Sikap Politik Indoensia Terhadap Konflik Kemanusiaan Etnis Rohingya Di Myanmar Chapter III IV

BAB III
ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA
TERHADAP KONFLIK ETNIS ROHINGYA MYANMAR

Asia Tenggara terkenal dengan keberagaman penghuninya.
Kemajemukan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai etnis dan agama
baik etnis atau agama asli negara tersebut maupun etnis atau agama
pendatang. Karena hal itulah ada yang disebut mayoritas dan ada pula
yang disebut minoritas. Setiap kelompok-kelompok etnis pastinya
memiliki kebudayaan, batas-batas sosial-budaya, dan sejumlah atribut atau
ciri-ciri budaya yang menandai identitas dan eksistensi mereka.
Kebudayaan yang dimiliki kelompok etnis menjadi pedoman
kehidupan mereka, seperti adat-istiadat, tradisi, bahasa, kesenian, agama
dan paham keagamaan, kesamaan leluhur, asal-usul daerah, sejarah sosial,
pakaian tradisional, atau aliran ideologi politik

menjadi ciri pembeda

suatu kelompok etnik dari kelompok etnik yang lain. Dan banyaknya
kelompok etnis yang tinggal di kawasan asia tenggara tersebut
menyebabkan terjadinya banyak pergesekan dan pertentangan dalam

kehidupan bermasyarakat. Pergesekan dan pertentangan tersebut, disebut
sebagai konflik etnis. Bayangkan saja apabila satu negara, memiliki
banyak etnis didalamnya dan harus berusaha untuk hidup rukun dengan
para tetangganya, mau tidak mau akan menimbulkan kesenjangan sosial.
Terutama bagi kaum mayoritas yang selalu ingin mendominasi dalam

Universitas Sumatera Utara

setiap momen. Bahkan tak segan-segan menindas kaum minoritas yang
ada di negara tersebut.
Dalam tulisan ini, penulis ingin berbicara mengenai konflik etnis di
Myanmar (Burma) yang menyeret etnis Rohingya dan Rakhine. Konflik
Myanmar

menyita

perhatian

dunia


internasional

akhir-akhir

ini.

Penindasan yang dialami etnis Rohingya membuka mata atas sejarah
mereka sebagai etnis Myanmar yang tidak diakui. Pembantaian sampai
pengusiran etnis Rohingya terjadi karena Pemerintahan negara Myanmar
sejak dahulu tidak mengakui keberadaan etnis ini. Myanmar telah
membatasi pergerakan mereka, memotong hak atas tanah, pendidikan, dan
pelayanan publik mereka. Pemerintah Myanmar menolak mengakui
keberadaan mereka di Myanmar. Mereka mengatakan bahwa etnis
Rohingya

bukan

penduduk

asli


Myanmar.

Pemerintah

juga

mengklasifikasikan Muslim Rohingya sebagai imigran ilegal. Meskipun
mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi. Kepedulian
terhadap etnis Rohingya oleh dunia internasional yang kurang,
mengakibatkan semakin membabi butanya pemerintahan Myanmar
membunuh dan mengusir muslim rohingya. 57

57

“Rohingya, Korban Minoritas Yang Terusir Dari Negaranya” Oleh : Agil Iqbal Cahaya,S.AP, Staf Analisis
Bidang Pertahanan Deputi Bidang Polhukam www.setkab.go.id/artikel-5309-html diakses pada tanggal 28
november 2012

Universitas Sumatera Utara


3.1 Kasus Rohingya
Konflik

antara Rohingya

dan Rakhine

sebenarnya

sudah

berlangsung sejak lama. Tetapi kerusuhan yang terjadi Juni lalu, memicu
perhatian dunia internasional 58. Etnis Rohingnya yang sudah bermukim di
Myanmar sejak ratusan tahun lalu, terus mendapatkan perlakukan
diskriminatif oleh Pemerintah Myanmar. Presiden Thein Sein pun tidak
ingin mengakui kewarganegaraan dari etnis tersebut dan lebih memilih
untuk mendeportasi mereka serta mengumpulkannya dalam tempat
penampungan. Ketegangan antara etnis Rohingya dengan etnis Rakhine
yang


mayoritas

Budha

semakin

diperparah

dengan

adanya

isu

pembunuhan yang dilakukan oleh 3 orang pemuda Rohingya. Kabar
simpang siur yang diberitakan oleh media dengan mudah menyulut konflik
dan menyebabkan balas dendam antar etnis ini. Menurut laporan The New
Light of Myanmar59, sebuah koran yang terbit di negara Myanmar
tertanggal 4 Juni 2012, konflik Rohingya bermula dari sebuah

pembunuhan seorang gadis Budha. Ma Thida Htwe adalah anak
perempuan U Hla Tin yang berumur 27 tahun, hidup di sebuah desa
bernama Thabyechaung, Kyauknimaw, daerah Yanbye. Pada tanggal 28
Mei 2012 sore, Thida hendak pulang ke rumah setelah seharian bekerja di
sebuah Taylor. Tepat pukul 17:15 waktu setempat, ia ditikam oleh orang

58

“Suu Kyi Ingin Tambahan Pasukan di Rakhine” – okezone.com oleh Fajar Nugraha Kamis, 08 November
2012 13:30 wib
59
Dikutip dari “Analisis Politik Konflik Rohingya” Oleh Tomy Aji Nugroho, terbit tgl 09 agust 2012

Universitas Sumatera Utara

yang tak dikenal di hutan Bakau samping jalan tanggul menuju
Kyaukhtayan, bagian dari desa Kyauknimaw dan Chaungwa.
Kasus ini dibawa ke pihak kepolisian dan setelah penyelidikan
ditetapkan beberapa tersangka. Mereka adalah Htet Htet (a) Rawshi, putra
U Kyaw Thaung (Bengali / Islam), dari Kyauknimaw (selatan bangsal),

Rawphi, anak Sweyuktamauk (Bengali / Islam) dari Kyauknimaw (Thaya
bangsal) dan Khochi, anak Akwechay (Bengali / Islam), dari Kyauknimaw
(Thaya bangsal). The New Light of Myanmar yang terbit pada hari
berikutnya,

