Studi Geofisika Untuk Menentukan Batas Formasi Jampang dan Formasi Ciletuh di Kawasan Geopark Ciletuh | Solihin | Wahana Fisika 9373 19199 1 PB

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

Studi Geofisika Untuk Menentukan Batas Formasi Jampang dan
Formasi Ciletuh di Kawasan Geopark Ciletuh
Cece Solihin 1, Arizal Taufik 1, Firman Hadi Muhamad 1, Rena Denya 2
1
2

Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati.
Jl. A. H. Nasution No 105 Cibiru Bandung Jawa Barat 40614
* Penulis Penanggungjawab. E-mail:[email protected]
Telp/hp: 088809408827

ABSTRAK

Kawasan Ciletuh memiliki struktur geologi yang khas dan unik serta memiliki aneka ragam

batuan yang tersebar. Pandangan umum dari ilmu kebumian kawasan ini sangat menarik untuk
dipelajari karena geologi kawasan ini terbentuk tidak lepas dari aktivitas tektonik regional
Jawa Barat. Studi geofisika sangat berguna dalam menganalisa struktur geologi bawah
permukaan tanah

di kawasan Ciletuh. Metode geofisika yang digunakan bertujuan untuk

mengamati dan menganalisis struktur geologi batuan permukaan. Serta, tujuan utama dari
penelitian ini untuk menentukan batas formasi Jampang dengan formasi Ciletuh. Penelitian ini
digunakan pengambilan data dengan metode Geolistrik, Magnetik dan Ground Penetrating
Radar (GPR) di daerah Tamanjaya, kawasan Ciletuh dengan lintasan yang berbeda. Berdasarkan
interpretasi geolistrik pada software Res2Dinv 2D diperoleh struktur bawah permukaan berupa
lapisan batuan pasir. Pada hasil interpretasi metode GPR pola perambatan serta kecepatan rambat
gelombang elektromagnetik untuk dua lintasan GPR memiliki perbedaan struktur batuan yaitu
batuan pasir kasar, kerikil dan endapan. Sedangkan hasil interpretasi magnetik mengindikasi
perbedaan struktur

batuan dalam bawah

permukaan berdasarkan anomali magnetik.


Berdasarkan geologi regional formasi Jampang bawah didominasi oleh batuan pasir halus.
Sedangkan formasi Ciletuh didominasi oleh batuan
Sehingga

batas formasi Jampang dengan

pasir kasar yang berumur lebih tua.

batas formasi Ciletuh dapat diperkirakan pada

lintasan GPR dan Magnetik.
Kata Kunci : Formasi Jampang; Formasi Ciletuh; Geolistrik; GPR dan Magnetik
31 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

ABSTRACT


The Ciletuh region has a distinctive and unique geological structure and also has a various of
rocks scattered. The general view of the geography of this region is very interesting to learn
because the geology of this region formed can not be sparated from the regional tectonic activity
of west java. Geophysical studies are very useful in analyzing the subsurface geological
structures in the Ciletuh region. The geophysical methods used aims to observe and analyze the
geological structure of surface rocks. As well, the main purpose of this research is to determine
the boundary of Jampang formation with Ciletuh formation. This research used data retrieval
using Geoelectric, Magnetic and Ground Penetrating Radar (GPR) methods in Tamanjaya area,
Ciletuh area with a different trajectory. Based on the geoelectric interpretation from Res2Dinv of
software, there is obtained a subsurface structure in the form of sandstone layer. The results of
the interpretation of GPR methods, propagation patterns and electromagnetic wave velocity for 2
trajectories have structural abnormalities, ie sandstone rock, gravel and sediment. Whereas the
results of magnetic interpretation indicate difference in surface rocks structure based on
magnetic anomlies. Base on the regional geology of the lower Jampang formation is dominated
by fine sand rock while the formation of Ciletuh is dominated by Rugged Sandstone rocks that
was older. So the boundary of formation Jampang with baoundary formations Ciletuh can be
estimate at GPR and Magnetic trajectory.
Keywords : Jampang Formations; Ciletuh Formations; Geoeletric; GPR; and Magnetic


1. Pendahuluan

Daerah Ciletuh berdasarkan stratigrafinya

Daerah Ciletuh kabupaten Sukabumi Jawa

terdiri dari daratan Endapan Aluvial, Ultra

Barat merupakan salah satu wilayah dari

Basa Gunung Beas, Komplek Melange,

tiga wilayah di Pulau Jawa yang memiliki

formasi Citirem, formasi Ciletuh dan

struktur

formasi Jampang. Batas formasi Ciletuh


geologi

yang unik

dengan

tersingkapnya batuan tertua di Pulau Jawa

dan

[1]. Batuan tersebut merupakan batuan

bertemunya antara lembah Ciletuh dan

komplek yang mewakili

dataran tinggi Jampang

batuan kerak


formasi Jampang ditandai dengan

[2].

