KEJADIAN GEMPABUMI MERUSAK DI INDONESIA TAHUN 2007

KEJADIAN GEMPABUMI MERUSAK DI INDONESIA TAHUN 2007

  SUPARTOYO 1 ) dan E. KUSDINAR ABDURACHMAN 2 ) 1

  

) Surveyor Pemetaan Muda Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah

2

) Kepala Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah

Sari

  Indonesia adalah negara rawan gempabumi. Selama tahun 2007 terjadi lebih dari 200 kali kejadian gempabumi dengan magnitudo lebih besar dari 5 Mw, dan 8 diantaranya merupakan kejadian gempabumi merusak yang terjadi di wilayah Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat. Kejadian gempabumi merusak tersebut telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 106 orang, 990 orang luka-luka dan ribuan bangunan mengalami kerusakan.

  Pendahuluan Indonesia adalah negara rawan gempabumi.

  Hal ini disebabkan oleh adanya pertemuan 3 lempeng aktif, yaitu dari Lempeng Eurasia yang bergerak relatif ke arah tenggara dengan kecepatan ± 0,4 cm/ tahun, Lempeng Indo – Australia yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan ± 7 cm/ tahun dan Lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke arah barat dengan kecepatan ± 11 cm/ tahun (Minster dan Jordan, 1978). Di kawasan Indonesia bagian barat interaksi berlangsung antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo - Australia yang membentang di sebelah barat Pulau Sumatera menerus ke selatan Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara. Di kawasan Indonesia bagian timur interaksi antar lempeng menjadi lebih rumit akibat evolusi geotektonik yang menghasilkan beberapa lempeng mikro. Interaksi antar lempeng di kawasan Indonesia timur pada umumnya bersifat tumbukan (collision) antara busur kepulauan, kontinen Australia dengan beberapa mikro kontinen. Interaksi antar lempeng tersebut membentuk zona subduksi dicirikan dengan aktivitas gempabumi. Gempabumi yang dihasilkan mempunyai kedalaman dangkal (0-33 km), menengah (33- 90 km) dan dalam (lebih dari 90 km). Akibat lain dari evolusi tektonik tersebut terbentuk sesar aktif di kontinen yang dicirikan dengan terjadinya gempabumi dengan kedalaman dangkal (0-33 km). Gempabumi ini umumnya bersifat merusak disebabkan terjadi pada kedalaman dangkal, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar dan terletak dekat permukiman dan aktivitas penduduk. Berdasarkan data statistik kejadian gempabumi merusak di Indonesia yang diolah oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), rata-rata setiap tahun terjadi sekitar 10 kejadian gempabumi merusak. Tabel berikut ini menampilkan data kejadian gempabumi merusak di Indonesia mulai tahun 2000 hingga 2007.

  Tabel 1. Kejadian gempabumi merusak di Indonesia (PVMBG, 2007).

  10

  Selama tahun 2007 Indonesia mengalami kejadian gempabumi lebih dari 200 kali dengan magnitudo lebih besar dari 5 Mw (USGS, 2007). Kejadian gempabumi tersebut umumnya berpusat pada kedalaman dangkal dan terkonsentrasi di sebelah barat kawasan Sumatera Barat, Bengkulu dan sebelah timur hingga timur laut kawasan Sulawesi Utara. Hal ini terjadi karena pada kedua kawasan ini selama tahun 2007 terjadi pelepasan energi yang mengakibatkan kejadian gempabumi dengan magnitudo di atas 7 SR. Disebelah timur-timur laut Sulawesi Utara gempabumi utama terjadi pada tanggal 21 Januari 2007 dengan magnitudo 7,3Mw yang diikuti oleh beberapa kejadian gempabumi susulan dengan magnitudo di atas 5Mw pada kurun waktu sekitar 2 minggu setelah kejadian gempabumi utama. Kejadian gempabumi ini dipicu oleh aktivtitas sesar aktif sepanjang Punggungan Mayu yang terbentuk akibat tumbukan ganda (collision) antar mikro kontinen dengan busur kepulauan. Kawasan ini termasuk aktif tingkat kegempaannya dan umumnya mekanisme gempabumi yang terjadi adalah sesar naik dengan arah kompresi maksimum barat-timur.

