T1 802011007 Full text
HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI
TELEVISI DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA
PADA MAHASISWA UKSW
OLEH
YULI NOVITA SARI
802011007
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI TELEVISI
DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA PADA MAHASISWA
UKSW
Yuli Novita Sari
Jusuf Tjahjo Purnomo
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan drama Korea
di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW.
Sampelnya adalah para mahasiswa UKSW di kota Salatiga yang senang menonton
drama Korea dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang menggunakan kriteria tertentu dengan jumlah
sampel 240 responden. Alat ukurnya menggunakan skala kuesioner terpaan drama
Korea (Ling dan Zhang, 2013) dan sikap terhadap produk Korea (Li, 2006).
Teknik analisis datanya menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara terpaan drama korea dengan
sikap terhadap produk Korea.
Kata Kunci: terpaan drama Korea dan sikap terhadap produk Korea.
i
Abstract
This study aims to investigate the relationship between exposure to Korean
dramas on television with attitudes toward Korean products on SWCU students.
The sample is SWCU students in Salatiga who like to watch Korean dramas with
sampling technique is purposive sampling is a sampling technique that uses
specific criteria with a sample of 240 respondents. The data collection used are
through questionnaire scale exposure (Ling dan Zhang, 2013) and attitude
towards the Korean drama Korean products (Li, 2006). Data were analyzed using
test the pearson correlation test. The results showed that there was a positive
association between exposure to the Korean drama Korean attitudes toward the
product.
Keywords: Korean drama exposure and attitudes toward Korean products.
ii
1
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya terpaan drama Korea di
Televisi menyebabkan banyak kalangan terutama pada remaja memiliki perilaku
yang meniru para artis Korea idola mereka di televisi, misalnya dari cara
berdandan maupun cara untuk bertingkah laku sehari-hari seperti berbicara
maupun gaya hidup. Perilaku imitasi tersebut dipengaruhi oleh terpaan media
massa yaitu dalam hal ini adalah hasil dari menonton televisi drama Korea (Yoo,
Jo dan Jung, 2014). Sikap remaja tersebut tercermin dalam perilaku imitasi yang
meniru seperti dalam hal berpakaian, menyukai produk makanan, fashion Korea.
Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa perilaku imitasi tercermin
dalam sikap yang merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan
cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Myers
(2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau
tidak disukai oleh seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan
bersikap kemudian tercermin dari perilaku. Sikap seseorang berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya termasuk terpaan dalam menonton televisi atau media.
Yoo, Jo dan Jung (2014) menyatakan bahwa dengan menonton drama seri
Korea menjadikan seseorang bersikap positif (dalam arti memandang Korea
sebagai negeri yang patut untuk dikunjungi) terhadap Korea, selanjutnya sikap
positif tersebut berdampak pada perilaku seseorang akan mengunjungi Korea atau
membeli produk buatan Korea.
Jadi apabila seseorang menonton drama seri
Korea maka akan berdampak pada sikap positif seseorang terhadap Korea dan
berperilaku positif, seperti ia akan membeli produk Korea atau ingin
mengunjunginya.
2
Bissel dan Chung (2009) menyatakan bahwa terpaan media menyebabkan
tekanan budaya dan sosial berpengaruh terhadap ketertarikan seseorang akan
sesuatu dan norma yang muncul.Terpaan media yang kuat akan membuat
seseorang tertarik dengan budaya yang dilihatnya, maka akan berdampak pada
perilaku seseorang dalam sehari-harinya. Moon dan Nelson (2008) menyimpulkan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara terpaan media, nilai budaya dan
perilaku terhadap model perilaku atau sikap seseorang. Hal ini disebabkan
semakin besar pengaruh terpaan media terhadap diri seseorang maka terpaan
tersebut akan membuat aspek konatif dari diri seseorang meningkat dan akhirnya
berdampak pada peningkatan perilaku atau sikap dimana seseorang akan semakin
meniru dari model yang dieksplorasi oleh media tersebut. Jadi apabila terpaan
media semakin besar mengindikasikan adanya pengaruh yang besar terhadap
sikap seseorang karena keinginan untuk meniru dari tokoh di televisi atau model
yang dieksplorasi semakin tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terpaan media berpengaruh terhadap sikap seseorang. Terpaan media yang
dimaksud misalnya adalah melalui televisi, jadi apabila seseorang sering
menonton televisi dengan intensitas menonton yang tinggi dalam arti sering
menonton diatas rata-rata orang normal maka akan berdampak pada peningkatan
perilaku untuk meniru model yang ada pada televisi tersebut.
Hong dan Kim (2013) menyimpulkan bahwa adanya tekanan sosial dan
budaya dari hasil globalisasi dan tontonan media yaitu drama Korea untuk
mengubah budaya baru dalam masyarakat melalui tindakan imitasi. Penelitian
Huessman (2003) menyatakan bahwa perilaku imitasi bisa terjadi karena pemirsa
3
televisi memiliki intensitas menonton terlalu tinggi. Jadi apabila semakin tinggi
intensitas menonton televisi berarti mengindikasikan frekuensi yang semakin
sering sehingga pemirsa akan semakin tinggi perilaku imitasinya. Sementara ini,
penelitian Lee dan Bai (2010) menyimpulkan bahwa drama Korea memberikan
dampak besar kepada para fans dari aktris Korea sehingga mereka cenderung
untuk meniru idola mereka. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi rasa
memiliki dari fans maka mereka akan semakin meniru perilaku idola mereka di
televisi sehingga perilaku imitasinya tinggi.
