Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama China Dalam Sektor Energi Minyak Tahun 2003-2010

  

Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama China

Dalam Sektor Energi Minyak Tahun 2003-2010

  53 Primadiana Yunita

Abstract

  China’s economic growth is in parallel correspondence with its energy needs

level. Consequence that showed up subsequently is increasing demand in energy source

in China, thus China must provide adequate energy source for its industrial interest.

Therefore, China has tried several strategies such as by cooperating with Kazakhstan.

The objective of research is to figure out why China chooses Kazakhstan as the

cooperation partner in the oil energy field during Hu Jintao government in the period

2003-2010.

  This research shows that the political economy cooperation between China

Kazakhstan represents an effort for China to preserve the supply of domestic energy in

order to facilitate economic growth.

  In this research, author used rational model theory, managed multi dependence

concept. Method used in this research is explanation through literature study obtained

from books, journals and articles related with this research theme.

  Keywords : external transformation, Regional Security Complex Theory, South

  China Sea Conflict Pendahuluan

  Kemunculan China sebagai sebuah negara yang tidak lagi tertutup dan terbelakang menjadikan China sebagai sebuah negara yang lebih maju, modern, terbuka serta kuat secara ekonomi, setara dengan negara maju lainnya seperti Jepang dan Amerika Serikat. Sebelum terbentuknya Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1949, China dikenal sebagai negara yang minim sumber daya minyak, namun pasca China melakukan kerjasama dengan Uni Soviet untuk

  54

  mengeksploitasi kekayaan sumber daya alamnya , China kini memiliki industri 53 minyak dan gas sendiri. Pada tahun 2008, China dan Rusia bekerjasama melalui

  

Penulis merupakan Dosen pada Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

  102 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 SCO (Shanghai Cooperation Organization) untuk membangun jalur pipa minyak yang mengatur supply energi bagi China yang melalui Angarsk (wilayah Rusia) ke Daqing (basis produksi minyak China).

  Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan sedang mengalami apa yang dideskripsikan sebagai revolusi industri kedua akibat kegiatan industrialisasinya yang semakin berkembang, hal ini membawa konsekuensi bagi peningkatan kebutuhan energi China apabila dibandingkan dengan negara lain, seperti permintaan dan konsumsi energi yang meningkat utamanya di kota-kota industri dan komersial. Berdasarkan hasil laporan

55 International Energy Agency

  (IEA) diprediksi bahwa kebutuhan energi China akan melampaui kebutuhan energi negara-negara anggota Organization for

  56 Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2020.

  Kebijakan energi China pada tahun 1999-2001 memperlihatkan terjadinya

  57

  pergeseran fokus pembangunan sektor energi China. China, yang sebelumnya mengelola sektor migas hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa melakukan ekspansi atau kerja sama dengan pihak asing dan berinvestasi di luar negeri, kini menjadi lebih aktif dalam melakukan kerjasama dengan pihak asing. Pemerintah China juga memutuskan untuk lebih terbuka terhadap modal asing yang hendak berinvestasi di sektor energi. Hal tersebut dikarenakan adanya pergeseran peningkatan laju pertumbuhan ekonomi China dan peningkatan permintaan energi.

  Sektor energi memegang peran sama pentingnya dengan perekonomian. Akan tetapi, kebijakan pembangunan di sektor energi tidak mampu mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang pesat. Produksi minyak domestik China jauh tertinggal dari permintaan industri dan komersial. Produksi minyak untuk 55 kebutuhan domestik China hanya 4.5%, tetapi konsumsinya menduduki peringkat

  

International Energy Agency (IEA) . 2010. China’s Worldwide Quest for Energy Security. IEA:

  IEA, pp. 1-80

56 International Energy Agency (IEA). 2010.

  China’s Worldwide Quest for Energy Security. IEA:

  IEA, pp. 1-80, hal.7

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  58

  kedua setelah Amerika Serikat. Bahkan permintaan minyak China pada 2010, mencapai 340 juta ton sementara produksi domestik hanyak bisa menyediakan

  59 195 juta ton, sisanya China harus tergantung pada impor.

  Bentuk tantangan lain yang dihadapi China dalam pemenuhan kebutuhan energi minyak adalah masih adanya ketimpangan pembangunan infrastruktur seperti transportasi energi dari sumber energi domestik di Barat dan Utara dengan wilayah Selatan dan Timur di China yang lebih industrialis, yang pada akhirnya membawa efek pada transportasi energi minyak di wilayah Barat dan Utara akibat infrastrukturnya yang kurang berkembang. Hal tersebut juga dapat dilihat dengan berkembangnya perekonomian daripada pembangunan infrastruktur di sektor energi menimbulkan asimetri geografis ekonomi, di wilayah Selatan dan Timur (kota-kota di sepanjang pesisir pantai Timur dan Selatan China). Sehingga memunculkan asumsi bahwa suplai energi lebih mudah diperoleh dari luar (asing)

  60 karena kemudahan akses yang dimiliki apabila pasar makin terbuka.

  Ketidakseimbangan yang terus terjadi antara konsumsi serta produksi minyak di China, menyebabkan China mengalami krisis energi minyak pada tahun 2003. Hal ini mendorong pemerintah China yakni pada masa pemerintahan presdiden Hu Jintao mengeluarkan kebijakan energi baru sebagimana tertuang dalam White Paper on National Program Mineral Resource (NPMR). China melalui pemerintahan presdien Hu Jintao menetapkan untuk terus mengeksploitasi sumber-sumber mineralnya, termasuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di negara lain untuk meningkatkan jaminan suplai energi minyak dalam negeri China.