  Gempabumi Tahun 2007

  8 Beberapa diantara kejadian gempabumi tersebut diikuti oleh tsunami yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda dan kerusakan kawasan pantai, yaitu : Gempabumi Banggai 4 Mei 2000, Gempabumi Aceh 26 Desember 2004, Gempabumi Pulau Buru 29 Januari 2004 dan 14 Maret 2006, Gempabumi Pulau Nias 28 Maret 2005, Gempabumi Pangandaran 17 Juli 2006 dan terakhir adalah Gempabumi Muko-Muko 12 September 2007.

  12

  11

  9

  5

  2.

  5

  2000 s/d 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

  7.

  6.

  5.

  4.

  3.

  Di perairan sebelah barat Sumatera Barat dan Bengkulu terjadi 2 kali gempabumi, yaitu pada tanggal 12 September 2007 (Gempabumi Muko-Muko dengan magnitudo 8,4Mw) dan 13 September 2007 (Gempabumi Pesisir Selatan dengan magnitudo 7,9Mw) diikuti oleh gempabumi susulan selama kurun waktu satu bulan. Kejadian gempabumi ini diakibatkan aktivitas zona penunjaman yang memicu aktivitas sesar pada zona prismatik akresi (prism accretionary zone) dengan kedalaman dangkal (kurang dari 40 km). Kawasan ini termasuk aktif kegempaannya dan umumnya mekanisme gempabumi adalah sesar naik dengan arah kompresi maksimum barat daya – timur laut. Peta sebaran gempabumi dengan magnitudo lebih dari 5 Mw selama tahun 2007 ditampilkan pada gambar di bawah ini bersumber dari katalog kegempaan USGS (United State Geological Survei).

  Peta Sebaran Gempabumi 2007 Magnitudo > 5 Mw Gambar 1. Sebaran gempabumi magnitudo lebih dari 5 Mw tahun 2007 (sumber : USGS, 2007).

  

Gempabumi Merusak Tahun 2007 tsunami dengan run-up yang teramati di

  Peristiwa gempabumi yang terjadi pada lapangan kurang dari 2 meter, yaitu kejadian tahun 2007 tersebut, terjadi gempabumi Gempabumi Muko-Muko tanggal 12 September merusak (destructive earthquake) sebanyak 2007 dan Gempabumi Pesisir Selatan tanggal 8kali dengan jumlah korban meninggal dunia

  13 September 2007. Di bawah ini ditampilkan lebih dari 100 orang dan luka – luka lebih dari tabel kejadian gempabumi merusak di 900 orang. Dua diantara delapan kejadian Indonesia selama tahun 2007. gempabumi merusak tersebut diikuti oleh NO. PROPINSI NAMA GEMPA TGL PUSAT KDLM MAG MMI KORBAN & KERUSAKAN 2 Jawa Barat Tasikmalaya 31-1-2007 107,149° BT 1 Sulawesi Manado 21-1-2007 126,29° BT Tabel 2. Kejadian gempabumi merusak tahun 2007 di Indonesia (PVMBG, 2007). Utara 1,207° LU KEJADIAN GEMPA (KM) M L KB 7,768° LS sedang. 13 5,8 Mw 10 7,3 Mw VII V 2 rusak berat, 2 rusak 6 15 sekolah, 6 gedung 5 Jawa Timur Situbondo 10-9-2007 114,2° BT 4 Jawa Barat Pantura 9-8-2007 107,66° BT 286 6 Bengkulu Muko-Muko 12-9-2007 101,382° BT

  3 Sumatera Solok 7-3-2007 100,498° BT

Barat 12:49:29 WIB 0,536° LS Ribuan bangunan rusak.

Jawa Barat 00:04:58 WIB 6,17° LS 06:31:55 WIB 7,88° LS sedang, 91 rusak ringan 10 4,5 SR 30 8,4 Mw 30 6,3 Mw 7 SR VII VII V V 14 72 803 Ratusan bangunan roboh, 1 1 17 bangunan & 3 generator 38 27.822 rumah rusak, retakan 18 135 rusak berat, 126 rusak 8 NTB Dompu 26-11-2007 118,52° BT 7 Sumatera Pesisir 13-9-2007 100,964° BT Barat Selatan 06:49:01 WIB 2,525° LS longsoran, likuifaksi 3:53:10 WITA 8,11° LS longsoran 18:10:26 WIB 4,517° LS longsoran, likuifaksi 10 7,9 Mw 45 6,8 SR VII VII 10 2 77 Ratusan bangunan, 54 26.369 rumah rusak, retakan

  Keterangan Mw : momen magnitude, SR : Skala Richter M : meninggal, L : luka-luka, KB : kerusakan bangunan

  Sedangkan peta pusat gempabumi merusak tahun 2007 ditampilkan pada gambar berikut ini.

