T1 802011048 Full text
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN
KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA
KERJA WANITA
OLEH
IVANA DAMAYANTI
802011048
TUGAS AKHIR
Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN
KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA
KERJA WANITA
Ivana Damayanti
Chr. Hari. Soetjiningsih.
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan
keharmonisan keluarga pada para calon tenaga kerja wanita. Salah satu yang membuat
ketidakharmonisan dalam keluarga adalah masalah penyesuaian diri, penyesuaian diri
yang baik akan membuat keluarga harmonis dan penyesuaian diri yang buruk bisa
menimbulkan konflik yang berujung perceraian. Subjek penelitian adalah 60 orang
tenaga kerja wanita.Penelitian ini menggunakan Skala Keharmonisan Keluargadan
Skala Penyesuaian Diri dengan 12 item valid pada Skala Keharmonisan Keluarga dan
25 item valid pada Skala Penyesuaian Diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan positif signifikan antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian
diri yang ditunjukkan dengan skor korelasi rxy = 0,513 dengan p= 0,000 (p0.05). Maka distribusi data keharmonisan keluarga berdistribusi normal.
Demikian juga untuk variabel penyesuaian diri yang memiliki nilai Kolmogorov–
Smirnov sebesar 1,679 dengan p atau signifikansi sebesar 0,007 (p0,05) yang menunjukkan hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan penyesuaian diri adalah linier.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment hasilnya sebagai
berikut :
Tabel 1.3:. Hasil Uji Korelasi antara Keharmonisan Keluarga dengan Penyesuaian Diri
20
Correlations
KK
KK
PD
Pearson Correlation
1
Sig. (1-tailed)
N
PD
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
.513**
.000
60
60
**
1
.513
.000
60
60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi r xy = 0,513, p = 0,000,
(p ˂ 0,05). Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan
positif signifikan antara keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri pada para
calon tenaga kerja wanita“ diterima, yang berarti semakin tinggi penyesuaian diri yang
dilakukan, semakin tinggi tingkat keharmonisan keluarganya. Sumbangan efektifnya
26,31%, yang berarti 73,69% yang membuat keharmonisan keluarga lainnya dapat
disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi fisik dan kondisi psikologis, serta kondisi
lingkungan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Product Moment oleh Karl
Pearson antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri menunjukan
korelasi
r = 0,513 dengan signifikan sebesar 0,000 ( p < 0,05 ) dari perhitungan uji
korelasi antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri, didapatkan
hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara kedua
variabel tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil skripsi Sutiah (2007) yang menunjukkan
bahwa kemampuan menyesuaikan diri pasangan suami istri mempunyai pengaruh yang
21
positif dan signifikan, semakin tinggi kemampuan menyesuaikan diri pasutri maka
semakin mudah mencapai keluarga sakinah (keluarga bahagia atau harmonis) begitu
juga semakin rendah kemampuan menyesuaikan diri pasutri semakin sulit mewujudkan
keluarga sakinah. Hal tersebut juga didukung oleh hasil skripsi Nur Erlinasari (2012),
bahwa penyesuaian diri yang baik mampu membentuk keharmonisan keluarga.
Gunarsa dan Gunarsa (2003), menyatakan sebuah keluarga disebut harmonis
apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya
ketegangan, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya
(eksistensi atau aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial
seluruh anggota keluarga. Keharmonisan keluarga berkaitan dengan suasana hubungan
perkawinan yang bahagia dan serasi. Permasalahan dalam rumah tangga yang sering
timbul bersumber pada masalah kesulitan mencapai kesesuaian (Gunarsa, 2003).
Keadaan-keadaan maupun pribadi-pribadi terus-menerus mengalami pengolahan yang
mengakibatkan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini menuntut penyesuaian
terus-menerus dari pribadi-pribadi. Apabila pribadi-pribadi tidak dapat mengikuti
perubahan di luar dirinya maka akan terjadi jarak perbedaan yang menimbulka
persoalan-persoalan. Jadi, akhirnya banyak permasalahan dapat dikembalikan ke
permasalahan pokok yakni masalah penyesuaian diri.
Adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga, membuat
calon TKW melakukan penyesuaian diri untuk senantiasa membuat keluarganya
harmonis. Masalah-masalah atau konflik pernikahan yang tidak selesai biasanya
berakhir
dengan
perceraian
dan
perceraian
merupakan
gambaran
dari
ketidakharmonisan dalam keluarga.Begitu juga dengan berita yang di muat di harian
Joglosemar (dalam Ajeng, 2010) menyebutkan angka perceraian yang di tangani
22
Pengadilan Agama (PA) kota Sragen sepanjang tahun 2009 meningkat tajam
dibandingkan tahun 2008. Selama tahun 2009, angka perceraian mencapai 1785 kasus.
Sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 1610 kasus. Penyebab utama yang dapat
mengakibatkan terjadinya kasus perceraian adalah tidak adanya keharmonisan dalam
rumah tangga karena kurangnya penyesuaian diri yang tercatat sebesar 66% atau sekitar
907 perkara, penyebab kedua karena tidak adanya tanggung jawab dari suami yang
tercatat sebesar 30% perkara, dan penyebab ketiga adalah adanya gangguan pihak ketiga
dan faktor ekonomi yang tercatat sebesar 4% perkara.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga memiliki
rata-rata 39,92 dengan standar deviasi 4,114 diketahui ada 26 tenaga kerja wanita
(43,33%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori tinggi dan 34 tenaga kerja
wanita (56,67%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori sangat tinggi.
Berdasarkan analisis diatas, tenaga kerja wanita dalam penelitian
merasa keadaan
keluarganya baik-baik saja atau harmonis antara lain adanya komunikasi yang baik,
saling menghormati antar anggota keluarga, berkurangnya konflik, dan memiliki waktu
yang bersama keluarga. Sehingga dilihat berdasarkan analisis data, para tenaga kerja
wanita memiliki hubungan yang dekat dengan anggota keluarganya. Sedangkan hasil
analisis deskriptif menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki rata-rata 74,72
dengan standar deviasi 7,647 diketahui ada 51 tenaga kerja wanita (85%) penyesuaian
diri ada pada kategori tinggi dan 9 tenaga kerja wanita (15%) penyesuaian diri ada pada
kategori sangat tinggi. Berdasarkan analisis diatas, tenaga kerja wanita dapat
menyesuaiakan diri dengan baik. Selain itu sumbangan efektif keharmonisan keluarga
dengan penyesuaian diri sebesar 26,31%, artinya 73,69% keharmonisan keluarga dapat
23
dibentuk oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan
kondisi lingkungan lain yang mendukung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel dukungan keharmonisan
keluarga dengan variabel penyesuaian diri pada tenaga kerja wanita, yang berarti
semakin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita maka
semakin tinggi keharmonisan keluarganya.
2. Penyesuaian diri memberikan kontribusi terhadap keharmonisan keluarga sebesar
26,31% sedangkan 73,69% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Sebagian tenaga kerja wanita dalam penelitian ini memiliki tingkat keharmonisan
keluarga yang tergolong sangat tinggi, dan tenaga kerja wanita memiliki tingkat
penyesuaian diri yang tergolong tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Saran bagi tenaga kerja wanita
Bagi tenaga kerja wanita sebaiknya selalu menjaga dan meningkatkan
keharmonisan keluarga dengan cara melakukan penyesuaian diri dengan baik
24
mengingat pentingnya peran penyesuaian diri terhadap keharmonisan keluarga.
Penyesuaian diri yang baik dapat dilakukan dengan meniadakan emosi yang
berlebihan, meniadakan perasaan frustasi, berfikir secara rasional dan mampu
mengarahkan diri, mampu belajar dari pengalaman masalalu, serta realistik dan
objektif.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti penyesuaian diri
dengan keharmonisan keluarga. Dengan demikian masih ada faktor-faktor
lain yang turut memberi pengaruh pada keharmonisan keluarga yang
belum dijelaskan dan diteliti. Sehingga disarankan untuk dapat mengkaji
lebih dalam lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi keharmonisan
keluarga agar dapat meningkatkan kualitas penelitian sebelumnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya juga bisa memberikan variasi subjek tidak hanya
pada tenaga kerja wanita sehingga bila penelitian ini dilakukan pada
subjek yang berbeda akan menambah kualitas penelitian tersebut.
c. Bagi peneliti selanjutnya bisa memperluas area penelitian, jumlah yang
memadai sehingga dapat membedakan calon TKW yang pernah menjadi
TKW dan calon TKW yang belum penah menjadi TKW sebelumnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N., & Handayani, A. (2012). Hubungan antara konsep diri dan keluarga suami.
Jurnal Psikologi Pitutur , Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Chuang, Y.C. (2005). Effect of interaction pattern on family harmony and well being:
test of interpersonal theory, relational-models theory, and confucian ethics.
Asian Journal of Social Psychology 8: 272-291.
Dinistanti, C.A.D.W. (2007). Perbedaan persepsi istri terhadap keharmonisan keluarga
ditinjau dari usia pada waktu menikah. Skripsi (diterbitkan). Fakultas Psikologi
Universitas Khatolik Soegijapranata.
