Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Karangan Narasai: Studi pada SD N 15 Ulu Gadut Padang - Universitas Negeri Padang Repository

P E N G E M B A N GA N
MODEI- I'EMBELASARAN M E N U L I S K A R A N G A N N A R A S l
(STUD1 I'ADA S D N 15 U L U G A D U T P A D A N G )

Oleh:
Dra. Darnis Arief. M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DSAR
FAKULl'AS II,MU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANC
201 1

I

.llil

: I'enge~nbangan M r d e l Pen~belaja~.an
M e n i ~ l i sKarangan Narasi

( S r i ~ d Patla
i

SD

N

15 1Jlu Gadur Padang

: Ail- 'l'a\var I'adang
: As~.a~iia
PGSD Bandar Buat Padang

: I 0 billan
: I'cnclitian l'enge~i~bangan
: Rp. 20.000.000
: D I A I3cr1nuru
: Rp. 20.000.000

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan ibrmal pertama yang

dilalui oleh setiap siswa. Sebagai jenjang pendidikan formal pertama, SD penting
perannya dalam meletakkan dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadim,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Dasar kecerdasan, dasar pengetahuan, dasar kepribadian, dasar akhlak
mulia, dan dasar keterampilan yang dimulai dari SD aknn berpengaruh pada
tingkat pendidikan selanjutnya. Bila dasar-dasar yang ditanamkan di SD cukup
baik dan cukup kuat akan berdarnpak p3sitif terhadap pendidikan selanjutnya,
begitu pula sebaliknya bila dasar pendidikan di SD tidak cukup kuat dapat
dipastikan siswa akan mengalami hambatan dalaln menempuh pendidikan
lanjutan. Jadi, SD penting peranannya dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan
bagi setiap siswa.
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
fasal 4 ayat 5 menjelaskan bahwa pendidikan diseleqggarakan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi setiap warga
masyarakat. Budaya membaca dan menulis masyarakat tidak akan datang dengan
sendirinya walaupun sudah diundangkan. Budaya melnbaca dan menulis akan
berkembang melalui pembiasaan-pembiasaan dan pembinaan semenjak usia dir~i,
pembiasaan dan pembinaan secara sistematis dilakukan melalui pendidikan formal


di sekolah. Membaca dan rrlenulis di sekolah dasar merupakan aspek dari
pembelajaran bahasa Indonesia.
Tujuarl mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki

kemampuan: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sescai dengar, etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2) menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3)
memahami bahasa Indonesia dan menggun~kannyadengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan

I

kemmpuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati
dan memanfaatkan karya sastra untvk men~erluaswawasan, memerhalus budi
yekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kema~npuanberbahasa, serta (6)
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
intelektual manusia Indonesia.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang hams dikuasai oleh siswa

SD adalah menulis. Keterampilan n~enulismemegang peranan penting di SD,

sebab melalui keterarnpilan menulis siswa lnampu mengorganisasikan gagasan
secara sistematis. Ngalim (2004) mengemukakan bahwa dengan menulis banyak
ha1 yang diperoleh di antaranya: (1) memerkaya perbend'aharaan bahasa pasif dan
aktif, (2) melatih mengekspresikan jiwa dalam bentuk tulisan, (3) melatih
memaparkan

pengalaman-pengalaman

dengan

tepat,

dan

(4)

melatih

menggunakan ejaan yang tepat sesuai dengan EYD.
Pembelajaran menulis di SD dibedakan menjadi menulis pennulaan d m

menulis lanjut. Pernbelajaran menulis permulaan diberikan di kelas rendah yaitu

kelas satu dan kelas dua dengan tujuan untuk mengenalkan bentuk huruf, ukuran

I
I

huruf, clan cara menulis huruf. Setelah siswa mampu menulis huruf dilanjutkan
dengan menulis kata kemudian menulis kalimnt. Menulis huruf dimulai dengan

I
I

menulis huruf lepas, setelah siswa mahir dilanjutkan dengan menulis huruf tegak
I

bersarnbung.
Pembelajaran menulis lanjut diberikan di kelas tinggi, yaitu mulai kelas
tiga sampai kelas enarn, dengan tujuan melatih siswa mengungkapkan gagasan


