PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM BIDANG LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT I DAN DAERAH TINGKAT II

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 2 TAHUN 1 9 9 0
TENTANG
PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM BIDANG LALULINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT I DAN DAERAH TINGKAT II
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ot onomi yang nyat a, dinamis dan
bert anggung j awab perlu dilakukan penat aan kembali penyerahan
sebagian urusan lalu lint as dan angkut an j alan kepada Daerah
Tingkat I dan Daerah Tingkat II;
b. bahwa penyerahan urusan lalu lint as dan angkut an j alan yang
diserahkan kepada Daerah Tingkat I menurut Perat uran Pemerint ah
Nomor
16
Tahun
1958
yang

didasarkan
kepada
Wegverkeersordonnant ie sebagaimana t elah diubah dan dit ambah
t erakhir dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1951 t idak sesuai
lagi dengan perkembangan keadaan di bidang lalu lint as dan
angkut an j alan;
c. bahwa sesuai dengan ket ent uan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974, pelaksanaan penyerahan urusan-urusan
t ersebut di at as harus diat ur dengan Perat uran Pemerint ah;
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 t ent ang Lalu Lint as dan
Angkut an Jalan Raya (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 25,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2742);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Pemerint ahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 t ent ang Jalan (Lembaran
Negara Tahun 1980 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3186);

2

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-

5. Perat uran Pemerint ah Nomor 26 Tahun 1985 t ent ang Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan lembaran
Negara Nomor 3293 );
6. Perat uran Pemerint ah Nomor 6 Tahun 1988 t ent ang Koordinasi
Kegiat an Inst ansi Vert ikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);
MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYERAHAN
SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM BIDANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT I DAN DAERAH TINGKAT
II.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang lalu
lint as dan angkut an j alan;
2. Angkut an adalah pemindahan orang dan at au barang dari sat u
t empat ke t empat lain dengan menggunakan sarana t ert ent u;
3. Lalu lint as adalah pergerakan kendaraan, orang dan hewan di j alan
;
4. Jalan adalah suat u prasarana perhubungan darat dalam bent uk
apapun, meliput i segala bagian j alan t ermasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperunt ukkan bagi lalu lint as;
5. Muat an sumbu adalah j umlah t ekanan roda-roda dari sat u sumbu

3


PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

t erhadap j alan;
6. Kendaraan bermot or adalah set iap kendaraan yang digerakkan oleh
peralat an t eknik yang ada pada kendaraan it u dan biasanya
dipergunakan unt uk pengangkut an orang dan at au barang di j alan
selain dari pada kendaraan yang berj alan di at as rel;
7. Kendaraan t idak bermot or adalah set iap kendaraan yang digerakkan
bukan oleh peralat an t eknik yang ada pada kendaraan it u t ermasuk
kendaraan yang digerakkan t enaga penghela hewan dan
dipergunakan unt uk perlengkapan pengangkut an orang dan at au
barang;

8. Mobil bis adalah set iap kendaraan bermot or yang diperlengkapi
dengan lebih dari 8 t empat duduk t idak t ermasuk t empat duduk
pengemudinya,
baik dengan maupun t anpa perlengkapan
pengangkut an barang;
9. Mobil penumpang adalah set iap kendaraan bermot or yang
semat a-mat a diperlengkapi dengan sebanyak-banyaknya 8 t empat
duduk t idak t ermasuk t empat duduk pengemudinya baik dengan
maupun t anpa perlengkapan bagasinya;
10. Mobil barang adalah kendaraan bermot or selain mobil bis, mobil
penumpang dan kendaraan bermot or beroda dua;
11. Kendaraan umum adalah set iap kendaraan yang biasanya
disediakan unt uk dipergunakan oleh umum dengan pembayaran;
12. Terminal adalah prasarana unt uk kepent ingan angkut an j alan guna
mengat ur kedat angan, pemberangkat an dan t empat berpangkal
kendaraan umum sert a t empat memuat dan menurunkan orang dan
at au barang;
13. Parkir adalah t empat pemberhent ian kendaraan bermot or dan
kendaraan t idak bermot or dan t empat unt uk menurunkan sert a
menaikkan orang dan at au barang yang bersif at t idak segera;

14. Tempat pemberhent ian (halt e) adalah t empat memberhent ikan dan

4

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

t empat pemberhent ian kendaraan umum unt uk menurunkan dan
menaikkan orang dan at au barang yang bersif at segera;
15. Perusahaan bengkel umum unt uk kendaraan bermot or adalah
suat u
perusahaan
yang
menyelenggarakan

pekerj aan
pembet ulan, perbaikan, perawat an kendaraan bermot or unt uk
umum dengan pembayaran;
16. Daerah adalah Daerah Ot onom Tingkat I dan Daerah Ot onom
Tingkat II.

