KONTROL TRACKING FUZZY MENGGUNAKAN MODEL FOLLOWING UNTUK SISTEM PENDULUM KERETA

  

Kontrol Tracking Fuzzy

Menggunakan Model Following untuk

Sistem Pendulum Kereta

  memodelkan sinyal referensinya. Dan pada riset tersebut menggunakan tiga sinyal referensi dalam pengujian secara simulasi dan implementasi. Dan pada [2] juga dikembangkan kontrol tracking menggunakan struktur kontrol servo tipe 1 tanpa integrator dengan menggunakan sinyal referensi step untuk sistem pendulum beroda dua.

  , x 2 , x 3

  kereta hanya dapat bergerak ke kiri atau ke kanan (bidang horizontal), dan untuk pendulum yang menempel pada kereta bergerak secara rotasi (bidang vertikal). Sistem pendulum kereta memiliki empat state yaitu x 1

  Regressive Moving Average ). Pada sistem pendulum kereta,

  untuk plant yang dinamis contohnya metode ARMA (Auto

  plant yang statis contohnya metode Viteckova, Latzel, dan

  secara hukum fisika (Hukum Newton II) dan pemodelan secara matematis dengan menggunakan metode-metode pemodelan

  plant dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pemodelan

  II. MODEL MATEMATIKA Sistem pendulum kereta terdiri dari dua bagian utama yaitu, kereta dan pendulum. Pemodelan sistem dengan model matematis diperoleh berdasarkan dinamika dari dua bagian utama sistem tersebut. Dengan melihat model dari sistem pendulum kereta pada Gambar 1, seorang perancang sistem kontrol dapat mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada sistem pendulum kereta. Karena dalam membuat pemodelan suatu

  Quadratic Tracking ) menggunakan model referensi untuk

  

Jimmy Hennyta Satya Putra, Trihastuti Agustinah

Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail : [email protected], [email protected]

  Pada [1] struktur kontrol tracking dengan LQT (Linear

  Perilaku nonlinear sistem pendulum kereta dapat direpresentasikan dengan menggunakan model fuzzy. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah merepresentasikan plant lokal yang dinamis dari perbedaan daerah titik kerja ke model linear. Kemudian dibuat model dan aturan fuzzy yang sesuai untuk dapat melakukan kontrol tracking pada sistem pendulum kereta dengan metode fuzzy menggunakan model following agar sistem pendulum kereta mampu bergerak mengikuti sinyal referensi dengan tetap mempertahankan batang pendulum dalam posisi terbaliknya.

  Permasalahan yang akan diselesaikan adalah tracking. Mengacu pada yakni penyelesaian yang dilakukan dengan merancang kontroler berbasis fuzzy. Penggunaan kontroler sederhana. selanjutnya dilakukan stabilisasi sistem pendulum kereta di sekitar titik equilibriumya.

  mengayunkan batang pendulum dari posisi menggantung ke posisi berbalik. Stabilisasi merupakan upaya untuk mempertahankan kestabilan batang pendulum pada posisi terbalik. Sedangkan tracking merupakan upaya untuk mengontrol kereta agar bergerak mengikuti sinyal referensi dan tetap melakukan stabilisasi.

  tracking . Swing-up merupakan upaya yang dilakukan untuk

  Permasalahan kontrol yang biasa terdapat pada sistem pendulum kereta [1], dan [2] adalah swing-up, stabilisasi, dan

  PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di kehidupan sehari-hari. Sistem pendulum kereta merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam penelitian di bidang kontrol. Berbagai teori metode kontrol banyak diuji, dibandingkan melalui pengujian terhadap sistem pendulum kereta. Hal ini dikarenakan sistem pendulum kereta merupakan sistem nonlinear yang kompleks dan tidak stabil serta dapat dilinearkan di sekitar titik keseimbangan. Sistem seperti ini dapat ditemukan pada robot humanoid dan alat transportasi segway .

  —Sistem pendulum kereta, fuzzy Takagi- Sugeno, Tracking I.

