa–siswa yang merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam menerjemahkan
pengalaman belajarnya untuk mencapai tujuan belajarnya.
b. Pola berpikir berdasarkan teori bruner yang dimaksudkan adalah penerapan
konsep pembelajaran melalui tiga tahapan perkembangan mental, yaitu
enaktif dimana siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya
memahami lingkungan (benda konkrit atau dunia nyata), ikonik dimana
siswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal
(gambaran benda konkrit), dan simbolik dimana siswa mempunyai gagasangagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi

9

dilakukan dengan pertolongan sistem simbol (manipulasi simbol secara
langsung tanpa ada benda konkrit maupun gambarannya).10
c. Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi
dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran
psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan
perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir.11
2.

Penegasan secara Operasional
Teori Bruner dalam penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan penyajian

yaitu, enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada penyajian tahap enaktif, siswa secara
langsung terlibat dalam penggunaan media pembelajaran (bentuk-bentuk bangun
ruang yang terbuat dari kertas karton) untuk mengetahui bentuk-bentuk bangun
tersebut serta mempermudah dalam penentuan rumus bangun ruang tersebut. Pada
penyajian tahap ikonik, siswa mengamati langsung bentuk-bentuk bangun ruang yang
terbuat dari kertas karton tersebut dan menentukan rumus dari bangun tersebut
dengan mudah. Pada penyajian tahap simbolik, siswa menggunakan simbol-simbol
secara langsung, Sehingga alat peraga dan media gambar tidak lagi disediakan dalam
pembelajarannya.

F.

Sistematika Penulisan Penelitian
Penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab yaitu:
10

Sofa, Prinsip-prinsip Belajar, dalam http://massofa.wordpress.com/2009/01/30/prinsipprinsip-belajar/, (diakses tanggal 3 Februari 2012)
11
Nely Machmud, Perbandingan Teori Bruner dan Teori Belajar Gagne, dalam
http://www.manmodelgorontalo.com, (diakses tanggal 2 Februari 2012)

10

BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari : a.) latar belakang masalah, b.) rumusan
masalah, c.) tujuan penelitian, d.) kegunaan hasil penelitian, e.) penegasan
istilah, (f.) sistematika penulisan penelitian.
BAB II Kajian Teori, yang terdiri dari : a.) hakikat matematika, b.) belajar dan
pembelajaran matematika, c.) pengertian pola berpikir siswa, d.) teori bruner,
e.) pola berpikir siswa berdasarkan teori bruner, f.) materi Bangun ruang
BAB III Metode Penelitian, berisi tentang : a). pola / jenis penelitian, b.) lokasi
penelitian, c.) kehadiran peneliti, d.) sumber data, e.) prosedur pengumpulan
data, f.) teknik analisis data, g.) pengecekan keabsahan temuan, h.) tahaptahap penelitian.
BAB IV Paparan Hasil Penelitian, terdiri dari : a.) paparan data, b.) temuan
penelitian, c.) pembahasan.
BAB V Penutup, terdiri dari : a.) kesimpulan, b.) saran.
Bagian akhir, terdiri dari : a.) daftar rujukan, b.) lampiran-lampiran,
c.) surat pernyataan keaslian, d.) daftar riwayat hidup.

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. HAKIKAT MATEMATIKA
Sebenarnya sampai saat ini belum ada definisi yang tunggal tentang matematika.
Hal ini terbukti dengan banyaknya definisi dari para ahli tentang matematika. Seperti
kata Abraha, S. Lunchins dan Edith N. Lunchins yang mengatakan bahwa arti dari
matematika dapat di jawab secara berbeda-beda tergantung bilamana pertanyaan itu
dijawab, dimana dijawab, siapa yang menjawab dan apa sajakah yang dipandang
termasuk alam matematika12.
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. 13 Sehingga
tidak salah bila ada ungkapan bahwa matematika disebut sebagai “King of Science”.14
Dan karena hal itu, matematika mutlak diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK yang terus berkembang dengan
pesatnya. Melihat kenyataan tersebut, matematika perlu dibekalkan kepada setiap
peserta didik mulai dari SD bahkan sejak TK.
Istilah matematika sendiri sebenarnya berasal dari kata Yunani “mathein” atau
“mathenein” yang artinya mempelajari.15 Kata matematikla diduga erat hubungannya