1
I
I

secara tertulis. Menulis lanjut dalam KTSP (2006) terdiri dari beberapa
kompetensi dasar (KD), salah satu di antaranya: menyusun karangan tentang
berbagai topik sederhana dengan memerhatikan penggunaan ejaan (huruf besar,
*mda titik, tanda koma, dll).
Mengarang penting peranannya, karena mengarang rerupakan prestasi
puncak dalam berkomunikasi. Berkomunikasi berarti menyampaikan pesan,
perasaan, pikiran, ataupun gagasan kepada pihak lain melalui bahasa ~ u l i sbila

berkomunikasi secara tertulis, dan bahasa lisan dalam komunikasi secara lisan.
Alasan lain mengapa mengarang penting peranannyn adalah karena semua ilmu
dan teknologi disebarluaskan dan diwariskm melalui karangan (Atmazaki, 2006).
Oleh sebab itu pembelajaran menulis karangan harus dilaksanakan dengan efektif
mulai dari SD.
Menulis karangan merupakan proses kreatif dalam memindahkan gagasan
ke dalam lambang tulisan yang dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan
maksud penulis. Berbeda dengan bahasa lisan yang disampaikan secara langsur~g,

maksud penyarnpai pesan dapat diperjelas dengan gerak gerik, mimik, ekspresi,

serta intonasi, sedangkan dengan bahasa tulis maksud hanya dapat disampaikan
dengan pilihan kata secara cermat dan tepat, kebenaran pemakaian ejaan dan
tanda baca.

Studi pendahuluan yang penulis lakukan di sekolah dasar dalam
pembelajaran menulis karangan menunjukkan bahwa, siswa belurn nlarnpu
menulis karangan dengan baik. Hal ini diindikasikan dengan berbagai ha1 yang
terlihat dad proses pembelajaran dan hasil karangan siswa. Siswa pada urnurnnya
mengalami masalah dalam penggunaan kata-kata. Mcreka belum dapat
menggunakan kata-kata dengan tepat sesuai dengan konteks pemakaiannya, ha1
ini disebabkan penguasaan kosa kata siswa sangat terbatas. Keterbatasm
penguasaan kosa kata mengakibatkan siswa sering mengulang kata-kata yang
sama untuk maksud yang berbeda-beda.
Di samping pilihan kata, ditemukan juga pernasalahan dalam penyusunan
kalimat. Kalimat yang disusun siswa terlihat belum efektif, sehingga sulit untuk
dipaharni. Selain itu, kalimat yang disusun sering belum runtut, hubungan a n t m
satu kalimat dengan kalimat sebelum atau sesudahnya banyak yang belurn padu.
Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan berbagai

persyaratan. Menurut Atar (2007) salah satu persyaratan yang hams dipenuhi
sehingga kalimat menjadi efktif adalah menggunakan ejaan dan tanda baca yang
tepat. Kenyataannya dalam menulis karangau, siswa SD mengalami masalah

dalam menggunakan ejaan dan tanda baca. Pe:masalahan itu terlihat mulai dari
penggunaan huruf kapital, penggunaan titik, koma, pemenggalan kata, dan
penggunaan konjungsi.

1
I

!

Mencermati hasil karangan siswa, ditcrnukan bahwa siswa sulit
rnenguraikan topik atau judul karangan menjadi karangan yang dapat dipahami
orang lain. Artinya, siswa sulit mengembangk~.ngagasan dengan baik, runtlit
padu.
Menulis merupakan proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari
sebelum menulis, saat menulis, dan setelah menuangkan gagasan secara tertulis.
Pada setiap tahapan menulis itu diperlukan keterlibatan proses berpikir. Dalarn

proses berpikir dituntut kesungguhan mengolah, menata, mempzrtimbangkan
secara kritis dan menata ulang gagasan yang ditulis. Sebagai proses, menulis
merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu
fase prapenulisan, fase menulis konsep, fase merevisi, fase menyunting, dan fase
memublikasikan (Tompkins, 1994:9-26).
Pengamatan penulis terhadap pembelajaran menulis karangan yang
dilakukan guru, menunjukkan bahwa guru dalam membelajarkan menulis
karangaq terlihat belum memberi bimbingan dan dorongan dengan maksimal
kepada siswa dalarn membangun gagasan sendiri. Guru memulai pembelajaran
dengan bertanya jawab tentang media gambar yang dipajangkan di papa. tulis .
Berdasarkan jcegiatan tanya jawab tersebut ditemukan judul karangan. Setelah
judul ditemukan, guru menugaskan siswa menulis karangan sendiri-sendiri. Pada

waktu siswa bekerja guru terlihat mengunjungi siswa dari bangku ke bangku dan
kadang-kadang bertanya kepada siswa. Di akhir jam pelajaran guru meminta
seorang siswa membacakan karangan yang ditulisnya ke depan kelas.

