PERKE MBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL II

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila
visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan
kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem
pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalahmasalah bangsa. Pendidikan Merupakan faktor penting bagi kelangsungan
hidup suatu bangsa karena tidak ada satu bangsa pun yang mampu mencapai
kemajuan tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunan.
Setiap bangsa yang ingin mencapai kemajuan perlu mempersiapkan sumber
daya manusia terlebih dahulu. Sejak awal Kemerdekaan, pendidikan di
Indonesia terus mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik karena
pada setiap periode pemerintahan, bidang pendidikan selalu mendapat
perhatian dari pemerintah.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan nasional dari masa ke masa?
2. Apa kurikulum yang digunakan pada masa ke masa?
1.3. Tujuan penulisan
1. Mengetahui perkembangan pendidikan nasional.
2. Mengetahui kurikulum yang digunakan pada masa ke masa.


1
Universitas siliwangi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan pendidikan nasional
1. Perkembangan Pendidikan pada Awal Kemerdekaan

patung ki hajar dewantara

Pada masa penjajahan, kesempatan memperoleh pendidikan bagi
anak- anak Indonesia sangat terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah,
hanya sebagian kecil saja yang sempat menikmati sekolah. Akibatnya,
sebagian besar penduduk indonesia masih buta huruf. Oleh karena itu, segera
setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah mengangkat Ki Hajar
Dewantara sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan
K). ki Hajar Dewantara menjabat jabatan ini hanya selama 3 bulan.
Kemudian, jabatan Menteri PP dan K dijabat oleh Mr. T.S.G. Mulia yang

2

Universitas siliwangi

hanya menjabat selama 5 bulan. Selanjutnya, jabatan Menteri PP dan K
dijabat oleh Mohammad syafei. Kemudian, ia digantikan oleh Mr. Soewandi.
Pada masa jabatan Mr. Suwandi, dibentuk Panitia Penyelidik
Pengajaran
merumuskan

Republik Indonesia yang bertugas
masalah

pengajaran

setelah

untuk meneliti

Kemerdekaan.

dan


Setelah

menyelesaikan tugasnya, panitia ini menyampaikan saran-saran kepada
pemerintah. Kemudian, disusunlah dasar struktur dan sistem pendidikan di
Indonesia. Tujuan umum pendidikan di Indonesia merdeka adalah mendidik
anak-anak menjadi warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak dapat
memberikan pengetahuannya kepada negara. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan pada masa itu lebih menekankan pada penanaman semangat
patriotisme.
Pendidikan pada awal Kemerdekaan terbagi atas 4 tingkatan, yaitu:
pendidikan rendah, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah
atas, dan pendidikan tinggi. Pada akhir tahun 1949, tercatat sejumlah 24.775
buah sekolah rendah di seluruh Indonesia. Untuk pendidikan tinggi, sudah
ada sekolah tinggi dan akademi di beberapa kota seperti Jakarta, Klaten, Solo
dan Yogyakarta. Selain itu, ada pula universitas seperti Universitas Gajah
Mada.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tahun 1947
 Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai

istilah dalam bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini
lebih popular dibanding istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran
1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok:

3
Universitas siliwangi

a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b. Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi
sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan
yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter

manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa
lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan
pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani.

2. Perkembangan Pendidikan pada Masa Demokrasi Liberal
Pada tahun 1950, diadakan pengalihan masalah pendidikan dari
Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat).
Kemudian, disusunlah suatu konsepsi pendidikan yang dititikberatkan kepada
spesialisasi sebab menurut Menteri Pendidikan pada saat itu, bangsa
Indonesia sangat tertinggal dalam pengetahuan teknik yang sangat dibutuhkan
oleh dunia modern. Menurut garis besar konsepsi tersebut, pendidikan umum
dan pendidikan teknik dilaksanakan dengan perbandingan 3 banding 1.
Maksudnya, setiap ada 3 sekolah umum, diadakan 1 sekolah teknik. Setiap
lulusan sekolah dasar diperbolehkan melanjutkan ke sekolah teknik
menengah (3 tahun), kemudian melanjutkan ke sekolah teknik atas (3 tahun).
Setelah lulus sekolah teknik menengah dan sekolah teknik atas, diharapkan
siswa dapat mengerjakan suatu bidang tertentu.