Wonkboonma (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen di Korea
dipengaruhi oleh gelombang media massa Korea diantaranya drama Korea dan
televisi merupakan bagian dari media massa. Apabila semakin tinggi terpaan dari
media massa Korea (dalam arti penonton semakin sering melihat iklan televisi)
maka akan menyebabkan konsumen semakin tinggi perilaku imitasinya. Televisi
memberikan dampak besar pada perilaku pemirsanya. Hal ini disebabkan semakin
tinggi terpaan televisi akan menyebabkan pemirsa mengikuti dari perilaku yang
ada di televisi tersebut.
Nelson et al. (2010) menyatakan bahwa sesuai dengan teori kultivasi bahwa
media exposure (terpaan media) memiliki pengaruh kuat terhadap nilai dan
ideologi, serta budaya seseorang. Jadi semakin kuat pengaruh terpaan media pada
pemirsa maka akan semakin membuat seseorang memiliki nilai dan ideologi yang
baik terhadap terpaan media tersebut. Apabila semakin kuat nilai dan ideologi
positif terhadap terpaan media tersebut maka akan membuat seseorang meniru
perilaku yang ada pada model media tersebut.
4
Paterson (2014) menyatakan bahwa adanya interaksi atau hubungan yang kuat
antara media dengan pemirsa. Jadi semakin tinggi intensitas menonton televisi
maka pemirsa televisi akan semakin terpengaruh oleh hal yang diberitakan dalam
televisi tersebut atau yang dilihatnya. Hal ini juga didukung oleh Christian dan
David (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara terpaan media
dengan perilaku atau sikap pemirsa. Jadi apabila semakin tinggi terpaan media
mengindikasikan bahwa ada intensitas atau tingkat keseringan dalam menonton
(kriterianya adalah menonton diatas rata-rata tontonan televisi orang normal diatas
30 jam seminggu). Apabila semakin sering menonton televisi berarti
menunjukkan televisi atau media tertentu menjadi referensi utama bagi pemirsa
dan dengan tingkat durasi yang semakin tinggi dalam menonton televisi dan
pengaruh isi dari televisi tersebut maka akan membuat pemirsa menjadi
terpengaruh dari model media yang ada tersebut dan meningkatkan perilaku
imitasi pemirsa terhadap televisi.
Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para
penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan
kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak orang tentang masyarakat dan
budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak dengan televisi,
seseorang belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat
kebiasannya. Apabila semakin sering remaja menonton drama korea maka akan
semakin tinggi kecenderungan sikapnya untuk meniru (Bissel dan Chung, 2009).
Dari uraian diatas peneliti merasa perlu mengangkat permasalahan diatas
untuk diteliti lebih jauh serta untuk melihat bagaimana hubungan antara maraknya
5
terpaan drama korea di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada
mahasiswa UKSW. Untuk itu peneliti akan melaksanakan penelitian terkait
fenomena tersebut di Universitas Satya Wacana Salatiga yang merupakan salah
satu universitas yang memiliki banyak mahasiswa dan mahasiswi yang
menggemari drama Korea. Berdasarkan pada hasil observasi peneliti diketahui
bahwa mahasiswa UKSW khususnya FEB lebih banyak menggemari drama korea
dibandingkan fakultas lain maka ini yang menjadi dasar peneliti memilih obyek
tersebut (diketahui berdasarkan survey peneliti). Peneliti memilih lokasi tersebut
untuk melihat apakah fenomena yang diuraikan diatas juga menimpa para
mahasiswa UKSW di kota Salatiga. Jadi penelitian ini akan menganalisis
hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea
pada mahasiswa UKSW.
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa
UKSW.
Sikap terhadap Produk Korea
Myers (2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa
disukai atau tidak disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang
ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap. Sikap merupakan suatu
keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu
terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Proses asimilasi budaya terjadi
6
ketika individu mengadopsi nilai, sikap atau perilaku dan budaya sebelumnya
sehingga akan berdampak pada sikap dan keyakinannya.
Jin dan Lutz (2013) menyatakan bahwa sikap terhadap objek akan
mewakili evaluasi atau respon dan melibatkan memory seseorang. Baron (2000)
menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi mengenai berbagai aspek dalam
kehidupan sosial dimana individu mempunyai reaksi setuju atau tidak setuju
mengenai sebuah masalah, ide, individu lain, kelompok sosial, dan obyek.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti mengartikan sikap sebagai evaluasi individu, yang diperoleh dari
pengalaman, mengenai berbagai obyek yang ditunjukkan dalam bentuk respon
kesetujuan atau ketidaksetujuan. Obyek sikap yang dimaksud dalam pengertian di
atas adalah segala sesuatu yang berarti (exist) bagi individu.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada sikap mahasiswa UKSW terhadap
produk Korea dalam hal ini akan diukur dengan pengukuran sikap menurut
Michel dan Olson (1981). Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif
(keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), dan konatif (perilaku):
1. Aspek kognitif: Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap. Berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sesuatu yang telah terpolakan
dalam pikiran. Yang termasuk dalam aspek kognitif adalah pengetahuan
(knowledge) dan kepercayaan (belief).
2. Aspek afektif: Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Banyak dipengaruhi oleh
7
kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi
objek termaksud. Yang termasuk dalam aspek afektif adalah
kesenangan (pleasure), keinginan (arousal) dan dominasi (dominance).