  Berkaitan dengan hal tersebut, China pun melakukan pembangunan cadangan minyak strategis di luar negeri dengan berinvestasi dalam 58 59 China Daily. 2007. D alam Hamayoun Khan, China’s Drive and Diplomacy. 2010 Hamayoun Khan. 2010. International Review.

  China’s energy drive and Diplomacy’,diakses pada tanggal 11 Desember 2011, dari

  

hlm 91-108

  104 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 pengembangan minyak di dalam negara produsen minyak. Melalui dua perusahaan energi terbesar China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) dan China National Petroleum Company (CNPC), China melakukan investasi asingnya di negara-negara di Timur Tengah, Argentina, Bangladesh, Kanada, Kolumbia, Ekuador, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Mexico, Nigeria, Pakistan, Papua New Guinea, Peru, Russia, Thailand, Turkmenistan, Venezuela, dan

61 Amerika Serikat.

  Pola konsumsi minyak China bergeser orientasi dari supply domestik ke impor, berdasar penerapan tersebut diatas, cukup menarik melihat pemerintah China mengeluarkan kebijakan energi yang spesifik. Kebijakan tersebut meliputi integrasi kebijakan diversifikasi energi dan perdagangan sekaligus investasi dalam produksi minyak di luar negeri telah menggerakkan pembuat kebijakan energi di China membidik Kazakhstan sebagai target mendapatkan deposit energi.

  Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama energi minyak pada masa pemerintahan Hu Jintao menarik untuk diteliti, karena dari sekian banyak negara yang tercatat memiliki sumber daya minyak di berbagai kawasan, mengapa China memilih Kazakhstan yang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tengah sebagai mitra kerjasamanya.

  Melalui kerjasama ke dua negara dapat dikaji lebih dalam mengenai kepentingan-kepentingan yang ingin dicapai China dalam kerjasama tersebut, melihat bahwa Kazakhstan dibandingkan negara-negara di kawasan lain, secara ekonomi pasca pemerintahan komunis, tidak mengalami era globalisasi dan pasar bebas yang berlaku di sebagian negara-negara di dunia. Menurut studi Bank Dunia, negara-negara di Asia Tengah saat ini keadaannya tidak lebih baik dari pada masa komunisme. Standar kesehatan dan pendidikan yang buruk mengakibatkan kemunduran atau penurunan dalam Gross Domestic Product

  62

  (GDP) . Reformasi ekonomi juga telah dilaksanakan, namun hanya

61 Haijiang Henry. 1999. Oxford. Elsevier Ltd, hlm. 4 China’s Oil Industry and Market.

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  menyebabkan resiko besar tanpa hasil nyata karena antara satu negara dengan negara lainnya tidak mencapai kesepakatan.

  Dari sisi perdagangan, perdagangan ekspor-impor diantara negara-negara Asia Tengah juga tidak berjalan secara intensif. Selain itu, hubungan di antara negara-negara di Asia tengah juga seringkali bermasalah. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan ketika China berupaya untuk terus menjalin hubungan kerjasama dengan Kazakhstan yang merupakan negara di kawasan Asia Tengah.

  Dengan demikian, berdasarkan pendahuluan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis berupaya untuk menganalisis alasan-alasan yang melatarbelakangi China dalam memilih Kazakhstan sebagai mitranya dalam kerjasama ekonomi politik di sektor energi minyak tahun 2003- 2010.

  Model Aktor Rasional

  Dalam Model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional, terutama suatu pemertintah yang monolit, yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan. Pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Perilaku pemerintah dianalogikan dengan perilaku individu yang bernalar dan terkoordinasi. Dalam analogi ini individu itu melalui serangkaian tahap-tahap intelektual, dengan menerapkan penalaran yang sungguh-sungguh berusaha menerapkan pilihan atas altenatif-alternatif yang ada. Jadi, unit analisis pembuatan keputusan ini adalah pilihan-pilihan yang diambil oleh pemerintah. Dengan demikian, analisis politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada penelaahan kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa, alternatif-alternatif haluan kebijaksanaan yang bisa diambil oleh pemerintahnya dan perhitungan

  63 untung rugi atas masing-masing alternatif itu.

  Dalam model aktor rasional digambarkan bahwa para pembuat keputusan dalam melakukan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif itu menggunakan

  106 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 kriteria “optimalisasi hasil”. Para pembuat keputusan itu digambarkan selalu siap untuk melakukan perubahan atau penyesuaian dalam kebijaksanaannya. Mereka juga diasumsikan dapat memperoleh informasi yang cukup banyak sehingga dapat melakukan penelusuran tuntas terhadap semua alternatif kebijaksanaan yang mungkin dilakukan dan semua sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang mereka tetapkan.

  Graham T. Allison memberikan gambaran mengenai proses pembuatan keputusan. Model yang digunakan adalah model aktor rasional, model proses organisasi dan model politik birokratik. Dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan aktor rasional untuk mencapai suatu tujuan. Aktor rasional dipandang sebagai orang yang mengetahui tentang pilihan- pilihan yang tersedia dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap pilihan sebelum membuat keputusan. Dengan demikian, analisis tentang politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa itu sendiri.