Pasal 2
Dengan t idak mengurangi t ugas dan t anggung j awab Ment eri dalam
pembinaan t eknis dan pengawasan t eknis, kepada Daerah diserahkan
sebagian urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an
j alan, sesuai dengan ket ent uan yang dit et apkan dalam Perat uran
Pemerint ah ini.
BAB II
JENIS URUSAN YANG DISERAHKAN
Pasal 3
Sebagian urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an
j alan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diserahkan kepada
Daerah Tingkat I meliput i:
a. Penet apan kecepat an maksimum bagi j enis kendaraan t ert ent u
pada j alan Propinsi t ert ent u, kecuali Jalan Propinsi yang berada

dalam Kot amadya Daerah Tingkat II dan yang berada dalam Ibukot a
Kabupat en Daerah Tingkat II;
b. Pengadaan, penet apan penempat an, pemasangan dan pemeliharaan
rambu-rambu lalu lint as sert a t anda-t anda di Jalan Propinsi kecuali

5

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5

-

pada :
1) Pembangunan dan peningkat an j alan;
2) Jalan Propinsi yang berada dalam Ibukot a Kabupat en Daerah
Tingkat II;

3) Jalan Propinsi yang berada dalam Kot amadya Daerah Tingkat II;
c. Penet apan perat uran-perat uran umum mengenai kendaraan t idak
bermot or;
d. Penet apan t arip pengangkut an orang dan barang dengan kendaraan
umum sepanj ang t idak dit et apkan t arip berdasarkan perat uran
perundang-undangan yang berlaku;
e. Pemberian izin menj alankan kendaraan bermot or dengan
pemasangan keret a gandengan lebih dari sat u t ermasuk keret a
t empelan di j alan, sepanj ang meliput i beberapa Daerah Tingkat II
dalam sat u Daerah Tingkat I;
f . Penet apan larangan menggunakan j alan Propinsi :
1) Bagi macam-macam kendaraan t idak bermot or berhubungan
dengan muat an sumbunya;
2) Bagi kendaraan bermot or yang muat an sumbunya melebihi bat as
maksimum yang dit ent ukan unt uk j alan it u;
g. Penet apan muat an sumbu kurang dari yang t elah dit et apkan unt uk
Jalan Propinsi oleh karena pemeliharaan at au keadaan bagian j alan
Propinsi yang rusak unt uk wakt u paling lama 6 (enam) bulan;
h. Pemberian izin operasi angkut an j alan unt uk j aringan t rayek at au
lint as ant ar Daerah Tingkat II yang seluruhnya berada di dalam

Daerah Tingkat I;
i. Pelaksanaan kegiat an-kegiat an dalam hal rekayasa lalu lint as sert a
manaj emen lalu lint as pada j alan Propinsi dan manaj emen angkut an
unt uk j aringan t rayek yang meliput i beberapa Daerah Tingkat II
dalam sat u Daerah Tingkat I;

6

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

j . Penunj ukan lokasi, pengelolaan, pelaksanaan, dan penguj ian
kendaraan bermot or, kecuali kendaraan bermot or khusus Angkat an
Bersenj at a.

Pasal 4
(1)

Urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an j alan
yang t elah diserahkan kepada Daerah Tingkat I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dapat diserahkan lebih lanj ut kepada
Daerah Tingkat II dalam wilayahnya.