3. Aspek konatif: Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana orang
berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan
banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya
terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku belum tentu
akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai.
Yang termasuk dalam aspek konatif adalah perubahan ketertarikan
merk (brand interest change), intensi pembelian (purchase intenntion).
Definisi operasional dari sikap terhadap produk Korea adalah evaluasi
mengenai berbagai aspek dalam kehidupan sosial dimana individu mempunyai
reaksi terhadap produk Korea yaitu produk fashion atau baju, kosmetik, barang
elektronik, makanan dan mobil.
Produk Korea pada penelitian ini difokuskan pada produk fashion atau
baju, barang elektronik, makanan dan mobil sesuai dengan yang dikemukakan
oleh penelitian Li (2006). Alasan digunakannya teori sikap sesuai dengan Michel
dan Olson (1981) yang dimodifikasi untuk penelitian ini adalah karena teori
tersebut relevan dengan sikap terhadap produk Korea.
8
TERPAAN DRAMA KOREA
Dalam rangka memahami terpaan media ada dua perspektif yang dapat
digunakan yaitu selective uses dari mass media dan media exposure dari mass
media. Selective uses dari mass media memiliki fokus pada motivasi penonton
dalam menggunakan media massa (Katz et al, 1999) seperti pada teori gratifikasi
Katz. Sedangkan media exposure mengasumsikan bahwa orang akan cenderung
pasif untuk menerima persepsi dari isi media, tanpa memiliki motivasi secara
aktif dalam media tersebut. Jadi penonton akan secara mudah dipengaruhi oleh
komunikasi media massa tersebut (Severin dan Tankard, 2001).
Terpaan media menurut Shore (1985) dalam Hakim (2010) adalah
kegiatan mendengarkan, melihat, membaca pesan media massa ataupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan dari media tersebut, yang
dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Pada konteks media
komunitas, terpaan dapat dikatakan sebagai keterbukaan atau Exposure kepada
khalayak dari media massa (Sears and Freedman,1967). Menurut Ardianto
dalam Hakim (2010) terpaan drama yang dimaksud adalah frekuensi penggunaan
televisi mengumpulkan data khalayak mengenai berapa kali sehari seseorang
menggunakan media dalam satu minggu, berapa kali dalam seminggu seseorang
menggunakan media dalam satu bulan, berapa kali sebulan seseorang menonton
televisi dalam setahun, lalu pengukuran variabel durasi penggunaan media
menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (menonton
televisi normal dalam seminggu adalah 30 jam). Sehingga hal tersebut berkaitan
dengan motif khalayak dalam menggunakan media televisi dimana motif terpaan
9
media televisi merupakan perlakuan individu untuk memenuhi kebutuhan mereka
atas dasar motif tersebut.
Definisi operasional dari terpaan drama korea pada penelitian ini adalah
persepsi responden mengenai terpaan umum, isi dan intensitas dalam arti durasi
menonton televisi drama korea.
Terpaan drama korea di televisi diukur dengan indikator pertanyaan
tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling dan Zhang
(2013), yaitu General exposure (terpaan umum), Intensity watching Korea drama
TV (Intensitas menonton drama korea di televisi). Fokusnya adalah pada
intensitas dan frekuensi.
Metode Penelitian
Partisipan
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para mahasiswa
FEB UKSW registrasi ulang semester 2/2014-2015, data diambil terakhir tanggal
11 Februari 2015. terdiri dari 3 progdi jurusan manajemen, akuntansi, dan
pengembangan total mahasiswa yang masih aktif dan dari semua kaprogdi
ekonomi dan bisnis diambil 240 sebagai sampel penelitian.
Tahap pertama sebelum melakukan penelitian adalah peneliti perlu untuk
memahami tempat di mana penelitian akan dilakukan, penentuan subyek
penelitian, serta mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
jalannya penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di FEB UKSW selama 10
hari.
10
Penentuan partisipan dalam penelitian ini mengunakan teknik purposive
sampling, (Sugiyono, 2010: 63). yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan
kriteria tertentu yaitu dengan kriteria mahasiswa Satya Wacana fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang gemar menonton Drama Korea. Adapun jumlah
sampel yang akan diambil adalah 10% dari jumlah populasi, sesuai dengan jumlah
sampel yang dianggap layak untuk mewakili sebuah populasi. Populasinya adalah
2392 mahasiswa Satya Wacana fakultas Ekonomika dan Bisnis karena untuk
memenuhi syarat 10% maka sampelnya ditentukan 240 orang mahasiswa Satya
Wacana Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Instrumen Penelitian
Instrumen skala sikap terhadap produk Korea merupakan modifikasi dari
Li, (2006) terdiri dari komponen sikap yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif
menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban. Sikap terhadap Korea
merupakan persepsi partisipan terhadap ketiga aspek sikap yang ada. Misalnya :
Saya percaya bahwa produk kosmetik Korea lebih baik daripada produk Indonesia
(aspek kognitif). Saya tidak akan beralih pada merk lain ketika membeli baju
model Korea (aspek konatif). Saya merasa sangat senang
dengan
produk
otomotif Korea (aspek afektif) .