12

Ermana Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jakarta : UPI Press,
2003), hal 25
13
Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Dan Masa Kini, (Bandung : Transito, 1990), hal
4
14
Ibid, hal 15
15
M. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelegence : Cara Cerdas Melatih
Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2007) hal 42

12

dengan kata Sanskerta, medh Tu widy yang artinya kepandaian, ketahuan dan
intelegensial.16
Secara bahasa (lughowi), kata ”Matematika” berasal dari bahasa Yunani yaitu
”Mathema” atau mungkin juga ”Mathematikos” yang artinya hal-hal yang
dipelajari.17
Secara istilah definisi matematika banyak dikemukakan oleh beberapa tokoh
menurut sudut pandangnya masing-masing. Matematika adalah ratunya ilmu
(Mathematics is the queen of the sciense), maksudnya ialah bahwa matematika itu
tidak bergantung pada bidang studi lain, agar dapat dipahami orang dengan tepat kita
harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati bersama, ilmu
deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi
(induktif).
Dalam bukunya Helping Children Learn Mathematics mengatakan bahwa
matematika itu adalah telah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir,
suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.18
Menurut James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang
banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

16

Sri Subarinah, Inovasi Pembelajaran Matematika,Depdiknas 2006, Hal 1
Abdusysyakir, Ketika Kyai Mengajar Matematika (Malang : UIN Malang Press, 2007), hal.5
18
E.T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru PGSD D2,
(Bandung : Tarsito, 1988), hal.260
17

13

Menurut Johnshon dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa
matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefisikan dengan
cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide dari dapa mengenai bunyi.19
Plato berpendapat bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli
pikir. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan
perbedaan antara aritmetika (teori bilangan) dan logistic (tehnik berhitung) yang
diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh positif, karena memaksa yang
belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian, matematika
ditingkatkan menjadi mental aktivitas dan mental abstrak pada objek-objek yang ada
secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna. Plato
dapat disebut sebagai orang yang rasionalis.
Aristoteles mempunyai pendapat yang lain. Ia memandang matematika sebagai
salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
fisik, matematika, dan teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami,
yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi.
Aristoteles dikenal sebagai seorang eksperimentalis.20
Sedangkan orang Arab menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti
ilmu berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung.

19
20

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, hal 16
Andi Hakim Nasution, Landasan Matematika, (Bogor: Bhratara, 1982), hal. 12

14

Sebagian orang Indonesia memberikan plesetan menyebut matematika dengan “matimatian”, karena sulitnya mempelajari matematika.21
Meskipun tidak ada kesepakatan untuk menentukan definisi yang tepat, namun
pada dasarnya terdapat ciri khas matematika. Ciri khusus atau karakteristik yang
dapat merangkum pengertian matematika secara umum adalah : 22
a. Memiliki objek kajian abstrak
b. Bertumpu pada kesepakatan
c.

Berpola pikir deduktif

d. Mempunyai simbol yang kosong dari arti
e.

Memperhatikan semesta pembicaraan

f.

Konsisten dalam sistemnya.23

Masing-masing karakteristik tersebut diuraikan sebagai berikut :
a.

Memiliki Objek Abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut

objek mental. Menurut Abdusysyakir, objek matematika bersifat abstrak karena
matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata yang dapat dipahami maknanya.24.
Sementara itu menurut R. Soedjadi objek dasar matematika tersebut : fakta,
konsep, operasi dan prinsip.25
b.

