View of Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja bank pembangunan daerah

  

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

Journal homepage:

  ISSN 1979-6471 E-ISSN 2528-0147

Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja bank

pembangunan daerah a b

  Naasyiatul Lailaa , Elisabeth Penti Kurniawati a

  Universitas Kristen Satya Wacana, 232012214@student.uksw.edu b

  Universitas Kristen Satya Wacana, bet@staff.uksw.edu A B S T R A C T

  I N F O A R T I K E L The Indonesian government discontinued the distribution of

  Riwayat Artikel: Credit for Business or Kredit Usaha Rakyat (KUR) for 26 Artikel dikirim 16-12-2016 Regional Development Banks or Bank Pembangunan Daerah Revisi 01-02-2018 (BPD) in 2015. However, in the same year, the central government Artikel diterima 05-04-2018 allowed BPDs to distribute KUR with two conditions: the bank had the Non-Performing Loan (NPL) below five percent and

  Keywords: developed an online system with the insurance guarantor or credit, bank performance reinsurance firms. The study aims to offer an implementable analysis for BPDs in proposing to become the distributors of KUR.

  Kata Kunci: This research generates the observation data using the purposive kredit, kinerja bank sampling method. Further, the study compares the changes in profitability and NPL of five BPDs before and after these banks distributed KUR using the independent t-test and paired sample t- test. The results of the study showed that BPD did not experience significant differences in NPL and profitability between before

and after becoming a KUR agent.

  A B S T R A K Pemerintah melakukan pemutusan izin penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi 26 Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada tahun 2015. Tetapi pada tahun yang sama, pemerintah mengizinkan BPD mengajukan diri untuk menjadi penyalur KUR dengan syarat memiliki Non Performing Loan (NPL) di bawah lima persen dan membangun sistem online dengan perusahaan penjaminan. Penelitian ini bertujuan memberikan analisis yang dapat diimplementasikan BPD sebagai pertimbangan untuk mengajukan lagi sebagai penyalur KUR. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparasi, dengan pengujian independent t test dan paired sample t test atas perubahan profitabilitas dan NPL pada lima BPD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BPD tidak mengalami perbedaan NPL dan profitabilitas yang signifikan antara sebelum dan menjadi penyalur KUR.

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

PENDAHULUAN

  Pada tahun 2015, pemerintah melakukan pemutusan izin penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi 26 Bank Pembangunan Daerah (BPD). Pada tahun yang sama, pemerintah mengizinkan BPD mengajukan diri untuk menjadi penyalur KUR dengan syarat memiliki Non Performing Loan (NPL) di bawah lima persen dan membangun sistem online dengan perusahaan penjaminan. Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai

  

financial intermediary di antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan

  pihak-pihak yang memerlukan dana (Nusantara, 2009). Industri perbankan juga merupakan industri yang sarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam berbagai bentuk investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan penanaman dana lainnya (Ghozali, 2007). Salah satu risiko perbankan dalam pemberian kredit adalah kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak mampu diselesaikan sebagaimana mestinya oleh debitur terhadap kreditur atau melampaui batas waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama (Saputra, Zukhri, & Indrayani, 2014).

  Rasio kredit bermasalah yang tinggi mengakibatkan bank kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan laba yang optimum dari kegiatan pokoknya tersebut. Hal ini salah satunya karena pendapatan operasional dari pemberian kredit sangat kecil. Bunga yang seharusnya diterima oleh bank dari penyaluran kredit tidak diterima secara penuh.

  Selain sarat dengan risiko, tidak bisa dipungkiri bahwa penyaluran kredit ini pun memiliki manfaat-manfaat bagi bank yang bersangkutan. Manfaat pengkreditan ditinjau dari sudut kepentingan bank, antara lain memperoleh pendapatan bunga kredit, menjaga solvabilitas usahanya, membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain, mempertahankan dan mengembangkan usahanya, merebut pasar, dan yang terakhir adalah dengan pemberian kredit akan memungkinkan perbankan untuk mendidik para karyawannya untuk mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara mendetail (Muljono, 1986).

  Berbagai tindakan diambil pemerintah saat rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan melebihi standar seperti pada program Kredit Usaha Rakyat yang dicanangkan pemerintah sejak 2008. Pada tahun 2015 Pemerintah mengurangi jumlah bank yang ditunjuk sebagai penyalur KUR. Sebelum tahun 2015, KUR dipercayakan pada 7 bank nasional dan 26 Bank Pembangunan Daerah (BPD), selanjutnya pada tahun 2015 jumlah bank yang ditunjuk hanya ada 3 bank BUMN, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

  Sejak diluncurkan pada 2007, pelaksanaan program KUR terus menunjukkan peningkatan. Pada periode 2008

