S SOS 1100645 Chapter3
BAB III
Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian deskriptif.
Menurut nasution (1991, hlm.41) “penelitian deskriptif, mengadakan deskripsi untuk
memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial..”. Pernyataan
tersebut
dapat
dipahami
bahwa
dengan
desain
deskriptif
peneliti
dapat
menggambarkan segala keadaan para pedagang warung kios asal Kuningan dalam
melakukan gerak sosial. Kemudian adanya juga tujuan desain penelitian deskriptif
kualitatif menurut Bungin (2007, hlm. 68) mengatakan
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek
penelitian, dan berupaya menarik realitas ke permukaan sebagai suatu ciri,
karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
fenomena tertentu
Penjelasan tersebut, ketika peneliti melakukan penelitian maupun telah mengumpulkan
atau memperoleh data yang sesuai dan diinginkan mengenai mobilitas sosial pedagang
warung kios asal Kuningan di sekitar kampus Bumi Siliwangi, peneliti dapat
menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai fenomena tersebut dengan cara
mengungkapkan ke permukaan berbagai fakta sosial, seperti apakah yang menjadi
faktor pendorong maupun penarik mereka untuk melakukan mobilitas sosial dan
termasuk kepada mobilitas vertikal manakah atas hasil yang mereka kerjakan.
Penulis dalam meneliti di lapangan di wajibkan untuk mempunyai kemampuan
mengakrabi lokasi dan responden. Alwasilah (2012) mengungkapkan bahwa istilah
yang baku dalam literatur kualitatif adalah gaining entry atau establishing rapport,
yakni kulo nuwun terhadap lokasi penelitian dan silaturahmi kepada responden.
Sebelum melakukan pengambilan data dalam penelitian penulis musti melakukan
observasi tempat dan menemui calon responden, lebih ke melakukan keakraban
73
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terlebih dahulu, karena jarak psikologis antara peneliti dan objek penelitian pastinya
memiliki jarak.
Rapport menurut Webster’s New Colegiate Dictionary (dalam Alwasilah, 2012,
hlm.101) adalah “relation marked by harmony, conformity, accord, or affinity
(1981:949), yaitu hubungan yang ditandai oleh kesesuaian, kesepakatan, persetujuan
atau kedekatan antara peneliti dan yang akan diteliti.” Penjelasan tersebut sangat
direkomendasikan setiap peneliti harus mempunyai atau membentuk suatu hubungan
yang bisa mendekatkan antara peneliti yang responden yang akan di teliti. Jalinan
tersebut sangat penting karena peneliti adalah instrumen penelitian, dan tanpa
hubungan tersebut akan sangat sulit untuk merealisasikan penelitian yang telah
dicanangkan. Peneliti sebagai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, apa
yang oleh Hammersley dan Atkinson (1983) disebut reflexivity.
Penjelasan tersebut, peneliti dituntut untuk mendapatkan kepercayaan, yaitu
membangun rapport. Alwasilah (2012, hlm.102) mengungkapkan bahwa Rapport
adalah mekanisme untuk mengurangi jarak psikologis, mencairkan ketegangan dan
membangun kepercayaan responden terhadap peneliti. Akan lebih baik apabila
peneliti memahami budaya atau kebiasaanya. Dilansir di sumber yang sama, peneliti
etnografis prosesional, khususnya sewaktu wawancara, menurut Alwasilah (2012,
hlm.102) memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Sensitif, sabar, cerdik, tidak menghakimi (judgemental), bersahabat dan tidak
menyerang (innofensive), menunjukan toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity),
memiliki selera humor, ingin menguasai bahasa asing (bahasa ibu responden), dan
mampu menjaga kerahasiaan responden, peneliti harus ‘berbudaya lokal
responden’ agar mendapatkan data secara terus menerus sampai penelitian usai.
(Alwasilah, 2012, hlm.102).
Penulis akan berusaha untuk menaplikasikan sifat maupun sikap tersebut ketika mulai
beraksi di lapangan untuk pengambilan data kepada para pedagang warung kios asal
Kabupaten Kuningan di sekitar Kampus UPI Bandung. Penulis cukup mengenal
bahasa dan budaya sunda yang lumayan berbeda dari daerah tatar sunda parahyangan,
karena penulis berdomisili dari daerah yang sama, yaitu Kabupaten Kuningan.
Menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk menerapkan segala strategi untuk
74
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengumpulkan data yang relevan dan terkini kepada para pedagang atas gerak sosial
yang mereka lakukan.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang akan diajukan oleh penulis yang berjudul “Mobilitas Sosial
Pedagang warung kios asal Kuningan” dilakukan dengan metodologi deskriptif dan
pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2010, hlm.4) menguraikan bahwa
“Penelitian
kualitatif
merupakan
metode-metode
untuk
mengeksplorasi
dan
memahami makna yang oleh orang atau sekelompok orang dianggap berasal dari
masalah sosial”. penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, atas dasar pemaparan
tersebut bahwa metode yang dipilih sesuai dengan tujuan yang dituju oleh penulis
yaitu untuk memahami segala fenomena sosial yang terjadi, yaitu mengenai Mobilitas
Sosial yang dilakukan oleh pedagang yang berasal dari Kabupaten Kuningan, dimasa
fenomena tersebut terjadi di sekitar lingkungan dimana penulis menetap sementara di
Kota Bandung, tepatnya di sekitar Kampus UPI Bandung.