Selain itu, karena Indonesia merupakan negara kepulauan, di beberapa
kota seperti Surabaya, Makassar, Ambon, Manado, Padang, dan Palembang

4
Universitas siliwangi

diadakan Akademi Pelayaran, Akademi Oseanografi, dan Akademi Research
Laut. Tenaga pengajarnya didatangkan dari luar negeri seperti Inggris,
Amerika Serikat, dan Prancis.
Pada masa Demokrasi Liberal, didirikan beberapa universitas baru
diantaranya adalah universitas Hasanuddin di Makassar, Universitas
Andallas di Padang, Universitas Padjajaran di Bandung, dan Universitas
Sumatra Utara di Medan. Kurikulum yang digunakan adalah kutikulum tahun
1952.
 Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi
nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri
dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan

isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut
Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali,
seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur
Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa itu juga dibentuk
kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun
yang

tidak

melanjutkan

ke

SMP.

Kelas

masyarakat


mengajarkan

keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar
anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
3. Perkembangan Pendidikan pada Masa Demokrasi Terpimpin
Pada tahun 1950-an, murid-murid sekolah lanjutan tingkat pertama
dan sekolah lanjutan tingkat atas jumlahnya banyak sekali dan semuanya
mengharapkan menjadi mahasiswa. Murid-murid ini adalah hasil pertama dari
sistem pendidikan setelah Kemerdekaan. Supaya mereka dapat melanjutkan
pendidikan, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mendirikan universitas

5
Universitas siliwangi

baru di setiap ibu kota provinsi dan menambahkan jumlah fakultas di
Universitas-universitas yang sudah ada.
Selain itu, didirikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) untuk
muridmurid lulusan pesantren yang beragama Islam. Adapun untuk muridmurid yang beragama Kristen Protestan dan Katholik didirikan sekolah
Tinggi Theologia dan seminari-seminari. Selanjutnya, didirikan pula
perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam, Kristen dan Katholik, seperti

Universitas Islam Indonesia, Universitas Kristen Indonesia serta Universitas
Katholik Atmajaya. Tercatat pada tahun 1961 telah berdiri sebanyak 181 buah
perguruan tinggi.
 Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik,
2004),

yaitu

pengembangan

moral,

kecerdasan,

emosional/artistik,


keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan
sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan
dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang
disayangkan adalah pengaplikasian inpres ini hanya berlangsung dari segi
kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang terpenting
pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyak-banyaknya tanpa
memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.

6
Universitas siliwangi

Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak
menemukan kendala, karena pendidikan orde baru mengusung ideologi

“keseragaman” sehingga memampatkan kemajuan dalam bidang pendidikan.
EBTANAS, UMPTN, menjadi seleksi penyeragaman intelektualitas peserta
didik.
Pada pendidikan orde baru kesetaran dalam pendidikan tidak dapat
diciptakan karena unsur dominatif dan submisif masih sangat kental dalam
pola pendidikan orde baru. Pada masa ini, peserta didik diberikan beban
materi pelajaran yang banyak dan berat tanpa memperhatikan keterbatasan
alokasi kepentingan dengan faktor-faktor kurikulum yang lain untuk menjadi
peka terhadap lingkungan. Beberapa hal negatif lain yang tercipta pada masa
ini adalah:
1. Produk-produk pendidikan diarahkan untuk menjadi pekerja. Sehingga,
berimplikasi pada hilangnya eksistensi manusia yang hidup dengan akal
pikirannya (tidak memanusiakan manusia).
2. Lahirnya kaum terdidik yang tumpul akan kepekaan sosial, dan banyaknya
anak muda yang berpikiran positivistik
3. Hilangnya kebebasan berpendapat.
Pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Soeharto megedepankan motto
“membangun manusia Indonesia seutuhnya dan Masyarakat Indonesia”. Pada
masa ini seluruh bentuk pendidikan ditujukkan untuk memenuhi hasrat
penguasa, terutama untuk pembangunan nasional. Siswa sebagai peserta didik,
dididik untuk menjadi manusia “pekerja” yang kelak akan berperan sebagai
alat penguasa dalam menentukan arah kebijakan negara. Pendidikan bukan
ditujukan

untuk

mempertahankan

eksistensi

manusia,

namun

untuk

mengeksploitasi intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan penguasa.
Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai
berikut:
 Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan

7
Universitas siliwangi

khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan.
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif,
dengan hanya menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian
dari teori tersebut. Aspek afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada
kurikulum ini. Praktis, kurikulum ini hanya menekankan pembentukkan
peserta didik hanya dari segi intelektualnya saja.
 Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efektif dan efisien berdasar MBO (management by objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang

dikenal dengan istilah “satuan

pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap
guru wajib untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses
belajar-mengajar berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan
pelaksanaan program belajar mengajar. Setiap tatap muka telah di atur dan
dijadwalkan sedari awal. Dengan kurikulum ini semua proses belajar
mengajar menjadi sistematis dan bertahap.
 Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung “process skill approach”. Proses
menjadi lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan. Peran siswa dalam
kurikulum

ini

menjadi

mengamati

sesuatu,

mengelompokkan,

mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan
guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi
8
Universitas siliwangi

ditemukan dalam kurikulum ini. Pada kurikulum ini siswa diposisikan
sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga diperankan
dalam pembentukkan suatu pengetahuan dengan diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, bertanya, dan mendiskusikan sesuatu.
 Kurilukum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulumkurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Pada
kurikulum ini bentuk opresi kepada siswa mulai terjadi dengan beratnya
beban belajar siswa, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,
misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan
banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan, dan mereka tidak
memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap banyaknya beban
belajar yang harus mereka hadapi.
5. Perkembangan Pendidikan pada Masa Reformasi
Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi
perumusan kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan
revolusioner. Bentuk kurikulum menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula
bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari sentralistik (orde lama) menjadi
desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan amanat UUD 1945
dengan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan belanja negara.
“Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara, serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.

9
Universitas siliwangi

Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada pengembangan
lokalitas, di mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat
berperan aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan.
Pendidikan di era reformasi 1999 mengubah wajah sistem pendidikan
Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini pendidikan menjadi
sektor pembangunan yang didesentralisasikan. Pemerintah memperkenalkan
model “Manajemen Berbasis Sekolah”. Sementara untuk mengimbangi
kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibuat sistem
“Kurikulum Berbasis Kompetensi”.
Memasuki tahun 2003 pemerintah membuat UU No.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menggantikan UU No 2 tahun 1989., dan
sejak saat itu pendidikan dipahami sebagai:
“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
pendidikan di masa reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan
berhasil. Karena, pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya
untuk mendesain pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan lokal,
misalnya penentuan kelulusan siswa masih diatur dan ditentukan oleh
pemerintah. Walaupun telah ada aturan yang mengatur posisi siswa sebagai
subjek yang setara dengan guru, namun dalam pengaplikasiannya, guru masih
menjadi pihak yang dominan dan mendominasi siswanya, sehingga dapat

10
Universitas siliwangi

dikatakan bahwa pelaksanaan proses pendidikan Indonesia masih jauh dari
dikatakan untuk memperjuangkan hak-hak siswa.
Ada beberapa kesalahan dalam pengelolaan pendidikan pada masa ini,
telah melahirkan hasilnya yang pahit yakni:
1. Angkatan kerja yang tidak bisa berkompetisi dalam lapangan kerja pasar
global.
2.

Birokrasi yang lamban, korup dan tidak kreatif.

3. Masyarakat luas yang mudah bertindak anarkis.
4. Sumberdaya alam (terutama hutan) yang rusak parah.
5.

Hutang Luar Negeri yang tak tertanggungkan.

6. Merajalelanya tokoh-tokoh pemimpin yang rendah moralnya.
Adapun kurikulum-kurikulum yang dipakai pada masa reformasi yaitu
sebagai berikut:
 Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pada pelaksanaan kurikulum ini, posisi siswa kembali ditempatkan
sebagai subjek dalam proses pendidikan dengan terbukanya ruang diskusi
untuk memperoleh suatu pengetahuan. Siswa justru dituntut untuk aktif dalam
memperoleh informasi. Kembali peran guru diposisikan sebagai fasilitator
dalam perolehan suatu informasi.
Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Hal ini mutlak diperlukan mengingat
KBK juga memiliki visi untuk memperhatikan aspek afektif dan psikomotorik
siswa sebagai subjek pendidikan. Berikut karakteristik utama KBK, yaitu:
1) Menekankan pencapaian kompetensi siswa, bukan tuntasnya materi.
2) Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi
siswa

(normal, sedang, dan tinggi).

