ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL.

(1)

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : MEYRISA AMELIA

NIM. 0909015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS


(2)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL


(3)

(4)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Meyrisa Amelia

Pembimbing :Arvian Triantoro, S.Pd., M.Si.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PSAP No. 12 Laporan Operasional mudah dipahami oleh aparatur pemerintah.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 39 responden. Responden merupakan aparatur pemerintah yang bekerja pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) se Jawa Barat. Adapun metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskripif.

Setelah melakukan penelitian pada pegawai seksi verifikasi dan akuntansi pada KPPN se Jawa Barat mengenai tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 termasuk dalam kriteria baik.

Kata Kunci : Tingkat Pemahaman, Aparatur Pemerintah, PSAP No. 12 Laporan Operasional


(5)

ANALYSIS OF THE LEVEL OF THE GOVERNMENT APPARATUS OF UNDERSTANDING PSAP NO. 12 OPERATIONAL STATEMENTS

Meyrisa Amelia

Counsellor: Arvian Triantoro, S.Pd., M.Si.

ABSTRACT

This research aims to determine whether the PSAP No. 12 Operational Statements easily understood by government officials.

The sample used in this study amounted to 39 respondents. Respondents are government officials who worked on the Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) in West Java. The sampling method using purposive sampling. Data analysis method used is descriptive analysis.

After doing research on employee verification and accounting section in Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) in West Java the level of the government apparatus of understanding PSAP No. 12 Operational Statements can be concluded that the results showed that the level of understanding of the government apparatus PSAP No.12 included in the criteria for good.

Keywords : The Level of Understanding, Government Apparatus, PSAP No. 12, Operational Statements


(6)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 8

1.3Rumusan Masalah Penelitian ... 8

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik ... 10

2.1.2 Fase-fase Penting Perkembangan Akuntansi ... 12

2.1.3 Standar Akuntansi ... 15

2.1.4 Standar Akuntansi Pemerintahan ... 17

2.1.4.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan ... 17

2.1.4.2 Tujuan Standar Akuntansi Pemerintahan ... 19

2.1.4.3 Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan ... 20

2.1.4.4 Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia... 22

2.1.4.5 Akuntansi Berbasis Akrual ... 27

2.1.5 Laporan Operasional (LO) ... 28

2.1.5.1 Laporan Operasional (LO) ... 28

2.1.5.2 Manfaat Informasi Laporan Operasional ... 30

2.1.5.3 Periode Pelaporan ... 31

2.1.5.4 Struktur dan Isi Laporan Operasional ... 32

2.1.5.5 Komponen Laporan Keuangan dalam Penyajian Standar... 33

2.2 Kerangka Pemikiran ... 35

2.3 Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1Desain Penelitian ... 41

3.2Operasionalisasi Variabel ... 41

3.3Populasi dan Sampel atau Sumber Data... 44

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5 Analisis Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ... 52

4.1.1 Gambaran Umum KPPN ... 52

4.1.2 Profil KPPN ... 53

4.1.3 Gambaran Umum Responden ... 55


(7)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Gambaran Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah ... 64

4.2.2 Deskripsi manfaat laporan operasional ... 65

4.2.3 Deskripsi Definisi Istilah-Istilah Pernyataan Standar ... 67

4.2.4 Deskripsi Periode Pelaporan ... 70

4.2.5 Deskripsi Struktur dan Isi Laporan Operasional ... 72

4.3 Pembahasan Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah menganai PSAP No. 12 ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Keterbatasan Penelitian... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN :

1. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas 2. Tabulasi Jawaban Responden 3. Hasil Uji Non Response Bias 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif

5. Daftar Tabel Product Moment (r tabel) 6. Daftar Pertanyaan

7. Contoh Jawaban Responden

8. Surat Keterangan Perubahan Judul Skripsi 9. Prekuensi Bimbingan

10.Surat Permohonan Izin Penelitian

11.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari KPPN 12.SK Ujian Sidang


(8)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Penelitian

Akuntansi memiliki memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar pelaksanaan teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik, prinsip) dan praktik yang sudah diterima oleh umum karena kelogisannya. Standar itu disebut standar akuntansi, di Indonesia berlaku Prinsip Akuntansi Indonesia kemudian diganti menjadi Standar akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia, kemudian menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Standar akuntansi merupakan aspek penting dalam profesi dan semua pemakai laporan keuangan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi pada periode tertentu. Oleh karena itu, standar akuntansi yang berkualitaslah yang diharapkan oleh profesi akuntansi dan pemakai laporan keuangan. Standar akuntansi yang berkualitas diharapkan mudah dipahami oleh pengguna.