Instrumen terpaan media korea di televisi diukur dengan: delapan
pertanyaan tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling
dan Zhang (2013), misalnya: Seberapa sering menonton televisi drama ini setiap
episodenya secara rutin dari senin hingga jumat (aspek terpaan umum). Saya
11
jarang melihat drama Korea di televisi pada akhir minggu (aspek intensitas
menonton).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Daya Beda Item
Hasil uji validitas alat ukur dapat dilihat pada Lampiran.
a.
Skala Sikap terhadap produk Korea
Pada skala Sikap terhadap produk Korea diperoleh 24 item valid
dan tidak ada item gugur dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0
diperoleh rentang r hitung antara 0.329 sampai dengan 0.698.
b.
Skala Terpaan Drama Korea
Pada skala Terpaan Drama Korea diperoleh 32 item valid dan item
gugur sebanyak 12 item dari 44 item dan dengan menggunakan
bantuan SPSS 13.0 diperoleh rentang r hitung antara 0.176 sampai
dengan 0.601.
Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach alpha
Sikap terhadap produk Korea
0.912
Terpaan Drama Korea
0.879
12
a.
Skala Sikap terhadap produk Korea
Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk
Sikap terhadap produk Korea memiliki nilai cronbach alpha
sebesar 0,912 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan reliabel atau
diterima.
b.
Skala Terpaan Drama Korea
Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk
Terpaan Drama Korea memiliki nilai cronbach alpha sebesar
0,879 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan diterima atau reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas yaitu uji sebaran variabel
penelitian untuk mengetahui apakah dalam suatu sampel berdistribusi normal atau
tidak.
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
As ymp. Sig. (2-tailed)
a. Test dis tribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sikap_thd_
produk_korea
240
69,7583
11,31371
,087
,087
-,070
1,347
,053
Terpaan_
drama_korea
240
183,1792
21,21373
,122
,075
-,122
1,489
,052
13
Nilai untuk hasil K-S Z sebesar 1,347 dengan probabilitas signifikansi
0,053 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel sikap
terhadap produk korea terdistribusi secara normal. Sedangkan uji normalitas
terpaan drama korea memiliki nilai K-S Z sebesar 1,489 dengan probabilitas
signifikansi 0,052 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel
ini terdistribusi secara normal. Distribusi normal artinya data penelitian ini
memiliki kurva normal dari semua jumlah data yang valid.
Untuk uji linearitas diperoleh nilai F linear sebesar 25,570 dengan
probabilitas (sig) sebesar 0,000 < 0,05 artinya hubungan antara sikap terhadap
produk korea dan terpaan drama korea adalah linear.
Tabel 3.
Hasil Uji Linearitas
ANOVAb
Model
1
Regres sion
Residual
Total
Sum of
Squares
2967,850
27624, 134
30591, 983
df
1
238
239
Mean Square
2967,850
116,068
F
25,570
Sig.
,000a
a. Predict ors: (Constant), Terpaan_drama_korea
b. Dependent Variable: Sikap_thd_produk_korea
Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan analisis data
menggunakan program SPSS. Pengujiannya menggunakan teknik korelasi
Product Moment. Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan
antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea.
14
Tabel 4.
Data Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Sikap_thd_produk_korea
Terpaan_drama_korea
Valid N (listwise)
240
240
240
Minimum
46,00
85,00
Maximum
96,00
219,00
Mean
69,7583
183,1792
Std. Deviation
11,31371
21,21373
Tabel 4. menjelaskan statistik deskriptif terhadap skor partisipan.
Peneliti kemudian membagi skor tiap skala menjadi 5 kategori dimulai “sangat
rendah” sampai dengan “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi
jenjang (Azwar, 2012). Tabel 5. Menunjukkan jumlah partisipan di tiap
kategori untuk masing-masing variabel: (Sugiyono, 2010:81)
Tabel 5. Kategorisasi
No Kategori
Sikap terhadap produk
Terpaan drama korea
korea
F
Mean
%
F
Mean
%
12.92%
1
Sangat tinggi
15
91.5
6.25%
31
98.5
2
Tinggi
61
81.5
25.42%
97
125.5 40.42%
3
Sedang
75
71.5
31.25%
61
151.5 25.42%
4
Rendah
48
61.5
20%
32
179.5 13.33%
5
Sangat rendah
42
51.5
17.5%
19
206.5 7.92%
Dilihat dari nilai deskriptifnya untuk sikap terhadap produk Korea
memperoleh kecenderungan berada di sedang dan tinggi dan untuk terpaan
15
drama korea juga berada di kecenderungan sedang dan tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya sikap positif responden terhadap produk korea
dan terpaan drama korea. Untuk nilai mean masing-masing variabel dalam
kategori sangat tinggi hingga sangat rendah dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 6.
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
Sikap_thd_produk_korea
Terpaan_drama_korea
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Sikap_thd_
produk_korea
1
Terpaan_
drama_korea
,311**
,000
240
240
,311**
1
,000
240
240
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara terpaan
drama korea dengan sikap terhadap produk korea menunjukkan bahwa nilai r
korelasi sebesar 0,311 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 atau p
TELEVISI DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA
PADA MAHASISWA UKSW
OLEH
YULI NOVITA SARI
802011007
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA TERPAAN DRAMA KOREA DI TELEVISI
DENGAN SIKAP TERHADAP PRODUK KOREA PADA MAHASISWA
UKSW
Yuli Novita Sari
Jusuf Tjahjo Purnomo
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terpaan drama Korea
di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa UKSW.