  Abstrak —Sistem pendulum kereta memiliki karakteristik yang tidak stabil dan nonlinear. Pada makalah ini membahas tentang kontrol tracking dengan menggunakan struktur kontrol berbasis model following. Permasalahan dalam desain struktur kontrol tracking pada sistem pendulum kereta ini adalah bagaimana membuat posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi dengan tetap mempertahankan batang pendulum pada posisi equilibrium- nya yaitu pada sudut nol radian. Model nonlinear dari sistem pendulum kereta direpresentasikan sebagai model fuzzy Takagi- Sugeno. Berdasarkan model tersebut, aturan kontroler disusun menggunakan konsep Parallel Distributed Compensation (PDC) berbasis teknik kontrol optimal. Hasil simulasi dan implementasi menunjukkan bahwa posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi tanpa adanya beda fasa antara respon posisi kereta terhadap sinyal referensi. Sinyal referensi sinus memberikan performansi tracking terbaik, dengan Integral Absolute Error (IAE) terkecil diantara sinyal referensi lain, yaitu pada simulasi sebesar 0,2622 dan pada implementasi sebesar 0,8477 Kata Kunci

  dan x 4 . Dengan x 1 adalah posisi kereta (jarak terhadap pusat lintasan), x 2 adalah jarak sudut antara vertikal tegak dengan jatuhnya posisi batang pendulum, x 3 adalah kecepatan kereta dan x 4 adalah kecepatan sudut batang pendulum.

  2 A ;

       

  1

  r r C xr y (8)

  Jika dihubungkan dengan plant yang dikontrol dengan menganggap sinyal tracking error e = r

  2

  1

TRACKING FUZZY MENGGUNAKAN

  dan  u diperoleh:      

  x = [0 ±0,5 0 0] T

  Untuk titik kerja ketiga:

  2 B (3)

   1791 , 1 8254 ,

       

  r r A x x r

  Gambar 1 Diagram Fisik Sistem Pendulum Kereta [3]

  1

  1

  14 , 2068 0001 ,

   , 2640 0079 ,

   

       

  dan  u diperoleh:      

  x = [0 ±0,3 0 0] T

  Untuk titik kerja kedua:

  1 B (2)

   2370 , 1 8272 ,

   

  Dalam bentuk persamaan state, model sinyal tersebut dinyatakan dalam bentuk:

       

  1

  (6) Aturan plant ke-3:

  M x If

      y Then u

  2 ) radian 0,3 ( 

  2

  2

  2

  2

  C x B x A x

  (5) Aturan plant ke-2:

  2

  M x If  ) radian Sekitar (

  (7) Model following dirancang berdasarkan sinyal referensi.

   y Then u

  1   

  1

  1

  C x B x A x

  Dari parameter-parameter matriks A dan B ini, maka dapat dibangun model fuzzy T-S untuk plant sistem pendulum kereta dengan rule sebagai berikut. Aturan plant ke-1:

  3

  3

  3

  2 ) radian 0,5 ( 

      y Then u

  M x If

       

  1 A ;

  3

  2

  2

  4

  2

  2

   

      

    

  J x l T x f x g x l x x u a x p c

  sin ) sin ( cos ) sin (

  3

  4

  2

  2

  2

  2

  4

  2

  2

  

  2  x x

  4

  

  1  x x

  3

  Model matematika dalam bentuk persamaan state dapat dituliskan sebagai berikut:

  2

  4

  1

  a dari sistem pendulum kereta sehingga dapat mengikuti sinyal referensi yang diberikan sekaligus menjaga keseimbangan batang pendulum dari sistem tersebut supaya tetap pada posisi terbalik.

