KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM JUVENILLE DELINQUENCY IN ISLAMIC EDUCATIONAL PSYCHOLOGY PERSPECTIVE

KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM JUVENILLE DELINQUENCY IN ISLAMIC EDUCATIONAL PSYCHOLOGY PERSPECTIVE

Oleh: Azam Syukur Rahmatullah Dosen Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

azamsyukurrahmatullah@yahoo.co.id

Abstract

The theme of juvenile delinquency is not really a weird theme, but the theme is already become history, even since the time of prophecy. As proof, there are the children of prophet when still a teenager growing up become adult that showed delinquency and disobedience to parents. This further reinforces that the delinquency and juvenile delinquency is a classic to the contemporary era which is still growing even at the level of alert. In essence, if certain parties that in this case the parents, educators, and the family learned of his knowledge, they are juvenile could have been avoided and overcome, namely by developing “aspects of seeding affection, pure unconditional” to children-teenagers, because his life children, adolescents misses the bigger the attention and affection more than his parents. Unfortunately, not many parents who are able to develop nurseries with pure love unconditionally.

Keyword : juvenille delinquency, love

Abstrak

Tema kenakalan remaja sesungguhnya bukan tema asing, tetapi tema yang sudah mensejarah, bahkan sejak zaman kenabian. Sebagai buktinya adanya anak-anak nabi yang tatkala masih remaja beranjak dewasa yang menunjukkan kenakalan serta ketidakpatuhannya kepada orang tua. Hal ini semakin menguatkan bahwa kenakalan anak dan remaja merupakan kenakalan klasik yang hingga era kekinian masih terus berkembang bahkan pada level waspada. Pada hakikatnya, apabila pihak-pihak tertentu yang dalam hal ini orang tua, pendidik, dan keluarga mengetahui ilmunya, mereka remaja nakal sesungguhnya dapat dicegah dan diatasi, yakni dengan mengembangkan “aspek penyemaian kasih sayang murni tanpa syarat” kepada anak-remaja, karena sejatinya anak-remaja semakin besar semakin merindukan perhatian dan kasih sayang lebih dari orang tuanya. Sayangnya tidak banyak orang tua yang mampu mengembangkan persemaian kasih sayang yang murni tanpa syarat.

Kata Kunci: kenakalan remaja-anak, kasih sayang

A. Pendahuluan

Kenakalan remaja di era globalisasi dan modernisasi sekarang ini semakin membahayakan, mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Perilaku kaum remaja menunjukkan sisi-sisi amoral dan asosial dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu memerlukan penanganan yang manusiawi, dan memberi hikmah bagi semua pihak.

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Menurut Sofyan Willis sebenarnya meresahkan dan menjadikan kerusakan kenakalan remaja bukanlah hal baru, tetapi

di dalam masyarakat. Dapat dilihat pada telah menjadi problem sejak berabad-

Qur’an Surat al-B āqarah ayat 11, QS.al-

M āidah ayat 32, QS. al-Isra ayat 4, QS. para nabi pun kenakalan-kenakalan

abad yang lampau. 1 Bahkan sejak zaman

al-Qashashah ayat 77, QS. al-M āidah 64, remaja sudah diperlihatkan. Sebagai

QS. ar-R ūum ayat 41, QS. al-Ankabūt ayat bukti nyatanya kenakalan-kenakalan yang

36, QS. Muhammad ayat 22. Kenakalan dilakukan (justru) oleh anak-anak para

remaja pada hakikatnya bersumber dari Nabi, dapat dilihat bagaimana perangai

kegelisahan jiwa (problematika jiwa) buruk Qabil yang tega membunuh saudara

seorang remaja yang tidak terpenuhi hak- kandungnya sendiri yakni Habil yang

haknya, sehingga menjadi ancaman bagi kala itu umur mereka bekisar dua puluh

dirinya sendiri dan sekelilingnya. Achmad tahunan. 2 Pembunuhan yang diawali dari

Mubarok menyatakan : 6 masalah ringan yang di zaman sekarang

“Dalam zaman global seperti pun sering dijadikan sumber kerusuhan

sekarang ini simbol-simbol zaman yakni “perebutan wanita”. 3 modern seperti yang ditampakkan oleh

Di zaman Nabi Nuh pun terjadi peradaban kota tumbuh sangat cepat, jauh kenakalan yang dilakukan oleh remaja yakni

melampui kemajuan manusianya, sehingga Kan’an yang tidak berkehendak untuk taat

kesenjangan antara manusia dan tempat dan lebih cenderung membangkang dan

di mana mereka hidup menjadi sangat meninggalkan agama yang dianut Nuh. Hal

lebar. Kesenjangan itu melahirkan problem tersebut dapat dilihat pada Qur’an Surat

kejiwaan dan problem itu menggelitik

pertanyaan tentang jati diri manusia. kenakalan remaja pun pernah dilakukan

H ūud (11) ayat 42 dan 43. 4 Di sisi lain

Sepanjang sejarah kemanusiaan, manusia oleh saudara-saudara Nabi Yusuf. Gejolak

memang selau bertanya tentang dirinya, remaja seperti rasa iri dengki, persaingan

karena manusia adalah makluk yang dapat diri dan tidak ingin terkalahkan yang ada

menjadi subyek dan objek sekaligus.” pada saudara-saudara Yusuf— yang kala

G. Stanley Hall menyatakan itu masih remaja— menjadikan mereka

bahwa kenakalan remaja bersumber dari kehilangan hati nurani dan akal budi

sebuah kegagalan seorang remaja dalam sehingga berbuat aniaya terhadap Yusuf

meregulasi dan mengontrol diri, ketika dengan membuangnya ke sumur. Kisah ini

posisi pada tahapan strum and drang (masa dapat dilihat pada QS. Y ūsuf (12) ayat

yang penuh gejolak dan gelombang) 7 ,

15- 18. 5 starm and stress (masa frustasi, konflik, Kenakalan remaja akan selalu

krisis). 8 Karenanya masa remaja menjadi menjadi problem di setiap masa, yang

masa yang paling mengkhawatirkan bagi banyak pihak, karena pada masa inilah

1 Sofyan Willis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex dan

ditentukan baik dan tidaknya perilaku

Pemecahannya ( Bandung : PT Alfabeta, 2008), hlm. 87. 2 Jihad Muhammad Hajjaj, A’mar al-Anbiyaa’, (Cairo

remaja ke depan.

:Maktabah Al-Iman al*/-Manshuroh) diterjemahkan menjadi Umur Para Nabi oleh Team Azzam, (Jakarta:

6 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur’an (Jakarta : Cendekia Centra Muslim, 2004), hlm. 30

Paramadina, 2000), cet. Ke-1, hlm. 2. 3 Dapat dilihat QS. Al-Māidah (5) ayat 27-31

7 Lustin Pikuns, Human Development, (Tokyo : Mc Graw-hill 4 Dapat dilihat QS Surat Hūud (11) ayat 42 dan 43

Kogakusha, 1976), hlm. 112.

