Ongaeshi dalam Valentine Day dan White Day di Jepang.

(1)

xii

日本ほ バレンタ ン ホワ 発生い 恩返え

序論:

日本ほ 2月14日 1年1回

バレンタ ン いわう 日本ほ

バレンタ ン いわう 3月14日 バレンタ

ン 深ふ い関係い あ ホワ いわう 国 バレンタ

ン 男性い 方ほう 女性い プレゼン 挙あ 日本ほ 女性い

方 ほう あ

愛 あい

男性い プレゼン あ いう 逆

い 日本ほ 女性い 愛い い人 チョコレ プレゼン 挙あ

習 慣う 持 気味 あ チョコレ 好 男性い 親

友人う 親友う 兄あ 弟う 挙あ 上うえ 事業う 事 関係い 深ふ 為

会社い 上司等う 同 僚う う 挙あ バレンタ ン いわい

1ヶ月後 男性

い 方 ほう

バレンタ ン 女性い チョコ

レ プレゼン 恩返え い い い時 来 女性達い

チョコレ プレゼン 恩返え 日 ホワ


(2)

xiii

数 恩返え い い い ホワ 為 チョコレ

キャン プレゼン 販売い 店 多い 何人 女性い

友達 チョコレ 恩返え 忘わ ふ 理由う い

本論 ほ

13人 未婚 日本人

男性い 12人 未婚 日本人

女性い 記入う

ンケ 結果 基 い バレンタ ン 時

女性い 男性い チョコレ キャン 若 ほ プレゼン 挙あ

バレンタ ン・ いわう 未婚 日本人ほ 女性い

バレンタ ン 好 男性い 為 チョコレ

作 挙あ 互い 嬉う いわ 楽 あ 上うえ

女性い あ 人 感謝 形 チョコレ ほ プレゼンぷ

挙あ バレンタ ン 日本ほ 歴史 習 慣う

いわ

わ い バレンタ ン いわう


(3)

xiv

ホワ 男性い バレンタ ン ベン

恩返え 日 あ 男性い チョコレ プレゼン 恩返え

日本人ほ 男性い あ い 返え

恩返え いう日本人ほ 精い あ あ 恩返え

日本人ほ 男性い 女性い 感謝 気持 伝え

バレンタ ン 女性い チョコレ プレゼン

あ 時 女性い 恩 あ 役目 男性い 恩 う役目

恩 いう あ 人 付 心理的

社会的い 借 金 あ 後 ホワ 男性い

恩 払う 恩返え 言いう 女性い 優

う為 男性い ホワ 言いわ い

男性い 恩返え い 断わ 場合あ い 恩知 いう

義務 感謝 気持 知 い人間 思わ う いう悪わ い

影 響 えい う


(4)

xv 結論:

未婚 日本人ほ 女性い バレンタ ン 女性い

人 優 対い 感謝 気持 チョコレ

プレゼン 挙あ 日 あ バレンタ ン 恋人い 感謝

為 家族 親友う 会社い 同 僚う う 上司う 感謝 為 あ

未婚 日本人ほ 男性い バレンタ ン 女性い

事前 チョコレ プレゼン 恩返え 日 あ

ホワ 男性い チョコレ プレゼン 女性い

人々 感謝 気持 伝え 日 あ 日本ほ 恩返え


(5)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ORISINALITAS ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Metode Penelitian ... 5

1.5 Organisasi Penelitian ... 7

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL ... 9

2.1 Teori Tindakan Sosial ... 9

2.2 On dan Kaeshi (恩, 返 ) ... 17

2.3 Sejarah Valentine di Dunia ... 21

2.4 Sejarah Valentine Day dan White Day di Jepang ... 24

BAB III ANALISIS VALENTINE DAY DAN WHITE DAY DI JEPANG ... 28

3.1 Pria Jepang Mengetahui dan Merayakan Valentine Day ... 29

3.2 Bagi Pria Valentine Day Wajib untuk dirayakan ... 34

3.3 Balas budi (ongaeshi) pada Valentine Day Menurut Pria Jepang ... 39

3.4 Menurut Pria Jepang White Day Wajib untuk dirayakan ... 52


(6)

vi

3.6 Pandangan Wanita Jepang Terhadap White Day ... 67

3.7 Balas budi (ongaeshi) pada White Day Menurut Wanita Jepang ... 74

BAB IV KESIMPULAN ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... vii

SINOPSIS ... xii


(7)

xvi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

NAMA : Vinna Chandra

JENIS KELAMIN : Perempuan

TEMPAT/TGL. LAHIR : Bandung, 15 Januari 1990

ALAMAT : Jl. Terusan Cibaduyut no. 36, Bandung NAMA AYAH : Hery Janto Tjandra

NAMA IBU : Evie Maria Tasrif

AGAMA : Protestan

EMAIL : chandravinna@gmail.com

PENDIDIKAN :