Bertumpu Pada Kesepakatan
21

Abdusysyakir, Ketika Kyai Mengajar Matematika, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hal. 5.
R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta : Dirjen Dikti, 1999) hal.11
23
Ibid.,Hal.13
24
Abdusysyakir, Ketika Kyai.……, Hal 7
25
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika ……,Hal 13
22

15

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.
Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan prinsip primitif. Aksioma
adalah kesepakatan atau pernyatan pangkal yang sering dinyatakan dan tidak perlu
dibuktikan. Sedangkan konsep primitif adalah pernyataan-pangkal yang tidak perlu
didefinisikan. Keduanya sangat diperlukan dalam pembuktian-pembuktian dalam
matematika.26
c.

Berpola Fikir Deduktif
Dalam matematika sebagai “Ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir

deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang
bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. Disamping
itu ada pendapat lain yang mengatakan bahwa berfikir deduktif adalah proses
pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya
telah ditentukan.27
d.

Memiliki Simbol yang Kosong Dari Arti
Dalam matematika jelas sekali banyak simbol-simbol yang digunakan, baik

berupa huruf atau bukan huruf. Suatu rangkaian simbol-simbol bisa membentuk suatu
model matematika yang dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri
tertentu dan sebagainya.
Misalnya, huruf yang digunakan dalam model persamaan x = y = z, model
tersebut masih kosong dalam arti, terserah kepada yang akan memanfaatkan model
26

Ibid, hal. 16
Jujun S. Surisumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 2003), hal. 195
27

16

itu. Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika
memungkinkan masuknya matematika kedalam berbagai pengetahuan dan memasuki
medan garapan ilmu bahasa (linguistik).
e.

Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Sehubungan dengan simbol yang kosong dari arti tersebut diatas menunjukkan

dengan jelas bahwa dalam matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa suatu
model dipakai. Bila lingkup pembicaraannya bilangan, maka simbol-simbol diartikan
bilangan. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaraan. Benar atau
salahnya ataupun tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat ditentukan
oleh semesta pembicaraannya. Misalnya, semesta pembicaraan bilangan bulat,
terdapat model 2x = 10 , maka penyelesaiannya adalah x = 5. jadi jawaban yang
sesuai dengan semestanya adalah x = 5. Jadi jawaban yang sesuai dengan semestanya
adalah “ada jawabannya” yaitu x = 5.
f.

Konsisten Dalam Sistemnya
Didalam matematika terdapat banyak sistem. Sistem ada yang mempunyai kaitan

satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain.
Misalnya dikenal sistem – sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem alajabar dan
geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi di dalam aljabar
sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terikat satu sama lain.
Demikian juga dalam geometri, terdapat beberapa sistem yang “kecil’ yang berkaitan
satu sama lain.

17

Jadi matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan, karena dalam
matematika terdapat komponen-komponen yaitu bahasa yang dijalankan oleh para
matematikawan, pernyataan yang digunakan oleh para matematikawan serta terdapat
ide-ide dan lambang atau simbol-simbol yang memiliki arti dari makna yang
diberikan kepadanya..
Dan untuk melengkapi pengertian di atas, secara lebih lengkap memberikan
beberapa definisi tentang matematika sebagai berikut :
a.

Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.

b.

Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi

c.

Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.

d.

Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.

e.

Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.

f.

Matematika adalah pengetahuan tentang unsur-unsur yang ketat.28

28

Soedjadi R, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia, Konstantasi Keadaan Masa Kini
Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta : Dirjen Diknas, 2000), hal 11

18

B. BELAJAR dan PEMBELAJARAN MATEMATIKA
1.

Belajar Matematika
Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang

bayi menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol
dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Ketika menginjak masa anak-anak dan
remaja, sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai
kompetensi. Pada saat dewasa, individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas
kerja tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai
mobil, berwiraswasta, dan menjalin kerja sama dengan orang lain.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar merupakan aktivitas
yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar.
Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar di tingkat sekolah dasar, sekolah
tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang sedang
mengikuti kursus, pelatihan, dan kegiatan pendidikan lainnya. Tapi lebih dari itu,
pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah
saja.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Seorang ibu yang mengikuti seminar tentang pengaturan uang keluarga akan
mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana mengelola uang keluarga yang
kemudian memengaruhi caranya mengelola uang keluarga. Sebelum seseorang bias