5

Juni menyebutkan bahwa beredar

foto-foto

hasil

penyelidikan tim forensik bahwa sebelum dibunuh, ternyata korban
sempat diperkosa oleh ketiga pemuda Bengali Muslim tadi. Korban juga
digorok tenggorokannya, dadanya ditikam beberapa kali dan organ
kewanitaannya ditikam dan dimutilasi dengan pisau.
Foto-foto tersebut semakin menambah kemarahan warga yang
beragama Budha. sekelompok orang yang terkumpul dalam Wunthanu
Rakkhita Association, Taunggup, pada pukul 06:00 tanggal 4 Juni

membagi-bagikan selebaran yang berisi foto-foto tadi. Mereka juga
menyerukan bahwa Muslim telah membunuh gadis Arakan secara sadis.
Sekitar pukul 16:00, tersebar kabar bahwa ada mobil yang berisikan orang
Muslim dalam sebuah bus yang melintas dari Thandwe ke Yangon dan
berhenti di Terminal Bus Ayeyeiknyein.Sekitar tiga ratus warga setempat
yang telah terprovokasi menghadang laju bus. Mereka menurunan

Universitas Sumatera Utara

penumpang

bus

tersebut

di

persimpangan

Thandwe-Taunggup.


Selanjutnya, mereka membunuh penumpang yang beragama Islam.
Sepuluh orang yang beragama Islam terbunuh di tempat dalam kejadian
ini. 60
Seperti yang banyak diberitakan bahwasannya bentrokan ini sudah
menewaskan ratusan orang dan juga sudah lebih dari ratusan ribu orang
kehilangan tempat tinggalnya. Konflik yang terus berlangsung inilah yang
memicu banyak warga etnis Rohingya berbondong-bondong keluar dari
negaranya untuk mencari suaka ke negara lain seperti ke Bangladesh,
Malaysia, Thailand, Indonesia bahkan Australia. Awalnya, etnis Rohingya
ini berniat untuk pergi mencari suaka ke negara maju seperti Australia dan
menjadikan Indonesia hanya sebagai negara transit saja. Namun faktor
kelaparan, kelelahan dan sakit selama memnempuh perjalanan dari
Myanmar ke Indonesia membuat mereka memutuskan untuk singgah
disini. Selain itu, kehangatan yang diberikan Indonesia sebagai negara
yang mayoritas juga beragama muslim membuat beberapa warga etnis
Rohingya berani menggantungkan harapan untuk bisa diterima di negeri
ini.
Karena konflik yang tak kunjung usai, warga etnis Rohingya pun
semakin banyak yang meninggalkan negara mereka dan mulai berdatangan


60

ibid

Universitas Sumatera Utara

ke Indonesia. Seperti yang saya kutip dari VOA Indonesia 61, bahwasannya
PBB telah mencatat peningkatan kedatangan warga Rohingya ke Indonesia
pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2010. Di Indonesia, pengungsi dari
etnis Rohingya dibagi menjadi 2, yakni mereka yang masih di tampung di
Rudenim (Rumah Detensi Imigrasi) dan yang sudah dinyatakan sebagai
pengungsi oleh UNHCR berada di luar rudenim. Berikut adalah data yang
saya temukan tentang jumlah pengungsi etnis Rohingya yang di tampung
oleh Indonesia 62 :
Yang masih di RUDENIM

Yang sudah di luar RUDENIM

Belawan : 22 Orang


Medan : 130 Orang

Pekanbaru : 10 Orang

Lampung : 19 Orang

Tanjung Pindang 107 Orang

Kalianda : 4 Orang

Pontianak : 1 Orang

Bogor : 12 Orang

Balikpapan : 1 Orang

Jogja : 1 Orang

Kupang : 5 Orang

Makassar : 48 Orang

Manado : 35 Orang
Makassar : 7 Orang
DKI Jakarta : 10 Orang
Pusat Ditjen Imigrasi Jakarta : 3 Orang
*Data Direktorat Jenderal Imigrasi
61
“Warga Rohingya Hadapi Ketidakpastian di Indonesia” http://www.voaindonesia.com/content/wargarohingya-hadapi-ketidakpastian-di-indonesia/1695594.html diakses pada tanggal 24 Januari 2014
62
“Inilah Jumlah Pengungsi Rohingya di Indonesia”
http://nasional.inilah.com/read/detail/1889302/URLTEENAGE#.UtUFENEW2So diakses pada tanggal 24
Januari 2014

Universitas Sumatera Utara

Selama ini para pengungsi dari Myanmar tersebut ditangani penuh
oleh UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees). Ini
disebabkan karena Indonesia belum menandatangani konvensi Wina 1951
tentang status pengungsi. Padahal, sebagi negara yang saya rasa
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan penghapusan penjajahan diatas
dunia seperti yang tertuang dalam isi pembukaan UUD 1945, seharusnya
Indonesia segera merativikasi konvensi tersebut.
Untuk pertama kali, UNHCR membuka kantor cabang di Indonesia
pada tahun 1979. Pada saat itu, UNHCR menangani kedatangan pengungsi
korban perang saudara di Semenanjung Indo-China dari Vietnam dengan
kapal dalam jumlah yang sangat besar. 63 Sejak saat itulah hingga hari ini,
UNHCR yang selalu menangani permasalahan pengungsi di Indonesia
tanpa campur tangan pemerintah. Tugas UNHCR adalah menentukan
status pengungsi. Jika sudah teridentifikasi sebagai pengungsi, maka
UNHCR bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan (dari
pemulangan kembali secara paksa ke tempat asal mereka dimana hidup
atau kebebasan mereka terancam bahaya atau penganiayaan). Selain itu,
mereka warga etnis Rohingya yang sudah diberi status pengungsi
mendapat bantuan dari PBB berupa perumahan dasar dan uang bulanan
sebesar 1,25 juta per orang. 64

63

“Peran UNHCR dalam Melindungi Pengungsi di Indonesia oleh Hanief Harahap
https://www.academia.edu/3774645/PERANAN_UNHCR_DALAM_MELINDUNGI_PENGUNGSI_DI_IN
DONESIA
64
Opcit “Warga Rohingya Hadapi Ketidakpastian di Indonesia”