Pelaksanaanya memerlukan proses yang mendalam dengan cara keterlibatan
langsung di lapangan baik dalam berinteraksi secara langsung maupun dengan cara
mengamatinya di lapangan. Kemudian dijabarkan dengan cara di deskripsikanya
secara menyeluruh dari segala hasil penelitian.
C. Lokasi dan Informan
1. Lokasi
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
(dalam Sugiyono, 2013, hlm. 215) dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial
yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sesuai dengan pernyataan tersebut, dalam
penelitian yang berjudul Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kabupaten
kuningan ini tempat (place) yang telah dipilih oleh peneliti yaitu pedagang yang
bertempat atau beroperasi di sekitar Kampus UPI Bandung, yang meliputi jalan Geger
Kalong, Geger Kalong Tengah, Geger Kalong Hilir, Geger Arum, dan daerah Cilimus,
75
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apabila dalam Kecamatan mencakup Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Cidadap.
Namun seiring menuju penelitian destinasi penelitian dapat berkembang. Setelah itu
pelaku (actors) yaitu pedagang makanan ataupun pedagang kaki lima baik laki-laki
maupun perempuan dengan berbagai latar belakang dan usia yang berada di sekitar
UPI Bandung. Terakhir aktivitas (activity), tentunya yang berkecimpung di sektor
informal yang di fokuskan kepada pedagang.
Batasan lokasi meliputi jalan sekitar Kampus UPI Bumi siliwangi.
2. Informan
Subjek berarti disini adalah informan penelitian. Penelitian kualitatif ini
peneliti wajib merancang strategi untuk berupaya menggali informasi dari yang akan
diteliti. Sangat penting dalam penentuan informan yang mengerti dan paham akan
masalah yang sedang diteliti. Karena itu dalam meraih informan yang sesuai dengan
tema, peneliti menggunakan prosedur penelitian kualitatif ini oleh penulis yaitu
purpossive sampling. Seperti telah dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 218)
bahwa “purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Seperti dalam menentukan narasumber atau informan yang akan
menjadi subjek penelitian mempunyai beberapa kriteria yaitu para pedagang yang
berasal dari Kabupaten Kuningan yang melakukan Mobilitas Sosial ke Kota Bandung
dan lebih tepatnya yang berada di sekitar Kampus UPI Bandung.
Menurut Bungin (2007, hlm 107) pengunaan prosedur purposif adalah antara
lain menggunakan Key Person. Pada penentuan Key Person ini adalah informan yang
menguasai informasi dalam moblitas sosial pedagang warung kios asal Kuningan ini.
Penulis menentukan yang menjadi Key Person adalah pedagang itu sendiri, yang bisa
dilakukan wawancara secara mendalam. Informan pangkal penulis menentukan bahwa
para konsumen atau pelanggan, keluarga dan tokoh masyarakat yang menjadi informan
pangkal, yang dianggap dapat mengetahui segala peristiwa yang terjadi dalam
mobilitas pedagang, baik dari keadaan maupun pelayanan.
Tabel 3.1. Informan Pokok dan Pangkal
76
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Informan Pokok
1.
2.
Pedagang Warung Kopi
Pedagang Kios Rokok
Informan Pangkal
1.
2.
3.
Keluarga pedagang Warung Kopi/Kios
Rokok
Konsumen Warung Kopi/Rokok
Tokoh Masyarakat daerah asal
Sumber : Diolah oleh peneliti (2015)
D. Instrumen Penelitian
“Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya yang terjun ke
lapangan” (Bungin, 2007, hlm.222). Jadi, peneliti harus menguasai dan mempunyai
wawasan terhadap bidang penelitian mobilitas sosial para pedagang, dan penuh
kesiapan dalam melaksanakanya, terutama dalam pengambilan, pengolahan dan uji
kebsahan data.
E. Teknik pengumpulan data
1. Obeservasi Partisipatif (Participant Observer)
Menurut Bungin (2007, hlm.118) menyatakan “ Pengumpulan data melalui
observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan
serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan”
Terjunya penulis ke
lapangan dalam penelitian, peneliti akan berusaha untuk mengamati segala proses
secara langsung dalam kehidupan mereka baik peristiwa maupun kejadian di dalam
lingkungan pedagang, dan dapat menggali informasi yang lebih actual dan relevan
dengan situasi di lapangan.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara Mendalam Menurut Bungin (2007, hlm 111) yaitu “proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama”. Menggunakan
77
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teknik wawancara, komunikasi verbal dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung oleh peneliti. Ketika melakukan wawancara mendalam kepada narasumber
yaitu para pedagang yang berasal dari Kabupaten Kuningan, peneliti diharapkan
mampu mengakrabkan diri dengan informan sengan sifat yang lebih non formal.
Penulis diharapkan dapat mendeskripsikan dan mengeksplorasi mengenai mobilitas
sosial yang dilakukan.