Sampelnya adalah para mahasiswa UKSW di kota Salatiga yang senang menonton
drama Korea dengan teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang menggunakan kriteria tertentu dengan jumlah
sampel 240 responden. Alat ukurnya menggunakan skala kuesioner terpaan drama
Korea (Ling dan Zhang, 2013) dan sikap terhadap produk Korea (Li, 2006).
Teknik analisis datanya menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara terpaan drama korea dengan
sikap terhadap produk Korea.
Kata Kunci: terpaan drama Korea dan sikap terhadap produk Korea.
i
Abstract
This study aims to investigate the relationship between exposure to Korean
dramas on television with attitudes toward Korean products on SWCU students.
The sample is SWCU students in Salatiga who like to watch Korean dramas with
sampling technique is purposive sampling is a sampling technique that uses
specific criteria with a sample of 240 respondents. The data collection used are
through questionnaire scale exposure (Ling dan Zhang, 2013) and attitude
towards the Korean drama Korean products (Li, 2006). Data were analyzed using
test the pearson correlation test. The results showed that there was a positive
association between exposure to the Korean drama Korean attitudes toward the
product.
Keywords: Korean drama exposure and attitudes toward Korean products.
ii
1
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya terpaan drama Korea di
Televisi menyebabkan banyak kalangan terutama pada remaja memiliki perilaku
yang meniru para artis Korea idola mereka di televisi, misalnya dari cara
berdandan maupun cara untuk bertingkah laku sehari-hari seperti berbicara
maupun gaya hidup. Perilaku imitasi tersebut dipengaruhi oleh terpaan media
massa yaitu dalam hal ini adalah hasil dari menonton televisi drama Korea (Yoo,
Jo dan Jung, 2014). Sikap remaja tersebut tercermin dalam perilaku imitasi yang
meniru seperti dalam hal berpakaian, menyukai produk makanan, fashion Korea.
Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa perilaku imitasi tercermin
dalam sikap yang merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan
cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Myers
(2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa disukai atau
tidak disukai oleh seseorang, yang ditunjukan dalam perasaan atau keinginan
bersikap kemudian tercermin dari perilaku. Sikap seseorang berhubungan dengan
lingkungan sekitarnya termasuk terpaan dalam menonton televisi atau media.
Yoo, Jo dan Jung (2014) menyatakan bahwa dengan menonton drama seri
Korea menjadikan seseorang bersikap positif (dalam arti memandang Korea
sebagai negeri yang patut untuk dikunjungi) terhadap Korea, selanjutnya sikap
positif tersebut berdampak pada perilaku seseorang akan mengunjungi Korea atau
membeli produk buatan Korea.
Jadi apabila seseorang menonton drama seri
Korea maka akan berdampak pada sikap positif seseorang terhadap Korea dan
berperilaku positif, seperti ia akan membeli produk Korea atau ingin
mengunjunginya.
2
Bissel dan Chung (2009) menyatakan bahwa terpaan media menyebabkan
tekanan budaya dan sosial berpengaruh terhadap ketertarikan seseorang akan
sesuatu dan norma yang muncul.Terpaan media yang kuat akan membuat
seseorang tertarik dengan budaya yang dilihatnya, maka akan berdampak pada
perilaku seseorang dalam sehari-harinya. Moon dan Nelson (2008) menyimpulkan
bahwa adanya hubungan yang signifikan antara terpaan media, nilai budaya dan
perilaku terhadap model perilaku atau sikap seseorang. Hal ini disebabkan
semakin besar pengaruh terpaan media terhadap diri seseorang maka terpaan
tersebut akan membuat aspek konatif dari diri seseorang meningkat dan akhirnya
berdampak pada peningkatan perilaku atau sikap dimana seseorang akan semakin
meniru dari model yang dieksplorasi oleh media tersebut. Jadi apabila terpaan
media semakin besar mengindikasikan adanya pengaruh yang besar terhadap
sikap seseorang karena keinginan untuk meniru dari tokoh di televisi atau model
yang dieksplorasi semakin tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terpaan media berpengaruh terhadap sikap seseorang. Terpaan media yang
dimaksud misalnya adalah melalui televisi, jadi apabila seseorang sering
menonton televisi dengan intensitas menonton yang tinggi dalam arti sering
menonton diatas rata-rata orang normal maka akan berdampak pada peningkatan
perilaku untuk meniru model yang ada pada televisi tersebut.
Hong dan Kim (2013) menyimpulkan bahwa adanya tekanan sosial dan
budaya dari hasil globalisasi dan tontonan media yaitu drama Korea untuk
mengubah budaya baru dalam masyarakat melalui tindakan imitasi. Penelitian
Huessman (2003) menyatakan bahwa perilaku imitasi bisa terjadi karena pemirsa
3
televisi memiliki intensitas menonton terlalu tinggi. Jadi apabila semakin tinggi
intensitas menonton televisi berarti mengindikasikan frekuensi yang semakin
sering sehingga pemirsa akan semakin tinggi perilaku imitasinya. Sementara ini,
penelitian Lee dan Bai (2010) menyimpulkan bahwa drama Korea memberikan
dampak besar kepada para fans dari aktris Korea sehingga mereka cenderung
untuk meniru idola mereka. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi rasa
memiliki dari fans maka mereka akan semakin meniru perilaku idola mereka di
televisi sehingga perilaku imitasinya tinggi.
