BRS BANTEN BULAN JUNI 2017 1733_ntp_020617

No. 33/06/36/ Th.XI, 2 Juni 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN
GABAH BULAN MEI 2017
A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NILAI TUKAR PETANI (NTP) MEI 2017 SEBESAR 98,86 ATAU NAIK 0,17 PERSEN
 NTP Banten Mei 2017 sebesar 98,86 atau naik 0,17 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.
Kenaikan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang naik sebesar
0,69 persen dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani yang naik 0,52 persen.
 Pada Mei 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,55 persen terutama
disebabkan oleh inflasinya indeks kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen.
 Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten Mei 2017 sebesar 104,12 atau naik 0,29 persen
dibanding NTUP bulan sebelumnya.
 Pada Bulan Mei 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 14 provinsi yang NTP-nya berada di atas
angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 105,63 yang
diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 105,60 dan Provinsi Lampung sebesar 104,58. Sedangkan Nilai
Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,43.

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks
harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat
kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari

produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin
tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga
yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya
terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya
konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan
kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada
Mei 2017, NTP secara umum naik 0,17 persen dibandingkan NTP April, yaitu dari 98,69 menjadi
98,86. Kenaikan NTP pada Mei 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani
(It) sebesar 0,69 persen dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang
naik sebesar 0,52 persen.

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

1

Bulan

Persentase

Perubahan

Subsektor
April

Mei

(2)

3)

(4)

a. Indeks yang diterima (It)

124,85

125,71

0,69


b. Indeks yang dibayar (Ib)

126,50

127,16

0,52

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga

128,93

129,64

0,55

d. Indeks BPPBM

120,25


125,71

4,54

e. Nilai Tukar Petani (NTP)

98,69

98,86

0,17

(1)
Gabungan / Banten

Kenaikan NTP Mei 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada 4 (empat) subsektor yakni
subsektor tanaman pangan yang naik 0,49 persen, subsektor hortikultura dengan kenaikan 0,06 persen,
subsektor peternakan yang naik 0,66 persen, dan subsektor perikanan dengan kenaikan 0,45 persen.
Sedangkan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat justru terjadi penurunan sebesar 0,89 persen.


1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (I t)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas
pertanian yang dihasilkan petani. Pada Mei 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen
dibanding It April, yaitu naik dari 124,85 menjadi 125,71. Sebagaimana NTP secara umum, kenaikan It
pada Mei 2017 disebabkan naiknya It pada empat subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik
0,98 persen, It subsektor hortikultura naik 0,61 persen, subsektor peternakan naik 1,24 persen dan It
subsektor perikanan yang naik 0,86 persen. Sedangkan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat
terjadi penurunan sebesar 0,37 persen

Apr-17
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60

0,40
0,20
0,00
-0,20
-0,40
-0,60

1,41

1,28

1,24

0,98

0,86
0,61

0,90


0,69

0,45
0,27

0,13

-0,37
T. pangan

2

Mei-17

Hortikultura

Perkebunan

Peternakan


Perikanan

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

Gabungan

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (I b)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan

biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (I b)
dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi
harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Mei 2017 indeks
harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen. Hal ini terjadi karena Indeks
Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,55 persen dan Indeks BPPBM juga naik sebesar 0,40
persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya lima dari enam kelompok yakni kelompok
bibit 0,06 persen; kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,38 persen; biaya sewa dan
pengeluaran lain naik 0,03 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,11 persen dan
kelompok upah buruh mengalami kenaikan 0,71 persen. Sementara itu, pada kelompok transportasi

justru turun 0,01 persen.

Ib
5,00
4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00

BPPBM
4,54

0,49 0,53


0,28

T. Pangan

3.

