Regulasi - Peraturan Pemerintah pp no 8 tahun 2011

SALINAN
P R E S ID E N

R E P U B LIK

IN D O N E S IA

bahwa untuk m elaksanakan ketentuan Pasal 148 UndangUndang Nom or 23 Tahun 2007 ten tang Perkeretaapian,
Pasal 55 Undang-Undang Nom or 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran, Pasal 191 Undang-Undang Nom or 1 Tahun 2009
tentang
Penerbangan,
dan Pasal 165 ayat (4) UndangUndang Nom or 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, perlu m enetapkan Peraturan Pem erintah
tentang Angkutan M ultim oda;
1.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Nom or

23
Tahun
2007
tentang
Perkeretaapian
(Lem baran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nom or 65, Tam bahan Lem baran Negara
Republik Indonesia Nom or 4722);
3. Undang-Undang
Nom or
17 Tahun
2008
tentang
Pelayaran (Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nom or 64, Tam bahan Lem baran Negara Republik
Indonesia Nom or 4849);
4. Undang-Undang
Nom or
1
Tahun

2009
tentang
Penerbangan
(Lem baran
Negara Republik
Indonesia
Tahun 2009 Nom or 1, Tam bahan
Lem baran Negara
Republik Indonesia Nom or 4956);
5. Undang-Undang Nom or 22 Tahun 2009 tentang
Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lem baran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nom or 96, Tam bahan Lem baran
Negara Republik Indonesia Nom or 5025);

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA


-2 -

PERATURAN
M ULTIM ODA.
BAB I
KETENTUANUM UM

Dalam Peraturan Pem erintah ini yang dim aksud dengan:
1. Angkutan M ultim oda adalah angkutan barang dengan
m enggunakan paling sedikit 2 (dua) m oda angkutan
yang berbeda atas dasar
1 (satu) kontrak
sebagai
dokum en
angkutan
m ultim oda
dari
satu
tem pat
diterim anya

barang
oleh
badan
usaha
angkutan
m ultim oda ke suatu tem pat yang ditentukan
untuk
penyerahan barang kepada penerim a barang angkutan
m ultim oda.
2.

Badan usaha
angkutan
m ultim oda Nasional adalah
Badan Usaha M ilik Negara, Badan Usaha M ilik Daerah,
atau Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan
untuk angkutan m ultim oda.

3.


Badan usaha angkutan m ultim oda asing adalah badan
usaha angkutan m ultim oda yang didirikan berdasarkan
hukum negara asing.

4.

Asosiasi
adalah
asosiasi
badan
usaha
angkutan
m ultim oda atau perusahaan jasa angkutan transportasi
( fr e i g h t fo r w a r d e r ) dan penyedia jasa logistik.

5. Agen adalah Badan Hukum Indonesia yang ditunjuk oleh
badan
usaha
angkutan
m ultim oda

berdasarkan
perjanjian kerja sam a.
6.

Pengguna Jasa adalah orang perseorangan atau badan
hukum yang m enggunakan jasa angkutan m ultim oda
berdasarkan perjanjian.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-37.

Barang adalah setiap benda yang m erupakan m uatan
angkutan m ultim oda, baik berupa
petikem as, palet,
atau kem asan bentuk lain term asuk hewan hidup.


8.

M enteri adalah m enteri yang m enyelenggarakan
pem erintahan di bidang angkutan m ultim oda.

urusan

BAB II
KEGIATANANGKUTANM ULTIM ODA

(1)

Angkutan
m ultim oda hanya dapat
badan usaha angkutan m ultim oda.

(2)

Angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud pada ayat
(1) diselenggarakan

oleh badan
usaha
angku tan
m ultim oda
nasional
dan
badan
usaha
angkutan
m ultim oda asing.

(3)

Kegiatan angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud
pada ayat (1) m eliputi kegiatan yang dim ulai sejak
diterim anya
barang
oleh badan
usaha
angkutan

m ultim oda dari pengguna jasa angkutan m ultim oda
sam pai
dengan
diserahkannya
barang
kepada
penerim a
barang
dari
badan
usaha
angkutan
m ultim oda sesuai dengan yang diperjanjikan
dalam
dokum en angkutan m ultim oda.

(4)

Dalam
m enyelenggarakan

kegiatan
angku tan
m ultim oda sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) badan
usaha
angkutan
m ultim oda
bertanggung
jawab
terhadap
kegiatan penunjang
angkutan
m ultim oda
yang m eliputi pengurusan:
a. transportasi;
b. pergudangan;
c. konsolidasi m uatan;
d. penyediaan ruang m uatan; danl atau
e. kepabeanan
untuk angkutan
m ultim oda ke luar

negeri dan ke dalam negeri.

dilakukan

oleh

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 4 -

(1)

Kegiatan angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 2 dapat dilakukan dengan m enggunakan
alat angkut m oda transportasi darat, perkeretaapian,
laut, dan/ atau udara.

(2)

Alat angkut m oda transportasi sebagaim ana dim aksud
pada ayat (1) terdiri atas kendaraan berm otor, kereta
api, kapal, dan pesawat udara.