5 Dapat dilihat QS. Yūsuf (12) ayat 15- 18 8 Ibid

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

B. Memaknai Kenakalan Remaja sebagai orang tua, pembina, guru dan

(Juvenile Delinquency)

orang dewasa sekitar, yang kesemuanya Secara etimologis kenakalan remaja

salah dalam memberikan pendidikan, atau dalam konsep psikologi disebut

pendekatan dan pengayoman. Sehingga juvenile delinquency, dapat dijabarkan

memunculkan perilaku menyimpang pada bahwa juvenile berarti remaja, sedangkan

diri remaja.

delinquency berarti kejahatan, sehingga Pernyataan penulis di atas semakin secara etimologis juvenile delinquency

memperkuat definisi yang dinyatakan oleh adalah kejahatan remaja atau remaja

Kartini Kartono bahwa kenakalan remaja jahat. 9 John W. Santrock memberi definisi

merupakan produk yang salah dalam secara terminologis perihal kenakalan

mendidik, mendekati atau memperlakukan remaja ini yang menurutnya mengacu

remaja sehingga melakukan penyimpangan pada rentang perilaku yang luas, mulai

individual dan sosial. 12 Menurutnya dari perilaku yang tidak dapat diterima

kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara sosial (seperti bertindak berlebihan

atau kejahatan remaja-remaja muda yang di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan

merupakan gejala sakit secara sosial diri dari rumah) hingga tindakan-

pada remaja yang disebabkan oleh satu tindakan kriminal (seperti mencuri). 10 bentuk pengabaian sosial sehingga mereka

Remaja-remaja muda atau remaja yang

menyimpang.

delinquen atau jahat tersebut sering

H a l ya ng di ma ks u d bentuk dinamakan sebagai remaja-remaja cacat

pengabaian sosial di atas menurut penulis secara sosial. Mereka menderita cacat

adalah ketidakpedulian pihak-pihak yang mental disebabkan oleh pengaruh sosial

memiliki tanggung jawab kepada anak yang ada di tengah masyarakat. Dalam

dan remaja seperti orang tua, saudara bahasa Paulus Tangdilintin adalah “krisis

dekat, pendidik, guru terhadap perasaan identitas” dipengaruhi oleh cara orang

si remaja, kemauan si remaja, kondisi dewasa memperlakukan remaja remaja

kejiwaan si remaja. Keadaan yang demikian tersebut. 11 menjadikan remaja terasingkan dan

Berdasarkan pernyataan di atas berupaya mencari komunitas baru yang Santrock menilai bahwa kenakalan remaja

menyamankan dan mampu memberikan pada hakikatnya memiliki “keluasan

solusi yang mendamaikan si remaja, meski bentuk”. Tidak hanya mengacu pada

komunitas tersebut merupakan komunitas kenakalan ringan saja, tetapi juga kenakalan

yang ilegal, yakni komunitas yang banyak berat, yang sejatinya kesemuanya masuk

melakukan pelanggaran sosial. pada tataran “mengkhawatirkan” kaum

Sedangkan Sofyan S. Willis sosial. Meski kenakalan remaja salah satu

memberikan definisi kenakalan remaja pemicunya adalah perlakuan yang keliru

sebagai tindak perbuatan sebagian para dari orang dewasa yang bisa diartikan

remaja yang bertentangan dengan hukum,

9 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), cet ke-4. Hlm. 10

agama dan norma-norma masyarakat

10 John W. Santrock, Life Span Development

sehingga berakibat merugikan orang lain,

Perkembangan Masa Hidup Jilid II , hlm. 22. 11 Paulus Tangdilintin, Masalah-masalah Sosial ; Suatu

Pendekatan Analisis Sosiologis , (Jakarta: Universitas 12 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 ; Kenakalan Remaja Terbuka, 1999), hlm. 8.4.

(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.6

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

mengganggu ketentraman umum dan juga dengan pernyataan Maurice bahwa pola

pengasuhan terhadap anak dan remaja Sofyan tersebut menegaskan bahwa akhir

merusak dirinya sendiri. 13 Pernyataan

yang minim kecerdasan emosi akan (ending) dari segala perilaku kenakalan

mengarahkan anak ataupun remaja kepada remaja; baik kenakalan remaja ringan,

kepribadian menyimpang. Kurangnya sedang dan berat adalah terganggunya

pendidikan emosi pada anak dan remaja kenyamanan, kedamaian, dan keamanan

menyebabkan terjadinya gangguan komunitas masyarakat di manapun remaja

emosi (afektif) yang dinamakan manik- pelaku kenakalan tersebut berada. Di sisi

depresif. Meski pelaku masih mampu lain terkadang remaja minim pengetahuan

berkomunikasi dan berinteraksi sosial diri bahwa perilaku mengganggu

tetapi sejatinya memiliki kegelisahan jiwa ketentraman kaum sosial pada hakikatnya

dan ketidakdamaian hidup. mengganggu ketentraman diri individu

Pola pengasuhan yang kering si pelaku itu sendiri. Hal yang demikian

kecerdasan emosi mengarahkan pula para menjadikan remaja pelaku kurang respon

remaja pada ketidaksiapan diri dalam terhadap diri mereka sendiri.

menerima berbagai masalah yang datang Berdasarkan beberapa definisi di

padanya. Kondisi kejiwaan yang dimiliki atas, dapat dikerucutkan oleh penulis bahwa

tidak mampu memberi solusi, yang pada kenakalan remaja (juvenile delinquency)

akhirnya jalan penyimpangan perilaku adalah perilaku remaja yang tidak sejalan

yang dipilih.

dengan aturan agama, hukum positif dan Hampir senada dengan Maurice, adat yang kemudian menjadi penyakit di

Kempe & Kempe berasumsi bahwa remaja dalam masyarakat/penyakit sosial yang

berubah ke arah perilaku menyimpang disebabkan karena ketidakmampuan

merugikan tidak hanya masyarakat itu orang tua untuk empati terhadap remaja

sendiri tetapi sebenarnya pun merugikan atau dengan kata lain pengabaian

diri sendiri dan keluarganya. atau penelantaran orang tua terhadap

remaja; ketidakmatangan, krisis emosi,

C. Sebab-Sebab Terjadinya Kenakalan tidak mampu memenuhi keinginan dan

Remaja

kebutuhan remaja. 15 Dalam dunia realita, Remaja berperilaku “menyimpang”

penulis berpendapat bahwa kondisi yang tidak serta merta terjadi tanpa sebab.

disebutkan oleh Kempe&Kempe benar Menurut para ahli ada beberapa penyebab

adanya, tidak sedikit orang tua yang pola kenakalan remaja (juvenile delinquency),

pengasuhannya menyimpang sehingga di antaranya:

menjadi penyebab remaja menyimpang. Maurice J Elias dkk., yang

Pola pengasuhan yang individualistis yakni menyatakan bahwa penyebab remaja

pola pengasuhan yang lebih memikirkan nakal adalah pengasuhan terhadap

diri sendiri sebagai orang tua dari pada remaja yang minim Emotional Quotient/

memikirkan perkembangan fisik dan

kecerdasan emosi. 14 Penulis sependapat

rohani anak dan remaja. Sehingga bisa

13 Sofyan s. Wilis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Remaja : Mengasah dengan Cinta, Canda dan Disiplin, Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex

hlm. 41.

dan Pemecahannya, hlm. 90. 15 R.S Kempe & C.H Kempe, Child Abused (Cambridge : 14 Maurice J. Elias dkk., Cara-cara Efektif Mengasah EQ

Harvard University Press, 1978), hlm. 17.

