Farhandika Putra Program Studi Ilmu Keperawatan (S1), STIKES Darul Azhar Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. 72171, Indonesia wib_heryyahoo.com
HUBUNGAN ANTARA PENANGANAN TANGGAP DARURAT DENGAN
PEMULIHAN KESADARAN PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG DI
RUANG IGD RSUD dr. H. ANDI ABDURRAHMANNOOR
KABUPATEN TANAH BUMBU
Farhandika Putra
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1),
STIKES Darul Azhar Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. 72171, Indonesia
wib_hery@yahoo.com
ABSTRAK
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental yang
kompleks. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif antara 15-44 tahun. 2,3
Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan
bermotor. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit dan
trauma ketiga terbanyak di dunia.Tujuan penelitian ini Mengetahui secara mendalam Hubungan antara penanganan Tanggap Darurat dengan Pemulihan
Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala sedang Di IGD Rumah Sakit Dr. H. Andi Abdurrahmannoor Kabupaten Tanah
Bumbu.Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian kwantitatif, non eksperimental menggunakan metode
deskriptif observasional. Dengan menggunakan bentuk rancangan penelitian secara cross sectional. Dengan jumlah
populasi adalah 25 uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dan Regresi Logistik.Dari 4 variabel independen yang diteliti diketahui semua ada variabel berhubungan secara signifikan dengan variabel
dependen dengan nilai p < 0,05. Berdadsarkan uji regresi logistik diketahui bahwa ke empat variabel tersebut sama
sama saling mendukung terhadap pemulihan kesadaran dengan demikian bahwa setiap variabel memang ada saling
keterkaitan Kata Kunci: Penanganan tanggap darurat, pemulihan kesadaran.
ABSTRACT
Background: Head injury is one of the health problems that can cause physical and mental disorders arecomplex. Head injury is one of the main causes of death among the productive age between 15-44 years. 2.3 Globally,
the incidence of head injuries increased sharply mainly due to increased use of motor vehicles. WHO estimates that in
2020 traffic accidents will be the third cause of illness and trauma in the world.
Objective: To examine in depth the relationship between treatment with Recovery Awareness Emergency Response On
Head Injuries Patients were at IGD Hospital Dr. H. Andi Abdurrahmannoor Tanah Bumbu regency.Methods: The study conducted by researchers is the quantitative study, non-experimental observational descriptive
method. By using this form of cross-sectional study design. The number of population is 25 statistical test used is Chi-
Square test and Logistic Regression.Results: from 4 independent variables under study is known to all existing variables significantly related to the
dependent variable with a value of p <0.05. Logistic regression Berdadsarkan note that all four of these variables
closely together to support each other to the recovery of consciousness. Can be dealt with emergency response to
recovery of consciousness in patients with head injury was in the Emergency room dr . H. Andi Abdurrahmannoor
Tanah Bumbu regency . Keywords: Handling of emergency response, recovery of consciousness.cedera kepala meningkat dengan tajam
LATAR BELAKANG
terutama karena peningkatan penggunaan Cedera kepala merupakan salah satu masalah kendaraan bermotor. WHO memperkirakan kesehatan yang dapat menyebabkan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas gangguan fisik dan mental yang kompleks. akan menjadi penyebab penyakit dan trauma
Cedera kepala adalah salah satu penyebab ketiga terbanyak di dunia. (WHO. 2010). kematian utama dikalangan usia produktif antara 15-44 tahun. 2,3 Secara global insiden
Waktu tanggap pelayanan merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan yaitu waktu yang di perlukan pasien sampai selesai. Waktu tanggap pelayanan dapat di hitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata- rata standar yang ada. Menurut standar waktu ada dua kriteria terkait waktu tanggap darurat yaitu dikatakan cepat apabila < 5 menit dan dikatakan lambat apabila > 5 menit, sedangkan indikator waktu tanggap di IGD adalah ≤ 5 menit dari perawat pada penanganan pasien. (Depkes RI, 2002).
Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik pasien gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada pasien gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit, Moewardi (2003) Waktu tanggap darurat pada pasien cedera kepala dapat diklasifikasikan atau dikategorikan berdasarkan kegawatan menjadi 5 yaitu: 1) Kagetori 1, resusitasi yaitu pasien memerlukan resusitasi segera, seperti pasien dengan epidural atau sub dural hematoma, CKB, 2) Kategori II pasien emergensi, seperti pasien cedera kepala di sertai tanda-tanda syok, apabila tidak dilakukan pertolongan segera akan menjadi lebih buruk, 3) Kategori III, pasien urgen, seperti cedera kepala disertai luka robek, rasa pusing, 4) Kategori IV pasien semi urgen, keadaan pasien cedera kepala dengan rasa pusing ringan, luka lecet atau luka superficial, 5) Kagetori
V
“false emergency”, pasien datang bukan indikasi
kegawatan menurut medis, cedera kepala tanpa keluhan fisik (Departement of
Emergency Medicine , 2010).
Teori atau penelitian diatas mengatakan bahwa Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Ada beberapa tanda gejala yang terkait dengan pemenuhan oksigenasi dan hal itu juga dapat dijadikan tolak ukur apakah oksigenasi dalam tubuh adekuat apa tidak diantaranya adalah : Gelisah, Tidak mampu berkonsentrasi, Penurunan tingkat kesadaran, Pusing, Peningkatan frekuensi nadi, Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, Peningkatan tekanan darah, Disritmia jantung, Pucat dan yang terakhir Sianosis adalah suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipoksia tahap lanjut. Ada tidaknya sianosis bukan merupakan alat pengukur status oksigenasi yang dapat dipercaya. Sianosis pusat yang terlihat di lidah, palatum mole, dan konjungtiva mata, tempat aliran darah tinggi, mengindikasikan hipoksemia. Sianosis perifer, yang terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun telinga seringkali merupakan akibat vasokonstriksi dan aliran darah yang mengalami stagnasi.
Akibat klinis dari cedera kepala itu sendiri adalah akan memberikan gangguan yang sifatnya lebih kompleks bila dibandingkan dengan trauma pada organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena struktur anatomik dan fisiologik dari isi ruang tengkorak yang majemuk, dengan konsistensi cair, lunak dan padat yaitu cairan otak, selaput otak, jaringan saraf, pembuluh darah dan tulang (Retnaningsih, 2008). Dalam pertolongan pada pasien cedera kepala maka diperlukan standar-standar pertolongan pertama dalam perawat pada bulan Desember 2014 dengan menghitung waktu pelayanan pasien gawat darurat, cedera kepala sedang dari pasien masuk pintu IGD sampai siap keluar dari
IGD didapatkan rata-rata waktu tanggap darurat adalah > dari 5 menit dari 8 orang perawat yang melakukan tindakan pertolongan gawat darurat dan 2 orang perawat memerlukan waktu tanggap darurat < 5 menit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pertolongan gawat darurat pada cedera kepala sedang. Hal ini menunjukkan masih ada masalah yang perlu dikaji secara mendalam tentang waktu tanggap darurat pada pasien cedera kepala sedang, sementara dari analisis bahwa jumlah tenaga dan kompetensi perawat itu sendiri menjadi faktor utama yang mendukung apakah waktu tanggap darurat yang diperlukan oleh seorang perawat pada pasien cedera kepala sedang harus < 5 menit. Hal ini tentunya jauh lebih lama di bandingkan dengan hasil penelitian yang hampir sama yang dilakukan di RS Dr. Soetomo Surabaya, dengan mendapatkan waktu rata-rata yaitu 4,66 menit, mulai pasien masuk sampai keluar dari ruang IGD. (Murtedjo & Mucthi, 2007). Rata-rata pasien perhari yang masuk IGD RSUD dr. H. Andi Abdurahman Noor berjumlah 30 pasien, tidak sesuai dengan tenaga perawat IGD yang berjumlah 16 orang, dimana selain melayani pasien baru yang masuk IGD masih diberi tanggung jawab merawat pasien di ruang rawat inap tunggu berkapasitas 5 tempat tidur yang membuat perawat merasa tidak dapat berfokus pada pasien baru yang masuk IGD. Perawat sering mendapat keluhan dari pasien