19

mengendarai sepeda, ia belajar lebih dahulu bagaimana caranya mengendarai sepeda.
Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa belajar bukan hanya aktivitas yang dilakukan
oleh pelajar saja, melainkan juga ibu rumah tangga dan yang lainnya.
Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik
perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan
tersebut, tentunya si pelaku juga akan membantu dalam memecahkan permasalahan
hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Belajar juga merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang
disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan
dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan
berlaku dalam waktu relatif lama. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam
waktu relatif lama itu disertai usaha orang tersebut, sehingga orang itu dari tidak
mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.Tanpa usaha,
walaupun terjadi perubahan tingkah laku, bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha
untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedang
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Misalnya, setelah
belajar matematika seorang siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan matematikanya di mana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya.
Pemaparan diatas mendapat dukungan dari para tokoh pendidikan. Seperti
Hilgard dan Bower yang mengartikan belajar (to learn): 1) to gain knowledge,

20

comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or
memory memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find
out. 29
Banyak pengertian belajar telah dikemukakan oleh para ahli, salah satu
diantaranya ialah menurut Gagne (1985), bahwa belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman (lihat Ratna Wilis
Dahar, 1989, hal 11). Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri
utama) belajar, yaitu : proses, perubahan prilaku, dan pengalaman.
a. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang
bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktifitas
pikiran dan perasaan siswa, yang dapat diamati guru adalah manifestasinya yaitu
kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa
tersebut.

b. Perubahan Prilaku

29

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), hal. 13

21

Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang
belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga ranah
(kawasan), yaitu : pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif).
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi didalam interaksi antara
individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Contoh
lingkungan fisik ialah : buku, alat peraga, dan alat sekitar. Contoh lingkungan sosial,
antara lain guru, siswa, pustakawan, dan kepala sekolah.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak
langsung. Belajar melalui pengalaman langsung siswa belajar dengan melakukan
sendiri atau dengan mengalaminya sendiri. Akan tetapi bila siswa mengetahuinya
karena membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru, maka belajar seperti itu
disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung.30
Menurut definisi lama, yang dimaksud dengan belajar adalah menambah dan
mengumpulkan pengetahuan. Yang diutamakan dalam definisi ini adalah penguasaan
pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menjadi cerdasatau membentuk intelektual,
sedangkan sikap dan keterampilan diabaikan

30

Sri Anitah, Strategi Pembelajaran di SD, Universitas Terbuka, 2007, hal 1.3 – 1.7

22

Pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap belajara adalah proses
perubahan tingkah laku (a change in behaviour).Ernes R Hilgard (1948) mengatakan
bahwa learning is the process by which an activity originates or is changed through
trainingprocedures ( whether in the laboratory or in the natural onvironment) as
distinguished from changesby factors not atrisutable to training. Jadi belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan
perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang
menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. 31
2.

Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar

program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses
belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses
pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa
perilaku.
Menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi,
pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar
tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam
mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.
Dalam arti sempit proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup
persekolahan, sehingga arti proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu

31

Ibid, hal 2.3 – 2.4

23

siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama
siswa.
Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional
antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan
sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan
berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam
pembelajaran, peran-peran tersebut bisa berubah yaitu antara guru dengan siswa dan
sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa.32