Tujuan adanya standar adalah agar pemahaman para pengguna dan pemahaman para penyusun laporan keuangan sama. Jacob dan Madu (2008) menyatakan bahwa standar “akuntansi yang berkualitas akan mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan perusahaan.”


(9)

Standar akuntansi yang digunakan oleh pemerintah tidak sama dengan standar akuntansi yang digunakan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pos-pos penerimaan dan pengeluaran perusahaan tidak sama dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sering mengalami perubahan dikarenakan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi dibidang akuntansi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.


(10)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara lebih mendalam, Study #14 IFAC Public Sector Committee (2002) menyatakan bahwa “pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan.” Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumberdaya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya tersebut.

Agar akuntansi berbasis akrual dapat terlaksana dengan baik, sejak tahun 2006 KSAP telah mengkaji, melakukan penelitian, dan pembahasan serta menyiapkan Draft Standar Akuntansi Pemerintahan yang berbasis akrual berdasarkan kesepakatan sementara dari KSAP. Penyusunan Draft SAP yang berbasis akrual tersebut dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan bahwa SAP berbasis kas menuju akrual (PP Nomor 24 Tahun 2005) baru saja diterbitkan dan belum sepenuhnya diimplementasikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. SAP berbasis akrual yang akan disusun sesuai Undang-Undang Keuangan Negara mengharuskan perubahan/penyempurnaan pada bidang perencanaan dan penganggaranan, dimana KSAP tidak dalam posisi untuk membuat ketentuan/peraturan dibidang tersebut.

Penyusunan SAP berbasis akrual dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menyusun PSAP berbasis akrual seluruhnya dari awal dan menyesuaikan PSAP


(11)

berbasis akrual (sesuai PP Nomor 24 Tahun 2005) menjadi PSAP berbasis akrual dengan referensi International Public Sector Accounting Standards (IPSAS), dengan mempertimbangkan praktik-praktik yang berlaku, administrasi pemerintahan yang ada dan kemampuan sumber daya manusia. Atas dua strategi tersebut, KSAP menggunakan strategi yang kedua.

Pada tanggal 22 Oktober 2010 peraturan pemerintah mengenai standar akuntansi yang berbasis akrual diterapkan. Standar akuntansi yang berbasis akrual diatur dalam PP Nomor 71 Tahun 2010. PP Nomor 71 Tahun 2010 diterapkan secara penuh pada tahun 2014. Hal ini sudah tercantum pada Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003.

Selama masa transisi dari akuntansi berbasis kas menuju akrual (PP Nomor 24 Tahun 2005) ke akuntansi berbasis akrual (PP Nomor 71 Tahun 2010) pemerintah melakukan berapa upaya diantaranya sosialisasi. Sosialisasi diberikan kepada seluruh pihak yang menggunakan SAP.

Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini para pengguna SAP tidak menemui kesulitan dalam mengunakan SAP berbasis akrual. Bentuk sosialisasi yang dilakuakan berupa seminar/diseminasi/diskusi dengan pengguna, program pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT) dan memfasilitasi konsultasi teknis terkait penerapan SAP Berbasis Akrual (help desk).

Standar Akuntansi Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdiri dari Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP) dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP).


(12)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kerangka Konseptual sejatinya bukan merupakan standar, yang dalam artiannya tidak harus diikuti secara kaku. Sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Konseptual itu sendiri, bahwa tujuan Kerangka Konseptual adalah acuan bagi penyusun standar dalam melakuksanakan tugasnya, acuan bagi pengguna untuk menyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar, acuan pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar dan acuan para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disusun sesuai dengan standar.

Pernyataan Sistem Akuntansi Pemerintahan (PSAP) terdiri dari 12 (dua belas) pernyataan, yaitu:

a. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan

b. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas c. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas

d. PSAP Nomor 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan e. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan

f. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi g. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap

h. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan i. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban

j. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan

k. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian l. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional (LO)

Menurut PP No. 71 Lampiran III, “Perbedaan mendasar antara SAP berbasis kas menuju akrual dan SAP berbasis akrual terletak pada PSAP No. 12 PP No. 71 Tahun 2010.” PSAP N0. 12 ini meliputi Laporan Operasional dimana pada PP No. 24 Tahun 2005 bersifat opsional. Pada PP No 24 Tahun 2005 disebut dengan nama Laporan Kinerja Keuangan.