Kedua

Samudera diakibatkan oleh proses tektonik

formasi ini memiliki struktur

lempeng

lapisan batuan yang berbeda. Oleh karena

sehingga

batuan

tersebut


terangkat ke permukaan Pulau Jawa.

penyusun

itu, untuk mengetahui informasi struktur
32 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

geologi yang terdapat

daerah tersebut

berdasarkan sifat elektromagnetik dengan

maka perlu studi pengumpulan data lebih

menggunakan


lanjut.

frekuensi tertentu [3]. Pengambilan data

Suatu kegiatan

pengumpulan data dan

gelombang

radio

pada

dengan metode geofisika ini bertujuan

informasi geologi pada suatu daerah

untuk


mengamati

dan

menganalisis

penelitian yang sering digunakan yaitu

struktur geologi batuan bawah permukaan

studi geofisika. Pengambilan data dengan

di wilayah Ciletuh. Serta tujuan utamanya

metode geofisika sangat efektif untuk

yaitu mengetahui batas formasi jampang

mengetahui struktur bawah permukaan


dan formasi Ciletuh pada daerah penelitian

tanah tanpa merusak lingkungan sekitar.

dengan menggunakan metode geolistrik,

Pada kegiatan ini dilakukan tiga metode

magnetik dan GPR.

geofisika yaitu, metode geolistrik, metode
magnetik dan metode Ground Penetrating
Radar

(GPR).

Metode

geolistrik


2. Bahan dan Metode Penelitian
2.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

merupakan salah satu metode geofisika

Pada penelitian ini dilakukan di daerah

yang mempelajari sifat aliran listrik di

Ciletuh,

dalam

kecamatan

bumi

[3].

Sedangkan

metode

tepatnya

desa

Ciemas,

Tamanjaya,
Kabupaten

magnetik yaitu mengukur anomali medan

Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang

magnet daerah penelitian yang didasarkan

dilaksanakan pada hari minggu 14 Mei

pada variasi intensitas medan magnetik

2017. Dalam pengambilan data ini

permukaan bumi [4]. Untuk metode GPR

dilakukan

merupakan

Geolistrik, Magnetik dan GPR.

metode

pengukuran

yang

menggunakan

metode

mempelajari kondisi bawah permukaan

Gambar 2.1 Lokasi lintasan pengambilan data geolistrik, magnetik dan GPR

33 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

Gambar 2.2 Lokasi penelitian
2.2 Metode Geolistrik

Resistivity dengan kabel penghubung.

2.2.1 Akuisisi Data Metode

Masagi Multi-Chanel Resistivity ini
terdiri

Geolistrik

dari

inverter,

switch

box

Pengukuran resistivitas ini dilakukan

(pengatur keluar masuknya tegangan

metode geolistrik konfigurasi wenner,

dan arus) dan multimeter. Lalu Masagi

lintasan pengukuran sepanjang 160

Multi-Chanel Resistivity dihubungkan

meter dengan jarak antar elektroda 5

lagi dengan PC (Notebook). Setelah

meter

terhubung

sehingga

pada

lintasan

ini

mulai

diinjeksikan

arus

memiliki 32 titik elektroda. Titik

listrik searah (DC). Sehingga arus dan

sounding

tegangan

dengan

106°30'3.16"BT
titik

awal

106°30'3.17"BT

kordinat

7°14'37.34"LS pada
dan

koordinat

7°14'33.68"LS pada

akan

meuncul

pada

multimeter dan PC.
2.2.2 Pengolahan Data Metode
Geolistrik

titik akhir dengan bentangan arah dari

Berdasarkan

hasil

akuisisi

utara ke selatan.

geolistrik

Tiap-tiap elektroda dihubungkan ke

berupa arus (I) dan tegangan (V).

alat geolistrik Masagi Multi-Chanel

Pengolahan

memberikan

data

data

informasi

dilakukan

pada

34 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

microsoft excel untuk mencari nilai

ditentukan kordinatnya menggunakan

resistivitas dari data yang diperoleh.