  Gambar 2. Sebaran pusat gempabumi merusak 2007 (PVMBG, 2007).

  Beberapa kejadian gempabumi merusak tersebut senantiasa diikuti oleh isu yang meresahkan masyarakat, yaitu isu tsunami. Isu tersebut sangat mencemaskan masyarakat. Kejadian Gempabumi Manado tanggal 21 Januari 2007 telah mengakibatkan kelumpuhan total kota Manado dan Bitung selama 3 hari pertama setelah kejadian gempabumi utama. Bahkan beberapa pengungsi di kawasan timur pantai Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara sempat mengungsi selama 10 hari karena takut akan diikuti oleh tsunami. Isu tsunami juga mengiringi kejadian Gempabumi Muko – Muko tanggal 12 September 2007 dan Gempabumi Pesisir selatan tanggal 13 September 2007. Isu tersebut bertambah dahsyat sejak adanya ramalan dari seorang Professor dari negara Brazil yang mengatakan bahwa di sebelah barat kawasan Pulau Sumatera pada tanggal 24 Desember 2007 akan terjadi gempabumi dengan kekuatan besar yang diikuti oleh tsunami. Isu tersebut sangat meresahkan masyarakat dan menjelang tanggal 24 Desember 2007 kota Padang dan Bengkulu sempat lengang selama beberapa hari karena masyarakatnya berbondong – bondong mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan keluar kota Padang dan Bengkulu. Meskipun isu tersebut kemudian tidak terbukti, namun sebagian besar masyarakat sempat ”percaya” terhadap isu tersebut. Mereka seakan – akan telah tersihir oleh isu tersebut dan tidak mempercayai penjelasan ilmiah yang dikemukakan oleh beberapa instansi pemerintah seperti PVMBG, LIPI dan BMG.

  Kejadian-kejadian gempabumi merusak selama tahun 2007 tersebut selengkapnya akan dijelaskan secara ringkas pada bagian berikut ini.

  Gempabumi Manado, 21 Januari 2007

  Gempabumi ini terjadi pada hari Minggu tanggal 21 Januari 2007 pukul 19:27:48 WITA, pada saat sebagian warga Kota Manado bersiap- siap hendak istirahat. Menurut USGS pusat gempabumi terletak di laut Maluku pada koordinat 1,207 o LU dan 126,292 o BT pada kedalaman 10 km dan berjarak ± 165 km tenggara Kota Manado dan magnitudo 7,3 Mw. Sedangkan menurut BMG pusat gempabumi terletak di Laut Maluku pada koordinat 1,18 o

  LU dan 126,42 o BT dengan magnitudo 6,7 SR pada kedalaman 63 km, berjarak ± 178 km tenggara Kota Manado.

  Berdasarkan hasil analisis mekanisme fokal dari USGS, kejadian gempabumi tersebut diakibatkan oleh mekanisme sesar naik pada Punggungan Mayu dengan arah jurus (strike) N3 o

  E, dip 42 o dan slip 94 o . Gempabumi susulan yang terjadi setelah gempabumi utama masih dapat dirasakan oleh masyarakat kota Manado dan Bitung hingga sekitar 2 hingga 3 minggu setelah gempabumi utama. Kejadian gempabumi mengakibatkan 6orang korban jiwa, yaitu 5 orang meninggal karena shock dan 1 orang meninggal karena jatuh ke jurang pada saat mengungsi. Selain itu kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan kerusakan sejumlah bangunan. Di Kota Manado sebanyak 15 gedung sekolah mengalami kerusakan berupa retakan dinding dan pagar SD Laurentius roboh. Beberapa bangunan pusat perbelanjaan (Hypermart/Manado Town Square, Mega Mall, Matahari), Hotel Grand Puri dan Hotel Ritzy di Kota Manado mengalami kerusakan berupa retakan dinding. Kantor Walikota Bitung juga mengalami retakan dinding. Di Desa Lilang, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara, goncangan gempabumi menyebabkan 3 buah alat penangkap ikan (bagan/rumpon) yang terpasang di lepas pantai mengalami kerusakan. Intensitas maksimum di Propinsi Sulawesi Utara terjadi di kawasan pesisir timur mencapai skala VI MMI (Modified Mercally Intensity). Di Pulau Batang Dua, Propinsi Maluku Utara yang berdekatan dengan sumber gempabumi, kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan kerusakan dermaga, rumah penduduk dan sarana peribadatan. Kejadian gempabumi menimbulkan kepanikan dan keresahan masyarakat di Kota Manado, Bitung, Kabupaten Minahasa Utara dan pesisir pantai timur Sulawesi Utara. Aktivitas masyarakat di wilayah tersebut sempat terhenti selama 2 hari akibat kecemasan akan munculnya tsunami. Isu tsunami menyebabkan desa-desa di kawasan pesisir timur Sulawesi Utara sempat kosong beberapa hari setelah kejadian gempabumi tersebut.