(13)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunanya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Dalam PP No. 71 tahun 2010 terdapat PSAP yang baru, yaitu PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional. Pada PSAP ini laporan operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Peneliti tertarik untuk meneliti apakah PSAP No. 12 ini sudah dipahami oleh para aparatur pemerintah.

Kementerian Keuangan pesimistis target pelaporan keuangan dari seluruh Kementrian/Lembaga (K/L) yang mendapat opini WTP tercapai pada 2011, menyusul bertambahnya sekitar 2.000 satuan kerja dalam beberapa tahun terakhir. Vincentius Sonny Loho, Irjen Kemenkeu, menuturkan keterbatasan SDM yang menguasai standar akutansi pemerintah merupakan masalah klasik yang selama ini menghambat perbaikan kualitas pelaporan keuangan K/L (BPK, 20 September 2011).

Dengan diberlakukannya PP No. 71 Tahun 2010 maka Sumber Daya Manusia harus memiliki pemahaman yang baik mengenai standar akuntansi pemerintah berbasis akrual sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas baik. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Eka Danofi tahun 2013 yang meneliti tentang “Pengaruh Pemahaman atas Penerapan SAP Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Penelitian pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan


(14)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Negara di Priangan Timur)”. Peneliti merajuk pada penelitian tersebut akan tetapi terdapat perbedaan yaitu analisis tingkat pemahaman aparatur pemerintah dan lokasi penelitan pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di Jawa Barat.

Dari penjelasan di atas, peneliti memilih objek penelitian pada aparatur pemerintahan. Alasan peneliti memilih aparatur pemerintahan sebagai objek adalah karena aparatur pemerintah terutama bagian verifikasi dan akuntansi mempunyai tugas untuk menyusun laporan keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara (Kuasa BUN) di daerah yang menjadi wilayah tugasnya. Seksi Verifikasi dan Akuntansi melakukan posting dan verifikasi transaksi di KPPN selaku BUN. Seksi Verifikasi juga melakukan merekonsiliasinya dengan satker untuk meningkatkan akurasi data. Dengan memahami Standar Akuntansi maka akan ada keseragaman laporan keuangan.

Pemahaman terhadap PSAP No. 12 mengenai laporan operasional pada PP N0. 71 Tahun 2010 sangatlah penting dipahami oleh para aparatur pemerintahan inilah yang menjadi salah satu pedoman dalam menyusun laporan keuangan. Dengan memahami standar akuntansi maka diharapkan dikemudian hari tidak ada kesalahan dalam menyusun laporan keuangan, sehingga tidak akan ada lagi salah paham antara pengguna laporan keuangan dan penyusun laporan keuangan.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional.”


(15)

1. 2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa pertimbangan, maka peneliti melakukan beberapa batasan atas masalah yang akan diteliti, yaitu antara lain :

a. Standar Akuntansi Pemerintah yang diteliti hanyalah PSAP No. 12 tentang penyajian Laporan Operasional

b. Dalam penelitian ini aparatur pemerintahan yang menjadi objek penelitian hanyalah yang berada pada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara (KPPN) di Jawa Barat yaitu Seksi Verifikasi dan Akuntansi (vera).

1. 3. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional.

1. 4. Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Maksud Penelitian

Maksud diadakan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 tentang


(16)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional.

1. 5. Kegunaan Penelitian a. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan melalui penelitian ini peneliti dapat lebih memahami mengenai PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional. Selain itu, melalui penelitian ini peneliti mengetahui sejauh mana pemahaman aparatur pemerintahan mengenai PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional.

b. Bagi Pemerintah Daerah

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait. Disamping itu, peneliti mengharapkan dengan adanya penelitian ini para aparatur pemerintahan dapat lebih memahami PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional dan laporan keuangan akan seragam dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

c. Bagi Pihak Lain

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Desain Penelitian

Menurut Husein Umar (2008 : 4),

Desain penelitian merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis. Desain penelitian adalah suatu rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan-hubungan antar variabel secara komprehensif, sedemikian rupa agar hasil penelitiannya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Jadi desain penelitian mencakup langkah-langkah yang digunakan dalam suatu penelitian sehingga didapatkan hasil dari kesimpulan penelitian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Menurut Nazir (1999:65), “Penelitian survei adalah penyidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional.