2005 – 2008 SMA Advent Naripan 2002 – 2005 SMP Advent Naripan 1996 - 2002 SD Advent Naripan


(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanggal 14 Februari merupakan hari yang membawa kebahagiaan bagi banyak orang di dunia dan hampir semua negara merayakan hari yang dinamakan

Valentine Day. Valentine Day adalah hari kasih sayang dimana kebanyakan orang

menyatakan kasih dan cintanya kepada orang yang dikasihinya. Dan setiap negara memiliki caranya masing-masing, termasuk di negara Jepang.

Jepang sama dengan negara lain merayakan Valentine 1 kali dalam setahun pada tanggal 14 Februari. Hanya ada perbedaan negara Jepang dengan negara lain dimana di Jepang bukan hanya merayakan Valentine Day saja, tetapi ada juga kebiasaan merayakan „White day‟ (ホワイ ー) pada tanggal 14 Maret yang erat hubungannya dengan Valentine Day. Sejarah Valentine day di Jepang awal mulanya berasal dari toko kue yang bernama Morosov di Kobe, yang

mengiklankan produksi cokelatnya yang bertemakan „Cokelat Valentine‟ di

sebuah majalah di Jepang pada tanggal 12 Februari 1936. Kemudian di bulan Februari tahun 1958, Merry Chocolate Company mengadakan „Valentine Sale‟ di

sebuah toko yang bernama Isetan yang berkantor pusat di Shinjuku. Tetapi pada saat itu hanya terjual tiga lempeng cokelat termasuk kartu pos sehargan 170 yen. Pada tahun 1968, seorang produser Sony bernama Teruo Morita mencoba mempopulerkan cokelat dengan cara bekerjasama dan memasukkan cokelat ke


(9)

2

toko kelontongan khusus barang inpor dan membuat slogan „日本 バレンタイ

ン ー 家が作った‟ (Valentine Day di Jepang yang kami buat). Dari kerja

keras tersebut, masyarakat mulai mengenal Valentine Day dan hingga kini

Valentine Day sudah menjadi tradisi didalam kehidupan masyarakat Jepang.

(http://www.goikuzo.com/?p=1169)

Jika pada saat Valentine Day di negara-negara lain pria yang memberikan bingkisan kepada wanita, Valentine Day (14 Februari) di Jepang justru berkebalikan, wanita yang memberikan bingkisan kepada pria yang mereka kagumi dan sukai. Wanita Jepang cenderung memiliki kebiasaan memberikan bingkisan cokelat kepada orang yang disukai. Cokelat tidak hanya diberikan kepada pria yang disukai, tetapi kepada orang tua, teman dekat, sahabat, kakak, adik, dan teman sekerja termasuk atasan dalam perusahaan untuk mempererat hubungan antar rekan kerja/bisnis. Jenis-jenis cokelat pun bervariasi. Ada Giri

Choco (義理チョコ), yaitu cokelat wajib yang diberikan untuk rekan kerja, atasan dalam perusahaan, sahabat, dan keluarga. Jibun Choco (自分チョコ), yaitu cokelat yang dibuat sendiri karena harganya jauh lebih murah dibandingkan membeli di pasaran. Tomo Choco (友チョコ), yaitu jenis cokelat yang mulai berkembang belakangan ini dan cokelat ini diberikan kepada sahabat karib. Hon

Mei Choco (本 命 チ ョ コ), yaitu cokelat yang ditujukan untuk pria idaman. Cokelat ini terbilang istimewa dan harganya relatif mahal. Cokelat ini biasanya diberikan bersama hadiah lain, seperti dasi, arak Jepang, atau wine.

(http://showbiz.liputan6.com/read/511549/di-jepang-valentine-dirayakan-setahun-dua-kali).


(10)

3

Sebulan setelah perayaan Valentine, kini giliran pria yang wajib membalas pemberian cokelat yang mereka terima dari wanita-wanita di Valentine Day. Hari untuk membalas permberian cokelat dari para wanita tersebut disebut White Day (ホワイ ー). Asal mulanya White Day dirayakan pada tahun 1978. Ini dimulai oleh industri permen di Jepang sebagai jawaban hari (hadiah balasan) untuk Valentine Day dengan alasan bahwa para pria harus membayar kembali cokelat yang telah diberikan oleh para wanita sebelumnya. Industri permen ini melakukan strategi untuk meningkatkan penjualan jumlah permen. Mereka membuat permen dengan bahan baku gula yang berwarna putih, sehingga instilah

White Day (hari putih) ini muncul. Ide tersebut diambil dari Hari Marsmallow,

yaitu acara promosi marsmallow merk Tsuru no Ko pada tahun 1977 oleh toko kue Ishimuramanseido di kota Fukuoka.