(2)

Penyerahan urusan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan sesuai dengan perat uran perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 5

(1)

Sebagian urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan
angkut an j alan yang diserahkan kepada Daerah Tingkat II
meliput i :
a. Penunj ukan lokasi dan pengelolaan parkir kendaraan bermot or
dan t idak bermot or;
b. Penunj ukan lokasi t erminal kecuali penunj ukan lokasi t erminal
yang f ungsinya melayani angkut an ant ar kot a, ant ar propinsi,
pengelolaan, pemeliharaan f isik dan ket ert iban t erminal;
c. Penunj ukan
lokasi
penyeberangan orang;

dan

pengelolaan

t empat -t empat

d. Pengat uran t ent ang pembat asan mengangkut orang dengan
kendaraan t idak bermot or;
e. Penunj ukan lokasi, pengelolaan, pemeliharaan dan ket ert iban
t empat pemberhent ian (halt e) unt uk kendaraan umum di
wilayah Daerah Tingkat II;

7

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

f . Pengat uran t ent ang kewaj iban memberi bant uan kepada
perkumpulan dan at au badan hukum yang dit ugaskan unt uk
menyelenggarakan
penempat an
dan
pemeliharaan
rambu-rambu dan t anda-t anda lalu lint as;
g. Pemberian izin pendirian perusahaan angkut an kendaraan
bermot or;
h. Pemberian izin pendirian perusahaan bengkel umum unt uk
kendaraan bermot or;
i. Penet apan ket ent uan-ket ent uan t ambahan mengenai susunan
alat -alat t ambahan pada mobil bis dan mobil penumpang yang
digunakan sebagai kendaraan umum j ika dipandang perlu
unt uk kelancaran pengangkut an orang secara t ert ib dan
t erat ur;
j . Pemberian izin operasi angkut an j alan unt uk j aringan t rayek
at au lint as yang seluruhnya berada dalam Daerah Tingkat II;
k. Penet apan larangan penggunaan j alan-j alan t ert ent u di Daerah
Tingkat II demi kelancaran angkut an dan arus lalu lint as,
dengan perset uj uan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I unt uk
Jalan Propinsi dan dengan perset uj uan Ment eri unt uk Jalan
Nasional;
l. Penet apan j alan t ert ent u di Daerah Tingkat II yang melarang
pengemudi-pengemudi kendaraan memberikan t anda-t anda
suara di t empat -t empat dan wakt u t ert ent u;
m.

(2)

Pengat uran sirkulasi lalu lint as di Daerah Tingkat II, dengan
perset uj uan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I unt uk Jalan
Propinsi dan dengan perset uj uan Ment eri unt uk Jalan Nasional.

Khusus kepada Kabupat en Daerah Tingkat II diserahkan j uga
urusan-urusan sebagai berikut :
a. Penet apan kecepat an maksimum bagi j enis kendaraan t ert ent u
pada Jalan Kabupat en t ert ent u dan Jalan Propinsi yang berada

8

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

dalam Ibukot a Kabupat en Daerah Tingkat II dengan
Perset uj uan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, sert a Jalan
Nasional dengan perset uj uan Ment eri;
b. Pengadaan,
penet apan penempat an,
pemasangan dan
pemeliharaan rambu-rambu lalu lint as sert a t anda-t anda j alan
di :
1) Jalan Kabupat en Daerah Tingkat II;
2) Jalan Propinsi yang berada dalam Ibukot a Kabupat en
Daerah
Tingkat
II
dengan
perset uj uan
Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I;
3) Jalan Nasional yang berada dalam Ibukot a Kabupat en
Daerah Tingkat II dengan perset uj uan Ment eri;
kecuali pada pembangunan dan peningkat an j alan;
c. Penet apan pelaksanaan kegiat an-kegiat an dalam hal rekayasa
lalu lint as sert a manaj emen lalu lint as pada Jalan Kabupat en
dan manaj emen angkut an di Kabupat en Daerah Tingkat II;
d. Penet apan larangan penggunaan j alan Kabupat en :
1) Bagi macam-macam kendaraan t idak
berhubungan dengan muat an sumbunya;

bermot or

yang

2) Bagi kendaraan bermot or yang muat an sumbunya melebihi
bat as maksimum yang dit ent ukan unt uk j alan it u;
e. Penet apan muat an sumbu kurang dari yang dit et apkan unt uk
j alan Kabupat en oleh karena pemeliharaan at au keadaan
bagian j alan Kabupat en yang rusak unt uk wakt u paling lama 6
(enam) bulan.
(3)

Khusus kepada Kot amadya Daerah Tingkat II diserahkan j uga
urusan-urusan sebagai berikut :
a. Penet apan kecepat an maksimum bagi j enis kendaraan t ert ent u
pada j alan t ert ent u di Kot amadya Daerah Tingkat II, dengan