Konsumsi RT

0,55 0,63
0,31

Hortikultura

0,52

0,50 0,65

Perkebunan

0,57


0,56 0,59

Peternakan

0,41 0,49

0,29

0,52 0,55

Perikanan

Gabungan

Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor
a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)
Pada bulan Mei 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 0,49 persen atau naik dari
98,11 menjadi 98,59. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It)
sebesar 0,98 persen lebih cepat dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani
(Ib) yang sebesar 0,49 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya
indeks pada subkelompok padi sebesar 0,95 persen dan subkelompok palawija juga mengalami
kenaikan 1,46 persen sehingga mempercepat laju kenaikan pada It subsektor tanaman pangan.
Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 0,95 persen.
Sementara kenaikan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga kacang hijau,
kacang tanah, dan ubi jalar. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami
kenaikan sebesar 0,49 persen karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing
sebesar 0,53 persen dan 0,28 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh
naiknya indeks pada tiga kelompok yakni kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,12 persen,
kelompok penambahan barang modal naik 0,01 persen, dan kelompok upah buruh naik 0,65
persen. Sedangkan kelompok bibit turun 0,36 persen dan kelompok transportasi turun 0,03
persen. Sementara itu, biaya sewa dan pengeluaran lainn naik tidak mengalami perubahan indeks.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

3

Bulan
Maret

April

Mei

(3)

(4)

(4)

Persentase perubahan
Mei 2017 thd
April
(5)

124.54

126,13

127,37

0,98

- Padi

124.50

126,11

127,31

0,95

- Palawija

125.33

126,59

128,44

1,46

128.05

128,56

129,20

0,49

- Indeks Konsumsi Rumahtangga

128.87

129,34

130,03

0,53

- Indeks BPPBM

124.02

124,70

125,06

0,28

97.26

98,11

98,59

0,49

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
(1)
1. Tanaman Pangan
a. Indeks Diterima Petani

b. Indeks Dibayar Petani

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P)
2. Hortikultura
a. Indeks Diterima Petani

125.94

126,10

126,87

0,61

- Sayur-sayuran

128.54

128,03

128,05

0,02

- Buah-buahan

124.43

125,00

126,26

1,01

- Tanaman Obat

118.57

119,95

120,59

0,53

b. Indeks Dibayar Petani

124.72

125,15

125,84

0,55

- Indeks Konsumsi Rumahtangga

127.69

128,22

129,03

0,63

- Indeks BPPBM

116.53

116,71

117,07

0,31

100.98

100,76

100,82

0,06

121.09

122,80

122,35

-0,37

121.09

122,80

122,35

-0,37

126.60

127,14

127,81

0,52

- Indeks Konsumsi Rumahtangga

128.46

128,90

129,55

0,50

- Indeks BPPBM

117.64

118,65

119,41

0,65

95.65

96,59

95,73

-0,89

120.68

121,00

122,49

1,24

- Termak Besar

131.31

131,46

132,30

0,64

- Ternak Kecil

129.85

130,21

131,96

1,35

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
a. Indeks Diterima Petani
- Tanaman Perkebunan Rakyat
b. Indeks Dibayar Petani

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R)
4. Peternakan
a. Indeks Diterima Petani

- Unggas

113.08

114,15

116,22

1,81

- Hasil Ternak

114.88

113,54

114,35

0,71

b. Indeks Dibayar Petani

121.56

121,98

122,68

0,57

- Indeks Konsumsi Rumahtangga

128.06

128,71

129,44

0,56

- Indeks BPPBM

114.66

114,82

115,50

0,59

99.27

99,20

99,85

0,66

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T)
5. Perikanan
a. Indeks Diterima Petani

131.27

131,85

132,99

0,86

- Penangkapan

148.20

148,03

149,54

1,02

- Budidaya

118.07

119,25

120,10

0,71

b. Indeks Dibayar Petani

123.95

124,27

124,78

0,41

- Indeks Konsumsi Rumahtangga

128.72

129,15

129,78

0,49

- Indeks BPPBM

116.46

116,61

116,94

0,29

105.90

106,10

106,57

0,45

c. Nilai Tukar Petani (NTNP)