  • –September 2014, jumlah bank yang berpartisipasi dalam program ini berkembang dari 6 bank nasional menjadi 33 bank (7 bank nasional dan 26 BPD). Pada periode yang sama, jumlah debitur KUR meningkat hampir 5 kali lipat dari 2,3 juta menjadi 11,3 juta orang. Sementara itu, jumlah realisasi kredit yang disalurkan melalui KUR juga meningkat hampir 4,5 kali lipat dari Rp11,5 triliun menjadi Rp50,3 triliun. Dengan demikian, sampai September 2014, secara kumulatif jumlah dana yang berhasil disalurkan melalui program KUR mencapai angka Rp168,3 triliun. Realisasi penyaluran KUR tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan target penyalurannya. Pada periode 2010
  • –September 2014, realisasi penyaluran tumbuh dengan rata-rata 30,7 persen per tahun, sedangkan targetnya hanya tumbuh dengan rata-rata 16,6 persen per tahun. Tidak mengherankan jika realisasi penyaluran KUR, khususnya sejak 2011, selalu melebihi target yang ditetapkan pemerintah (Damayanti & Adam, 2015).

  Pemerintah Jokowi-JK pada akhirnya melanjutkan KUR dengan sejumlah catatan yaitu memberikan dua syarat khusus bagi perbankan yang ingin kembali menyalurkan KUR, yakni tingkat NPL di bawah lima persen dan membangun sistem daring dengan perusahaan penjaminan. Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga juga menegaskan, apabila syarat dapat dipenuhi dan perbankan berminat sebagai bank pelaksana KUR mikro maka perbankan dipersilahkan segera mengirim permohonan untuk diproses lebih lanjut ke komite kebijakan (Soepardi, 2015). Dengan demikian BPD dapat mempertimbangkan kembali apakah mereka perlu untuk menjadi penyalur KUR kembali atau tidak karena

  

NPL pada penyaluran KUR yang tinggi akan mempengaruhi kinerja BPD ke

depannya.

  BPD dapat mempertimbangkan kembali untuk menjadi penyalur KUR, maka perlu dilakukan analisis NPL dan profitabilitas BPD sebelum dan setelah menjadi penyalur KUR sehingga dapat dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja BPD jika ke depannya akan mengajukan kembali menjadi penyalur KUR. Penelitian ini bertujuan menguji perbedaan kinerja perbankan sebelum dan setelah menjadi penyalur KUR. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan BPD dalam mengajukan lagi sebagai penyalur KUR.

  KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Kredit Usaha Rakyat

  Pendapatan utama perusahaan perbankan adalah penghasilan bunga dari

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

  pula pendapatan bunga yang akan diperoleh perusahaan. Peningkatan pendapatan ini nantinya juga akan mempengaruhi jumlah laba (Dahrani, 2011). Undang-Undang No.

  10 Tahun 1998 (Bank Indonesia, 1998) menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.

  Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible (usaha yang layak untuk diberikan akses perbankan) tapi belum bankable (Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, 2016). Dengan adanya program pemerintah ini, maka akan makin tinggi jumlah kredit yang diberikan oleh bank penyalur.

Rasio Kredit Bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL)

  Kredit bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali kreditur. Dalam kredit bermasalah, debitur mengingkari janji mereka membayar bunga atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Kredit yang diberikan oleh setiap bank kepada nasabahnya secara langsung akan berdampak pada nilai kredit bermasalah itu sendiri. Semakin besar bank menyalurkan kreditnya akan mengakibatkan kredit bermasalah yang ada akan mengikuti perkembangan jumlah kredit itu sendiri maka penghasilan bank akan terpengaruh dengan nilai tersebut (Sutojo, 2008).

Profitabilitas

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2014). Pengertian dari rasio-rasio profitabilitas menurut Faisol (2007): (a) Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset; (b) Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri; (c) Net Interest

Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

  bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

  Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

Hubungan Non Performing Loan dan Kredit Usaha Rakyat

  Kredit merupakan salah satu kegiatan utama perbankan yaitu menyalurkan uang kepada orang yang membutuhkan pinjaman atau kepada orang yang defisit dananya. Kegiatan perkreditan ini dapat memberikan keuntungan bagi perbankan yaitu melalui selisih bunga yang diberikan kepada orang yang menabung di bank dengan orang yang meminjam di bank, selisih itulah yang nantinya akan menjadi keuntungan oleh bank (Mardi & Faradila, 2016). Begitu juga dengan program Kredit Usaha Rakyat yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2008 ini, program ini akan menambah jumlah kredit yang disalurkan bank penyalur.

  Dalam teori sinyal (signaling theory), Akerlof (1970) memperkenalkan istilah asimetri informasi. Akerlof (1970) meneliti fenomena ketidakseimbangan informasi mengenai kualitas produk antara pembeli dan penjual dan menemukan bahwa ketika pembeli tidak memiliki informasi terkait spesifikasi produk dan hanya memiliki persepsi umum mengenai produk tersebut, maka pembeli akan menilai semua produk pada harga yang sama, baik produk yang berkualitas tinggi maupun yang berkualitas rendah, sehingga merugikan penjual produk berkualitas tinggi. Akerlof (1970) menyatakan hal ini dapat dikurangi apabila penjual mengkomunikasikan produk mereka dengan memberikan sinyal berupa informasi tentang kualitas produk yang mereka miliki. Brigham dan Houston (2011) mengatakan bahwa teori sinyal adalah tindakan perusahaan dalam memberi sinyal kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang perusahaan.