Universitas Sumatera Utara

Pemberitaan simpang siur yang terjadi mengenai kekerasan yang
dialami oleh etnis Rohingya telah banyak menyita perhatian dunia
internasional hingga saat ini. Kepemerintahan Myanmar yang saat itu
cenderung terlihat pasif dan membiarkan kekerasan tersebut terjadi seolah
menjadi bukti nyata bahwa Myanmar sedang melakukan pembersihan
etnis. Melihat banyaknya korban yang tewas, terluka dan banyak lagi yang
harus kehilangan rumah bahkan harus pergi meninggalkan Myanmar,
membuat banyak pihak di Indonesia mendesak pemerintah agar turun
tangan menyelesaikan konflik tersebut. Seperti yang dilakukan oleh aktivis
HTI yang berkonvoi demi menggelar aksi solidaritas muslim Rohingya
dari kantor DPP HTI menuju kantor kedutaan Myanmar. 65 Aktivis HTI
juga mendesak presiden SBY untuk mengerahkan tentara ke Myanmar
demi memberikan pelajaran kepada rezim militer yang semena-mena
terhadap muslim Rohingya. Aksi serupa juga dilakukan oleh 3 LSM
seperti ACT (Aksi Cepat Tanggap), PIARA (Pusat Informasi dan
Advokasi Rohingya – Arakan) dan PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat)66
yang juga mendatangi gedung DPR RI untuk mendesak pemerintah agar
mempermudah bantuan ke Myanmar. Selain desakan dari banyak pihak
seperti yang diungkapkan oleh Presiden SBY dalam keterangan pers

65

“HTI desak SBY kerahkan tentara lindungi Rohingya” http://m.hizbut-tahrir.or.id/2012/08/03/hti-desaksby-kerahkan-tentara-lindungi-rohingya-2/ diakses pada tanggal 25 Januari 2014
66
“Tiga LSM Kemanusiaan Desak pemerintah Permudah Akses Bantu Pengungsi Rohingya”
http://www.arrahmah.com/read/2012/08/15/22428-tiga-lsm-kemanusian-desak-pemerintah-permudah-aksesbantu-pengungsi-rohingya.html diakses pada tanggal 25 Januari 2014

Universitas Sumatera Utara

mengenai permasalahan etnis Rohingya Myanmar 67, Indonesia dirasa
perlu turun tangan karena statusnya sebagai negara mayoritas Muslim.
Menurut saya, permasalahan ini merupakan permasalahan yang
rumit mengingat pemerintah Myanmar sendiri walau terlihat ‘sok’ peduli
dengan keadaan minoritas muslim Rohingya, namun nyatanya nyaris dua
tahun berselang, masalah ini tak kunjung usai. Saya rasa, masalah ini juga
tak akan kunjung usai apabila Indonesia dan pihak-pihak lain hanya
berusaha membawanya ke forum-forum ASEAN, PBB atau OKI.
Setidaknya, harus ada pihak yang berani mengambil langkah jauh lebih
maju dengan mempertemukan pihak-pihak yang berseteru antara Islam
Rohingya, Budha Rakhine, dan pemerintah Myanmar untuk mencari solusi
jangka panjang. Dengan pertemuan intens yang seperti itu, lambat laun
akan ada jalan tengah yang setidaknya bisa meredakan konflik tersebut.

3.2 Upaya Resolusi Konflik
Weitzman 68 memberikan pemaknaan Conflict Resolution sebagai
tindakan pemecahan masalah bersama (solve a problem together). Kata
problem solving disinonimkan dengan kata decision making yang
keduanya merupakan proses yang saling integral dalam konteks conflict
resolution. Problem solving dimaknai sebagai proses menganalisa konflik

67

“Keterangan Pers Presiden Mengenai Permasalahan Etnis Rohingya Myanmar”
http://www.presidenri.go.id/index.php/pers/presiden/2012/08/04/645.html diakses pada 14 april 2013
68
“resolusi konflik” http://repository.upi.edu/operator/upload/t_ips_0909614_chapter2.pdf diakses pada
tanggal 28 november 2012

Universitas Sumatera Utara

kemudian mengembangkan kemungkinan alternatif untuk pemecahan
konflik tersebut. Sedangkan decision making dimaknai sebagai keputusan
yang diambil berdasarkan pertimbangan beberapa orang yang terlibat
dalam resolusi konflik baik dilakukan secara individual maupun bersamasama termasuk didalamnya kemungkinan alternatif dan komitmen
terhadap keputusan yang telah dibuat.
Dari sekian banyak definisi resolusi konflik, pemakalah juga
menggunakan definisi teori resolusi konflik dari Lane dan Cornick 69 yang
menyatakan bahwa resolusi konflik adalah pemecahan masalah yang
menggunakan kolaborasi dimana pihak ketiga yang netral membantu para
pihak yang sedang bersengketa untuk melakukan konsiliasi, fasilitator dan
mediator dalam resolusi. Tujuannya adalah untuk penghapusan pada
sumber konflik. Dalam hal ini Myanmar memberikan kepercayaan kepada
pihak luar atau pihak ketiga yakni Indonesia untuk menyelesaikan konflik.
Pemerintah Myanmar yang dianggap telah gagal menjalankan fungsi
sebagai pelindung masyarakat, menarik perhatian dunia terutama
Indonesia untuk turut serta membantu menyelesaikan konflik. Pemerintah
Indonesia sedang mengupayakan berbagai jalan menghentikan kekerasan
yang menimpa warga muslim di Myanmar. Selain bersiap membahas
persoalan ini di Sidang Darurat Organisasi Konferensi Islam (OKI),
pemerintah sudah menampung pengungsi dari wilayah konflik Provinsi

