Laporan Observasi: Hubungan Antar Satuan Berat

  LAPORAN OBSERVASI 2: Desain Pembelajaran Hubungan Antar Satuan Berat di Kelas 3A SD Negeri 117 Palembang Oleh: 1)

Ahmad Wachidul Kohar

2)

Fanni Fatoni

3)

Wisnu Siwi Satiti

A. Pendahuluan

  Konsep-konsep pengukuran dalam kurikulum matematika SD berhubungan dengan kegiatan membandingkan apa yang diukur dengan apa yang menjadi satuan ukuran standar. Menurut Pujiati (2004), pengalaman siswa yang cukup dalam mengukur akan membantu mengembangkan keterampilan siswa dalam kegiatan pengukuran. Salah satu pengalaman yang dapat diajarkan kepada siswa adalah pengenalan terhadap alat ukur seperti timbangan untuk satuan berat, mistar untuk satuan panjang, dan gelas ukur untuk satuan volume.

  Dengan mengenal dan mencoba secara langsung penggunaan alat-alat ukur tersebut, siswa tidak akan hanya mengetahui aplikasi praktis dari keterampilan menghitung yang telah dipelajarinya, tetapi juga akan berguna terhadap kualitas pemahaman mereka terhadap hubungan keterampilan mengukur dengan bidang lain seperti sains yang lebih banyak membutuhkan keterampilan ini.

  Dalam PMRI, pengenalan penggunaan alat ukur dapat dijadikan sebagai konteks untuk memulai mengajarkan hubungan antar satuan berat. Manfaat penggunaan konteks ini di awal pembelajaran seperti yang diungkapkan Wijaya (2011) bahwa konteks dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika. Hal ini dikarenakan siswa diperkenalkan hal baru yang ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

  Oleh karena alasan di atas, kami (Kohar, Fanni dan Siwi) bersama guru mitra di kelas 3A SD Negeri 117 Palembang berkolaborasi untuk mendesain pembelajaran dengan pendekatan PMRI untuk materi hubungan antar satuan berat dengan menggunakan konteks alat ukur jenis timbangan jarum. Rincian bagaimana guru dan tim kami merancang pembelajaran, mengimplementasikan rancangan tersebut dan kemudian melakukan analisis terhadap hasil implementasi dijelaskan dalam bagian desain pembelajaran sebagai berikut.

B. Tujuan Observasi

  Kegiatan perancangan desain pembelajaran dan observasi ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pembelajaran hubungan antar satuan berat (kg, gram, dan ons) dengan pendekatan PMRI di keas 3A SD Negeri 117 Palembang.

  2. Memberikan pengalaman bagi tim observer untuk mendesain dan menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan PMRI pada materi hubungan antar satuan berat.

C. Desain Pembelajaran

  Materi yang diajarkan dalam pembelajaran ini adalah hubungan antar satuan Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas VA SD N 117 Palembang.

  Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah preliminary design (analisis kurikulum, penentuan indikator dan tujuan pembelajaran), dilanjutkan dengan teaching experiment (penerapan/desain pembelajaran) dan melakukan

  retrospective analysis (refeleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan) yang akan didiskripsikan sebagai berikut.

1. Preliminary Design

  Kegiatan yang kami lakukan dalam tahap ini adalah melakukan analisis terhadap kurikulum yang bertujuan agar pembelajaran yang didesain sesuai dengan kurikulum matematika yang berlaku untuk kelas 3 SD sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran. Analisis meliputi penentuan materi ajar, tujuan pembelajaran, dan indikator pembelajaran.

  Berdasarkan informasi dari guru mitra (Ibu Fatmawati), materi tentang hubungan antar satuan berat diajarkan setelah materi tentang uang. Materi ini bisa diajarkan sekaligus dengan mengajarkan kepada siswa tentang pengenalan terhadap macam-macam alat ukur.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran secara berturut-turut adalah menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah dan mengenal hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat. Dari kompetensi dasar tersebut dirumuskan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan pembelajaran. Karena fokus dari materi pembelajaran ini adalah mengkonversi satuan kilogram ke gram, satuan ons ke gram, dan satuan kilogram ke gram, maka tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa dapat memperkirakan berat suatu benda lebih dari, kurang dari dan atau tepat 1 kg dengan menggunakan timbangan, dan siswa dapat menyimpulkan hubungan kg dengan gram atau ons dan atau sebaliknya dengan bahasa siswa melalui perwakilan dari setiap kelompok dengan kegiatan menimbang.