  Dalam penelitian ini, signaling theory digunakan sebagai dasar bahwa BPD mempunyai motivasi untuk mengungkapkan informasi keikutsertaannya sebagai penyalur KUR kepada pihak eksternal untuk memberikan sinyal atas kinerjanya bagi nasabah, investor dan pelaku bisnis lainnya. Informasi yang diberikan oleh BPD akan direspon oleh para pemangku kepentingan sebagai sinyal baik maupun buruk, sehingga sinyal yang diberikan dapat mempengaruhi persepsi nasabah, investor dan pelaku bisnis lainnya.

  Banyaknya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan laba yang diperoleh. Berdasarkan data penyaluran kredit pada laporan keuangan BPD Program Kredit Usaha Rakyat ini rata-rata mengambil bagian 10-20 persen dari total kredit yang ada sehingga pengaruhnya pada NPL tentunya cukup signifikan. Pengaruhnya pada

NPL ini bisa pengaruh positif atau negatif. Jika perbedaan perubahan NPL antara

  sebelum dibandingkan dengan sesudah menjadi penyalur KUR tidak signifikan dan

NPL masih di bawah batas 5 persen maka program KUR ini bisa diteruskan.

Berdasarkan argumentasi tersebut, maka diajukan hipotesis pertama, yaitu:

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja H1: Terdapat perbedaan signifikan pada NPL sebelum menjadi penyalur KUR

  dan setelah menjadi penyalur KUR

Hubungan Return On Asset dan Kredit Usaha Rakyat

  Pendapatan bank terbesar berasal dari pendapatan bunga kredit. Seiring dengan banyaknya jumlah kredit yang disalurkan pula maka pendapatan bank pun akan meningkat. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Sudiyatno & Suroso, 2010).

  

ROA dapat meningkat salah satunya dengan adanya kenaikan pendapatan. Program

  KUR yang diberikan kepada UMKM akan menghasilkan pendapatan bunga untuk bank penyalur. Jika BPD menyalurkan KUR maka bank tersebut akan memperoleh tambahan pendapatan bunga. Bila pendapatan bunga naik maka laba akan naik sehingga ROA akan naik. Dengan demikian, hipotesis kedua adalah:

  H2: Terdapat perbedaan signifikan pada ROA sebelum dan setelah menjadi

  penyalur KUR

Hubungan Return On Equity dan Kredit Usaha Rakyat

  Pendapatan bunga juga berpengaruh pada ROE bank karena merupakan perbandingan laba bersih dengan modal sendiri. Bila pendapatan bunga mengalami kenaikan/penurunan tentu akan berpengaruh pada laba bank dan ROE. Laba yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya (Nusantara, 2009). Program KUR yang dilakukan bank akan menghasilkan pendapatan bunga dan tentunya akan meningkatkan laba perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, diajukan hipotesis ketiga yaitu:

  H3: Terdapat perbedaan signifikan pada ROE sebelum dan setelah menjadi

  penyalur KUR

Hubungan Net Interest Margin dan Kredit Usaha Rakyat

  Kegunaan NIM antara lain adalah untuk mengukur kemampuan manajemen sebuah bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (Faisol, 2007). Program KUR yang dilakukan bank akan menghasilkan pendapatan bunga yang dapat meningkatkan NIM. Dengan demikian, terdapat Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

  perbedaan NIM sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR. Program KUR juga akan mengalami peningkatan profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis keempat yang dapat dirumuskan adalah:

  H4: Terdapat perbedaan signifikan pada Net Interest Margin sebelum dan

  setelah menjadi penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR)

METODA PENELITIAN Desain Penelitian

  Desain penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan uji beda. Komparasi dilakukan pada data NPL dan profitabilitas sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR. Penelitian ini membandingkan NPL dan profitabilitas sebelum setelah BPD menjadi penyalur KUR pada tahun 2008. Analisis data menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan time series yang membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan antar periode.

  Penghapusan izin BPD menjadi penyalur KUR terjadi pada tahun 2015 sehingga populasi dalam penelitian deskriptif kuantitatif ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang pernah menjadi penyalur KUR dari tahun 2008 sampai tahun 2014. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pertimbangan pemilihan sampel adalah bank yang sudah menjadi penyalur KUR sampai tahun 2014. BPD yang menjadi penyalur KUR dari awal periode tahun 2008 sampai 2014 adalah 26 BPD, 13 BPD sejak 2008 menjadi penyalur KUR dan 13 BPD lainnya menjadi penyalur KUR baru pada tahun 2012. Sampel penelitian ini lima BPD yang menjadi penyalur KUR sejak 2008-2014. Kelima BPD ini dipilih karena yang berpartisipasi menjadi penyalur KUR sejak awal KUR pada tahun 2008 serta memiliki data laporan keuangan dari tahun 2005 sampai 2014. Kelima BPD ini adalah Bank Nagari, Bank DKI, Bank Jatim, BPD DIY, Bank Kalsel (Tabel 1).