C. PENGERTIAN POLA BERPIKIR SISWA
Pola adalah model, cara kerja, sistem Pikir, akal budi, ingatan Berpikir,
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, Pola
pikir

adalah

model

berpikir

atau

cara

menggunakan

akal

budi

untuk

mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu
Pola pikir adalah pola dominan yg menjadi acuan utama seseorang untuk
bersikap dan perilakunya (tindakan). Pola pikir ini menetap dalam pikiran bawah
sadar seorang manusia. Pikiran bawah sadar adalah gudang tempat seluruh informasi
tersimpan. Pola pikir ini juga yang akan membentuk konsep diri seseorang.
Menurut Aqliyah (pola pikir) adalah cara yang digunakan untuk memikirkan
sesuatu, yakni cara mengeluarkan keputusan hukum tentang sesuatu, berdasarkan
32

Erman Suherman,Stratgei Pembelajaran Matematika Kontemporer ……...........hal 4

24

kaidah tertentu yang diimani dan diyakini seseorang. Ketika seseorang memikirkan
sesuatu untuk mengeluarkan keputusan hukum terhadapnya dengan menyandar
kepada aqidah islam, maka aqliyahnya merupakan aqliyah islamiyah (pola pikir
islami). Jika tidak seperti itu, maka aqliyahnya merupakan aqliyah yang lain.
Sedangkan nafsiyah (pola sikap) adalah cara yang digunakan seseorang untuk
memenuhi tuntutan gharizah (naluri) dan hajat al-’adhawiyah (kebutuhan jasmani);
yakni upaya memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan kaidah yang diimani dan
diyakininya. Jika pemenuhan naluri dan kebutuhan jasmani tersebut dilaksanakan
dengan sempurna berdasarkan aqidah islam, maka nafsiyahnya dinamakan nafsiyah
islamiyah. Jika pemenuhan tersebut tidak dilakukan dengan cara seperti itu, berarti
nafsiyahnya merupakan nafsiyah yang lain.
Untuk menggali “pola pikir”, maka kita perlukan kesamaan dalam suatu
pengertian yang terkait dengan kata tersebut. Dalam hal ini kita uraikan kata Pola :
(P)rinsip, (O)rganisir, (L)atihan, (A)ktualisasi, sedangkan kata Pikir : (P)embenaran,
(I)ntelegensia, (K)ekuatan, (I)ntergrasi, (R)asional. Jadi pola pikir bila dirumuskan
menjadi untaian kalimat yang bermakna, maka pola pikir adalah menjalankan
(P)prinsip-prinsip dalam meng (O)rganisir daya kekuatan pikiran kedalam konsep
dimana kekuatan (L)atihan kedalam (A)ktualisasi membentuk agar (P)embenaran
sebagai suatu (K)ekuatan yang di (I)ntelegensikan secara (R)asional.33

33

http://ricky1206.blogspot.com/2010/09/pengertian-pola-pikir mindset.html#ixzz1s6vT0MIH
(diakses tanggal 3 Maret 2012)

25

D. TEORI BRUNER
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S Bruner adalah seorang ahli
psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran
psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian
pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan
mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau
memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran
teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta
informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya.34
Jerome Bruner berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan – hubungan antara konsep-konsep dan strukturstruktur matematika itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur sesuatu materi
menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif. Lain dari itu peserta didik
lebih mudah mengingat materi itu bila yang dipelajari itu merupakan atau mempunyai
pola yang berstuktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah
terjadinya transfer.35
Bruner melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak
sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga.
34

Nely Machmud, Perbandingan Teori Bruner dan Teori Belajar Gagne,
http://www.manmodelgorontalo.com, (diakses tanggal 2 Februari 2009)
35
Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, IKIP Malang, 1990, hal 48