3. 2. Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2002 : 20), “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.” Variabel


(18)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman pemerintahan mengenai PSAP No. 12 mengenai Laporan Operasional. Adapun indikator dari variabel yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Laporan Operasional

Indikator manfaat laporan operasional digunakan untuk mengukur pemahaman aparatur pemerintahan mengenai isi dari laporan operasional yaitu manfaat laporan operasional. Indikator manfaat laporan operasional terdiri dari 3 item pernyataan dan diukur meggunakan Skala Likert (skala 1 sampai 5). Skala 1 Menunjukkan sangat sulit dipahami, skala 2 menunjukkan sulit dipahami, skala 3 menunjukkan netral, skala 4 menunjukkan mudah dipahami dan skala 5 menunjukkan sangat mudah dipahami.

b. Definisi Istilah-Istilah Pernyataan Standar

Indikator manfaat laporan operasional digunakan untuk mengukur pemahaman aparatur pemerintahan mengenai isi dari laporan operasinal yaitu definisi istilah-istilah dalam pernyataan stadar laporan operasional. Indikator manfaat laporan operasional terdiri dari 17 item pernyataan dan diukur meggunakan Skala Likert (skala 1 sampai 5). Skala 1 Menunjukkan sangat sulit dipahami, skala 2 menunjukkan sulit dipahami, skala 3 menunjukkan netral, skala 4 menunjukkan mudah dipahami dan skala 5 menunjukkan sangat mudah dipahami.


(19)

c. Periode Pelaporan

Variabel manfaat laporan operasional digunakan untuk mengukur pemahaman aparatur Variabel manfaat laporan operasional digunakan untuk mengukur pemahaman aparatur pemerintahan mengenai isi dari laporan operasinal yaitu periode laporan operasional. Indikator manfaat laporan operasional terdiri dari 2 item pernyataan dan diukur meggunakan Skala Likert (skala 1 sampai 5). Skala 1 Menunjukkan sangat sulit dipahami, skala 2 menunjukkan sulit dipahami, skala 3 menunjukkan netral, skala 4 menunjukkan mudah dipahami dan skala 5 menunjukkan sangat mudah dipahami oleh aparatur pemerintahan mengenai isi dari laporan operasinal yaitu periode laporan operasional. Indikator manfaat laporan operasional terdiri dari 2 item pernyataan dan diukur meggunakan Skala Likert (skala 1 sampai 5). Skala 1 Menunjukkan sangat sulit dipahami, skala 2 menunjukkan sulit dipahami, skala 3 menunjukkan netral, skala 4 menunjukkan mudah dipahami dan skala 5 menunjukkan sangat mudah dipahami.

d. Struktur dan Isi Laporan Operasional

Indikator manfaat laporan operasional digunakan untuk mengukur pemahaman aparatur pemerintahan mengenai isi dari laporan operasional yaitu struktur dan isi laporan operasional. Indikator manfaat laporan operasional terdiri dari 7 item pernyataan dan diukur meggunakan Skala Likert (skala 1 sampai 5). Skala 1 Menunjukkan sangat sulit dipahami, skala 2 menunjukkan sulit dipahami, skala 3 menunjukkan netral, skala 4


(20)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan mudah dipahami dan skala 5 menunjukkan sangat mudah dipahami.

3. 3. Populasi dan Sampel atau Sumber Data

Populasi menurut Riduwan (2012 : 11), “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.”

Sedangkan Sugiyono (2002 : 57), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang tersedia atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Populasi dalam penelitian ini adalah aparatur pemerintahan bagian verifikasi dan akuntansi yang berada di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di Provinsi Jawa Barat. Jumlah KPPN tersebut adalah 12 KPPN, yaitu KPPN Bandung I, KPPN Bandung II, KPPN Bekasi, KPPN Bogor, KPPN Cirebon, KPPN Garut, KPPN Karawang, KPPN Kuningan, KPPN Purwakarta, KPPN Sukabumi, KPPN Sumedang, dan KPPN Tasikmalaya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non – probability sampling dengan pengambilan dengan sampling pertimbangan (purposive sampling). Menurut Riduwan (2012 : 61), “non – probability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel.” Dalam hal ini tidak semua anggota populasi dapat terpilih menjadi anggota sampel. Sedangkan purposive


(21)

sampling menurut Riduwan (2012: 63), “purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.”