  

Tabel 1

Penentuan Sampel

Kriteria Jumlah

  BPD yang menjadi penyalur KUR sejak 2008

  26 BPD yang tidak menjadi penyalur KUR sebelum 2008 (13)

BPD yang Laporan Keuangan tahun 2005-2014 tidak tersedia (8)

Jumlah sampel akhir

  5 Jumlah observasi @10 tahun

  50 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dengan jenis data sekunder berupa laporan keuangan tahunan 2005-2014 dari BPD yang terdaftar

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

  menjadi penyalur KUR sejak tahun 2008. Laporan keuangan ini diunduh dari website Bank Indonesia dan masing masing BPD.

Teknik Analisis Data

  Pengujian yang digunakan adalah uji independent sample t test dan paired

  

sample t test dengan tingkat signifikansi sebesar 5 persen. Pengujian menggunakan

  data selama 3 tahun sebelum dengan 6 tahun sesudah penyaluran KUR. Selain itu dilakukan pengujian tahunan, yaitu mulai tahun ke 3 sebelum dan tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 sesudah menjadi penyalur KUR, lalu tahun ke 2 sebelum dan tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 sesudah menjadi penyalur KUR, kemudian tahun ke 1 sebelum dan tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 sesudah menjadi penyalur KUR.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kinerja Keuangan BPD

  Data kinerja keuangan pada lima BPD yang menjadi sampel penelitian terdiri dari NPL, ROA, ROE dan NIM (lampiran 1). Rata-rata NPL BPD DIY, Nagari, DKI dan Kalsel setelah menjadi penyalur KUR lebih rendah daripada sebelum menjadi penyalur KUR. Sedangkan pada BPD Jatim, rata-rata NPL sesudah menjadi penyalur KUR lebih tinggi daripada setelah menjadi penyalur KUR. Namun demikian rata-rata

NPL masing-masing BPD sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR masih di

  bawah 5 persen. Rata-rata ROA BPD Jatim setelah menjadi penyalur KUR lebih tinggi daripada sebelum menjadi penyalur KUR. Sedangkan pada BPD DIY, Nagari, DKI dan Kalsel, rata-rata ROA setelah menjadi penyalur KUR lebih rendah daripada setelah menjadi penyalur KUR. Rata-rata ROE BPD DKI lebih tinggi daripada sebelum menjadi penyalur KUR. Sedangkan pada BPD DIY, Jatim, Nagari dan Kalsel, rata- rata ROE setelah menjadi penyalur KUR lebih rendah daripada setelah menjadi penyalur KUR. Rata-rata NIM kelima BPD lebih rendah daripada setelah menjadi penyalur KUR. Penurunan paling tinggi dialami BPD Nagari dengan 3,01 dan paling rendah BPD DKI dengan 0,88.

Perubahan Kinerja Keuangan BPD

  Berdasarkan data-data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis perubahan kinerja pada kelima BPD. Peningkatan maupun penurunan kinerja keuangan pada 5 BPD, yang meliputi NPL, ROA, ROE dan NIM dapat dilihat pada lampiran 2. Setelah menjadi penyalur KUR, NPL BPD DIY turun pada tahun 2009, 2011 dan 2012 nominalnya lebih rendah daripada sebelum menjadi penyalur KUR pada 2007. Kenaikan NPL juga terjadi setelah menjadi penyalur KUR di tahun 2010 dan 2014 yang tidak sebesar pada tahun 2006 sebelum menjadi penyalur KUR. Pada Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

  BPD Jatim, dibandingkan dengan sebelum menjadi penyalur KUR, penurunan NPL dengan nominal lebih besar terjadi setelah menjadi penyalur KUR pada 2010 dan 2013. Tetapi kenaikan NPL dengan nominal yang lebih tinggi terjadi pada tahun 2012 dan 2014.

NPL BPD Nagari turun di tahun setelah menjadi penyalur KUR yaitu tahun

  2009, 2011, 2012, dan 2014. Kenaikan terjadi tetapi tidak terlalu tinggi dibandingkan sebelum menjadi penyalur KUR. Pada BPD DKI, penurunan NPL terjadi pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dengan nominal yang lebih tinggi daripada sebelum menjadi penyalur KUR dan kenaikan NPL pun tidak setinggi sebelum menjadi penyalur KUR. Pada BPD Kalsel penurunan NPL setelah menjadi penyalur KUR tidak lebih tinggi daripada sebelum menjadi penyalur KUR tetapi kenaikan NPL yang lebih tinggi terjadi pada tahun 2014. Namun demikian terlihat tidak terjadi kenaikan NPL yang besar pada masing-masing BPD sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR.