4

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Mei 2017 mengalami
peningkatan sebesar 0,06 persen dari 100,76 menjadi 100,82. Hal ini terjadi karena laju
kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,61 persen, lebih cepat dari laju
kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang naik 0,55 persen. Kenaikan It pada subsektor
hortikultura disebabkan oleh meningkatnya indeks pada kelompok sayur-sayuran sebesar 0,02
persen, kelompok buah-buahan 1,01 persen, dan tanaman obat mengalami kenaikan sebesar 0,53
persen. Peningkatan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya harga
petsai/sawi, petai, jengkol, bayam, tomat, kangkung, dan bawang merah. Sedangkan kenaikan
indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga semangka, pisang, sirsak, dan
pepaya. Sementara itu, kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok tanaman obat terutama
disebabkan oleh kenaikan harga kunyit. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya
Indeks KRT sebesar 0,63 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,31 persen.
c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)
Pada Bulan Mei 2017 NTP-R sebesar 95,73 atau mengalami penurunan sebesar 0,89 persen
dibanding bulan lalu yang disebabkan karena penurunan indeks harga yang diterima petani
sebesar 0,37 persen dan kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,52 persen.
Penurunan It terjadi karena turunnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat
sebesar 0,37 persen yakni dari 122,80 menjadi 122,35 persen yang dipengaruhi oleh turunnya
harga karet, kopi, dan kelapa sawit. Di sisi lain, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib)
dipengaruhi oleh naiknya IKRT sebesar 0,50 persen dan diperkuat oleh kenaikan indeks BPPBM
sebesar 0,65 persen.
d. Subsektor Peternakan (NTP-T)
Pada bulan Mei 2017 NTP-T mengalami kenaikan sebesar 0,66 persen yang disebabkan
karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yaitu 1,24 persen lebih cepat dibanding
laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani, sebesar 0,57 persen. Peningkatan yang terjadi
pada It karena naiknya indeks pada semua kelompok, yakni kelompok ternak besar yang naik
0,64 persen, kelompok ternak kecil yang naik 1,35 persen, kelompok unggas naik 1,81 persen,
dan hasil ternak yang naik sebesar 0,71 persen. Kenaikan indeks pada kelompok ternak besar
hasil ternak dipengaruhi oleh naiknya harga sapi potong dan kerbau. Sedangkan peningkatan
indeks pada kelompok ternak kecil dipengaruhi oleh kenaikan harga kambing dan domba.
Sementara itu, kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok unggas dipengaruhi oleh naiknya
harga semua jenis ayam, baik ayam buras, ayam ras petelur maupun ayam ras pedaging serta
itik/bebek, dan peningkatan indeks pada kelompok hasil ternak terutama disebabkan oleh
naiknya harga telur ayam buras dan telur ayam ras. Lebih lanjut, Kenaikan indeks pada Ib
yang sebesar 0,57 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks KRT 0,56 persen dan indeks
BPPBM yang naik 0,59 persen.
e. Subsektor Perikanan (NTNP)
NTNP pada bulan Mei 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen dari 106,10 menjadi
106,57 persen. Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

5

sebesar 0,86 persen lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang
dibayar petani yang naik sebesar 0,41 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya
indeks kelompok penangkapan sebesar 1,02 persen yang diperkuat oleh naiknya indeks
kelompok budidaya sebesar 0,71 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,41 persen disebabkan naiknya
Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,49 persen dan 0,29 persen.
1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)
Pada Mei 2017, NTN naik sebesar 0,58 persen dari 118,93 menjadi 119,62. Hal ini
terjadi karena It mengalami peningkatan sebesar 1,02 persen dan diperkuat oleh Ib yang
naik sebesar 0,44 persen. Kenaikan It disebabkan oleh meningkatnya harga di sebagian
besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: layar, tongkol, tembang, gulamah dan
lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena KRT mengalami kenaikan
sebesar 0,49 persen dan BPPBM naik 0,36 persen.
2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)
Pada Mei 2017, NTPi naik sebesar 0,32 persen atau naik dari 96,08 persen menjadi 96,38
persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,71 persen, lebih cepat dari
laju kenaikan Ib yang naik sebesar 0,39 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya
harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,69 persen yakni harga ikan nila
dan mujair dan didukung oleh kenaikan harga kelompok budidaya air payau yang naik
sebesar 1,18 persen yang disebabkan naiknya harga bandeng. Sementara itu, Ib mengalami
kenaikan karena IKRT yang naik sebesar 0,49 persen dan diperkuat oleh peningkatan
indeks pada BPPBM sebesar 0,23 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di
pedesaan. Pada bulan Mei 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di
perdesaan sebesar 0,55 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada kelompok bahan makanan
yakni sebesar 0,86 persen, yang diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0,64 persen; kelompok sandang 0,53 persen; kelompok perumahan 0,17 persen; kelompok
kesehatan 0,13 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,10 persen. Sementara itu,
pada kelompok transportasi dan komunikasi terjadi deflasi 0,26 persen.