3. Dokumentasi
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiyono,
2013, hlm. 240). Segala dokumen atau catatan yang ada baik bersifat primer maupun
sekunder, data tersebut akan membantu penulis dalam melakukan penelitian kepada
para pedagang, dan bisa melengkapi data yang belum kredibel dari apa yang
didapatkan dari observasi maupun wawancara.
F. Teknik pengolahan data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm.246), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kegiatan awal mencari data sudah barang tentu
banyak hal yang harus difokuskan dan di sesuaikan dengan tema, Karena itu peneliti
musti memilih hal-hal pokok dalam mengambil data. Jadi peneliti dalam
pengambilan data sangat perlu dicatat dan diambil atau di reduksi yang sesuai
dengan Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kuningan.
78
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Data Display (Penyajian data)
Proses ini dilakukan setelah adanya reduksi data, kemudian tahap selanjutnya
yaitu mendisplay. Mendisplay disini maksudnya untuk menyajikan. Apabila peneliti
telah mereduksi data, proses selanjutnya peneliti harus menyajikan data mengenai
Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kuningan. Bisa dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowerchart dan sejenisnya.
c. Conclusion Drawing / verification
Langkah ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah mereduksi
dan menyajikan data hasil dari lapangan, bisa ditariknya kesimpulan. Namun
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila terdapat bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka
yang dikemukakan kesimpulan yang kredibel. Apabila setelah memulai penelitian,
penulis akan selalu kembali ke lapangan atau ke tempat pedagang bergegiatan, baik
di tempak bekerja maupun tidak, dan tidak hanya sekali. Demi memperoleh data
yang akurat dan membuat kesimpulan yang kredibel.
G. Uji Keabsahan Data
Sangat diperlukan bahwa data hasil penelitian diharuskan data yang dapat
dipercaya dan valid. Banyak hasil penelitian yang diragukan kebenaranya karena
beberapa hal, Bungin (2007, hlm. 261) menyatakan bahwa
“(1) subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif; (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
(apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara
terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi); (3) sumber data
kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian”
Karena itu suatu ketidak validan haruslah dihindari agar jauh dari keraguan dan
kekeliruan yang mengatasnamakan semua pihak. Metode-metode yang dapat
digunakan untuk uji keabsahan diantaranya.
79
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Dikarenakan instrumen penelitian kualitatif tersebut adalah diri sendiri atau
peneliti, karena itu sangat penting seorang peneliti selalu terjun langsung dalam
lapangan untuk pengamatan maupun pengambilan data sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Menurut Bungin (2007, hlm. 263) mengungkapkan
“bersama informan di lapangan akan membantu peneliti memahami budaya dan
tradisi informan, memahami makna-makna budaya, makna simbul, dan berbagai
makna lainya yang hidup dan tumbuh di masyarakat...”. Pernyataan tersebut bisa
disimpulkan bahwa dalam penelitian perlu waktu yang relatif lama untuk mendukung
kepastian data, dengan memahami budaya, bahasa atau kebiasaan informan di lokasi
yang menjadi target. Sehingga peneliti dapat membandingkan data yang diperoleh
dari kata-katanya dengan kebiasaan yang sering ditampilkan.
b. Ketekunan Pengamatan
Menurut Bungin (2007, hlm. 264) mengatakan “Untuk memperoleh derajat
keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainya adalah dengan meningkatkan
ketekunan dalam pengamatan lapangan”. Apabila di analogikan dalam peribahasa
yaitu pisau yang tajam karena sering diasah. Begitu pula dalam penelitian semakin
peneliti mempertajam ketekunan maka tingkat keabsahan tentunya meningkat,
dengan menggunakan segala panca indera yang mesti peneliti optimalkan. Ketika
mengamati mobilitas sosial pedagang, peneliti mesti dengan tekun mengamati segala
sesuatu yang terjadi di lapangan.
c. Triangulasi sumber data
Menggali suatu informasi diperlukan sumber data yang berbeda alias bukan
hanya terfokus dalam satu sumber data. Tingkat kepercayaan dalam mengambil data
diperlukan cara membandingkan dan mengecek dengan cara tertentu. Menurut Paton
(dalam Bungin, 2007, hlm. 265), mengungkapkan ;
80
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan apa yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi , orang berada dan orang pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
Cara-cara tersebut sangat harus dilaksanakan terutama untuk penelian kualitatif. Poin
pertama yang dimaksudkan adalah langkah peneliti dalam meraih data yang dituju
peneliti bukan hanya mengambil data melalui teknik wawancara, namun dengan
mengamati pola perilaku pedagang tersebut dalam aktivitas sehari-hari yang dianggap
penting sebagai data yang perlu dibandingkan dengan data yang diambil dari teknik
wawancara. Pada poin kedua dapat dimengerti yaitu langkah nyata di lapangan dalam
meneliti disini dimaksudkan bahwa peneliti diharuskan untuk mengambil data dengan
mengamati dan melakukan wawancara dengan berbagai teknik secara non formal
pada kegiatan sehari-hari di depan umum, dan membandingkan dengan data hasil
wawancara pribadi secara mendalam dengan para pedagang warung kios asal
Kabupaten Kuningan. Poin ketiga yang dimaksudkan yaitu peneliti bisa mengambil
sumber data selain dari informan ini seperti pedagang warung kios asal Kuningan.