(3)

Pengusahaan
m asing-m asing
alat
angkut
m oda
transportasi
sebagaim ana
dim aksud
pada ayat (2)
dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan m oda
transportasi.
BAB III
DOKUM ENANGKUTANM ULTIM ODA

Dokum en angkutan
m ultim oda
sebagaim ana
dim aksud
dalam Pasal 2 ayat (3) paling sedikit m em uat:
a. identifikasi barang (m erek dan nom or);
b. sifat barang
(barang berbahaya
atau
barang yang
m udah rusak);
c. rincian barang (jum lah dan bentuk kem asan berupa
paket atau unit barang);
d. berat kotor atau jum lah barang;
e. ukuran barang; .
f.
keterangan
lain
yang
dinyatakan
oleh
pengirim ;
kondisi nyata barang;
nam a
dan tem pat
usaha
badan
usaha
angkutan
m ultim oda;
nam a pengirim atau pengguna jasa;
penerim a barang (c o n s ig n e e ) jika disebut oleh pengirim ;
tem pat dan tanggal barang diterim a oleh badan usaha
c o n s ig n o r /

g.
h.
1.

J.

k.

angkutan multimoda;
1.

tem pat penyerahan barang;

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-5m . tanggal atau periode waktu penyerahan
barang di
tem pat penyerahan barang sesuai dengan persetujuan
para pihak;
n. pernyataan
bahwa
dokum en
angkutan
"dapat
dinegosiasi" (n e g o tia b le ) atau "tidak dapat dinegosiasi"
(n o n n e g o tia b le );

o.
p.
q.

r.

s.
t.

tem pat

dan

tanggal

penerbitan

dokum en

angkutan

m ultim oda;
tanda tangan dari penanggung jawab badan usaha
angkutan m ultim oda atau orang yang diberi kuasa;
ongkos untuk setiap m oda transportasi dan/ atau total
ongkos, m ata uang yang digunakan,
serta tem pat
pem bayaran sesuai dengan persetujuan para pihak;
rute perjalanan dan m oda transportasi yang digunakan,
serta tem pat tra n s s h ip m e n t apabila diketahui pada saat
dokum en diterbitkan;
nam a agen atau perwakilan yang akan m elaksanakan
penyerahan barang; dan
asuransi m uatan.

(1)

Dokum en angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 4 disusun oleh asosiasi badan usaha
angkutan m ultim oda.

(2)

Asosiasi
badan
usaha
angkutan
m ultim oda
sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dalam m enyusun
dokum en angkutan m ultim oda harus m engacu pada
S ta n d a rd T ra d in g C o n d itio n s (S T C ) yang ditetapkan oleh
m enteri yang m enyelenggarakan urusan pem erintahan
di bidang hukum sete1ah m endapat rekom endasi dari
M enteri.

(3)

Ketentuan lebih lanjut m engenai tata
rekom endasi
sebagaim ana
dim aksud
diatur dengan Peraturan M enteri.

(1)

Dokum en angkutan

cara pem berian
pada ayat (2)

m ultim oda sebagaim ana

dalam
Pasal
5 dapat
dan/ atau elektronik.

berupa

dokum en

dim aksud
tertulis

P R E S ID E N

R E P Y B LIK

IN D O N E S IA

-6 I

(2)

Dokum en abgkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud
pada ayat (1) m erupakan bukti perikatan perjanjian
setelah disetujui.oleh badan usaha angkutan m ultim oda
dan penggunajasa angkutan m ultim oda.
BABIV

BADANUSAHAANGKUTANM ULTIM ODA

se bagaim ana
Badan
usaha
angkutan
m ultim oda
dim aksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib m em iliki izin
usaha angkutan m ultim oda dari M enteri.
(2)

Izin
usaha
angkutan
m ultim oda
sebagaim ana
dim aksud pada ayat (1) diberikan kepada badan usaha
angkutan m ultim oda yang m em enuhi persyaratan:
a. adm inistrasi; dan
b. teknis.

(3)

Persyaratan
adm inistrasi
sebagaim ana
dim aksud
pada ayat (2) huruf a paling sedikit m eliputi:
a. akta pendirian perusahaan yang telah di sahkan
oleh
m enteri
yang
m enyelenggarakan
urusan
pem erintahan di bidang hukum ;
b. nom or pokok wajib pajak (NPW P);
c. keterangan dom isili usaha; dan
d. m em iliki m odal dasar paling sedikit setara dengan
80.000 (delapan puluh ribu) S p e c ia l D ra w in g R ig h t
(S D R ).

(4)

Persyaratan teknis sebagaim ana dim aksud pada ayat
(2) huruf b paling sedikit m eliputi:
a. m em iliki danl atau m enguasai peralatan kerja; dan
b. m em iliki sum ber daya m anusia
yang m em iliki
kom petensi di bidang angkutan

(5)

Peralatan

kerja

sebagaim ana

m ultim oda.

dim aksud

pada

ayat (4)

huruf a paling sedikit m eliputi kantor tetap, alat angkut,
dan peralatan bongkar m uat.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 7 -

(6)

Kom petensi
di
bidang
angkutan
m ultim oda
sebagaim ana dim aksud pada ayat (4) huruf b dibuktikan
dengan sertifikat kom petensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(7)

Ketentuan lebih lanjut m engenai persyaratan dan tata
cara m em peroleh izin usaha
angkutan
m ultim oda
diatur dengan Peraturan M enteri.