  Konsep Managed Multi-Dependence

  Asumsi konsep managed multi-dependence menyatakan bahwa hubungan kerjasama sebuah negara tidak hanya dilakukan secara bilateral saja, tetapi meliputi regional dan internasional. Bentuk kerjasama seperti ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya konflik yang mungkin terjadi diluar rencana (mungkin

  64 hari ini teman tapi besok bisa menjadi musuh).

  Perluasan bentuk kerjasama ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup, yang dapat berupa kedaulatan dan kekuasaan serta suatu bentuk sikap antisipasi apabila hubungan kerjasama yang dijalin dengan satu negara nantinya memburuk negara ini masih mempunyai kerjasama dengan negara lain. Konsep 64 yang dipopulerkan oleh Gerd Nonneman ini memang banyak dikembangkan atau

  

Gerd Nonneman.2005, ’Analyzing Middle East Foreign Policies And The Relationship with

Europe , London& New York, Routledge Taylor And Francis Group, hal 159, diakses pada

tanggal 15 maret 2012, dari <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=

web&cd=1&ved=0CE8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lancs.ac.uk%2Ffass%2Fdoc_libr

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  menjadi bentuk kerjasama negara-negara teluk di kawasan Timur Tengah dalam mengatur ekspor minyak.

  Hubungan kerjasama ini meliputi 3 level yaitu, domestik, regional (kawasan) dan internasional. Level domestik dijelaskan bahwa bagaimana sebuah negara melalui pemerintah dan penduduknya dapat berkoordinasi untuk memilih salah satu kepentingan dan menentukannya menjadi kepentingan nasional. Di level kawasan kerjasama yang dilakukan negara-negara sekawasan atau negara tetangga yang dekat walaupun tidak sekawasan, sementara itu level internasional yaitu kerjasama yang dilakukan dengan negara-negara yang letaknya berjauhan maupun dengan organisasi internasional, singkatnya kerjasama yang dilakukan tidak hanya sebatas kerjasama bilateral saja tetapi kerjasama multilateral.

  Perilaku sebuah negara dalam menghadapi negara lain memiliki perbedaan (relative autonomy), karena berbagai pertimbangan kerjasama harus dilakukan untuk mencapai kesepakatan. Keterbatasan impor minyak China yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika menyebabkan China berusaha mencari lahan lain yang dapat mempermudah tercapainya kepentingan nasionalnya, yaitu Kazakhstan.

  Kerjasama yang dibangun pada setiap negara tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan kemauan China, karena otoritas China belum tentu berlaku bagi setiap negara. Setiap kebijakan China belum tentu dapat diterima oleh negara yang diajak bekerjasama, sehingga sulit untuk menimbulkan rasa saling ketergantungan dan hal ini menyebabkan China untuk lebih banyak menerima batasan tersebut serta mencari tindakan alternatif lain. Hal ini menjelaskan bahwa cara China dalam menghadapai satu negara dengan negara lain berbeda. Kesulitan tersebut dapat menyebabkan Kazakhstan sebagai hasil dari bentuk otonomi relatif kerjasama China dengan negara-negara pengekspor minyak sebelumnya.

  Konsep ini juga dikembangkan oleh China, dimana China berusaha untuk melakukan banyak kerjasama eksplorasi minyak tidak hanya dengan negara kawasan Timur Tengah tetapi hingga ke kawasan Asia Tengah dan saat ini di

  108 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 merupakan kepentingan nasional karena menyangkut kesejahteraan penduduknya. Kerjasama (atau lebih tepatnya ketergantungan) China ini dilakukan untuk tetap menjaga eksistensi China di dunia internasional dan sikap antisipasi seperti yang telah dijelaskan diatas karena perkembangan industrialisasi China menuntut energi minyak yang semakin banyak.

  Cost and Benefit Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama China

  Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama China di sektor energi minyak didasarkan pada beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh aktor rasional, dimana pertimbangan tersebut didasarkan pada pertimbangan untung rugi atas alternatif-alternatif kebijakan yang ada, yang akhirnya menjadikan China memilih Kazakhstan sebagai mitra kerjasamanya dalam bidang energi minyak.

  Kelemahan Jalur dan Pasokan Minyak China yang Lama

  Melihat minyak merupakan tumpuan dari kekuatan ekonomi yang menjamin kesejahteraan rakyat dan untuk mendukung eksistensi China dalam dunia internasional, upaya pencarian minyak secara tidak langsung merupakan legitimasi bagi pemerintah dengan mengaplikasikannya dalam politik luar negeri. Upaya pencarian minyak dapat dikatakan legitimasi karena sudah mencakup kepentingan rakyat di dalamnya. Hal ini dikarenakan pemerintah China mempunyai legitimasi dalam menetapkan ketiga NOCs yang semuanya perusahaan milik negara yang menjadi bagian dari tim nasional untuk memenuhi

  65

  kebutuhan minyak dalam negeri. Pemerintah China meletakkan ketiga NOCs sebagai alat untuk mencapai tujuannya mengamankan, mencari, dan mengeskplorasi minyak diluar negara China untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

  Produksi dalam negeri yang tidak mencukupi dikarenakan kondisi sumur- sumur tempat galian sangat berbahaya sehingga menyebabkan biaya pengeboran menjadi mahal adalah faktor utama yang menyebabkan China harus mengimpor minyak. Secara nyata permintaan domestik meningkat dengan cepat

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  tidak sebanding dengan produksi dalam negeri, China mulai mencari minyak keluar di daerah pinggiran. Politik minyak China diupayakan untuk menjauhi kerumitan dari pasar minyak internasional karena pasar minyak internasional dicirikan oleh harga minyak yang jauh lebih tinggi sehingga China memilih untuk melakukan kerjasama multilateral. Keadaan geologis wilayah yang berbeda dari keadaan dalam negeri China yang menjadi dasar inisiatif China dalam memilih negara yang akan diajak bekerjasama.