  1

  15 , 2524 0001 ,

   , 0319 0079 ,

   

       

       

   u diperoleh:

  dan

  x = [0 0 0 0] T

  Untuk titik kerja pertama:

  Model matematis sistem pendulum kereta yang linear memiliki parameter-parameter pada matriks A dan B pada tiap model plant dengan 3 titik kerja berbeda,

  following dirancang untuk mengontrol posisi keret

  2

  MODEL FOLLOWING Kontrol tracking fuzzy dengan menggunakan model

  KONTROL

  ) (    III.

  2 l m m p c

    

  p c m m J l a

    (1) dengan:

      

    

  J x l T x f x g x x u x l x p c

  sin ) sin sin ( cos

  4

  C x B x A x

  • – y sebagai masukan dari model, maka akan diperoleh:

  2

  

       

   

   , 9598 0079 ,

         } { B ... B B

  c B = diagonal blok

  } { A ... A A ,

  error total

      

  c A = diagonal blok

  dengan

  cx r y (9)

  B x A x  

  3

  e c c c c

  12 , 1333 0001 ,

  1

  3 A ;

       

       

   0792 , 1 8224 ,

  3 B (4)

  Matriks keluaran untuk ketiga titik operasi tersebut adalah sebagai berikut:

   

   1  

1 C C C

  A adalah matriks polynomial karakteristik dari sinyal referensi,

  1 L  [ u ( s )] (15) l l

  1

  misal,  ( s )  s   s  ...   s   , sehingga s

  l

  1

  1

  dan  

   

  

      L

  [sin t ]  (16)

  

  

  Il

  2

  2

     

  1 

  A  , Bs  

      Setelah didapatkan bentuk Laplace dari sinyal step dan sinyal

          1    1 sinus maka akan diperoleh persamaan Laplace dari sinyal

  l

  1

       referensi pada Persamaan (9) berikut: Dari Gambar 2, bila model following seperti pada Persamaan

  , 0628

  (9) dan persamaan state dari plant

  L [ r ( s )]  (17)

  3 s  , 3948 s

   x Ax B u

    y Cx

   (10)

  Persamaan state model following pada Persamaan (9) dapat dibangun berdasarkan sinyal referensi tersebut dengan Maka dapat dibuat perluasaan sistem dalam bentuk matriks

   1       

    x   A   x   B   

  A  1 , B  (18) c c

     

     ur (11)          

  x   B C A x B c c c c c    

             , 3948 , 0628

     

  Dan sinyal kontrol Dari bentuk matriks perluasan sistem (augmented system)

  x seperti pada Persamaan (11) dan (12) dapat dibentuk tiga

   

  u   K K (12)  c

    subsistem lup tertutup untuk ketiga model linear sistem

  x c

    pendulum kereta sebagai berikut: Dengan K adalah gain feedback dan K adalah gain model

  c

   A   B

  1

  1

   K K (19) following.

   1 c1

     

   B C A

  c 1 c

     

  xx c u x y r e c xA

     B

  2

  2 Kc B

   K K (20)

  c B C 2 c2

      

  • B C A

  

  c 2 c

     

    • Ac A

  dan

  K

   A   B

  3

  3

   K K (21)

    3 c3

      

  B C A c 3 c

     

  Gambar 2. Sistem Kontrol Tracking Model Following

  Ketiga subsistem tersebut terdiri dari tujuh state, sehingga Sinyal referensi digunakan untuk melakukan tracking pada dibutuhkan penentuan tujuh nilai pada diagonal matriks sistem pendulum kereta agar sudut dari pendulum kereta berada pembobot Q. Pada makalah ini, matriks Q dan R ditentukan pada titik equilibriumnya. Sinyal referensi yang digunakan dengan cara trial and error dengan syarat matriks merupakan adalah penjumlahan sinyal step dan sinus. Penjumlahan sinyal matriks simetris semi definit positif untuk Q dan matriks referensi ini dibutuhkan agar memenuhi matriks perluasan simetris definit positif untuk R. Matriks Q dan R yang sistem (augmented system). Sinyal referensi yang diberikan digunakan untuk tiga model linear pada makalah ini adalah: adalah berupa penjumlahan sinyal step dan sinyal sinus dengan amplitudo 0,1 m dan frekuensi 0,1 Hz. Dalam bentuk