Namun peneliti musti mengambil data dari pihak lain mengenai kondisi kondisi para
pedagang menurut pandangan mereka, seperti para masyarakat sekitar atau konsumen
di Warung Kopi atau pedagang kaki lima. Kemudian data-data tersebut dapat dapat
dibandingkan dari sumber-sumber yang lainya. Poin keempat dapat dijelaskan bahwa
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi , orang berada dan orang pemerintahan. Sangat perlu dalam triangulasi sumber
data ini, berbagai persfektif dapat dibandingkan dari berbagai sumber. Bisa dari
masyarakat sekitar para pedagang atau Warung Kopi tersebut mengenai
pandanganya, bisa pula memilih dengan mengambil data dari pandangan para ahli,
seperti seorang sosiolog yang sangat tepat, apabila yang berhubungan dengan
81
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembahasan yang peneliti ambil. Poin terakhir yaitu dengan membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang ada. Alasan-alasan kesamaan dan adanya
perbedaan adalah harapan dari perbandingan tersebut.
Menurut Moleong (dalam Bungin, 2007, hlm. 265) mengungkapkan Triangulasi
sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden.
Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data.
Menyediakan tambahan informasi secara sukarela.
Memasukan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan
untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data.
5) Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
Maksud dari poin pertama yang dapat dimengerti penulis yaitu setelah dilakukanya
penelitian, hasil-hasil yang telah diperoleh dari sumber data yang telah diolah, para
pedagang warung kios asal kuningan dapat memberi penilaian mengenai keabsahan
datanya. selanjutnya dengan dilakukanya triangulasi sumber data hal-hal yang berbau
kekeliruan akan terkikis sedikit demi sedikit, sehingga keabsahan data dapat
diperhitungkan. Diteruskan pada poin ketiga dimaksudkan dapat melalukan
pengambilan data dari berbagai sumber, data-data hasil penelitian akan terus
bertambah dan berkembang. Poin berikutnya menjelaskan Sangat penting kontribusi
seorang informan baik yang inti maupun individu atau sekelompok dari pihak yang
berbeda. Karena tidak dimungkinkan dilakukan penelitian dengan tidak adanya
subjek penelitian yaitu para pedagang dan masyarakat sekitarnya. Poin terakhir dapat
dimaksudkan berbagai informan yang telah direncanakan oleh peneliti, peneliti harus
dipastikan untuk memperoleh data yang cukup dari berbagai sumber data.
d. Kecukupan referensi
Referensi dapat diambil dari berbagai alat maupun media yang cocok dalam
penelitian kualitatif ini seperti, segala catatan dari lapangan, rekam suara maupun
video wawancara, dan media lainya yang bisa mendukung.
82
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Uraian Rinci
Penjelasan rinci dari apa yang diperoleh akan sangat memudahkan pembaca
untuk mengerti. Terutama akan lebih baik apabila dengan bahasa yang baik, benar
dan masuk di akal.
f. Auditing
Menurut Bungin (2007, hlm.267) mengungkapkan “Auditing adalah konsep
manajerial yang dilakukan secara ketat dan dimanfaatkan untuk memeriksa
ketergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun
terhadap hasil atau keluaran”. Menguji keabsahan sangat penting dalam langkah ini.
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh
Halpern (dalam Bungin, 2007, hlm. 267) yaitu,
1)
2)
3)
4)
Tahap pra-entri,
Tahap penetapan hal-hal yang dapat diaudit.
Tahap Kesepakatan formal.
Tahap penentuan keabsahaan data.
Pertama yaitu Tahap pra-entri, sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan
auditi (peneliti) dan berakhir pada usaha meneruskan, mengubah seperlunya, atau
menghentikan pelaksanaan usulan auditing. Sesudah itu auditi memilih auditor yang
potensial untuk melaksanakan auditing itu. Tahap tersebut peneliti akan mengambil
salah satu pedagang yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk menjadi
seorang auditor sepanjang penelitian atau hanya dalam hasilnya saja. Selanjutnya
Tahap penetapan hal-hal yang dapat diaudit. Pedagang atau auditor berperan untuk
mempelajari seluruh bahan, apakah sesuai dengan hasil metode pengambilan data.
Apabila auditor memandang data kurang lengkap atau tuntas, auditor dapat
memberikan saran lebih baik diteruskan atau tidak, atau bisa diperbaiki.
Tahap berikutnya yaitu tahap Kesepakatan formal. Pedagang dengan auditi
diperlukan adanya kesepakatan dalam hal penelitian. Seperti persetujuan tertulis
83
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tentang batas waktu, tujuan, peranan, tempat dalam pelaksanaanya. Bisa di rundingkan
kembali apabila terjadi kekeliruan. Terakhri Tahap penentuan keabsahaan data. Tahap
bagian terpenting ini, sorang pedagang (auditor) wajib memeriksa kepastian dalam
keabsahan data. Apakah berasal dari data-data hasil pengambilan lewat metode yang
telah ditetapkan sebelumnya, auditor wajib menelusuri dan mempelajari dari data-data
mentahnya apakan sesuai dengan data yang telah diolah.
84
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian deskriptif.