  Sementara itu, indikator tercapainya tujuan pembelajaran adalah mengestimasi berat suatu benda lebih dari, kurang dari dan atau tepat 1 kg dengan menggunakan timbangan dan menyimpulkan hubungan kg, ons, dan

  Setelah menentukan tujuan dan indikator pembelajaran, kegiatan selanjutnya adalah mendesain isi dari kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Kami memilih konteks alat ukur timbangan berat sebagai titik awal (use of context) untuk membelajarkan hubungan antar satuan kg, ons, dan gram. Konteks ini dipilih atas saran juga dari Ibu Fatmawati (Guru Kelas 3A) karena alat ukur ini sering siswa jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga akan memperoleh pengalaman langsung cara menggunakan alat ukur timbangan.

  Dari catatan kami selama kegiatan praobservasi, pada saat guru meminta umpan balik kepada siswa dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi pembelajaran, siswa terlihat sangat aktif untuk menunggu giliran diberi kesempatan untuk berbicara atau mendemonstrasikan jawaban di papan tulis. Situasi ini menginspirasi kami untuk mendesain pembelajaran yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa selama pembelajaran, baik pada saat bekerja dalam kelompok maupun pada saat presentasi (interactivity). Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka terhadap masalah yang diberikan sehingga bermanfaat untuk bergerak ke proses matematisasi selanjutnya

  (student’s contribution).

  Untuk menemukan hubungan satuan kg, gram, dan ons, siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuan/konsep di materi lain (intertwining of

  

learning strands) yang telah mereka miliki seperti penjumlahan dan perkalian,

  seperti berapa bungkus kemasan pasir 10 gram yang dibutuhkan untuk memperoleh pasir dengan total berat 1 ons. Dalam kaitannya dengan proses matematisasi yang diharapkan dapat dibangun oleh siswa melalui penggunaan model (use of model) selama pembelajaran, maka disusunlah sebuah iceberg materi hubungan antar satuan berat berikut ini.

  Gambar 1. Ice berg hubungan antara kg, gram, dan ons

  Berdasarkan ice berg pada gambar di atas, alat ukur timbangan dan barang- barang sehari-hari yang tertulis berat isinya dan sering dijumpai siswa menjadi konteks untuk memulai pembelajaran. Sementara itu, sebagai model of dalam pembelajaran ini, siswa diminta untuk mengukur secara langsung beberapa barang dan kemasan pasir berbagai ukuran dengan menggunakan timbangan, untuk kemudian mengarahkan siswa untuk menuliskan data yang mereka peroleh ke dalam tabel konversi yang berfungsi sebagai model for. Untuk selanjutnya, diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konversi dari kg ke gram, ons ke gram ,dan kg ke ons yang merupakan bentuk matematika formal dari hubungan antar ketiga satuan tersebut melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kelompok.

  Gambar 2. Pasir dan timbangan jarum sebagai model of dalam pembelajaran Setelah menyusun desain pembelajaran, kami menuliskan desain tersebut ke dalam bentuk RPP dan LKK (Lembar kegiatan Kelompok) yang selanjutnya dikonsultasikan dengan Ibu Fatmawati dan Ibu Yusniar (guru mitra yang tahun lalu bekerja sama dengan kakak senior) sebelum pelaksanaan pembelajaran tanggal 7 November 2012. Dari hasil konsultasi, diperoleh beberapa saran tentang penyusunan RPP yang seharusnya ditulis dalam format RPP yang bernuansa tematik (ada keterkaitan dengan mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, IPA, atau IPS). Meskipun sebenarnya pembelajaran yang telah kami desain sudah mengandung unsur tersebut, menurut Bu Fatmawati, memang untuk kelas-kelas bawah, rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun dengan format RPP tematik agar unsur keterkaitan antar mata pelajaran dapat dimunculkan secara jelas dalam pembelajaran. Selain itu, sebenarnya pembelajaran. Namun karena sampai pada pelaksanaan pembelajaran kami tidak memperolehnya, kami berinisiatif untuk menggunakan timbangan jarum yang kami pinjam dari sekolah atas ijin ibu Fatmawati.