3. 4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari responden. Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan berupa angket yang disebarkan kepada aparatur pemerintahan yang memenuhi kriteria sampel.

3. 5. Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif. Menurut Riduwan (2009 : 27), “analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok.” Teknik analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian disamping harus valid juga harus dipercaya kehandalannya (reliabel). Oleh karena itu, digunakan uji reliabilitas untuk mengetahui ketepatan nilai kuesioner, artinya instrumen penelitian bila diajukan pada waktu yang berbeda hasilnya akan sama. Langkah-langkah pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:


(22)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Langkah 1: Mencari varians skor tiap-tiap item

��= ��−

��

(Riduwan, 2012:115) Keterangan :

Si = Varian skor tiap-tiap item pernyataan

�2

= Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item

� 2=Jumlah skor seluruh jawaban responden dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 2: Menjumlahkan varians semua item

��= � +� +� … …. .�� (Riduwan, 2012:116)

Keterangan:

∑Si = Jumlah varians setiap item Sı, S , S , …Sn = Varians item ke-1, 2, 3…n

Langkah 3: Menghitung varians total

� = � 

(Riduwan, 2012:116) Keterangan :

� = Varians total

� 2

= Jumlah kuadrat jawaban responden dari seluruh item

� 2 = Jumlah skor seluruh responden dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 4: Menghitung reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha

= �−� . − � � (Riduwan, 2012: 116) Keterangan :

�11 = Nilai Reliabilitas k = Jumlah item

� = Jumlah varians skor tiap-tiap item k = Varians total

Setelah diperoleh nilai �11 tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai � dengan taraf signifikansi 5%. Kriteria pengujian instrumen :


(23)

Jika �11< � , berarti tidak reliabel

Dari perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for windows, didapatkan nilai reliabilitas instrumen penelitian yaitu sebesar 0,672. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan� pada tabel r diperoleh � pada taraf kepercayaan 95% untuk 29 item soal dan 4 responden yaitu sebesar 0,367. Karena �

� �, maka soal yang diberikan kepada objek penelitian dinyatakan

reliabel. b. Uji Validitas

Untuk menentukan kevalidan dari setiap item kuesioner digunakan metode koefisien korelasi Product Moment Pearson yaitu dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing responden dari setiap item pertanyaan dengan masing-masing skor total variabel X dan variabel Y. Rumus korelasi Product Moment Method adalah sebagai berikut:

 

2 2

2

 

2

Y Y n X X n Y X XY n rhitung           

(Riduwan 2012 : 98)

Keterangan:

r hitung = nilai korelasi Product Moment

n = jumlah responden ∑X = jumlah skor variabel X

∑Y = jumlah skor total (seluruh item) Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

thitung = �−


(24)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah responden

Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan menurut Sugiyono (2010 : 251) adalah :

 Jika nilai r hitung > nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan

valid dan dapat dipergunakan

 Jika nilai r hitung > nilai r tabel maka item instrumen dinyatakan

tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan mengujicobakan instrumen penelitian kepada pegawai bagian verifikasi dan akuntansi di Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara Bandung II dengan jumlah responden sebanyak 4 orang responden. Jumlah pertanyaan yang diberikan sebanyak 29 pertanyaan mengenai laporan operasional. Berikut ini ditampilkan hasil uji validitas berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for windows yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Validitas Item Instrumen

No. Item Hasil Validitas Keterangan

1 0,460 Valid

2 0,522 Valid

3 -0,525 Tidak Valid

4 -0,108 Tidak Valid

5 0,509 Valid

6 0,684 Valid

7 0,607 Valid

8 0,607 Valid

9 0,509 Valid

10 0,818 Valid

11 0,991 Valid


(25)