69

ibid

Universitas Sumatera Utara

Arakan. Pemerintah Myanmar mengapresiasi upaya Ketua Umum Palang
Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla dalam membantu menyelesaikan
konflik Rohingya. Presiden Myanmar, U Thein Sein, memberi izin kepada
Kalla untuk melihat langsung kondisi yang terjadi di Provinsi Rakhine 70.
Pemerintah Indonesia mencoba untuk melakukan resolusi konflik
dengan mengagendakan kunjungan langsung ke lokasi kejadian lalu
meminta penjelasan secara detail tentang konflik yang sedang terjadi dan
mulai membahas berbagai alternatif penyelesaiannya. Walaupun sampai
saat ini belum ditemukan penyelesaian yang tepat untuk Rohingya, namun
dalam berbagai pertemuan dan konsultasi yang dilakukan dengan tokohtokoh Myanmar seperti presiden Thein Sein, Jusuf Kalla dan OKI,
perlahan presiden Thein berjanji untuk mulai memperhatikan hak-hak baru
yang bisa didapatkan oleh warga etnis minoritas Rohingya walaupun
presiden Thein masih ragu untuk memberikan kewarganegaraan secara
penuh untuk etnis Rohingya yang selama ini terdiskriminasi. Kontribusi
pemerintah Indonesia hanya sebatas memberikan bantuan kemanusiaan ,
menggunakan isu tersebut sebagai agenda pembahasan di OKI lalu
memberikan masukan melalui berbagai konsultasi dengan pemerintah
Myanmar agar etnis lain dalam hal ini Rakhine, harus mulai menghargai

70

“Presiden Myanmar Sambut Upaya Jusuf Kalla Selesaikan Konflik Rohingya”
http://m.tempo.co/read/news/2012/08/16/0784065presiden-myanmar-sambut-upaya-jusuf-kalla-selesaikankonflik-rohingya.htm

Universitas Sumatera Utara

hak-hak etnis minoritas demi mewujudkan perdamaian dan pembangunan
demokrasi di Myanmar.
Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Dubes
Hasan Kleib, juga menekankan bantuan Indonesia ke Rakhine bersifat
kemanusiaan. Itu artinya, bantuan memang tidak mengenal agama, dan
berfokus kepada warga Rohingya yaitu bantuan dalam hal dua aspek yaitu
rumah sakit dan sekolah.

71

saat ini Indonesia sudah membangun empat

sekolah di Rakhine, dua di daerah Muslim dan dua di daerah non-Muslim.
Selain itu, ada bantuan makanan sebesar satu juta dolar, dan dalam waktu
dekat akan dibangun rumah sakit di Rakhine, dengan luas tanah 4.000
meter dan biaya sekitar tiga miliar, serta Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi juga telah mengunjungi Switte di negara bagian Rakhine,
Myanmar untuk menyampaikan

72

bantuan kemanusiaan berupa 10

kontainer makanan dan pakaian dari Indonesia yang secara langsung telah
dilepas Presiden Joko Widodo pada 29 Desember 2016. Di sana, Retno
juga meresmikan dua sekolah di Switte yang dibangun dari bantuan dana
masyarakat Indonesia. Dalam kunjungan dua hari itu, Retno telah bertemu
dengan Sekretaris Tetap Kementerian Luar Negeri Myanmar, Kepala
Perwakilan UNHCR (Badan PBB urusan Pengungsi) dan UNDP (Badan

71

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/12/14/oi5z8c313-bantuan-indonesia-kerohingya-fokus-ke-rumah-sakit-dan-sekolah
72
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/21/17135941/indonesia.sampaikan.10.kontainer.bantuan.untuk.w
arga.rohingya

Universitas Sumatera Utara

PBB urusan Pembangunan) serta anggota Komisi Penasihat Negara
Bagian Rakhine.

3.3 Dampak Konflik Etnis Rohingya
Menurut Brown, setidaknya, ada tiga kemungkinan yang bisa
terjadi sebagai akibat dari pecahnya konflik etnis, yakni terjadinya
rekonsiliasi secara damai, perpisahan etnis secara damai, dan perang
saudara. 73 Tampaknya dampak konflik etnis di Myanmar ini kemungkinan
di opsi pertama yaitu terjadinya rekonsiliasi secara damai. Hal ini bisa
dilihat ada indikasi itikad baik dari pemerintah Myanmar untuk
mempertimbangkan hak-hak Rohingya.
Presiden Myanmar Thein Sein menjanjikan untuk memperhatikan
hak-hak baru yang bisa didapatkan oleh warga etnis minoritas Rohingya.
Tetapi Presiden Thein ragu untuk memberikan kewarganegaraan secara
penuh untuk etnis Rohingya yang selama ini terdiskriminasi.
Keinginan Presiden Thein ini ditegaskannya dalam sebuah surat
yang ia kirim kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tetapi Thein
tidak memberikan janji, meskipun isi surat tersebut membuahkan peluang
menjelang kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Isi
surat Thein Sein, seperti dikutip Associated Press, Sabtu (17/11/2012),
menyatakan

73

bahwa

"Pemerintahan

kami

telah

mempersiapkan

Michael Brown, Op. Cit, hal 98

Universitas Sumatera Utara

pertimbangan baru untuk isu yang tengah diperdebatkan saat ini.
Termasuk, kewarganegaraan, izin kerja dan kebebasan untuk Rohingya”. 74
Setidaknya ada secercah harapan untuk segera mengakhiri konflik
yang sudah berlangsung lama. Sayangnya, Thein belum mau memberikan
kewarganegaraan penuh bagi etnis Rohingya. Padahal selama ini, etnis
minoritas yang beragama Islam tersebut, kerap mendapatkan diskriminasi
dari rakyat dan Pemerintah Myanmar. Meski sudah tinggal di Myanmar
selama ratusan tahun, Rohingnya tetap dianggap warga tersingkirkan.
Pada tanggal 8 Nopember 2012 yang lalu, pemerintah Myanmar,
menggelar operasi kependudukan untuk memverifikasi kewarganegaraan
umat Muslim yang berada di Barat negara bagian Rakhine, yang terkoyak
akibat konflik antara masyarkaat Buddha dan Muslim, sejak bulan Juni
2012 lalu. 75 Menurut

Jurubicara Pemerintah negara bagian Rakhine,

Myaing Win operasi kependudukan dimulai di kotapraja Pauktaw.
Nantinya operasi ini akan dilakukan diseluruh negara bagian Rakhine.
Namun belum diketahui maksud dari kegiatan tersebut, apakah nantinya
Pemerintah Myanmar akan memberikan status kewarganegaraan bagi etnis
Rohingya yang belum mendapatkannya. Sejumlah wartawan di Myanmar,
memastikan proses verifikasi berlangsung dengan baik, bahkan di wilayah