(1)

Dalam m elaksanakan
kegiatan angkutan
m ultim oda
se bagaim ana dim aksud dalam Pasal 7, badan usaha
angkutan m ultim oda nasional dapat m endirikan kantor
perwakilan dan/ atau m enunjuk agen.

(2)

Badan
usaha
angkutan
m ultim oda
nasional
sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) dapat m elayani
angkutan m ultim oda di dalam negeri dan/ atau ke luar
negeri.

(3)

Dalam
hal
kegiatan
angkutan
m ultim oda
diselenggarakan
oleh
badan
usaha
angkutan
m ultim oda
asing,
wajib m enunjuk
badan
usaha
angkutan m ultim oda nasional sebagai agen.

(4)

Badan usaha angkutan m ultim oda dapat bertindak
atas
nam anya
sendiri atau
diwakili oleh kantor
perwakilan atau agennya untuk m enandatangani
dan
m elaksanakan kontrak angkutan m ultim oda.

(1)

Badan usaha angkutan m ultim oda asing sebagaim ana
dim aksud
dalam
Pasal 8 ayat
(3) hanya
dapat
m em berikan pelayanan angkutan m ultim oda dari luar
negeri ke dalam negeri atau sebaliknya m elalui agen.

P R E S ID E t\l
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-8 (2)

Dalarn rnelaksanakan pelayanan angkutan rnultirnoda,
badan
usaha
angkutan
rnultirnoda
asing
wajib
rnendaftarkan usahanya di Indonesia.

(3)

Pendaftaran
sebagairnana
dirnaksud
pada ayat (2)
dilakukan oleh badan usaha angkutan rnultirnoda asing
kepada M enteri.

(4)

Pendaftaran
sebagairnana
dirnaksud
pada ayat (3)
berlaku sarnpai dengan adanya pernberitahuan tertulis
rnengenai pencabutan izin usaha dari negara asal.

(5)

Ketentuan lebih lanjut rnengenai tata cara pendaftaran
badan usaha angkutan rnultirnoda asing diatur dengan
Peraturan M enteri.

(1)

Badan
usaha
angkutan
rnultirnoda
dalarn
rnelaksanakan
kegiatan angkutan
rnultirnoda dapat
bekerjasarna
dengan badan usaha
angkutan
rnoda
transportasi
sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 3
ayat (3).

(2)

Kerja sarna sebagairnana
dirnaksud
pada
dituangkan dalarn perjanjian kerja sarna.

ayat

(1)

Badan usaha yang telah rnerniliki izin usaha angkutan
rnultirnoda wajib:
a. rnelaksanakan
ketentuan
yang tercanturn
dalarn izin
usaha angkutan rnultirnoda;
b. rnelaporkan secara tertulis apabila terjadi perubahan
direktur
utarna
atau
penanggung
jawab
danjatau
pernilik, NPW P perusahaan,
dan dornisili perusahaan
kepada M enteri;
c. rnelakukan kegiatan operasional paling larnbat 6 (enarn)
d.

bulan terhitung sejak dikeluarkannya izin; dan
rnelaporkan kegiatan operasionalnya
kepada
setiap 6 (enarn) bulan sekali.

M enteri

P R E S ID E N
R E P LIB LIK

IN D O N E S IA

-9 -

(1)

Selain kewajiban sebagaim ana dim aksud dalam Pasal
11, badan usaha angkutan m ultim oda dalam setiap
m elaksanakan kegiatan angkutan m ultim oda wajib:
a. m enerbitkan dokum en angkutan m ultim oda;
b. m engangkut barang sesuai dengan perjanjian yang
tertuang dalam dokum en angkutan m ultim oda;
c. m enjaga keselam atan dan keam anan pelaksanaan
kegiatan angkutan m ultim oda;
d. m elakukan
tindakan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
terhadap
barang
khusus dan barang berbahaya;
e. m enyelesaikan klaim yang diajukan oleh pengguna
jasa; dan
f. m engasuransikan
tanggung
jawabnya
sesuai
dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2)

Klaim yang diajukan oleh pengguna jasa atau penerim a
barang sebagaim ana dim aksud pada ayat (1) huruf e
dilengkapi dengan berita acara penerim aan
barang
yang ditanda tangani oleh badan usaha
angkutan
m ultim oda dan penerim a barang.

(3)

Badan
usaha
angkutan
m ultim oda
yang
tidak
m elaksanakan kewajiban sebagaim ana dim aksud pada
ayat (1) dan Pasal 11 dikenai sanksi adm inistratif.

(4)

Sanksi adm inistratif sebagaim ana dim aksud pada ayat
(3) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian
sem entara
kegiatan
angkutan
m ultim oda; danjatau
c. pencabutan izin usaha angkutan m ultim oda.
Pencabutan

lZln

usaha

sebagaim ana
dim aksud
dilakukan apabila:

angkutan
pada

ayat

m ultim oda
c
(4) huruf

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 10 a.

b.
c.
d.