  Penurunan ROA BPD DIY terjadi pada tahun 2010, 2011, dan 2012 cukup tinggi dan kenaikan ROA pada tahun 2009 dan 2014 nominal tidak sebanding dengan penurunan yang terjadi. Pada BPD Jatim tidak jauh berbeda, penurunan yang cukup tinggi terjadi setelah menjadi penyalur KUR pada tahun 2009, 2011, 2012 dan 2014 tetapi pada tahun 2010 ada kenaikan ROA yang cukup tinggi yaitu 1,83 persen. BPD Nagari mengalami penurunan ROA setelah menjadi penyalur KUR pada tahun 2009, 2011, 2012 dan 2014 tetapi pada tahun 2010 dan 2013 mengalami kenaikan tetapi tidak sebanding dengan penurunannya. BPD DKI mengalami penurunan ROA yang cukup tinggi pada tahun 2012 dan 2014, tetapi BPD DKI sebelum menjadi penyalur KUR penurunan ROAnya lebih tinggi. BPD Kalsel juga mengalami penurunan ROA setelah menjadi penyalur KUR pada tahun 2010, 2011 dan 2012, dan sebelum menjadi penyalur KUR 2005, 2006 dan 2007 juga mengalami penurunan.

  BPD DIY mengalami penurunan ROE yang cukup tinggi pada tahun 2009, 2010 dan 2014 tetapi ada kenaikan pada tahun selanjutnya. BPD Jatim mengalami kenaikan ROE yang cukup tinggi pada tahun 2010 dan penurunan yang lebih tinggi di tahun 2012. BPD Nagari mengalami kenaikan ROE yang cukup tinggi pada tahun 2010 dan penurunan yang lebih tinggi di tahun 2014. Pada BPD DKI mengalami penurunan

ROE yang cukup tinggi pada tahun 2014. BPD Kalsel mengalami penurunan ROE

  yang cukup tinggi pada tahun 2010 dan 2011 tetapi lebih rendah dibanding sebelum menjadi penyalur KUR.

  BPD DIY mengalami penurunan NIM setelah menjadi penyalur KUR berturut- turut pada tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014. Kenaikan NIM cukup tinggi pada tahun 2010. BPD Jatim dan Nagari penurunan NIM terjadi setelah menjadi penyalur KUR

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

  pada tahun 2009, 2011, 2012, 2013 dan 2014. NIM pada BPD DKI berturut-turut mengalami penurunan pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2014.

Uji Beda

  2. Tabel 2

  ROA dan ROE semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja tidak lebih baik kecuali NPL

  ROE

  

NIM

ROE berbeda signifikan, kinerja tidak lebih baik kecuali NIM semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik kecuali NPL dan

  6 tahun setelah

semua rasio tidak

berbeda signifikan,

kinerja lebih baik

kecuali ROE dan

  ROA dan ROE berbeda signifikan, kinerja lebih baik

  ROA dan NIM berbeda signifikan, kinerja lebih baik

  5 tahun setelah

semua rasio tidak

berbeda signifikan,

kinerja lebih baik

  

NIM

semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik kecuali

  

Analisis Perbedaan Kinerja Sebelum dan Setelah Menjadi Penyalur KUR

Sebelum Menjadi Penyalur KUR Selama 3 tahun setelah 3 tahun sebelum 2 tahun sebelum 1 tahun sebelum

  4 tahun setelah

semua rasio tidak

berbeda signifikan,

kinerja lebih baik

kecuali ROA dan Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

  Pengujian perubahan kinerja sebelum dan setelah menjadi penyalur KUR dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil uji paired sample t test menunjukkan bahwa tidak ada perubahan kinerja pada rasio NPL, ROA, ROE, NIM untuk tiga tahun sebelum dan enam tahun setelah menjadi penyalur KUR yang berbeda signifikan. Hasil yang sama diperoleh untuk pengujian yang bersifat tahunan, yaitu tahun ke 3 sebelum dibandingkan dengan tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 sesudah menjadi penyalur KUR. Berikutnya pengujian yang sama dilakukan untuk perbandingan 2 tahun dan 1 tahun sebelum menjadi penyalur KUR, hasil kesimpulan selengkapnya disajikan pada Tabel

  

NIM

semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik kecuali

  NIM berbeda signifikan, kinerja lebih baik semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik 3 tahun setelah

semua rasio tidak

berbeda signifikan,

kinerja lebih baik

kecuali ROA dan

  2 tahun setelah

semua rasio tidak

berbeda signifikan,

kinerja lebih baik

  Selama 6 tahun setelah semua rasio tidak terdapat perbedaan signifikan, kinerja lebih baik 1 tahun setelah

semua rasio tidak

berbeda signifikan,

kinerja lebih baik

kecuali NIM

semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik

  Sesudah Menjadi Penyalur KUR

  ROA dan NIM semua rasio tidak berbeda signifikan, kinerja lebih baik kecuali NIM

  Berdasarkan Tabel 2, secara keseluruhan untuk semua rasio pada periode sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR tidak berbeda signifikan. Dengan demikian H1, H2, H3, H4 tidak terdukung. Perbedaan signifikan kinerja rasio keuangan hanya terjadi secara parsial pada perbandingan tahun tertentu saja meliputi; kinerja NIM pada periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah, NIM pada periode 2 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah, ROE pada periode 2 tahun sebelum dan 6 tahun sesudah, ROA dan ROE pada periode 1 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menjadi penyalur KUR