Wonkboonma (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen di Korea
dipengaruhi oleh gelombang media massa Korea diantaranya drama Korea dan
televisi merupakan bagian dari media massa. Apabila semakin tinggi terpaan dari
media massa Korea (dalam arti penonton semakin sering melihat iklan televisi)
maka akan menyebabkan konsumen semakin tinggi perilaku imitasinya. Televisi
memberikan dampak besar pada perilaku pemirsanya. Hal ini disebabkan semakin
tinggi terpaan televisi akan menyebabkan pemirsa mengikuti dari perilaku yang
ada di televisi tersebut.
Nelson et al. (2010) menyatakan bahwa sesuai dengan teori kultivasi bahwa
media exposure (terpaan media) memiliki pengaruh kuat terhadap nilai dan
ideologi, serta budaya seseorang. Jadi semakin kuat pengaruh terpaan media pada
pemirsa maka akan semakin membuat seseorang memiliki nilai dan ideologi yang
baik terhadap terpaan media tersebut. Apabila semakin kuat nilai dan ideologi
positif terhadap terpaan media tersebut maka akan membuat seseorang meniru
perilaku yang ada pada model media tersebut.
4
Paterson (2014) menyatakan bahwa adanya interaksi atau hubungan yang kuat
antara media dengan pemirsa. Jadi semakin tinggi intensitas menonton televisi
maka pemirsa televisi akan semakin terpengaruh oleh hal yang diberitakan dalam
televisi tersebut atau yang dilihatnya. Hal ini juga didukung oleh Christian dan
David (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara terpaan media
dengan perilaku atau sikap pemirsa. Jadi apabila semakin tinggi terpaan media
mengindikasikan bahwa ada intensitas atau tingkat keseringan dalam menonton
(kriterianya adalah menonton diatas rata-rata tontonan televisi orang normal diatas
30 jam seminggu). Apabila semakin sering menonton televisi berarti
menunjukkan televisi atau media tertentu menjadi referensi utama bagi pemirsa
dan dengan tingkat durasi yang semakin tinggi dalam menonton televisi dan
pengaruh isi dari televisi tersebut maka akan membuat pemirsa menjadi
terpengaruh dari model media yang ada tersebut dan meningkatkan perilaku
imitasi pemirsa terhadap televisi.
Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama dimana para
penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan
kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak orang tentang masyarakat dan
budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak dengan televisi,
seseorang belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat
kebiasannya. Apabila semakin sering remaja menonton drama korea maka akan
semakin tinggi kecenderungan sikapnya untuk meniru (Bissel dan Chung, 2009).
Dari uraian diatas peneliti merasa perlu mengangkat permasalahan diatas
untuk diteliti lebih jauh serta untuk melihat bagaimana hubungan antara maraknya
5
terpaan drama korea di televisi dengan sikap terhadap produk Korea pada
mahasiswa UKSW. Untuk itu peneliti akan melaksanakan penelitian terkait
fenomena tersebut di Universitas Satya Wacana Salatiga yang merupakan salah
satu universitas yang memiliki banyak mahasiswa dan mahasiswi yang
menggemari drama Korea. Berdasarkan pada hasil observasi peneliti diketahui
bahwa mahasiswa UKSW khususnya FEB lebih banyak menggemari drama korea
dibandingkan fakultas lain maka ini yang menjadi dasar peneliti memilih obyek
tersebut (diketahui berdasarkan survey peneliti). Peneliti memilih lokasi tersebut
untuk melihat apakah fenomena yang diuraikan diatas juga menimpa para
mahasiswa UKSW di kota Salatiga. Jadi penelitian ini akan menganalisis
hubungan antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea
pada mahasiswa UKSW.
Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk Korea pada mahasiswa
UKSW.
Sikap terhadap Produk Korea
Myers (2006) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi nilai yang bisa
disukai atau tidak disukai untuk melindungi sesuatu atau seseorang, yang
ditunjukan dalam perasaan atau keinginan bersikap. Sikap merupakan suatu
keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu
terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Proses asimilasi budaya terjadi
6
ketika individu mengadopsi nilai, sikap atau perilaku dan budaya sebelumnya
sehingga akan berdampak pada sikap dan keyakinannya.
Jin dan Lutz (2013) menyatakan bahwa sikap terhadap objek akan
mewakili evaluasi atau respon dan melibatkan memory seseorang. Baron (2000)
menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi mengenai berbagai aspek dalam
kehidupan sosial dimana individu mempunyai reaksi setuju atau tidak setuju
mengenai sebuah masalah, ide, individu lain, kelompok sosial, dan obyek.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti mengartikan sikap sebagai evaluasi individu, yang diperoleh dari
pengalaman, mengenai berbagai obyek yang ditunjukkan dalam bentuk respon
kesetujuan atau ketidaksetujuan. Obyek sikap yang dimaksud dalam pengertian di
atas adalah segala sesuatu yang berarti (exist) bagi individu.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada sikap mahasiswa UKSW terhadap
produk Korea dalam hal ini akan diukur dengan pengukuran sikap menurut
Michel dan Olson (1981). Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif
(keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), dan konatif (perilaku):
1. Aspek kognitif: Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap. Berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Sesuatu yang telah terpolakan
dalam pikiran. Yang termasuk dalam aspek kognitif adalah pengetahuan
(knowledge) dan kepercayaan (belief).
2. Aspek afektif: Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.
Perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Banyak dipengaruhi oleh
7
kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi
objek termaksud. Yang termasuk dalam aspek afektif adalah
kesenangan (pleasure), keinginan (arousal) dan dominasi (dominance).