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

penulis sampaikan bahwa salah satu Merujuk pada ragam faktor penyebab penyimpangan perilaku pada

terjadinya kenakalan remaja oleh para pakar remaja adalah terdapatnya problem

di atas, penulis mengambil kesimpulan pengasuhan pada keluarga inti.

dengan mengklasifikasikan menjadi tiga penyebab terjadinya kenakalan remaja,

Berbeda dengan Sofyan S. Willis

yakni:

yang mengelompokkan sumber kenakalan

Gambar 1

remaja lebih luas dan beragam, yakni

Klasifikasi Tiga Penyebab Terjadinya

menjadi empat bagian yaitu:

a. Faktor-faktor dari dalam individu

Kenakalan Remaja

remaja, di antaranya predisposing factor yakni faktor-faktor tersebut dibawa sejak lahir atau kejadian- kejadian ketika kelahiran bayi, faktor lainnya yakni lemahnya pertahanan diri remaja dalam mengontrol dan membentengi diri dari lingkungan, dan faktor kurangnya dasar-dasar keimanan di

Sumber: disimpulkan dari berbagai pernyataan

dalam diri remaja.

para pakar tentang penyebab kenakalan remaja seperti: Maurice J Elias, Kempe & Kempe,

b. Faktor keluarga, di antaranya;

Sofyan S. Willis.

remaja kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua,

Primary Factor menunjukkan lemahnya keadaan ekonomi orang

kenakalan remaja ditimbulkan oleh faktor- tua sehingga lemah pula dalam

faktor inti yakni faktor dari dalam diri mencukupi kebutuhan anak-

si remaja itu sendiri (intern) dan faktor anaknya, dan kehidupan keluarga keluarga. Secondary factor merupakan yang tidak harmonis. penyebab kedua dari kenakalan remaja,

c. Faktor masyarakat, di antaranya: yang dalam hal ini interaksi dengan

kurangnya pelaksanaan norma- norma agama, masyarakat

lingkungan yang salah dapat dimasukkan kurang berpendidikan, minimnya

dalam kelompok ini, selain itu budaya controlling terhadap remaja, dan

westernisasi dan kelompok teman meningkat tajamnya pengaruh

sebaya juga ikut mempengaruhi perilaku westernisasi.

menyimpang remaja. Serta tertiary factor

d. Faktor sekolah, di antaranya; guru merupakan strata ketiga sebagai penyebab yang sifatnya hanya mengajar

tambahan munculnya kenakalan remaja, tidak mendidik, mutu guru yang

yang dapat dimasukkan ke dalamnya tidak berkualitas, fasilitas yang

adalah peran pemerintah yang kurang minim, norma-norma sekolah yang

memperhatikan nasib kaum remaja, masih tidak ditegakkan dan kurangnya

banyaknya pengangguran dan sempitnya perhatian guru terhadap peserta

lahan lapangan kerja sehingga menjadikan didiknya. 16

remaja menyimpang.

16 Sofyan s. Wilis, Remaja dan Masalahnya, Mengupas

Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free Sex dan

Pemecahannya, hlm. 93-121.

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

D. Kenakalan Remaja Sebagai Product terserap si remaja, sehingga perilaku

Inconsistency Keluarga

akan menyimpang dari garis lurus yang ditentukan oleh syari’ah, hukum positif

Sebagaimana disinggung di atas

dan hukum adat.

bahwa salah satu penyebab terjadinya Sebagai bukti dari hasil penelitian kenakalan remaja karena faktor Farrington dapat dilihat bahwa sikap ketidakharmonisan antara remaja dan

orang tua yang kasar dan keras, perilaku keluarga. Adanya konsep nafsi-nafsi

orang tua yang menyimpang, dinginnya menjadikan remaja tidak terpikirkan

hubungan antara remaja dengan orang secara lurus (konsisten) oleh keluarganya.

tuanya, orang tua yang bercerai dan Sehingga dapat dikatakan bahwa “keluarga

keluarga dengan ekonomi lemah menjadi seimbang” tidak terwujudkan. David

pendorong utama remaja berubah halauan dalam buku Moch. Shochib memberikan

menjadi “remaja yang menyimpang” dan definisi keluarga seimbang ini, yang

“berperilaku agresif-negatif”. 18 diartikan sebagai keluarga yang ditandai

Merujuk dari pernyataan perihal oleh keharmonisan hubungan antara ayah

bahayanya inconsistency keluarga dalam dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu

mendidik, mengasuh dan memperhatikan dengan anak. 17 anak-anaknya, setiap calon orang tua, atau

Sumber kenakalan yang sejati keluarga baru idealnya “menyadari secara berasal dari keluarga. Ketika keluarga

terbuka dan dengan kesadaran penuh kokoh, memberikan perhatian, nasehat

konsepsi dan aplikasi” untuk membangun membangun, kasih sayang, dan kedamaian

keluarga seimbang yang nantinya akan yang kokoh terhadap remaja, maka faktor

memunculkan remaja-remaja yang sehat, buruk lingkungan, teman sebaya akan

bertanggung jawab, kental karakter tersingkirkan. Hal itu berarti remaja

positifnya, mampu membangun dengan tidak mudah terpengaruh untuk berbuat

baik jiwa interpersonal dan intrapersonal kejahatan atau kenakalan hanya faktor

sehingga jauh dari penyimpangan diri. “dari intern dan ekstern lainnya”.

Hal ini selaras dengan penyampaian Ki Hajar Dewantara yang menyatakan

Berbeda apabila keluarga minim bahwa keluarga merupakan “pusat

sentuhan rahmah terhadap remaja, pendidikan tertinggi” yang pertama

arogansi orang tua lebih dimunculkan, dan terpenting, karena keluarga selalu pendidikan gaya otoriter, kasar dan keras mempengaruhi budi pekerti tiap-tiap yang dikembangkan menghilangkan

manusia, di samping itu orang tua dapat gaya demokrasi, nasehat yang memaksa

menanamkan benih kebatinan yang sesuai lebih dikedepankan—sehingga

dengan kebatinannya sendiri ke dalam jiwa menjadikan remaja semakin tertekan dan

anak-anaknya. 19

tidak nyaman—keadaan seperti inilah

18 D.P Farrington, The Family Background of Aggressive

yang menjadikan pengaruh-pengaruh

Youths ” dalam Herson, Berger and Shaffer (editor) Aggression and Anti-Social Behaviour in Childhood

buruk lain (intern dan ekstern) mudah

and Adolescence (New York : Pergamon press, 1978), hlm 87-90. Ada pada buku Moch Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin

17 Moch Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Diri (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000) Membantu Mengembangkan Disiplin Diri hlm. 19.