  6

  6

  6 Q 1 = diag ([5000 8000 1 100 9.10

  9.10 9.10 ]) matematika sinyal referensi dapat dilihat pada Persamaan (13) berikut:

  R

  1 (22)

  1 r ( t )  u ( t ) (13)

  Pada makalah ini, matriks K dan K dihitung menggunakan

  i ci

  Bentuk persamaan matematis untuk sinyal sinus, yaitu: bantuan program MATLAB dengan syntax lqr dengan nilai Q dan R sesuai dengan Persamaan (22) kemudian didapat:

   (14)

  r ( t ) A sin (

  2  f t )

  K  408,4869 - 541,7836 174,4043 139,7173  

  • 1

  Transformasi Laplace untuk sinyal step dan sinyal sinus adalah:

  K  3000 5,8591 9,2066 c 1  

  K

  Simulasi sistem kontrol menggunakan perangkat lunak

   - 414,1344 563,1131 178,7976 148,8645  -

  2 Simulink /MATLAB R2012. Model gaya gesek pada simulasi

  diabaikan karena nilai nya sangat kecil. Kondisi awal dari posisi

  K  3000 5,8530 9,2618   c

  2

  pendulum sebesar 0,2 rad dan 0,3 rad. Kondisi awal tersebut terletak pada blok integrator pada sistem pendulum kereta. 

  K  - 425,1766 606,4374 - 187,5061 167,8159 

  3 Sinyal referensi yang diberikan adalah sinyal step, sinus, dan square-wave .

  K  31623 5,8406 9,3684 (23)   c

3 A.

   Simulasi

  Sinyal step yang digunakan pada simulasi dapat ditemukan Berdasarkan nilai dari gain-gain tersebut, dapat ditentukan pada library source pada Simulink. Nilai kondisi awal yang aturan kontroler yang bersesuaian dengan aturan plant pada disimulasikan yaitu 0,2 dan 0,3. Analisa yang dilakukan Persamaan (24) sampai (26) sebagai berikut. meliputi posisi kereta, posisi pendulum, dan sinyal kontrol. Aturan Kontroler ke-1:

  Hasil respon posisi kereta menggunakan sinyal referensi sinyal 

  If x M (Sekitar 0 radian)

  2

  1 step dapat dilihat pada Gambar 5. x

    Gambar 5 menunjukan respon posisi kereta dalam satuan   K K

  Then u   (24) 1 c1

    meter, dengan membandingkan respon posisi kereta pada

  x c

    kondisi awal berbeda terhadap sinyal referensi dengan amplitudo 0,1 m dan frekuensi 0,1 Hz. Dalam menentukan

  Aturan Kontroler ke-2: karakteristik dari spesifikasi respon posisi kereta, posisi

  If xM (±0,3 radian)

  2

  2

  pendulum, dan sinyal kontrol bergantung pada kondisi awal dimana repon tersebut dimulai. Pada kondisi awal 0,2 respon

  x

     

  Then uK K  (25) 2 c2

    posisi kereta memiliki nilai overshoot -0,16 meter, dan waktu

  x c

    yang dibutuhkan posisi kereta mampu mengikuti sinyal referensi sebesar 6 detik. Nilai overshoot respon posisi kereta

  Aturan Kontroler ke-3: lebih kecil yaitu -0,15 meter dan overshoot 0,19 meter 

  If x M (±0,5 radian)

  2

  3

  didapatkan pada saat kondisi awal 0,3 dengan waktu posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi setelah 6 detik.

  x

      K K

  Then u   (26) Performansi tracking pada struktur kontrol hasil desain ini 3 c3

   

  x c

    dapat dilihat bagaimana posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi dengan nilai error sekecil mungkin, pada pengujian