GPS. Hasil setiap pengukuran dicatat

Langkahnya yaitu dengan menghitung

dalam tabel pengukuran.

besar nilai resistansi, faktor geometri

2.3.2.

Pengolahan Data Metode
Magnetik

dan datumpoint. Setelah mengetahui
nilai resistansi dan faktor geometrinya

Data lapangan yang diperoleh yaitu

sehingga

koordinat dan nilai magnetik disetiap

diperoleh

besar

nilai

stasiun. Data magnetik ini merupakan

resitivitas [5].
Data

yang

diinput

pada

software

nilai

magnetik

observasi

untuk

(Tobs).

Res2dinv yaitu nilai datumpoint, spasi

Kemudian

elektroda dan resistivitas dengan ektensi

anomali magnetik totalnya dengan T

file.dat. File tersebut diinversi dengan

IGRF

menggunakan software Res2Dinv untuk

merupakan koreksi secara regional

mengetahui sebaran nilai resistivitas

yang dilakukan terhadap data magnetik

dilokasi penelitian.

yang

dikurangi

mengetahui

Tobs.

T

nilai

IGRF

terukur untuk menghilangkan

pengaruh medan utama magnet bumi
[4] . T IGRF untuk

2.3 Metode Magnetik
2.3.1.

Akuisisi Data Metode Magnetik

Dalam

melakukan

magnetik

yang

akuisisi

pertama

data

dilakukan

daerah Ciletuh

sebesar 44974.2 nT yang dipreoleh dari
situshttp://www.ngdc.noaa.gov/IAGA/
vmod/igrf.html.

adalah menentukan base station dan

Setelah melalui proses koreksi IGRF

membuat stasiun – stasiun pengukuran

maka akan didapatkan nilai anomali

dengan jarak setiap station sepanjang 5

magnetik total. Kemudian Plotting

meter.

pertama

dilakukan pada software SURFER9.

7°14'37.45"LS dan

Dengan melakukan proses griding data

Kordinat

106°30'3.22"BT
kordinat

stasiun

106°29'57.54"BT
Pengukuran
menggunakan

station

kuat

terakhir
7°14'39.66"LS.

medan

magnet

magnetometer/ Proton

Procession Magnetometer

pada software SURFER9, dimana data
yang

diinput

merupakan

kordinat

latitude (sumbu-x), longitude (sumbuy) serta data anomali magnetiknya.

(PPM) G

856 AX sebanyak tiga kali disetiap
stasiun [8]. Pada setiap stasiun tersebut
35 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

GPR yang dilengkapi dengan Software

2.4 Metode Ground Penetrating

GeoScan32.

Radar (GPR)
2.4.1.

Langkah pengambilan data meliputi;

Akuisisi Data Metode GPR

Dalam penggunaan metode GPR adalah
sistem

Electromagnetic

Profiling

(ESP),

memanfaatkan
gelombang

Subsuface

dengan

cara

pengembalian
elektromagnet

memberikan

tanda/marking

menggunakan GPS pada lokasi lintasan
pengambilan data. Pengambilan data
dengan

menghubungkan

alat

GPR

yang

OKO-2 AB-250M terhadap program

dipancarkan melalui permukaan tanah

GeoScan32 pada laptop. Pada saat

dengan prantara antena. Pemancaran

program Geoscan32 dijalankan, alat

dan

juga dijalankan dengan cara didorong.

pengembalian

gelombang

elektromaget berlangsung cepat sekali

2.4.2.

yaitu dalam satuan waktu nanosecond

Proses pengolahan data/prosesing GPR

[6].

pada

Alat yang digunakan GPR OKO-2 AB-

software Reflexw meliputi tahapan

250M yang terdiri dari odometer,

proses pengoreksian posisi antenna

antena GPR, dan kontrol unit. Antena

transmitter

GPR memiliki frekuensi 250 MHz

Statis), Proses peniadaan noise yang

dengan resolusi 0.25 m yang mampu

koheren

melakukan penetrasi hingga kedalaman

(Penguatan

±8m. Sedangkan odometer berfungsi

proses pengubahan sinyal dan Filtering

sebagai sensor kecepatan dan jarak.

Data [7].