3) Berpusat pada siswa.

11
Universitas siliwangi

4) Orientasi pada proses dan hasil.
5) Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.
6) Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
7) Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
8) Belajar sepanjang hayat;
9) Belajar mengetahui (learning how to know),
10) Belajar melakukan (learning how to do),
11) Belajar menjadi diri sendiri (learning how to be),
12) Belajar hidup dalam keberagaman (learning how to live together).
 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun
perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya,
yaitu mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah
dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
Jadi pada kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak
untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan
siswa dan kepentingan lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas
pendidikan. Karena KTSP berdasar pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga
diberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara terbuka
berdasarkan sistem ataupun silabus yang telah ditetapkan oleh masing-masing
sekolah.
Dalam kurikulum ini, unsur pendidikan dikembalikan kepada
tempatnya semula yaitu unsur teoritis dan praksis. Namun, dalam kurikulum
ini unsur praksis lebih ditekankan dari pada unsur teoritis. Setiap kebijakan
yang dibuat oleh satuan terkecil pendidikan dalam menentukan metode
pembelajaran dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
lingkungan sekitar

12
Universitas siliwangi

 Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi berbasis sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan, serta menekankan pada keaktifan siswa untuk
mendapatkan pengalaman personal melalui observasi (pengamatan), bertanya,
menalar, menyimpulkan, dan mengomunikasikan informasi dalam kegiatan
pembelajaran.
Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan,
konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang
didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk
kurikulum satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana
tertulis (dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam
dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL
menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu,
kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah;
2.

Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;

3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.

13
Universitas siliwangi

Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi
hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan
kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan
dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke
dalam Kompetensi Dasar (KD).
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran
3.

Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

4. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
5.

Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi,

topik

atau

sesuatu

yang

berasal

dari

pendekatan

“disciplinary–based curriculum” atau “content-based curriculum”.
6. Kompetensi

Dasar

yang

dikembangkan

didasarkan

pada

prinsip

akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
7. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.

14
Universitas siliwangi

8. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan
daftar mata pelajaran.
2.

Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan.

3. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan
kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4.

Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan
Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning)
sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5.

Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan
minat.

6.

Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya.

7.

Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
budaya, teknologi, dan seni.

8.

Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan..

9.

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

10. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

15
Universitas siliwangi

11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi.
Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
1. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
 Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
 Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
 Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
3. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 –
2014
4. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA
dan SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013
5. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013
– 2016
2.2.

Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Dunia pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari berbagai masalah
yang ada, masalah - masalah itu antara lain:
1. Kualitas Guru
Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal
penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru
melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran
di ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru
yang bersangkutan. Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di
Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi
kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar
51% yang berpendidikan S-1 atau lebih sedangkan sisanya belum

16
Universitas siliwangi

berpendidikan S-1. Begitu juga dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06
juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi
sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi. Dari
segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan guru untuk
sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-masing adalah
21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan Indonesia
kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah terjadi
kelebihan guru. Belum lagi pada tahun 2010-2015 ada sekitar 300.000
guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga harus
segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran proses belajar
2. Kurikulum
Melihat latar sejarah pendidikan di Indonesia,ternyata Negara ini
telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Minimal telah ada
sepuluh macam kurikulum sebelum lahirnya kurikulum 2013. Kurikulum
itu, Rencana Pelajaran dalam Rencana Pelajaran Terurai(1947), Rencana
Pendidikan Sekolah Dasar(1964), Kurikulum Sekolah Dasar (1968),
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (1973), juga di
namakan Kurikulum Sekolah Dasar (1975) Kurikulum 1984(1984),
Kurikulum 1994(1994), Revisi Kurikulum 1994 (1997), rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (2006), dan pada tahun 2013 diberlakukan pula kurikulum
2013. Kurikulum 2013 pasti menemui berbagai kendala dalam
pelaksanaan di lapangan, kendala tersebut antara lain: penyiapan tenaga
guru masih belum maksimal sehingga belum banyak guru yang
mengetahui,

memahami,

termpil, yakin dan berkemauan untuk

menerapkannya. Kemudian penyiapan buku berupa buku siswa , buku
panduan guru dan dokumentasi Kurikulum juga belum lengkap, padahal
buku- buku tersebut menjadi acuan bagi siswa dan guru, begitu juga
pendistribusiannya belum merata. Sosialisasi kurikulum 2013 masih
kurang maka belum semua guru mendapat pengetahuan dan informasi,