  Hasil yang menarik adalah tidak terjadinya perubahan positip yang signifikan NPL sesudah menjadi penyalur KUR. Bahkan meskipun tidak signifikan, rata-rata NPL setelah menjadi penyalur KUR lebih rendah daripada sebelum menjadi penyalur KUR. Hal ini dapat dimaknai bahwa dengan peningkatan jumlah kredit yang disalurkan BPD masih tetap dapat menjaga kinerjanya dengan mengendalikan NPL di bawah 5 (lima) persen. Pada sisi lain kehadiran KUR belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan laba BPD. Hal ini diduga karena KUR merupakan kredit program sehingga marginnya kecil dan proporsinya relatif kecil dalam portofolio kredit yang disalurkan oleh BPD.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

  Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara keseluruhan (a) tidak ada perbedaan yang signifikan atas NPL pada periode sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR sehingga tidak berdampak pada peningkatan kredit bermasalah yang dihadapi oleh pihak BPD; (b) tidak perbedaan signifikan kinerja profitabilitas pada periode sebelum dan sesudah menjadi penyalur KUR sehingga peningkatan penyaluran kredit yang dilakukan oleh pihak BPD tidak diimbangi dengan peningkatan laba.

  Berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan yang lebih baik pada variabel profitabilitas di tahun-tahun BPD menjadi penyalur KUR serta melihat adanya peningkatan kinerja BPD yang terjadi saat menjadi penyalur KUR dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada NPL, maka disarankan bagi BPD mengajukan kembali untuk menjadi penyalur KUR. Saran penelitian yang akan datang adalah untuk melakukan pengujian dengan menggunakan rasio-rasio kinerja perbankan yang lain, antara lain rasio CAR dan BOPO untuk melihat dampak penyaluran KUR terhadap kinerja perbankan secara menyeluruh.

  Keterbatasan dari penelitian ini adalah jumlah sampel terlalu sedikit dan terdapat beberapa data laporan keuangan yang berbeda dari tahun laporan dengan

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

  dengan data tahun 2009 pada laporan keuangan tahun 2010 sehingga dalam penelitian ini digunakan data tahun 2009 pada laporan tahun 2010.

DAFTAR PUSTAKA

  Akerlof, G. A. (1970). The m arket for “Lemons”: Quality Uncertainty and the market mechanism. The Quarterly Journal of Economics, 84(3), 488 –500. https://doi.org/10.2307/1879431 Bank Indonesia. (1998). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

  Undang-undang nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan , (Direktur

  Direktorat Hukum Bank Indonesia), 65. https://doi.org/10.1007/s13398-014- 0173-7.2 Brigham, E., & Houston, J. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (11th ed.).

  Salemba Empat. Dahrani. (2011). Pengaruh pertumbuhan kredit dan Non Performing Loan (NPL) terhadap pertumbuhan modal perusahaan perbankan di Indonesia. Jurnal

  Manajemen & Bisnis , 11(2), 87 –96.

  Damayanti, M., & Adam, L. (2015). Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai alat pendorong pengembangan UMKM di Indonesia. Tim Nasional Percepatan

  Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Working Paper .

  Faisol, A. (2007). Analisis kinerja keuangan bank pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 3(2), 129 –170.

  Ghozali, I. (2007). Manajemen risiko perbankan pendekatan kuantitatif Value at Risk (VaR) (1st ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. (2016). Maksud dan Tujuan KUR. Mardi, & Faradila, L. (2016). Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan bunga pinjaman terhadap tingkat profitabilitas bank umum swasta nasional. Jurnal

  Organisasi Dan Manajemen , 12(1), 79 –88.

  Muljono, T. P. (1986). Analisa laporan keuangan untuk perbankan. Jakarta: Djambatan. Nusantara, A. B. (2009). Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap

  profitabilitas bank (perbandingan bank umum go publik dan bank umum non go publik di Indonesia periode tahun 2005-2007) . Universitas Diponegoro.

  Saputra, I. P. M., Zukhri, A., & Indrayani, L. (2014). Sistem pengendalian internal

  Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42 Ekonomi Undiksha , 4(1), 1 –9.

  Sartono, A. (2014). Manajemen keuangan

  • – teori dan aplikasi (7th ed.). Yogyakarta: BPFE.

  Soepardi, H. S. (2015). Pemerintah beri syarat bagi perbankan penyalur KUR.

  Antaranews.com . Retrieved from

  https://m.antaranews.com/berita/498239/pemerintah-beri-syarat-bagi- perbankan-penyalur-kur Sudiyatno, B., & Suroso, J. (2010). Analisis pengaruh DPK, BOPO, CAR dan LDR terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go public di Bursa Efek

  Indonesia (BEI). Dinamika Keuangan Dan Perbankan, 2(2), 125 –138. https://doi.org/10.7202/1005434ar Sutojo, S. (2008). Menangani kredit bermasalah. Jakarta: Mulia Pustaka.