Pengolahan Data Metode GPR

penelitian

dan

ini

menggunakan

receiver

(Koreksi

(Substrack-mean),
Amplitudo)

Gaining

merupakan

Dan Control Unit berfungsi untuk
membangkitkan sinyal pemicu secara
serempak transmitter dan receiver.
Kemudian laptop, digunakan sebagai
alat perekam digital penampang data

3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Interpretasi Data Metode
Geolistrik
Berikut hasil interpretasi data geolistrik
menggunakan software Res2Dinv

36 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

Gambar 3.1 Hasil penggambaran 2D lokasi penelitian
Hasil

pengukuran

diinterpretasikan

data

pada

geolistrik

Gambar

3.1.

merupakan komponen lapisan tanah dari
formasi Ciletuh.

Berdasarkan hasil penampang diatas
sebaran resistivitas pada lintasan tersebut
berkisar

pada

4,0–230Ωm.

Lapisan

3.2 Hasil Interpretasi Data Metode
Magnetik

batuan pada bawah permukaan yang

Untuk memperoleh anomali magnetik

merujuk pada tabel resitivitas batuan [9]

total maka dilakukan koreksi untuk

pada lintasan tersebut dapat diperkirakan

menghilangkan

bahwa lapisan batuan terdiri dari batuan

magnet

lapuk dengan resistivitas yang kecil.

menggunakan nilai IGRF dimana IGRF

Pada

kedalaman 17-24 m, terdapat

daerah lokasi penelitian 44974.2nT

batuan dengan resistivitas lebih dari 178-

pada posisi latitude dan longitude

Ωm

utama

pengaruh
bumi

medan
dengan

lapisan

menggunakan metode kringing pada

tersebut merupakan batuan pasir yang

Software Surfer9 sehingga diperoleh

230

dan

diperkirakan

seperti Gambar 3.2.

37 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

Gambar 3.2 Peta Kontur Anomali Magnet
Berdasarkan peta kontur anomali medan

penelitian yang membuat perubahan

magnet

total

pola

warna pada kontur, yang mana erat

anomali

dilokasi

penelitian

dengan

kaitannya dengan nilai suseptibilatas

anomali

rendah

82.800nT

pada

terhadap kandungan mineral didalam

kordinat 7.24351 latitude dan 106.5008

bumi. Perbedaan tersebut menandakan

longitude, anomali sedang 236.500nT-

adanya perbedaan formasi batuan pada

951.900nT dan anomali tinggi berkisar

daerah penelitian yakni formasi Ciletuh

pada

dan formasi Jampang.

rentang

terlihat

bahwa

136735.333

nT

dan

136801.133 nT.
Nilai anomali magnetik total tersebut
terlihat dari perbedaan yang sangat jauh
terhadap nilai medan magnet disekitar
lokasi penelitian ditunjukan dengan
kontras warna yang sangat terang.
Perubahan

anomali

magnetik

yang

diduga karena terdapat batuan atau
mineral yang berbeda disekitar lokasi

3.3 Hasil Interpretasi Data Metode
GPR
Pemodelan interpretasi 2D didasarkan
atas adanya kontras kecepatan pada
radargram. Dari data radargram akan
menunjukan suatu kemenerusan garis
dari intensitas warna pada tampilan

38 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

penampang yang merupakan citra dari

Kontras kecepatan hasil picking pada

kuat lemahnya amplitudo.

masing-masing

Berdasarkan profil GPR lintasan 1
pada

kordinat

lapisan

menandakan

adanya perubahan jenis batuan dengan

106°30'0.43"BT

dilihat juga dari kontras amplitude

7°14'37.07"LS dan lintasan 2 pada

picking (kecepatan berbanding lurus

kordinat

dengan amplitude gelombang). Sumbu

106°29'60.00"BT

7°14'35.50"LS
perlapisan

diperoleh

batuan

yang

zona

berbeda

.

vertikal pada profil GPR dinyatakan
dengan waktu dan kedalaman.

Gambar 3.3 Hasil Interpretasi Pada Software Reflexw Lintasan 1

Gambar 3.4 Hasil Interpretasi Pada Software Reflexw Lintasan 2
39 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

Dalam menentukan geologi bawah

Yang kemudian diperkuat dari anlisa

permukaan

georadar

studi geologi lokal pada daerah tersebut.