KELOMPOK IKRT

IKRT April

IKRT Mei

Inflasi Perdesaan
(persen)

UMUM

128,93

129,64

0,55

131,14

132,27

0,86

131,25

132,09

0,64

131,04

131,26

0,17

123,46

124,11

0,53

123,44

123,60

0,13

116,13

116,25

0,10

123,01

122,69

-0,26

1. Bahan Makanan
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
3. Perumahan
4. Sandang
5. Kesehatan
6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga
7. Transportasi & Komunikasi

6

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

5.

Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan Mei 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 14 provinsi yang NTP-nya berada di

atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 105,63 yang
diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 105,60 dan Provinsi Lampung sebesar 104,58. Sedangkan Nilai
Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,43. NTP nasional sebesar 100,15 yang
mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,01.

Provinsi
Sulawesi Barat
Gorontalo
Lampung
Bali
NTB
Jawa Barat
Jawa Timur
Riau
Yogyakarta
Maluku Utara
NTT
Maluku
Sulawesi Selatan
Papua Barat
Jambi
Sumatera Utara
Banten

NTP
105,63
105,60
104,58
104,57
104,37
103,94
102,16
101,98
101,41
101,24
100,95
100,69
100,41
100,22
99,38
99,07
98,86

Perubahan
(%)
-0,35
0,49
0,47
-0,39
0,34
1,05
0,31
-1,09
-0,23
0,36
-0,23
0,26
0,30
-0,35
-1,62
-0,49
0,17

Rangking
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Provinsi
Jawa Tengah
DKI
Kalimantan Tengah
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Bangka Belitung
Papua
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Barat
NAD
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
Bengkulu
Sulawesi Utara
Nasional

NTP
98,70
98,26
97,90
97,07
96,99
96,67
96,30
95,80
95,52
94,95
94,84
94,56
93,96
93,66
93,48
92,43
100,15

Perubahan
(%)
0,90
-0,96
-1,09
-1,67
-1,16
-0,06
-0,94
-1,91
-0,26
0,05
-1,27
-0,52
-0,88
-0,96
-1,61
0,30
0,14

Rangking
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor
Pada Mei 2017 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,29 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan pada
It sebesar 0,69 persen masih lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks BPBBM yang
naik sebesar 0,40 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada
empat subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 0,69 persen, subsektor hortikultura naik 0,30
persen, subsektor peternakan naik 0,65 persen, dan subsektor perikanan yang naik sebesar 0,58 persen.
Sementara itu, pada tanaman perkebunan rakyat terjadi penurunan NTUP sebesar 1,01 persen.