26

Melalui alat peraga yang ditelitinya itu anak akan melihat langsung bagaimana
keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya
itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif
yang telah melekat pada dirinya. Nampaklah, bahwa Bruner sangat menyarankan
keaktifan anak dalam proses balajar secara penuh.36
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free
discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.37
Jerome Bruner mengemukakan empat teori belajar yaitu :
a. Teorema Konstruksi
Teori ini menyatakan bahwa cara berpikir terbaik bagi seorang peserta didik
untuk memulai belajar konsep dan prinsip didalam matematika adalah dengan
mengkonstruksikan konsep dan prinsip itu. Apabila didalam merumuskan dan
mengkonstruksikan gagasan- gagasan itu, ia menggunakan benda-benda kongkrit, ia
akan cenderung ingat gagasan tersebut dan kemudian mengaplikasikannya ke dalam
situasi yang tepat.
b. Teorema Notasi
Teorema ini menyatakan bahwa konstruksi permulaan belajar dibuat lebih
sedernhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih baik oleh peserta didik, jika
konstruksi itu menurut notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental

36
37

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, hal 43
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal 41

27

peserta didik. Dengan menggunakan notasi, peserta didik dapat diharapkan untuk
mengembangkan gagasan-gagasan yang berupa prinsip-prinsip dan bahkan kreasi
prinsip-prinsip baru.
c. Teorema Perbedaan dan Variasi
Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan – gagasan matematika
yang berjalan dari kongkrit menuju keabstrak harus disertakan perbedaan dan
variasinya.
d. Teorema Konektifitas
Teorema ini menyatakan bahwa didalm matematika setiap konsep, struktur, dan
keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan yang lain.38
E. POLA BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER
Di dalam belajar Bruner hampir selalu memulai dengan memusatkan manipulasi
material. Peserta didik harus menemukan keteraturan dengan cara pertama-tama
memanipilasi material yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah
dimiliki peserta didik itu. Ini berarti peserta didik dalam belajar, haruslah terlihat aktif
mentalnya yang dapat diperlihatkan keaktifan fisiknya.
Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajaranya anak melewati tiga
tahap, yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini anak-anak didalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi
objek-objek secara langsung.
b. Tahap ikonik
Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak- anak mulai menyangkut mental
yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini anak tidak
memanipulasi langsung objek-objek seperti dalam tahap enaktif, melainkan sudah
dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek.
38

Herman Hudojo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, IKIP Malang, 1990,Hal 49

28

c.

Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak memanupulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak

ada kaitannya dengan objek-objek.39

F. MATERI BANGUN RUANG
A. Mengidentifikasi Sifat-Sifat Bangun Ruang
No
1.

Gambar atau Nama Bangun
Tutup
selimut
alas

Sifat-sifat Bangun Ruang
 Mempunyai alas dan tutup
yang berbentuk lingkaran
 Bidang yang menyelubungi
sisi samping tabung disebut

Tabung

selimut tabung
 Jarak antara lingkaran alas dan
lingkaran tutup adalah tinggi
tabung

39

Ibid, hal 48

29

2.
Balok
Tinggi (t)
Lebar (l)
Panjang (p)






Mempunyai 6 sisi
Mempunyai 12 rusuk
Mempunyai 8 titik sudut
Bidang sisi yang berhadapan

sama luas

 Mempunyai alas berbentuk

3.

lingkaran
 Mempunyai titik puncak
 Jarak dari titik puncak
Kerucut
t

kebidang lingkaran (alas)disebut
tinggi kerucut

4.
Tinggi (t)
Lebar (l)
Panjang (p)
Limas Segi Empat

 Mempunyai alas berbentuk
persegi
 Mempunyai titik puncak
 Jarak dari titik puncak ke alas
limas disebut tinggi limas segi
empat
 Mempunyai 5 sisi

30

 Mempenyai 5 titik sudut
 Mempunyai 8 rusuk
 Mempunyai alas berupa

5.
a
Limas Segitiga
t

segitiga
 Mempunyai titik puncak
 Jarak dari titik puncak ke alas
disebut tinggi limas segitiga
 Mempunyai 4 sisi
 Mempunyai 4 titik sudut
 Mempunyai 6 rusuk