Pria yang mendapat cokelat, wajib membalas dengan jumlah dari banyaknya cokelat yang ia dapatkan. Pria dapat membalas dengan marshmallow, cokelat, permen, kue kering, atau hadiah-hadiah yang lain, seperti boneka, maupun perhiasan. Banyak toko-toko yang menjual cokelat, marsmallow, permen dan hadiah-hadiah lainnya untuk White Day, sehingga tidak ada alasan bagi pria untuk berpura-pura lupa membalas cokelat dari beberapa teman wanitanya. (http://www.goikuzo.com/?p=1169)

Masyarakat Jepang memiliki prinsip balas budi yaitu Ongaeshi (恩返し) atau dikenal juga sebagai on (). Ongaeshi adalah salah satu filosofi kehidupan di Jepang yang banyak dianut oleh masyarakatnya. Ketika mereka mendapatkan sesuatu, baik barang maupun jasa dari orang lain, maka si penerima itu akan


(11)

4

memiliki rasa hutang budi atau kewajiban yang harus dibayar kepada yang memberikan sesuatu kepada mereka.

Pengertian on dalam Kodansha Encyclopedia (1983:105) bahwa on merujuk pada hutang sosial dan psikologis seseorang yang timbul pada saat menerima kemurahan hati. On merupakan bagian yang terpenting diantara nilai-nilai yang mempertahankan tatanan sosial Jepang. Dimana hubungan manusia terikat dalam hubungan kewajiban timbal balik. Selanjutnya kata

ongaeshi sendiri berasal dari kata kaeshi (membayar kembali atau

pengembalian). Pengertian kaeshi dalam Kodansha Encyclopedia adalah pengembalian atau memberikan kembali kebaikan hati yang telah diterima dengan imbalan yang serupa.

(http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc)

Hubungan Valentine Day dan White Day ini berkaitan dengan prinsip balas budi (Ongaeshi). Di Valentine Day, para wanita Jepang bertindak sebagai

On (), yaitu sebagai pemberi barang atau jasa. Kemudian pada bulan berikutnya tepatnya tanggal 14 Maret, para pria yang mendapat barang atau jasa bertindak sebagai Kaeshi (返 し), yaitu sebagai penerima yang wajib mengembalikan kembali kebaikan hati para wanita yang bertindak sebagai On ( 恩) dan mengembalikan dengan nilai yang serupa.


(12)

5 1.2 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, masalah dibatasi bagaimana prinsip balas budi digambarkan dalam kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang dan hubungannya dengan prinsip Ongaeshi (balas budi). Penelitian dilakukan melalui survei terhadap pria Jepang yang belum menikah dan wanita Jepang yang belum menikah.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang dengan prinsip

Ongaeshi (balas budi).

1.4 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survei. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani solusi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu


(13)

6

yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel. (Moch, Nazir 1999;65)

Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, yakni

phainomenon (phainomai) dan logos. Phainomenon (phainomai) berarti

menampakkan diri dan logos berarti akal budi. Ilmu tentang penampakan berarti ilmu tentang apa yang menampakan diri ke pengalaman subjek. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang menampakkan diri.

Dalam Shidiqi (2012), suatu fenomena bukanlah suatu yang statis, arti suatu fenomena tergantung pada sejarahnya. Wawasan utama fenomenologi

adalah “pengertian dan penjelasan dari suatu realitas harus dibuahkan dari gejala

realitas itu sendiri.”

Menurut Smith, fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subjektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita.

Fenomenologi Husserl adalah ilmu tentang esensi dari kesadaran. Berdasarkan penelitian Smith, fenomenologi Husserl dibangun di atas setidaknya dua asumsi. Pertama, bahwa setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah suatu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu dan sadar akan


(14)

7

pengalamannya sendiri yang bersifat subjektif. Kedua, bahwa setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Fenomenologi menganalisis struktur dari persepsi, imajinasi, penilaian, emosi, evaluasi, dan pengalaman orang lain yang terarah pada sesuatu objek di luar. Fenomenologi Husserl menganalisis dunia kehidupan manusia sebagaimana ia mengalaminya secara subjektif maupun intersubjektif dengan manusia lainnya. Sebenarnya ia membedakan antara apa yang subjektif, intersubjektif, dan yang objektif. Yang subjektif adalah pengalaman pribadi kita sebagai manusia yang menjalani kehidupan. Objektif adalah dunia di sekitar kita yang sifatnya permanen di dalam ruang dan waktu. Dan intersubjektitas adalah pandangan dunia semua orang yang terlibat di dalam aktivitas sosial di dalam dunia kehidupan. Interaksi antara dunia subjektif, dunia objektif, dan dunia intersubjektif inilah yang menjadi kajian fenomenologi.