gawat darurat semakin responsive si penolong dalam hal ini adalah perawat maka akan berpengaruh pada pemulihan kesadaran dan oksigenasi, hal ini dapat dibuktikan bahwa ketika tingkat pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala meningkat maka kebutuhan oksigen akan semakin tecukupi di otak, ketika otak telah tercukupi oksigen maka sel-sel yang ada didalam otak tidak rusak. Waktu tanggap darurat jugaakan berpengaruh pada tingkat pemulihan oksigenasi dan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala, hal ini mengacu pada semakin cepat tindakan yang dilakukan misalnya survey primer pada penanganan pasien cedera kepala yang kondisinya terjadi penurunan kesadaran maka maka resusitasi perlu segera dilakukan ketika resusitasi secara cepat dan tepat dilakukan maka suplai oksigen ke otak semakin membaik. Kecepatan penanganan terkait waktu tanggap darurat juga sangat penting jika dikaitkan dengan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat khususnya cedera kepala Karena dalam hal ini terkait dengan organ yang paling berperan yaitu otak dalam hitungan menit saja otak kekurangan suplai oksigen maka resiko kematian akan semakin besar Insiden cedera kepala di Eropa pada tahun 2010 adalah 500 per 100.000 populasi. Insiden cedera kepala di Inggris pada tahun 2005 adalah 400 per 100.000 pasien per tahun. Langlois et al mendapatkan bahwa lebih dari 1,1 juta orang di Amerika Serikat menderita cedera kepala setiap tahunnya. Gururaj et al pada tahun 2004 mendapatkan bahwa insiden cedera kepala di India setiap tahunnya adalah 160 per 100.000 populasi. Glasgow coma scale (GCS) merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan pengobatan, dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk pasien cedera kepala. Cedera kepala dikelompokkan menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan tingkat kesadaran menurut skor GCS, cedera kepala ringan (CKR) jika GCS 14
- –15, cedera kepala sedang (CKS) jika GCS 9
- –13, dan cedera kepala berat (CKB) jika GCS 3 – 8.9,10 Data tentang cedera kepala di Indonesia belum lengkap. Data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo tahun 2005 terdapat 434 pasien CKR, 315 pasien CKS dan 28 pasien CKB. Data di Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak belum tersedia, sementara itu angka kejadian cedera kepala di RSUD dr. H. Andi Abdurahman Noor tahun 2012 didapatkan 830 kasus dengan mortalitas 1,5%. Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respon time). Dari studi pendahuluan dari 10 tenaga
METODEJenis penelitian yang dilakukan
Airway Tepat Tidak tepat
2
5
32
32
38
peneliti adalah penelitian kwantitatif, non eksperimental menggunakan metode deskriptif observasional. Dengan menggunakan bentuk rancangan penelitian secara cross sectional. Dengan jumlah populasi adalah 25 uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dan
1
1
9
8
menunjukkan bahwa dari
25 responden yang mengalami cedera kepala sedang dan kesadarannya menurun yang dilakukan tindakan resusitasi dari empat langkah sebagian besar adalah tepat.
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Airwaydi IGD RSUD dr. H. Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu No Tindakan
Total ∑ % ∑ % ∑ %
2
1
2
3
4 Buka jalan nafas(patenkan jalan nafas.
Tindakan Look , Listen &Feel Tindakan memberikan nafas buatan Respon kesadaran pasien.
18
17
17
16
72
68
68
64
5
36
8
Breathing Tepat Tidak tepat
Regresi Logistik. Instrumen penelitian adalah
dengan lembar observasi baik itu untuk penanganan tanggap darurat dan pemulihan kesadaran.
HASIL Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan ketepatan dalam tindakan resusitasi di IGD Rumah sakit dr. H. Andi Abdurrahmannoor Tanah Bumbu N o
TindakanResusitasi Tepat Tidakte pat Total ∑ % ∑ % ∑ %
1
2
3
Tekanan 5-4 cm tegak lurus kebawah Katakan hitungan (1-5, 1-10, 1-15) Periksadenyutnadise telahsiklus.
1
7
1
6
Total ∑ % ∑ % ∑ %
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Breathing di IGD RSUD dr. H. Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu No Tindakan
40
Tabel 2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mengalami cedera kepala sedang dan kesadarannya menurun yang dilakukan tindakan pertolongan Airway sebagian besar adalah tepat adalah tindakan buka jalan nafas yang paling besar yaitu sejumlah 72 % .
6
8
6
4
25 100 100 100 100
25
25
8
9
10
25
32
36
7
4 Posisi tangan dan tubuh.
1 Tabel 1 diketahui Hasil penelitian
1
2
5
2
48
12
2
5
6
3
1
5
1
5
1 Pengecekan
18
72
7
28 25 100 Tabel 6
kekuatan Distribusi responden berdasarkan ketepatan
pernafasan pertolongan Breathing di IGD RSUD dr. H.
Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu Look ,
No Penanganan Tepat Tidak Total listen &feel tanggap tepat
2
17
68
8
32 25 100 darurat Memberika
∑ % ∑ % ∑ % nafas
1 Posisi
19
76
6
24 25 100 bantuan
3
16
64
9
36 25 100 tangan dan lewat tubuh. masker dengan
2 Tindakan waktu 1,5-2 memberikan detik detik
18
72
7
28 25 100 nafas buatan > 2
3 detik
16
64
9
36 25 100 Cek Tabel 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran dari 25 responden yang mengalami cedera dengan
4
17
68
8 25 100
32 kepala sedang dan kesadarannya menurun menepuk. yang dilakukan tindakan pertolongan
Pengecekan Breathing sebagian besar adalah tepat dengan kekuatan tindakan pengecekan kekuatan pernafasan
5
14
56
11
44 25 100 pernafasan yang paling banyak yaitu ada 72% responden.
Teknik mengatasi Tabel 4 perdarahan
Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Breathing di IGD RSUD dr. H. Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu No Tindakan Tepat Tidak Total
Tabel 6 Hasil peneltian menunjukkan bahwa dari
tepat Circulation
25 responden yang mengalami cedera kepala sedang 72% yang mendapatkan penanganan tepat
∑ % ∑ % ∑ % dan 28% mendapatkan penanganan tidak tepat.
1 Cek nadi
19
76
6
24 25 100 Tabel 7 karotis
Analisis Hubungan ketepatan resusitasi Pastikan dengan pemulihan kesadaran di RSUD dr. H.
2
18
72
7
28 25 100 kembali Andi Abdurrahmannoor Tahun (n=25)
Resusitasi Pemulihan kesadaran Jumlah P apabila terjadi perdarahan
Composmentis Samnolent untuk diatasi
3
16
64
9
36 25 100 dlu Tepat 88,2% (15) 11,8% (2) 100% (17) 0,017 perdarahannya
Tidak 37,5% (3) 62% (5) 100% (8) Jika tidak ada tepat nadi lanjutkan
4
9 25 100
16
64
36 resusitasi. Teknik mengatasi perdarahan Tabel 7 diketahui secara statistik dengan uji chi- Tabel 10 square untuk pengetahuan dengan tingkat Analisis Hubungan ketepatan pertolongan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri tidak
circulation dengan pemulihan kesadaran di
ada hubungan yang signifikan (p value 0.280 > RSUDdr. H. Andi Abdurrahmannoor (n=25)
Circulation Pemulihan kesadaran Jumlah P 0.05).
Tabel 8 Composmentis Samnolent
Analisis Hubungan ketepatan airway dengan pemulihan kesadaran di RSUD dr. H. Andi Tepat 84,2% (16) 15,8% (3) 100% (19) 0,032
Abdurrahmannoor (n=25) Airway Pemulihankesadaran Jumlah P
Tidak tepat 33,3% (2) 66,7% (4) 100% (6) Composmentis Samnolent Tepat 84,2% (16) 15,8% (3) 100% (19) 0,032
Tabel 10 Hasil analisis hubungan antara
Tidaktepat 33,3% (2) 66,7% (4) 100% (6) pertolongan Circulation yang diberikan oleh
perawat pada 25 responden dengan pemulihan Tabel 8 Hasil analisis hubungan antara kesadaran 84,2 % pasien mengalami kesadaran composmentis dengan tindakan Circulation tepat
pertolongan Airway yang diberikan oleh
dan 15,8 % non composmenstis. Sedangkan 33,3
perawat pada 25 responden dengan pemulihan
% mengalami kesadaran composmentis untuk
kesadaran 84,2 % pasien mengalami
tindakan airway yang tidak tepat dan 66,7%
kesadaran composmentis dengan tindakan
samnolent. Hasil uji menunjukkan bahwa ada
Airway tepat dan 15,8 % non
hubungan yang signifikan antara pertolongan
composmenstis. Sedangkan 33,3 %
mengalami kesadaran composmentis untuk tindakan airway yang tidak tepat dan 66,7% Tabel 11 samnolent. Hasil uji menunjukkan bahwa ada
resusitasi dengan pemulihan kesadaran ( ƥ< 0,05).
Analisis hubungan penanganan tanggap hubungan yang signifikan antara pertolongan darurat dengan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang di RUSUD dr. H. resusitasi dengan pemulihan kesadaran (p<
Andi Abdurrahmannoor (n=25) 0,05).