  Selanjutnya, deskripsi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan desain yang telah dikonsultasikan ini dijelaskan di bagian teaching experiment sebagai berikut.

2. Teaching Experiment

  Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada Rabu, 7 November 2012. Ibu Fatmawati bertindak sebagai guru pengajar, sedangkan kami bertindak sebagai pengamat aktivitas siswa dan membantu guru mengkondisikan kelas pada saat pembelajaran berlangsung.

  Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengingatkan materi sebelumnya tentang uang melalui permainan dengan menggunakan media pipet berwarna. Aturannya adalah pipet warna biru menunjukkan ribuan, pipet warna kuning menunjukkan ratusan, dan pipet warna merah menunjukkan puluhan. Siswa disuruh untuk menuliskan notasi uang yang tepat ketika guru memegang beberapa kombinasi dari ketiga jenis pipet tersebut. Sebagai contoh, 3 pipet biru, 4 pipet kuning, dan 5 pipet merah menunjukkan uang Rp 3.450,00. Siswa terlihat sangat antusias untuk mengikuti permainan ini, yang ditunjukkan dengan banyak yang mengacungkan tangan untuk diberi kesempatan menuliskan notasi uang yang tepat di papan tulis, meskipun ada siswa yang masih salah menuliskannya.

  Kegiatan dilanjutkan dengan memulai untuk membelajarkan materi hubungan antar satuan berat. Guru menanyakan kepada siswa tentang jenis- jenis timbangan berat dan tempat dimana mereka biasa mereka temukan. Beberapa siswa menjawab jenis timbangan seperti timbangan badan biasa mereka temui di rumah sakit, rumah, puskesmas, dan posyandu (timbangan bayi), sedangkan timbangan jarum sering mereka jumpai di pasar. Tanya jawab ini dilaksanakan guru untuk menyelipkan pelajaran IPS tentang kegiatan sosial yang terjadi di sekitar siswa. Sementara itu, pelajaran bahasa Indonesia dengan topik menulis diselipkan ketika siswa menuliskan tempat-tempat dimana

  Gambar 3. Jawaban siswa tentang dimana tempat timbangan dapat ditemukan

  Selanjutnya guru menjelaskan cara menggunakan timbangan jarum dengan benar dengan menimbang beberapa kemasan barang dengan merk tertentu yang telah disiapkan seperti margarine, tepung terigu, dan taburan coklat untuk roti. Untuk memastikan bahwa siswa telah paham cara menggunakan timbangan, guru meminta beberapa siswa mendemostrasikan cara menimbang dan melihat ukuran berat secara langsung yang ditunjukkan oleh timbangan jarum. Selain itu, siswa juga diminta untuk mengurutkan ketiga barang yang ditimbang tadi mulai dari yang paling berat ke yang paling ringan. Siswa mampu mengurutkannya dengan benar. Akan tetapi, ketika siswa diminta memberikan alasan mengapa tepung terigu adalah barang yang paling berat dan cokelat adalah yang paling ringan, siswa memberikan beberapa jawaban berbeda. Ada yang beralasan bahwa karena tepung terigu beratnya 1 kg dan cokelat beratnya 1 ons. Ada yang beralasan bahwa terigu paling banyak daripada dua barang yang lain dan cokelat adalah yang paling sedikit.

  Kegiatan dilanjutkan dengan pembentukan kelompok untuk mengerjakan LKK untuk menemukan hubungan antar satuan kg, gram, dan ons. Setiap

  • – kelompok terdiri dari 5 siswa yang heterogen. Guru menjelaskan langkah langkah mengerjakan LKK di setiap jenis aktivitas yang akan dilakukan. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas 1: mengurutkan benda-benda berdasarkan ukuran berat dari yang paling berat ke yang paling ringan, aktivitas 2: menemukan hubungan kg dan gram, aktivitas 3: menemukan hubungan ons dan gram. Perlu diketahui bahwa satu ons dalam hal ini adalah setara dengan 100 gram menurut standar yang digunakan di Indonesia.