(6)

perusahaan
yang
bersangku tan
m elakukan
kegiatan yang m em bahayakan
keam anan
negara
dan keselam atan m anusia;
m em peroleh izin usaha dengan cara tidak sah;
dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan; atau
m elakukan tindak pidana penyelundupan danj atau
pem alsuan
dokum en
berdasarkan
putusan
pengadilan
yang
telah
m em peroleh
kekuatan
hukum tetap.

Ketentuan lebih lanjut m engenai tata cara pengenaan
sanksi adm inistratif diatur dengan Peraturan M enteri.

Badan usaha angkutan m ultim oda berhak:
a. m enenm a
pem bayaran
dari pengguna
jasa
sesuai
dengan
perjanjian
yang tertuang
dalam
dokum en
angkutan m ultim oda;
b. m enerim a
inform asi
dari pengguna
jasa
m engenal
kejelasan barang yang diangkut;
c. m em buka
danj atau
m em eriksa
barang
kirim an
dihadapan pengguna jasa untuk m encocokan kebenaran
inform asi barang yang diangku t;
d. m enolak m engangkut
barang yang diketahui
dapat
m engancam
keselam atan
dan
keam anan
penyelenggaraan angkutan m ultim oda;
m enjaga
e. m engam bil
tindakan
tertentu
untuk
keselam atan dan keam anan penyelenggaraan angkutan
f.

(1)

m ultim oda; dan
m enolak klaim yang tidak dapat dibuktikan.

Badan usaha angkutan m ultim oda bertanggung jawab
terhadap
barang
yang diangkutnya
sejak
barang
diterim a dari pengguna jasa angkutan
m ultim oda
sam pai dengan barang diserahkan
kepada penerim a
barang
sesuai
dengan
ketentuan
dalam
kontrak
angkutan m ultim oda.

P R E S ID E ~ -l

R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 11 -

(2)

Tanggung jawab sebagaim ana dim aksud pada ayat (1)
m eliputi kerusakan, hilangnya barang sebagian atau
seluruhnya,
danl atau
keterlam batan
penyerahan
barang kepada penerim a barang.
BABV

P E N G G U N A JA S A A N G K U TA N M U LTIM O D A

Pengguna jasa angkutan m ultim oda dapat dilakukan oleh
orang perseorangan, kelom pok orang, badan usaha, badan
usaha
m ilik Negara, badan usaha
m ilik daerah, atau
instansi pem erintah.

Pengguna jasa angkutan m ultim oda sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 15 wajib:
a. m em bayar ongkos angkut sesuai dengan perjanjian yang
tertuang dalam dokum en angkutan m ultim oda;
b. m em berikan inform asi yang benar dan akurat m engenai
jenis, keadaan, jum lah,
berat dan volum e barang,
penandaan, waktu,
dan tem p at barang diterim a oleh
badan usaha angkutan m ultim oda dari pengguna jasa
serta waktu dan tem pat barang diserahkan
kepada
penerim a barang yang dituangkan
dalam dokum en
angkutan m ultim oda; dan
c. m em beritahukan dan m em beri tanda atau label sebagai
barang khusus
atau barang berbahaya
dalam hal
barang yang dikirim berupa barang khusus atau barang
berbahaya sesuai dengan konvensi internasional dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1)

Pengguna jasa
angkutan
m ultim oda
sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 16 m em punyai hak untuk:
a.

m endapatkan
pelayanan sesuai
dokum en angkutan m ultim oda;

ketentuan

dalam

P R E S ID E N

R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 12 -

b.

c.

(2)

m engajukan klaim untuk m em peroleh ganti rugi
dalam hal badan usaha angkutan m ultim oda tidak
m em enuhi kewajibannya sesuai dokum en angkutan
m ultim oda; dan
m em peroleh
inform asi
m engenal
keberadaan
barang.

Klaim yang diajukan oleh pengguna jasa sebagaim ana
dim aksud pada ayat (1) huruf b harus dilengkapi
dengan
berita
acara
penerim aan
barang
yang
ditandatangani oleh badan usaha angkutan m ultim oda
dan penerim a barang.

Pengguna jasa angkutan m ultim oda tidak berhak m enuntut
kom pensasi
atas
tindakan
badan
usaha
angkutan
m ultim oda yang m em buka dan/ atau m em eriksa,
tidak
m engirim , atau tindakan tertentu atas barang berbahaya
dan barang yang dapat m enim bulkan bahaya terhadap
harta benda, jiwa, dan lingkungan, jika barang yang dikirim
oleh pengguna jasa angkutan m ultim oda kepada badan
usaha angkutan m ultim oda tersebut tidak dilaporkan.

Pengguna jasa bertanggung jawab atas:
a. sem ua kerugian, kerusakan, kehilangan, dan biaya yang
dikeluarkan
akibat pem berian inform asi yang tidak
benar, tidak akurat, dan tidak lengkap;
b. akibat yang ditim bulkan karena penerim a barang tidak
bersedia m enerim a barang at au alam at
penerim a
barang tidak ditem ukan yang bukan karena kesalahan
badan usaha angkutan m ultim oda; dan
c. sem ua kerugian, kerusakan, kehilangan, dan biaya yang
dikeluarkan
akibat
yang ditim bulkan
berbahaya yang tidak diberitahukan.

dari

barang

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 13 BAB VI
PENERIMA

BARANG ANGKUTAN MULTIMODA

Barang angkutan m ultim oda dapat diterim a oleh pengguna
jasa angkutan m ultim oda atau pihak lain yang tercantum
dalam dokum en angkutan m ultim oda.