  Gempabumi Tasikmalaya, 31 Januari 2007

  Gempabumi ini terjadi pada hari Kamis, tanggal 1 Februari 2007 pukul 03:31:28 WIB dengan kekuatan gempabumi tercatat 5,8 Mw. Menurut USGS pusat gempabumi terletak di Samudera Hindia pada koordinat 7,768 o LS – 107,149 o BT, berjarak ± 125 km barat daya Tasikmalaya dan ± 105 km tenggara Sukabumi, pada kedalaman 13 km. Sedangkan menurut BMG, pusat gempabumi terletak pada koordinat 8,21 o LS dan 107,09 o BT, magnitudo 5,9 SR dan kedalaman 59 km. Wilayah yang terkena dampak goncangan gempabumi ini adalah Kampung Cibengang,

  Desa Melatisuka, Kecamatan Gunung Tanjung. Batuan penyusun wilayah bencana adalah batuan gunungapi yang sebagian besar telah mengalami pelapukan Secara umum, batuan- batuan ini umum bersifat lepas, lunak, urai, belum terkompaksi sehingga apabila terkena guncangan gempa mudah berubah susunannya serta bersifat memperkuat getaran gempa. Gempabumi mengakibatkan kerusakan bangunan di Desa Melati Suka, Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya, yaitu 1 gedung sekolah dan 1 bangunan di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Cibengang, 1 rumah kayu dengan bagian bawah panggung mengalami amblesan yang akibat retakan tanah, retakan tanah lebar ± 30 cm dan dalam ± 50 cm, retakan dinding bangunan kantor Kecamatan Gunung Tanjung dan longsoran sepanjang jalan Desa Melati Suka. Gempabumi ini sempat membuat panik sebagian penduduk kawasan pantai di Kabupaten Sukabumi dan Tasikmalaya akibat isu tsunami.

  Gempabumi Solok, 7 Maret 2007

  Gempabumi terjadi pada hari Selasa tanggal

  6 Maret 2007, pukul 10:49:41 WIB. Menurut USGS pusat gempabumi terletak di darat pada koordinat 100,498o BT dan 0,536o LS, magnitudo 6,3 Mw dan kedalaman 30 km. Sedangkan menurut BMG pusat gempabumi terletak pada koordinat 100,47°BT dan 0,55°LS, magnitudo 5,8 Skala Richter dan kedalaman 33 km. Gempabumi tersebut terjadi akibat aktivitas sistem Sesar Sumatera berarah relatif barat laut - tenggara yang melalui kota- kota Bukit Tinggi, Padang Panjang, dan Solok. Mekanisme pergerakan adalah sesar mendatar dengan kedudukan bidang sesar N 153o E dan dip 78o.

  Bencana terparah dan korban jiwa terbesar akibat gempabumi tersebut terjadi di Kabupaten Solok. Kejadian gempabumi ini mengakibatkan korban jiwa sebanyak 72 orang meninggal dan 803 orang luka-luka. Selain di Kabupaten Solok, kerusakan bangunan terjadi di Kabupaten Padang Panjang, Kotamadya Bukit Tinggi, Kabupaten Agam dan Kota Padang. Kejadian gempabumi ini juga mengakibatkan retakan tanah dan tanah longsor yang tersebar di sepanjang jalan dari Padang–Bukit Tinggi. Sebuah longsoran terjadi di Sungai Tanang dan beberapa longsoran di Ngarai Sianok yang menyebabkan terputusnya jalan dan beberapa rumah terbawa longsor.