  Sebelumnya China memanfaatkan jalur Laut China Selatan dan Selat Malaka dalam transportasi minyak ke negaranya. Laut Cina Selatan merupakan jalur pengiriman barang lewat laut tersibuk kedua di dunia. Setiap tahunnya, lebih dari setengah lalu lintas supertanker dunia melalui jalur Selat Malaka, Sunda, dan Lombok menuju ke Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Selain itu, kawasan ini memiliki potensi cadangan minyak dalam jumlah besar. Cadangan minyak telah ditemukan di banyak batas kontinen di sekitar kawasan ini. Hingga saat ini, diperkiran bahwa kawasan ini mengandung cadangan minyak sebanyak 7 milyar

  66 barel dan kapasitas produksi mencapai 2,5 juta barel setiap harinya.

  Akan tetapi, jalur lama yakni Selat Malaka dan Laut China Selatan ternyata memiliki kelemahan yakni soal buruknya cuaca dan terjadinya gelombang tinggi di perairan tersebut. Buruknya cuaca dan gelombang tinggi dapat menghambat pelayaran, kapal tanker tidak berani mengambil resiko berlayar apabila hal ini sedang terjadi. Selain itu yang menjadi masalah jika pelayaran tertunda yaitu minyak mentah yang diimpor dari Timur tengah dan Afrika tidak dapat bertahan lama, kemungkinan besar akan rusak dan tidak dapat diolah menjadi produk minyak. Jika hal ini terjadi, China akan dirugikan dan dapat menghambat industrialisasi.

  Selain faktor geografis, tercatat pada tahun 2002 hingga 2006, Selat Malaka menjadi selat paling berbahaya dalam keamanan maritim di dunia. Hal ini 66 disebabkan kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, rawan terhadap ancaman

  

Jepang-Indonesia Dan Konflik Laut China Selatan, diakses pada tanggal 8 Mei 2012, dari

  110 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 kejahatan yang terjadi di atas laut. Ancaman kejahatan di Selat Malaka biasanya berupa pembajakan kapal, perampokan kapal, penculikan awak kapal, perdagangan manusia dan penyelundupan senjata. Ada juga kemungkinan serangan teroris yang bertujuan melumpuhkan arus perdagangan internasional dan

  67 berniat menghancurkan fasilitas perhubungan laut di perairan Selat Malaka.

  Selain Selat Malaka, permasalahan juga terjadi pada jalur Laut China Selatan. Saling klaim atas kepemilikan jalur Laut China Selatan antar negara sekitarnya, yakni China, Filipina, Taiwan, Malaysia, Vietnam menjadikan adanya ketidakstabilan jalur ini. Berikut adalah gambar jalur Laut China Selatan:

  

Sumber: CIA Maps and Publications for the public

  Melihat permasalahan tersebut diikuti dengan kondisi industrialisasi yang butuh pasokan cepat, China harus berusaha mencari alternatif lain untuk mendapatkan sumber minyak yang lebih dekat agar kebutuhan dapat terpenuhi dengan cepat. Selain itu, tuntutan keinginan China untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan negaranya di masa yang akan datang dalam 67 sistem internasional menyebabkan China membutuhkan keamanan energi

  

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Departemen Luar Negeri RI. Kebijakan

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  terutama minyak. Pasokan impor dari wilayah lama sudah banyak mengalami keterbatasan karena politik minyak yang dijalankan tidak mendapat sambutan baik. Diperlukan perubahan politik minyak agar cara mendapatkan pasokan minyak bisa lebih aman. Banyaknya peraturan-peraturan yang dijalankan lewat kerjasama dengan negara kawasan Timur Tengah dan Afrika, menyebabkan China membutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan pasokan impor.

  Dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi, Selat Malaka mempunyai peranan yang penting tidak hanya bagi perekonomian China. Akan tetapi juga Asia Timur secara keseluruhan. Pada saat China tidak memiliki cadangan minyak yang strategis, menjaga Selat Malaka serta Laut China Selatan demi keamanan kapal-kapal pengangkut minyaknya, merupakan suatu hal yang wajar dilakukan. Hampir 60% industrinya membutuhkan minyak sebagai sumber energi utama. Dalam konteks ini, minyak merupakan energi penting dalam menjaga keberlangsungan pembangunan serta perekonomian China.

  Kazakhstan dapat memberikan peluang bagi China untuk keluar dari permasalahan yang dihadapi China, terutama sejak di Kazakhstan telah ditemukan ladang minyak baru yang dinilai dapat dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri China. Selain itu jalur China-Kazakhstan mampu menjadi jalur strategi baru yang lebih efisien untuk mengangkut minyak.

  

Keuntungan Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama Energi Minyak

China

  Secara geografis, China dan negara-negara di Asia Tengah seperti Kazakhstan adalah tetangga. Hubungan antara China dan Asia Tengah didefinisikan oleh beberapa faktor, seperti, letak geografis, politik, ekonomi, dan keamanan. Bagi negara-negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, China adalah negara yang memiliki potensi pasar yang besar sedangkan negara-negara di Asia Tengah dapat membantu China membangun komunikasi darat ke Eropa dan Asia Barat melalui bantuan pembangunan infrastruktur.