  Setelah pembagian kelompok, aktivitas 1 mulai dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan menimbang 3 jenis kemasan barang (tepung terigu 1 kg, margarine 200 gram, dan taburan coklat 100 gram). Karena banyak timbangan timbangan sedangkan kelompok lain yang belum mendapat giliran diminta untuk memperhatikan kelompok yang sedang menimbang. Setelah semua kelompok menimbang, kegiatan dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan aktivitas 1 di LKS berdasarkan hasil menimbang yang baru dilakukan.

  Gambar 4. Aktivitas menimbang untuk mengurutkan benda berdasarkan berat

  Awalnya aktivitas berkelompok berlangsung tidak terkendali. Ada siswa yang berebut untuk menjadi ketua kelompok, ada siswa selalu protes terhadap kelompoknya, bahkan ada siswa laki-laki yang mendesak untuk menjadi ketua kelompok karena semua anggota yang lain dalam kelompok itu ada siswa perempuan. Pada saat kegiatan menimbang pun, semua siswa ingin ikut meletakkan beban-beban yang telah disediakan pada timbangan. Selain itu, ketika siswa diminta menimbang benda agar mencapai berat tertentu, beberapa siswa malah meletakkan semua pemberat pada timbangan dan mereka tidak memerhatikan berat yang ditunjukkan pada skala. Setiap siswa ingin memegang dan memeragakan, padahal ketersediaan dari alat peraga sangat terbatas. Namun, situasi ini segera dapat teratasi ketika kami membantu Ibu Fatmawati mengkondisikan siswa untuk menuliskan hasil aktivitas 1 di LKK dengan tertib.

  Berikut adalah variasi jawaban siswa untuk aktivitas 1.

  Gambar 5. Jawaban siswa untuk aktivitas 1

  Dari jawaban siswa, diketahui bahwa mereka mampu mengurutkan benda- benda yang disediakan dengan benar. Akan tetapi, ketika siswa diminta memberika alasan mengapa tepung terigu adalah barang yang paling berat dan cokelat adalah yang paling ringan, siswa memberikan beberapa jawaban berbeda. Ada yang beralasan bahwa karena tepung terigu beratnya 1 kg dan taburan cokelat beratnya 1 ons. Ada yang beralasan bahwa terigu paling banyak daripada dua barang yang lain dan cokelat adalah yang paling sedikit.

  Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan aktivitas 2. Dalam aktivitas ini, ibu Fatmawati sebagai pemandu kelompok digantikan oleh salah satu dari kami (Fanni). Aktivitas 2 menuntun siswa untuk menentukan berapa gram kemasan pasir yang dibutuhkan untuk memperoleh kemasan pasir dengan berat 1 kg. Kemasan pasir yang disediakan adalah 100 gram, 200 gram , dan 300 gram. Setiap kelompok dapat memilih kombinasi dari ketiga jenis kemasan tersebut untuk ditimbang dengan timbangan jarum. Berikut ini adalah variasi jawaban siswa pada aktivitas 2 ini.

  

Gambar 6. Variasi jawaban siswa untuk aktivitas 2 Dari beberapa jawaban siswa di atas, terlihat adanya kombinasi yang berbeda untuk memperoleh kemasan pasir dengan berat 1 kg. Namun, pada saat awal ketika siswa menyimpulkan total dari kemasan pasir yang dibutuhkan, beberapa kelompok masih salah menuliskan jawaban. Menariknya, mereka bukan tidak tahu total yang benar, tetapi mereka salah menuliskan jawaban yang seharusnya 1000 gram ditulis 1000,00 gram.

  Setelah aktivitas 2 dilakukan, guru mulai menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan untuk aktivitas 3, yaitu menimbang beberapa kemasan pasir 10 gram untuk menemukan hubungan ons dan gram. Karena siswa sudah mulai terbiasa dengan cara mengukur berat yang telah dilakukan di aktivitas-aktivitas sebelumnya, di aktivitas ini siswa tidak menemui kendala yang berarti untuk menemukan hubungan bahwa 1 ons setara dengan 100 gram.

