PERNYATAAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG KERJA TAHUN 1948 NR. 12 DARI REPUBLIK INDONESIA UNTUK SELURUH INDONESIA

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1951
TENTANG
PERNYATAAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG KERJA TAHUN 1948 NR. 12
DARI REPUBLIK INDONESIA UNTUK SELURUH INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang

: bahwa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia belum ada
perundang-undangan perburuhan yang sesuai dengan keadaan
sekarang;
bahwa ketiadaan perundang-undangan itu sangat dirasakan dan oleh
karenanya perlu dengan segera mengadakannya;
bahwa dengan menunggu selesainya pekerjaan tersebut terlebih
dahulu perlu dijalankan undang-undang perburuhan Republik
Indonesia yang sudah ada;

bahwa "Undang-undang Kerja Tahun 1948" dari Republik Indonesia
adalah salah satu undang-undang yang dibutuhkan dan oleh
karenanya perlu lekas dijalankan untuk seluruh Indonesia.

Mengingat

: pasal 36 dan 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik
Indonesia.

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Memutuskan :
Dengan membatalkan segala peraturan yang berlawanan dengan undang- undang ini,
menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERNYATAAN BERLAKUNYA UNDANGUNDANG KERJA TAHUN 1948 No. 12 DARI REPUBLIK INDONESIA UNTUK
SELURUH INDONESIA.
PASAL 1.
Menyatakan berlaku untuk seluruh Indonesia Undang-undang Kerja tanggal 20 April
1948 No. 12 dari Republik Indonesia yang bunyinya sebagai berikut :
Bagian I.
Tentang istilah-istilah dalam undang-undang ini.

Pasal 1.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

(1) Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan :
a. Pekerjaan, ialah pekerjaan yang dijalankan oleh buruh untuk majikan dalam
suatu hubungan kerja dengan menerima upah;
b. Orang dewasa, ialah orang laki-laki maupun perempuan, yang berumur 18 tahun
ke atas;
c. Orang muda, ialah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur di atas 14
tahun, akan tetapi di bawah 18 tahun;
d. Anak-anak, ialah orang laki-laki maupun perempuan yang berumur 14 tahun ke
bawah;
e. Hari, ialah waktu sehari-semalam selama 24 jam;
f. Siang-hari, ialah waktu antara jam 6 sampai jam 18;
g. Malam-hari, ialah waktu antara jam 18 sampai jam 6;
h. Seminggu, ialah waktu selama 7 hari.
(2) Dalam arti kata majikan termasuk juga kepala, pemimpin atau pengurus

perusahaan, atau bagian perusahaan.
(3) Disamakan dengan perusahaan ialah segala tempat pekerjaan, dari Pemerintah
maupun partikelir.
Bagian II.
Tentang pekerjaan anak-anak dan orang muda.
Pasal 2.
Anak-anak tidak boleh menjalankan pekerjaan.
Pasal 3.
Jikalau seorang anak yang berumur 6 tahun atau lebih, terdapat dalam ruangan yang
tertutup, di mana sedang dijalankan pekerjaan, maka dianggap bahwa anak itu
menjalankan pekerjaan di tempat itu kecuali ternyata yang sebaliknya.
Pasal 4.
(1) Orang muda tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari.
(2) Dapat dikecualikan dari larangan termaksud dalam ayat (1) hal-hal di mana
pekerjaan orang muda pada malam hari itu tidak dapat dihindarkan berhubung
dengan kepentingan atau kesejahteraan umum.
(3) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan hal-hal yang dikecualikan termaksud
dalam ayat (2) beserta syarat-syarat untuk menjaga kesehatan buruh muda itu.
Pasal 5.
(1) Orang muda tidak boleh menjalankan pekerjaan di dalam tambang, lobang di

dalam tanah atau tempat mengambil logam dan bahan-bahan lain dari dalam tanah.
(2) Larangan tersebut dalam ayat (1) tidak berlaku terhadap kepada buruh muda yang
berhubung dengan pekerjaannya kadang-kadang harus turun di bagian-bagian
tambang di bawah tanah dan tidak menjalankan pekerjaan tangan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-

Pasal 6.
Tentang:
(1) Orang muda tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan
atau keselamatannya.
(2) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan pekerjaan termaksud dalam ayat (1).
Bagian Ill.
Tentang pekerjaan orang wanita.
Pasal 7.
(1) Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jikalau
pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan oleh orang
wanita.