19 Ki Hajar Dewantara, Pendidikan (Yogyakarta :

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

Dengan demikian sebenarnya agar mau membuka dirinya. Keempat, sangat jelas bahwa sesungguhnya kasih

pengasuhan yang tulus. 20 sayang merupakan modal terbesar bagi

Seorang remaja apapun dan para orang tua, pendidik, pembimbing,

bagaimanapun keadaannya sangat keluarga, masyarakat bahkan negara

membutuhkan keterikatan, keintiman, untuk menciptakan keharmonisan

perhatian dan pengasuhan yang baik dari hubungan sehingga menciptakan pula

orang-orang terdekatnya. Dengan kata kecerdasan-kecerdasan extern dan intern—

lain remaja-remaja yang nakal dapat kecerdasan afeksi, spiritual, adversity,

diakibatkan oleh krisis keterikatan, interpersonal dan intrapersonal— yang

keintiman, perhatian dan pengasuhan yang nantinya diharapkan mampu menghasilkan

baik dari orang-orang terdekatnya. remaja-remaja yang berkualitas lahir dan

Kelekatan idealnya terus batin. Remaja-remaja yang berkembang

ditumbuhkan baik di dalam keluarga sehat dan mampu hidup dan berfungsi di

maupun di luar keluarga seperti di sekolah, masyarakat secara sehat pula.

maupun masyarakat sekitar. Kelekatan Kasih sayang menjadi sesuatu

yang tidak sempurna akan menghasilkan yang penting diterapkan di berbagai

remaja-remaja bermasalah, yang menurut aspek kehidupan, mengingat di dalam

Kartini Kartono dimaknai sebagai remaja- kasih sayang terdapat unsur kedamaian,

remaja dengan perkembangan pribadi rasa penghargaan, solidaritas sosial yang

yang regresif serta kerusakan pada fungsi tinggi, toleransi yang selalu hidup, dan rasa

intelek sehingga interelasi kemanusiannya saling memiliki yang berkesinambungan.

menjadi miskin, beku, steril tanpa afeksi Karenanya tidak seharusnya kasih sayang

disertai penolakan terhadap super ego dimusnahkan. Kasih sayang harus terus

dan hati nurani sendiri hingga muncul dikembangkan dan dijadikan sumber

kebekuan moral. 21

dalam setiap gerak dan langkah kehidupan. Kasih sayang menurut Sarlito

E. Menilik Model Gaya Mendidik

W. Sarwono dalam artikelnya berjudul Menjadi remaja pembelajar,

“Segitiga Cinta” memiliki 4 unsur yakni remaja yang memiliki konsep dan kontrol

Pertama, keterikatan yakni perasaan untuk diri kuat memerlukan proses panjang dan

hanya bersama orang yang dicintai, segala berkesadaran penuh dari si remaja dan

prioritas hanya untuk dia. Kedua, keintiman pihak-pihak terdekat yang berkewajiban

yakni adanya kebiasaan-kebiasaan dan mendidik dan memahamkan si remaja

tingkah laku yang menunjukkan bahwa dalam perjalananan menuju kedewasaan.

tidak ada jarak lagi antara yang saling Tanpa kesadaran dan pendidikan yang baik

berkasih sayang, dan Ketiga adalah mustahil akan menghasilkan remaja-remaja

adanya perhatian yang mendalam yakni suatu perbuatan yang bertujuan untuk

20 Sarlito W. Sarwono, “Manusia dan Cinta Kasih”, http

mengembangkan pribadi orang lain :www.arikaka.com/bab-iii-manusia-dan cinta-kasih

21 Kartini Kartono, Patologi Sosial ; Gangguan-gangguan Majelis Luhur Taman Siswa, 1962), hlm. 100.

Kejiwaan , hlm. 193.

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

yang berkualitas tinggi dan berkepribadian kebijakan yang salah. 28 Beberapa kode etik

rabbani 22 ,malaki 23 , qur’ani 24 , rasuli 25 ,

yang dapat disebutkan antara lain:

a. Bersikap santun dan penyayang Mendidik kaum remaja idealnya

yawm akhiri 26 dan taqdiri 27 .

terhadap yang dididik (QS. ali- berbekal pada kecerdasan teori dan

Imr ān ayat 159), adanya unsur aplikasi, tidak sekedar berteori semata.

penghargaan yang kental terhadap Sebab tidak sedikit pihak-pihak yang hanya

yang di didik. cerdas berteori tetapi tidak cerdas dalam

b. Menghilangkan sifat amarah, aplikasi ketika mendidik kaum remaja baik

arogansi terhadap yang dididik di lingkungan sekolah, keluarga maupun

karena mereka memiliki rasa dan masyarakat.

hati.

c. Bersifat rendah hati dan tulus seseorang salah dalam mendidik remaja,

Ghazali mengatakan bahwa ketika

ikhlas karena Allah dalam tidak menerapkan kode etik mendidik

mendidik dan membina. (QS. al- yang tepat maka remaja akan jauh dari

Hijr, ayat 88)

kesadaran dirinya. Remaja akan melangkah Jaudah Muhammad Awwad pun sendiri tanpa memperhatikan kehidupan

menyatakan bahwa ketika orang tua masa depannya. Remaja akan mengambil

atau pihak-pihak lain tidak tepat dalam mendidik, membina dan mengarahkan

22 Kepribadian rabbni atau kepribadian ilahi adalah kepribadian individu yang didapat setelah

remaja maka remaja dapat salah arah,

mentrasformasikan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya untuk kemudian diinternalisasikan

mencari jalan kehidupan sendiri yang

ke dalam kehidupan nyata. Atau dalam bahasa sederhananya bahwa kepribadian rabbani adalah

dianggapnya tepat padahal tidak tepat

individu yang mencerminkan sifat-sifat ketuhanan. Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam

dan pada akhirnya remaja tumbuh

(Jakarta : PT RajaGrafindo, 2006) hlm. 189. Kepribadian malaki adalah kepribadian indidu

menjadi remaja yang menyimpang. 29

23 yang didapat setelah menstranformasikan sifat-

Daniel Muijs & David Reynolds memberi

sifat malaikat ke dalam dirinya untuk kemudian diinternalisasaikan dalam kehidupan nyata Abdul

pernyataan bahwa mendidik remaja yang

Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 218. 24 Kepribadian qur’ani adalah kepribadian individu

buruk tidak boleh dengan perlakuan

yang di dapat setelah menstranformasikan isi

kandungan al-Qur’an ke dalam dirinya untuk mendidik yang buruk pula, sebab yang

kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm.

demikian akan semakin memperburuk

perilaku si remaja.

25 Kepribadian rasuli adalah kepribadian individu

yang di dapat setelah menstranformasikan sifat- sifat dan kelebihan-kelebihan individu ke dalam

Karenanya mendidik remaja yang

dirinya untuk kemudian diinternalisasikan dalam kehidupan nyata.Abdul Mujib, Kepribadian dalam

baik sebenarnya di antaranya dengan

Psikologi Islam, hlm. 229.

model sentuhan hati secara langsung

26 Kepribadian yawm akhiri adalah kepribadian individu yang di dapat setelah mengimami,

sehingga mengena pada hati remaja.

memahami dan mempersiapkan diri untuk memasuki hari akhir di mana seluruh perilaku manusia dimintai pertanggung jawaban. Abdul

28 Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, Muraqi al- Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, hlm. 237.