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

LAMPIRAN 1

  

Non Performing Loan BPD

Tahun 2004-2014

BPD

  Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai

KUR

Setelah menjadi penyalur KUR

  2004 2005 2006 2007 rerata 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 rerata

DIY 1,16 0,97 1,53 1,12 1,20 1,38 1,36 1,39 1,19 0,83 0,9 1,23 1,15

JATIM 0,51 0,61 0,43 0,69 0,56 0,72 1,05 0,65 0,97 3,20 2,38 4,38 2,10

NAGARI 3,44 4,38 3,70 4,00 3,88 3,66 3,30 3,31 2,76 2,69 2,29 2,52 2,81

DKI 3,78 5,36 4,55 4,15 4,46 4,92 5,76 3,73 3,12 2,95 3,44 3,31 3,72

KALSEL 2,55 2,88 2,88 2,19 2,63 1,29 1,17 1,18 0,96 1,83 1,80 3,86 1,80

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014

  

Return On Assets BPD

Tahun 2004-2014

BPD

  Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai

KUR

Setelah menjadi penyalur KUR

  2004 2005 2006 2007 rerata 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 rerata

DIY 3,90 3,81 2,67 2,67 3,26 3,11 3,24 2,79 2,69 2,56 2,71 2,88 2,81

JATIM 2,61 4,14 4,07 3,55 3,59 3,94 3,75 5,58 4,97 3,34 3,82 3,52 4,16

NAGARI 4,46 4,20 3,18 2,48 3,58 2,79 2,71 3,51 2,68 2,60 2,64 1,94 2,68

DKI 3,85 1,82 1,65 1,39 2,18 1,41 1,41 2,14 2,32 1,87 3,15 2,10 2,17

KALSEL 3,78 2,78 3,25 2,57 3,10 3,10 3,79 3,39 2,81 1,27 2,33 2,68 2,71

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014

  

Return On Equity BPD

Tahun 2004-2014

BPD

  Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai KUR Setelah menjadi penyalur KUR 2004 2005 2006 2007 rerata 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 rerata

DIY 26,94 27,88 25,71 25,32 26,46 26,10 21,00 19,46 21,30 22,90 25,36 22,59 22,10

JATIM 30,54 36,9 38,48 30,85 34,19 31,48 28,59 40,57 33,65 18,96 19,04 18,98 26,63

NAGARI 38,28 27,72 24,23 20,83 27,77 19,94 21,08 32,05 29,26 28,52 28,01 22,77 26,95

DKI 32,21 16,91 15,60 14,00

  19,68 15,04 17,00 18,34 31,79 28,1 32,28 13,80

  23,55

KALSEL 22,21 18,87 28,43 27,54 24,26 27,71 30,95 24,26 19,69 17,44 21,45 19,02 22,14

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014

  

Net Interest Margin BPD

Tahun 2004-2014

BPD Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai

  

KUR

Setelah menjadi penyalur KUR 2004 2005 2006 2007 rerata 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 rerata

  

DIY 12,07 12,48 10,55 9,24 11,09 9,60 9,61 10,27 9,29 8,68 8,36 7,83 9,01

JATIM 9,10 9,39 9,34 7,28 8,78 8,35 7,66 9,17 7,95 5,26 7,14 6,90 7,35

NAGARI 8,13 9,25 7,80 8,19 8,34 8,80 8,46 10,43 7,57 7,26 7,28 6,56 7,93

DKI 7,72 6,68 6,43 6,99 6,96 6,62 6,14 5,61 5,56 5,26 7,32 6,56 6,08

KALSEL 13,80 10,10 8,28 6,34 9,63 7,76 7,57 8,04 6,67 5,15 6,05 6,22 6,62

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014

  Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42

LAMPIRAN 2

  

Perubahan Non Performing Loan BPD

Tahun 2005-2014

BPD Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai KUR Setelah menjadi penyalur KUR 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

  

DIY -0,19 0,56 -0,41 0,26 -0,02 0,03 -0,20 -0,36 0,07 0,33

JATIM 0,10 -0,18 0,26 0,03 0,33 -0,40 0,33 2,23 -0,82 2,00

NAGARI 0,94 -0,68 0,30 -0,34 -0,36 0,01 -0,55 -0,07 -0,40 0,23

DKI 1,58 -0,81 -0,40 0,77 0,84 -2,03 -0,61 -0,17 0,49 -0,13

KALSEL 0,33 0,00 -0,69 -0,90 -0,12 0,01 -0,22 0,87 -0,03 2,06

Rata - rata 0,55 -0,22 -0,19 -0,04 0,13 -0,48 -0,25 0,50 -0,14 0,90

  Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014 (diolah)

Perubahan Return On Asset BPD

Tahun 2005-2014

  BPD Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai KUR Setelah menjadi penyalur KUR 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

DIY -0,09 -1,14 0,00 0,44 0,13 -0,45 -0,10 -0,13 0,15 0,17

JATIM 1,53 -0,07 -0,52 0,39 -0,19 1,83 -0,61 -1,63 0,48 -0,30

NAGARI -0,26 -1,02 -0,70 0,31 -0,08 0,80 -0,83 -0,08 0,04 -0,70

DKI -2,03 -0,17 -0,26 0,02 0,00 0,73 0,18 -0,45 1,28 -1,05

KALSEL -1,00 0,47 -0,68 0,53 0,69 -0,40 -0,58 -1,54 1,06 0,35

Rata - rata -0,37 -0,39 -0,43 0,34 0,11 0,50 -0,39 -0,77 0,60 -0,31

  Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014 (diolah)