74

http://international.okezone.com/read/2012/11/17/411/719476/presiden-myanmar-pertimbangkan-hakrohingya, diakses 18 Nopember 2012, pukul 14.00 Wib

75

http://www.tribunnews.com/2012/11/30/etnis-rohingya-disensus-pemerintah-myanmar, diakses 10
Nopember 2012, pukul 05.00 Wib

Universitas Sumatera Utara

terpencil seperti di pulau Sin Maw. Para petugas sensus terlihat telaten
menyambangi rumah para warga Rohingya, dan mendata mereka satu
persatu. Semoga ini menjadi langkah awal yang baik bagi keberadaan dan
eksistensi Etnis Rohingya di tengah ketidakpastian yang dialaminya.
Adapun dampak bagi negara indonesia apabila menerima
penduduk Rohingya yakni, Karena mereka walaupun muslim berasal dari
budaya yang berbeda dan tidak dapat berbahasa Indonesia, tidak memiliki
keahlian apapun, ini akan menjadi tambahan masalah ekonomi bagi
Indonesia apabila hendak menampung mereka. Mereka ini akan menjadi
masalah karena jumlahnya cukup banyak, di satu sisi, pemerintah saja
belum berhasil memberikan tingkat

kehidupan

yang

layak

dan

menurunkan angka pengangguran di negara ini, apalagi dengan menambah
pekerjaan memberi penghidupan bagi pengungsi Rohingya. 76 Para
pengungsi Rohingya juga dibantu oleh para nelayan, rakyat Aceh dan
Sumatera Utara setelah ditolak oleh Angkatan Laut Indonesia yang
mendasarkan tindakan mereka atas Hukum Positiv di Indonesia yang
melarang warga asing masuk tanpa dokumen. Tentu ini akan menjadikan
masalah tersendiri bagi setiap warga yang menampung atau memberikan
bantuan terhadap para pengungsi.

76

http://www.kompasiana.com/irhamrajasa/mari-bicara-tentang-rohingya_556b6ce2957e61d273709699
diakses pada 15/06/2017

Universitas Sumatera Utara

Kehadiran pengungsi warga Rohingya di Indonesia namun tidak
memiliki izin (ilegal) akibat dampak dari konflik di negara asal imigran
memiliki dmapak ekonomi, ideologi, sosial budaya, keamanan sosial, dan
politik bagi imigran dan juga Indonesia. Dalam hal ideologi, keluar
masukna imigran ilegal tanpa disertai dokumentasi resmi dapat
membehayakan nlai-nilai dsar yang selama ini terjaga dan ada di
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, keluar masuknya imigran ilegal tanpa
disertai dokumen dapat membawa pengaruh pada pola kehidupan
bernegara. Karena ideologi yang berasal dari luar, belum tentu seusai
dengna yang ada di Indonesia. Selain itu dampak secara politik adalah,
penyelundupan manusia dalam jumlah besar baik sebagai imigran ilegal
dan pencari suaka berimbas pada Indonesia sebagai negara yang menjadi
tempat transit. Para imigran ilegal tersebut menjadi beban bagi Indonesia
karea

suatu

kepedulian

kemanusiaan.

Oleh

karenanya,

dapat

mempengaruhi hubungan negara secara politik. Setidaknya terdapat tiga
hubungan politik, yaitu Indonesia sebagai negara transit atau pun negara
tujuan migran, dan juga negara asal imigran tersebut. Dampak secara
ekonomi terkait dengan imigran ilegal adalah saat mereka masuk ke
Indonesia tanpa visa maka pendapatan negara akan berkurang, selain itu
bagi para imigran yang masuk dan bekerja secara ilegal di Indonesia
menjadi maslaah tersendiri dalam persaingan bisinis, kerena oara imigran
ilegal dipekerjakan secara murah. Dampak secara sosial budaya adalah,

Universitas Sumatera Utara

para imgiran yang masuk secara ilegal akan membawa pengaruh sosial pad
akehidupan warga negara Indonesia. Hal tersebut akan menciptakan
budaya baru yang terkadang tidak sesuai dengan budaya yang berlaku di
Indonesia. Kemudian dampak selanjutnya adalah dampak secara
keamanan nasional, penyelundupan manusia baik masuk dan kedalam
justru akan menciptakan kerawanan bagi keamanan negara. Karena
masuknya para imigran ilegal tanpa adanya dokumen resmi dapat
menimbulkan masalah tindeka untuk melakukan tindak pelanggaran
hukum di Indonesia. Kehidupan serba kekurangan akanmemaksa mereka
melakukan tindak kejahatan. Dampak terakhir dari imgiran ilegal yang
masuk ke Indonesia adalah pelanggaran perundang-undangan ynag terkait
dengan keimigrasian. 77
3.4 Sikap Indonesia dalam Permasalahan Etnis Rohingya
Indonesia merupakan salah satu negara yang didatangi oleh etnis
Rohingya dalam mencari suaka. Sekitar 900 orang etnis Rohingya
berlabuh di Aceh bersama dengan 900 etnis Bangladesh lainnya. 78 Tidak
hanya di Aceh, beberapa daerah lain seperti Makassar juga merupakan
daerah yang didatangi etnis Rohingya. Dalam menghadapi permasalahan
ini, Indonesia sebagai negara yang menjunjung HAM berkomitmen untuk
membantu para pengungsi. Hal ini sesuai dengan UU No. 39/1999, yang
77
Fernando, Sam, Dalam”Jurnal Politik Hukum Pemerintah 9Direktorat Jendral Imigrasi) Dalam
Menanggulangi Masalah Penyelundupan Manusia”. Uniersitas Brawijaya Malang 2013.
78
Andylala Waluyo. “Pemerintah Indonesia Siapkan Lokasi Baru Pengungsi Rohingya dan Bangladesh.”
Diakses pada 18 September 2015 pukul 13:05 WIB di http://www.voaindonesia.com/content/pemerintahindonesia-siapkan-lokasi-baru-pengungsi-rohingya-dan-bangladesh/2808703.html