Ubūdiyyah fi Syakh al- Bidāyah al-Hidāyah, (Bandung : 27 Kepribadian taqdiri adalah kepribadian individu

al-Ma’arif, tt.), hlm. 88.

yang didapat setelah mengimani, memahami 29 Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara mengaplikasikan ketentuan dan aturan Allah dalam

Islam , terj. Shihabbudin (Jakarta : Gema Insani Press, kehidupan ini, sehingga ia mendapatkan rahasia

1995), hlm. 49.

dan hikmah hidupnya menuju keselamatan dunia 30 Daniel Muijs & David Reynolds, Effective Teaching dan akhirat. Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi

Teori dan Aplikasi , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Islam , hlm. 241

2008), hlm. 137.

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

Pemberdayaan hati perlu diutamakan remaja, atau antara pendidik dan yang sebab hati merupakan “tiang utama”

terdidik, antara yang merawat dan yang baik dan tidaknya dalam melangkah dan

dirawat, antara pembimbing dan yang mengambil keputusan. Ketika orang tua

dibimbing. Keduanya harus menyatu dan pihak-pihak lain memperkecil peran

padu.tidak ada sekat yang menyertainya. hati remaja atau memandang sebelah

Komunikasi yang jujur merupakan mata hati remaja maka yang terjadi

hal penting yang idealnya diterapkan banyak remaja yang kering kasih sayang.

untuk mendidik remaja. Tidak boleh Sebuah artikel yang berjudul“7

di dalamnya lahw al-hadits yang Prinsip Pendidikan Tanpa Kekerasan”,

diterjemahkan sebagai kebohongan cerita artikel ini memuat hal-hal yang

atau cerita palsu dan al-ifk yang diartikan perlu dilestarikan guna mewujudkan

sebagai hal mengada-ada. Karena yang keharmonisan dalam mendidik,

demikian hanya akan melahirkan remaja mengarahkan dan memberi bimbingan

sebagai bibit-bibit pembohong baru. terhadap remaja tanpa kekerasan dan

Menghormati kebebasan remaja— mengembangkan kasih sayang, 7 prinsip

kebebasan yang dimaksud adalah tersebut yakni: 31 kebebasan yang bertanggung jawab— merupakan kewajiban seorang pendidik,

Gambar 2

pembimbing, pengajar, maupun orang tua.

7 Prinsip Pendidikan Kasih Sayang

Dalam hal ini remaja diberi kebebasan

Tanpa Kekerasan

untuk mengenal diri, mencari jati diri, memahami diri, dan mengapresiasikan talentanya. Tidak adanya pembatas, pengekangan serta aturan-aturan ketat dan mengikat penuh yang pada akhirnya hanya akan membelenggu kebebasan

Sumber : http:/ /www. wikimu .com/ News /

remaja untuk berekspresi.

DisplayNews.aspx?id=14997

Rasa kasih yang berani perlu dimunculkan dan bahkan terus

Keakraban penuh menjadi salah dikembangkan untuk senantiasa satu poin dasar untuk menciptakan mengasihi remaja. Kasih yang berani

suasana kental kasih sayang. Hal disini dapat ditujukan terhadap remaja-

ini disebabkan di dalam keakraban terdapat unsur kasih sayang, keramahan,

remaja yang menyimpang seperti remaja sopan-santun, saling menghargai dan

jalanan, remaja punk, remaja korban menghormati. Mendidik remaja yang

narkoba, remaja-remaja nakal lainnya. baik harus mendekat dan mengerti apa

Seorang guru, pendidik, pembimbing yang diinginkan dan dirasakan remaja.

maupun orang tua harus berani Tidak ada pembatas antara orang tua dan

memberikan kasih sayang yang tulus,

untuk mengubah keadaan mereka menuju

31 7 Prinsip Pendidikan Tanpa Kekerasan, http:/ /www.

wikimu .com/ News /Display News.aspx?id=14997

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

kebaikan sikap dan tingkah laku. Tidak Hal selanjutnya adalah boleh ada pembeda atau pilih kasih di

keterbukaan tanpa paksaan. Suasana antara remaja yang sehat dan yang tidak

kasih sayang yang penuh dapat dilihat sehat, sebab yang demikian hanya akan

dari bagaimana antara kedua belah pihak menambah beban mereka yang tidak

yakni antara orang tua, pembimbing, sehat, dan makin menjadikan terperosok

pengajar, dan remaja saling terbuka tanpa dalam, sehingga kesembuhan bagi mereka

adanya kata “paksaan’. Si remaja dengan adalah kemustahilan.

tulus menceritakan semua permasalahan Saling percaya penuh juga

diri terhadap pihak pertama (seperti merupakan salah satu prinsip menuju

orang tua, pembina atau pendidik). Atau kasih sayang sehat. Seorang pendidik,

pula remaja menceritakan segala hal pembimbing, pengajar atau pun orang tua

yang ditemui dalam keseharian tanpa harus menerapkan prinsip saling percaya.

adanya rasa malu, benci, tidak suka Orang tua belajar untuk mempercayai

dan sebagainya. Semuanya mengalir remaja; percaya untuk bertanggung jawab

dengan bijaksana. Dengan suasana penuh secara mandiri, yang tidak meniadakan

keterbukaan inilah seorang pendidik, “pengawasan tanpa batas” artinya orang pembimbing, pengajar maupun orang tua ataupun pendidik tetap memberikan tua dapat menggunakan kesempatan

pengawasan dan bimbingan bijaksana tersebut untuk pengarahan dengan

terhadap remaja tanpa adanya kata “selesai’ atau tanpa adanya pangkal

santun, pembimbingan positif dengan ujung, terus dan terus memberikan

lembut, dan pemberian nasehat dengan kepercayaan, wejangan dan nasehat

bijak.

menuju kebaikan remaja. Nur Ahid dalam karyanya Mengajar, membina dan mendidik

menambahkan di dalam kasih sayang remaja membutuhkan ketekunan dan

harus ada prinsip keadilan 32 , yakni kesabaran. Terutama terhadap remaja

peniadaan pilih kasih terhadap remaja, yang memiliki gangguan kesehatan

sebagaimana Nabi bersabda dalam Musnad Ahmad ibn Hanbal yang

jiwa, lebih memaksimalkan kesabaran. terjemahannya berbunyi: 33

Sebab modal utama dari “perubahan “Berlaku adillah kamu di antara

akhlak remaja” adalah kesabaran dan remaja-remajamu, berlaku adillah kamu

ketekunan dalam membina dan mendidik. di antara remaja-remajamu, berlaku

Semakin tinggi kualitas sabar seorang adillah kamu di antara anak-anakmu.”

pembimbing, pendidik dan orang tua Tiga kali Nabi menekankan terhadap remaja, maka akan semakin untuk adil terhadap anak dan remaja, cepat remaja yang bermasalah sembuh penekanan yang sangat jelas yang di dari penyakitnya. Tetapi semakin rendah dalamnya tidak boleh ada “penyiksaan, kualitas sabar seorang pembimbing,

penodaan, pengremajatirian, dan hal- pendidik dan orang tua maka semakin

32 Nur Ahid, Pendidikan Keluarga dalam Perspektif jauh remaja sembuh dari penyakitnya. Islam , hlm., 118. 33 Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahamad Ibn Hanbal,

Jilid IV (Bairut : Dar Sadir, tt), hlm. 375.