Penanganan Pemulihan kesadaran Jumlah P Tabel 9 tanggap
Analisis Hubungan antara ketepatan Composmentis Samnolent darurat pertolongan breathing dengan pemulihan kesadaran di RSUD dr. H. Abdurrahmannoor
Tepat 84,4% (15) 15,6% (4) 100% (19) 0,014 (n=25)
Breathing Pemulihan kesadaran Jumlah P Tidak tepat 32,3% (1) 67,7% (5) 100% (6)
Composmentis Samnolent Tepat 84,2% (16) 15,8% (3) 100% (19) 0,032
Tabel 11 Analisis hubungan antara penanganan
Tidaktepat 33,3% (2) 66,7% (4) 100% (6)
tanggap darurat denag pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang bahwa penangan tanggap
Tabel
6 Hasil analisis hubungan antara pertolongan Breathing yang diberikan oleh darurat tepat pemulihan kesadarannya perawat pada 25 responden dengan pemulihan composmentis atau sadar penuh 84,4 % kesadaran 84,2 % pasien mengalami kesadaran composmentis dengan tindakan Breathing tepat dengan penanganan tanggap darurat dan 15,8 % non composmenstis. Sedangkan 33,3 tepat dan 15,6 % samnolent sedangan % mengalami kesadaran composmentis untuk tindakan airway yang tidak tepat dan 66,7%
32,3 kesaadaran composmentis dengan samnolent. Hasil uji menunjukkan bahwa ada penanganan tanggap darurat tidak tepat hubungan yang signifikan antara pertolongan dan 67,7% samnolent . P < 0,05
Breathing dengan pemulihan kesadaran ( ƥ< 0,05). menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penanganan Tabel 12
Analisis faktor yang paling berhubungan
tanggap darurat dengan pemulihan
dengan pemulihan kesadaran pada pasien
kesadaran. cedera kepala sedang di IGD RSUDdr. H. Andi
Abdurrahmannoor (n=25) Variabel B S.E Sig
DISKUSI .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadarannya composmentis atau sadar
Tindakanresu - 10976,3 ,99
penuh 84,4 % dengan penanganan
sitasi 36,5
25
7
tanggap darurat tepat dan 15,6 %
11
samnolent sedangan 32,3 kesaadaran composmentis dengan penanganan
- Tindakan 13281,1 ,99
tanggap darurat tidak tepat dan 67,7%
54,3
96
7 Airway
samnolent dengan nilai p value < 0,05
50
dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara penanganan tanggap
- 7477,32 ,99 Tindakan
darurat dengan pemulihan kesadaran
Breathing 18,5
9
8 pada pasien cedera kepala sedang.
32 Ketanggapan perawat merupakan faktor
utama dalam memberika pertolongan
Tindakan - 10496,4 ,99
pada tingkat kegawat daruratan pasien
circulation 36,3
30
7
dan kemampuan memberikan pelayanan
42
sesuai dengan kompetensi perawat dan kebutuhan dasar pasien harus juga terpenuhi. Apabila perawat tidak
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada memiliki kompetensi yang cukup dalam yang signifikan antara semua variabel dengan pertolongan kondisi gawat darurat maka demikian berarti bahwa semua variabel tidak bisa nyawa menjadi taruhannya oleh dipisahkan satu sama lain karena dalam karenanya pada pasien dengan cedera penanganan tanggap darurat pertolongan kepala sedan ada empat komponen yang resusitasi, ariway, breathing dan circulation harus dilengkapi yaitu adalah adalah merupakan satu keasatuan utuh dalam kompetensi airway, breathing dan memberikan pertolongan pada pasien dengan circulation. Ketiga hal tersebut kondisi gawat darurat. merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain sehingga setiap langkah yang dilakukan dalam menolong pasien cedera kepala maka ketiga hal tersebutlah nanti yang RSUD dr. H. Andi akan diterapkan. Abdurrahmannoor Penelitian ini juga sesuai dengan Jl. Sepunggur Km, 25 empat Simpang oleh Nunuk Haryanto dan Agus penelitian Penelitian yang dilakukan Sudaryanto tentang perbedaan waktu tanggap darurat tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala kategori I
- – V di instalasi gawat darurat RSUD DR. Muwardi dengan metode penelitian
kwantitatif non eksperimental Gambar 1. Denah Lokasi Penelitian yang
menggunakan metode deskriptif observasional dengan menggunakan
berjarak 25 km dr lokasi peneliti.
bentuk rancangan penelitian secara cross
sectional , dengan hasil penelitian bahwa
didapatkan hasil bahwa rata-rata waktu tanggap darurat pasien cedera kepala
Page 18
Brunner dan Suddarth, 2001. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 . EGC: Jakarta. Canadian Institute for Health Information.