Menurut nasution (1991, hlm.41) “penelitian deskriptif, mengadakan deskripsi untuk
memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial..”. Pernyataan
tersebut
dapat
dipahami
bahwa
dengan
desain
deskriptif
peneliti
dapat
menggambarkan segala keadaan para pedagang warung kios asal Kuningan dalam
melakukan gerak sosial. Kemudian adanya juga tujuan desain penelitian deskriptif
kualitatif menurut Bungin (2007, hlm. 68) mengatakan
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek
penelitian, dan berupaya menarik realitas ke permukaan sebagai suatu ciri,
karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
fenomena tertentu
Penjelasan tersebut, ketika peneliti melakukan penelitian maupun telah mengumpulkan
atau memperoleh data yang sesuai dan diinginkan mengenai mobilitas sosial pedagang
warung kios asal Kuningan di sekitar kampus Bumi Siliwangi, peneliti dapat
menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai fenomena tersebut dengan cara
mengungkapkan ke permukaan berbagai fakta sosial, seperti apakah yang menjadi
faktor pendorong maupun penarik mereka untuk melakukan mobilitas sosial dan
termasuk kepada mobilitas vertikal manakah atas hasil yang mereka kerjakan.
Penulis dalam meneliti di lapangan di wajibkan untuk mempunyai kemampuan
mengakrabi lokasi dan responden. Alwasilah (2012) mengungkapkan bahwa istilah
yang baku dalam literatur kualitatif adalah gaining entry atau establishing rapport,
yakni kulo nuwun terhadap lokasi penelitian dan silaturahmi kepada responden.
Sebelum melakukan pengambilan data dalam penelitian penulis musti melakukan
observasi tempat dan menemui calon responden, lebih ke melakukan keakraban
73
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terlebih dahulu, karena jarak psikologis antara peneliti dan objek penelitian pastinya
memiliki jarak.
Rapport menurut Webster’s New Colegiate Dictionary (dalam Alwasilah, 2012,
hlm.101) adalah “relation marked by harmony, conformity, accord, or affinity
(1981:949), yaitu hubungan yang ditandai oleh kesesuaian, kesepakatan, persetujuan
atau kedekatan antara peneliti dan yang akan diteliti.” Penjelasan tersebut sangat
direkomendasikan setiap peneliti harus mempunyai atau membentuk suatu hubungan
yang bisa mendekatkan antara peneliti yang responden yang akan di teliti. Jalinan
tersebut sangat penting karena peneliti adalah instrumen penelitian, dan tanpa
hubungan tersebut akan sangat sulit untuk merealisasikan penelitian yang telah
dicanangkan. Peneliti sebagai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, apa
yang oleh Hammersley dan Atkinson (1983) disebut reflexivity.
Penjelasan tersebut, peneliti dituntut untuk mendapatkan kepercayaan, yaitu
membangun rapport. Alwasilah (2012, hlm.102) mengungkapkan bahwa Rapport
adalah mekanisme untuk mengurangi jarak psikologis, mencairkan ketegangan dan
membangun kepercayaan responden terhadap peneliti. Akan lebih baik apabila
peneliti memahami budaya atau kebiasaanya. Dilansir di sumber yang sama, peneliti
etnografis prosesional, khususnya sewaktu wawancara, menurut Alwasilah (2012,
hlm.102) memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Sensitif, sabar, cerdik, tidak menghakimi (judgemental), bersahabat dan tidak
menyerang (innofensive), menunjukan toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity),
memiliki selera humor, ingin menguasai bahasa asing (bahasa ibu responden), dan
mampu menjaga kerahasiaan responden, peneliti harus ‘berbudaya lokal
responden’ agar mendapatkan data secara terus menerus sampai penelitian usai.
(Alwasilah, 2012, hlm.102).
Penulis akan berusaha untuk menaplikasikan sifat maupun sikap tersebut ketika mulai
beraksi di lapangan untuk pengambilan data kepada para pedagang warung kios asal
Kabupaten Kuningan di sekitar Kampus UPI Bandung. Penulis cukup mengenal
bahasa dan budaya sunda yang lumayan berbeda dari daerah tatar sunda parahyangan,
karena penulis berdomisili dari daerah yang sama, yaitu Kabupaten Kuningan.
Menjadi tantangan tersendiri bagi penulis untuk menerapkan segala strategi untuk
74
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengumpulkan data yang relevan dan terkini kepada para pedagang atas gerak sosial
yang mereka lakukan.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang akan diajukan oleh penulis yang berjudul “Mobilitas Sosial
Pedagang warung kios asal Kuningan” dilakukan dengan metodologi deskriptif dan
pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2010, hlm.4) menguraikan bahwa
“Penelitian
kualitatif
merupakan
metode-metode
untuk
mengeksplorasi
dan
memahami makna yang oleh orang atau sekelompok orang dianggap berasal dari
masalah sosial”. penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, atas dasar pemaparan
tersebut bahwa metode yang dipilih sesuai dengan tujuan yang dituju oleh penulis
yaitu untuk memahami segala fenomena sosial yang terjadi, yaitu mengenai Mobilitas
Sosial yang dilakukan oleh pedagang yang berasal dari Kabupaten Kuningan, dimasa
fenomena tersebut terjadi di sekitar lingkungan dimana penulis menetap sementara di
Kota Bandung, tepatnya di sekitar Kampus UPI Bandung.