Universitas Sumatera Utara

menjelaskan bahwa HAM didefinisikan sebagai seperangkat hak yang
melekat pada harkat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintahan dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Komitmen Indonesia dalam membantu penanganan permasalahan
pengungsi tersebut disampaikan oleh Direktur Keamanan Internasional
dan Pelucutan Senjata Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Andi
Rachmianto dalam VOA Indonesia. 79Pemerintah berpartisipasi dalam
penanganan kasus para pencari suaka tersebut dengan membangun
temporary shelter di Loksumawe, Aceh Tamiang, Langsa, dan Aceh
Utara. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang menyiapkan draf Peraturan
Presiden (Perpres) yang terkait dengan penanganan pengungsi imigran di
Indonesia. Di dalam Perpres tersebut, salah satunya akan diatur
mekanisme penyediaan anggaran bagi pemerintah daerah yang ditugaskan
untuk mengurus para pengungsi imigran tersebut.
Selama konflik Rohingya belum selesai, pemerintah Indonesia
memberikan komitmen untuk membantu para pengungsi imigran etnis
Rohingya. Selain membangun temporary shelter dan menyiapkan Perpres
mengenai pengungsi imigran, pemerintah juga telah berupaya untuk dapat

79

Ibid,.

Universitas Sumatera Utara

menjembatani antara pengungsi dan pemerintah Negara asal mereka.
Pemerintah Myanmar telah setuju untuk mengirim utusan ke Aceh, salah
satu daerah yang ditinggali sementara para pengungsi imigran Rohingya.
Namun, untuk kepastian waktu kapan akan didatangkan utusan tersebut
belum ditentukan. Selain itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) memberikan tiga sikap terkait tragedi kemanusiaan yang
dialami oleh Suku Rohingya di Myanmar akhir-akhir ini.

80

"Pertama,

Komnas HAM mengecam aksi militer yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Myanmar sehingga telah mengakibatkan jatuhnya ratusan
korban jiwa dan ribuan penduduk terusir dari negeri asal mereka," kata
Wakil Ketua Internal Komnas HAM, Ansori Sinungan dalam konferensi
pers di Gedung Komnas HAM. Kedua, kata Ansori, mendesak Pemerintah
Indonesia menekan Pemerintah Myanmar agar menghentikan kekerasan
militer atas warga etnis Rohinya di Provinsi Rakhine. Kemudian ketiga, ia
mengatakan apabila Pemerintah Myanmar tidak memperhatikan seruan
untuk menghentikan aksi pelanggaran HAM ini, Komnas HAM akan
meminta Komite Nasional Perdamaian mencabut nobel yang pernah
diterima Aung San Suu Kyi pada 1991.

80

https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2016/11/24/47/komnas-ham-desak-pemerintah-indonesiarespon-tragedi-rohingya.html

Universitas Sumatera Utara

3.5 Peranan Pemerintah Dalam Penyelesaian Persoalan Pengungsi
Rohingya di Indonesia
Letak geografis Indonesia sangat strategis sebagai negara transit
bagi para pengungsi lintas batas negara. Hal tersebut tidak terlepas dari
letak Indonesia yang memiliki banyak pelabuhan kapal laut yang
berbatasan dengan negara lain, United Nations High Commissioner for
Refugees (UNHCR) A subsidiary organ of The United Nations General
Assembly Primary mandate Responsibility is the protection of refugees
And solution to the Problems of refugees terutama perbatasan Kalimantan
Barat dengan Sabah Malaysia, Australia di bagian selatan, juga bagian
timur dengan Negara Timor Leste. Terdapat 79 pintu perbatasan legal
yang terdapat di Indonesia di luar jalur-jalur tikus.Terdapat dua rute yaitu
jalur barat dan jalur timur. Jalur barat melalui Medan, Jambi, Batam,dan
Lampung. Rute jalur timur melalui Bau-Bau Sulawesi Tenggara. 81
Banyaknya pengungsi yang masuk ke Indonesia yang tinggal
cukup lama di Indonesia membuat pemerintah Indonesia dipaksa untuk
segera menyelesaikan persoalan ini. Kerjasama banyak dilakukan oleh
Kementerian Hukum dan HAM melalui Dirjen Imigrasi, Kanwil Hukum
dan HAM dengan polda-polda serta Kedutaan Besar Perwakilan Negara
sahabat terkait dengan penekanan angka penyelundupan dan perdagangan
manusia. 82
81
82

Wagiman, Op.Cit, h. 166
Kompas, 13 Mei 2009

Universitas Sumatera Utara

Fungsi polisi dalam struktur kehidupan masyarakat adalah sebagai
pengayom masyarakat, penegakkan hukum serta memiliki tanggung jawab
secara khusus untuk memelihara ketertiban masyarakat dan menangani
kejahatan baik dalam bentuk tindakan kejahatan transnasional maupun
pencegahan kejahatan transnasional. Hal tersebut sesuai dengan Undangundang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 83
Dengan dilandasi oleh peran dan tanggung jawab sebagai pemelihara
keamanan tersebut, Polri memiliki tugas-tugas yang mencakup sejumlah
tindakan yaitu bersifat pre-emptif (penangkalan), preventif (pencegahan),
dan represif (penanggulangan) yang sesuai dengan fungsi polisi dalam
konteks universal. 84
Tugas pre-emptif diarahkan untuk menciptakan kondisi yang
kondusif dengan cara mencermati atau medeteksi lebih awal, seperti
faktor-faktor korelatif kriminogen yang berpotensi menjadi penyebab,
pendorong, dan peluang terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di
masyarakat. Tugas preventif lebih mengarah pada mencegah terjadinya
gangguan keamanan dan ketertiban melalui kehadiran polisi di tengah
masyarakat.Sedangkan tugas represif adalah pada upaya penindakan
hukum jika gangguan keamanan dan ketertiban tersebut terlanjur terjadi

83

Lihat Undang-undang No. 2 tahun 2002 pasal 5 ayat (1)
Dinda.Lock.Cit., hlm. 24; Lihat juga Djanisius Djamin. 2007. Pengawasan dan
Pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup: Suatu Analisis Sosial. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
84