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

hal yang menyakiti anak dan remaja Artinya: Yang telah menciptakan tujuh dan menjadikan mereka luka lara.

langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang

Semua perlakuan terhadap remaja harus Maha Pemurah sesuatu yang tidak berdasarkan asas keadilan. Quraish

seimbang. Maka lihatlah berulang- Shihab dalam karyanya yang berjudul

ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang Wawasan Al-Qur’ān;Tafsīr Maudlui atas

tidak seimbang ?

Perlbagai Persoalan Umat menyatakan Terdapat ayat-ayat Allah yang bahwa adil dapat dimaknai sebagai

membahas tentang berlaku adil ini, di “persamaan” yakni seseorang tidak

antaranya QS. Al-M āidah ayat 8 (tentang berpihak dan dapat memposisikan diri

adil dan taqwa), QS. An-Nis ā ayat 3 dan dimanapun berada, atau adil dapat

129 (tentang adil terhadap istri), QS. An- dimaknai perhatian terhadap hak-hak

Nis ā ayat 135, QS Al-An’am ayat 152, individu dan memberikan hak-hak itu

QS. Al-A’Raf ayat 29 dan QS. An-Nahl kepada setiap pemiliknya, dan adil

ayat ayat 42 dan QS. Shaad ayat 26 dapat juga dimaknai dengan seimbang. 34 (tentang perintah mengadili secara haq)

Merujuk pada Qur’ ān Surat Al-Infithar dan QS. Al-Mumtahanah ayat 8 (tentang

ayat 6-7 dan QS. Al-Mulk ayat 3 yang pelaku keadilan dicintai Allah). berbunyi:

Manfaat yang didapatkan

QS. Al-Infithar ayat 6-7

jika seseorang (baik orang tua, guru, pembimbing, pemimpin) berlaku adil,

. ِميِرَكْل�ا َكِّبَرِب َك َّرَغ اَم ُناَسْن ِإْلا اَه ُّيَأ اَي terutama terhadap remaja adalah :

a. Remaja akan merasa dihargai (dimanusiakan), tidak merasa

diduakan, sehingga akan berpengaruh positif terhadap

Artinya: Wahai manusia, apakah yang memperdayakan kamu (berbuat

perkembangan jiwa serta durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha

kepribadiannya ke depan. Pemurah? Yang menciptakan kamu

b. Terbentuknya karakter remaja lalu menyempurnakan kejadianmu

menuju karakter pemaaf, dan mengadilkan kamu (menjadikan

penyayang, adil dalam bersikap. susunan tubuhmu seimbang)

c. Lurus dalam berpikir (senantiasa berpikir positif), remaja akan

QS. Al-Mulk ayat 3

terbiasa untuk berpikir baik dan mengesampingkan pikiran-pikiran

ِقْلَخ يِف ٰىَرَت اَم ۖ اًقاَبِط ٍتاَواَمَس َعْبَس َقَلَخ يِذَّلا yang menjatuhkan harga dirinya

seperti dendam, iri, tidak suka

ٍروُطُف ْنِم ٰىَرَت ْلَه َرَصَبْ�ا ِعِجْراَف ۖ ٍتُواَفَت ْنِم ِنَٰمْحَّرلا dengan saudara maupun teman-

temannya.

d. Remaja akan semakin sayang

34 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’ān ; Tafsīr Maudlui atas Perlbagai Persoalan Umat,

dan dekat dengan orang tua

cet- 13 (Bandung, PT

Mizan, 1996) , hlm 111.

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

maupun pihak-pihak lain yang adalah memaafkan orang yang berbuat berkewajiban dekat dengannya,

salah atau aniaya. Orang tua maupun tanpa syarat apapun.

pendidik, guru dan lain sebagainya

e. Remaja akan menemukan figur harus kokoh dalam memegang prinsip yang memang pantas diteladani

“memaafkan” ini, apapun kesalahan dan dijadikan panutan dalam

seorang peserta didik, atau siapapun bersikap serta bertingkah laku

yang dibimbing haruslah dimaafkan dan sampai kapanpun.

dihantarkan menuju titik “kesembuhan Abdullah Nashih Ulwan

perilaku.”

memberikan tambahan yang menyangkut

b. QS. Asy-Syūrā ayat 43

prinsip-prinsip pendidikan kasih sayang ini yakni adanya prinsip kesantunan

dalam bersikap dan bertutur kata terhadap remaja. Menurut Nashih Ulwan

Artinya : “Tetapi orang yang kesantunan merupakan keutamaan

bersabar dan memaafkan, sesungguhnya perbuatan yang

spiritual dan moral yang paling besar demikian itu termasuk hal-hal

yang mengakibatkan manusia dalam yang diutamakan.” puncak keluhuran akhl

āk. 35 Terdapat

beberapa ayat Qur’ ān yang menunjukkan Berdasarkan ayat tersebut hal- kesantunan dalam bersikap dan bertutur

hal yang mencerminkan kesantunan kata yakni:

dalam bersikap adalah bersabar, tidak

a. cepat putus asa dalam membina QS.Al-Imrān ayat 134

remaja, terutama remaja-remaja yang berkebutuhan khusus, remaja-remaja

cacat ganda dan remaja-remaja yang nakal. Apapun kesalahan yang diperbuat

remaja haruslah dimaafkan dan dengan niat ikhlas karena Allah untuk membantu

Artinya: “…… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mereka berubah menjadi baik bahkan memafkan kesalahan orang. Allah

terbaik.

menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

F. Pendidikan Kasih Sayang Terhadap Remaja Nakal

Kesantunan dalam bersikap dan Mendidik remaja yang bertutur kata dapat dilihat dari ayat menyimpang atau remaja bermasalah tersebut yakni tidak mengedepankan membutuhkan kesabaran, keikhlasan, amarah, menahan emosi baik emosi ketulusan dan kerja keras yang berkualitas dalam kata-kata maupun emosi yang unggulan. Sebab memahamkan dan diluapkan lewat perbuatan. Selanjutnya mengarahkan mereka ke jalan yang mulia

35 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam , hlm. 184.

tidaklah mudah. Terkadang berbagai

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

penolakan, perilaku tidak menyenangkan, agama ini bagimu, maka janganlah kamu penghinaan atau kata-kata tidak pantas

mati kecuali dalam memeluk agama Islam (QS. Al-B

dan menyakitkan dari mereka seringkali āqarah ayat 132)

diluapkan, sehingga menjadikan para Ucapan Nuh as terhadap anaknya :

pendamping, pembina, guru atau bahkan orang tua tidak menerima, membalas

dengan kasar, dan pada akhirnya meninggalkan remaja tanpa kepedulian

Artinya: “Hai anakku! naiklah ke kapal lagi. Sehingga remaja akan semakin tidak

bersama kami dan janganlah kamu berada terkontrol, tidak terarah dan lebih jauh

bersama orang-orang yang kafir (QS.