 Mempunyai 6 sisi, 2 sisi

6.
t

berbentuk segitiga dan 4 sisi

a
Prisma Segitiga

berbentuk segi empat
 Mempunyai 6 titik sudut
 Mempunyai 9 rusuk

7.
s
s
s
Kubus

 Mempunyai 6 sisi yang
berbentuk persegi
 Mempunyai 8 titik sudut
 Mempunyai 12 rusuk yang
sama panjang

B. Volume dan Luas Permukaan bngun Ruang
No
1.

Gambar atau Nama Bangun
Tutup

selimut
alas

Rumus Volume dan Luas
V = Luas alas × tinggi
=
L=2

2

t

(r + t) dimana

= 3,14

31

atau

Tabung

2.
Tinggi (t)
Lebar (l)
Panjang (p)
Balok
3.

=

V = Luas alas
=p

l

tinggi

t

L = 2 (pl + pt + lt)
V=

luas alas

=

tinggi
t

Kerucut
4.

t

Tinggi (t)
Lebar (l)

Panjang (p)
Limas Segi Empat

V=

Luas alas

=

(p

tinggi

) t

L = Luas alas + luas keempat
segitiga sisi

5.

V=

Limas
Segitiga
t

Luas alas
=

(

alas

tinggi
tinggi alas

segitiga)
L = luas alas + luas ketiga
segitiga sisi

32

6.

V = Luas alas
t

tinggi

=(

a

tsegitiga )

V= s

s

s

tprisma

Prisma Segitiga

7.
s
s
s
Kubus

= s3
L=6

s2

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pola / Jenis Penelitian
Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis, mengikuti
aturan-aturan metodologi, misalnya observasi secara sistematis, dikontrol, dan
mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada. 40 Kegiatan
penelitian erat kaitannya dengan metode penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil pengumpulan data yang dapat dipercaya dan diuji kebenarannya.
Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka diperlukan pemahaman dan
penguasaan terhadap berbagai hal yang erat kaitannya dengan penelitian yang
dilakukan. Dan satu hal yang harus dikuasai adalah tenteng meyodologi penelitian.

40

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Hal.15

33

Metodologi penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis
mengikuti aturan-aturan guna menjawab permasalahan yang hendak diteliti.41
Penelitian diartikan sebagai semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan
percobaan secara alamiah dalam suatu bidang. Penelitian (research) juga merupakan
serangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan masalah. Serangkaian kegiatan
ilmiah itu dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang
bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan meningkatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka diperlukan
pemahaman dan penguasaan terhadap berbagai hal yang erat kaitanya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Dan salah satu hal yang harus dikuasai adalah
tentang metodologi penelitian.
Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode
penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian. Dengan demikian metode
penelitian dapat diartikan bahwa sebagai suatu bahasan yang membahas secara teknik
metode-metode yang digunakan dalam sebuah penelitian. Atau juga diartikan sebuah
suatu pola pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian, suatu teknik
yang umum bagi imu pengetahuan dan cara tertentu untuk melaksanakan suatu
prosedur.
Secara praktis peranan metodologi, dalam sebuah penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

41

Ibid., Hal.19

34

1. Menambah kemampuan para ilmuan untuk mengadakan atau melaksanakan
penelitian secara lebih baik dan sempurna.
2. memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum
diteliti.
3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penenlitian yang
belum interdisiplier.
4. Memberikan

pedoman

untuk

mengorganisasikan

serta

mengintegrasikan

pengetahuan kepada masyarakat.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa metodologi memiliki peranan yang besar
dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan memahami
metodologi penelitian, seorang peneliti akan mudah menentukan metode apa yang
harus digunakan dalam penelitiannya.42
1.

Pola Penelitian
Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan
pendekatan induktif, sedang pendekatan deduktif dari sebuah teori hanya akan
digunakan sebagai pembanding dari hasil penelitian yang diperoleh, hal ini
dimaksudkan untuk mengungkap fenomena secara holistic-kontekstual melalui
pengumpulan data yang bersifat deskriptif untuk menghasilkan suatu teori substantif.