Penerim a barang angkutan m ultim oda wajib:
a. m enerim a barang dan m enandatangani
berita acara
serah terim a barang
sesuai yang tercantum
dalam
dokum en angkutan m ultim oda;
b. m em bayar ongkos jasa angkutan m ultim oda dalam hal
ongkos jasa
angkutan
m erupakan
beban penerim a
barang sesuai dengan yang tertuang dalam dokum en
angkutan m ultim oda; dan
c. m em beritahukan
secara tertulis kepada badan usaha
angkutan m ultim oda dalam hal barang yang diterim a
m engalam i kerusakan dan/ atau tidak lengkap paling
lam bat 3 (tiga) hari setelah barang
ditenm a
dan
dinyatakan dalam berita acara penerim aan barang yang
ditanda tangani oleh badan usaha angkutan m ultim oda
dan penerim a barang.

Penerim a barang berhak m engajukan
klaim
badan
usaha
angkutan
m ultim oda
tidak
kewajibannya
sesual
dengan
dokum en
m ultim oda.

dalam hal
m em enuhi
angkutan

BAB VII
BATAS TANGGUNG JAW AB

(1)

Tanggung jawab badan usaha angkutan m ultim oda
atas kerusakan atau kehilangan barang sebagaim ana
dim aksud dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan dalam
ben tuk gan ti rugi.

P R E S ID E N
R E P U B L IK

IN D O N E S IA

- 14 -

(2)

Ganti rugi sebagaim ana
dim aksud
pada ayat (1)
diberikan setara dengan:
a. 666,67 (enam ratus enam puluh enam kom a enam
puluh tujuh) SDR per paket atau 2 (dua) SDR per
kilogram berat kotor barang dari barang yang
hilang atau rusak untuk barang yang di angkut
dengan
m enggunakan
angkutan
laut,
sungal,
danau, dan penyeberangan; atau
b. 8,33 (delapan kom a tiga puluh tiga)
SDR per
kilogram berat kotor barang yang hilang atau
rusak,
dalam
hal angkutan
m ultim oda
tidak
m enggunakan angkutan laut atau angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan.

Dalam hal kerusakan
dan kehilangan
terjadi
akibat
kesalahan, kelalaian, dan/ atau kecerobohan badan usaha
angkutan m ultim oda, ganti rugi sebagaim ana dim aksud
dalam Pasal 23 ayat (1) diberikan paling banyak sebesar
nilai barang.

(1)

Nilai ganti rugi sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf a besarannya ditetapkan yang paling
m enguntungkan bagi pengguna jasa.

(2)

Dalam hal jenis dan nilai barang tercantum
dalam
dokum en angkutan m ultim oda, ganti rugi diberikan
paling banyak se besar nilai barang.

(3)

Batas
tanggung
jawab
badan
usaha
angkutan
m ultim oda tidak m elebihi ongkos angkut, dalam hal
terjadi kerugian yang disebabkan oleh keterlam batan
penyerahan
barang
at au
kerugian
yang
bukan
disebabkan oleh kehilangan atau kerusakan

barang.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 15 (4)

Dalam hal petikem as, palet, atau kem asan bentuk lain
diisi dengan beberapa paket pengirim an dan m asingm asing paket disebutkan di dalam dokum en angkutan,
m aka ganti rugi dihitung berdasarkan m asing-m asing
paket dim aksud.

(5)

Dalam
hal
m asing-m asing
paket
pengirim an
sebagaim ana dim aksud pada ayat (4) tidak disebutkan
di dalam dokum en angkutan, m aka ganti rugi dihitung
sebagai satu paket.

BAB VIII
ASURANSI

Badan
usaha
angkutan
m ultim oda
m engasuransikan
tanggung jawabnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

wajib
dengan

(2)

Badan usaha angkutan
m ultim oda dapat m enutup
asuransi
barang
(c a rg o
in s u ra n c e )
berdasarkan
perm intaan
tertulis
dari pengguna jasa
angkutan
m ultim oda.

(3)

Biaya asuransi sebagaim ana dim aksud pada ayat (2)
dibebankan
kepada
pengguna
jasa
angkutan
m ultim oda.

(1)

Tarif angkutan
m ultim oda
ditetapkan
berdasarkan
kesepakatan bersam a antara badan usaha angkutan
m ultim oda dan pengguna jasa angkutan
m ultim oda
secara tertulis.

P R E S ID E N

R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 16 -

(2)

Kom ponen tarif angkutan m ultim oda
angkutan m asing-m asing m oda yang
tarif jasa lainnya sesuai dengan
diberikan oleh badan usaha angkutan

(3)

Jenis,
struktur,
dan golongan
m oda ditetapkan sesuai dengan
perundang-undangan.

(1)

M enteri m elakukan pem binaan
angkutan m ultim oda.

(2)

Pem binaan
sebagaim ana
dilakukan m elalui:
a. pengaturan;
b. pengendalian; dan
c. pengawasan.

(3)

Pengaturan sebagaim ana dim aksud pada ayat (2) huruf
a dilakukan
m elalui perum usan
kebijakan, norm a,
standar, pedom an, dan kriteria angkutan m ultim oda.