H ūd ayat 42)

dari kesembuhan. Remaja-remaja nakal memang

Ucapan Ya’qub terhadap anaknya : memiliki sifat yang keras dan berperilaku

buruk tanpa memandang norma-norma

kesopansantunan dan susila. Perbuatannya

cenderung berlebihan dan tidak

memperhatikan etika. Sejatinya remaja nakal tidak dapat jika dilawan dengan

kekerasan, remaja-remaja pemarah tidak Artinya: Hai anakku! janganlah kamu

dapat dilawan dengan marah, remaja- ceritakan mimpimu itu kepada saudara-

remaja keras tidak dapat dilawan dengan saudaramu, maka mereka menjadikan penghakiman sepihak sebab hal-hal yang

makar untuk membinasakanmu. demikian hanya akan menjadikan remaja

Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi manusia. (QS. Y

semakin keras, kejam, dan menghalalkan ūsuf ayat 5)

segala macam cara demi mencapai tujuan. Berdasarkan ayat-ayat tersebut Remaja-remaja yang nakal disandingkan

di atas terlihat tanda sayangnya para dengan kelembutan dan ketulusan hati,

nabi terhadap anak-anaknya baik mereka perilaku yang mengayomi, tutur kata

yang menyimpang maupun yang shalih. yang mendinginkan hati dan kasih

Mereka tidak pernah putus asa untuk sayang yang selalu terjaga kemurniannya.

menyuarakan kebaikan terhadap anak- Sebagaimana telah dicontohkan para nabi

anak mereka. Bahasa yang disampaikan yang terlihat melalui firman-Nya :

terhadap para putra nabi pun bahasa Ucapan Ibr āhim as terhadap anaknya:

yang halus, lembut dan terlihat sangat mengayomi meski ada perbuatan dari

َّنُتوُمَت اَلَف َنيِّدلا ُمُكَل� anak nabi yang tidak sejalan, tetapi ىَفَطْصا َهَّللا َّنِإ َّيِنَب اَي

bukan kata-kata kasar yang muncul dari

bibir para nabi, melainkan nasehat yang membangun dan penuh kesantunan.

Artinya : “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Kasih sayang merupakan salah Hal yang disampaikan Al- satu pendekatan yang tepat untuk

Gazali menurut penulis merupakan memperbaiki perilaku anak dan remaja

“kebijaksanaan yang luhur”dari seorang nakal. Karenanya seorang pendidik

guru, pendidik, pembina dan orang atau pembina atau bahkan orang tua

tua. Tanda kebijaksanaan terlihat pada hendaknya memiliki sifat-sifat rahmah

aspek pandangan mereka terhadap anak dan remaja nakal yang “tidak

yang nantinya mampu mengarahkan berubah” bahwa mereka tetap “insan”

remaja pada ranah kebaikan. Sebagaimana yang sempurna, meski perilaku

dipaparkan para pakar berikut ini: menunjukkan penyimpangan. Selain itu Imam al-Ghazali menyatakan penyampaian nasehat yang membekas di bahwa seorang guru, pendidik, pembina

hati yang disampaikan dengan santun, atau pun orang tua hendaklah memiliki

luhur dan penuh pengharapan untuk sifat-sifat yang mulia di antaranya: 36 “berubah” kepada remaja nakal. Hal

1. Seorang guru, pendidik, pembina tersebut merupakan identitas dari suatu atau bahkan orang tua memandang

“kebijaksanaan sikap”. remaja nakal benar-benar sebagai

Kebijaksanaan sikap/perilaku manusia yang tetap sempurna,

pendidik, pembina atau orang tua juga bukan manusia yang banyak

bisa diwujudkan dengan pola pengajaran kesalahan, sebab hal tersebut

yang menyamankan, kental suasana emosi akan menjadikan remaja merasa

positif yang terlihat pada keceriaan wajah, terhargai.

tutur kata yang membangkitkan jiwa, dan

2. Seorang guru, pendidik, pembina motivasi yang terus berkelanjutan tanpa atau pun orang tua mengingatkan

putus. Pernyataan penulis tersebut selaras remaja nakal dengan cara yang

dengan pernyataan Richard Nelson-Jones bijaksana bukan dengan terus

yang mengatakan bahwa seorang guru, terang dan mencela.

pendidik, pembina atau pun orang tua

3. Seorang guru, pendidik, pembina senantiasa mengembangkan emosi positif atau pun orang tua senantiasa terus

seperti selalu berwajah riang dan gembira berkelanjutan memberi nasehat

ketika menghadapi remaja atau remaja dan bimbingan kepada remaja

nakal meskipun sebenarnya keadaan nakal semata-mata karena Allah

diri sedang tidak nyaman. 37 Selain itu dan mengharapkan kesembuhan

pula mengembangkan kasih sayang dan bagi mereka juga karena Allah.

persahabatan tanpa syarat. Seorang guru,

4. Seorang guru, pendidik, pembina pendidik, pembina atau pun orang tua atau pun orang tua selalu

tidak mengembangkan emosi negatif memperhatikan keadaan remaja

seperti pemarah, selalu menunjukkan nakal.

muka masam, menakutkan remaja.

37 Richard Nelson-Jones, Human Relationship Skill, terj. R. Bagio Prihatono dengan judul “Cara Membina

36 Dapat dilihat pada buku karya Hery Noer Aly, Ilmu Hubungan Baik dengan Orang Lain” (Jakarta : Bumi Pendidikan Islam (Jakarta : logos, 1999), hlm. 53.

Aksara, 1996), hlm. 99.

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

Kebijaksanaan sikap/perilaku Al-Najm ayat 32 yang berbunyi: seorang guru, pembina atau pun orang tua yang ditawarkan penulis menurut Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani

diwujudkan dalam beberapa bentuk di

antaranya: 38 ْمُكَأَشْنَأ ْذِإ ْمُكِب ُمَلْعَأ َوُه ۚ ِةَرِفْغَمْلا ُعِساَو َكَّبَر َّنِإ

1. Menerima segala caci maki dan umpatan dari remaja dan berbagai persoalan yang berhubungan

dengan sikap remaja dengan tetap sabar, dengan hati dan sikap yang

terbuka dan tabah.

2. Seorang guru, pendidik, pembina Artinya : “(Yaitu) mereka yang atau pun orang tua harus tetap

menjauhi dosa-dosa besar dan mengembangkan sikap penyantun

perbuatan keji, kecuali kesalahan- dan penyayang. Sebagaimana

kesalahan kecil. Sungguh, Firman Allah dalam QS. Ali

Tuhanmu Mahaluas ampunanan- ‘Imr ān ayat 159 yang berbunyi :

Nya. Dia Maha mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu

ا ًّظَف َتْنُك ْوَ�َو ْمُهَل َتْنِ� ِهَّللا َنِم ٍةَمْحَر اَمِبَف dari tanah lalu ketika kamu masih

janin dalam perut ibumu. Maka

janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui

tentang orang yang bertakwa.

4. َنيِلِّكَوَتُمْلا ُّبِحُي َهَّللا َّنِإ ِهَّللا ىَلَع ْل َّكَوَتَف Bersifat lemah lembut, terutama

dalam menghadapi remaja nakal. (QS. Ali ‘Imr ān ayat 134, QS. al-

Artinya : “Maka berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah

A’raf ayat 199) lembut terhadap mereka. Sekiranya

5. Meninggalkan sifat yang engkau bersikap keras dan berhati kasar

menakutkan dan mengancam tentulah mereka menjauhkan diri dari

pada remaja.

sekitarmu.” Menurut An-Nawawi

3. Menghindari sikap angkuh dan kebijaksanaan sikap/perilaku seorang merasa paling sempurna terhadap

guru, pembina, dan orang tua ditunjukkan remaja karena hal tersebut hanya

dengan membudayakan penerimaan diri akan menjadijan remaja semakin

dari segala hal yang tidak menyenangkan, tidak hormat. Larangan bersikap

yang diberikan oleh anak atau peserta angkuh ini ditegaskan dalam QS.

didik. Di sisi lain, pembudayaan kesantunan sikap dan kelemahlembutan

38 Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani, Muraqi al- Ubūdiyyah fi Syarkh al-Bidāyah al-Hidāyah, (Bandung :

terhadap anak, perlu terus dilanjutkan.