42

Badrul ‘Ainiyah, perbedaan metode realistic mathematic education (rme) dengan

konvensional dalam pembelajaran matematika di mtsn aryo jading rejotangan tulungagung tahun
ajaran 2005/2006,STAIN Tulungagung Hal 63

35

Sedangkan proses makna (verstehend) menggunakan pendekatan interaksi-simbolik
atau menggunakan perspektif subyek (subject perspective).43
Menurut Suharsimi Arikunto, Penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk
pendekatan dalam penelitian dimana peneliti tidak menggunakan angka-angka dalam
mengumpulkan data maupun dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya.44
Sedangkan Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.45
Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.46 Menurut mereka, pendekatan
kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam
hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.47
Sedangkan menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang43

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, Pedoman Penyusunan Skripsi Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, (Tulungagung: t.p., 2009), hal. 13
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hal. 12
45

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),

hal. 6
46
47

Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian.........., hal. 4

36

orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya. 48 Selain itu David Williams
(1995) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar
alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa
penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan
oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.49

2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif yaitu peneliti menganalisa dan mendiskripsikan hasil penelitiannya dalam
bentuk kata-kata dan penjelasan-penjelasan yang relevan.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V-A semester genap tahun ajaran 2011/
2012 di MI Miftahul Huda yang beralamat di Desa Tawangrejo – Wonodadi – Blitar
yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki–laki dan 10 siswa perempuan.
Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.
Dilokasi ini belum pernah dilaksanakan penelitian, sehingga peneliti
mengadakan penelitian menggunakan model pembelajaran berbasis portopolio
2.

pada materi bangun ruang.
Adanya keunikan dan keberagaman kemampuan intelektual siswa.
Siswa mengalami kesulitan tentang materi bangun ruang dan pembelajaran yang
dilakukan dalam materi bangun ruang masih cenderung bersifat abstrak, dalam
48
49

Ahmad Tanzeh, Metode……., hal. 39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian.........., hal. 5

37

arti guru menyampaikan materi hanya menerangkan dan mengerjakan soal dan
contoh soal.

C. Kehadiran Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian ini maka kehadiran peneliti ditempat penelitian
mutlak diperlukan sebagai instrument utama. Sebagai instrument peneliti harus :
1. Memiliki daya responsive yang tinggi, yaitu mampu merespon sambil
2.

memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi.
Memiliki sifat adaptable, yaitu mampu menyesuaikan diri, mengubah taktik atau

3.

strategi mengikuti kondisi lapangan yang dihadapi.
Memiliki kemampuan untuk memandang objek penelitiannya secara holistic atau
menyeluruh, mengingatkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan

4.

masa lalu dan dengan kondisi yang relevan.
Sanggup terus menerus manambah untuk bekal dalam melakukan interpretasi

5.

terhadap gejala.
Memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi agar dengan cepat meng
interpretasi. Selanjutnya peneliti juga diharapkan untuk menarik kesimpulan

6.

mengarah pada perolehan hasil.
Memiliki kemampuan untuk mengeksplor dan merumuskan informasi sehingga
menjadi bahan masukan bagi pengayaan konsep itu.50

D. Data dan Sumber Data
1.

Dokumen yang terkait

Pola Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Bruner pada Tahapan Simbolik terkait Materi Bangun Ruang Kelas V-A MI Miftahul Huda Tawarejo Wonodadi Blitar - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

Pola Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Bruner pada Tahapan Simbolik terkait Materi Bangun Ruang Kelas V-A MI Miftahul Huda Tawarejo Wonodadi Blitar - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 5

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 4 27

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 2 23

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 2

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

PROSES BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI BRUNER DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI KESEBANGUNAN DI KELAS IX-A MTs MIFTAHUL HUDA BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2016 2017 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 5