9

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

perset uj uan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bagi Jalan
Propinsi, sert a perset uj uan Ment eri bagi Jalan Nasional;
b. Pengadaan,
penet apan penempat an,
pemasangan dan
pemeliharaan rambu-rambu lalu lint as sert a t anda-t anda j alan
di :
1) Jalan Kot amadya Daerah Tingkat II;
2) Jalan Propinsi yang berada dalam Kot amadya Daerah
Tingkat II dengan perset uj uan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I;
3) Jalan Nasional yang berada dalam Kot amadya Daerah
Tingkat II dengan perset uj uan Ment eri;
kecuali pada pembangunan dan peningkat an j alan;
c. Penet apan pelaksanaan kegiat an-kegiat an dalam hal rekayasa
lalu lint as sert a manaj emen lalu lint as pada Jalan Kot amadya
dan manaj emen angkut an di Kot amadya Daerah Tingkat II;
d. Penet apan larangan menggunakan Jalan Kot amadya:
1) Bagi macam-macam kendaraan t idak
berhubungan dengan muat an sumbunya;

bermot or

yang

2) Bagi kendaraan bermot or yang muat an sumbunya melebihi
bat as maksimum yang dit ent ukan unt uk j alan it u;
e. Penet apan muat an sumbu kurang dari yang t elah dit et apkan
unt uk Jalan Kot amadya oleh karena pemeliharaan at au
keadaan bagian Jalan Kot amadya yang rusak unt uk wakt u
paling lama 6 (enam) bulan.
(4)

Urusan-urusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) berlaku j uga unt uk Jalan Desa.

10

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

Pasal 6
Unt uk wilayah kot a di Daerah Khusus Ibukot a Jakart a dan Kot amadya
Administ rat if Bat am, urusan-urusan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diserahkan kepada Daerah
Tingkat I yang membawahinya.
BAB III
ORGANISASI
Pasal 7
Unt uk menyelenggarakan urusan dalam bidang lalu lint as dan angkut an
j alan yang diserahkan kepada Daerah dibent uk Dinas Lalu Lint as dan
Angkut an Jalan.
Pasal 8
Pembent ukan Organisasi dan Tat a Kerj a Dinas Lalu Lint as dan
Angkut an j alan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dit et apkan sesuai
dengan pedoman yang dit et apkan oleh Ment eri Dalam Negeri set elah
mendengar pendapat Ment eri dan Ment eri yang bert anggung j awab di
bidang pembinaan aparat ur negara.
BAB IV
KEPEGAWAIAN
Pasal 9
Hal-hal mengenai kepegawaian yang t imbul sebagai akibat penyerahan
sebagian urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an
j alan sebagaimana dimaksud dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

11

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 10
(1)

Ment eri menyelenggarakan pembinaan t eknis dan pengawasan
t eknis at as pelaksanaan urusan pemerint ahan dalam bidang lalu
lint as dan angkut an j alan yang t elah diserahkan kepada Daerah.

(2)

Pembinaan t eknis dan pengawasan t eknis sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.
Pasal 11

(1)

Ment eri Dalam Negeri menyelenggarakan pembinaan umum dan
pengendalian at as pelaksanaan urusan pemerint ahan dalam
bidang lalu lint as dan angkut an j alan yang t elah diserahkan
kepada Daerah.

(2)

Pembinaan umum dan pengendalian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri Dalam Negeri.
Pasal 12

(1)

Dalam melaksanakan urusan pemerint ahan dalam bidang lalu
lint as dan angkut an j alan yang t elah diserahkan kepada Daerah
Tingkat I, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menyampaikan
laporan berkala kepada Ment eri dan Ment eri Dalam Negeri.

(2)

Dalam melaksanakan urusan pemerint ahan dalam bidang lalu
lint as dan angkut an j alan yang t elah diserahkan kepada Daerah
Tingkat II, Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II
menyampaikan laporan berkala kepada Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I, Ment eri dan Ment eri Dalam Negeri.

12

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(3)

12

-

Dalam melaksanakan urusan pemerint ahan dalam bidang lalu
lint as dan angkut an j alan yang t elah diserahkan, Daerah waj ib :
a. memelihara keselamat an dan kelancaran arus lalu lint as dan
angkut an Regional dan Nasional di daerah masing-masing;
b. memperhat ikan perat uran perundang-undangan yang berlaku
di bidang lalu lint as dan angkut an j alan besert a pembinaan
t eknis yang diberikan Ment eri.
BAB VI
SUMBER PEMBIAYAAN DAN KEKAYAAN
Pasal 13

(1)

Pembiayaan yang berhubungan dengan penyerahan sebagian
urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an j alan
sebagaimana dimaksud dalam Perat uran Pemerint ah ini,
diusahakan melalui sumber-sumber anggaran Pendapat an Asli
Daerah maupun melalui bant uan pembiayaan dari Pemerint ah
Pusat sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.