Universitas Sumatera Utara

guna mengembalikan pada situasi yang kondusif. 85 Direktorat Jenderal
Imigrasimenyediakan rudenim yang tersebar di beberapa daerah untuk
menampung sementara para pengungsi. Fungsi pengawasan Ditjen
Imigrasi dilakukan untuk mencegahterjadinya pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pengungsi. 86 Negara mempunyai tanggung jawab atas
seluruh warga negara yang berada dalam wilayahnya, termasuk warga
negara asing yang masuk tanpa izin resmi untuk masuk ke dalam
wilayahnya. Menurut ketentuan Hukum HAM Internasional, setiap orang
mendapatkan kebebasan tanpa adanya tekanan dari pihak lain untuk
melanjutkan hidupnya. Oleh karena itu, pengungsi yang berada di wilayah
Indonesia harus mendapatkan perlindungan penuh dari Pemerintah
Indonesia.
Pemerintah Indonesia seharusnya dapat bersikap adil dalam
menyikapi banyaknya pengungsi yang banyak masuk ke wilayah
Indonesia. Sesuai dengan ketentuan Hukum Hak Asasi Manusia
Internasional yang telah disepakati oleh banyak negara termasuk
Indonesia, semua orang memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi dan
dijaga serta tidak dapat dirampas oleh orang lain. Sehingga seluruh
pengungsi ini tanpa terkecuali seharusnya mendapatkan perlindungan yang
layak dari pemerintah Indonesia.

85
86

ibid
Hasil wawancara non-formal dengan Ibu Masniati, S.H.

Universitas Sumatera Utara

3.6 Jaminan Perlindungan Hukum Bagi Pengungsi Rohingya
diIndonesia
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis, di dalam
hukum internasional terdapat hukum mengenai Hak Asasi Manusia, di
dalamnya terdapat beberapa dasar hukum mengenai perlindungan HAM
internasional baik dari perjanjian, konvensi, maupun hukum kebiasaan
internasional. Jaminan perlindungan keamanan bagi Pengungsi Rohingya
dan pengunsi lainnya yang66 berada di Indonesia diatur didalam peraturan
perundangan Indonesia.Indonesia memiliki Undang-Undang mengenai
HAM, didalamnya tercantum hak-hak yang diperoleh oleh seorang
individu diantaranya adalah hak untuk hidup dan hak untuk merdeka tanpa
adanya tekanan dari salah satu pihak.
Ada beberapa instrumen hukum Indonesia yang kemudian dapat
diterapkan bagi pengungsi internasional yang berada di wilayah Indonesia,
yakni:
1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pasal 2 :
“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak
pidana di Indonesia”
Pasal 170 :

Universitas Sumatera Utara

(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga
bersama menggunakan kekerasan terdahap orang atau barang,
diancam denganpidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan
(2) Yang bersalah diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan
sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang
digunakan mengakibatkan luka-luka
2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika
kekerasan mengakibatkan luka berat;
3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika
kekerasan mengakibatkan maut.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian
Pasal 113:
“Setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar wilayah Indonesia
yang tidak melalui pemeriksaan oleh pejabat imigrasi di tempat
pemeriksaan imigrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).”

Universitas Sumatera Utara

3. Surat Edaran Dirjen Imigrasi Nomor F-IL.01.10-1297, tanggal 20
September 2002, Perihal Penanganan Terhadap Orang Asing yang
Menyatakan Diri sebagai Pencari Suaka dan Pengungsi
a) Secara umum melakukan penolakan kepada orang asing yang datang
memasuki wilayah Indonesia, yang tidak memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b) Apabila terdapat orang asing yang menyatakan keinginan untuk
mencari suaka pada saat tiba di Indonesia, agar tidak dikenakan tindakan
keimigrasian berupa pendeportasian ke wilayah negara yang mengancam
kehidupan dan kebebasannya;
c) Apabila diantara orang asing dimaksud diyakini terdapat indikasi
sebagai pencari suaka atau pengungsi, agar saudara menghubungi
organisasi internasional masalah pengungsianatau United Nations High
Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk penentuan statusnya.
Berdasarkan prinsip HAM Internasional, semua Warga Negara tanpa
terkecuali mendapatkan hak-hak dasarnya untuk hidup bebas dan merdeka
tanpa

mendapatkan

tekanan

dari

pihak

manapun.Hukum

HAM

Internasional dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap hak-hak
individu atau kelompok yang dilindungi secara internasional dari
pelanggaran, terutama yang dilakukan oleh pemerintah atau aparat suatu
negara. 87
87

Rudi M. Rizki, Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Seri Bahan
Bacaan Kursus HAM Tahun 2005, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Jakarta, h. 1

Universitas Sumatera Utara

Oleh karenanya, perlindungan hak asasi manusia dalam konteks
hukum :
1. Perlindungan terhadap penduduk sipil akibat konflik bersenjata;
2. Perlindungan secara umum yang diberikan kepada penduduk sipil dalam
keadaan biasa; dan
3. Perlindungan terhadap pengungsi baik IDP
‟s maupun pengungsi lintas
batas. 88
Pengajuan suaka ataupun permohonan pengungsi merupakan
bagian dari hak asasi manusia. Hal tersebut dijelaskan di dalam Article 13
Paragraph 2 Universal Declaration of Human Right 1948 yang
menyebutkan “Everyone has he right to leave country, including his own,
and to return to his country”. Selain itu, hak kebebasan untuk memilih
tempat tinggal atau negara juga dijelaskan pada Declaration of Territorial
Asylum 1967 yang menyatakan:
1. Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries
asylum from persecution.
2. This right may not be invoked in the case of persecutions
genuinely arising from non-political crimes or acts contrary to the
purposes and principle of the United Nations.
Selain itu, Konvensi Pengungsi 1951 mencantumkan daftar hak
dan kebebasan asasi yang sangat dibutuhkan oleh pengungsi.Indonesia
88
Koesparmo Irsan, Pengungsi Internal dan Hukum Hak Asasi Manusia, Komisi HAM,
Jakarta, 2007, h. 6-7