No. Item Hasil Validitas Keterangan

13 -0,682 Tidak Valid

14 0,413 Valid

15 0,413 Valid

16 0,155 Tidak Valid

17 0,155 Tidak Valid

18 0,413 Valid

19 0,684 Valid

20 0,000 Tidak Valid

21 -0,853 Tidak Valid

22 0,607 Valid

23 0,260 Tidak Valid

24 0,260 Tidak Valid

25 0,000 Tidak Valid

26 -0,706 Tidak Valid

27 0,155 Tidak Valid

28 0,413 Valid

29 0,684 Valid

Sumber: data primer diolah

Suatu instrumen dikatakan valid apabila� � nilai untuk

� � dengan jumlah item pertanyaan 29 dan jumlah responden 4 orang

pada taraf kepercayaan 95% adalah sebesar 0,367. Berdasarkan tabel 4.1, dapat terlihat bahwa dari 29 pertanyaan yang disebarkan kepada responden, terdapat 12 pertanyaan yan dinyatakan tidak valid, sedangkan sisanya 17 pertanyaan dinyatakan valid. Jumlah pertanyaan yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 17 pertanyaan, maka hanya 17 pertanyaan saja yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya.

c. Uji non response bias

Pengujian uji non response bias dilakukan pada kuesioner yang diambil secara langsung dan kuesioner yang dikembalikan oleh responden melalui kotak pos. Apabila nilai Levene’s for Equity Variance menunjukkan tingkat signifikan diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor jawaban pada kelompok responden


(26)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok berasal dari populasi yang sama.

d. Menguji nilai mean

Mean adalah alat pengukur rata-rata yang paling populer untuk mengetahui karakteristik dari sekelompok data dengan membagi jumlah keseluruhan isi data dengan jumlah datanya.

Rumus menguji nilai mean bila data berkelompok :

= ���

� (Sujarweni, 2012 : 25)

Keterangan: Me = Mean

= jumlah data/sampel

� = jumlah perkalian antara jumlah data sampel (fi) dengan tanda

kelas (xi)

e. Menghitung skor tiap indikator dengan cara membandingkan skor item yang diperoleh berdasarkan jawaban responden dengan skor tertinggi jawaban kemudian dikalikan 100%

f. Menginterpretasikan hasil distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran dari setiap indikator. Menurut Sugiyono (2010:133) kriteria interprestasi skor berdasarkan jawaban responden dapat ditentukan sebagai berikut, “skor maksimum setiap kuesioner adalah 5 dan skor minimum adalah 1, atau berkisar antara 20% sampai 100%, maka jarak antara skor yang berdekatan adalah 16%. ((100%-20%)/5).” Sehingga dapat diperoleh kriteria sebagai berikut:


(27)

Tabel 3.2

Interprestasi Hasil Skor

Hasil Kategori

20% - 35,99% Sangat Sulit Dipahami

36% - 51,99% Sulit Dipahami

52% - 83,99% Netral

68% - 83,99% Mudah Dipahami

84% - 100% Sangat Mudah Dipahami

g. Menguji nilai range

Range (rentangan) adalah data tertinggi dikurangi data terendah. Rumus menguji nilai range :

R = data tertinggi – data terendah (Riduwan, 2009 : 39) h. Pengujian nilai varians

Varians adalah adanya bias data dari rata-rata sampelnya. Rumus menguji nilai varians data berkelompok:

� = �− �(��−� ) (Sujarweni, 2012 : 29)

Keterangan:

2 = Varians

� = jumlah sampel

� − � 2 = jumlah antara kuadrat pengurungan nilai data (x

1)

dikurangi nilai rata-rata (� ) i. Pengujian nilai standar deviasi

Standar deviasi adalah akar dari varians menunjukkan simpangan baku. Rumus menguji nilai standar deviasi data berkelompok:

�= � �− ��−� atau �= �� ��� (Sujarweni, 2012 : 30)

Keterangan:

= Standar Deviasi


(28)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian pada pegawai seksi verifikasi dan akuntansi pada KPPN se Jawa Barat mengenai tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 termasuk dalam kriteria baik. Pemahaman aparatur pemerintah bukanlah satu-satunya faktor yang mensukseskan penerapan Standar Akuntansi Permerintah. Selain aparatur pemerintah, sistem pun harus sesuai dengan perkembangan standar akuntansi.

5. 2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dengan baik, tetapi masih memiliki beberapa keterbatasan yang tidak bisa dihindari. Hal itu memerlukan kehati-hatian dalam menggeneralisasikan hasil penelitian ini. Beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian antara lain :

a. Penelitian ini hanya terbatas pada aparatur pemerintah yang bekerja di KPPN di Jawa Barat sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk semua aparatur pemerintah di seluruh Indonesia.