  Gambar 7. Siswa berdiskusi menjawab petanyaan di aktivitas 3

  Setelah siswa selesai berdiskusi dalam kelompok, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi dari perwakilan beberapa kelompok menunjukkan hasil kerja kepada kelas. Guru memandu kegiatan ini dengan meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil di setiap aktivitas secara bergantian. Guru juga meminta tanggapan dari kelompok lain jika ada jawaban yang berbeda dari kelompok yang sedang presentasi. Untuk aktivitas 2, jawaban siswa dari semua kelompok dapat dilihat di gambar berikut ini.

  Gambar 8. Jawaban siswa untuk aktivitas 2 di papan tulis

  Dari gambar di atas diketahui bahwa jawaban setiap kelompok berbeda- beda. Hal ini dikarenakan pada saat penimbangan, ada kemungkinan setiap kelompok mengambil secara acak kemasan pasir dengan berat yang berbeda- beda dari kemasan yang telah disediakan. Walaupun demikian, semua jawaban siswa sesuai dengan yang diharapkan, yaitu mengarah pada jawaban 1 kg =1000 gram. Diskusi pada sesi presentasi terus berjalan sampai siswa menyimpulkan bahwa 1 kg = 1 ons dan guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.

3. Retrospective Analysis

  Setelah kegiatan pembelajaran selesai, kami dan Ibu Fatmawati melakukan analisis retrospektif yang bertujuan untuk merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan juga membandingkan antara desain pembelajaran yang telah dibuat dengan kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran. walaupun pembelajaran berlangsung selama 90 menit (lebih 20 menit dari waktu yang direncanakan). Kendala ini terjadi dikarenakan oleh situasi kelas yang ramai pada awal pembentukan kelompok dan pada saat kegiatan menimbang sehingga guru perlu mengkondisikan siswa agar tetap tertib dalam belajar. Bahkan, guru sampai mengajak siswa bernyanyi sebentar untuk memusatkan perhatian ke pembelajaran.

  Setelah kami berdiskusi dengan Ibu Fatmawati, diperoleh informasi bahwa memang siswa sudah terbiasa untuk berebut mengungkapkan pendapat ketika guru menyampaikan sebuah pertanyaan sehingga siswa terlihat ramai saat pembelajaran. Apalagi ketika siswa bekerja dalam kelompok, masing-masing dari anggota kelompok cenderung ingin aktif menyentuh benda apa pun yang digunakan sebagai media belajar. Namun demikian, setelah guru menyampaikan beberapa aturan belajar seperti memberikan hak menjawab kepada siswa yang hanya mengacungkan tangan dan berdiskusi dulu dengan anggota kelompok sebelum mulai menimbang benda, pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar. Hal ini terlihat pada saat guru memandu siswa melakukan presentasi. Siswa secara bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompok, sementara kelompok lain dengan tertib mendengarkan dan mengungkapkan jawaban lain jika jawaban mereka tidak sama.

  Berdasarkan hasil pengamatan kami pada saat siswa melakukan aktivitas 2, beberapa kelompok kesulitan untuk menemukan kombinasi kemasan pasir yang tepat sehingga mereka melakukan strategi dengan mengurangi takaran atau bahkan menambah takaran supaya jarum timbangan dapat tepat menunjuk angka 1 kg. Salah satu strategi yang dimunculkan siswa adalah dengan menghitung dulu kekurangan pasir yang dibutuhkan untuk membuat pasir dengan berat 1 kg. Misalkan, jika dengan 2 buah pasir kemasan 300 gram jarum sudah menunjukkan angka 600 gram, maka mereka hanya perlu menambahkan sedikit lagi kemasan pasir 100 gram atau 200 gram untuk mencapai angka 1 kg. Aktivitas ini memang sengaja kami desain untuk memunculkan kreativitas siswa utntuk menemukan kombinasi yang cocok sehingga memunculkan jawaban yang berbeda-beda di masing-masing

  Temuan lain dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa di LKK. Kami menemukan 5 dari 8 jawaban di aktivitas 2 LKK, siswa menyimpulkan bahwa 1 kg = 1000,00 gram. Padahal sebenarnya cukup menuliskan 1000 gram sudah merupakan jawaban benar yang diharapkan. Kami menduga mereka masih terpengaruh cara menuliskan notasi bilangan yang benar untuk satuan mata uang yang mereka pelajari tepat sebelum materi hubungan antar satuan berat ini.