  Bagi China kawasan Asia Tengah ini merupakan kawasan jalur sutra yang

  112 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 China, dan sampai sekarang di era China modern pun kawasan ini masih

  68

  merupakan jalur perdagangan yang penting. Bayangkan saja China memiliki jalur jalan tol di Kyrgistan yang langsung menuju berbagai akses perdagangan penting di kawasan tersebut. China juga memiliki kepentingan keamanan yang besar kawasan ini m.erupakan berbatasan langsung dengan bagian barat China, bahkan Provinsi Qinghai, wilayah otonomi Xinjiang dan Tibet merupakan kawasan yang berpenduduk Ughur, Turk yang merupakan etnis utama Asia Tengah.

  Pertumbuhan pembangunan China berbanding lurus dengan permintaan energi sehingga menimbulkan tantangan untuk keamanan energi mereka. Hal ini didorong oleh lonjakan konsumsi yang tinggi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang juga berkembang pesat sehingga berdampak pula pada cepatnya laju ekonomi China di bidang industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan ekspor. Pengaruh meningkatnya permintaan energi pada energi dunia dan stabilitas politik dapat dilihat dari beberapa poin. Sejak tahun 2001 tingkat pertumbuhan tahunan

  69

  rata-rata hanya 4-5%, dan kini sudah mencapai 9,6%. Sejak hampir dua dekade dari reformasi ekonomi di awal 1992, ukuran ekonomi China meningkat empat kali lipat dan konsumsi energi naik dua kali lipat, sebuah fakta yang dapat menjelaskan perilaku China saat ini yang begitu gencar mencari sumber daya energi lain khususnya minyak di negara lain.

  Kazakhstan sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tengah menawarkan pilihan terbaik yang tersedia bagi China untuk mengurangi ketergantungan pada suatu wilayah tertentu dan membantu menghindari eksplorasi berlebihan di Laut China Selatan yang masih disengketakan karena bisa merusak kestabilan di kawasan tersebut dan dikhawatirkan menganggu arus lalu 68 lintas internasional yang saat ini relatif aman. Tidak mengherankan bahwa

  Heri Hidayat Makmun. 2010.Amerika Serikat, Rusia dan China Berebut Pengaruh di Asia Tengah diakses pada tanggal 15 Mei 2012, dari

<http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=193:amerik

a-serikat-rusia-dan-china-rebutan-pengaruh-di-asia-tengah&catid=1:latest- 69 news&Itemid=50>

  

Metro TV news. 2011.Pertumbuhan ekonomi China 9,6% diakses pada tanggal 15 April 2012,

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  China telah menjadikan Kazakhstan sebagai negara di kawasan Asia Tengah dalam kebijakan keamanan energi untuk diversifikasi sumber impor dan menghindari resiko ketergantungan yang berlebihan pada satu pemasok saja. Peran China dalam perdagangan dan investasi kini mulai tumbuh pesat, wilayah ini menjadi penting untuk China sebagai sumber energi untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi China yang kian melaju.

  Kazakhstan memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan bagi China, diantaranya faktor kedekatan geografis, yang memungkinkan menjalin kerjasama secara intensif, melimpahnya sumber daya alam dan pangsa pasar yang besar, contohnya sumber daya migas di Kazakhstan diperkirakan dapat memproduksi 4 juta barel minyak per hari.

  Grafik Minyak Mentah yang Masuk dari Kazakhstan-China Tahun

1997-2011

  70 Sumber : Alexander Oil and Gas Connections

  Grafik tersebut memperlihatkan bahwa pilihan yang dilakukan oleh China yakni menjadikan Kazakhstan sebagai mitra kerjasamanya di sektor energi didasarkan pada fakta serta informasi yang tepat bahwa minyak mentah yang ada di Kazakhstan mempunyai jumlah yang sangat besar dan terbukti bahwa China

  70 2007. ‘Kazakhstan sends 2-mm-ton of crude in China-Kazakhstan petroleum pipeline’,

  

Alexander Oil and Gas Connections, tanggal 29 Maret 2007 , diakses tanggal 30 April 2012,

dari <http:www.gasandoil.com/news/2007/04/cns71762>; Hal Foster. 2010, ‘China will be

involved in 50% of Kazakhstan’s oil output’, Alexander Oil and gas Connection, tanggal 20

  114 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 semakin bergantung pada pasokan minyak dari Kazakhstan yang dibuktikan dengan jumlah pasokan impor minyak yang terus meningkat.

  Dari segi ekonomi, China dan Kazakhstan saling memberikan keuntungan yang memungkinkan adanya perluasan kerjasama. Bagi China, sumber energi seperti migas atau logam, dan komoditas lain, sangat penting. Pada saat yang sama, industri China, konsumen dan produk-produk pertanian dan pasar memegang daya tarik yang kuat untuk Kazakhstan. China menjadi konsumen

  71 energi tertinggi kedua di dunia, melampaui Jepang meskipun masih dibawah AS.

  Impor minyak dan keamanan energi untuk pasokan kebutuhan minyak dalam negeri menjadi fokus utama dalam kebijakan pemerintah China. Kerjasama dengan berbagai negara dari negara sekawasan maupun di luar kawasan untuk mengeskplorasi migas adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, dan negara yang menjadi tujuan untuk kerjasama energi minyak yang paling memungkinkan adalah negara-negara berkembang yang memiliki sumber daya migas yang besar, namun belum mampu mengelola sendiri kekayaan alam mereka.