Perubahan Return On Equity BPD

Tahun 2005-2014

  BPD Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai KUR Setelah menjadi penyalur KUR 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

DIY 0,94 -2,17 -0,39 0,78 -5,10 -1,54 1,84 1,60 2,46 -2,77

JATIM 6,36

  1.58 -7,63 0,63 -2,89 11,98 -6,92 -14,69 0,08 -0,06

NAGARI -10,56 -3,49 -3,40 -0,89 1,14 10,97 -2,79 -0,74 -0,51 -5,24

DKI -15,30 -1,31 -1,60 1,04 1,96 1,34 13,45 -3,69 4,18 -18,48

KALSEL -3,34 9,56 -0,89 0,17 3,24 -6,69 -4,57 -2,25 4,01 -2,43

Rata - rata -4,38 0,83 -2,78 0,35 -0,33 3,21 0,20 -3,95 2,04 -5,80

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014 (diolah)

  

Perubahan Net Interest Margin BPD

Tahun 2005-2014

BPD Sebelum menjadi penyalur KUR Mulai KUR Setelah menjadi penyalur KUR 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

  

DIY 0,41 -1,93 -1,31 0,36 0,01 0,66 -0,98 -0,61 -0,32 -0,53

JATIM 0,29 -0,05 -2,06 1,07 -0.69 1,51 -1,22 -2,69 1,88 -0,24

NAGARI 1,12 -1,44 0,39 0,61 -0.34 1,97 -2,86 -0,31 0,02 -0,72

DKI -1,04 -0,25 0,56 -0,37 -0,48 -0,53 -0,05 -0,30 2,06 -0,76

KALSEL -3,70 -1,82 -1,94 1,42 -0,19 0,47 -1,37 -1,52 0,90 0,17

Rata - rata -0,58 -1,10 -0,87 0,62 -0,34 0,82 -1,30 -1,09 0,91 -0,42

  Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPD tahun 2004-2014 (diolah)

  Penyaluran kredit usaha rakyat bagi kinerja

LAMPIRAN 3

  

Hasil independent sample t test

  

3 Tahun Sebelum dan 6 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR

Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan

NPL 0,729 0,05 Tidak Berbeda

ROA 0,985 0,05 Tidak Berbeda

  

ROE 0,809 0,05 Tidak Berbeda

NIM 0,532 0,05 Tidak Berbeda

Hasil paired sample t test

  

3 Tahun Sebelum dan 1 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR

Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan

NPL 0,219 0,05 Tidak Berbeda

ROA 0,511 0,05 Tidak Berbeda

  

ROE 0,417 0,05 Tidak Berbeda

NIM 0,794 0,05 Tidak Berbeda

Hasil paired sample t test

  

3 Tahun Sebelum dan 2 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR

Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan

NPL 0,153 0,05 Tidak Berbeda

ROA 0,172 0,05 Tidak Berbeda

  

ROE 0,204 0,05 Tidak Berbeda

NIM 0,120 0,05 Tidak Berbeda

Hasil paired sample t test

  

3 Tahun Sebelum dan 3 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR

Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan

NPL 0,164 0,05 Tidak Berbeda

ROA 0,981 0,05 Tidak Berbeda

  

ROE 0,545 0,05 Tidak Berbeda

NIM 0,551 0,05 Tidak Berbeda

Hasil paired sample t test

  

3 Tahun Sebelum dan 4 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR

Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan

NPL 0,942 0,05 Tidak Berbeda

ROA 0,636 0,05 Tidak Berbeda

  

ROE 0,945 0,05 Tidak Berbeda

NIM 0,605 0,05 Tidak Berbeda

Hasil paired sample t test

  

3 Tahun Sebelum dan 5 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR

Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan

NPL 0,074 0,05 Tidak Berbeda

ROA 0,273 0,05 Tidak Berbeda

  

ROE 0,211 0,05 Tidak Berbeda

NIM 0,236 0,05 Tidak Berbeda Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 21 No. 1 April 2018, 23 - 42 Hasil paired sample t test

  3 Tahun Sebelum dan 6 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan NPL 0,645 0,05 Tidak Berbeda ROA 0,915 0,05 Tidak Berbeda ROE 0,953 0,05 Tidak Berbeda NIM 0,767 0,05 Tidak Berbeda

  Hasil paired sample t test

  2 Tahun Sebelum dan 1 Tahun Setelah Menjadi Penyalur KUR Variabel Probabilitas Taraf Signifikansi Kesimpulan NPL 0,395 0,05 Tidak Berbeda ROA 0,130 0,05 Tidak Berbeda ROE 0,480 0,05 Tidak Berbeda NIM 0,211 0,05 Tidak Berbeda

  Hasil paired sample t test