  Jika dikaitkan dengan desain yang kami rencanakan, situasi di atas telah menggambarkan dua karakteristik PMRI yang diharapkan terjadi selama pembelajaran, yaitu

  student’s contribution yang banyak melibatkan pengaruh

  siswa untuk menemukan sendiri hubungan kg, gram, dan ons dan interactivity yang ditunjukkan dengan terjalinnya komunikasi antar siswa dalam kelompok dan komunikasi antar siswa dengan guru pada saat presentasi. Sementara itu, keterkaitan antar materi (intertwining) terjadi ketika siswa menggunakan konsep penjumlahan dan perkalian ketika menghitung total kemasan 1 kg dan menyimpulkan hubungan kg dan ons. Namun demikian, karakteristik use of

  

model yang dalam hal ini menggunakan timbangan jarum sebagai media

  belajar, tidak sesuai dengan rencana kami yang sebenarnya memilih untuk menggunakan timbangan duduk. Menurut kami, karena dalam timbangan duduk tidak terdapat angka yang menunjukkan berat benda secara langsung, pada saat kegiatan menimbang, seharusnya siswa akan berpikir lebih kritis untuk mencari kombinasi yang tepat untuk memperoleh berat 1 kg dengan hanya mengunakan anak timbangan yang ada. Sementara itu, karena di timbangan jarum sudah tersedia angka yang menunjukkan berat, dikhawatirkan jawaban siswa hanya menambah/mengurangi takaran utnuk memperoleh berat 1 kg tanpa memperdulikan arti dari angka-angka yang ditunjukkan dalam timbangan.

D. Kesimpulan

  Berdasarkan desain dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas 3A SDN 117 Palembang, kami simpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Melalui pembelajaran hubungan antar satuan berat dengan pendekatan PMRI, 1 ons=100 gram, dan 1 kg=10 ons).

  2. Penggunaan timbangan perlu dipertimbangkan sebagai sebagai alat untuk membangun pemahaman siswa tentang hubungan antar satuan berat dengan memperhatikan jenis dan fungsinya.

  Daftar Pustaka

  Pujiati. 2004. Pengukuran (disampaikan pada Diklat Instruktur Matematika SD

jenjang Lanjut tanggal 6-9 Agustus 2004). Yogyakarta: PPPG Matematika.

Wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dokumen yang terkait

Efek Isoflavon Kedelai (Glycine Max) Terhadap Kadar Testosteron Berat Vesikula Seminalis Tikus Jantan Sprague Dawley

0 0 5

Hubungan Antara Tekanan Darah Pre Hemodialisis Dan Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Penambahan Berat Bdan Interdialitik Di Ruang Hemodialisis RS. Moh. Hoesin Palembang

0 1 10

Rohaya dan Suprida Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK - Hubungan Umur, Usia Kehamilan Dan Gravida Dengan Kejadian Pre-Eklampsi Pada Ibu Bersalin Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan Penyakit Kandungan RSUP Dr. Moh. Hoesin Pale

1 2 11

USBN Admin Satuan Pendidikan emissimpatikazone

0 0 44

Hubungan kepemimpinan transformasional kepala madrasah dengan kepuasan kerja guru di mts Hifzil Qur’an Medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 93

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan pola asuh orang tua dengan motivasi belajar siswa di smp it al-hijrah-2 Kec. Percut sei tuan medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 3 9

BAB II POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA FIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Pendidikan Islam 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Pendidikan Islam - Hubungan pola asuh ora

0 5 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dan Pendekatan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian - Hubungan pola asuh orang tua dengan motivasi belajar siswa di smp it al-hijrah-2 Kec. Percut sei tuan medan - Repository UIN Sumatera Utara

1 4 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data - Hubungan pola asuh orang tua dengan motivasi belajar siswa di smp it al-hijrah-2 Kec. Percut sei tuan medan - Repository UIN Sumatera Utara

0 4 13

4 RPP Kelas 3 SM 1 Ringan Sama Dijingjing Berat Sama Dipikul websiteedukasi.com

0 3 27