17
Universitas siliwangi

sedangkan guru yang telah ikut sosialisasi kesulitan menyampaikan
kepada guru lain di sekolah karena pembekalan dirasa kurang lengkap.
3. Kualitas Infrastruktur
Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih
menjadi hantu bagi pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk
perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang
rusak atau tidak layak dilakukan secara sporadis sehingga tidak kunjung
Dari dulu hingga sekarang masalah infrastruktur pendidikan masih
menjadi hantu bagi pendidikan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya sekolah-sekolah yang belum menerima bantuan untuk
perbaikan sedangkan proses perbaikan dan pembangunan sekolah yang
rusak atau tidak layak dilakukan secara sporadis sehingga tidak kunjung
selesai. Berdasarkan data Kemendiknas, secara nasional saat ini
Indonesia memiliki 899.016 ruang kelas SD namun sebanyak 293.098
(32,6%) dalam kondisi rusak. Sementara pada tingkat SMP, saat ini
Indonesia memiliki 298.268 ruang kelas namun ruang kelas dalam
kondisi rusak mencapai 125.320 (42%). Bila dilihat dari daerahnya, kelas
rusak terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 7.652, disusul
Sulawesi Tengah 1.186, Lampung 911, Jawa Barat 23.415, Sulawesi
Tenggara 2.776, Banten 4.696, Sulawesi Selatan 3.819, Papua Barat 576,
Jawa Tengah 22.062, Jawa Timur 17.972, dan Sulawesi Barat 898.
4.

Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat
Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan
Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999
mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk
kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih
rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan
usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini

18
Universitas siliwangi

nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia
secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi
pemerataan

pendidikan

yang

tepat

untuk

mengatasi

masalah

ketidakmerataan terseb
5. Mahalnya Biaya Pendidikan
Mahalnya biaya pendidikan merupakan salah satu dari problematika
pendidikan yang ada di Indonesia. Pada tiap tahun selalu saja terdengar
keluhan masyarakat terhadap mahalnya biaya pendidikan yang harus
dibayar,selain itu juga adanya fasilitas pendidikan yang kurang
memadai,seperti masih ada gedung sekolah yang ambruk,ruang belajar
yang kurang tertata dan fasilitas pendidikan dalam keadaan minim,dan
lain-lain. Sementara pada sisi lain,Pemerintah sudah menganggarkan
biaya pendidikan sebesar 20 % dari APBN dan anggaran tersebut
merupakan anggaran yang paling tinggi saat ini.tidak ada anggaran
kementrian

lainnya,

yang

melebihi

besarnya

anggaran

yang

diperuntukkan bagi kementrian pendidikan nasional.Pendidikan bermutu
itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya
biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK)
hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh
sekolah. Mahalnya biaya pendidikan yang selama ini dirasakan oleh
masyarakat, semakin disadari tidak sebanding dengan mutu pendidikan
yang dinikmati masyarakat. Biaya pendidikan di berbagai daerah di
Indonesia

mengalami

kenaikan

fantastik

mengikuti

deret

ukur

(kepentingan pasar), namun kualitasnya berjalan di tempat.

19
Universitas siliwangi

2.3.