1.5 Organisasi Penulisan

Organisasi penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang dari masalah yang akan dibahas. Kemudian pembatasan masalah yang berisi untuk apa penelitian dilakukan, tujuan penelitian, metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, serta organisasi penulisan.

Bab II merupakan pendeskripsian dari teori, prinsip Ongaeshi (恩返し),

Valentine day dan White Day di dunia dan Valentine day dan White Day di


(15)

8

Bab III merupakan pembahasan objek penelitian, yaitu berisi analisis yang bersumber dari angket tentang hubungan Ongaeshi (恩返し) didalam kebiasaan

Valentine day dan White Day di kalangan pria Jepang yang belum menikah dan

wanita Jepang yang belum menikah.

Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu penulis juga menyertakan daftar isi, kata pengantar, lampiran, sinopsis, daftar pustaka dan data pribadi penulis. Hal ini disertakan untuk melengkapi hal-hal yang perlu ada didalam penulisan karya tulis ilmiah.

Demikianlah organisasi penulisan ini dibuat agar sistematis dan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai langkah-langkah penelitian, sekaligus permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan demikian dapat memudahkan pembaca untuk memahami isi dari analisis penelitian ini.


(16)

77 BAB IV KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan penyebaran angket kepada pria dan wanita yang belum menikah yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kebiasaan Valentine Day dan White Day di Jepang, maka penulis mendapatkan tindakan balas budi (ogaeshi) dalam tindakan Valentine Day dan White Day di masyarakat Jepang khususnya pria dan wanita Jepang yang belum menikah.

Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah mengetahui Valentine Day, tetapi hanya beberapa pria dan wanita Jepang saja yang mengetahui asal mula adanya Valentine Day di Jepang. Valentine Day ada di Jepang karena adanya proses akulturasi sehingga lahir budaya baru yaitu White

Day dan ini berkaitan juga dengan prinsip balas budi di Jepang.

Kebanyakan pria dan wanita Jepang biasanya merayakan Valentine Day bersama pasangan, sisanya bersama keluarga, teman-teman terdekat dan rekan kerja. Pria Jepang yang belum menikah lebih banyak menjawab tidak merayakan

Valentine Day karena tidak memiliki kekasih dan pada saat Valentine Day

wanitalah yang seharusnya merayakan Valentine Day dengan cara memberi cokelat, permen atau hadiah lainnya kepada pria. Namun bagi wanita Jepang yang belum menikah, merayakan Valentine Day karena pada tersebut wanita membuat cokelat dan memberikannya kepada pria yang disukai dan ini adalah hal yang menyenangkan untuk dirayakan dan dinikmati oleh satu dengan yang lainnya. Selain itu, wanita memberikan cokelat atau hadiah lain adalah sebagai wujud


(17)

78

terima kasih kepada seseorang. Menurut pria Valentine Day wajib dirayakan karena sudah menjadi sejarah dan sudah menjadi kebiasaan di Jepang. Dengan merayakan Valentine Day orang Jepang dapat mengucapkan rasa terima kasih (

謝 る). Menurut Max Weber tindakan tersebut adalah tindakan tradisional.

Valentine Day di Jepang berorientasi kepada tradisi masa lampau, yaitu cara

bertindak manusia yang telah lazim dilakukan. Menurut wanita Jepang yang belum menikah Valentine Day wajib untuk dirayakan, karena menjadi kesempatan yang baik bagi wanita untuk menyatakan perasaannya kepada pria. Selain itu,

Valentine Day wajib dirayakan karena sebagai wujud terima kasih kepada

pasangan, teman, keluarga maupun atasan didalam perusahaan.