(2)

Segala bent uk pungut an dalam bidang lalu lint as dan angkut an
j alan yang t elah diserahkan kepada Daerah, diat ur dan
dit et apkan dengan Perat uran Daerah.
Pasal 14

(1)

Kekayaan yang berhubungan dengan penyerahan sebagian urusan
pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an j alan
sebagaimana dimaksud dalam Perat uran Pemerint ah ini,
diserahkan pula menj adi kekayaan Daerah yang menerima
penyerahan urusan-urusan t ersebut .

13

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

13

-

Pelaksanaan penyerahan kekayaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan
yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15

(1)

Dinas Lalu Lint as dan Angkut an Jalan Raya yang t elah dibent uk
sebelum
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini,
t et ap
melaksanakan t ugasnya sebagai unsur pelaksana Pemerint ah
Daerah sampai dibent uknya Dinas Lalu Lint as dan Angkut an Jalan
berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

(2)

Bagi Daerah yang belum menerima penyerahan urusan
sebagaimana dimaksud dalam Perat uran Pemerint ah ini,
pelaksanaan urusan lalu lint as dan angkut an j alan dilakukan oleh
inst ansi vert ikal Depart emen Perhubungan.
Pasal 16

Ket ent uan pelaksanaan Perat uran Pemerint ah Nomor 16 Tahun 1958
yang sudah ada sebelum berlakunya Perat uran Pemerint ah ini masih
t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dan belum digant i
berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 17
Dengan dit et apkannya Perat uran Pemerint ah ini maka Perat uran
Pemerint ah Nomor 16 Tahun 1958 t ent ang Penyerahan Urusan Lalu
Lint as Jalan Kepada Daerah Tingkat Ke I (Lembaran Negara Tahun
1958 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1557) dinyat akan
t idak berlaku lagi.

14

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Ket ent uan lebih lanj ut yang diperlukan sebagai pelaksanaan Perat uran
Pemerint ah ini diat ur oleh Ment eri dan Ment eri Dalam Negeri secara
bersama-sama at au sendiri-sendiri sesuai dengan kewenangan
masing-masing.
Pasal 19
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 14 Juni 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 14 Juni 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

15

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 2 TAHUN 1 9 9 0
TENTANG
PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
DALAM BIDANGLALU LINTAS DAN ANGKUTAN
JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT I DAN
DAERAH TINGKAT II

A. UMUM
Dalam rangka peningkat an pemerat aan pembangunan dan
perwuj udan
t uj uan
pembangunan
nasional,
pembangunan
perhubungan diharapkan berperan unt uk memperlancar roda
perekonomian, memperkokoh persat uan sert a makin meningkat kan
ket ahanan nasional.
Unt uk it u perlu diberikan perhat ian khusus pada pembangunan
perhubungan di daerah yang membut uhkan peningkat an peranan
Daerah khususnya dalam pelaksanaan t ugas pemerint ahan dan
pembangunan lalu lint as dan angkut an j alan yang lebih berdayaguna
dan berhasilguna.
Sehubungan dengan it u perlu dimant apkan dan dit ingkat kan
pemberian ot onomi yang nyat a dan bert anggung j awab kepada
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah, dengan
menyerahkan sebagian urusan pemerint ahan di bidang lalu lint as
dan angkut an j alan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.
Pengat uran di bidang lalu lint as dan angkut an j alan yang mengat ur
kewenangan Daerah pada saat ini, masih didasarkan pada Perat uran
Pemerint ah Nomor 16 Tahun 1958 yang merupakan salah sat u