(2) Dapat dikecualikan dari larangan termaksud dalam ayat (1) hal-hal di mana
pekerjaan wanita pada malam hari itu tidak dapat dihindarkan berhubung dengan
kepentingan atau kesejahteraan umum.
(3) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan hal-hal yang dikecualikan termaksud
dalam ayat (2) beserta syarat-syarat untuk menjaga kesehatan dan kesusilaan buruh
wanita itu.

Pasal 8.
(1) Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan di dalam tambang, lobang di
dalam tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dan bahan-bahan lain dari
dalam tanah.
(2) Larangan tersebut dalam ayat (1) tidak berlaku terhadap kepada orang wanita,
yang berhubung dengan pekerjaannya kadang-kadang harus turun di bagianbagian tambang di bawah tanah dan tidak menjalankan pekerjaan tangan.
Pasal 9.
(1) Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan
atau keselamatannya, demikian pula pekerjaan yang menurut sifat, tempat dan
keadaannya berbahaya bagi kesusilaannya.
(2) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan pekerjaan yang termaksud dalam
ayat (1).
Bagian IV.

Tentang waktu kerja dan waktu istirahat.
Pasal 10.
(1) Buruh tidak boleh menjalankan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam
seminggu. Jikalau pekerjaan dijalankan pada malam hari atau berbahaya bagi
kesehatan atau keselamatan buruh, waktu kerja tidak boleh lebih dari 6 jam sehari

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-

dan 35 jam seminggu.
(2) Setelah buruh menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus, harus diadakan
waktu istirahat yang sedikit-dikitnya setengah jam lamanya, waktu istirahat itu
tidak termasuk jam bekerja termaksud dalam ayat (1).
(3) Tiap-tiap minggu harus diadakan sedikit-dikitnya satu hari istirahat.
(4) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan pekerjaan yang berbahaya bagi
kesehatan atau keselamatan buruh termaksud dalam ayat (1).
(5) Dalam peraturan Pemerintah dapat pula diadakan aturan-aturan lebih lanjut
tentang waktu kerja dan waktu istirahat untuk pekerjaan-pekerjaan atau
perusahaan-perusahaan yang tertentu yang dipandang perlu untuk menjaga

kesehatan dan keselamatan buruh.
Pasal II.
Buruh tidak boleh menjalankan pekerjaan pada hari-hari raya, yang ditetapkan dalam
peraturan Pemerintah, kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifatnya harus dijalankan
terus pada hari-hari raya itu.
Pasal 12.
(1) Dalam hal-hal, di mana pada suatu waktu atau biasanya pada tiap-tiap waktu atau
dalam masa yang tertentu ada pekerjaan yang bertimbun-timbun yang harus lekas
diselesaikan, boleh dijalankan pekerjaan dengan menyimpang dari yang ditetapkan
dalam pasal 10 dan 11, akan tetapi waktu kerja itu tidak boleh lebih dari 54 jam
seminggu.
Aturan ini tidak berlaku terhadap pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan atau
keselamatan buruh.
(2) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan hal-hal termaksud dalam ayat (1)
beserta syarat-syarat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan buruh.
Pasal 13.
(1) Buruh wanita tidak boleh diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu
haidh.
(2) Buruh wanita harus diberi istirahat selama satu setengah bulan sebelum saatnya ia
menurut perhitungan akan melahirkan anak dan satu setengah bulan sesudah

melahirkan anak atau gugur-kandung.
(3) Waktu istirahat sebelum saat buruh menurut perhitungan akan melahirkan anak,
dapat diperpanjang sampai selama-lamanya tiga bulan jikalau di dalam suatu
keterangan dokter dinyatakan, bahwa hal itu perlu untuk menjaga kesehatannya.
(4) Dengan tidak mengurangi yang telah ditetapkan dalam pasal 10 ayat (1) dan (2)
buruh wanita yang anaknya masih menyusu, harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusukan anaknya, jikalau hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.
Pasal 14.
(1) Selain waktu istirahat seperti tersebut dalam pasal 10 dan 13, buruh yang
menjalankan pekerjaan untuk satu atau beberapa majikan dari satu organisasi harus
diberi idzin untuk beristirahat sedikit-dikitnya dua minggu tiap-tiap tahun.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-

(2) Buruh yang telah bekerja 6 tahun berturut-turut pada suatu majikan atau beberapa
majikan yang tergabung dalam satu organisasi mempunyai hak istirahat 3 bulan
lamanya.
Pasal 15.