(4)

Pengendalian sebagaim ana dim aksud
pada ayat (2)
huruf b dilakukan m elalui:
a. pengem bangan sistem inform asi berbasis teknologi
inform asi dan kom unikasi;
b.

c.

terdiri atas tarif
digunakan serta
jenis jasa yang
m ultim oda.

tarif m asing-m asing
ketentuan peraturan

terhadap

dim aksud

badan usaha

pada

ayat

(1)

penerapan
standar
teknis
kualitas
pelayanan,
keselam atan, dan keam anan angkutan m ultim oda;
dan
penerapan
standar
kom petensi
sum ber
daya
m anusia di bidang angkutan m ultim oda.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 17 -

(5)

Pengawasan
sebagaim ana
dim aksud
pada ayat (2)
huruf c dilakukan m elalui m onitoring dan evaluasi
kegiatan angkutan m ultim oda.

(1)

Sum ber
daya m anusia
yang m em iliki kom petensi
sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 28 ayat (4) huruf c
dibuktikan dengan sertifikat kom petensi.

(2)

Sertifikat kom petensi
sebagaim ana
dim aksud
pada
ayat (1) diperoleh setelah m engikuti pendidikan dan
pelatihan di bidang angkutan m ultim oda.

(3)

Pendidikan dan pelatihan sebagaim ana dim aksud pada
ayat (2) diselenggarakan oleh Pem erintah atau badan
hukum
Indonesia yang diakreditasi
sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan
lebih lanjut m engenai pem binaan
m ultim oda diatur dengan Peraturan M enteri.

angkutan

BAB XI
K E TE N TU A N P E N U TU P

Peraturan
Pem erintah ini m ulai
sejak tanggal diundangkan.

berlaku

1 (satu)

tahun

P R E S ID E N
REPUBU~\

Agar
setiap
pengundangan
penempatannya

IN D O N E S IA

orang
mengetahuinya,
Peraturan
Pemerintah
dalam

Lembaran

memerintahkan
ini
dengan
Negara

Republik

Indonesia.
Ditetapkan
di Jakarta
pada tanggal 4 Februari
PRESIDEN

Diundangkan
pada tanggal

di Jakarta
8 Februari

2011

M ENTERI HUKUM DAN HAK ASASI M ANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidan
omian dan lndustri,
~f;.:'(~
I(.,~

~

'41"".,
'-

~~

'V

~
'P

2011

REPUBLIK INDONESIA,

P R E S ID E t--I
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

Angkutan m ultim oda ( M u l t i m o d a l T r a n s p o r t ) adalah angkutan barang
dengan m enggunakan
paling sedikit dua m oda transportasi
yang
berbeda,
atas dasar
satu kontrak yang m enggunakan
dokum en
angkutan m ultim oda dari satu tem pat diterim anya barang oleh badan
usaha angkutan m ultim oda ke suatu tem pat yang ditentukan untuk
penerim aan
barang
tersebut.
Angkutan
m ultim oda
m erupakan
kom ponen penting dari sistem logistik, karena angkutan barang dalam
aktivitas logistik pada um um nya m enggunakan lebih dari satu m oda
transportasi.
Jasa angkutan m ultim oda diselenggarakan oleh badan
usaha angkutan m ultim oda. Badan usaha angkutan m ultim oda tidak
sem ata-m ata m em berikan layanan angkutan barang dari tem pat asal
sam pai ke tujuan, tetapi juga m em berikan jasa tam bahan berupa jasa
pengurusan transportasi
( fr e i g h t fo n v a r d i n g ) ,
jasa pergudangan, jasa
konsolidasi m uatan,
penyediaan ruang m uatan,
serta pengurusan
kepabeanan untuk angkutan m ultim oda ke luar negeri dan ke dalam
negeri.
Angkutan

m ultim oda

diatur

dalam

U n ite d

N a tio n s

on

dalam ASEAN
F ra m ework
Ag r eem en t
on
M u ltim o d a l
Tr a nspor t
(AFAM T). Peran
angkutan m ultim oda sem akin penting dengan adanya agenda integrasi
sistem logistik ASEAN m enuju kepada perwujudan
pasar tunggal
ASEAN. Integrasi
sistem logistik ASEAN dan ASEAN F r a m e w o r k
Ag r eem en t
o n M u ltim o d a l
T r a n s p o r t m enyiratkan
adanya liberalisasi di
bidang jasa angkutan
m ultim oda di kawasan ASEAN yang pada
akhirnya m enuju kepada liberalisasi jasa pada tataran global G e n e r a l
In te r n a tio n a l

M u ltim o d a l

Tr a nspor t

of

G oods,

dan

C o n ve n tio n

P R E S ID E ~-J
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 2 (GATT's). Dengan dem ikian perlu
diciptakan iklim yang kondusif bagi berkem bangnya
badan usaha
angkutan m ultim oda Nasional yang tum buh berkelanjutan dan berdaya
saing.