Solusi dari Permasalahan Pendidikan
Dari berbagai masalah yang diungkap diatas maka harus ada solusi
bagaimana agar pendidikan dapat berjalan dengan baik
1. Untuk masalah mengenai meningkatkan kualitas guru maka bisa dengan
meningkatkan kesejahteraan bagi guru, bisa juga dengan membiayaai
guru untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan
memberikan berbagai pelatihan bagi guru.
2. Untuk mengatasi masalah pada kurikulum 2013 seharusnya pemerintah
melaksanakan sosialisasi tentang kurikulum 2013 agar di tambah
intensitasnya bagi seluruh guru dan pelaksana pendidikan, agar semua
guru mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 setelah memperoleh
pembekalan. Pemerintah daerah juga di harapkan menyediakan dana
khusus dalam APBD untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 dan
jangan hanya diserahkan pada sekolah dan guru-guru sebagai pelaksana
di lapangan. Dibentuk sebuah lembaga khusus sebagai pusat informasi
implementasi Kurikulum 2013 yang menyediakan data, informasi dan
tenaga ahli yang dapat memberikan saran dan solusi permasalahan
kurikulum.
3. Untuk mengatasi masalah mengenai mahalnya biaya pendidikan bisa
dengan : Pertama diperlukan kejujuran dan rencana yang strategis dari
jajaran birokrasi pendidikan,untuk mengimplementasikan anggaran
pendidikan pada program pembiayaan pendidikan Gratis (Murah) bagi
masyarakat. Kedua,dalam sekolah (dunia pendidikan)harus dibersihkan
dari berbagai biaya pungutan, seperti biaya LKS,biaya seragam,biaya
uang gedung,biaya ektrakulikuler,dll. Oleh karena itu harusnya,program
pemberantasan korupsi harus bisa menyentuh dunia pendidikan terutama
disekolah-sekolah. Ketiga, kebijakan dari bidang pendidikan yang
menyepakati program kapasitasi pendidikan harus diberhentikan/dihapus
4. untuk mengatasi anggapan masyarakat yang menganggap bahwa
mahalnya biaya pendidikan karena adanya praktik korupsi yang

20
Universitas siliwangi

dilakukan pejabat dan birokrasi sekolah solusi yang kiranya perlu
dilakukan oleh sekolah adalah di setiap akhir tahun sekolah perlu
menyampaikan laporan tentang keuangan kepada wali murid (orang tua
siswa) baik uang masuk maupun pengeluaran uang sekolah. Dalam
penyampaian laporan perlu disertai bukti atau kwitansi yang jelas
(sah),sehingga wali murid (orang tua siswa) dapat percaya bahwa tidak
ada penyelewengan dana
5. Untuk mengatasi masalah kualitas infrastruktur pemerintah seharusnya
menyediakan dana untuk perbaikan infrastruktur yang masih kurang di
dalam dunia pendidikan, jika infrastruktur sudah mendapat perbaikan
dari pemerintah maka seharusnya kita menjaga agar fasilitas itu tidak
cepat rusak. Untuk mengatasi masalah mengenai kurang meratanya
kesempatan pendidikan pemerintah Indonesia secara formal telah
mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan
dengan wajib belajar Sembilan tahun. Memberikan beasiswa kepada
siswa yang berprestasi atau dari keluarga yang tidak mampu.
Menyebarkan lulusan guruguru ke daerah yang masih minim tenaga
pengajarnya.

21
Universitas siliwangi

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan, bahwa awal
kemerdekaan hingga masa orde baru pendidikan hanya berlangsung dari
segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan kualitas. Yang
terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyakbanyaknya tanpa menghasilkan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Adapun kurikulum yang digunakan pada masa ini yaitu kurikulum 1947,
kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum 1984 dan kurikulum 1994. Namun pendidikan pada masa
berikutnya pada masa orde baru belum dikatakan berhasil sepenuhnya,
maka pada masa berikutnya masa reformasi diperlukan adanya
pembenahan-pembenahan, baik dalam bidang kurikulum maupun dari segi
tenaga pengajarnya. Kurikulum yang dipakai pada era reformasi ini yaitu
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dan kurikulum dua ribu tiga belas (KURTILAS)
3.2. Saran
Saran kami sebaiknya kita harus belajar dengan bersungguh-sungguh,
bukan menjadi yang terjenius diantara yang lain, tetepi jadilah seseorang
yang mampu memberi dan membagi apa yang kita miliki. Bukan menjadi
yang terpandai untuk diri sendiri, tetapi pahami sekitar untuk memperkaya
wawasan dan pemahaman. Dan untuk pemerintah ataupun pendidik,
sebaiknya terapkan sistem yang dimana dapat merubah sistem pendidikan
menjadi sistem yang menyenangkan

22
Universitas siliwangi