(1) Dengan tidak mengurangi yang telah ditetapkan dalam pasal 10 ayat (1) dan (2),
buruh harus diberi kesempatan yang sepatutnya untuk menjalankan kewajiban
menurut agamanya.
(2) Pada hari 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban bekerja.
Bagian V.
Tentang tempat kerja dan perumahan buruh.
Pasal 16.
(1) Tempat kerja dan perumahan buruh yang disediakan oleh majikan harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan kebersihan.
(2) Dalam peraturan Pemerintah akan diadakan aturan-aturan yang lebih lanjut tentang
syarat-syarat kesehatan yang dimaksudkan dalam ayat (1).
(3) Pegawai-pegawai pengawasan perburuhan yang ditunjuk oleh Menteri yang
diserahi urusan perburuhan berhak untuk memberi perintah-perintah tentang
penjagaan kebersihan dan kesehatan dalam tempat kerja dan perumahan buruh
yang disediakan oleh majikan.
Bagian VI.
Tentang tanggung jawab.
Pasal 17.
(1) Majikan berwajib menjaga supaya aturan-aturan dalam undang-undang ini dan
dalam peraturan-peraturan Pemerintah yang dikeluarkan berhubung dengan

undang-undang ini, demikian juga perintah-perintah yang diberikan oleh pegawaipegawai pengawasan perburuhan termaksud dalam pasal 16 ayat (3) diindahkan.
(2) Kewajiban termaksud dalam ayat (1) ada juga pada pegawai-pegawai majikan yang
mengawasi pekerjaan dan yang diserahi dengan tegas oleh majikan untuk menjaga,
bahwa aturan-aturan dan perintah-perintah termaksud dalam ayat (1) diindahkan.
Bagian VII.
Aturan hukuman.
Pasal 18.
(1) Majikan dan pegawai yang mengawasi termaksud dalam pasal 17, yang tidak
memenuhi kewajibannya termaksud dalam pasal 17 ayat (1), dihukum dengan
hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak- banyaknya
lima ratus rupiah.
(2) Jikalau pelanggaran itu terjadi di dalam waktu dua tahun semenjak yang melanggar
dikenakan hukuman yang tidak dapat berubah lagi, karena pelanggaran yang sama,

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-

maka dapat dijatuhkan hukuman kurungan selama- lamanya enam bulan atau
denda sebanyak-banyaknya seribu rupiah.

(3) Hal-hal yang dapat dikenakan hukuman menurut pasal ini dianggap sebagai
pelanggaran.
Pasal 19.
(1) Jikalau majikan suatu badan hukum, maka tuntutan dan hukuman dijalankan
terhadap pengurus badan hukum itu.
(2) Jikalau pengurus badan hukum itu diserahkan kepada badan hukum lain, maka
tuntutan dan hukuman dijalankan terhadap kepada pengurus badan hukum yang
mengurus.
Bagian VIII.
Tentang mengusut pelanggaran.
Pasal 20.
Selain dari pada pegawai-pegawai yang berkewajiban mengusut pelanggaran pada
umumnya, pegawai-pegawai pengawasan perburuhan dan orang-orang lain yang
menurut undang-undang ditunjuk dan diberi kekuasaan untuk itu, kecuali diwajibkan
untuk menjaga dan membantu supaya aturan-aturan dalam undang-undang ini dan
dalam peraturan-peraturan Pemerintah yang dikeluarkan berhubung dengan undangundang ini serta perintah-perintah termaksud dalam pasal 16 ayat (3) dijalankan,
diwajibkan juga untuk mengusut pelanggaran.
Bagian IX.
Aturan tambahan.
Pasal 21.
(1) Dalam peraturan Pemerintah akan ditetapkan saat mulai berlakunya undangundang ini, demikian juga akan diatur berangsur-angsur berlakunya undangundang ini terhadap pekerjaan atau macam pekerjaan yang tertentu untuk seluruh
atau sebagian dari aturan-aturan dalam undang-undang ini.
(2) Dalam peraturan Pemerintah tersebut dalam ayat (1) dapat juga diadakan aturanaturan peralihan.
PASAL II.
Hari mulai berlakunya undang-undang ini akan ditetapkan dengan peraturan
Pemerintah secara berangsur-angsur terhadap pekerjaan atau macam pekerjaan yang
tertentu, terhadap seluruh atau sebagian dari aturan-aturan dalam undang-undang ini.
Dalam peraturan Pemerintah tersebut dapat juga diadakan aturan-aturan peralihan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 6 Januari 1951.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEKARNO.
Diundangkan
pada tanggal 8 Januari 1951.
MENTERI KEHAKIMAN,MENTERI PERBURUHAN,
WONGSONEGORO.SUROSO.