  

Kerugian Pemilihan Kazakhstan Sebagai Mitra Kerjasama Energi Minyak China

  Kazakhstan merupakan negara yang kaya akan minyak akan tetapi masih minim dalam penyediaan infrastruktur. Dalam kerjasamanya untuk mendapatkan minyak, China harus membangun pipa transnasional yang berfungsi untuk menyalurkan suplai minyak dari Kazakhstan ke China. Akan tetapi, biaya untuk membangun pipa minyak transnasional sangat besar, dibandingkan dengan biaya transportasi yang digunakan China sebelumnya yakni melalui jalur laut dengan menggunakan kapal tanker.

71 Guardian. 2010,

  ’China vs US Energy Consumption’, diakses pada tanggal 21 April 2012, dari

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  Pembangunan pipa sepanjang 3000 km menghabiskan biaya sebesar US$

  72

  3,5 milyar. Biaya yang cukup besar tersebut dikarenakan tingginya harga konstruksi pipa. Selain itu, kondisi kilang minyak di Kazakhstan juga belum sepenuhnya siap, sehingga China harus melakukan pembangunan yang diimplementasikan dalam investasi CNPC di Aktobemunaigaz sebesar US$ 4,3

  73

  juta. Hasilnya kilang minyak menyumbang sebanyak 120.000 barrel/hari atau dua kali lipat dari hasil sebelumnya.

  Kazakhstan sebagai negara yang baru saja merdeka juga sempat mengalami krisis ekonomi. Latar belakang kebutuhan finansial Kazakhstan berasal dari adanya krisis keuangan yang terjadi dalam negerinya dan harga minyak yang jatuh. Keadaan ini tidak lantas membuat China mundur untuk bekerjasama dengan Kazakhstan, kondisi tersebut dimanfaatkan oleh China untuk menjalin dan memperdalam kemitraan energi dengan Kazakhstan utamanya di sektor perminyakan. Pada tahun 2008, China memberikan bantuan berupa insentif keuangan dan pinjama kepada pemerintah Kazakhstan sebesar US$ 5 miliar. Dengan ini, pemerintah China sekaligus membuka peluang bagi perusahaan

  74 minyak nasional dan perusahaan minyak domestik.

  China juga menjadi sumber keuangan Kazakhstan untuk menyediakan barang publik bagi penduduk Kazakhstan. Berdasarkan catatan Bank Nasional Kazakhstan, sejak tahun 2000 FDI dari China tidak lebih dari US$ 500 juta. Akan tetapi, di tahun 2008, nilai meningkat US$ 700 juta. Tiga sampai empat tahun terakhir, China juga memberikan pinjaman yang dibutuhkan Kazakhstan sebagai ganti saham produsen minyak lokal. Secara keseluruhan terdapat pinjaman sebesar 10 miliar dolar AS dari China ke Kazakhstan dalam rangka kerjasama di sektor energi minyak.

  Dari beberapa kerugian yang harus ditanggung China atas pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama energi minyak China ternyata lebih banyak 72 Anne E peck. 2008, “Privatization and Foreign Investment in the Principal Oil Enterprises in

  The Refineries

73 Ibid.

  116 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 membawa keuntungan bagi China, di antaranya, China mendapatkan pasokan minyak dari negara yang lebih dekat secara geografis, aman dari gangguan, serta memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan, sehingga dapat menjaga pertumbuhan ekonomi China terus meningkat.

  

Aktor Rasional Dalam Kerjasama Ekonomi Politik China-Kazakhstan Di

Sektor Energi Minyak

  Kebijakan energi semenjak periode sebelum reformasi ekonomi sampai sekarang terus berganti. Perubahan kebijakan tercermin pada orientasi pembangunan energi. Pada masa pra-reformasi ekonomi hingga akhir 80an, pembangunan energi berfokus pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan sumber daya alam milik sendiri. Kebijakan energi yang ditempuh pada masa Mao dan selama ekonomi tahun 1978-1990 misalnya berorientasi pada self-sufficiency,

  75

  mengacu pada ambisi nasionalis pemerintahan Partai Komunis. Implikasinya, China tidak mendapatkan devisa saat terjadi Oil Boom dan tidak mengalami guncangan saat harga minyak bumi meningkat. Dengan kebijakan self-sufficiency, China mengantisipasi ketergantungan kebutuhan maupun pengelolaan energi terhadap pihak asing. Selama periode pra-reformasi ekonomi 1978 sampai akhir 80an, peran pemerintah China sebagai regulator, operator, dan distributor begitu kuat.

  Berbeda dengan pendahulunya, rezim Hu Jintao mempunyai kebijakan serta strategi lain dalam menjalankan kebijakan energinya. Dimulai pada tahun 2001 pemerintah China membuka sektor energi kepada investor asing. Pemerintah China mendorong pula SOE-SOE energi seperti CNPC, Sinopec, dan CNOOC untuk melakukan ekspansi ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

  Kebijakan yang sama kembali ditegaskan oleh pemerintah China melalui 75 NPMR 2001, dengan salah satu programnya, Strategic Petroleum Reserve (SPR).

  Peter.S Goodman.’ Big shift China’s Oil Policy: With Irak Deal Dissolved by War Beijing

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  SPR merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah politisasi minyak dan untuk meminimalisasi dampak gangguan suplai. Dua keuntungan utama SPR

  76

  ialah untuk menghindari beban net impor minyak. Hal ini kembali dipertegas dalam White Paper 2007 yang menekankan isu lingkungan hidup dan kerjasama internasional. Pada tahun 2008, pemerintah China membentuk NEA sebagai badan perumus kebijakan energi yang membawahi semua lembaga energi di China. Pembentukan NEA merupakan respon pemerintah terhadap kian meningkatnya persaingan dan permintaan energi, khususnya minyak dan gas bumi baik dari dalam dan luar negeri.