Pelaksanaanya memerlukan proses yang mendalam dengan cara keterlibatan
langsung di lapangan baik dalam berinteraksi secara langsung maupun dengan cara
mengamatinya di lapangan. Kemudian dijabarkan dengan cara di deskripsikanya
secara menyeluruh dari segala hasil penelitian.
C. Lokasi dan Informan
1. Lokasi
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
(dalam Sugiyono, 2013, hlm. 215) dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial
yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sesuai dengan pernyataan tersebut, dalam
penelitian yang berjudul Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kabupaten
kuningan ini tempat (place) yang telah dipilih oleh peneliti yaitu pedagang yang
bertempat atau beroperasi di sekitar Kampus UPI Bandung, yang meliputi jalan Geger
Kalong, Geger Kalong Tengah, Geger Kalong Hilir, Geger Arum, dan daerah Cilimus,
75
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apabila dalam Kecamatan mencakup Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Cidadap.
Namun seiring menuju penelitian destinasi penelitian dapat berkembang. Setelah itu
pelaku (actors) yaitu pedagang makanan ataupun pedagang kaki lima baik laki-laki
maupun perempuan dengan berbagai latar belakang dan usia yang berada di sekitar
UPI Bandung. Terakhir aktivitas (activity), tentunya yang berkecimpung di sektor
informal yang di fokuskan kepada pedagang.
Batasan lokasi meliputi jalan sekitar Kampus UPI Bumi siliwangi.
2. Informan
Subjek berarti disini adalah informan penelitian. Penelitian kualitatif ini
peneliti wajib merancang strategi untuk berupaya menggali informasi dari yang akan
diteliti. Sangat penting dalam penentuan informan yang mengerti dan paham akan
masalah yang sedang diteliti. Karena itu dalam meraih informan yang sesuai dengan
tema, peneliti menggunakan prosedur penelitian kualitatif ini oleh penulis yaitu
purpossive sampling. Seperti telah dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 218)
bahwa “purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Seperti dalam menentukan narasumber atau informan yang akan
menjadi subjek penelitian mempunyai beberapa kriteria yaitu para pedagang yang
berasal dari Kabupaten Kuningan yang melakukan Mobilitas Sosial ke Kota Bandung
dan lebih tepatnya yang berada di sekitar Kampus UPI Bandung.
Menurut Bungin (2007, hlm 107) pengunaan prosedur purposif adalah antara
lain menggunakan Key Person. Pada penentuan Key Person ini adalah informan yang
menguasai informasi dalam moblitas sosial pedagang warung kios asal Kuningan ini.
Penulis menentukan yang menjadi Key Person adalah pedagang itu sendiri, yang bisa
dilakukan wawancara secara mendalam. Informan pangkal penulis menentukan bahwa
para konsumen atau pelanggan, keluarga dan tokoh masyarakat yang menjadi informan
pangkal, yang dianggap dapat mengetahui segala peristiwa yang terjadi dalam
mobilitas pedagang, baik dari keadaan maupun pelayanan.
Tabel 3.1. Informan Pokok dan Pangkal
76
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Informan Pokok
1.
2.
Pedagang Warung Kopi
Pedagang Kios Rokok
Informan Pangkal
1.
2.
3.
Keluarga pedagang Warung Kopi/Kios
Rokok
Konsumen Warung Kopi/Rokok
Tokoh Masyarakat daerah asal
Sumber : Diolah oleh peneliti (2015)
D. Instrumen Penelitian
“Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian selanjutnya yang terjun ke
lapangan” (Bungin, 2007, hlm.222). Jadi, peneliti harus menguasai dan mempunyai
wawasan terhadap bidang penelitian mobilitas sosial para pedagang, dan penuh
kesiapan dalam melaksanakanya, terutama dalam pengambilan, pengolahan dan uji
kebsahan data.
E. Teknik pengumpulan data
1. Obeservasi Partisipatif (Participant Observer)
Menurut Bungin (2007, hlm.118) menyatakan “ Pengumpulan data melalui
observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan
serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan”
Terjunya penulis ke
lapangan dalam penelitian, peneliti akan berusaha untuk mengamati segala proses
secara langsung dalam kehidupan mereka baik peristiwa maupun kejadian di dalam
lingkungan pedagang, dan dapat menggali informasi yang lebih actual dan relevan
dengan situasi di lapangan.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara Mendalam Menurut Bungin (2007, hlm 111) yaitu “proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama”. Menggunakan
77
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teknik wawancara, komunikasi verbal dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung oleh peneliti. Ketika melakukan wawancara mendalam kepada narasumber
yaitu para pedagang yang berasal dari Kabupaten Kuningan, peneliti diharapkan
mampu mengakrabkan diri dengan informan sengan sifat yang lebih non formal.
Penulis diharapkan dapat mendeskripsikan dan mengeksplorasi mengenai mobilitas
sosial yang dilakukan.
3. Dokumentasi
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiyono,
2013, hlm. 240). Segala dokumen atau catatan yang ada baik bersifat primer maupun
sekunder, data tersebut akan membantu penulis dalam melakukan penelitian kepada
para pedagang, dan bisa melengkapi data yang belum kredibel dari apa yang
didapatkan dari observasi maupun wawancara.