A g r e e m e n ts

on

T a r i ffs

and

Tra de

Badan
usaha
angkutan
m ultim oda
Nasional
harus
m am pu
m enyediakan jasa angkutan m ultim oda dengan standar keselam atan
dan keam anan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangundangan
serta
kualitas
pelayanan
yang
m am pu
m enjam in
terwujudnya efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penyelenggaraan
angkutan
sebagai kom ponen penting dalam sistem logistik. Untuk
m ewujudkan
kualitas
pelayanan
terse but perlu didukung
dengan
regulasi, kebijakan, standar, pedom an, dan kriteria yang m em adai.
Dalam penyelenggaraan
angkutan m ultim oda perlu ada pengaturan
yang diwujudkan dalam Peraturan Pem erintah sebagai penjabaran dan
pelaksanaan
dari keem pat Undang-Undang di bidang Transportasi.
Ketentuan m engenai angkutan m ultim oda ini diatur dalam Pasal 165
Undang-Undang
Nom or 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Pasal 50 sam pai dengan Pasal 55 Undang-Undang
Nom or 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 187 sam pai dengan
Pasal 191 Undang-Undang Nom or 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan,
dan Pasal 147 sam pai dengan Pasal 148 Undang-Undang Nom or 23
Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Di dalam
Peraturan
Pem erintah
tentang
Angkutan
M ultim oda,
pengaturan
m engenai badan usaha
angkutan
m ultim oda
beserta
persyaratannya
m erupakan unsur yang paling penting dalam rangka
m em berikan
arah
dan pengem bangan
penyelenggaraan
angkutan
m ultim oda di Indonesia.

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasa12
Ayat (1)
Cukup jelas.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 3 Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengguna
barang.

Jasa

dapat

sebagai

pengirim

dan/ atau

penerim a

Yang dim aksud dengan "pengirim barang" adalah pihak yang
m eyerahkan
barang
kepada
badan
usaha
angkutan
m ultim oda di tem pat asal barang untuk
di angkut dan
diserahkan kepada penerim a barang sesuai dengan dokum en
angkutan m ultim oda.
Yang dim aksud dengan "penerim a barang" adalah pihak yang
m enerim a
barang
di tem pat
penyerahan
barang
yang
diserahkan
oleh badan usaha angkutan m ultim oda sesuai
dengan dokum en angkutan m ultim oda.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dim aksud dengan "pengurusan transportasi"
kegiatan Jasa Pengurusan Transportasi (JPT).

adalah

Jasa Pengurusan Transportasi ( fr e i g h t fo r w a r d i n g )
adalah
usaha
yang ditujukan
untuk
m ewakili kepentingan
pem ilik barang untuk m engurus sem ua kegiatan yang
diperlukan
bagi
terlaksananya
pengirim an
dan
penerim aan
barang
m elalui
transportasi
darat,
perkeretaapian,
laut,
dan/ atau
udara
yang
dapat
m encakup
kegiatan pengirim an, penerim aan,
bongkar
m uat, penyim panan,
sortasi, pengepakan,
penandaan,
pengukuran,
penim bangan,
pengurusan
penyelesaian
dokum en, penerbitan
dokum en angkutan,
pem esanan
ruangan
pengangkut,
pengelolaan
pendistribusian,
perhitungan
biaya angkutan,
klaim ,
asuransi
atas
pengirim an barang, penyelesaian tagihan dan biaya-biaya
lainnya yang diperlukan, dan penyediaan sistem inform asi
dan kom unikasi, serta layanan logistik.
Huruf b
Cukup jelas.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-4 Huruf c
Yang dim aksud dengan "pengurusan konsolidasi m uatan"
adalah
pengum pulan
beberapa
kirim an
barang
dari
beberapa pengirim m enjadi satu unit yang diangkut ke
tem pat tujuan
untuk
diserahkan
kepada
satu atau
be berapa penerim a.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasa13
Cukup jelas.
Pasa14
Cukup jelas.
Pasa15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dim aksud dengan " S ta n d a rd T ra d in g C o n d itio n s " adalah
berbagai ketentuan
m engenai jasa angkutan
barang yang
ditetapkan oleh asosiasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasa16
Cukup jelas.
Pasa17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a

Cukup jelas.

P R E S ID E t'-l

R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-5 Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dim aksud dengan " S p e c i a l D r a w i n g R i g h t (SDR)"
adalah suatu nilai pertukaran
(u n it
o f a c c o u n t)
yang
ditentukan oleh I n t e r n a t i o n a l M o n e t a r y F u n d (IM F).
Penentuan nilai SDR m enjadi rupiah
tengah dari Bank Indonesia.

berdasarkan

kurs

Ayat (4)
Huruf a
Yang dim aksud
dengan "m enguasai
peralatan
kerja"
adalah peralatan kerja yang dikuasai oleh badan hukum
Indonesia berdasarkan
suatu perjanjian yang tunduk
pada hukum yang disepakati para pihak untuk kegiatan
penyim panan,
penyewaan, dan/ atau perdagangan
alat
angkut.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dim aksud dengan "sertifikat kom petensi" adalah bukti
kem am puan
kerja setiap individu yang m encakup
aspek
pengetahuan,
keteram pilan dan/ atau keahlian, serta sikap
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Aya.t (7)

Cukup jelas.
Pasa18
Cukup jelas.