Doenges Marilyn E, Moorhouse, Mary F.
Pelayanan mutu keperawatan , Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta. Jakarta.
Pelayanan Gawat Darurat. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik , Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta. Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Ruma Sakit , Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman
Diakses tanggal 01 januari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Pedoman Pelayanan Gawat Darurat , Depkes RI, Jakarta.
Emergency and respon time management. http. Nursing jurnal.
Dempsey P. A., Dempsey A.D. 2002. Riset Keperawatan . Jakarta: EGC Departemen Of Emergency Medicine. 2009.
(2005). Understanding Emergency Department Wait Times: Who Is Using Emergency Departments and How Long Are They Waiting ?.Ottawa: Canadian Institute for Health Information Canadian Association emergency Physician.(2012).overcrowding. (On Line), (http://www.caep.ca/advocacy/overcro wding. diakses tanggal 16 Desember 2014)
Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: PT. Rineka Cipta Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kesadaran . Jakarta: Salemba Medika
kategori V adalah paling cepat dengan rata-rata cepat dibandingkan dengan kategori IV, III, II dan I.
(2004). Jakarta: IKABI Arif, Mansjoer dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian.
American College Of Surgeon. ATLS 7 th ed.
(2008). Emergency Department Crowding: High-Impact Solutions. (On Line), (http://ebookbrowse.com/emergency- department-crowding-high-impact- solutions-acep-task-force-on- boarding-april-2008-pdf-d319291546, diakses tanggal 01 Januari )
DAFTAR PUSTAKA American College of Emergency Physician.
4. Ke empat variabel (ketepatan pertolongan resusitasi, ketepatan pertolongan airway, ketepatan pertolongan breathing, ketepatan pertolongan circulation) yang diteliti tidak ada variabel yang paling berhubungan atau signifikan dengan pemulihan kesadaran dengan artian bahwa ke empat variabel ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan atau saling terkait.
3. Ada hubungan yang signifikan antara penanganan tanggap darurat (ketepatan pertolongan resusitasi, ketepatan pertolongan airway, ketepatan pertolongan breathing, ketepatan pertolongan circulation) dengan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang di ruang IGD RSUD dr. H. Andi Abdurrahmannoor.
2. Hasil analisis didapatkan bahwa sebagian besar pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang adalah samnolent.
1. Hasil analisis didapatkan bahwa sebagian besar penanganan tanggap darurat baik itu pertolongan resusitasi, pertolongan airway, pertolongan breathing dan pertolongan circulations adalah tepat
SIMPULAN
Geissler, Alice C, 2000, Rencana
Page 19 Asuhan Keperawatan , EGC, Jakarta.
Dupuis. G. (2001). Canadian Medical Jurnal.
Tersedia dalam: <http:// E.Medical. org> (diakses 25 Desember 2014) Fulde Gordian W.C. 2002, Makalah: The Rote of Emergency Physician , Disampaikan dalam seminar Dokter Emergensi Sabtu
Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga Green L.V., Soares J., Giglio J.F., Green R.A.,.(2006). Using Queueing
Theory to Increase the Effectiveness of Emergency Department Provider Staffing ,(On Line),(http://www.hbs.edu/units/tom/s eminars/2007/docs/lgreen3.pdf, diakses tanggal 23 Desember 2014) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.(2009). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia Maramis, W.F. (2006) Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa . Surabaya: Airlangga Middleton, J. (2007). Cedera kepala. Jakarta: Erlangga Moewardi. (2003). Pedoman pelayanan medik. Jakarta: Salemba Medika Muttaqin, A.(2008). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Persarafan .
29 Juni 2002 di Yogyakarta.Ginsber, L. (2007).
Jakarta: Salemba Medika Sadewa, AH. (2011). Konsep Cedera kepala pengantar ilmu bedah . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Tandian, D. 2011. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf Departemen Bedah Saraf FKUI RSCM. Jakarta: Agus Seto Tobing Lumban, S.S. (2011). Pengaruh Peta Pikiran (Mind Map). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wilde, E. T.(2009). Do Emergency Medical System Response Times Matter for Health Outcomes?.New York: Columbia University.