  Proses penyusunan kebijakan energi China berbeda dengan negara lain terdapat struktur serta biro-biro yang pada akhirnya mampu untuk memutuskan kebijakan terkait dengan energi. Berikut adalah bagan struktur dalam proses penyusunan kebijakan energi China.

76 Paul N Leiby dan David Bowman.2000, ‘The value of Expanding Asian Pacific Staretgic Oil

  118 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2

  

Sumber: China Business Review 2008

  Di China terdapat badan yang diberikan wewenang untuk mengatur dan menyusun kebijakan energi oleh State Council yakni Komisi Pembangunan dan Reformasi nasional atau National Development and Reform Commission (NDRC) melalui Biro Energi, Biro Harga, serta Biro Konservasi Sumber Daya Energi dan Perlindungan Lingkungan Hidup. Namun NDRC memiliki beberapa kelemahan. NDRC tidak memiliki wewenang penuh dalam penyusunan kebijakan, serta minim perangkat kerja dan sumber daya manusia. Seringkali dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan energi nasionalnya China mengalami hambatan, hal ini dikarenakan China tidak memiliki Kementerian Energi yang

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  memiliki wewenang melakukan koordinasi total berbagai kepentingan semua

  77 aktor urusan energi nasional.

  Untuk menjawab tantangan dan hambatan seperti peningkatan konsumsi minyak dalam negeri, maka dibentuklah lembaga baru yang bertugas melaksanakan kebijakan energi pemerintah pusat, lembaga ini adalah Administrasi Energi Nasional atau National Energy Administration (NEA) yang dibentuk pada Juli 2008. NEA bertugas mengambil alih tugas biro NDRC dan badan yang dibentuk sebelumnya yakni National Energy Commission (NEC). Namun ternyata pembentukan NEA justru menghadapi tantangan baru yakni pertarungan kepentingan dalam Partai Komunis China, karena semua pimpinan SOE terutama National Oil Company (NOC) merupakan anggota alternatif dari Partai Komunis China. Kemunculan NEA merupakan upaya pemerintah China untuk menjalankan kebijakan energi tahun 2007, untuk mengatasi hambatan- hambatan melalui kontrol pemerintah yang kuat.

  Dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah China tersebut, yang patut dicermati adalah bagaimana para NOC yang terdiri dari perusahaan minyak nasional China seperti CNPC, Sinopec serta CNOOC sebagai aktor utama dalam industri minyak China maupun internasional memahami dan menerapkan kebijakan NEA. Posisi NOC saat ini berbeda dengan periode 1990-2001 dan 2001-2007. Kehadiran mereka dituntut untuk membangun industri minyak internasional.

  Adanya pergantian badan pembuat kebijakan energi di China menandakan struktur sistem energi China yang masih belum siap bersaing secara internasional. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya otoritas yang jelas antar badan yang telah

  78 77 dibentuk oleh pemerintah. Hal ini juga diperkuat oleh tulisan Zha Daojiong yang Erica S Downs. 2008, ‘China’s New Energy Administration’, November-December 2008, Chinabusinessreview, diakses pada tanggal 12 Maret 2012, dari

   hlm 42

78 Zha Daojiong. 2006.

  China’s Energy security: Domestic and International Issues, diakses pada tanggal 20 Januari 2012, dari

<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CFUQFj

AE&url=http%3A%2F%2Fbase.china-europa-

  120 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 memaparkan bahwa adanya perubahan kebijakan energi dalam negeri China serta reformasi badan pembuat kebijakan energinya merupakan salah satu unsur yang dapat menyebabkan ketidakamanan energi China. China lebih mengedepankan pencapaian kepentingan politiknya daripada memperbaiki persoalan energi yang tidak stabil.

  Perubahan orientasi kebijakan energi China menggambarkan bahwa pemerintah China memiliki kepekaan dalam menghadapi situasi dan kondisi industri minyak internasional. Transisi dari orientasi pemenuhan kebutuhan dalam negeri oleh sumber daya alam milik sendiri hingga masuk ke isu lingkungan hidup memperlihatkan bahwa pemerintah China mampu beradaptasi dengan isu-isu yang berkembang melalui garis perencanaan yang jelas.

  Dalam penelitian ini penulis memilih model aktor rasional dalam pengambilan keputusan. Dalam teori model aktor rasional, yang diutamakan bagi aktor di dalam pengambilan kebijakan luar negeri ialah dengan meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian yang akan didapat dalam mencapai kepentingan negara. Dalam pembuatan kebijakannya aktor memiliki alternatif yang dapat mencapai tujuan suatu negara. Dengan demikian, pemerintah sebagai aktor rasional sellau melihat kondisi di dalam negeri sebagai tempat kehidupannya, maka segala keputusan yang akna dikeluarkan tidak terlepas bagaimana pemerintah dapat mempertahankan kepentingan negaranya, serta bagaimana pemerintah akan berinteraksi di dalam pergaulan dengan negara lain. Sehingga kerjasama diantara Kazakhstan dan China, dapat menguntungkan China.