3. Aspek konatif: Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Bagaimana orang
berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan
banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya
terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku belum tentu
akan benar-benar ditampakkan dalam bentuk perilaku yang sesuai.
Yang termasuk dalam aspek konatif adalah perubahan ketertarikan
merk (brand interest change), intensi pembelian (purchase intenntion).
Definisi operasional dari sikap terhadap produk Korea adalah evaluasi
mengenai berbagai aspek dalam kehidupan sosial dimana individu mempunyai
reaksi terhadap produk Korea yaitu produk fashion atau baju, kosmetik, barang
elektronik, makanan dan mobil.
Produk Korea pada penelitian ini difokuskan pada produk fashion atau
baju, barang elektronik, makanan dan mobil sesuai dengan yang dikemukakan
oleh penelitian Li (2006). Alasan digunakannya teori sikap sesuai dengan Michel
dan Olson (1981) yang dimodifikasi untuk penelitian ini adalah karena teori
tersebut relevan dengan sikap terhadap produk Korea.
8
TERPAAN DRAMA KOREA
Dalam rangka memahami terpaan media ada dua perspektif yang dapat
digunakan yaitu selective uses dari mass media dan media exposure dari mass
media. Selective uses dari mass media memiliki fokus pada motivasi penonton
dalam menggunakan media massa (Katz et al, 1999) seperti pada teori gratifikasi
Katz. Sedangkan media exposure mengasumsikan bahwa orang akan cenderung
pasif untuk menerima persepsi dari isi media, tanpa memiliki motivasi secara
aktif dalam media tersebut. Jadi penonton akan secara mudah dipengaruhi oleh
komunikasi media massa tersebut (Severin dan Tankard, 2001).
Terpaan media menurut Shore (1985) dalam Hakim (2010) adalah
kegiatan mendengarkan, melihat, membaca pesan media massa ataupun
mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan dari media tersebut, yang
dapat terjadi pada tingkat individu ataupun kelompok. Pada konteks media
komunitas, terpaan dapat dikatakan sebagai keterbukaan atau Exposure kepada
khalayak dari media massa (Sears and Freedman,1967). Menurut Ardianto
dalam Hakim (2010) terpaan drama yang dimaksud adalah frekuensi penggunaan
televisi mengumpulkan data khalayak mengenai berapa kali sehari seseorang
menggunakan media dalam satu minggu, berapa kali dalam seminggu seseorang
menggunakan media dalam satu bulan, berapa kali sebulan seseorang menonton
televisi dalam setahun, lalu pengukuran variabel durasi penggunaan media
menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (menonton
televisi normal dalam seminggu adalah 30 jam). Sehingga hal tersebut berkaitan
dengan motif khalayak dalam menggunakan media televisi dimana motif terpaan
9
media televisi merupakan perlakuan individu untuk memenuhi kebutuhan mereka
atas dasar motif tersebut.
Definisi operasional dari terpaan drama korea pada penelitian ini adalah
persepsi responden mengenai terpaan umum, isi dan intensitas dalam arti durasi
menonton televisi drama korea.
Terpaan drama korea di televisi diukur dengan indikator pertanyaan
tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling dan Zhang
(2013), yaitu General exposure (terpaan umum), Intensity watching Korea drama
TV (Intensitas menonton drama korea di televisi). Fokusnya adalah pada
intensitas dan frekuensi.
Metode Penelitian
Partisipan
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para mahasiswa
FEB UKSW registrasi ulang semester 2/2014-2015, data diambil terakhir tanggal
11 Februari 2015. terdiri dari 3 progdi jurusan manajemen, akuntansi, dan
pengembangan total mahasiswa yang masih aktif dan dari semua kaprogdi
ekonomi dan bisnis diambil 240 sebagai sampel penelitian.
Tahap pertama sebelum melakukan penelitian adalah peneliti perlu untuk
memahami tempat di mana penelitian akan dilakukan, penentuan subyek
penelitian, serta mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
jalannya penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan di FEB UKSW selama 10
hari.
10
Penentuan partisipan dalam penelitian ini mengunakan teknik purposive
sampling, (Sugiyono, 2010: 63). yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan
kriteria tertentu yaitu dengan kriteria mahasiswa Satya Wacana fakultas
Ekonomika dan Bisnis yang gemar menonton Drama Korea. Adapun jumlah
sampel yang akan diambil adalah 10% dari jumlah populasi, sesuai dengan jumlah
sampel yang dianggap layak untuk mewakili sebuah populasi. Populasinya adalah
2392 mahasiswa Satya Wacana fakultas Ekonomika dan Bisnis karena untuk
memenuhi syarat 10% maka sampelnya ditentukan 240 orang mahasiswa Satya
Wacana Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Instrumen Penelitian
Instrumen skala sikap terhadap produk Korea merupakan modifikasi dari
Li, (2006) terdiri dari komponen sikap yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif
menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban. Sikap terhadap Korea
merupakan persepsi partisipan terhadap ketiga aspek sikap yang ada. Misalnya :
Saya percaya bahwa produk kosmetik Korea lebih baik daripada produk Indonesia
(aspek kognitif). Saya tidak akan beralih pada merk lain ketika membeli baju
model Korea (aspek konatif). Saya merasa sangat senang
dengan
produk
otomotif Korea (aspek afektif) .