Ketika Valentine Day, pria paling banyak mendapatkan cokelat, baik cokelat yang dibuat sendiri maupun yang tersedia ditoko. Kemudian pada

Valentine Day, wanita Jepang sebagian besar memberikan cokelat (baik buatan

sendiri atau yang dibeli dari toko). Tradisi memberikan cokelat telah ada sejak akhir tahun 1950-an hingga saat ini. Hubungan tersebut menurut Max Weber adalah tindakan tradisional. Wanita Jepang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau sejak akhir tahun 1950-an dan hal memberikan cokelat telah lazim dilakukan didalam masyarakat Jepang. Sadar atau tidak sadar, semua yang dilakukan wanita Jepang untuk memberikan cokelat saat Valentine Day sudah menjadi kebiasaan turun temurun.

Biasanya pria Jepang merayakan Valentine Day dengan bertukar kado, mengadakan pesta bersama keluarga, bertukar kado dengan keluarga, teman-teman terdekat dan pasangan. Kemudian pria Jepang mendapatkan cokelat dari


(18)

79

wanita dan melakukan sesuatu seperti kencan, pergi makan atau ke suatu tempat. Sedangkan wanita Jepang merayakan Valentine Day dengan cara memberi cokelat, kue, hadiah dan permen kepada pasangan dan bertukar cokelat dan permen dengan teman.

Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah mengetahui White Day, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui asal mula adanya White Day di Jepang. Budaya White Day lahir di Jepang karena proses akulturasi. Awalnya Valentine Day masuk ke Jepang, tetapi karena Valentine Day melebur bersama dengan budaya Jepang, maka melahirkan White Day yang berhubungan dengan prinsip balas budi di Jepang.

Bagi Wanita Jepang yang tidak merayakan White Day, berpikir bahwa

White Day tidak wajib dirayakan karena White Day adalah hari bagi pria untuk

membalas budi dari peristiwa Valentine Day. Wanita beranggapan bahwa seharusnya yang wajib untuk merayakan White Day adalah para pria. Bagi pria Jepang, White Day adalah wajib untuk dirayakan. Hal ini berhubungan daengan rasionalitas yang berorientasi nilai (Wert rationalitat). Tindakan ini menyandarkan diri kepada suatu nilai-nilai absolut tertentu atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku yang etis yaitu prinsip balas budi (ongaeshi). Artinya ketika wanita yang memberikan cokelat atau hadiah lainnya pada saat Valentine Day, wanita bertindak sebagai pemberi on (恩) dan pria bertindak sebagai penerima on (). On (恩) adalah hutang psikologis maupun sosial yang dikenakan kepada seseorang atas pemberian yang seseorang terima. Kemudian pada saat White Day, pria membayar On (恩) dan ini


(19)

80

disebut ongaeshi (恩返し). Seperti disebutkan sebelumnya, pria wajib merayakan

White Day karena untuk membayar kembali kebaikan yang telah diterima dari

wanita. Jika pria menolak atau tidak membalas kebaikan tersebut, maka akan mendapatkan efek yang buruk yang disebut on shirazu (恩 知 ら ) yaitu di anggap sebagai orang yang tidak mengetahui kewajiban dan di anggap sebagai orang yang tidak tahu terima kasih.

Bagi pria Jepang yang belum menikah pria Jepang wajib membalas budi pada White Day dengan memberikan bingkisan karena bagi pria Jepang, mendapat sesuatu dan mengembalikan kembali adalah jiwa Jepang yang merupakan balas budi (ongaeshi). Dengan membalas budi tersebut, pria Jepang dapat mengungkapkan rasa terima kasih (kansyasuru) kepada wanita. Menurut Max Weber, hal ini termasuk ke dalam unsur normatif yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharusnya (precriptive elemens), seperti bagaimana orang harus berperilaku.

Ketika White Day, pria Jepang yang belum menikah lebih banyak memberikan cokelat. Sedangkan ketika White Day, wanita Jepang yang belum menikah kebanyakan mendapatkan cokelat, permen, dan kue. Hal tersebut menurut Max Weber adalah tindakan tradisional karena sejak adanya Valentine

Day dan White Day di Jepang, memberi dan menerima barang berupa cokelat.

Pada White Day, pria Jepang merayakan dengan cara memberikan (membalas) hadiah kepada orang yang memberi hadiah di Valentine Day, kencan dan makan malam di restoran. Sedangkan wanita merayakan White Day dengan cara


(20)

81

mendapatkan balasan dari pria berupa cokelat, permen, dan hadiah lainnya dan juga makan malam dan kencan.

Bagi wanita Jepang yang belum menikah, Valentine Day adalah hari dimana wanita memberikan cokelat dan hadiah lain sebagai wujud terima kasih (kansyasuru) atas kebaikan yang mereka terima dari orang lain. Valentine Day tidak hanya untuk berterima kasih kepada pasangan saja, tetapi kepada keluarga, teman-teman terdekat maupun rekan kerja dan atasan dalam perusahaan. Bagi pria Jepang yang belum menikah, White Day adalah hari dimana pria membalas cokelat dan hadiah yang telah diberikan wanita sebelumnya pada Valentine Day.