I

Rerdasarkan pengarnatan tersebut dapat dijclaskan bahwa, proses

pembelajaran menulis karangan dimulai dengan tanya jawab tentang gambar guna
menentukan judul k m g a n . Setelah judul ditentukan, guru meminta siswa
menulis karangan sesuai dengm garnbar dan judul tanpa membimbing siswa
menyusun kerangkr karangari. Sedangkan, kerangka karangan diperlukan guna
membantu siswa dalam menylsun kalimat demi kalimat sehingga benvujud
paragmf dan akhirnya menjadi sebuah karangan. Selain itu, walaupun guru sudah
melakukan tanya jawab tentang gambar dengan maksud mengarahkan siswa untuk
melahirkan gagasannya, narnun kegiatan tersebut kelihatannya bclum mernberikan
kontribusi yang cukup membantu. Hal ini diperkirakan bimbingan yang diberikan
dalarn bentuk tanya jawab tersebut belum mendetail. Guru hanya menanyakan
garnbar apa saja ymg terlihat dan kalimat apa yang sesuai digunakan untuk
mengungkapkan garnbar tersebut. Bila siswa mengucapkan sebuah kalimat, g w
belurn memerhatikan efektif tidaknya kalimat tersebut, serta tepat tidaknya katakata yang diungkapkan siswa.
Pembelajaran

menulis karangan

yang dilaksanakan

gum


belcm

menggunakan proses menulis dengan lengkap, proses merevisi dan menyunting
belurn dilakukan. Sedangkan, kegiatan merevisi dan menyunting pentiag
dilakukan untuk membimbing siswa menganalisis karangan yang baru ditulis,
baik dari segi pilihan kata, pengalimatan, pengaliniaan, penggunaan ejaan, dan
tvlda baca. Selain itu, dapat dikatakan bahw-a guru lebih mengutamakar~hasil
karangan ketimbang proses menulis karangan. Sedangkan, menurut beberapa
hasil penelitian (Graves, tahun 1983, Alkin tahun 1083, dan1986, serta A.twel

I

,

I
tahun 1987) ditemukan bahwa pendekatan menulis melalui proses lebih baik
dibanding

dengan

pendekatan

menulis

mengutamakan

hasil

karangm.

pembelajaran menulis melalui proses yang dimulai dari pnmenulis, menulis

konsep, rnerevisi, menyunting, dan memublikasikan menyebabkan aktivitas siwa
lebih

dan bervariasi. Melalui proses menulis berarti kemampuan menulis,

am menulis, dan hasil tulisan diperoleh secara bertahap. Hal ini
merupakan

pelajaran yang berharga bagi siswa dalam mengembangkan

ketermpila menulis mereka.

~ a rtanya
i
jawab yang penulis lakukan dengan guru k e l a IVYtemyata
karangm yang ditulis siswa setelall dipublikasikan kemudim disimpa d m
pembelajaran menulis karangan selesai. Menilai karangan dilakukan guru di

wakto-W&tu
senggang, hasilnya diketahui siswa pada waktu menggunakan buku
latihan berikutnyaBerdasarkan situasi tersebut dapat disimpulkan bahwa, penilaim yang
dilakukan guru terhadap pembelajaran mendis karangan hanya menggun&m
Penilaim h a d , yaitu dengan memberi mgka pada setiap karangm sisvja.

~edangkm ~enilaianproses berupa aktivitas siswa dalam pcmbelajam tidak

sesuai dengan pendapat bahwa
pRldekatan

menulis karangan menggundan

proses lebih baik dibanding mengutamakan hasil, maka penilaian

karangm h w s dilakukan dengan penilaian proses di samping penilaian hail.
Aktivim siswa selama pembelajaran seharusnya menjadi perhatian guru.

7

1

Studi pendahuluan tersebut mengindikasikan bahwa siswa kelas IV SD N

15 Ulu Gadut kota Padang belum dapat menulis karnngan narasi dengan baik.
Penyebabnya antara lain guru lebih mementingkan hasil karangan s i s - ~ a
ketimbang. proses menulis karangan. Sedangkan menurut beberapa h a i l
penelitian, pendekatan menulis melalui proses lebih baik dibanding pendekatan
menulis mengukmakan hasil karangan.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, perlu dicarikan solusi agar tercapai
optimalisasi pembelajaran menulis karangan di kelas IV SD N 15 Ulu Gadut kota
Padang dengan mengembangkan suatu model pembelajaran menulis karangan
m i . Pengembangan model pembelajaran menulis karangan narasi untuk kelas

IV akan melibatkan guru-guru kelas IV, siswa kclrrs 1V. dan kcpala sckolah.

B. Identifikasi Masalah
Guru-guru kelas IV SD N
menibelajarkan menulis karangan

I5 Ulu