Al-Ma’arif, tt.), hlm. 88.

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Penghilangan ancaman; baik ancaman simpulkan bahwa seorang pendidik, yang terang-terangan terlihat atau

pembimbing, guru bahkan orang tua itu ancaman yang samar-samar. Ancaman

sendiri idealnya memiliki kompetensi- yang terang-terangan berbentuk ucapan

kompetensi dalam menangani remaja, secara langsung dengan nada keras,

terutama mereka-mereka yang masuk menyiksa dan menakutkan. Sedangkan

dalam kategori remaja nakal, yakni: ancaman samar-samar dapat berbentuk ucapan kiasan yang pada dasarnya

Gambar 13

mengancam. Karenanya M. Suyudi

Kompetensi-kompetensi dalam Menangani

menambahkan bahwa seorang pendidik,

remaja

pembina, atau guru apabila menangani

kompetensi

remaja tidak boleh melakukan tindakan- batiniyah tindakan anomali seperti mengancam, kompetensi

pikir

bertutur kata kasar yang menyakitkan hati

kompetensi

dan perasaan remaja atau mengumpat,

komunikasi

dan menghina terhadap remaja. kompetensi 39

regulasi

Lain halnya dengan Syaiful Bahri

diri

Djamarah yang memberikan pandangan bahwa untuk menciptakan pendidikan

Sumber: Disimpulkan dari pernyataan penuh kasih sayang harus diciptakan

para pakar Psikologi dan Pendidikan dari budaya komunikasi yang baik terhadap

berbagai referensi yang berhubungan remaja, yang meliputi enam prinsip

dengan berbagai kompetensi dalam yakni prinsip qawlan karīma (perkatan

menangani remaja, seperti: Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Muhammad Nawawi

yang mulia), prinsip qawlan sadīda al-Jawi al-Bantani, Richard Nelson- (perkataan yang benar/lurus), prinsip

Jones.

qawlan ma’rufa (perkatan yang baik), prinsip qawlan balīgha (perkataan yang

1. Kompetensi batiniyyah, yang efektif/keterbukaan), prinsip qawlan

mengedepankan kecerdasan batin. layyina (perkatan yang lemah lembut)

Seorang pendidik, pembina, guru dan prinsip qawlan maisūra (perkataan

dan orang tua hendaknya memiliki yang pantas). 40 batin yang bersih yang terpancar

Berdasarkan berbagai pemaparan dari perbuatannya yang benar-benar para pakar di atas, dapat penulis

ikhlas dan sabar dalam menangani remaja, sesulit apapun dan senakal

39 M. Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’ān, hlm. 159.

apapun tidak pernah berkeluh kesah,

40 Qawlan Karima merujuk pada QS. al-Isrāa ayat 23., Qawlan Sadīda merujuk pada QS an-Nisāa ayat 9.,

tetap saja membina dan mendampingi

Qawlan Ma’rufa merujuk pada QS al-Bāqarah ayat 263., Qawlan Baligha merujuk pada QS. An-Nisāa

remaja.

ayat 63., Qawlan Layyina merujuk pada QS Thahāa ayat 44., Qawlan Maisura merujuk paad QS. al-Isrāa

2. Kompetensi pikir, yang lebih

ayat 28. Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektif

mengedepankan kecerdasan fikir.

Al-Qur’ān (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 105.

Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan Islam (Azam Syukur Rahmatullah)

Di mana seorang pendidik, pembina, tidak mengembangkan kasih sayang guru dan orang tua dituntut untuk

yang murni kepada anak, sehingga anak terus memperbaharui strategi dalam

bukannya semakin “sembuh” dari perilaku membantu menyembuhkan remaja

kenakalannya justru semakin “menjamur- dan remaja nakal. Pengolahan fikir

subur” perilaku kenakalannya. Oleh terus dilakukan dengan mencari

karenanya menjadi suatu kewajiban yang cara-cara baru yang dapat diterapkan

sifatnya harus bagi orang tua dan para kepada remaja supaya dapat berubah

pendidik lainnya untuk mengisi dirinya baik dari kenakalannya.

dengan banyak ilmu mendidik anak.

3. Kompetensi komunikasi, yang lebih ditonjolkan adalah kecerdasan dalam berkomunikasi dengan remaja. Seorang pendidik, pembina, guru

Daftar Pustaka

dan orang tua idealnya cerdas dalam Aly, Hery Noer, 1999. Ilmu Pendidikan Islam, berkomunikasi dengan remaja,

Jakarta : logos.

sehingga remaja akan terpengaruh

Awwad, Jaudah Muhammad, 1995. Mendidik positif yang pada akhirnya mudah Anak Secara Islam, terj. Shihabbudin, dibawa ke jalan kebaikan.

Jakarta : Gema Insani Press.

4. Kompetensi pengolahan diri (regulasi al-Bantani, Muhammad Nawawi al-Jawi, diri). Seorang pendidik, pembina,

Muraqi al-Ubūdiyyah fi Syakh al- guru dan orang tua idealnya mampu Bidāyah al-Hidāyah, Bandung : al-

mengatur dirinya, sehingga tidak

Ma’arif, tt.

mudah putus asa manakala dicaci, dihina, dilecehkan oleh remaja

Djamarah, Syaiful Bahri, 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga

atau remaja tatkala melakukan Sebuah Perspektif Al-Qur’ān, Jakarta : pembimbingan.

PT. Rineka Cipta. Daniel Muijs & David Reynolds, 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi,

G. Kesimpulan

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dewantara, Ki Hajar, 1962 . Pendidikan, Berdasarkan pemaparan di atas Yogyakarta : Majelis Luhur Taman

dapatlah diambil kesimpulan bahwa

Siswa.

sejatinya kenakalan remaja tidak sepenuhnya terjadi dikarenakan faktor

Farrington, 1978. The Family Background diri si remaja itu sendiri, atau faktor

of Aggressive Youths” dalam Herson, Berger and Shaffer (editor) Aggression

dari lingkungan. Akan tetapi, kenakalan and Anti-Social Behaviour in Childhood

remaja dapat terjadi dengan pemicu and Adolescence, New York : Pergamon utama perilaku pola asuh orang tua

press.

yang jauh dan menjauh dari remaja itu sendiri. Orang tua tidak mengembangkan aspek kelekatan kepada anak, orang tua

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Hajjaj, Jihad Muhammad, 2004. A’mar al- Pikuns, Lustin, 1976. Human Development, Anbiyaa’, (Cairo :Maktabah Al-Iman

Tokyo : Mc Graw-hill Kogakusha. al-Manshuroh) diterjemahkan menjadi Umur Para Nabi oleh Team Azzam,