Erlinasari, N. (2012). Penyesuaian diri dan keharmonisan suami istri pada keluarga
pernikahan dini. Skripsi (diterbitkan), Jurusan Bimbingan dan Konseling
fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fahmi, M. (1988). Penyesuaian diri : pengertian dan peranannya dalam kesehatan
mental. Jakarta : Bulan Bintang.
Fauzi, A. (2014). Eskalasi perceraian di lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep (Studi kasus di Pengadilan
Agama Kangean). Skripsi (diterbitkan), Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Gunarsa, S.D. (2003). Psikologi untuk keluarga . Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Harber & Runyon. 1984. Psychology of adjusment. California: The Dorsey Press.
Heerden. TJ.V. (2009). The determinants of family harmony in family bussiness.NorthWest University, Potchefstroom Campus.
Indrawati, E. S & Fauziah, N. (2012).Attachment dan penyesuaian Diri dalam
Perkawinan. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Lam, W. W. T., Fielding, R., Mc Dowell, I., Johnston, J., Chan, s., Leung, G. M., &
Lam, T. G. (2012). Perspective on family health, happiness and harmony
among Hongkong Chinese people. Journal Health Education Research, 27
(5), 767-779.
Puspitawati, H., & Setioningsih, S. (2011). Fungsi pengasuhan dan dnteraksi Dalam
keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga Tenaga
Kerja Wanita (TKW). Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konsumen , Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Saptanto, H. N. (2010). Hubungan antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga
dengan kesepian pada remaja (skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana.
Schneiders, A.A. (1999). Personal adjustment and mental health. New York: Holt,
Reinhart and Winston Inc.
26
Suardiman. (1990). Konseling perkawinan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Suprapti, V. (1999). Meninjau ulang nilai diri, majalah penabur. Surabaya.Yayasan
Warta Vital.
Sutiah. (2007). Pengaruh kemampuan menyesuaikan diri pada pasutri terhadap
pencapaian keluarga sakinah di desa Bulumanis Kidul Kecamatan
Margoyoso Kabupaten Pati (skripsi). Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.
Tadjuddin, A. K. (2010). Hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada
masa pernikahan awal (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Trimingga, D. A. Y. (2008). Penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja
yang hamil sebelum menikah. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA
KERJA WANITA
OLEH
IVANA DAMAYANTI
802011048
TUGAS AKHIR
Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN
KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA
KERJA WANITA
Ivana Damayanti
Chr. Hari. Soetjiningsih.
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan
keharmonisan keluarga pada para calon tenaga kerja wanita. Salah satu yang membuat
ketidakharmonisan dalam keluarga adalah masalah penyesuaian diri, penyesuaian diri
yang baik akan membuat keluarga harmonis dan penyesuaian diri yang buruk bisa
menimbulkan konflik yang berujung perceraian. Subjek penelitian adalah 60 orang
tenaga kerja wanita.Penelitian ini menggunakan Skala Keharmonisan Keluargadan
Skala Penyesuaian Diri dengan 12 item valid pada Skala Keharmonisan Keluarga dan
25 item valid pada Skala Penyesuaian Diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan positif signifikan antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian
diri yang ditunjukkan dengan skor korelasi rxy = 0,513 dengan p= 0,000 (p0.05). Maka distribusi data keharmonisan keluarga berdistribusi normal.
Demikian juga untuk variabel penyesuaian diri yang memiliki nilai Kolmogorov–
Smirnov sebesar 1,679 dengan p atau signifikansi sebesar 0,007 (p0,05) yang menunjukkan hubungan antara keharmonisan
keluarga dengan penyesuaian diri adalah linier.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment hasilnya sebagai
berikut :
Tabel 1.3:. Hasil Uji Korelasi antara Keharmonisan Keluarga dengan Penyesuaian Diri
20
Correlations
KK
KK
PD
Pearson Correlation
1
Sig. (1-tailed)
N
PD
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
.513**
.000
60
60
**
1
.513
.000
60
60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi r xy = 0,513, p = 0,000,
(p ˂ 0,05). Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan
positif signifikan antara keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri pada para
calon tenaga kerja wanita“ diterima, yang berarti semakin tinggi penyesuaian diri yang
dilakukan, semakin tinggi tingkat keharmonisan keluarganya. Sumbangan efektifnya
26,31%, yang berarti 73,69% yang membuat keharmonisan keluarga lainnya dapat
disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi fisik dan kondisi psikologis, serta kondisi
lingkungan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Product Moment oleh Karl
Pearson antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri menunjukan
korelasi
r = 0,513 dengan signifikan sebesar 0,000 ( p < 0,05 ) dari perhitungan uji
korelasi antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri, didapatkan
hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara kedua
variabel tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil skripsi Sutiah (2007) yang menunjukkan
bahwa kemampuan menyesuaikan diri pasangan suami istri mempunyai pengaruh yang
21
positif dan signifikan, semakin tinggi kemampuan menyesuaikan diri pasutri maka
semakin mudah mencapai keluarga sakinah (keluarga bahagia atau harmonis) begitu
juga semakin rendah kemampuan menyesuaikan diri pasutri semakin sulit mewujudkan
keluarga sakinah. Hal tersebut juga didukung oleh hasil skripsi Nur Erlinasari (2012),
bahwa penyesuaian diri yang baik mampu membentuk keharmonisan keluarga.
Gunarsa dan Gunarsa (2003), menyatakan sebuah keluarga disebut harmonis
apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya
ketegangan, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya
(eksistensi atau aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial
seluruh anggota keluarga. Keharmonisan keluarga berkaitan dengan suasana hubungan
perkawinan yang bahagia dan serasi. Permasalahan dalam rumah tangga yang sering
timbul bersumber pada masalah kesulitan mencapai kesesuaian (Gunarsa, 2003).
Keadaan-keadaan maupun pribadi-pribadi terus-menerus mengalami pengolahan yang
mengakibatkan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini menuntut penyesuaian
terus-menerus dari pribadi-pribadi. Apabila pribadi-pribadi tidak dapat mengikuti
perubahan di luar dirinya maka akan terjadi jarak perbedaan yang menimbulka
persoalan-persoalan. Jadi, akhirnya banyak permasalahan dapat dikembalikan ke
permasalahan pokok yakni masalah penyesuaian diri.
Adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga, membuat
calon TKW melakukan penyesuaian diri untuk senantiasa membuat keluarganya
harmonis. Masalah-masalah atau konflik pernikahan yang tidak selesai biasanya
berakhir
dengan
perceraian
dan
perceraian
merupakan
gambaran
dari
ketidakharmonisan dalam keluarga.Begitu juga dengan berita yang di muat di harian
Joglosemar (dalam Ajeng, 2010) menyebutkan angka perceraian yang di tangani
22
Pengadilan Agama (PA) kota Sragen sepanjang tahun 2009 meningkat tajam
dibandingkan tahun 2008. Selama tahun 2009, angka perceraian mencapai 1785 kasus.
Sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 1610 kasus. Penyebab utama yang dapat
mengakibatkan terjadinya kasus perceraian adalah tidak adanya keharmonisan dalam
rumah tangga karena kurangnya penyesuaian diri yang tercatat sebesar 66% atau sekitar
907 perkara, penyebab kedua karena tidak adanya tanggung jawab dari suami yang
tercatat sebesar 30% perkara, dan penyebab ketiga adalah adanya gangguan pihak ketiga
dan faktor ekonomi yang tercatat sebesar 4% perkara.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga memiliki
rata-rata 39,92 dengan standar deviasi 4,114 diketahui ada 26 tenaga kerja wanita
(43,33%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori tinggi dan 34 tenaga kerja
wanita (56,67%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori sangat tinggi.
Berdasarkan analisis diatas, tenaga kerja wanita dalam penelitian
merasa keadaan
keluarganya baik-baik saja atau harmonis antara lain adanya komunikasi yang baik,
saling menghormati antar anggota keluarga, berkurangnya konflik, dan memiliki waktu
yang bersama keluarga. Sehingga dilihat berdasarkan analisis data, para tenaga kerja
wanita memiliki hubungan yang dekat dengan anggota keluarganya. Sedangkan hasil
analisis deskriptif menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki rata-rata 74,72
dengan standar deviasi 7,647 diketahui ada 51 tenaga kerja wanita (85%) penyesuaian
diri ada pada kategori tinggi dan 9 tenaga kerja wanita (15%) penyesuaian diri ada pada
kategori sangat tinggi. Berdasarkan analisis diatas, tenaga kerja wanita dapat
menyesuaiakan diri dengan baik. Selain itu sumbangan efektif keharmonisan keluarga
dengan penyesuaian diri sebesar 26,31%, artinya 73,69% keharmonisan keluarga dapat
23
dibentuk oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan
kondisi lingkungan lain yang mendukung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel dukungan keharmonisan
keluarga dengan variabel penyesuaian diri pada tenaga kerja wanita, yang berarti
semakin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita maka
semakin tinggi keharmonisan keluarganya.
2. Penyesuaian diri memberikan kontribusi terhadap keharmonisan keluarga sebesar
26,31% sedangkan 73,69% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Sebagian tenaga kerja wanita dalam penelitian ini memiliki tingkat keharmonisan
keluarga yang tergolong sangat tinggi, dan tenaga kerja wanita memiliki tingkat
penyesuaian diri yang tergolong tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Saran bagi tenaga kerja wanita
Bagi tenaga kerja wanita sebaiknya selalu menjaga dan meningkatkan
keharmonisan keluarga dengan cara melakukan penyesuaian diri dengan baik
24
mengingat pentingnya peran penyesuaian diri terhadap keharmonisan keluarga.
Penyesuaian diri yang baik dapat dilakukan dengan meniadakan emosi yang
berlebihan, meniadakan perasaan frustasi, berfikir secara rasional dan mampu
mengarahkan diri, mampu belajar dari pengalaman masalalu, serta realistik dan
objektif.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti penyesuaian diri
dengan keharmonisan keluarga. Dengan demikian masih ada faktor-faktor
lain yang turut memberi pengaruh pada keharmonisan keluarga yang
belum dijelaskan dan diteliti. Sehingga disarankan untuk dapat mengkaji
lebih dalam lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi keharmonisan
keluarga agar dapat meningkatkan kualitas penelitian sebelumnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya juga bisa memberikan variasi subjek tidak hanya
pada tenaga kerja wanita sehingga bila penelitian ini dilakukan pada
subjek yang berbeda akan menambah kualitas penelitian tersebut.
c. Bagi peneliti selanjutnya bisa memperluas area penelitian, jumlah yang
memadai sehingga dapat membedakan calon TKW yang pernah menjadi
TKW dan calon TKW yang belum penah menjadi TKW sebelumnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N., & Handayani, A. (2012). Hubungan antara konsep diri dan keluarga suami.
Jurnal Psikologi Pitutur , Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Chuang, Y.C. (2005). Effect of interaction pattern on family harmony and well being:
test of interpersonal theory, relational-models theory, and confucian ethics.
Asian Journal of Social Psychology 8: 272-291.
Dinistanti, C.A.D.W. (2007). Perbedaan persepsi istri terhadap keharmonisan keluarga
ditinjau dari usia pada waktu menikah. Skripsi (diterbitkan). Fakultas Psikologi
Universitas Khatolik Soegijapranata.
Erlinasari, N. (2012). Penyesuaian diri dan keharmonisan suami istri pada keluarga
pernikahan dini. Skripsi (diterbitkan), Jurusan Bimbingan dan Konseling
fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fahmi, M. (1988). Penyesuaian diri : pengertian dan peranannya dalam kesehatan
mental. Jakarta : Bulan Bintang.
Fauzi, A. (2014). Eskalasi perceraian di lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep (Studi kasus di Pengadilan
Agama Kangean). Skripsi (diterbitkan), Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Gunarsa, S.D. (2003). Psikologi untuk keluarga . Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Harber & Runyon. 1984. Psychology of adjusment. California: The Dorsey Press.
Heerden. TJ.V. (2009). The determinants of family harmony in family bussiness.NorthWest University, Potchefstroom Campus.
Indrawati, E. S & Fauziah, N. (2012).Attachment dan penyesuaian Diri dalam
Perkawinan. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Lam, W. W. T., Fielding, R., Mc Dowell, I., Johnston, J., Chan, s., Leung, G. M., &
Lam, T. G. (2012). Perspective on family health, happiness and harmony
among Hongkong Chinese people. Journal Health Education Research, 27
(5), 767-779.
Puspitawati, H., & Setioningsih, S. (2011). Fungsi pengasuhan dan dnteraksi Dalam
keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga Tenaga
Kerja Wanita (TKW). Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konsumen , Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Saptanto, H. N. (2010). Hubungan antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga
dengan kesepian pada remaja (skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana.
Schneiders, A.A. (1999). Personal adjustment and mental health. New York: Holt,
Reinhart and Winston Inc.
26
Suardiman. (1990). Konseling perkawinan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Suprapti, V. (1999). Meninjau ulang nilai diri, majalah penabur. Surabaya.Yayasan
Warta Vital.
Sutiah. (2007). Pengaruh kemampuan menyesuaikan diri pada pasutri terhadap
pencapaian keluarga sakinah di desa Bulumanis Kidul Kecamatan
Margoyoso Kabupaten Pati (skripsi). Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.
Tadjuddin, A. K. (2010). Hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada
masa pernikahan awal (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Trimingga, D. A. Y. (2008). Penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja
yang hamil sebelum menikah. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.