  Model fuzzy T-S terlihat lebih sederhana pada proses dengan sinyal referensi step ini, performansi tracking defuzzifikasi dengan menggunakan metode rerata berbobot didapatkan pada daerah steady state dari selisih sinyal referensi (weighted average), karena metode rerata berbobot merupakan dengan hasil absolute respon output posisi kereta (Integral metode khusus yang dapat digunakan untuk model fuzzy T-S. Absolute Error ). Nilai IAE pada pengujian sinyal referensi step

  Gambar 4 menunjukan fungsi keanggotaan fuzzy yang ini sebesar 0,845. digunakan pada makalah ini. Fungsi keanggotaan yang dipilih Hasil respon posisi kereta menggunakan sinyal referensi adalah fungsi keanggotaan segitiga dan trapesium.

  sinus dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukan

M1 dan M2 adalah fungsi keanggotaan segitiga dengan respon posisi kereta, dengan membandingkan respon posisi

  parameter fungsi keanggotaan segitiga{a;b;c}={-0,3;0;0,3} dan kereta pada kondisi awal berbeda. Pada kondisi awal 0,2 respon {0;0,3;0.5}, sedangkan M3 adalah fungsi keanggotaan posisi kereta memiliki nilai overshoot -0,14 meter, dan waktu trapesium dengan parameter fungsi keanggotaan trapesium untuk posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi setelah 6

  {a;b;c;d}={0,3;0,5;2;1,57}. detik. Nilai overshoot respon posisi kereta lebih kecil yaitu - 0,13 meter didapatkan pada saat kondisi awal 0,3 dengan waktu 1 M

  3 M

  2 M

  1 M

  2 M

  3 M1 M1 0.9 M2 M2 M3 M3 untuk posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi sama 0.8

  dengan pada kondisi 0,2 yaitu sebesar 6 detik. Performansi

  ) tracking dengan sinyal referensi sinus ini dihitung dengan yu 0.7 m

  ( Integral Absolute Error sebesar 0,1361. an 0.6 ta go 0.5 ng ea 0.4 K at aj 0.3 er

  D 0.1 0.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Gambar 4 Fungsi Keanggotaan M , M dan M 1 2 3 IV. DAN ANALISIS

  PENGUJIAN Setelah proses perancangan sistem dan kontroler , Gambar 5 Posisi Kereta dengan Sinyal Step Gambar 6 Posisi Kereta dengan Sinyal Sinus Gambar 7 Posisi Kereta dengan Sinyal Square-wave Gambar 8 Hasil Simulasi untuk Posisi Pendulum

  Dalam sinyal square-wave terdapat range dan amplitudo yang membuat grafik sinyalnya pada posisi positif dan negatif. Hasil respon posisi kereta menggunakan sinyal referensi sinyal

  mempengaruhi posisi kereta dan juga posisi pendulum, karena gesekan bidang lintasan yang dinamis.

  range dari sinyal gangguan yang diberikan. Performansi tracking untuk posisi kereta pada pengujian secara

  Respon posisi kereta dengan sinyal referensi sinus tanpa gangguan dan dengan gangguan ditunjukan pada Gambar 11. Pada hasil respon posisi kereta dengan gangguan tersebut terlihat tidak terjadi overshoot dengan waktu yang dibutuhkan untuk posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi sebesar 19 detik. Terlihat jelas pada interval waktu 23 detik dan 28 detik, terdapat gangguan yang menyebabkan posisi kereta tidak dapat mengikuti sinyal referensi pada interval waktu gangguan tersebut, interval waktu ini sesuai karena masih masuk dalam

  sinyal referensi sinus ini menghasilkan nilai IAE sebesar 0,8477.

  tracking untuk pengujian secara implementasi menggunakan

  Nilai referensi posisi kereta pada implementasi dengan sinyal sinus sama seperti pengujian sebelumnya yaitu 0,1 meter. Gambar 10 menunjukan respon posisi kereta tidak terdapat overshoot dengan waktu untuk posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi sebesar 19 detik. Performansi

  meter/detik. Performansi tracking untuk pengujian secara implementasi menggunakan sinyal referensi step ini didapatkan nilai IAE sebesar 0,845.