Instrumen terpaan media korea di televisi diukur dengan: delapan
pertanyaan tentang media exposure sesuai dengan yang dikembangkan oleh Ling
dan Zhang (2013), misalnya: Seberapa sering menonton televisi drama ini setiap
episodenya secara rutin dari senin hingga jumat (aspek terpaan umum). Saya
11
jarang melihat drama Korea di televisi pada akhir minggu (aspek intensitas
menonton).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Daya Beda Item
Hasil uji validitas alat ukur dapat dilihat pada Lampiran.
a.
Skala Sikap terhadap produk Korea
Pada skala Sikap terhadap produk Korea diperoleh 24 item valid
dan tidak ada item gugur dengan menggunakan bantuan SPSS 13.0
diperoleh rentang r hitung antara 0.329 sampai dengan 0.698.
b.
Skala Terpaan Drama Korea
Pada skala Terpaan Drama Korea diperoleh 32 item valid dan item
gugur sebanyak 12 item dari 44 item dan dengan menggunakan
bantuan SPSS 13.0 diperoleh rentang r hitung antara 0.176 sampai
dengan 0.601.
Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach alpha
Sikap terhadap produk Korea
0.912
Terpaan Drama Korea
0.879
12
a.
Skala Sikap terhadap produk Korea
Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk
Sikap terhadap produk Korea memiliki nilai cronbach alpha
sebesar 0,912 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan reliabel atau
diterima.
b.
Skala Terpaan Drama Korea
Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa skala untuk
Terpaan Drama Korea memiliki nilai cronbach alpha sebesar
0,879 yang berada diatas 0,6 maka dikatakan diterima atau reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas yaitu uji sebaran variabel
penelitian untuk mengetahui apakah dalam suatu sampel berdistribusi normal atau
tidak.
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
As ymp. Sig. (2-tailed)
a. Test dis tribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sikap_thd_
produk_korea
240
69,7583
11,31371
,087
,087
-,070
1,347
,053
Terpaan_
drama_korea
240
183,1792
21,21373
,122
,075
-,122
1,489
,052
13
Nilai untuk hasil K-S Z sebesar 1,347 dengan probabilitas signifikansi
0,053 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel sikap
terhadap produk korea terdistribusi secara normal. Sedangkan uji normalitas
terpaan drama korea memiliki nilai K-S Z sebesar 1,489 dengan probabilitas
signifikansi 0,052 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel
ini terdistribusi secara normal. Distribusi normal artinya data penelitian ini
memiliki kurva normal dari semua jumlah data yang valid.
Untuk uji linearitas diperoleh nilai F linear sebesar 25,570 dengan
probabilitas (sig) sebesar 0,000 < 0,05 artinya hubungan antara sikap terhadap
produk korea dan terpaan drama korea adalah linear.
Tabel 3.
Hasil Uji Linearitas
ANOVAb
Model
1
Regres sion
Residual
Total
Sum of
Squares
2967,850
27624, 134
30591, 983
df
1
238
239
Mean Square
2967,850
116,068
F
25,570
Sig.
,000a
a. Predict ors: (Constant), Terpaan_drama_korea
b. Dependent Variable: Sikap_thd_produk_korea
Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan analisis data
menggunakan program SPSS. Pengujiannya menggunakan teknik korelasi
Product Moment. Uji ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan
antara terpaan drama korea dengan sikap terhadap produk korea.
14
Tabel 4.
Data Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Sikap_thd_produk_korea
Terpaan_drama_korea
Valid N (listwise)
240
240
240
Minimum
46,00
85,00
Maximum
96,00
219,00
Mean
69,7583
183,1792
Std. Deviation
11,31371
21,21373
Tabel 4. menjelaskan statistik deskriptif terhadap skor partisipan.
Peneliti kemudian membagi skor tiap skala menjadi 5 kategori dimulai “sangat
rendah” sampai dengan “sangat tinggi” menggunakan rumus kategorisasi
jenjang (Azwar, 2012). Tabel 5. Menunjukkan jumlah partisipan di tiap
kategori untuk masing-masing variabel: (Sugiyono, 2010:81)
Tabel 5. Kategorisasi
No Kategori
Sikap terhadap produk
Terpaan drama korea
korea
F
Mean
%
F
Mean
%
12.92%
1
Sangat tinggi
15
91.5
6.25%
31
98.5
2
Tinggi
61
81.5
25.42%
97
125.5 40.42%
3
Sedang
75
71.5
31.25%
61
151.5 25.42%
4
Rendah
48
61.5
20%
32
179.5 13.33%
5
Sangat rendah
42
51.5
17.5%
19
206.5 7.92%
Dilihat dari nilai deskriptifnya untuk sikap terhadap produk Korea
memperoleh kecenderungan berada di sedang dan tinggi dan untuk terpaan
15
drama korea juga berada di kecenderungan sedang dan tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya sikap positif responden terhadap produk korea
dan terpaan drama korea. Untuk nilai mean masing-masing variabel dalam
kategori sangat tinggi hingga sangat rendah dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 6.
Hasil Uji Hipotesis
Correlations
Sikap_thd_produk_korea
Terpaan_drama_korea
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Sikap_thd_
produk_korea
1
Terpaan_
drama_korea
,311**
,000
240
240
,311**
1
,000
240
240
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai korelasi antara terpaan
drama korea dengan sikap terhadap produk korea menunjukkan bahwa nilai r
korelasi sebesar 0,311 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 atau p