parameter

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

dengan

dari

data

menggunakan

penentuan

tipe

sedimen

bawah

dan

hasil

yang

diperoleh

penulis

permukaan [10] . Jika dilihat dari 2

memberikan usulan dalam pengambilan

lintasan

data

diatas

maka

daerah

GPR

frekuensi

antena

dari

diperoleh

transmiter diperkecil agar jangkauan

komponen penyusun lapisan bawah

penetrasinya lebih dalam. Sedangkan

permukaan berupa pasir, bantalan,

pada

kerikil dan endapan. Pada lintasan 1

dilakukan

memiliki pola refleksi yang berbeda

mendapatkan gambaran lebih detail

disepanjang

mengenai struktur bawah permukaan

penelitian

tersebut

lintasan

pengukuran

metode

permodelan

antara zona perlapisan atas dan

tanah.

perlapisan

pengukuran

bawah

yang

mengindikasikan adanya perbedaan

magnetik

Serta

2D

sebaiknya
pada

sebaiknya

hasil

untuk

dilakukan
bor

agar

mendapatkan kolerasi yang lebih akurat.

struktur batuan. Sedangkan pada
lintasan 2 memiliki pola refleksi

5. Ucapan Terima Kasih

yang sama di sepanjang lintasan

Para penulis mengucapkan terimakasih

pengukuran

kepada

komponen

yang
lapisan

diperoleh
batuan

pasir

CV

membantu

Massagi
dalam

yang

telah

melaksanakan

pengukuran dan pengambilan data serta

kasar.

sebagai penyedia alat geolistrik MultiChanel Resistivity

4. Simpulan
Hasil

yang

diperoleh

berdasarkan

pengambilan data menggunakan metode
geofisika dapat disimpulkan bahwa
batas formasi Ciletuh dan formasi
Jampang

teridentifikasi

dari

hasil

interpretasi pada lintasan GPR dan
terlihat pula pada hasil interpretasi
anomali magnetik dilintasan tersebut.

6. Referensi
1. Martodjojo, S., (1984). “Evolusi
Cekungan Bogor Jawa Barat,” ITB.
2. Martodjojo, S., Suparka, S.,
Hadiwisastra.,

and

(1978).“Status

Formasi Ciletuh dalam Evolusi Jawa
Barat,” Geologi. Indonesia., vol. 5,
no. 2.

40 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989

Wahana Fisika, 2(2), 2017. 31 - 41
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi
e-ISSN : 2594-1989

3. Reynold,

R.

M.,

(1997).“An

to

Applied

Sekitar Gunung Kelud Kabupaten

Geophysics,” England, John Wiley

Kediri,” Jurnal Penelitian Fisika dan

Sons, Inc.

Aplikasi (JPFA) ITS, vol. 2, no. 1.

Introduction

4. Lita,

F.,

(2012).“Identifikasi

Anomali

Magnetik

Prospek

Panasbumi

di

Daerah

Arjuna

-

Struktur

Bawah

Permukaan

9. Hurun, N., (2016).“Analisis Data
Geolistrik

Resistivitas

Permukaan

Gunung

5. Supriyadi, Khumaedi, and Panca, R.

Bangkalan”

Universitas

N., (2013).“Pola Sebaran Limbah

Negeri

Tpa Studi

Malang.

di

Jatibarang

Semarang,” Jurnal FMIPA Univ.

Maulana

“Application

49–56, 2013.

Penetrating

U., and Godwin. (2010). “Penafsiran

Malik

Lumpur
Islam
Ibrahim

10. Beres, M., and Heani, P.F (1991).

Negeri Semarang, vol. 20, no. 1, pp.

6. Budiono, K., Handoko, Hermawan,

Untuk

Pemodelan Struktur Geologi Bawah

Welirang,” Universitas Indonesia.

Kasus

di

Hydrogeologi

of
Radar

The

Ground

Methods

Studies”

in

Ground

Water, vol. 29, no. 3, pp. 375–386.

Struktur Geologi Bawah Permukaan
di

Kawasan

Semburan

Lumpur

Sidoarjo Berdasarkan Penampang
Ground Penetrating Radar ( GPR ),”
jurnal Geologi. Indonesia., vol. 5,
no. 3, pp. 187–195.
7. Fauziah,
“Metode

siti

rofiqoh.,

Pengukuran

(2016).
Ground

Penetrating Radar (GPR) Untuk
Mendeteksi Pasir Besi di Daerah
Pesisir Pantai Kulon Progo Jawa
Tengah” UIN Bandung.
8. Santosa, Bagus jaya.,

Mashuri,

Sutrisno, Wahyu., Wafi, R.A., Salim,
and R. Armi, (2012). “Interpretasi
Metode Magnetik Untuk Penentuan
41 | Copyright © 2017, Wahana Fisika, e-ISSN:2549-1989