16

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

perat uran pelaksanaan dari Undang-undang Nomor I Tahun 1957
yang dirasakan sudah t idak sesuai unt uk menunj ang usaha
pencapaian t uj uan pembangunan karena belum mengat ur secara
j elas kewenangan Daerah di bidang lalu lint as dan angkut an Jalan
dan belum melibat kan peran dari Daerah Tingkat II.
Bert it ik t olak dari hal-hal t ersebut di at as, perlu menat a kembali
kewenangan Daerah di bidang lalu lint as dan angkut an j alan dengan
memberikan kemungkinan kepada Daerah mengembangkan
perangkat Daerah unt uk melaksanakan urusan-urusan yang t elah
diserahkan di bidang lalu lint as dan angkut an j alan dalam Perat uran
Pemerint ah ini, sesuai dengan kebut uhan dan kemampuan Daerah
yang bersangkut an.
Dengan penyerahan sebagian urusan lalu lint as dan angkut an j alan
dalam Perat uran Pemerint ah ini memberikan kemungkinan kepada
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II membent uk Dinas Lalu Lint as
dan Angkut an Jalan Tingkat I dan Dinas Lalu Lint as dan Angkut an
Jalan Tingkat II yang masing- masing menerima penyerahan
sebagian urusan lalu lint as dan angkut an j alan secara langsung dari
Pemerint ah Pusat .
Dalam Perat uran Pemerint ah ini dit et apkan ket ent uan bahwa
dengan penyerahan sebagian urusan Pemerint ahan di bidang Lalu
Lint as dan Angkut an Jalan kepada Daerah Tingkat I dan Daerah
Tingkat II, t idak melepaskan t anggung j awab Pemerint ah Pusat
dalam hal ini Ment eri yang membidangi perhubungan sebagai
penanggung
j awab dari urusan-urusan yang diserahkan unt uk
melakukan pembinaan t eknis dan pengawasan t eknis t erhadap
Dinas- dinas Daerah yang melaksanakan urusan-urusan t ersebut .
Selanj ut nya dalam Perat uran Pemerint ah ini j uga diberikan
kemungkinan kepada Daerah Tingkat I unt uk menyerahkan urusan
yang dit erimanya kepada Daerah Tingkat II sesuai dengan kebut uhan
dan kemampuan Daerah yang bersangkut an.

17

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

Dalam hal t erdapat Daerah yang belum mampu melaksanakan
urusan yang diserahkan berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini maka
Pemerint ah Pusat t et ap bert anggung j awab dalam pelaksanaannya
dengan t et ap mengupayakan agar Daerah-daerah t ersebut secara
bert ahap menj adi mampu unt uk melaksanakannya.
B. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Meskipun sebagian urusan pemerint ahan dalam bidang lalu lint as
dan angkut an j alan t elah diserahkan kepada Daerah, akan t et api
t anggung j awab akhir t et ap berada di t angan Pemerint ah Pusat .
Dalam kait an dengan t anggung j awab t ersebut , Ment eri
menyelenggarakan pembinaan t eknis dan pengawasan t eknis, yait u
segala usaha dan kegiat an yang dit uj ukan kepada keseragaman
dalam pelaksanaan t ugas pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan
angkut an j alan.
Pasal 3
Huruf a
Penet apan bat as kecepat an maksimum pada ruas-ruas j alan
t ert ent u t idak boleh melebihi kecepat an rancangan ruas j alan
yang bersangkut an.
Huruf b
Cukup j elas
Huruf c
Cukup j elas
Huruf d

18

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

Cukup j elas
Huruf e
Dalam pemberian izin agar dipert imbangkan secara cermat hal-hal
yang menyangkut kelancaran angkut an dan keselamat an umum.
Unt uk mendapat kan izin t ersebut berpedoman pada perat uran
yang dit et apkan oleh Ment eri.
Huruf f
Angka 1
Cukup j elas
Angka 2
Penet apan bat as maksimum muat an sumbu pada j alan,
dimaksudkan unt uk memelihara kelest arian j alan sehubungan
dengan meningkat nya int ensit as penggunaan j alan/ j embat an
yang t idak seimbang dengan pemeliharaan dan perbaikannya.
Huruf g
Penet apan ini diperlukan bilamana sebagian j alan at au suat u
j embat an dalam keadaan kurang baik, sedang t idak mungkin
dilakukan perbaikan at au pembet ulan dengan segera. Demikian
pula selama diadakan pekerj aan perbaikan at au pemeliharaan.
Huruf h
Jaringan t rayek dan j aringan lint as, j umlah kendaraan bermot or
yang diij inkan unt uk melayani suat u t rayek dan lint as dan
persyarat an t eknis kendaraan bermot or yang diizinkan unt uk
melayani t rayek dan lint as t ersebut dit et apkan oleh Ment eri.
Huruf i
Rekayasa lalu lint as
Rekayasa unt uk :