White Day juga adalah hari dimana pria mengucapkan rasa terimakasih kepada

wanita atau orang-orang telah memberikan mereka cokelat dan hadiah dengan cara membalasnya. Hal ini merupakan prinsip balas budi (ongaeshi) di Jepang.


(21)

82

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

K. Bertens, (1981). Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia. Narwoko, dkk. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana. Nazir, Moch. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Veeger, K.J. (1985). Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia.

Situs :

Ahira, Anne. (n. d.). Sejarah Valentine – Kisah Cinta di balut Dogma. 14 Februari 2014. http://www.anneahira.com/sejarah-valentine.htm

Bias. (14 Februari 2012). 1 September 2013. http://www.goikuzo.com/?p=1169

Hari Valentine Dalam Tinjauan Sejarah. (n. d. ) 14 Februari 2014.

http://www.asal-usul.com/2009/02/hari-valentine-dalam-tinjauan-sejara.html Hertesa, Yulyanti. (2007). Neet dan Literature. 12 Februari 2014.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124360-RB08K438a-Neet%20dan-Literatur.pdf

Ismankrn. (25 Januari 2013).Menyingkap hikmah dari Ongaeshi (恩 返 し). 5

September 2013. http://ismankrn.wordpress.com/2013/01/25/menyingkap-hikmah-dari-ongaeshi-%E6%81%A9%E8%BF%94%E3%81%97/

Lewis, George. H. (Februari 1995). Of Love and Power. 15 Januari 2014. https://webspace.yale.edu/anth254/restricted/World-&-I_9502_Lewis.pdf Liputan 6 (13 Februari 2013). 1 September 2013.

http://showbiz.liputan6.com/read/511549/di-jepang-valentine-dirayakan-setahun-dua-kali

Nurdiati, Nurdiati and Unsriana, Linda (2012). Kearifan Lokal yang Terdapat

Dalam Dongeng Jepang dan Dongeng Indonesia. Undergraduate thesis, BINUS. 12 Februari 2014.


(22)

83

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc.

Nurpadilah. (2013). Tindakan Sosial Dalam Memakai Jilbab dikalangan

Mahasiswa. 10 Februari 2014. http://jurnal.umrah.ac.id/wp- content/uploads/2013/08/JURNAL-Nurpadillah-080569201003-sosiologi-2013.pdf

Shidiqi, M Fajar. (7 Juni 2012). 5 Oktober 2013. http://m-f-s-

fpsi08.web.unair.ac.id/artikel_detail-47851-PSIKOLOGI-PENDEKATAN%20FENOMENOLOGI.html

Sobarudin, Arif . (25 Mei 2012). 10 Februari 2014. (http://www.bisosial.com/2012/05/sumbangan-pemikiran-sosiologi-dari-max.html)

Trendtalking (n.d.) 1 September 2013. http://trendtalking.com/2013/03/15/did-you-know-about-white-day/

Valentine’s Day vs White Day.(n. d. ) 15 Februari 2014. http://www.diffen.com/difference/Valentine%27s_Day_vs_White_Day Wattimena, Reza A.A. (9 Agustus 2009). 5 Oktober 2013.

http://rumahfilsafat.com/2009/08/19/fenomenologi-edmund-husserl/

Weber dalam Dunia Sosiologi. (n. d. ) 10 Februari 2014. ( http://eko.dosen.isi-ska.ac.id/files/2010/04/Pandangan-Weber-dalam-Dunia-Sosiologi.pdf) Zakiya, Zika. (14 Februari 2013). 14 Februari 278 M, Santo Valentine Dipancun.

14 Februari 2014. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/02/14-februari-278-m-santo-valentine-dipancung


(1)

78

terima kasih kepada seseorang. Menurut pria Valentine Day wajib dirayakan karena sudah menjadi sejarah dan sudah menjadi kebiasaan di Jepang. Dengan merayakan Valentine Day orang Jepang dapat mengucapkan rasa terima kasih (感 謝 る). Menurut Max Weber tindakan tersebut adalah tindakan tradisional. Valentine Day di Jepang berorientasi kepada tradisi masa lampau, yaitu cara bertindak manusia yang telah lazim dilakukan. Menurut wanita Jepang yang belum menikah Valentine Day wajib untuk dirayakan, karena menjadi kesempatan yang baik bagi wanita untuk menyatakan perasaannya kepada pria. Selain itu, Valentine Day wajib dirayakan karena sebagai wujud terima kasih kepada pasangan, teman, keluarga maupun atasan didalam perusahaan.