  07 , 

  Implementasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perancangan sistem kontrol yang sudah dibuat untuk diaplikasikan pada plant nyata sistem pendulum kereta dengan kondisi awal yang berbeda. Gambar 9 menunjukan respon posisi kereta dengan sinyal referensi step. Posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi, dengan nilai overshoot 0,0005 meter. Terlihat pada Gambar 9 respon posisi kereta mulai dapat mempertahankan posisinya di posisi 0,1 meter membutuhkan waktu 30 detik, dengan kisaran osilasi

  plant real kecepatan kereta dan kecepatan pendulum juga dapat

  square-wave dapat dilihat pada Gambar 7. Respon posisi kereta

  Diamati dari pengujian simulasi dan implementasi dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan pada hasil responnya, ini disebabkan saat implementasi penentuan kondisi mula dari posisi pendulum dilakukan secara manual, sehingga perbandingan posisi pendulum dapat dipengaruhi oleh noise pengukuran dari sensornya. Selain itu pula pada

  Pada tahap implementasi ini, dilakukan pada plant nyata sistem pendulum kereta “Feedback Digital Pendulum System” dengan bantuan Simulink MATLAB. Alat real memiliki karakteristik gesekan pada bidang lintasan yang dinamis, sehingga kecepatan pendulum dan kecepatan kereta menjadi dinamis. Untuk meminimalisir terjadinya kerusakan alat pada AO card PCI 1711 atau plant sistem pendulum kereta, demi keamanan untuk tahap implementasi ini, sinyal kontrol yang dikirim ke sistem pendulum kereta real dibatasi ±1,5 Volt. Pemberian kondisi awal pada sudut pendulum ini dilakukan secara manual. Untuk sinyal referensi yang berikan berupa sinyal step dan sinus .

   Implementasi

  B.

  menunjukan nilai Integral Absolute Error dengan sinyal referensi sinus lebih kecil dibandingkan sinyal referensi step. Struktur kontrol tracking yang baik adalah bagaimana membuat posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi seperti yang ditunjukan pada Gambar 5, 6, dan 7 dan tetap mempertahankan posisi pendulum disekitar titik equilibrium-nya, seperti yang

  wave , karena hasil Integral Absolute Error tersebut

  sinyal referensi square-wave ini, didapatkan nilai IAE sebesar 2,094. Performansi tracking dengan sinyal referensi sinus lebih baik dibandingkan dengan sinyal referensi step dan square-

  tracking dapat dilihat dari nilai IAE, pada pengujian dengan

  yang ditunjukan membandingkan respon posisi kereta pada kondisi awal berbeda. Pada kondisi awal 0,2 respon posisi kereta memiliki nilai overshoot -0,16 meter. Kondisi awal 0,3 memiliki spesifikasi overshoot -0,15 meter. Performansi

  implementasi menggunakan sinyal referensi sinus dengan gangguan ini didapatkan nilai IAE sebesar 0,9082. Pada pengujian secara implementasi ini dibuktikan bahwa posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi seperti yang ditunjukan pada Gambar 9, 10, 11 dan 12 dengan tetap mempertahankan posisi pendulum disekitar titik equilibriumnya seperti yang Gambar 9 Hasil Implementasi Sinyal Step untuk Posisi Kereta Gambar 10 Hasil Implementasi Sinyal Sinus untuk Posisi Kereta Gambar 11 Hasil Implementasi Sinyal Sinus dengan Gangguan untuk Posisi Kereta Gambar 12. Hasil Implementasi untuk Posisi Pendulum V.

  KESIMPULAN Membuat sesuatu yang kompleks menjadi sederhana merupakan salah satu cara berfikir sistem, ini terkait dengan pemahaman dari pembahasan yang terkait, tentunya jika dapat menguasai kemampuan secara teknis dipadu dengan cara berfikir sistem akan menjadi sesuatu yang lengkap dalam penelitian ini. Pada hasil pengujian dari simulasi dan implementasi ini dapat diambil beberapa poin penting tentang sistem kontrol tracking fuzzy menggunakan model following pada sistem pendulum kereta, kesimpulanya sebagai berikut: 1.