F. Teknik pengolahan data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm.246), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kegiatan awal mencari data sudah barang tentu
banyak hal yang harus difokuskan dan di sesuaikan dengan tema, Karena itu peneliti
musti memilih hal-hal pokok dalam mengambil data. Jadi peneliti dalam
pengambilan data sangat perlu dicatat dan diambil atau di reduksi yang sesuai
dengan Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kuningan.
78
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Data Display (Penyajian data)
Proses ini dilakukan setelah adanya reduksi data, kemudian tahap selanjutnya
yaitu mendisplay. Mendisplay disini maksudnya untuk menyajikan. Apabila peneliti
telah mereduksi data, proses selanjutnya peneliti harus menyajikan data mengenai
Mobilitas Sosial Pedagang warung kios asal Kuningan. Bisa dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowerchart dan sejenisnya.
c. Conclusion Drawing / verification
Langkah ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah mereduksi
dan menyajikan data hasil dari lapangan, bisa ditariknya kesimpulan. Namun
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila terdapat bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka
yang dikemukakan kesimpulan yang kredibel. Apabila setelah memulai penelitian,
penulis akan selalu kembali ke lapangan atau ke tempat pedagang bergegiatan, baik
di tempak bekerja maupun tidak, dan tidak hanya sekali. Demi memperoleh data
yang akurat dan membuat kesimpulan yang kredibel.
G. Uji Keabsahan Data
Sangat diperlukan bahwa data hasil penelitian diharuskan data yang dapat
dipercaya dan valid. Banyak hasil penelitian yang diragukan kebenaranya karena
beberapa hal, Bungin (2007, hlm. 261) menyatakan bahwa
“(1) subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif; (2) alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
(apapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara
terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi); (3) sumber data
kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian”
Karena itu suatu ketidak validan haruslah dihindari agar jauh dari keraguan dan
kekeliruan yang mengatasnamakan semua pihak. Metode-metode yang dapat
digunakan untuk uji keabsahan diantaranya.
79
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Dikarenakan instrumen penelitian kualitatif tersebut adalah diri sendiri atau
peneliti, karena itu sangat penting seorang peneliti selalu terjun langsung dalam
lapangan untuk pengamatan maupun pengambilan data sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Menurut Bungin (2007, hlm. 263) mengungkapkan
“bersama informan di lapangan akan membantu peneliti memahami budaya dan
tradisi informan, memahami makna-makna budaya, makna simbul, dan berbagai
makna lainya yang hidup dan tumbuh di masyarakat...”. Pernyataan tersebut bisa
disimpulkan bahwa dalam penelitian perlu waktu yang relatif lama untuk mendukung
kepastian data, dengan memahami budaya, bahasa atau kebiasaan informan di lokasi
yang menjadi target. Sehingga peneliti dapat membandingkan data yang diperoleh
dari kata-katanya dengan kebiasaan yang sering ditampilkan.
b. Ketekunan Pengamatan
Menurut Bungin (2007, hlm. 264) mengatakan “Untuk memperoleh derajat
keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainya adalah dengan meningkatkan
ketekunan dalam pengamatan lapangan”. Apabila di analogikan dalam peribahasa
yaitu pisau yang tajam karena sering diasah. Begitu pula dalam penelitian semakin
peneliti mempertajam ketekunan maka tingkat keabsahan tentunya meningkat,
dengan menggunakan segala panca indera yang mesti peneliti optimalkan. Ketika
mengamati mobilitas sosial pedagang, peneliti mesti dengan tekun mengamati segala
sesuatu yang terjadi di lapangan.
c. Triangulasi sumber data
Menggali suatu informasi diperlukan sumber data yang berbeda alias bukan
hanya terfokus dalam satu sumber data. Tingkat kepercayaan dalam mengambil data
diperlukan cara membandingkan dan mengecek dengan cara tertentu. Menurut Paton
(dalam Bungin, 2007, hlm. 265), mengungkapkan ;
80
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan apa yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi , orang berada dan orang pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
Cara-cara tersebut sangat harus dilaksanakan terutama untuk penelian kualitatif. Poin
pertama yang dimaksudkan adalah langkah peneliti dalam meraih data yang dituju
peneliti bukan hanya mengambil data melalui teknik wawancara, namun dengan
mengamati pola perilaku pedagang tersebut dalam aktivitas sehari-hari yang dianggap
penting sebagai data yang perlu dibandingkan dengan data yang diambil dari teknik
wawancara. Pada poin kedua dapat dimengerti yaitu langkah nyata di lapangan dalam
meneliti disini dimaksudkan bahwa peneliti diharuskan untuk mengambil data dengan
mengamati dan melakukan wawancara dengan berbagai teknik secara non formal
pada kegiatan sehari-hari di depan umum, dan membandingkan dengan data hasil
wawancara pribadi secara mendalam dengan para pedagang warung kios asal
Kabupaten Kuningan. Poin ketiga yang dimaksudkan yaitu peneliti bisa mengambil
sumber data selain dari informan ini seperti pedagang warung kios asal Kuningan.