(29)

b. Kehandalan validitas dan realibilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini nampak belum teruji dengan baik, hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah pertanyaan yang harus dieliminasi dari model, ini mungkin disebabkan karena faktor penerjemahan yang kurang baik terutama dalam bahasa angket yang kurang dipahami oleh responden.

c. Penelitian ini tidak melihat apakah aparatur pemerintah sudah mendapatkan informasi mengenai Laporan Operasional dan apakah sudah mendapatkan sosialisasi mengenai Laporan Operasional.

d. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini dilakukan tidak langsung mendatangi responden. Peneliti masih menggunakan jasa pos dalam melakukan penelitian ini.

5. 3. Saran

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ditemukan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti menyarankan agar kedepannya penelitian mengenai standar akuntansi lebih diperbanyak lagi. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian mengenai standar maka kedepannya standar akan semakin baik lagi.

b. Penelitian selanjutnya hendaknya melibatkan sampel lain selain aparatur yang ada pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

c. Pada penelitian berikutnya disarankan untuk menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh responden dalam membuat angket.


(30)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Pada penelitian berikutnya dapat dipertimbangkan apakah aparatur pemerintah sudah mendapatkan informasi mengenai Laporan Operasional. e. Untuk penelitian berikutnya disarankan dalam mengumpulkan data hendaklah


(31)

Daftar Pustaka

Buku:

Afiah, N.N. (2009). Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta : Kencana

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidukan. Jakarta : Bumi Aksara Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga Darise, N. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik).

Jakarta : Indeks

Harahap, S.S. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta : Rajagrafindo persada Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Nazir. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Nordiawan, D. Putra I.S. dan Rahmawati, M. (2007). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat

Poerwadarminta. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Edisi Ketiga: Balai Pustaka

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta

Santosa, P.B., dan Ashari. (2005). Analisis Statistikdengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta: Andi

Santoso, S. (2003). Statistik Diskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfebeta Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfebeta


(32)

Meyrisa Amelia, 2014

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN APARATUR PEMERINTAH MENGENAI PSAP NO. 12 LAPORAN OPERASIONAL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sujarweni, V.W., dan Endrayanto, P., (2012). Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ulum, I. (2009). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara Umar, H. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT

RAJAGRAFINDO PERSADA

__________. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). Bandung: Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia

Jurnal :

Chariri, A., dan Hendro, S.K., (2010). “Menguji Kualitas Standar Akuntansi Hasil

Adopsi IFRS : Studi Empiris Pada PSAK No. 55 (Revisi 2006).” dalam

Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010

Jacob, R.A. dan C. N. Madu. 2008. “International financial reporting standards: an

indicator of high quality?”. International Journal of Quality and

Reliability Management, Vol. 26, No. 7, pp. 712-722, http://www.emeraldinsight.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Leisenring, J.J. 1998. “FABS Perspectives on the Development of International

Accounting Standards”. Electronic Working Paper.

http://www.baruch.cuny.edu . Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Levitt, A. 1998. “The Importance of High Quality Accounting Standards”.

Accounting Horizons, Vol. 12, No. 1, pp. 79-82

Priyono, N. 2012. Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia Periode Sebelum Reformasi Sampai dengan Pasca Reformasi. Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 81-93


(33)

Rogero, L.H. 1998. “Characteristics of High Quality Accounting Standards”.

Accounting Horizons, Vol. 12, No. 2, pp. 177-183

Peraturan dan Undang-undang:

Pemerintah RI, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Skripsi:

Danifi, E. (2013). Pengaruh Pemahaman atas Penerapan SAP Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Penelitian pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di Priangan Timur). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Internet:

________. (2011). Keuangan Negara Belum Memuaskan [Online]. Tersedia: http://www.bpk.go.id/web/?p=9872. [7 Januari 2014]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian pada pegawai seksi verifikasi dan akuntansi pada KPPN se Jawa Barat mengenai tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 Laporan Operasional dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemahaman aparatur pemerintah mengenai PSAP No. 12 termasuk dalam kriteria baik. Pemahaman aparatur pemerintah bukanlah satu-satunya faktor yang mensukseskan penerapan Standar Akuntansi Permerintah. Selain aparatur pemerintah, sistem pun harus sesuai dengan perkembangan standar akuntansi.