t ersebut

meliput i

kegiat an-kegiat an

1) Perencanaan f asilit as pengendalian lalu lint as sepert i rambu

19

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

lalu lint as, marka j alan, lampu lalu lint as dan f asilit as
pengamanan lalu lint as;
2) Perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan f asilit as;
3) Perencanaan pengadaan dan pemasangan f asilit as. Manaj emen
lalu lint as t ersebut meliput i kegiat an-kegiat an manaj emen
yang bert uj uan unt uk :
1) Memperlancar arus lalu lint as dan angkut an;
2) Mengurangi t ingkat dan j umlah kecelakaan;
3) Memperbaiki lingkungan;
dengan perbaikan-perbaikan f isik yang t erbat as.
Huruf j
Penguj ian kendaraan bermot or dilaksanakan oleh Inst ansi yang
dit unj uk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I menurut
pedoman t eknis yang dit et apkan oleh Ment eri.
Secara selekt if Daerah Tingkat I menyerahkan urusan penguj ian
kendaraan bermot or kepada Daerah Tingkat II dengan
memperhat ikan
kemampuan
Daerah
Tingkat
II
yang
bersangkut an, ant ara lain personil, peralat an dan pembiayaan.
Dalam hal urusan penguj ian kendaraan bermot or t ersebut belum
diserahkan kepada Daerah Tingkat II, pendapat an yang berasal
dari penguj ian kendaraan bermot or t ersebut menj adi bagian
pendapat an Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II.
Pengat uran lebih lanj ut t ent ang pembagian pendapat an ant ara
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II t ersebut dit et apkan oleh
Ment eri Dalam Negeri.
Pasal 4
Ayat (1)
Urusan

yang

diserahkan

kepada

Daerah

Tingkat

I

dapat

20

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

diserahkan sebagian at au seluruhnya kepada Daerah Tingkat II
t ergant ung kesediaan. dan kesiapan Daerah yang bersangkut an.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Dalam penunj ukan lokasi parkir harus diperhat ikan sit uasi dan
kondisi lingkungan sert a lalu lint as. Parkir yang mengganggu
arus lalu lint as harus dilarang.
Huruf b
Penunj ukan lokasi t erminal yang f ungsinya melayani angkut an
ant ar kot a ant ar propinsi t idak t ermasuk urusan yang
diserahkan. Yang dimaksud dengan pengelolaan disini adalah
seluruh kegiat an yang meliput i pengat uran, pelaksanaan,
pengorganisasian,
pengawasan
dan
perencanaan
pengoperasian t erminal.

Huruf c
Penunj ukan t empat penyeberangan bagi pej alan kaki adalah
unt uk keselamat an pej alan kaki dan memelihara kelancaran
arus lalu lint as kendaraan.
Huruf d
Pembat asan penggunaan angkut an orang dengan kendaraan
t idak bermot or, misalnya sepeda, harus dit inj au dari segi
keselamat an lalu lint as dan angkut an.
Huruf e
Ket ent uan ini

dimaksudkan agar

kendaraan umum

yang

21

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

berhent i t idak mengganggu kelancaran arus lalu lint as pada
ruas-ruas j alan yang ramai dan. unt uk keselamat an angkut an
sert a pelayanan kepada masyarakat .
Huruf f
Cukup j elas
Huruf g
Izin pendirian usaha angkut an diberikan dengan berpedoman
pada ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri.
Huruf h
Izin mendirikan bengkel umum kendaraan bermot or,
berpedoman pada ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri.
Huruf i
Hal ini dimaksud memberikan kewenangan kepada Pemerint ah
Daerah unt uk mengat ur susunan alat -alat t ambahan yang
diperlukan mobil bis dan mobil penumpang unt uk angkut an
kot a, sepert i t axi met er unt uk mobil penumpang at au t anda
pengenal khusus unt uk mobil bis at au mobil penumpang.
Huruf j
Cukup j elas
Huruf k
Kewenangan unt uk menet apkan larangan penggunaan j alan ini
bet apapun t idak boleh digunakan bila akibat nya malah
menimbulkan hambat an t erhadap kelancaran arus lalu lint as
dan angkut an orang dan barang pada j aringan j alan lint as
Regional dan Nasional. Unt uk it u, set iap kali Daerah Tingkat II
bermaksud melarang penggunaan Jalan Propinsi di daerahnya
t erlebih dahulu mendapat perset uj uan dari Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I dan t erhadap Jalan Nasional t erlebih dahulu
mendapat perset uj uan Ment eri.