Ketika Valentine Day, pria paling banyak mendapatkan cokelat, baik cokelat yang dibuat sendiri maupun yang tersedia ditoko. Kemudian pada Valentine Day, wanita Jepang sebagian besar memberikan cokelat (baik buatan sendiri atau yang dibeli dari toko). Tradisi memberikan cokelat telah ada sejak akhir tahun 1950-an hingga saat ini. Hubungan tersebut menurut Max Weber adalah tindakan tradisional. Wanita Jepang didorong dan berorientasi kepada tradisi masa lampau sejak akhir tahun 1950-an dan hal memberikan cokelat telah lazim dilakukan didalam masyarakat Jepang. Sadar atau tidak sadar, semua yang dilakukan wanita Jepang untuk memberikan cokelat saat Valentine Day sudah menjadi kebiasaan turun temurun.

Biasanya pria Jepang merayakan Valentine Day dengan bertukar kado, mengadakan pesta bersama keluarga, bertukar kado dengan keluarga, teman-teman terdekat dan pasangan. Kemudian pria Jepang mendapatkan cokelat dari


(2)

79

wanita dan melakukan sesuatu seperti kencan, pergi makan atau ke suatu tempat. Sedangkan wanita Jepang merayakan Valentine Day dengan cara memberi cokelat, kue, hadiah dan permen kepada pasangan dan bertukar cokelat dan permen dengan teman.

Berdasarkan hasil angket, pria dan wanita Jepang yang belum menikah mengetahui White Day, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui asal mula adanya White Day di Jepang. Budaya White Day lahir di Jepang karena proses akulturasi. Awalnya Valentine Day masuk ke Jepang, tetapi karena Valentine Day melebur bersama dengan budaya Jepang, maka melahirkan White Day yang berhubungan dengan prinsip balas budi di Jepang.

Bagi Wanita Jepang yang tidak merayakan White Day, berpikir bahwa White Day tidak wajib dirayakan karena White Day adalah hari bagi pria untuk membalas budi dari peristiwa Valentine Day. Wanita beranggapan bahwa seharusnya yang wajib untuk merayakan White Day adalah para pria. Bagi pria Jepang, White Day adalah wajib untuk dirayakan. Hal ini berhubungan daengan rasionalitas yang berorientasi nilai (Wert rationalitat). Tindakan ini menyandarkan diri kepada suatu nilai-nilai absolut tertentu atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku yang etis yaitu prinsip balas budi (ongaeshi). Artinya ketika wanita yang memberikan cokelat atau hadiah lainnya pada saat Valentine Day, wanita bertindak sebagai pemberi on (恩) dan pria bertindak sebagai penerima on (). On (恩) adalah hutang psikologis maupun sosial yang dikenakan kepada seseorang atas pemberian yang seseorang terima. Kemudian pada saat White Day, pria membayar On (恩) dan ini


(3)

80

disebut ongaeshi (恩返し). Seperti disebutkan sebelumnya, pria wajib merayakan White Day karena untuk membayar kembali kebaikan yang telah diterima dari wanita. Jika pria menolak atau tidak membalas kebaikan tersebut, maka akan mendapatkan efek yang buruk yang disebut on shirazu (恩 知 ら ) yaitu di anggap sebagai orang yang tidak mengetahui kewajiban dan di anggap sebagai orang yang tidak tahu terima kasih.

Bagi pria Jepang yang belum menikah pria Jepang wajib membalas budi pada White Day dengan memberikan bingkisan karena bagi pria Jepang, mendapat sesuatu dan mengembalikan kembali adalah jiwa Jepang yang merupakan balas budi (ongaeshi). Dengan membalas budi tersebut, pria Jepang dapat mengungkapkan rasa terima kasih (kansyasuru) kepada wanita. Menurut Max Weber, hal ini termasuk ke dalam unsur normatif yaitu unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharusnya (precriptive elemens), seperti bagaimana orang harus berperilaku.

Ketika White Day, pria Jepang yang belum menikah lebih banyak memberikan cokelat. Sedangkan ketika White Day, wanita Jepang yang belum menikah kebanyakan mendapatkan cokelat, permen, dan kue. Hal tersebut menurut Max Weber adalah tindakan tradisional karena sejak adanya Valentine Day dan White Day di Jepang, memberi dan menerima barang berupa cokelat. Pada White Day, pria Jepang merayakan dengan cara memberikan (membalas) hadiah kepada orang yang memberi hadiah di Valentine Day, kencan dan makan malam di restoran. Sedangkan wanita merayakan White Day dengan cara


(4)

81

mendapatkan balasan dari pria berupa cokelat, permen, dan hadiah lainnya dan juga makan malam dan kencan.