  Secara rasional pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasamanya dalam bidang energi minyak mendesak, dikarenakan kebutuhan China untuk mendapatkan minyak. Dengan adanya kerjasama tersebut, tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan energi minyak China, akan tetapi juga sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingan ekonomi serta politik China di Kazakhstan melalui investasi serta perdagangan.

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..|

  Graham T. Allison menjelaskan bahwa aktor rasional merupakan aktor- aktor politik yang beranggapan bahwa semua dinilai dengan cara rasional yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Dalam rangka mengurangi kesenjangan, saat ini China secara khusus telah memulai untuk mencari cadangan energi sebagai langkah kebijakan energi yang straetgis. Sasaran cadangan strategis yang terdekat dan melimpah ialah sumber minyak di wilayah Kaspia. Pemilihan Kazakhstan oleh aktor negara yakni rezim Hu Jintao merupakan sebuah keputusan yang dibuat oleh pemangku kepentingan dalam hal ini alternatif-alternatif yang ada baik itu dari segi pemilihan wilayah berdasarkan letak geografis, keuntungan ekonomis, serta keamanan tidak luput dari peran pemerintah China sebagai pemangku kepentingan seperti Presiden Hu Jintao dan biro-biro serta komisi yang terkait dengan proses pengambilan kebijakan dalam bidang energi, mempertimbangkan masalah serius mengenai pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama dalam sektor energi minyak untuk segera dilakukan demi tercapainya kepentingan nasional China yakni terpenuhinya kebutuhan minyak dalam negeri. Sebagai implementasi dari kebijakan energi yang strategis tersebut, China menggunakan perusahaan-perusahaan nasionalnya untuk melakukan investasi dan eksplorasi.

  Penutup

  Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra kerjasama dalam bidang energi minyak pada masa pemerintahan Hu Jintao tahun 2003-2010 didasarkan pada pertimbangan aktor rasional yang dalam hal ini adalah rezim Hu Jintao. Perluasan kerjasama multilateral yang dilakukan oleh China terhadap negara di luar kawasannya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan serta mengamankan pasokan energi China.

  Pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah China yakni Hu Jintao dalam memilih Kazakhstan didasarkan pada cost and benefit. Minyak merupakan sumber energi China yang sangat penting dalam proses industri. Sektor industri

  122 | JURNAL ILMIAH TRANSFORMASI GLOBAL VOL 2 NO 2 geografisnya yang sangat strategis yang merupakan jalur sutra bagi China, pemilihan Kazakhstan juga didasarkan pada alasan lemahnya jalur pasokan minyak China yang lama, yakni Selat Malaka dan Laut China Selatan. Selain faktor cuaca, kelemahan jalur tersebut juga dipicu oleh adanya bahaya perompak serta banyakanya persengketaan, yang menimbulkan jalur tersebut tidak stabil dan dikhawatirkan dapat menganggu kelancaran transportasi minyak ke China.

  Terkait dengan kebijakan mengenai energi di China, China seringkali melakukan reformasi dalam kebijakan energi, dimulai dari era 1980 hingga saat ini, kebijakan energi serta struktur badan pembuat kebijakan energi China tergolong berbeda dengan negara lain. China tidak memiliki Kementerian Energi. Dalam melakukan kerjasama pemerintah seringkali terpusat dan mengambil alih seluruh kegiatan hingga proses kerjasama. Adapun yang membedakan kebijakan energi serta struktur badan pembuat kebijakan energi di China pada masa Hu Jintao adalah lebih signifikannya peran perusahaan minyak nasionalnya seperti CNPC, Sinopec, dan CNOOC.

  REFERENSI Buku Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi.

  LP3ES. Jakarta. Mursitama, Tirta dan R.Maisa Yudono.2010. Strategi Tiga Naga, Ekonomi Politik Industri Minyak China di Indonesia . Kepik Ungu. Depok.

  Plano, Jack C, Olton Roy.1982. The International Relations Dictionary, terj. Third Edition, Clio Press-Ltd. England Schoorl. 1984. Modernisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT Refika Aditama. Bandung. Wibowo, I dan Syamsul Hadi. 2009. Merangkul China. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

  Primadiana Yunita, Pemilihan Kazakhstan sebagai mitra Strategis China..| Artikel Jurnal Online Daojiong, Zha. 2006.China Energy Security: Domestic and International Issues.

  <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5& ve d=0CFUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fbase.china-europa- forum.net%2Frsc%2Fdocs%2Fdoc_209.pdf&ei=tNu6T5O8AoLrrQfQy5HzBw& usg=AFQjCNGLRdJfiIXWHJHWzGk3WHTjBYy84g>, diakses pada tanggal 20 Januari 2012.

  Downs, Erica S. 2000. The Chinese Energy Security Debate, The China Quarterly.

  Santa Monicaa: RAND Corporation. E peck, Anne. 2008.Privatization and Foreign Investment in the Principal Oil

   Enterprisesin The Refineries.

  Khan,Hamayoun. 2010. China’s Energy Drive and Diplomacy. International Review, <http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1& v ed=0CE4QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.siis.org.cn%2FSh_Yj_Cms%2 FMgz%2F200803%2F20081217174045S1QX.PDF&ei=Ft26T7jmJ9GxrAeO

rojyBw&usg=AFQjCNEJEA0HxlvvIxcELRySvVf3fsAoAQ>, diakses pada

tanggal 11 Desember 2012.

  Nonneman,Gerd.2005.Analyzing Middle East Foreign Policies And The Relationship

with Europe, London& New York, Routledge Taylor And Francis Group.