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

7

Subsektor

April

Mei

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Tanaman Pangan

101,15

101,85

0,69

2. Hortikultura

108,05

108,37

0,30

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

103,50

102,46

-1,01

4. Peternakan

105,38

106,06

0,65

5. Perikanan

113,07

113,73

0,58

a. Tangkap

126,28

127,11

0,66

b. Budidaya

102,69

103,18

0,48

103,82

104,12

0,29

Gabungan

8

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

Perubahan (%)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
 Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Mei dibandingkan keadaan April, untuk Gabah Kering
Panen (GKP) mengalami kenaikan 7,46 persen dan untuk Gabah di luar kualitas turun sebesar 2,09
persen.
 Rata-rata harga gabah bulan Mei 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKP Rp. 4.479 per kg,dan kualitas rendah Rp. 3.800,- per kg.
 Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400- per kg
untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.200,- per
kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang

Pada Mei 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP sebanyak 87,18
persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 12,82 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga
gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas
Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.200,- per kg untuk kualitas GKP dengan
varietas ciherang.

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.)

Kelompok
Kualitas

Persentase
Jumlah
Obser-vasi

Terendah

Tertinggi

Rata-Rata

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

GKP

87,18%

Gabah
Kualitas
Rendah

12,82%



2.

Rata-rata
Harga Tingkat
Penggilingan
(RP/Kg)

Harga
Pembelian
Pemerintah
(HPP)*
(Rp./Kg.)

(6)

(7)

3.900

5.200

4.362

4.479

3.400

4.200

3.700

3.800

Petani
3.700
Penggilingan
3.750

-



Rata – rata Komponen Mutu

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH),
yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 13,06 persen dan KH nya 6,05 persen; sedangkan
untuk Kualitas rendah KA nya 20,24 persen dan KH 18,25 persen.

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

9

Kelompok Kualitas

4.

Kadar Air (persen)

Kadar Hampa/Kotoran (persen)

Maret

April

Mei

Maret

April

Mei

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

GKG

-

-

-

-

-

-

GKP

15,99

14,35

13,06

5,78

5,98

6,05

Kualitas Rendah

21,75

21,04

20,24

11,73

17.97

18,25

Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.479,per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 4.362,- per kg. Untuk
gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 6,64 persen dan di
tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 7,46 persen.

T ing ka t P engg il ing an (R p/ Kg )
K u al i tas

P e rs en ts se
P e ruba han
Kol
(4 )thd (3 )

M a r’ 1 7

A pr ’ 17

M e i ’1 7

P e rs en ta se
P e rub a han
K o l ( 8 ) th d
(7)

M a r’ 1 7

A pr ’ 17

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

GKG

-

-

-

-

-

-

-

-

GKP

3.999

4.200

4.479

6,64

3.862

4.059

4.362

7,46

K u al i tas
r end ah

3.646

3.879

3.800

-2,04

3.557

3.779

3.700

-2,09

10

M e i ’1 7

T ing ka t P e tani (Rp /K g)

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH
UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN MEI 2017 SEBESAR Rp 47.982,

Upah nominal buruh tani pada Mei 2017 dibanding upah buruh tani April mengalami kenaikan
sebesar 1,16 persen atau naik dari Rp. 47.430,- per hari menjadi Rp. 47.982,- per hari. Secara riil*)
mengalami kenaikan 0,61 persen yakni naik dari Rp. 36.788,- per hari menjadi Rp. 37.011,- per hari

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Mei 2017 dibanding upah buruh tani April
mengalami kenaikan sebesar 1,16 persen atau naik dari Rp. 47.430,- per hari menjadi Rp. 47.982,- per hari.
Secara riil mengalami kenaikan 0,61 persen atau naik dari Rp. 36.788,- per hari menjadi Rp. 37.011,- per
hari

Bulan
Rincian

(1)

Provinsi

Maret ‘17

April ‘17

Mei’17

% Perubahan Mei
2017 thd April

(3)

(4)

(5)

(6)

Upah Nominal

45.824

47.430

47.982

1,16

Upah Riil *)

35.680

36.788

37.011

0,61

Jenis Upah

(2)

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017

11

BPS PROVINSI BANTEN
Informasi lebih lanjut hubungi:
Ir. Agoes Soebeno, M.Si
Kepala BPS Provinsi Banten
Telepon: 0254-267027
E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id
Website : banten.bps.go.id

12

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 33/06/36/Th.XI, 2 Juni 2017