  Struktur kontrol tracking fuzzy menggunakan model

  following ini memiliki kelebihan dapat digunakan untuk tiga

  sinyal referensi yaitu sinyal step, sinus, dan square-wave tanpa adanya beda fasa terjadi antara sinyal referensi terhadap posisi kereta.

  2. Dalam penentuan nilai pembobot matriks Q dan R, didapatkan dengan trial and error. Terdapat ketentuan- ketentuan dalam pemilihan pembobot tersebut, yaitu nilai sinyal kontrol yang tidak melebihi 200 N, eigen value yang didapatkan minimal -1.

  3. Pada pengujian simulasi dan implementasi menunjukan bahwa posisi kereta dapat mengikuti sinyal referensi yang diberikan dengan tetap mempertahankan sudut pendulum disekitar titik equilibriumnya.

  4. Sinyal referensi sinus memberikan performansi tracking terbaik, dengan Integral Absolute Error (IAE) terkecil diantara sinyal referensi lain, yaitu pada simulasi sebesar 0,2622 dan pada implementasi sebesar 0,8477.

  DAFTAR PUSTAKA

  [1] Adenia, Rahma, “Kontrol Tracking Fuzzy-Optimal untuk Sistem Pendulum Kereta”. Tugas Akhir Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2013 [2] Luthfi A., “Kontrol Tracking Optimal untuk Robot Pendulum Terbalik Beroda Dua,” Tugas Akhir Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2016

  [3] Feedback Instruments Ltd, “Digital Pendulum: Control in a MATLAB Environment (MATLAB 6.5 Version)

  ”,., 2004

Dokumen yang terkait

89 ANALISIS SISTEM INFORMASI CAKUPAN IMUNISASI RUTIN DI PUSKESMAS DEMPO PALEMBANG ANALYSIS OF INFORMATION SYSTEM L ROUTINE IMUNIZATION COVERAGE AT PUSKESMAS DEMPO PALEMBANG

0 0 8

ANALISIS DETERMINAN KELUHAN PENDENGARAN SUBYEKTIF PADA MASINIS PT KERETA API (PERSERO) SUB DIVRE III.1 KERTAPATI PALEMBANG DETERMINANT ANALYSIS OF SUBJECTIVE HEARING SYMPTOMS OF LOCOMOTIVE TRAINMEN IN RAILWAY COMPANY, III.1 SUBDIVISION REGION KERTAPATI PA

0 0 8

ANALISIS DETERMINAN PERILAKU PETUGAS DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR SISTEM PET DI PT PUSRI PALEMBANG ANALYSIS OF DETERMINANT WORKERS BEHAVIOR IN EFFLUENT MANAGEMENT SYSTEM PET IN PT PUSRI PALEMBANG

0 1 8

PREDICTION MODEL OF PRIMARY DYSMENORRHEA IN FEMALE STUDENTS OF PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOL IN PALEMBANG

0 0 9

PERANCANGAN SISTEM KONTROL LOGIKA FUZZY PADA MANUVER NONLINIER KAPAL PERANG KELAS SIGMA (EXTENDED)

0 1 6

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

0 0 6

BEACH RECREATIONAL INDEX UNTUK PANTAI – PANTAI DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI, SUMATERA UTARA

0 0 6

II. KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 KV - Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique

0 2 6

STUDI IMPLEMENTASI LEAN SIX SIGMA DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING UNTUK MEREDUKSI IDLE TIME MATERIAL PADA GUDANG PELAT DAN PROFIL

1 3 6

DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS UNTUK ALAT ANGKUT HEWAN TERNAK DARI KAWASAN INDONESIA TIMUR PADA KAPAL PENUMPANG 2 in 1

0 2 5