5. 2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dengan baik, tetapi masih memiliki beberapa keterbatasan yang tidak bisa dihindari. Hal itu memerlukan kehati-hatian dalam menggeneralisasikan hasil penelitian ini. Beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian antara lain :

a. Penelitian ini hanya terbatas pada aparatur pemerintah yang bekerja di KPPN di Jawa Barat sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk semua aparatur pemerintah di seluruh Indonesia.


(2)

b. Kehandalan validitas dan realibilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini nampak belum teruji dengan baik, hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah pertanyaan yang harus dieliminasi dari model, ini mungkin disebabkan karena faktor penerjemahan yang kurang baik terutama dalam bahasa angket yang kurang dipahami oleh responden.

c. Penelitian ini tidak melihat apakah aparatur pemerintah sudah mendapatkan informasi mengenai Laporan Operasional dan apakah sudah mendapatkan sosialisasi mengenai Laporan Operasional.

d. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini

dilakukan tidak langsung mendatangi responden. Peneliti masih

menggunakan jasa pos dalam melakukan penelitian ini.

5. 3. Saran

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ditemukan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti menyarankan agar kedepannya penelitian mengenai standar akuntansi lebih diperbanyak lagi. Diharapkan dengan semakin banyaknya penelitian mengenai standar maka kedepannya standar akan semakin baik lagi.

b. Penelitian selanjutnya hendaknya melibatkan sampel lain selain aparatur yang ada pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

c. Pada penelitian berikutnya disarankan untuk menggunakan bahasa yang lebih


(3)

d. Pada penelitian berikutnya dapat dipertimbangkan apakah aparatur pemerintah sudah mendapatkan informasi mengenai Laporan Operasional.

e. Untuk penelitian berikutnya disarankan dalam mengumpulkan data hendaklah


(4)

Daftar Pustaka

Buku:

Afiah, N.N. (2009). Akuntansi Pemerintahan: Implementasi Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta : Kencana

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidukan. Jakarta : Bumi Aksara Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga Darise, N. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik).

Jakarta : Indeks

Harahap, S.S. (2007). Teori Akuntansi. Jakarta : Rajagrafindo persada Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Nazir. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Nordiawan, D. Putra I.S. dan Rahmawati, M. (2007). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat

Poerwadarminta. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Edisi Ketiga: Balai Pustaka

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta

Santosa, P.B., dan Ashari. (2005). Analisis Statistikdengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta: Andi

Santoso, S. (2003). Statistik Diskriptif Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: Andi

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfebeta Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfebeta


(5)

Sujarweni, V.W., dan Endrayanto, P., (2012). Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ulum, I. (2009). Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara Umar, H. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: PT

RAJAGRAFINDO PERSADA

__________. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). Bandung: Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia Jurnal :

Chariri, A., dan Hendro, S.K., (2010). “Menguji Kualitas Standar Akuntansi Hasil

Adopsi IFRS : Studi Empiris Pada PSAK No. 55 (Revisi 2006).” dalam

Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010

Jacob, R.A. dan C. N. Madu. 2008. “International financial reporting standards: an indicator of high quality?”. International Journal of Quality and

Reliability Management, Vol. 26, No. 7, pp. 712-722,

http://www.emeraldinsight.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Leisenring, J.J. 1998. “FABS Perspectives on the Development of International

Accounting Standards”. Electronic Working Paper.

http://www.baruch.cuny.edu . Diakses tanggal 27 Agustus 2013

Levitt, A. 1998. “The Importance of High Quality Accounting Standards”. Accounting Horizons, Vol. 12, No. 1, pp. 79-82

Priyono, N. 2012. Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia Periode Sebelum Reformasi Sampai dengan Pasca Reformasi. Vol. 37 No. 1, 15 September 2012 : 81-93


(6)

Rogero, L.H. 1998. “Characteristics of High Quality Accounting Standards”. Accounting Horizons, Vol. 12, No. 2, pp. 177-183

Peraturan dan Undang-undang:

Pemerintah RI, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Skripsi:

Danifi, E. (2013). Pengaruh Pemahaman atas Penerapan SAP Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Penelitian pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di Priangan Timur). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Internet:

________. (2011). Keuangan Negara Belum Memuaskan [Online]. Tersedia: http://www.bpk.go.id/web/?p=9872. [7 Januari 2014]