Universitas Sumatera Utara

sebagai salah satu negara peserta konvensi wajib melaksanakan hak-hak
dan kewajiban tersebut walaupun Indonesia belum meratifikasinya karena
konvensi tersebut berubah menjadi kebiasaan intenasional yang harus
ditaati semua negara. Dari penjelasan beberapa pasal mengenai
perlindungan HAM bagi para pengungsi ini maka Indonesia sebagai salah
satu negara yang disinggahi oleh beberapa golongan pengungsi hendaknya
tetap memperlakukan mereka sesuai dengan HAM Internasional yang
mereka memiliki tanpa melihat dan mendiskriminasikan status personal
mereka.
Selain dari aspek HAM Internasional, faktor penting lainnya
adalah Pemerintah Indonesia dalam rangka pemberian perlindungan
terhadap para pengungsi juga wajib bekerjasama dengan negara asal
pengungsi maupun lembaga-lembaga kemanusiaan yang berkaitan dengan
masalah pengungsi. Hal ini bertujuan agar para pengungsi mendapatkan
perlakuan serta keputusan yang terbaik bagi kehidupan mereka di masa
yang akan datang, kerjasama dengan lembaga internasional ini juga harus
dikedepankan pertimbangan kemanusiaan tanpa adanya kepentingan
politik. Jaminan perlindungan hukum bagi semua pengungsi yang berada
di dalam wilayah territorial Indonesia dituangkan juga dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2001 tentang Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang berisi
bahwa apapun alasan dan latar belakang terjadinya pengungsian,

Universitas Sumatera Utara

pemerintah perlu segera mengupayakan dan penanganannya secara cepat,
tepat,

terpadu,

penyelamatan,

dan

terkoordinasi

rehabilitasi,

dan

melalui

kegiatan

rekonstruksi.

pencegahan,

Sehingga

dengan

didirikannya badan ini, para pengungsi yang berada di wilayah Indonesia
segera mendapatkan penghidupan serta perlindungan hukum yang layak
tanpa memandang latar belakang mereka.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Di perkirakan sekitar 600-an orang pengungsi telah mendarat di
Aceh dan sekitarnya dalam kondisi memprihatikan, dan juga masih banyak
yang tertahan terkatung katung di perairan, bahkan diantaranya banyak
yang meregang nyawa diakibatkan kekurangan makanan karena ditolak
oleh beberapa negara.
Tak pelak masalah ini pun menjadi perhatian bersama, khususnya
bagi beberapa negara yang menjadi tujuan para pengungsi. Thailand,
Malaysia

dan

Indonesia

diantaranya

adalah

negara-negara

yang

memperoleh imbas langsung pengungsi karena dijadikan sebagai tujuan
terdekat bagi pengungsi. Dan kejadian ini merupakan kesekian kalinya
sejak tahun 2012 pengungsi memenuhi beberapa negara tersebut.
Konflik etnis Rohingya telah berlangsung lama, dipicu persoalan
diskriminasi etnis dan agama, dimana etnis Rohingya adalah kelompok
minoritas muslim, dimasa lalu mereka adalah kelompok pendatang dari
Bangladesh. Muslim Rohingya selama beberapa dekade menerima
perlakuan diskriminatif di Myanmar. Ditolak sebagai warga negara oleh
Myanmar, mereka jadi tidak memiliki status kewarnegaraan. Akses
mereka untuk mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan terbatas dan
kebebasan pun sangat dibatasi.Dalam tiga tahun terakhir, serangan

Universitas Sumatera Utara

terhadap Muslim Rohingya telah menewaskan 280 orang dan memaksa
140.000 lainnya mengungsi ke kamp-kamp yang padat di luar Sittwe,
ibukota Negara Bagian Rakhine, di mana mereka tinggal di bawah kondisi
yang menyedihkan, tanpa kesempatan untuk mencari nafkah.
Indonesia selama ini sering menghadapi persoalan imigran yang
melintas batas perairan indonesia dan beberapa negara tetangga, bukan
saja dari imigran-imigran dari negara terdekat seperti pengungsi Rohingya
tetapi juga persoalan imigran lain yang datang dari beberapa negara Timur
Tengah menuju Australia sebagai tujuan untuk mencari suaka untuk
menghindari situasi politik yang terjadi.
Indonesia dalam menyikapi permasalahan etnis Rohingya berada
dipihak netral, Indonesia tetap akan membantu bantuan kemanusiaan bagi
para imigran dan tetap akan menyediakan tempat penampungan bagi para
etnis Rohingya hingga sampai konflik permasalahan tersebut selesai.
Dalam konteks etnis Rohingya, Indonesia melalui menteri luar
negeri pada tahun 2012, Marty Natalegawa menekankan bahwa Indonesia
menentang segala jenis pelanggaran hak asasi manusia, termasuk
kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar. Indonesia secara konsisten
menolak diskriminasi berdasarkan agama, etnis, atau alasan apapun.
Indonesia juga melakukan upaya diplomatik bilateral dan multilateral juga
telah dilakukan, diantaranya membawa isu pengungsi Rohignya kepada

Universitas Sumatera Utara

KTT Luar Biasa dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Mekkah, Arab
Saudi, Agustus 2012.
Pemerintahan baru Indonesia selayaknya mendorong kembali
masalah ini ke dalam agenda penting ASEAN sebagai isu kemanusiaan
yang patut disikapi serius dunia internasional.

4.2 SARAN
1. Sejumlah tokoh menekankan perlunya
pemerintah

Indonesia

terkait

masalah

pernyataan

tegas dari

pengungsi

Rohingya.

Dikarenakan bentuk negara kita ini, sangat ditakutkan masuknya
Imigran Rohingya secara Ilegal dan dapat merugikan negara kita
sendiri. Selain penanganan pengungsi di kamp-kamp terpadu,
Indonesia perlu menginisiasi adanya KTT ASEAN khusus untuk
membahas masalah Rohingya.
2. Menekankan pemerintah Indonesia agar memberikan pengaruhnya
terhadap pemerintah Myanmar agar kasus kemanusiaan ini ditangani
secara adil.

Universitas Sumatera Utara