Namun peneliti musti mengambil data dari pihak lain mengenai kondisi kondisi para
pedagang menurut pandangan mereka, seperti para masyarakat sekitar atau konsumen
di Warung Kopi atau pedagang kaki lima. Kemudian data-data tersebut dapat dapat
dibandingkan dari sumber-sumber yang lainya. Poin keempat dapat dijelaskan bahwa
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau
tinggi , orang berada dan orang pemerintahan. Sangat perlu dalam triangulasi sumber
data ini, berbagai persfektif dapat dibandingkan dari berbagai sumber. Bisa dari
masyarakat sekitar para pedagang atau Warung Kopi tersebut mengenai
pandanganya, bisa pula memilih dengan mengambil data dari pandangan para ahli,
seperti seorang sosiolog yang sangat tepat, apabila yang berhubungan dengan
81
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembahasan yang peneliti ambil. Poin terakhir yaitu dengan membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang ada. Alasan-alasan kesamaan dan adanya
perbedaan adalah harapan dari perbandingan tersebut.
Menurut Moleong (dalam Bungin, 2007, hlm. 265) mengungkapkan Triangulasi
sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden.
Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data.
Menyediakan tambahan informasi secara sukarela.
Memasukan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan
untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data.
5) Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
Maksud dari poin pertama yang dapat dimengerti penulis yaitu setelah dilakukanya
penelitian, hasil-hasil yang telah diperoleh dari sumber data yang telah diolah, para
pedagang warung kios asal kuningan dapat memberi penilaian mengenai keabsahan
datanya. selanjutnya dengan dilakukanya triangulasi sumber data hal-hal yang berbau
kekeliruan akan terkikis sedikit demi sedikit, sehingga keabsahan data dapat
diperhitungkan. Diteruskan pada poin ketiga dimaksudkan dapat melalukan
pengambilan data dari berbagai sumber, data-data hasil penelitian akan terus
bertambah dan berkembang. Poin berikutnya menjelaskan Sangat penting kontribusi
seorang informan baik yang inti maupun individu atau sekelompok dari pihak yang
berbeda. Karena tidak dimungkinkan dilakukan penelitian dengan tidak adanya
subjek penelitian yaitu para pedagang dan masyarakat sekitarnya. Poin terakhir dapat
dimaksudkan berbagai informan yang telah direncanakan oleh peneliti, peneliti harus
dipastikan untuk memperoleh data yang cukup dari berbagai sumber data.
d. Kecukupan referensi
Referensi dapat diambil dari berbagai alat maupun media yang cocok dalam
penelitian kualitatif ini seperti, segala catatan dari lapangan, rekam suara maupun
video wawancara, dan media lainya yang bisa mendukung.
82
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Uraian Rinci
Penjelasan rinci dari apa yang diperoleh akan sangat memudahkan pembaca
untuk mengerti. Terutama akan lebih baik apabila dengan bahasa yang baik, benar
dan masuk di akal.
f. Auditing
Menurut Bungin (2007, hlm.267) mengungkapkan “Auditing adalah konsep
manajerial yang dilakukan secara ketat dan dimanfaatkan untuk memeriksa
ketergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun
terhadap hasil atau keluaran”. Menguji keabsahan sangat penting dalam langkah ini.
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh
Halpern (dalam Bungin, 2007, hlm. 267) yaitu,
1)
2)
3)
4)
Tahap pra-entri,
Tahap penetapan hal-hal yang dapat diaudit.
Tahap Kesepakatan formal.
Tahap penentuan keabsahaan data.
Pertama yaitu Tahap pra-entri, sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan
auditi (peneliti) dan berakhir pada usaha meneruskan, mengubah seperlunya, atau
menghentikan pelaksanaan usulan auditing. Sesudah itu auditi memilih auditor yang
potensial untuk melaksanakan auditing itu. Tahap tersebut peneliti akan mengambil
salah satu pedagang yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk menjadi
seorang auditor sepanjang penelitian atau hanya dalam hasilnya saja. Selanjutnya
Tahap penetapan hal-hal yang dapat diaudit. Pedagang atau auditor berperan untuk
mempelajari seluruh bahan, apakah sesuai dengan hasil metode pengambilan data.
Apabila auditor memandang data kurang lengkap atau tuntas, auditor dapat
memberikan saran lebih baik diteruskan atau tidak, atau bisa diperbaiki.
Tahap berikutnya yaitu tahap Kesepakatan formal. Pedagang dengan auditi
diperlukan adanya kesepakatan dalam hal penelitian. Seperti persetujuan tertulis
83
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tentang batas waktu, tujuan, peranan, tempat dalam pelaksanaanya. Bisa di rundingkan
kembali apabila terjadi kekeliruan. Terakhri Tahap penentuan keabsahaan data. Tahap
bagian terpenting ini, sorang pedagang (auditor) wajib memeriksa kepastian dalam
keabsahan data. Apakah berasal dari data-data hasil pengambilan lewat metode yang
telah ditetapkan sebelumnya, auditor wajib menelusuri dan mempelajari dari data-data
mentahnya apakan sesuai dengan data yang telah diolah.
84
Ade Galih Nugraha, 2016
MOBILITAS SOSIAL PEDAGANG WARUNG KIOS ASAL KUNINGAN DI SEKITAR KAMPUS BUMI SILIWANGI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu