EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM
PENDIDIKAN SISTEM GANDA
(Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
ELIN HERLINA
NIM. 989758
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
DISETUJUI DAN DISYAHKAN
UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Djam'an Satori, M. A.
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Supandi Kartaamihardja
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana UPI Bandung
Prof. Dr. H. Abin
Makmun, M. A
PERNYATAAN
"Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Efektivitas Pengelolaan
Praktek Kerja Industri dalam rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem
Ganda (Studi Kasus Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1
Bandung)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pemyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihaklain terhadap keaslian karya saya ini".
Bandung, Januari 2002
Yang membuat pemyataan,
ELIN HERLINA
ABSTRAK
Tantangan persaingan ketenagakerjaan pada era globalisasi semakin berat
sehingga pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan tidak mungkin
ditunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah
dilakukan oleh Sekolah MenengahKejuruan (SMK) untuk mempersiapkan tenaga
kerja yang berkualitas dan siap bekerja dalam bidang tertentu.
Usaha untuk mempersiapkan tenagakerja yang berkualitas di SMK seperti
di SMK Negeri 1 Bandung dilakukan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah
dan di industri, yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Fokus utama dari keberhasilan penyiapan calon tenaga kerja terjadi pada kegiatan
praktek kerja yang dilaksanakan melalui kegiatan Praktek Kerja Industri
(Prakerin). Oleh karena itu pihak pengelola dituntut untuk mengelola kegiatan
Prakerin dengan baik. Berdasarkan masalahnya penulis mencoba untuk
mengungkapkan pengelolaan Prakerin melalui penelitian yang berjudul
"Efektivitas Pengelolaan Prakerin dalam rangka Penyelenggaraan Pendidikan
Sistem Ganda (Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung)".
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambaran tentang
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pengelolaan Prakerin di SMK, karena pertanyaan penelitian yang menarik bagi
penulis yaitu "sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan PSG di SMK
Negeri 1 Bandungtelah dikelola secara efektif?".
Data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber,
yaitu: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala
sekolah bidang dunia usaha dan industri, ketua jurusan, guru pembimbing, dan
siswa di lingkungan SMK Negeri 1 Bandung, sedangkan sumber data lainnya
yaitu Ketua Majelis Sekolah, instruktur di institusi pasangan, Bidang Pendidikan
Menengah Kejuruan Bagian Kurikulum Kanwil Departemen Pendidikan Nasional
Propinsi Jawa Barat.
Data dan informasi tentang pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung dihimpun melalui wawancara dengan sampel penelitian yang bersifat
"snowball sampling", observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data dan
informasi tersebut dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandung mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan/penilaian terlihat efektif. Walaupun pada
pengorganisasian dan pelaksanaan masih memerlukan perbaikan-perbaikan
terutama pada aspek: (1) pemahaman instruktur tentang Prakerin yang masih
kurang, dan (2) belum adanya pelatihan bagi guru pembimbing melalui on the job
training (OJT).
Kelemahan-kelemahan dalam substansi pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandung dapat dijadikan bahan masukan sebagai upaya perbaikan
sehingga pengelolaan Prakerin di masa yang akan datang lebih efektif.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I
i
iii
v
viii
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
7
C. Kerangka Pengelolaan Prakerin
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13
E.
13
Sistematika Tesis
BAB U
KAJIAN PUSTAKA
16
A. Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
2. Administrasi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
3.
16
16
18
Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan
19
B. Konsep Pendidikan Kejuruan
20
1. Pengertian Pendidikan Kejuruan
20
2. Dalil-dalil Pendidikan Kejuruan
22
C. Konsep Program Pendidikan Sistem Ganda
1. Latar Belakang Historis Pendidikan Sistem Ganda
2. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda
3. Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda
D. Konsep Efektivitas
24
24
27
32
47
1. Pengertian Efektivitas
2. Efektivitas Sebagai Salah Satu Kriteria untuk Mengevaluasi Suatu
Kebijaksanaan
E. Konsep Pengelolaan Program
47
53
56
1. Pengertian Pengelolaan
56
vni
2. Pengertian Program
57
3. Perencanaan
4. Pengorganisasian
58
64
5. Pelaksanaan
67
6. Pengawasan danPenilaian
68
F. Konsep Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
2. Komponen Kompetensi
76
76
78
G. Hasil-hasil PenelitianTerdahulu yang Relevan
83
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
86
A. Metode Penelitian
86
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
88
C. Teknik Pengumpulan Data
89
D. Tahap-tahap Penelitian
90
E. Analisa Data
92
F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
93
BAB IV
97
HASIL PENELITIAN
A. Perencanaan Prakerin
98
B. Pengorganisasian Prakerin
101
C. Pelaksanaan Prakerin
106
D. Pengawasan dan Penilaian Prakerin
108
BAB V
113
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
113
B. Pengorganisasian
116
C. Pelaksanaan
119
D. Pengawasan dan Penilaian
121
E. Analisa SWOT
128
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
129
A. Kesimpulan
129
B. Implikasi
131
C. Rekomendasi
133
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
135
139
151
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1. Kriteria Evaluasi
55
4.1. Keadaan Siswa, Guru Pembimbing, Instruktur, dan Tempat Prakerin yang
menjadi Objek Penelitian
97
4.2. Nilai Rata-rata Prakerin SMK Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran
2000/2001
112
5.1. Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian Pengelolaan Prakerin di
SMK Negeri 1 Bandung
125
5.2. Rangkuman Pembahasan Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung
126
5.3. Analisa SWOT Pengelolaan PraktekKerja Industri di SMKNegeri 1
Bandung
128
XI
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1. Kerangka Pengelolaan Prakerin
12
2.1. Kedudukan Prakerin dalam Lingkup Administrasi Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan
20
2.2. Pokok-pokok Perubahan Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan
27
2.3. Taksonomi Variabel Pembelajaran(Reigeluth, 1983)
32
2.4. Kontribusi Manajemen Menuju Efektivitas
52
2.5.Siklus Perencanaan
61
2.6. Fungsi Pengawasan dalam Administrasi
70
2.7. Proses Pengawasan
72
2.8. Informasi dan Pengawasan
73
2.9. Central and Surface Competencies
80
XI1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Pedoman Wawancara
139
2. Pedoman Observasi
142
3. Pedoman Penilaian Dokumentasi
143
4.
Surat-surat Penelitian
144
5.
Foto-foto Dokumentasi
148
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan kehidupan pada saat ini membutuhkan sumber daya manusia
yang aktif dengan kualitas yang memadai. Indonesia tidak hanya dikaruniai
dengan sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga jumlah sumber daya
manusia yang banyak. Sumber daya manusia yang melimpah ini diharapkan
menjadi modal pembangunan, bukan sebaliknya.
Upaya untuk menjadikan
sumber daya manusia yang melimpah sebagai modal pembangunan adalah melalui
kegiatan pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan menumt
Djam'an Satori (1999) mempakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara, karena pendidikan dipandang sebagai investasi dalam
pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kemampuan,
kecakapan, dan kualitas pribadi yang diyakini sebagai faktor yang mendukung
kadar upaya manusia dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan
diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin
maju.
Pemerintah telah menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas dalam
kebijakan pembangunan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tilaar
(1999: 111) bahwa " Pendidikan dan pelatihan sebagai proses pengembangan
sumber daya manusia yang akan melaksanakan dan menikmati hasil
pembangunan nasional haruslah sejalan dengan proses untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional". Untuk merealisasikan pembangunan pendidikan tersebut,
Departemen Pendidikan Nasional menetapkan empat strategi pokok yang
meliputi: (1) pemerataan kesempatan pendidikan; (2) relevansi pendidikan; (3)
kualitas pendidikan; dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Stmktur tenaga kerja menumt pendidikan di Indonesia pada akhir tahun
1980-an yang dikemukakan oleh Boediono (Meirawan, 1996: 5) menunjukkan
bahwa yang tidak bersekolah sebesar 53 %, berpendidikan dasar 34 %,
berpendidikan menengah 11 %, dan mereka yang berpendidikan universiter 2 %,
padahal menumt Arikunto (1990) hampir di semua negara sekarang ini hanya
sekitar 4,7 % dari pekerjaan di masyarakat
yang memerlukan tenaga kurang
terdidik, dan hanya 12,6 % dari pekerjaan yang memerlukan lulusan sarjana. Jadi
lebih dari 62 % dari pekerjaan yang ada menuntut tenaga kerjanya lulusan
pendidikan teknologi dan kejuman sebagai persyaratan pokok untuk mencari
kerja. Hal ini berarti usaha untuk mengejar peningkatan pembangunan pada era
industri idealnya komposisi tenaga kerja berlatar belakang pendidikan menengah
yang hams dominan. Menumt peneliti jenis pendidikan dan jenjang pendidikan
yang dijadikan prioritas dalam upaya menyiapkan dan memenuhi permintaan
pembukaan lapangan kerja pada era industri adalah jenis pendidikan kejuruan
pada jenjang menengah. Alasannyabahwa pola proporsi tenaga kerja pada negara
yang sedang melakukan industrialisasi lebih mengutamakan tenaga kerja yang
berpendidikan menengah.
Tujuan pembangunan pendidikan pada awalnya belum dikaitkan dengan
dunia kerja. Pendidikan pada waktu itu lebih ditekankan pada pemeliharaan,
pemberian pelatihan, pengajaran akhlak dan kecerdasan. Keterkaitan pendidikan
dengan dunia kerja untuk mengisi berbagai sektor pembangunan akan jelas
terlihat pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi (M. Fakry Gaffar, 1987: 2).
Permasalahan keterkaitan antara pendidikan dan ketenagakerjaan timbul
kemudian pada saat kemajuan semakin meningkat, sehingga diperlukan tenagatenaga terampil untuk pelaksana pembangunan suatu negara.
Pendidikan kejuruan telah mempakan bagian terpadu dari sistem
pendidikan di berbagai negara. Di Indonesia seperti yang disebutkan dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
11 Ayat (3) menyatakan bahwa: "Pendidikan kejuruan mempakan pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu".
Bahkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat (2)
menegaskan juga bahwa:" Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap
profesional". Suharsimi Arikunto
(1990: 6) mengemukakan pendapat yang
sejalan bahwa " vocational education emphasis on job preparation or
advancement in employment".
Pada kenyataannya penyelenggaraannya kurang berjalan seperti yang
diharapkan. Permasalahan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia
jugamempakan permasalahan umum yang ditemui di negara-negara lainnya. Pada
awal tahun 1988 sebuah perusahaan yang mewakili lembaga VEF (Victorian
Education Foundation) menyatakan bahwa pekerja-pekerja lulusan dari
pendidikan kejuruan memiliki sedikit ide dalam hal kerja dan tidak mengenal
kecendemngan terakhir, serta perkembangan dalam latihan kerja, dan teknologi
mutakhir. Oleh karena itu para lulusannya dinilai kegunaannya sedikit dan kurang
produktif pada pekerjaannya. Kesalahan ini diakibatkan pengajaran akademis
yang kurang baik, yang tidak "menyentuh" terhadap perkembangan terakhir, dan
secara umum gurunya kurang kompeten (Putrianti, 1995: 3). Di Indonesia orang-
orang telah banyak yang menyorot kembali tentang keterkaitan antara pendidikan
dan dunia kerja. Mereka menilai adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan
pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Laporan penelitian Zulkabir (1990)
membuktikan bahwa pihak industri belum cukup puas dengan mutu lulusan
Sekolah Teknologi Menengah (STM), dengan mempertimbangkan faktor sikap
mental sebagai pertimbangan utama, kemudian kemampuan kognisi, dan terakhir
keterampilan motorik dalam bidang keahlian tertentu.
Menumt Danny Meirawan (1996: 14) permasalahan tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu (1)
permasalahan yang
menyangkut kepada orientasi pendidikan kejuruan, dan (2) permasalahan yang
menyangkut teknis operasional pendidikan. Permasalahan yang menyangkut
kepada orientasi pendidikan kejuruan meliputi sasaran perilaku dan materi
pendidikan yang akan diberikan. Sasaran perilaku dalam pendidikan kejuruan
mengenai manusia yang bagaimana yang diharapkan, sedangkan materi
pendidikan (bahan kajian pelajaran) berkaitan dengan kebijakan pengembangan
teknologi. Permasalahan kedua yang menyangkut teknis operasional meliputi
beberapa permasalahan yang lebih khusus, seperti: manajemen, kekurangan
tenaga edukatif (jumlah dan kualitas), kesulitan dalam penyusunan bahan yang
akan diberikan, penyediaan fasilitas atau lingkungan belajar, dan permasalahan
metodologi.
Pemecahannya menumt Semiawan (Putrianti, 1995: 3) memerlukan
berbagai upaya untuk mempersempit atau kalau mungkin menghilangkan
kesenjangan ini. Salah satu cara pemecahan yang ada di pendidikan menengah
kejuruan adalah adanya program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau yang
dikenal dengan istilah
"dual system". Program PSG bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan maksud
pelatihan dalam dual system yakni "... that they aim to combine training received
in a company with education at a vocational school" (The Federal Minister for
Education and Science, 1992: 6). Program ini secara tidak langsung dapat
mengatasi permasalahan di dalam kurikulum maupun fasilitas belajar.
Djojonegoro (1993: 47) merekomendasikan bahwa:
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebaiknya dilakukan bersama-sama
antara sekolah dengan dunia usaha. Di sekolah siswa mempelajari pengetahuan
umum dan keterampilan kejuruan dasar dan di dunia usaha siswa mempelajari
keterampilan khusus. Dengan model ini, maka kualitas, efisiensi, dan relevansi
dapat ditingkatkan. Yang perlu ditegaskan adalah aturan main yang jelas
tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing pihak terutama
menyangkut kurikulum, pengajar, fasilitas, manajemen, organisasi,
pembiayaan, dan insentif.
Oleh karena itu sudah selayaknya PSG dilaksanakan di sekolah agar
pengembangan sumber daya untuk belajar dapat sesuai dengan sumber daya
yang ada di industri, sehinggaPSG dapat mengurangi kecendemngan bahwa isi
program pendidikan terlalu berorientasi pada penguasaan prestasi akademik
serta memberikan peluang yang memadai kepada lulusan yang tidak dapat
melanjutkan pendidikanuntuk teriun ke masyarakat dan dunia kerja.
Menumt Tjiptarso (1993) penerapan PSG pada SMK menemui beberapa
hambatan mengingat sistem ini melibatkan banyak pihak yang saling mempunyai
kepentingan (Wena, 1996: 91). Proses belajar siswa di industri tanggung jawab
pengelolaan sepenuhnya pada pihak industri (instruktur), sedangkan pengelolaan
pengajaran di sekolah sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Sebagai satu kesatuan
pendidikan, pengelolaan praktek di industri dan pengelolaan pengajaran di
sekolah hams saling link and match, oleh karena itu antara pihak industri dan
pihak sekolah hams terlibat pada saat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pengajaran (Wena, 1996). Selama ini di Indonesia antara pihak sekolah dengan
dunia industri masih belum dikenal tradisi kerjasama. Tidak adanya kerjasama
antara sekolah dengan dunia industri mempakan salah satu hambatan bagi
penyelenggaraan PSG.
Menumt Chiepe (1997) ada beberapa alasan utama yang mendasari
rekayasa ulang {restructuring dan reengineering) di bidang pendidikan dan
pelatihan (Sudarwan Danim, 1999: 53).
1. Mengembangkan pelatihan agar lebih responsif terhadap pembahan
tuntutan ekonomi.
2. Meningkatkan dan memelihara kualitas pendidikan pada pelbagai
tingkatan.
3. Mempertinggi status dan performansi profesi pengajaran.
4. Menjamin efektivitas manajemen melalui sistem dan memaksimalkan
partisipasi masyarakat dan orang tua.
5. Meningkatkan efektivitas pembiayaan dan memikul tanggung jawab
secara bersama dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu pengelolaan PSG perlu diperbaiki. Salah satu bagian dari
program PSG adalah program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Penelitian ini
mempersoalkan efektivitas pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan
program Pendidikan Sistem Ganda, yang pada pelaksanaannya memerlukan
pengelolaan yang optimal, sehingga tujuan yang diharapkan dari program PSG
dapat tercapai. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemyataan bahwa "kegagalan
mutu dalam suatu organisasi disebabkan karena kelemahan manajemen " (M.
Fakry Gaffar, 1994: 3).
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Dalam konteks penyelenggaraan program Prakerin di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), mutu lulusan SMK sangat tergantung pada kemampuan
pengelola di sekolah untuk membawa siswa menjadi tenaga kerja tingkat
menengah seperti yang diharapkan. Upaya mengefektifkan pelaksanaan program
Prakerin di SMK tidaklah mudah. Indikasi kelemahan pengelolaan program
Prakerin menunjukkan gejala antara lain: (1) pemahaman pihak-pihak yang
terlibat terhadap program Prakerin masih kurang; (2) prosedur dan mekanisme
pengelolaan program Prakerin belum sinkron dengan yang ditetapkan; (3)
penetapan standar kompetensi yang diharapkan sesuai denganbidangkeahliannya
belum ada; (4) proses penentuantempat praktek belum memperhatikan kesesuaian
dengan jumsan, (5) proses pengawasan oleh gum pembimbing belum optimal; (6)
kecendemngan penilaian yangkurangmemperhatikan kemampuan siswa.
't
S
»
Kelemahan-kelemahan di atas menimbulkan berbagai pertanyaan s%)e$^^'^V"P^ '*
bagaimana keahlian pengelolanya, bagaimana tanggung jawab pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya, atau bagaimana sistem, prosedur dan mekanismenya.
Menumt peneliti permasalahan ini menarik untuk diteliti.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi persoalan pokok dalam
penelitian ini adalah sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan
program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 1 Bandung telah dikelola
dengan efektif?.
Masalah ini diperinci lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan program Prakerin di SMK yang dilakukan
selama ini?. Secara operasional masalah ini diperinci menjadi:
a. Bagaimana visi, misi dan tujuan penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri
1 Bandung ?
b. Bagaimana perumusan perencanaan Prakerin?
c. Siapa yang menyusun program kerja Prakerin tersebut?
d. Apa yang menjadi dasar penetapan gum pembimbing siswa yang akan
mengikuti Prakerin?
e. Bagaimana kriteria instansi/perusahaan yang ditetapkan sebagai tempat
siswa untuk melaksanakan program Prakerin?
2. Bagaimana pengorganisasian program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung ?
Masalah ini akan diperinci dalam pertanyaan berikut:
a. Bagaimana
struktur
pengorganisasian
program
Prakerin
yang
dikembangkan SMK Negeri 1 Bandung?
b. Apakah terlihat jelas batas-batas fungsi dan tanggung jawab setiap unsur
pelaksana program Prakerin tersebut?
c. Bagaimana kualitas koordinasi yang ditampilkan diantara pihak-pihak
yang terlibat dalam program Prakerin?
3. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin SMK Negeri 1 Bandung? Masalah
ini diperinci dalam pertanyaan berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin?
b. Bagaimana kegiatan program Prakerin yang dilakukan oleh siswa SMK
Negeri 1 Bandung?
c. Bagaimana peran serta yang dilakukan oleh guru pembimbing dan
instruktur dalam kegiatan Prakerin?
d. Apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Prakerin?
4. Bagaimana pengawasan dan penilaian program Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung? Masalahnya dapat diperinci sebagai berikut:
a. Siapayang melakukan pengawasan terhadap program PSG di SMK Negeri
1? Bagaimana cara yang dilakukan oleh pengawas dalam menjalankan
fungsinya?
b. Bagaimana cara yangdilakukanoleh penilaiterhadapkinerja siswa?
c. Apakah informasi pengawasan dan penilaian dijadikan bahan pembinaan
dan pengembangan program PSG di masa yang akan datang?
10
C. Kerangka Pengelolaan Prakerin
Kerangka pengelolaan Prakerin dalam penelitian
keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan inisebagai sistem, yang terdiri dari unsur
masukan, proses, dan hasil. Fungsi-fungsi pengelolaan Prakerin meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan.
dan pengawasan.
Kegiatan
perencanaan meliputi kegiatan penyusunan standar kompetensi Prakerin,
penyusunan perencanaan Prakerin, dan penyiapan sistem monitoring dan evaluasi.
Kegiatan pengorganisasian meliputi kegiatan penyusunan struktur organisasi,
personal, uraian tugas, mekanisme kerja, dan sistem koordinasi. Selanjutnya
kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan koordinasi antara sekolah, Majelis
Sekolah, dan Institusi Pasangan, serta optimalisasi program, sedangkan
pengawasan dan penilaian meliputi kegiatan pelaksanaan pengawasan dan
penilaian Prakerin.
Kondisi pengelolaan Prakerin yang sebenarnya dapat diketahui melalui
pengumpulan data di lapangan. Data yang dikumpulkan berhubungan dengan
kegiatan pengelolaan Prakerin yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Bandung mulai
dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan
pengawasan sehingga penelitian ini dapat mengetahui "sejauh mana program
PraktekKerjaIndustri dalam rangkapenyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
di SMK Negeri 1 Bandung telahdikelolasecara efektif? ".
Selanjutnya peneliti melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Analisa ini akan melihat faktor internal bempa kekuatan
dan kelemahan dalam pengelolaan Prakerin dan faktor ekstemal bempa peluang
11
dan ancaman yang akan dihadapi oleh pengelola Prakerin. Kemudian hasil analisa
tersebut dapat memberikan umpan balik (feed back) kepada masukan dan proses
agar para pengelola melakukan penyempumaan yang intensif terhadap
permasalahan yang ada. Hasil analisa juga dapat memberikan gambaran tentang
bagaimana pengelolaan Prakerin yang efektif. Pengelolaan Prakerin yang efektif
dapat terlihat dari tercapainya tujuan bempa penguasaan standar kompetensi yang
sesuai dengan jurusan/bidang keahliannya sehingga pada akhirnya dengan
Prakerin yang efektif akan menghasilkan lulusan SMK yang mempunyai
kompetensi/keahlian yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Gambar pada halaman berikut menyajikan kerangka pengelolaan Prakerin
seperti yang telah dijelaskan di atas.
12
Pengelolaan Prakerin
•
v
Perencanaan
•
Penyusunan
visi,
misi,
dan standar kompetensi
Prakerin
•
Penyusunan
rencana
Prakerin
Pengorganisasian
• Penyusunan
struktur
organisasi,
personal,
uraian tugas, mekanisme
kerja,
dan
sistem
koordinasi.
•
Penyiapan
sistem
monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan
•
Koordinasi
antara
sekolah, Majelis Sekolah,
dan Institusi Pasangan
• Optimalisasi program
Pengawasan dan penilaian
• Pelaksanaan pengawasan
•
Penilaian Prakerin
i r
Umpan Balik
Analisa SWOT
i r
Prakerin yang efektif
Tercapainya tujuan
(penguasaan standar
kompetensi yang sesuai
dengan j urusan/bidang
keahliannya)
Gambar 1.1
Kerangka Pengelolaan Prakerin
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk mendapatkan gambaran dan
memecahkan persoalan-persoalan di sekitar pengelolaan Praktek Kerja Industri
pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung.
Secara khusus penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui,
menghimpun dan menganalisa data tentang Praktek Kerja Industri di SMK Negeri
1 Bandung dengan perincian berikut ini.
1. Perencanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung yang dilakukan selama ini.
2. Pengorganisasian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
3. Pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
4. Pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelolaan
Prakerin yang efektif di SMK pada umumnya dan di SMK Negeri 1 Bandung
pada khususnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang keadaan sebenarnya sehingga hal ini akan memberi bahan
masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan Prakerin. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi yang berminat
untuk mengadakan pengkajian lebih lanjut tentang pengelolaan Prakerin dalam
rangka penyelenggaraan program PSG dengan kurikulum SMK edisi 1999.
£. Sistematika Tesis
14
Tesis yangberjudul "Efektivitas Pengelolaan Praktek Kerja Industri dalam
rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda" ini terdiri dari enam
bab.
Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah,
pemmusan dan pembatasan masalah, kerangka pengelolaan Prakerin, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika tesis.
Selanjutnya Bab II Kajian Pustaka membahas teori-teori yang mendukung
tentang: (1) kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan dengan uraiannya
mengenai pengertian administrasi pendidikan, administrasi pendidikan sekolah
menengah kejuruan dan kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan
sekolah menengah kejuruan; (2) konsep pendidikan kejuruan dengan uraiannya
mengenai pengertian pendidikan kejuruan, dan dalil-dalil pendidikan kejuruan; (3)
konsep program Pendidikan Sistem Ganda dengan uraiannya mengenai latar
belakang historis Pendidikan Sistem Ganda, pengertianPendidikan Sistem Ganda,
dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam Pendidikan Sistem Ganda; (4)
konsep efektivitas dengan uraiannya mengenai pengertian efektivitas dan
efektivitas sebagai salah satu kriteria luntuk mengevaluasi suatu kebijaksanaan;
(5) konsep pengelolaan pelatihan dengan uraiannya mengenai perencanaan
pelatihan, pengorganisasian pelatihan, pelaksanaan pelatihan, pengawasan dan
penilaian pelatihan; (6) Konsep kompetensi dengan uraiannya mengenai
pengertian kompetensi dan komponen kompetensi; dan (7) Hasil-hasil penelitian
terdahulu yang relevan.
Berikutnya Bab III Prosedur Penelitian menggambarkan secara
tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
tahap-tahap penelitian, analisa data dan kriteria tingkat kepercayaan hasil
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian menguraikan tentang hasil penelitian yang
berhubungan dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
Bab V Pembahasan membahas teori-teori yang ada dengan hasil penelitian
dan menganalisanya dengan menggunakan analisa SWOT.
Bab VI adalah bab terakhiryang berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan
rekomendasi.
Tesis ini menggunakan gambar, dan tabel pada berbagai bagian untuk
memperjelas informasi yang dimaksud. Pada bagian akhir tesis ini juga
mencantumkan daftar pustaka yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
memerlukannya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik
dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berawal
dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan menganalisa data
dan informasi lapangan sesuai dengan keadaan sebenamya terhadap pengelolaan
Prakerin dalam rangka penyelenggaraan program Pendidikan Sistem Ganda di
SMK Negeri 1 Bandung.
Winamo Surakhmad (1982) menjelaskan bahwa pada intinya penelitian
deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan (expose de facto). Hal ini dipertegas oleh L. J. Moleong
(1990: 7) bahwa penelitian dengan menggunakan metode deskriptif lebih
mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian
disepakati oleh kedua belah pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif sering disebut juga dengan metode naturalistik.
Metode penelitian mempunyai karakteristik antara lain: (a) data langsung diambil
dari setting alami; (b) penentuan sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti
sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses dari pada hasil,
sehingga bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif atau
86
87
interpretasi bersifat idiografik; dan (f) mengutamakan makna di balik data
(Nasution, 1996:9).
Menumt Bogdan & Biklen (1882: 27-30) dan Lincoln & Guba (1985: 39-
44) yang dikutip oleh L. J. Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif
(1996: 4-8), penelitian kualitatif memiliki berbagai karakteristik sebagai berikut:
(1) melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan
(entity); (2) manusia sebagai alat (instrumen) penelitian, sehingga hal ini
memungkinkan untuk megadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan dan mampu memahami hubungan kenyataan-kenyataan di
lapangan; (3) menggunakan metoda kualitatif; (4) menggunakan analisis data
secara induktif; (5) menghendaki arah penyusunan teori dari dasar (grounded
theory) ; (6) laporan penelitian bersifat deskriptif; (7) lebih mementingkan segi
proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus yang timbul
sebagai masalah dalam penelitian; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan
data; (10) desain yang bersifat sementara karena desain tersebut disesuaikan
dengan kenyataan di lapangan; (11) hasil penelitian diundangkan dan disepakati
bersama.
Penelitian kualitatif dalam pendidikan sering disebut inkuiri naturalistik
atau naturalistic inquiry { Williams, 1988: 53; Bogdan & Biklen, 1982: 3). Inkuiri
naturalistik berarti proses pengkajian yang dilakukan pada situasi lapangan yang
alami (bukan di laboratorium), menggunakan metode-metode alami (observasi,
wawancara, dan Iain-lain), dan peneliti berinteraksi secara alami dengan subyek
penelitian (Williams, 1988: 53). Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
88
berfungsi sebagai instmmen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian
dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi, dan sebagainya berdasarkan
pandangan subyek yang diteliti tersebut. Pengumpulan data dan informasi
dilakukan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti dengan cara
mendeskripsikan kebijakan dan kegiatan terhadap pengelolaan program Prakerin
di SMK Negeri 1 Bandung.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bandung untuk melihat
pengelolaan dan kinerjanya, dan di instansi/pemsahaan untuk melihat kinerja
tempat Prakerin. Pertimbangan memilih lokasi penelitian di samping faktor
wilayah kerja, waktu, dan biaya, peneliti mempertimbangkan hal-hal antara lain:
(1) hubungan kerja sama antara SMK Negeri 1 Bandung dengan Majelis
Sekolahnya telah beijalan dengan baik; dan (2) kepala sekolah telah mempunyai
masa jabatan yang cukup lama di SMK Negeri 1 Bandung. Keabsahan data dan
informasi akan relatif terjamin karena peneliti sendiri sebagai gum Dpk pada salah
satu SMK swasta di Bandung dan bahkan pemah menjadi gum pembimbing
Prakerin.
Subjek penelitian sebagai sumber data dalam penelitian ini terdiri dari semua
personil yang memberikan informasi untuk kelengkapan data yang diperlukan.
Sejalan dengan pendapat Nasution (1988: 11) bahwa penelitian kualitatif tidak
menggunakan sampel yang acak dan juga tidak menggunakan populasi dan
sampel yang banyak. Dalam penelitian kualitatif biasanya menggunakan sampel
89
sedikit dan sampel dipilih menumt tujuan penelitian. Sesuai dengan paradigma,
masalah dan tujuan penelitian, subjek penelitian yang ditetapkan adalah dan pihak
pengelola program Prakenn, pihak pelaksana program Prakenn di
instansi/pemsahaan, dan siswa peserta program Prakenn. Subjek penelitian dan
pihak pengelola yaitu Kepala Sekolah SMK Negen 1Bandung, Wakil Kepala
Sekolah Bidang Duma Usaha dan Industri sebagax pengelola program Prakenn,
dan gum pembimbing. Dari pihak pelaksana program Prakerin di
mstansL/pemsahaan adalah Kepala/direktur/kepala bagian/manajer
instansi/pemsahaan dan instruktur di tempat tersebut. Subjek penelitian di atas
terns berkembang tergantung pada tujuan dan pertimbangan kelengkapan
informasi sesuai dengan data yang diperlukan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam penelitian
ini diambil secara purposive sampling (Lincoln &Guba, 1985: 40). Hal ini
mengingat keragaman fenomena yang akan diteliti. Pemilihan informasi dicari
dari subyek yang benar-benar menguasai permasalahan dan memiliki ciri-ciri
spesifik dan terlibat dalam proses pengelolaan Prakerin.
Teknik pengumpulan data secara khusus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara dengan sampel penelitian. Wawancaranya lebih
menekankan pada konsep "snowball sampling", artinya tidak tergantung pada
jumlah responden, tetapi pada kelengkapan data. Materi wawancara hams
berpedoman pada materi yang telah dibuat.
90
b.
Melakukan observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang fasilitas yang
dimiliki SMK Negeri 1 Bandung dan melihat fasilitas dan lingkungan
instansi/pemsahaan tempat siswa melakukan program Prakerin.
c.
Melihat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan aspek pengelolaan,
kinerja para pengelola program Prakerin, gum pembimbing, instruktur, dan
siswa.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi dalam
penelitian ini antara lain: (1) pedoman wawancara, (2) pedoman observasi, (3)
pedoman penilaian dokumen. Alat bantu lain bempa buku catatan dan alat
dokumentasi, sedangkan data yang tidak dapat dihimpun melalui alat bantu
tersebut akan diambil untuk selanjutnya difotokopi.
Pedoman wawancara digunakan untuk menghimpun data tentang visi,
misi, tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, faktor-
faktor penghambat dan penunjang pengelolaan program Prakerin di SMK Negeri
1 Bandung. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
pengadaan dengan perbandingan rencana, sedangkan penilaian dokumen dijadikan
panduan untuk melihat keunggulan dan kelemahan program Prakerin tersebut.
D. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dibedakan atas tiga tahap,
yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check (Lincoln dan
Guba, 1985: 235-236; Nasution, 1996: 33-34). Tahap-tahap tersebut yaitu:
1. Tahap Orientasi
91
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap
tentang masalah yang akan diteliti. Tahap ini juga berguna untuk memantapkan
desain dan fokus penelitian beserta nara sumbemya. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti meliputi: pembuatan desain penelitian dan penelitian
pendahuluan dengan melakukan kunjungan secara informal pada lokasi yang akan
diteliti. Setelah desain itu disetujui melalui seminar desain, peneliti membuat
instrumen penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi mempakan tahap penelitian sesungguhnya. Pada tahap
ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan nara
sumber di sekolah dan industri/pasangan. Selama proses pengumpulan datan dan
informasi, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti alat perekam, buku catatan
lapangan dan dokumen lainnya.
Dalam tahap ini penulis juga menganalisa perolehan data dan informasi
dengan cara mereduksi data yang berlebihan, menanyakan kembali hal-hal yang
kurang jelas, mencek kebenaran atau merangkum hasil percakapan secara
sistematis.
3. Tahap Member Check
Tahap ini bertujuan untuk mencek kebenaran semua informasi yang telah
dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya. Setiap selesai melakukan
wawancara, peneliti mengkonfirmasikan kembali catatan-catatan hasil wawancara
kepada responden untuk menghindarkan kesalahan interpretasi dan melengkapi
92
data atau informasi yang kurang. Pada tahap ini peneliti juga melakukan
triangulasi kepada responden atau nara sumber lain untuk melengkapi dan
memantapkan informasi.
E. Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh hams dianalisa agar data
tersebut menjadi lebih bermakna dan dapat dipahami, dengan syarat analisa data
hams dimulai sejak awal. Nasution (1996: 129) menyarankan tiga langkah
menganalisa data, yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
Tahap reduksi data mempakan kegiatan merangkum catatan-catatan di
lapangan sehingga peneliti menemukan hal-hal pokok tentang objek penelitian,
yaitu
efektivitas
pengelolaan
Praktek
Kerja
Industri
dalam
rangka
penyelenggaraan program PSG yang mengacu kepada petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaan dari Pusat.
Pada tahap display peneliti melakukan perangkuman informasi dalam
susunan yang lebih sistematis sehingga tema atau polanya yang berhubungan
dengan efektivitas pengelolaan program Prakerin dapat diketahui dengan mudah.
Proses pengambilan kesimpulan yang berlangsung sejak data awal
dikumpulkan hams diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk lebih
menjamin validitas atau confirmability sehingga peneliti dapat melakukan
pemberian makna yang relevan atas kesimpulan yang diambil sehubungan dengan
93
penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung dan kinerja siswa program
Prakerin.
Ketiga langkah di atas saling berhubungan dan berlangsung terns selama
penelitian dilakukan.
F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada sejumlah kriteria yang umumnya
dipergunakan untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian. Menumt
Nasution (1996: 114-122) kriteria-kriteria tersebut yaitu: kredibilitas (validitas
internal), transferabilitas (validitas ekstemal), dependabilitas (reliabilitas), dan
konfirmabilitas (objektivitas). Dalam penelitian ini peneliti bemsaha untuk
memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
1.
Kredibilitas
Kredibilitas mempakan ukuran tentang tingkat kepercayaan data yang
dikumpulkan.
Cara-cara yang
dilakukan untuk mewujudkan kriteria ini
diantaranya:
a. Memperpanjang masa observasi
Waktu yang digunakan untuk observasi hams benar-benar cukup sehingga
peneliti dapat mengenai suatu lingkungan dengan baik, mengenai hubungan baik
dengan orang-orang di sana, mengenai kebudayaan lingkungan dan mencek
kebenaran informasi.
b. Pengamatan yang terns menerus
94
Peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan
mendalam melalui pengamatan yang terns menerus. Pada akhirnya peneliti dapat
membedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna untuk memahami gejala
tertentu.
c. Triangulasi
Triangulasi mempakan kegiatan mencek kebenaran data tertentu dengan
cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai
tahap penelitian lapangan dengan waktu yang berlainan.
d. Membicarakannya dengan orang lain (Peer debriefing)
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan pertanyaan-
pertanyaan yang tajam dari orang-orang yang tidak terlibat dalam penelitian ini
agar pandangannya lebih netral dan objektif sehingga tingkat kepercayaan dan
kebenaran penelitian lebih terjamin.
e. Menganalisa kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian
hingga saat tertentu. Penelitian hams dilanjutkan sampai semua kasus negatif
secara tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil.
f. Menggunakan bahan referensi
Peneliti
menggunakan hasil rekaman dari tape recorder untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap data yang terkumpul. Hal ini dapat
memudahkan ketika penulis melakukan analisa dan penafsiran data.
g. Melakukan member check
95
Peneliti melakukan member check untuk meyakinkan bahwa informasi
yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh informan. Kegiatan member
check dilakukan pada setiap akhir wawancara sehingga apabila dalam catatan
peneliti ada kekeliruan, responden dapat memperbaikinya atau menambahkan
kekurangannya.
2.
Transferabilitas
Transferabilitas berhubungan dengan sampai manakah hasil penelitian ini
dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi yang lain. Menumt
Nasution (1996:118) bagi peneliti naturalistik transferabilitas bergantung pada si
pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam
konteks dan situasi tertentu. Oleh karena itu peneliti menyerahkan transferabilitas
hasil penelitian ini kepada para pemakai. Tentu saja bila pemakai berada pada
situasi yang relatif sama dengan permasalahan dalam penelitian ini.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas menguji tentang kualitas pelaksanaan suatu penelitian,
sedangkan konfirmabiUtas berhubungan dengan tingkat objektivitas hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini. Kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui
audit trail. Proses audit trail dilakukan dengan cara meneliti dan mengkonfirmasi
pelaksanaan dan hasil penelitian sehingga penelitian ini terjamin kebenarannya.
Audit trail dalam penulisan tesis ini dilakukan oleh pembimbing. Oleh karena itu
peneliti menyediakan bahan-bahan sebagai berikut: data mentah, hasil analisa
96
data, hasil sintesa data dan catatan mengenai proses yang digunakan
,996:120)
tl^r
Dalam penelitian ini, peneliti bemsaha untuk selalu melakukan
usaha agar hasil penelitian terpercaya (kredibilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas) melalui diskusi dengan para pembimbing.
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran
peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti
yang telah dibahas pada Bab 11.
A. Perencanaan
Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori
menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup
penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu
program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang
yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki
kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan
tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi
bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),
Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa
perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di
SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran
Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.
Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat
113
114
menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada
masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal
ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian
di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses
penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan
visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah
tersebut.
Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi
teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,
Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu
rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari
sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams
dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik
mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang
diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pokja Prakerin SMKN 1 Bandung
dengan koordinatomyaWakasekHubin membuat rencanatertulis pada awal tahun
pelajaran. Rencana itu menetapkan tujuan, sasaran, uraian kegiatan, indikator
115
keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan
untuk satu tahun pelajaran.
Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana
dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di
atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan
lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga orangorang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil
pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan
pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur
efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan
pembangunan digunakan teori dari Tilaar (1999) yaitu materi yang disampaikan
dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan bukan hanya mempunyai
kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.
Pada bagian lain teori Tilaar (1999) juga menyebutkan bahwa keterampilan yang
diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh
dunia industri atau oleh kesempatan-kesempatan yang muncul karena kemajuan
ilmu dan teknologi. Selain itu juga Enoch (1995) menyatakan bahwa perencanaan
meliputi langkah-langkah: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi;
(2) analisis dan diagnosis; (3) perumusan kebijaksanaan; (4) perkiraan kebutuhan
yang akan datang; (5) penetapan sasaran; (6) altematif strategi yang layak; (7)
116
pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan
rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.
Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak
sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah dan yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu untuk
mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah
mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan)
bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian.
Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan
seiring dengan pembahan kurikulum.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penetapan materi pelatihanyang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan
langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di
masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga
penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua
sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga rencana yang telah
dibuat
dapat
dilaksanakan
dengan
lancar.
Pengukuran
efektifitas
pengorganisasian Prakerin menggunakan teori Siagian (1996) yang menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian terdapat lima pertanyaan
yaitu: (1) siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa; (3)
117
siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
bagaimana cara
memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa
yang terdapat dalam organisasi?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin
Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur
organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya
forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG
untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)
sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan
kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang
peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas
menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.
Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991)
menyatakan bahwa langkah
pengorganisasian pelatihan meliputi:
(1)
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan
latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)
mempersiapkan program tertulis; (5) menentukan metoda pelatihan dan lokasi;
118
(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;
(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.
Hasil penelitian m
DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PROGRAM
PENDIDIKAN SISTEM GANDA
(Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
ELIN HERLINA
NIM. 989758
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2002
DISETUJUI DAN DISYAHKAN
UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Djam'an Satori, M. A.
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Supandi Kartaamihardja
Mengetahui
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pascasarjana UPI Bandung
Prof. Dr. H. Abin
Makmun, M. A
PERNYATAAN
"Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Efektivitas Pengelolaan
Praktek Kerja Industri dalam rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem
Ganda (Studi Kasus Pengelolaan Praktek Kerja Industri di SMK Negeri 1
Bandung)" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pemyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihaklain terhadap keaslian karya saya ini".
Bandung, Januari 2002
Yang membuat pemyataan,
ELIN HERLINA
ABSTRAK
Tantangan persaingan ketenagakerjaan pada era globalisasi semakin berat
sehingga pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan tidak mungkin
ditunda lagi. Pengembangan sumber daya manusia yang berpendidikan menengah
dilakukan oleh Sekolah MenengahKejuruan (SMK) untuk mempersiapkan tenaga
kerja yang berkualitas dan siap bekerja dalam bidang tertentu.
Usaha untuk mempersiapkan tenagakerja yang berkualitas di SMK seperti
di SMK Negeri 1 Bandung dilakukan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah
dan di industri, yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Fokus utama dari keberhasilan penyiapan calon tenaga kerja terjadi pada kegiatan
praktek kerja yang dilaksanakan melalui kegiatan Praktek Kerja Industri
(Prakerin). Oleh karena itu pihak pengelola dituntut untuk mengelola kegiatan
Prakerin dengan baik. Berdasarkan masalahnya penulis mencoba untuk
mengungkapkan pengelolaan Prakerin melalui penelitian yang berjudul
"Efektivitas Pengelolaan Prakerin dalam rangka Penyelenggaraan Pendidikan
Sistem Ganda (Studi Kasus tentang Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung)".
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambaran tentang
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pengelolaan Prakerin di SMK, karena pertanyaan penelitian yang menarik bagi
penulis yaitu "sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan PSG di SMK
Negeri 1 Bandungtelah dikelola secara efektif?".
Data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber,
yaitu: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala
sekolah bidang dunia usaha dan industri, ketua jurusan, guru pembimbing, dan
siswa di lingkungan SMK Negeri 1 Bandung, sedangkan sumber data lainnya
yaitu Ketua Majelis Sekolah, instruktur di institusi pasangan, Bidang Pendidikan
Menengah Kejuruan Bagian Kurikulum Kanwil Departemen Pendidikan Nasional
Propinsi Jawa Barat.
Data dan informasi tentang pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung dihimpun melalui wawancara dengan sampel penelitian yang bersifat
"snowball sampling", observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data dan
informasi tersebut dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandung mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan/penilaian terlihat efektif. Walaupun pada
pengorganisasian dan pelaksanaan masih memerlukan perbaikan-perbaikan
terutama pada aspek: (1) pemahaman instruktur tentang Prakerin yang masih
kurang, dan (2) belum adanya pelatihan bagi guru pembimbing melalui on the job
training (OJT).
Kelemahan-kelemahan dalam substansi pengelolaan Prakerin di SMK
Negeri 1 Bandung dapat dijadikan bahan masukan sebagai upaya perbaikan
sehingga pengelolaan Prakerin di masa yang akan datang lebih efektif.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I
i
iii
v
viii
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
7
C. Kerangka Pengelolaan Prakerin
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13
E.
13
Sistematika Tesis
BAB U
KAJIAN PUSTAKA
16
A. Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
2. Administrasi Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
3.
16
16
18
Kedudukan Prakerin dalam Administrasi Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan
19
B. Konsep Pendidikan Kejuruan
20
1. Pengertian Pendidikan Kejuruan
20
2. Dalil-dalil Pendidikan Kejuruan
22
C. Konsep Program Pendidikan Sistem Ganda
1. Latar Belakang Historis Pendidikan Sistem Ganda
2. Pengertian Pendidikan Sistem Ganda
3. Pengelolaan KBM dalam Pendidikan Sistem Ganda
D. Konsep Efektivitas
24
24
27
32
47
1. Pengertian Efektivitas
2. Efektivitas Sebagai Salah Satu Kriteria untuk Mengevaluasi Suatu
Kebijaksanaan
E. Konsep Pengelolaan Program
47
53
56
1. Pengertian Pengelolaan
56
vni
2. Pengertian Program
57
3. Perencanaan
4. Pengorganisasian
58
64
5. Pelaksanaan
67
6. Pengawasan danPenilaian
68
F. Konsep Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
2. Komponen Kompetensi
76
76
78
G. Hasil-hasil PenelitianTerdahulu yang Relevan
83
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
86
A. Metode Penelitian
86
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
88
C. Teknik Pengumpulan Data
89
D. Tahap-tahap Penelitian
90
E. Analisa Data
92
F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
93
BAB IV
97
HASIL PENELITIAN
A. Perencanaan Prakerin
98
B. Pengorganisasian Prakerin
101
C. Pelaksanaan Prakerin
106
D. Pengawasan dan Penilaian Prakerin
108
BAB V
113
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
113
B. Pengorganisasian
116
C. Pelaksanaan
119
D. Pengawasan dan Penilaian
121
E. Analisa SWOT
128
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
129
A. Kesimpulan
129
B. Implikasi
131
C. Rekomendasi
133
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
135
139
151
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1. Kriteria Evaluasi
55
4.1. Keadaan Siswa, Guru Pembimbing, Instruktur, dan Tempat Prakerin yang
menjadi Objek Penelitian
97
4.2. Nilai Rata-rata Prakerin SMK Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran
2000/2001
112
5.1. Rangkuman Temuan Penelitian dan Penilaian Pengelolaan Prakerin di
SMK Negeri 1 Bandung
125
5.2. Rangkuman Pembahasan Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung
126
5.3. Analisa SWOT Pengelolaan PraktekKerja Industri di SMKNegeri 1
Bandung
128
XI
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1. Kerangka Pengelolaan Prakerin
12
2.1. Kedudukan Prakerin dalam Lingkup Administrasi Pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan
20
2.2. Pokok-pokok Perubahan Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan
27
2.3. Taksonomi Variabel Pembelajaran(Reigeluth, 1983)
32
2.4. Kontribusi Manajemen Menuju Efektivitas
52
2.5.Siklus Perencanaan
61
2.6. Fungsi Pengawasan dalam Administrasi
70
2.7. Proses Pengawasan
72
2.8. Informasi dan Pengawasan
73
2.9. Central and Surface Competencies
80
XI1
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Pedoman Wawancara
139
2. Pedoman Observasi
142
3. Pedoman Penilaian Dokumentasi
143
4.
Surat-surat Penelitian
144
5.
Foto-foto Dokumentasi
148
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan kehidupan pada saat ini membutuhkan sumber daya manusia
yang aktif dengan kualitas yang memadai. Indonesia tidak hanya dikaruniai
dengan sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga jumlah sumber daya
manusia yang banyak. Sumber daya manusia yang melimpah ini diharapkan
menjadi modal pembangunan, bukan sebaliknya.
Upaya untuk menjadikan
sumber daya manusia yang melimpah sebagai modal pembangunan adalah melalui
kegiatan pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam proses pembangunan menumt
Djam'an Satori (1999) mempakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara, karena pendidikan dipandang sebagai investasi dalam
pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kemampuan,
kecakapan, dan kualitas pribadi yang diyakini sebagai faktor yang mendukung
kadar upaya manusia dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan
diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin
maju.
Pemerintah telah menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas dalam
kebijakan pembangunan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tilaar
(1999: 111) bahwa " Pendidikan dan pelatihan sebagai proses pengembangan
sumber daya manusia yang akan melaksanakan dan menikmati hasil
pembangunan nasional haruslah sejalan dengan proses untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional". Untuk merealisasikan pembangunan pendidikan tersebut,
Departemen Pendidikan Nasional menetapkan empat strategi pokok yang
meliputi: (1) pemerataan kesempatan pendidikan; (2) relevansi pendidikan; (3)
kualitas pendidikan; dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Stmktur tenaga kerja menumt pendidikan di Indonesia pada akhir tahun
1980-an yang dikemukakan oleh Boediono (Meirawan, 1996: 5) menunjukkan
bahwa yang tidak bersekolah sebesar 53 %, berpendidikan dasar 34 %,
berpendidikan menengah 11 %, dan mereka yang berpendidikan universiter 2 %,
padahal menumt Arikunto (1990) hampir di semua negara sekarang ini hanya
sekitar 4,7 % dari pekerjaan di masyarakat
yang memerlukan tenaga kurang
terdidik, dan hanya 12,6 % dari pekerjaan yang memerlukan lulusan sarjana. Jadi
lebih dari 62 % dari pekerjaan yang ada menuntut tenaga kerjanya lulusan
pendidikan teknologi dan kejuman sebagai persyaratan pokok untuk mencari
kerja. Hal ini berarti usaha untuk mengejar peningkatan pembangunan pada era
industri idealnya komposisi tenaga kerja berlatar belakang pendidikan menengah
yang hams dominan. Menumt peneliti jenis pendidikan dan jenjang pendidikan
yang dijadikan prioritas dalam upaya menyiapkan dan memenuhi permintaan
pembukaan lapangan kerja pada era industri adalah jenis pendidikan kejuruan
pada jenjang menengah. Alasannyabahwa pola proporsi tenaga kerja pada negara
yang sedang melakukan industrialisasi lebih mengutamakan tenaga kerja yang
berpendidikan menengah.
Tujuan pembangunan pendidikan pada awalnya belum dikaitkan dengan
dunia kerja. Pendidikan pada waktu itu lebih ditekankan pada pemeliharaan,
pemberian pelatihan, pengajaran akhlak dan kecerdasan. Keterkaitan pendidikan
dengan dunia kerja untuk mengisi berbagai sektor pembangunan akan jelas
terlihat pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi (M. Fakry Gaffar, 1987: 2).
Permasalahan keterkaitan antara pendidikan dan ketenagakerjaan timbul
kemudian pada saat kemajuan semakin meningkat, sehingga diperlukan tenagatenaga terampil untuk pelaksana pembangunan suatu negara.
Pendidikan kejuruan telah mempakan bagian terpadu dari sistem
pendidikan di berbagai negara. Di Indonesia seperti yang disebutkan dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
11 Ayat (3) menyatakan bahwa: "Pendidikan kejuruan mempakan pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu".
Bahkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3 Ayat (2)
menegaskan juga bahwa:" Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap
profesional". Suharsimi Arikunto
(1990: 6) mengemukakan pendapat yang
sejalan bahwa " vocational education emphasis on job preparation or
advancement in employment".
Pada kenyataannya penyelenggaraannya kurang berjalan seperti yang
diharapkan. Permasalahan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia
jugamempakan permasalahan umum yang ditemui di negara-negara lainnya. Pada
awal tahun 1988 sebuah perusahaan yang mewakili lembaga VEF (Victorian
Education Foundation) menyatakan bahwa pekerja-pekerja lulusan dari
pendidikan kejuruan memiliki sedikit ide dalam hal kerja dan tidak mengenal
kecendemngan terakhir, serta perkembangan dalam latihan kerja, dan teknologi
mutakhir. Oleh karena itu para lulusannya dinilai kegunaannya sedikit dan kurang
produktif pada pekerjaannya. Kesalahan ini diakibatkan pengajaran akademis
yang kurang baik, yang tidak "menyentuh" terhadap perkembangan terakhir, dan
secara umum gurunya kurang kompeten (Putrianti, 1995: 3). Di Indonesia orang-
orang telah banyak yang menyorot kembali tentang keterkaitan antara pendidikan
dan dunia kerja. Mereka menilai adanya kesenjangan antara kualifikasi lulusan
pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Laporan penelitian Zulkabir (1990)
membuktikan bahwa pihak industri belum cukup puas dengan mutu lulusan
Sekolah Teknologi Menengah (STM), dengan mempertimbangkan faktor sikap
mental sebagai pertimbangan utama, kemudian kemampuan kognisi, dan terakhir
keterampilan motorik dalam bidang keahlian tertentu.
Menumt Danny Meirawan (1996: 14) permasalahan tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu (1)
permasalahan yang
menyangkut kepada orientasi pendidikan kejuruan, dan (2) permasalahan yang
menyangkut teknis operasional pendidikan. Permasalahan yang menyangkut
kepada orientasi pendidikan kejuruan meliputi sasaran perilaku dan materi
pendidikan yang akan diberikan. Sasaran perilaku dalam pendidikan kejuruan
mengenai manusia yang bagaimana yang diharapkan, sedangkan materi
pendidikan (bahan kajian pelajaran) berkaitan dengan kebijakan pengembangan
teknologi. Permasalahan kedua yang menyangkut teknis operasional meliputi
beberapa permasalahan yang lebih khusus, seperti: manajemen, kekurangan
tenaga edukatif (jumlah dan kualitas), kesulitan dalam penyusunan bahan yang
akan diberikan, penyediaan fasilitas atau lingkungan belajar, dan permasalahan
metodologi.
Pemecahannya menumt Semiawan (Putrianti, 1995: 3) memerlukan
berbagai upaya untuk mempersempit atau kalau mungkin menghilangkan
kesenjangan ini. Salah satu cara pemecahan yang ada di pendidikan menengah
kejuruan adalah adanya program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau yang
dikenal dengan istilah
"dual system". Program PSG bertujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan maksud
pelatihan dalam dual system yakni "... that they aim to combine training received
in a company with education at a vocational school" (The Federal Minister for
Education and Science, 1992: 6). Program ini secara tidak langsung dapat
mengatasi permasalahan di dalam kurikulum maupun fasilitas belajar.
Djojonegoro (1993: 47) merekomendasikan bahwa:
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebaiknya dilakukan bersama-sama
antara sekolah dengan dunia usaha. Di sekolah siswa mempelajari pengetahuan
umum dan keterampilan kejuruan dasar dan di dunia usaha siswa mempelajari
keterampilan khusus. Dengan model ini, maka kualitas, efisiensi, dan relevansi
dapat ditingkatkan. Yang perlu ditegaskan adalah aturan main yang jelas
tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing pihak terutama
menyangkut kurikulum, pengajar, fasilitas, manajemen, organisasi,
pembiayaan, dan insentif.
Oleh karena itu sudah selayaknya PSG dilaksanakan di sekolah agar
pengembangan sumber daya untuk belajar dapat sesuai dengan sumber daya
yang ada di industri, sehinggaPSG dapat mengurangi kecendemngan bahwa isi
program pendidikan terlalu berorientasi pada penguasaan prestasi akademik
serta memberikan peluang yang memadai kepada lulusan yang tidak dapat
melanjutkan pendidikanuntuk teriun ke masyarakat dan dunia kerja.
Menumt Tjiptarso (1993) penerapan PSG pada SMK menemui beberapa
hambatan mengingat sistem ini melibatkan banyak pihak yang saling mempunyai
kepentingan (Wena, 1996: 91). Proses belajar siswa di industri tanggung jawab
pengelolaan sepenuhnya pada pihak industri (instruktur), sedangkan pengelolaan
pengajaran di sekolah sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Sebagai satu kesatuan
pendidikan, pengelolaan praktek di industri dan pengelolaan pengajaran di
sekolah hams saling link and match, oleh karena itu antara pihak industri dan
pihak sekolah hams terlibat pada saat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pengajaran (Wena, 1996). Selama ini di Indonesia antara pihak sekolah dengan
dunia industri masih belum dikenal tradisi kerjasama. Tidak adanya kerjasama
antara sekolah dengan dunia industri mempakan salah satu hambatan bagi
penyelenggaraan PSG.
Menumt Chiepe (1997) ada beberapa alasan utama yang mendasari
rekayasa ulang {restructuring dan reengineering) di bidang pendidikan dan
pelatihan (Sudarwan Danim, 1999: 53).
1. Mengembangkan pelatihan agar lebih responsif terhadap pembahan
tuntutan ekonomi.
2. Meningkatkan dan memelihara kualitas pendidikan pada pelbagai
tingkatan.
3. Mempertinggi status dan performansi profesi pengajaran.
4. Menjamin efektivitas manajemen melalui sistem dan memaksimalkan
partisipasi masyarakat dan orang tua.
5. Meningkatkan efektivitas pembiayaan dan memikul tanggung jawab
secara bersama dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu pengelolaan PSG perlu diperbaiki. Salah satu bagian dari
program PSG adalah program Praktek Kerja Industri (Prakerin). Penelitian ini
mempersoalkan efektivitas pengelolaan Prakerin dalam rangka penyelenggaraan
program Pendidikan Sistem Ganda, yang pada pelaksanaannya memerlukan
pengelolaan yang optimal, sehingga tujuan yang diharapkan dari program PSG
dapat tercapai. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemyataan bahwa "kegagalan
mutu dalam suatu organisasi disebabkan karena kelemahan manajemen " (M.
Fakry Gaffar, 1994: 3).
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Dalam konteks penyelenggaraan program Prakerin di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), mutu lulusan SMK sangat tergantung pada kemampuan
pengelola di sekolah untuk membawa siswa menjadi tenaga kerja tingkat
menengah seperti yang diharapkan. Upaya mengefektifkan pelaksanaan program
Prakerin di SMK tidaklah mudah. Indikasi kelemahan pengelolaan program
Prakerin menunjukkan gejala antara lain: (1) pemahaman pihak-pihak yang
terlibat terhadap program Prakerin masih kurang; (2) prosedur dan mekanisme
pengelolaan program Prakerin belum sinkron dengan yang ditetapkan; (3)
penetapan standar kompetensi yang diharapkan sesuai denganbidangkeahliannya
belum ada; (4) proses penentuantempat praktek belum memperhatikan kesesuaian
dengan jumsan, (5) proses pengawasan oleh gum pembimbing belum optimal; (6)
kecendemngan penilaian yangkurangmemperhatikan kemampuan siswa.
't
S
»
Kelemahan-kelemahan di atas menimbulkan berbagai pertanyaan s%)e$^^'^V"P^ '*
bagaimana keahlian pengelolanya, bagaimana tanggung jawab pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya, atau bagaimana sistem, prosedur dan mekanismenya.
Menumt peneliti permasalahan ini menarik untuk diteliti.
Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi persoalan pokok dalam
penelitian ini adalah sejauh mana Prakerin dalam rangka penyelenggaraan
program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 1 Bandung telah dikelola
dengan efektif?.
Masalah ini diperinci lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan program Prakerin di SMK yang dilakukan
selama ini?. Secara operasional masalah ini diperinci menjadi:
a. Bagaimana visi, misi dan tujuan penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri
1 Bandung ?
b. Bagaimana perumusan perencanaan Prakerin?
c. Siapa yang menyusun program kerja Prakerin tersebut?
d. Apa yang menjadi dasar penetapan gum pembimbing siswa yang akan
mengikuti Prakerin?
e. Bagaimana kriteria instansi/perusahaan yang ditetapkan sebagai tempat
siswa untuk melaksanakan program Prakerin?
2. Bagaimana pengorganisasian program Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung ?
Masalah ini akan diperinci dalam pertanyaan berikut:
a. Bagaimana
struktur
pengorganisasian
program
Prakerin
yang
dikembangkan SMK Negeri 1 Bandung?
b. Apakah terlihat jelas batas-batas fungsi dan tanggung jawab setiap unsur
pelaksana program Prakerin tersebut?
c. Bagaimana kualitas koordinasi yang ditampilkan diantara pihak-pihak
yang terlibat dalam program Prakerin?
3. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin SMK Negeri 1 Bandung? Masalah
ini diperinci dalam pertanyaan berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan program Prakerin?
b. Bagaimana kegiatan program Prakerin yang dilakukan oleh siswa SMK
Negeri 1 Bandung?
c. Bagaimana peran serta yang dilakukan oleh guru pembimbing dan
instruktur dalam kegiatan Prakerin?
d. Apakah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Prakerin?
4. Bagaimana pengawasan dan penilaian program Prakerin di SMK Negeri 1
Bandung? Masalahnya dapat diperinci sebagai berikut:
a. Siapayang melakukan pengawasan terhadap program PSG di SMK Negeri
1? Bagaimana cara yang dilakukan oleh pengawas dalam menjalankan
fungsinya?
b. Bagaimana cara yangdilakukanoleh penilaiterhadapkinerja siswa?
c. Apakah informasi pengawasan dan penilaian dijadikan bahan pembinaan
dan pengembangan program PSG di masa yang akan datang?
10
C. Kerangka Pengelolaan Prakerin
Kerangka pengelolaan Prakerin dalam penelitian
keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan inisebagai sistem, yang terdiri dari unsur
masukan, proses, dan hasil. Fungsi-fungsi pengelolaan Prakerin meliputi
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan.
dan pengawasan.
Kegiatan
perencanaan meliputi kegiatan penyusunan standar kompetensi Prakerin,
penyusunan perencanaan Prakerin, dan penyiapan sistem monitoring dan evaluasi.
Kegiatan pengorganisasian meliputi kegiatan penyusunan struktur organisasi,
personal, uraian tugas, mekanisme kerja, dan sistem koordinasi. Selanjutnya
kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan koordinasi antara sekolah, Majelis
Sekolah, dan Institusi Pasangan, serta optimalisasi program, sedangkan
pengawasan dan penilaian meliputi kegiatan pelaksanaan pengawasan dan
penilaian Prakerin.
Kondisi pengelolaan Prakerin yang sebenarnya dapat diketahui melalui
pengumpulan data di lapangan. Data yang dikumpulkan berhubungan dengan
kegiatan pengelolaan Prakerin yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Bandung mulai
dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan
pengawasan sehingga penelitian ini dapat mengetahui "sejauh mana program
PraktekKerjaIndustri dalam rangkapenyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
di SMK Negeri 1 Bandung telahdikelolasecara efektif? ".
Selanjutnya peneliti melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Analisa ini akan melihat faktor internal bempa kekuatan
dan kelemahan dalam pengelolaan Prakerin dan faktor ekstemal bempa peluang
11
dan ancaman yang akan dihadapi oleh pengelola Prakerin. Kemudian hasil analisa
tersebut dapat memberikan umpan balik (feed back) kepada masukan dan proses
agar para pengelola melakukan penyempumaan yang intensif terhadap
permasalahan yang ada. Hasil analisa juga dapat memberikan gambaran tentang
bagaimana pengelolaan Prakerin yang efektif. Pengelolaan Prakerin yang efektif
dapat terlihat dari tercapainya tujuan bempa penguasaan standar kompetensi yang
sesuai dengan jurusan/bidang keahliannya sehingga pada akhirnya dengan
Prakerin yang efektif akan menghasilkan lulusan SMK yang mempunyai
kompetensi/keahlian yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Gambar pada halaman berikut menyajikan kerangka pengelolaan Prakerin
seperti yang telah dijelaskan di atas.
12
Pengelolaan Prakerin
•
v
Perencanaan
•
Penyusunan
visi,
misi,
dan standar kompetensi
Prakerin
•
Penyusunan
rencana
Prakerin
Pengorganisasian
• Penyusunan
struktur
organisasi,
personal,
uraian tugas, mekanisme
kerja,
dan
sistem
koordinasi.
•
Penyiapan
sistem
monitoring dan evaluasi
Pelaksanaan
•
Koordinasi
antara
sekolah, Majelis Sekolah,
dan Institusi Pasangan
• Optimalisasi program
Pengawasan dan penilaian
• Pelaksanaan pengawasan
•
Penilaian Prakerin
i r
Umpan Balik
Analisa SWOT
i r
Prakerin yang efektif
Tercapainya tujuan
(penguasaan standar
kompetensi yang sesuai
dengan j urusan/bidang
keahliannya)
Gambar 1.1
Kerangka Pengelolaan Prakerin
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk mendapatkan gambaran dan
memecahkan persoalan-persoalan di sekitar pengelolaan Praktek Kerja Industri
pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bandung.
Secara khusus penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui,
menghimpun dan menganalisa data tentang Praktek Kerja Industri di SMK Negeri
1 Bandung dengan perincian berikut ini.
1. Perencanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung yang dilakukan selama ini.
2. Pengorganisasian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
3. Pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
4. Pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelolaan
Prakerin yang efektif di SMK pada umumnya dan di SMK Negeri 1 Bandung
pada khususnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang keadaan sebenarnya sehingga hal ini akan memberi bahan
masukan bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan Prakerin. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi yang berminat
untuk mengadakan pengkajian lebih lanjut tentang pengelolaan Prakerin dalam
rangka penyelenggaraan program PSG dengan kurikulum SMK edisi 1999.
£. Sistematika Tesis
14
Tesis yangberjudul "Efektivitas Pengelolaan Praktek Kerja Industri dalam
rangka Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda" ini terdiri dari enam
bab.
Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah,
pemmusan dan pembatasan masalah, kerangka pengelolaan Prakerin, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika tesis.
Selanjutnya Bab II Kajian Pustaka membahas teori-teori yang mendukung
tentang: (1) kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan dengan uraiannya
mengenai pengertian administrasi pendidikan, administrasi pendidikan sekolah
menengah kejuruan dan kedudukan Prakerin dalam administrasi pendidikan
sekolah menengah kejuruan; (2) konsep pendidikan kejuruan dengan uraiannya
mengenai pengertian pendidikan kejuruan, dan dalil-dalil pendidikan kejuruan; (3)
konsep program Pendidikan Sistem Ganda dengan uraiannya mengenai latar
belakang historis Pendidikan Sistem Ganda, pengertianPendidikan Sistem Ganda,
dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam Pendidikan Sistem Ganda; (4)
konsep efektivitas dengan uraiannya mengenai pengertian efektivitas dan
efektivitas sebagai salah satu kriteria luntuk mengevaluasi suatu kebijaksanaan;
(5) konsep pengelolaan pelatihan dengan uraiannya mengenai perencanaan
pelatihan, pengorganisasian pelatihan, pelaksanaan pelatihan, pengawasan dan
penilaian pelatihan; (6) Konsep kompetensi dengan uraiannya mengenai
pengertian kompetensi dan komponen kompetensi; dan (7) Hasil-hasil penelitian
terdahulu yang relevan.
Berikutnya Bab III Prosedur Penelitian menggambarkan secara
tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
tahap-tahap penelitian, analisa data dan kriteria tingkat kepercayaan hasil
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian menguraikan tentang hasil penelitian yang
berhubungan dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta
pengawasan dan penilaian Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung.
Bab V Pembahasan membahas teori-teori yang ada dengan hasil penelitian
dan menganalisanya dengan menggunakan analisa SWOT.
Bab VI adalah bab terakhiryang berisi tentang kesimpulan, implikasi, dan
rekomendasi.
Tesis ini menggunakan gambar, dan tabel pada berbagai bagian untuk
memperjelas informasi yang dimaksud. Pada bagian akhir tesis ini juga
mencantumkan daftar pustaka yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
memerlukannya.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik
dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini berawal
dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan menganalisa data
dan informasi lapangan sesuai dengan keadaan sebenamya terhadap pengelolaan
Prakerin dalam rangka penyelenggaraan program Pendidikan Sistem Ganda di
SMK Negeri 1 Bandung.
Winamo Surakhmad (1982) menjelaskan bahwa pada intinya penelitian
deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan (expose de facto). Hal ini dipertegas oleh L. J. Moleong
(1990: 7) bahwa penelitian dengan menggunakan metode deskriptif lebih
mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian
disepakati oleh kedua belah pihak yakni peneliti dan subjek penelitian.
Penelitian kualitatif sering disebut juga dengan metode naturalistik.
Metode penelitian mempunyai karakteristik antara lain: (a) data langsung diambil
dari setting alami; (b) penentuan sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti
sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses dari pada hasil,
sehingga bersifat deskriptif analitik; (e) analisis data secara induktif atau
86
87
interpretasi bersifat idiografik; dan (f) mengutamakan makna di balik data
(Nasution, 1996:9).
Menumt Bogdan & Biklen (1882: 27-30) dan Lincoln & Guba (1985: 39-
44) yang dikutip oleh L. J. Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif
(1996: 4-8), penelitian kualitatif memiliki berbagai karakteristik sebagai berikut:
(1) melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan
(entity); (2) manusia sebagai alat (instrumen) penelitian, sehingga hal ini
memungkinkan untuk megadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan
yang ada di lapangan dan mampu memahami hubungan kenyataan-kenyataan di
lapangan; (3) menggunakan metoda kualitatif; (4) menggunakan analisis data
secara induktif; (5) menghendaki arah penyusunan teori dari dasar (grounded
theory) ; (6) laporan penelitian bersifat deskriptif; (7) lebih mementingkan segi
proses daripada hasil; (8) adanya batas yang ditentukan oleh fokus yang timbul
sebagai masalah dalam penelitian; (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan
data; (10) desain yang bersifat sementara karena desain tersebut disesuaikan
dengan kenyataan di lapangan; (11) hasil penelitian diundangkan dan disepakati
bersama.
Penelitian kualitatif dalam pendidikan sering disebut inkuiri naturalistik
atau naturalistic inquiry { Williams, 1988: 53; Bogdan & Biklen, 1982: 3). Inkuiri
naturalistik berarti proses pengkajian yang dilakukan pada situasi lapangan yang
alami (bukan di laboratorium), menggunakan metode-metode alami (observasi,
wawancara, dan Iain-lain), dan peneliti berinteraksi secara alami dengan subyek
penelitian (Williams, 1988: 53). Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
88
berfungsi sebagai instmmen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian
dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi, dan sebagainya berdasarkan
pandangan subyek yang diteliti tersebut. Pengumpulan data dan informasi
dilakukan melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti dengan cara
mendeskripsikan kebijakan dan kegiatan terhadap pengelolaan program Prakerin
di SMK Negeri 1 Bandung.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri 1 Bandung untuk melihat
pengelolaan dan kinerjanya, dan di instansi/pemsahaan untuk melihat kinerja
tempat Prakerin. Pertimbangan memilih lokasi penelitian di samping faktor
wilayah kerja, waktu, dan biaya, peneliti mempertimbangkan hal-hal antara lain:
(1) hubungan kerja sama antara SMK Negeri 1 Bandung dengan Majelis
Sekolahnya telah beijalan dengan baik; dan (2) kepala sekolah telah mempunyai
masa jabatan yang cukup lama di SMK Negeri 1 Bandung. Keabsahan data dan
informasi akan relatif terjamin karena peneliti sendiri sebagai gum Dpk pada salah
satu SMK swasta di Bandung dan bahkan pemah menjadi gum pembimbing
Prakerin.
Subjek penelitian sebagai sumber data dalam penelitian ini terdiri dari semua
personil yang memberikan informasi untuk kelengkapan data yang diperlukan.
Sejalan dengan pendapat Nasution (1988: 11) bahwa penelitian kualitatif tidak
menggunakan sampel yang acak dan juga tidak menggunakan populasi dan
sampel yang banyak. Dalam penelitian kualitatif biasanya menggunakan sampel
89
sedikit dan sampel dipilih menumt tujuan penelitian. Sesuai dengan paradigma,
masalah dan tujuan penelitian, subjek penelitian yang ditetapkan adalah dan pihak
pengelola program Prakenn, pihak pelaksana program Prakenn di
instansi/pemsahaan, dan siswa peserta program Prakenn. Subjek penelitian dan
pihak pengelola yaitu Kepala Sekolah SMK Negen 1Bandung, Wakil Kepala
Sekolah Bidang Duma Usaha dan Industri sebagax pengelola program Prakenn,
dan gum pembimbing. Dari pihak pelaksana program Prakerin di
mstansL/pemsahaan adalah Kepala/direktur/kepala bagian/manajer
instansi/pemsahaan dan instruktur di tempat tersebut. Subjek penelitian di atas
terns berkembang tergantung pada tujuan dan pertimbangan kelengkapan
informasi sesuai dengan data yang diperlukan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam penelitian
ini diambil secara purposive sampling (Lincoln &Guba, 1985: 40). Hal ini
mengingat keragaman fenomena yang akan diteliti. Pemilihan informasi dicari
dari subyek yang benar-benar menguasai permasalahan dan memiliki ciri-ciri
spesifik dan terlibat dalam proses pengelolaan Prakerin.
Teknik pengumpulan data secara khusus dilaksanakan sebagai berikut:
a. Melakukan wawancara dengan sampel penelitian. Wawancaranya lebih
menekankan pada konsep "snowball sampling", artinya tidak tergantung pada
jumlah responden, tetapi pada kelengkapan data. Materi wawancara hams
berpedoman pada materi yang telah dibuat.
90
b.
Melakukan observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang fasilitas yang
dimiliki SMK Negeri 1 Bandung dan melihat fasilitas dan lingkungan
instansi/pemsahaan tempat siswa melakukan program Prakerin.
c.
Melihat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan aspek pengelolaan,
kinerja para pengelola program Prakerin, gum pembimbing, instruktur, dan
siswa.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dan informasi dalam
penelitian ini antara lain: (1) pedoman wawancara, (2) pedoman observasi, (3)
pedoman penilaian dokumen. Alat bantu lain bempa buku catatan dan alat
dokumentasi, sedangkan data yang tidak dapat dihimpun melalui alat bantu
tersebut akan diambil untuk selanjutnya difotokopi.
Pedoman wawancara digunakan untuk menghimpun data tentang visi,
misi, tujuan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, faktor-
faktor penghambat dan penunjang pengelolaan program Prakerin di SMK Negeri
1 Bandung. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
pengadaan dengan perbandingan rencana, sedangkan penilaian dokumen dijadikan
panduan untuk melihat keunggulan dan kelemahan program Prakerin tersebut.
D. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dibedakan atas tiga tahap,
yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check (Lincoln dan
Guba, 1985: 235-236; Nasution, 1996: 33-34). Tahap-tahap tersebut yaitu:
1. Tahap Orientasi
91
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap
tentang masalah yang akan diteliti. Tahap ini juga berguna untuk memantapkan
desain dan fokus penelitian beserta nara sumbemya. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti meliputi: pembuatan desain penelitian dan penelitian
pendahuluan dengan melakukan kunjungan secara informal pada lokasi yang akan
diteliti. Setelah desain itu disetujui melalui seminar desain, peneliti membuat
instrumen penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap eksplorasi mempakan tahap penelitian sesungguhnya. Pada tahap
ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan nara
sumber di sekolah dan industri/pasangan. Selama proses pengumpulan datan dan
informasi, peneliti menggunakan alat-alat bantu seperti alat perekam, buku catatan
lapangan dan dokumen lainnya.
Dalam tahap ini penulis juga menganalisa perolehan data dan informasi
dengan cara mereduksi data yang berlebihan, menanyakan kembali hal-hal yang
kurang jelas, mencek kebenaran atau merangkum hasil percakapan secara
sistematis.
3. Tahap Member Check
Tahap ini bertujuan untuk mencek kebenaran semua informasi yang telah
dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya. Setiap selesai melakukan
wawancara, peneliti mengkonfirmasikan kembali catatan-catatan hasil wawancara
kepada responden untuk menghindarkan kesalahan interpretasi dan melengkapi
92
data atau informasi yang kurang. Pada tahap ini peneliti juga melakukan
triangulasi kepada responden atau nara sumber lain untuk melengkapi dan
memantapkan informasi.
E. Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh hams dianalisa agar data
tersebut menjadi lebih bermakna dan dapat dipahami, dengan syarat analisa data
hams dimulai sejak awal. Nasution (1996: 129) menyarankan tiga langkah
menganalisa data, yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
Tahap reduksi data mempakan kegiatan merangkum catatan-catatan di
lapangan sehingga peneliti menemukan hal-hal pokok tentang objek penelitian,
yaitu
efektivitas
pengelolaan
Praktek
Kerja
Industri
dalam
rangka
penyelenggaraan program PSG yang mengacu kepada petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaan dari Pusat.
Pada tahap display peneliti melakukan perangkuman informasi dalam
susunan yang lebih sistematis sehingga tema atau polanya yang berhubungan
dengan efektivitas pengelolaan program Prakerin dapat diketahui dengan mudah.
Proses pengambilan kesimpulan yang berlangsung sejak data awal
dikumpulkan hams diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk lebih
menjamin validitas atau confirmability sehingga peneliti dapat melakukan
pemberian makna yang relevan atas kesimpulan yang diambil sehubungan dengan
93
penyelenggaraan Prakerin di SMK Negeri 1 Bandung dan kinerja siswa program
Prakerin.
Ketiga langkah di atas saling berhubungan dan berlangsung terns selama
penelitian dilakukan.
F. Kriteria Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada sejumlah kriteria yang umumnya
dipergunakan untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian. Menumt
Nasution (1996: 114-122) kriteria-kriteria tersebut yaitu: kredibilitas (validitas
internal), transferabilitas (validitas ekstemal), dependabilitas (reliabilitas), dan
konfirmabilitas (objektivitas). Dalam penelitian ini peneliti bemsaha untuk
memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
1.
Kredibilitas
Kredibilitas mempakan ukuran tentang tingkat kepercayaan data yang
dikumpulkan.
Cara-cara yang
dilakukan untuk mewujudkan kriteria ini
diantaranya:
a. Memperpanjang masa observasi
Waktu yang digunakan untuk observasi hams benar-benar cukup sehingga
peneliti dapat mengenai suatu lingkungan dengan baik, mengenai hubungan baik
dengan orang-orang di sana, mengenai kebudayaan lingkungan dan mencek
kebenaran informasi.
b. Pengamatan yang terns menerus
94
Peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan
mendalam melalui pengamatan yang terns menerus. Pada akhirnya peneliti dapat
membedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna untuk memahami gejala
tertentu.
c. Triangulasi
Triangulasi mempakan kegiatan mencek kebenaran data tertentu dengan
cara membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai
tahap penelitian lapangan dengan waktu yang berlainan.
d. Membicarakannya dengan orang lain (Peer debriefing)
Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan pertanyaan-
pertanyaan yang tajam dari orang-orang yang tidak terlibat dalam penelitian ini
agar pandangannya lebih netral dan objektif sehingga tingkat kepercayaan dan
kebenaran penelitian lebih terjamin.
e. Menganalisa kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian
hingga saat tertentu. Penelitian hams dilanjutkan sampai semua kasus negatif
secara tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil.
f. Menggunakan bahan referensi
Peneliti
menggunakan hasil rekaman dari tape recorder untuk
meningkatkan kepercayaan terhadap data yang terkumpul. Hal ini dapat
memudahkan ketika penulis melakukan analisa dan penafsiran data.
g. Melakukan member check
95
Peneliti melakukan member check untuk meyakinkan bahwa informasi
yang diperoleh sesuai dengan yang dimaksud oleh informan. Kegiatan member
check dilakukan pada setiap akhir wawancara sehingga apabila dalam catatan
peneliti ada kekeliruan, responden dapat memperbaikinya atau menambahkan
kekurangannya.
2.
Transferabilitas
Transferabilitas berhubungan dengan sampai manakah hasil penelitian ini
dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi yang lain. Menumt
Nasution (1996:118) bagi peneliti naturalistik transferabilitas bergantung pada si
pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam
konteks dan situasi tertentu. Oleh karena itu peneliti menyerahkan transferabilitas
hasil penelitian ini kepada para pemakai. Tentu saja bila pemakai berada pada
situasi yang relatif sama dengan permasalahan dalam penelitian ini.
3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Dependabilitas menguji tentang kualitas pelaksanaan suatu penelitian,
sedangkan konfirmabiUtas berhubungan dengan tingkat objektivitas hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini. Kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui
audit trail. Proses audit trail dilakukan dengan cara meneliti dan mengkonfirmasi
pelaksanaan dan hasil penelitian sehingga penelitian ini terjamin kebenarannya.
Audit trail dalam penulisan tesis ini dilakukan oleh pembimbing. Oleh karena itu
peneliti menyediakan bahan-bahan sebagai berikut: data mentah, hasil analisa
96
data, hasil sintesa data dan catatan mengenai proses yang digunakan
,996:120)
tl^r
Dalam penelitian ini, peneliti bemsaha untuk selalu melakukan
usaha agar hasil penelitian terpercaya (kredibilitas, dependabilitas, dan
konfirmabilitas) melalui diskusi dengan para pembimbing.
BAB V
PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini mempakan refleksi pemikiran dan tafsiran
peneliti terhadap hasil-hasil penelitian dibandingkan dengan kajian teoritis seperti
yang telah dibahas pada Bab 11.
A. Perencanaan
Sebagai prolog dalam proses penyusunan perencanaan digunakan teori
menumt Abin Syamsuddin Makmun (1997) bahwa perencanaan itu mencakup
penentuan visi, misi dan tujuan, yang selanjutnya diwujudkan dalam suatu
program. Fakri Gaffar (1995) menandaskan bahwa visi sebagai daya pandang
yang jauh, mendalam dan luas, mempakan daya pikir abstiak yang memiliki
kekuatan tertentu dan dapat menerobos sebaga batas-batas fisik, waktu dan
tempat, sedangkan misi mempakan tanggung jawab dan tugas yang diemban. Misi
bersumber dari visi. Dari sisi waktu Donnely, Jr., Gibson dan Ivancevich (1987),
Siagian (1996), Anderson (Oteng: 1993), dan Anen (1998) menyatakan bahwa
perencanaan berorientasi ke masa depan dan adanya hasil sertatujuan tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan Prakerin di
SMKN 1 Bandung dimulai dengan penetapan visi, misi, tujuan, dan sasaran
Prakerin. Penetapan tujuan dan sasaran selalu dibuat pada awal tahun pelajaran.
Penetapan visi, misi, dan tujuan mengungkapkan keinginan sekolah untuk
meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga mereka menjadi tenaga kerja tingkat
113
114
menengah yang profesional, sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Penetapan visi, misi, dan tujuan ditafsirkan bahwa sekolah tersebut
mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada
masa yang akan datang, khususnya pendidikan di sekolah menengah kejuruan.
Mereka menyadari tugas yang diemban dan bemsaha untuk mewujudkannya. Hal
ini berarti SMKN 1 Bandung telah membuat sasaran yang jelas. Hasil penelitian
di atas dibandingkan dengan teori yang ada maka prolog dalam proses
penyusunan perencanaan sudah mendekati kriteria. Pengelola sudah menetapkan
visinya, cita-citanya di masa yang akan datang dan tugas yang diemban sekolah
tersebut.
Pengukuran efektivitas proses penyusunan rencana digunakan modifikasi
teori Donnely, Jr., Gibson, dan Ivancevich (1987) serta Enoch (1995). Donnely,
Jr. dkk (1987) mengemukakan bahwa hasil fungsi perencanaan adalah suatu
rencana, mempakan dokumen tertulis yang menetapkan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan. Bahkan Enoch (1995) menyebutkan langkah kesembilan dari
sebelas langkah proses perencanaan bahwa dalam rencanayang telah dibuat hams
dirinci terlebih dahulu sehingga setiap satuan kegiatan menjadi jelas, baik
mengenai sasaran, pelaksana, hasil yang diharapkan, waktu, sarana yang
diperlukan, tahap-tahap pelaksanaan, dan biayanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pokja Prakerin SMKN 1 Bandung
dengan koordinatomyaWakasekHubin membuat rencanatertulis pada awal tahun
pelajaran. Rencana itu menetapkan tujuan, sasaran, uraian kegiatan, indikator
115
keberhasilan, penanggung jawab, pelaksana, sumber daya, dan waktu kegiatan
untuk satu tahun pelajaran.
Pembuatan rencana di atas mempertegas bahwa Pokja SMKN 1 telah
menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sekaligus dengan pelaksana
dan waktunya sehingga apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan teori di
atas maka penetapan rencana dinilai sudah efektif.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan hams memperhatikan kebutuhan
lingkungan sekitarnya atau sesuai dengan tuntutan masyarakat sehingga orangorang yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dapat siap bekerja dan hasil
pendidikan dan pelatihannya tidak sia-sia. Oleh karena itu pendidikan dan
pelatihan hams memperhatikan materi sebagai panduan untuk mengukur
efektivitas. Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kemajuan
pembangunan digunakan teori dari Tilaar (1999) yaitu materi yang disampaikan
dalam proses perencanaan pendidikan dan pelatihan bukan hanya mempunyai
kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.
Pada bagian lain teori Tilaar (1999) juga menyebutkan bahwa keterampilan yang
diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh
dunia industri atau oleh kesempatan-kesempatan yang muncul karena kemajuan
ilmu dan teknologi. Selain itu juga Enoch (1995) menyatakan bahwa perencanaan
meliputi langkah-langkah: (1) pengumpulan dan pengolahan data dan informasi;
(2) analisis dan diagnosis; (3) perumusan kebijaksanaan; (4) perkiraan kebutuhan
yang akan datang; (5) penetapan sasaran; (6) altematif strategi yang layak; (7)
116
pemmusan rencana; (8) penganggaran; (9) rincian rencana; (10) pelaksanaan
rencana; (11) evaluasi rencana dan pelaksanaan.
Dalam proses perencanaan materi Prakerin di SMKN 1 Bandung, pihak
sekolah peka terhadap pembahan-pembahan kebijaksanaan yang dibuat oleh
pemerintah dan yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu untuk
mengantisipasinya pihak sekolah bekerja sama dengan Majelis Sekolah
mengadakan lokakarya untuk menetapkan standarkompetensi (program pelatihan)
bagi masing-masing jurusan/program studi atau bidang/program keahlian.
Lokakarya yang melibatkan dunia usaha/industri dan sekolah ini diselenggarakan
seiring dengan pembahan kurikulum.
Perbandingan teori di atas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penetapan materi pelatihanyang telah melibatkan dunia usaha/industri mempakan
langkah antisipasi sekolahdalam rangka memperkirakan kebutuhan pasar kerja di
masa yang datang seiring dengan tuntutan pembangunan nasional sehingga
penetapan materi pelatihan tersebut dinilai efektif.
B. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua
sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga rencana yang telah
dibuat
dapat
dilaksanakan
dengan
lancar.
Pengukuran
efektifitas
pengorganisasian Prakerin menggunakan teori Siagian (1996) yang menyebutkan
bahwa dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian terdapat lima pertanyaan
yaitu: (1) siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa; (3)
117
siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran
komunikasi
apa
yang
terdapat
dalam
organisasi,
bagaimana cara
memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (5) jaringan informasi apa
yang terdapat dalam organisasi?.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) sebelum kegiatan Prakerin
Kepala SMKN 1 Bandung dibantu oleh Wakasek Hubin membuat struktur
organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab; (2) adanya
forum rapat pada setiap tahapan kegiatan Prakerin yang dihadiri oleh Pokja PSG
untuk mengetahui kelancaran kegiatan dan hambatan-hambatan yang ditemui; (3)
sebelum kegiatan Prakerin dilaksanakan, sekolah selalu memberikan pengarahan
kepada siswa dan pemberian informasi kepada orang tua/wali siswa tentang
peranan Prakerin di SMK dan cara pelaksanaan Prakerin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah teriihat dengan jelas proses
pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab yang sedemikian mpa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan secara utuh dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila hasil penelitian dibandingkan dengan teori di atas
menunjukkan bahwa pengorganisasian dalam kegiatan Prakerin dinilai efektif.
Teori lain yang lebih spesifik dikemukakan oleh R. Crow (1991)
menyatakan bahwa langkah
pengorganisasian pelatihan meliputi:
(1)
mengklasifikasikan tahap-tahap kegiatan yang direncanakan; (2) menguraikan
latar belakang pengetahuan; (3) meningkatkan keterampilan yang rendah; (4)
mempersiapkan program tertulis; (5) menentukan metoda pelatihan dan lokasi;
118
(6) melatih instruktur; (7) menetapkan dasar seleksi bagi orang yang akan dilatih;
(8) mengembangkan evaluasi dan menindaklanjuti rencana.
Hasil penelitian m