22

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

Huruf l
Diperlukan unt uk mencegah kegaduhan-kegaduhan
mengganggu ket enangan lingkungan.

yang

Huruf m
Pengat uran dan pelaksanaan sirkulasi lalu lint as ini t idak boleh
menghambat kelancaran arus lalu lint as dan angkut an pada
j aringan j alan lint as Regional dan Nasional. Selanj ut nya lihat
penj elasan pada huruf k.
Ayat (2)
Huruf a
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf a.
Huruf b
Penet apan penempat an dan pemasangan rambu-rambu lalu
lint as dan t anda-t anda j alan ini t idak boleh menghambat
kelancaran arus lalu lint as dan angkut an pada j aringan j alan
lint as Regional dan Nasional.
Selanj ut nya lihat penj elasan ayat (1) huruf k.
Huruf c
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf 1.
Huruf d
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf f .
Huruf e
lihat penj elasan Pasal 3 huruf g.
Ayat (3)
Huruf a
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf a.

23

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Huruf b
Lihat penj elasan ayat (2) huruf b.
Huruf c
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf i.
Huruf d
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf f .
Huruf e
Lihat penj elasan Pasal 3 huruf g.
Ayat (4)
Cukup j elas
Pasal 6
Penyerahan urusan ini t idak berlaku bagi wilayah Kot a di Daerah
Khusus Ibukot a Jakart a dan Kot amadya Administ rat if Bat am, karena
bukan Daerah Ot onom.
Pasal 7
Cukup j elas
Pasal 8
Cukup j elas
Pasal 9
Dengan memperhat ikan ket ent uan perat uran perundang-undangan
yang berlaku di bidang kepegawaian, dengan t idak mengurangi
kewenangan Pemerint ah Daerah, Kepala Daerah mengangkat
pej abat dan t enaga t eknis Dinas Lalu Lint as dan Angkut an Jalan
dengan memperhat ikan syarat -syarat kemampuan dan ket rampilan
t eknis yang dit et apkan oleh Ment eri. Kepala Daerah dapat memint a
pegawai
kepada
Ment eri
unt uk
dipekerj akan
dan
at au
diperbant ukan sesuai dengan kemampuan dan ket rampilan yang

24

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

diperlukan.
Pasal 10
Ayat (1)
Pembinaan t eknis yang diselenggarakan oleh Ment eri it u meliput i
kegiat an yang berkait an dengan penent uan kebij aksanaan,
persyarat an t eknis, pet unj uk dan bimbingan t eknis di bidang lalu
lint as dan angkut an j alan. Pengawasan t eknis adalah kegiat an
mengawasi, mengarahkan dan mengambil t indakan korekt if
t erhadap pelaksanaan urusan yang diserahkan agar sesuai dengan
pembinaan t eknis yang t elah diberikan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Laporan Bupat i/ Walikot amadya Kepala Daerah Tingkat II kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I adalah dalam kedudukan
Gubernur sebagai Kepala Wilayah, laporan Bupat i/ Walikot amadya
Kepala Daerah Tingkat II kepada Ment eri adalah dalam
kedudukan Ment eri sebagai pembina dan pengawas t eknis dan
laporan Bupat i/ Walikot a- madya Kepala Daerah Tingkat II kepada
Ment eri Dalam Negeri adalah dalam kedudukan Ment eri Dalam

25

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

Negeri sebagai pembina dan pengawas umum.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 13
Ayat (1)
Pada dasarnya sumber pembiayaan t erhadap pelaksanaan urusan
pemerint ahan dalam bidang lalu lint as dan angkut an j alan yang
diserahkan kepada Daerah diupayakan dari sumber-sumber
Pendapat an Asli Daerah, sedangkan pembiayaan yang berasal
dari Pemerint ah Pusat bersif at menunj ang.
Ayat (2)
Besarnya pungut an yang dit et apkan berpedoman kepada
ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri dan Ment eri Dalam
Negeri.
Pasal 14
Ayat (1)
Rincian kekayaan yang diserahkan dit ent ukan lebih lanj ut oleh
Ment eri dan Ment eri Dalam Negeri.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

26

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Pasal 16
Cukup j elas
Pasal 17
Cukup j elas
Pasal 18
Cukup j elas
Pasal 19
Cukup j elas

26

-