P R E S ID E N

R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-6 -

Pasa19
Penyelenggaraan
angkutan
m ultim oda
di
Indonesia
wajib
m em atuhi azas c a b o t a g e . Barang m ultim oda yang diangkut oleh
badan usaha angkutan m ultim oda asing setelah tiba di sim pul
transportasi
ekspor
im por untuk
angkutan
lanjutan
wajib
bekerjasam a dengan badan usaha angkutan m ultim oda Nasional
yang ditunjuk sebagai agenjperwakilan.
Sim pul transportasi
adalah tem pat yang diperuntukkan
bagi
pergantian
antarm oda
dan intram oda
yang berupa
term inal,
stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau,
danj atau bandar udara.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.

P R E S ID E h l
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 7 -

Huruf c
Yang dim aksud dengan "tanda" adalah m uatan berbahaya
beserta nam a teknis, serta nom or klasifikasi yang m enyatakan
isi m uatan sesuai dengan ketentuan In te rn a tio n a l
M a ritim e
(IMO).

O rg a n iz a tio n

Yang dim aksud dengan "label" adalah stiker yang ditem pelkan
pada setiap pem bungkus m uatan berbahaya dan petikem as
pengangkut barang berbahaya.
Yang dim aksud dengan "barang khusus" adalah barang yang
karena sifat, jenis, dan ukurannya m em erlukan penanganan
khusus
seperti kayu gelondongan, barang curah, reI, dan
se bagainya.
Yang dim aksud dengan "barang berbahaya" adalah barang
atau bahan yang dapat beresiko m em bahayakan kesehatan,
keselam atan
jiwa, harta
benda,
serta
keselam atan
dan
keam anan
transportasi.
Barang berbahaya
diklasifikasi
sebagai berikut:
a. bahan peledak (e x p lo s iv e s );
b. gas yang dim am patkan, dicairkan, atau dilarutkan dengan
tekanan (c o m p re s s e d g a s e s , liq u ifie d o r d is s o lv e d u n d e r
p re s s u re );

.c. cairan m udah m enyala atau terbakar (fla m m a b le liq u id s );
d. bahan atau barang padat m udah m enyala atau terbakar
(fla m m a b le solids);
e. bahan atau barang pengoksidasi (o x id iz in g s u b s ta n c e );
f. bahan atau barang beracun dan m udah m enular (to x ic a n d
in fe c tio u s

g.
h.
1.

j.

bahan
bahan
cairan
jum lah
bahan

s u b s ta n c e );

atau barang radioaktif (ra d io a c tiv e m a te ria l);
atau barang perusak (c o rro s iv e s u b s ta n c e s );
aerosol dan jelly (liq u id s a e ro s o ls a n d g e ls ) dalam
tertentu; atau
atau

d a n g e ro u s

zat

berbahaya

s u b s ta n c e s ).

Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.

lainnya

(m is c e lla n e o u s

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

-8 Huruf b
Cuku p j elas.
Huruf c
Yang dim aksud dengan "inform asi m engenai keberadaan
barang" adalah inform asi yang dapat diperoleh setiap
saat m engenai lokasi/keberadaan
barang yang diangkut
oleh badan usaha angkutan m ultim oda.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasa120
Cukup jelas.
Pasa121
Cukup jelas.
Pasa122
Cukup jelas.
Pasa123
Cukup jelas.
Pasa124
Yang
dim aksud
dengan
"kesalahan,
kelalaian,
dan/ atau
kecerobohan
badan
usaha
angkutan
m ultim oda"
adalah
kesalahan, kelalaian, dan/atau kecerobohan yang dilakukan oleh
agen, perwakilan, kantor cabang, dan/ at au setiap orang yang
bekerja padanya.
Pasa125
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

P R E S ID E N
R E P U B LIK

IN D O N E S IA

- 9 -

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dim aksud
dengan
"kem asan
ben tuk
lain" adalah
kem asan selain petikem as dan palet yang digunakan un tuk
m em bungkus satuan pengirim an barang (s h ip p in g u n it).
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal26
Cakupan asuransi m eliputi kegiatan sejak barang diterim a oleh
badan usaha angkutan m ultim oda dari pengirim atau pem ilik
barang sam pai dengan diserahkannya
barang tersebut kepada
penerim a di tem pat yang diperjanjikan dalam kontrak.
Pasal27
Cukup jelas.
Pasal28
Cukup jelas.
Pasal29
Sum ber
daya
m anusia
yang
kom peten
diperoleh
dengan
m elakukan
pem binaan antara lain, m eliputi penetapan standar
kom petensi,
sertifikasi,
pendidikan
dan pelatihan,
akreditasi
lem baga
pendidikan
dan
pelatihan
sum ber
daya
m anusia
angkutan m ultim oda. Sum ber daya m anusia angkutan m ultim oda
antara
lain terdiri atas tenaga ahli badan usaha
angkutan
m ultim oda m enangani kegiatan sortasi, pengepakan, penanganan
Barang Berbahaya dan Beracun (B3), penandaan,
pengukuran,
penim bangan,
pengurusan
penyelesaian
dokum en,
penerbitan
dokum en angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim , asuransi,
penyediaan
sistem
logistik lainnya.
Pasal30
Cukup jelas.
Pasal31
Cukup jelas.

inform asi

dan

kom unikasi,

serta

layanan