Bagi wanita Jepang yang belum menikah, Valentine Day adalah hari dimana wanita memberikan cokelat dan hadiah lain sebagai wujud terima kasih (kansyasuru) atas kebaikan yang mereka terima dari orang lain. Valentine Day tidak hanya untuk berterima kasih kepada pasangan saja, tetapi kepada keluarga, teman-teman terdekat maupun rekan kerja dan atasan dalam perusahaan. Bagi pria Jepang yang belum menikah, White Day adalah hari dimana pria membalas cokelat dan hadiah yang telah diberikan wanita sebelumnya pada Valentine Day. White Day juga adalah hari dimana pria mengucapkan rasa terimakasih kepada wanita atau orang-orang telah memberikan mereka cokelat dan hadiah dengan cara membalasnya. Hal ini merupakan prinsip balas budi (ongaeshi) di Jepang.


(5)

82

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

K. Bertens, (1981). Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman. Jakarta: Gramedia. Narwoko, dkk. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana. Nazir, Moch. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Veeger, K.J. (1985). Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia.

Situs :

Ahira, Anne. (n. d.). Sejarah Valentine – Kisah Cinta di balut Dogma. 14 Februari 2014. http://www.anneahira.com/sejarah-valentine.htm

Bias. (14 Februari 2012). 1 September 2013. http://www.goikuzo.com/?p=1169 Hari Valentine Dalam Tinjauan Sejarah. (n. d. ) 14 Februari 2014.

http://www.asal-usul.com/2009/02/hari-valentine-dalam-tinjauan-sejara.html Hertesa, Yulyanti. (2007). Neet dan Literature. 12 Februari 2014.

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124360-RB08K438a-Neet%20dan-Literatur.pdf

Ismankrn. (25 Januari 2013).Menyingkap hikmah dari Ongaeshi (恩 返 し). 5 September 2013. http://ismankrn.wordpress.com/2013/01/25/menyingkap-hikmah-dari-ongaeshi-%E6%81%A9%E8%BF%94%E3%81%97/

Lewis, George. H. (Februari 1995). Of Love and Power. 15 Januari 2014. https://webspace.yale.edu/anth254/restricted/World-&-I_9502_Lewis.pdf Liputan 6 (13 Februari 2013). 1 September 2013.

http://showbiz.liputan6.com/read/511549/di-jepang-valentine-dirayakan-setahun-dua-kali

Nurdiati, Nurdiati and Unsriana, Linda (2012). Kearifan Lokal yang Terdapat Dalam Dongeng Jepang dan Dongeng Indonesia. Undergraduate thesis, BINUS. 12 Februari 2014.


(6)

83

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5DOC/2012-1-00321-JP%20BAB%205.doc.

Nurpadilah. (2013). Tindakan Sosial Dalam Memakai Jilbab dikalangan Mahasiswa. 10 Februari 2014. http://jurnal.umrah.ac.id/wp- content/uploads/2013/08/JURNAL-Nurpadillah-080569201003-sosiologi-2013.pdf

Shidiqi, M Fajar. (7 Juni 2012). 5 Oktober 2013. http://m-f-s-

fpsi08.web.unair.ac.id/artikel_detail-47851-PSIKOLOGI-PENDEKATAN%20FENOMENOLOGI.html

Sobarudin, Arif . (25 Mei 2012). 10 Februari 2014. (http://www.bisosial.com/2012/05/sumbangan-pemikiran-sosiologi-dari-max.html)

Trendtalking (n.d.) 1 September 2013. http://trendtalking.com/2013/03/15/did-you-know-about-white-day/

Valentine’s Day vs White Day.(n. d. ) 15 Februari 2014. http://www.diffen.com/difference/Valentine%27s_Day_vs_White_Day Wattimena, Reza A.A. (9 Agustus 2009). 5 Oktober 2013.

http://rumahfilsafat.com/2009/08/19/fenomenologi-edmund-husserl/

Weber dalam Dunia Sosiologi. (n. d. ) 10 Februari 2014. (

http://eko.dosen.isi-ska.ac.id/files/2010/04/Pandangan-Weber-dalam-Dunia-Sosiologi.pdf)

Zakiya, Zika. (14 Februari 2013). 14 Februari 278 M, Santo Valentine Dipancun. 14 Februari 2014. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/02/14-februari-278-m-santo-valentine-dipancung