Gempabumi Pantura Jawa Barat, 9 Agustus 2007

  Gempabumi ini terjadi pada hari Kamis tanggal 9 Agustus 2007, pukul 00:04:58 WIB dini hari. Menurut BMG pusat gempabumi terletak pada koordinat 6,17 o LS dan 107,66 o BT, magnitudo 7 SR dan kedalaman 286 km. Kejadian gempabumi ini cukup mengagetkan sebagian masyarakat di wilayah Jawa Barat karena terjadi pada dini hari dan goncangannya begitu terasa. Di kota Bandung goncangan tersebut mencapai skala IV MMI. Pada wilayah di Jawa Barat yang tersusun oleh endapan alluvial, goncangan gempabumi tersebut akan terasa cukup kuat. Kejadian gempabumi ini disebabkan oleh aktivitas zona penunjaman, karena sumber gempabuminya cukup dalam, yaitu pada kedalaman 286 km. Intensitas goncangan di sekitar pusat gempabumi mencapai V MMI. Dampak gempabumi mengakibatkan korban jiwa 1 orang meninggal di Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Di Indramayu sebanyak 3 unit steam turbine generator di kilang UP VI Pertamina Balongan, berhenti beroperasi akibat goncangan gempabumi tersebut. Di Tasikmalaya sebanyak 10 rumah rusak di daerah Bojonggambir dan SD Giri Atikan dindingnya roboh. Di Ciamis sebanyak 2 rumah penduduk mengalami kerusakan di Kecamatan Purwadadi. Di Kabupaten Sukabumi sebanyak 4 rumah penduduk dan 1 masjid rusak ringan di Kecamatan Lengkong, 1 rumah dindingnya roboh di Kecamatan Simpenan dan 1 rumah dapurnya ambruk di Kecamatan Pelabuhan Ratu.

  Gempabumi Situbondo, 10 September 2007

  Gempabumi ini terjadi pada hari Senin tanggal 10 September 2007 pukul 01:36:37 WIB. Menurut BMG pusat gempabumi terletak di darat pada koordinat 7,88 o LS dan 114,2 o BT, berjarak ± 28 km tenggara Kota Situbondo,

  Jawa Timur. Magnitudo 4,9SR pada kedalaman 100 km. Sedangkan menurut USGS magnitudo gempabumi 4,8 Mw pada kedalaman 35 km. Gempabumi tersebut bersumber di darat dan terjadi akibat aktivitas sesar berarah barat daya- timur laut. Gempabumi susulan masih dapat dirasakan oleh masyarakat di Desa Batu Kudung, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo hingga seminggu sejak gempabumi utama. Kejadian gempabumi mengakibatkan bencana di Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Korban jiwa tercatat 1 orang meninggal, 16 orang luka ringan, 2 orang patah tulang, 135 rumah rusak berat, 126 rusak sedang dan 64 rusak ringan serta 5 bangunan sekolah dan 22 bangunan sarana ibadah mengalami kerusakan. Kerusakan geologi yang dapat diamati di permukaan tanah adalah retakan tanah dan longsoran kecil. Retakan tanah sepanjang 50 meter dengan arah N 260 o - 350 o E dan longsoran tanah dimensi kecil dapat diamati di wilayah Batu Kudung, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo.

  Gempabumi Muko-Muko, 12 September 2007

  Gempabumi Muko-Muko terjadi pada hari Rabu tanggal 12 September 2007 pukul 18:10:23 WIB, pada saat sebagian penduduk kota Bengkulu bersiap-siap menyambut bulan Ramadhan. Menurut BMG pusat gempabumi terletak pada koordinat 101,13 o BT - 4,67 o LS, berjarak ± 159 km barat daya Bengkulu, kedalaman 10 km dan magnitudo 7,9 SR. Sedangkan menurut USGS pusat gempabumi terletak pada koordinat 101,382 o BT dan 4,517 o

  LS, berjarak ± 130 km barat daya Bengkulu, kedalaman 30 km dan magnitudo 8,4 Mw. Goncangan gempabumi terasa di seluruh wilayah Propinsi Bengkulu, sebagian Propinsi Lampung dan Sumatera Barat. Sumber gempabumi berasal dari aktifitas sistem subduksi di sebelah barat Pulau Sumatera yang merupakan suatu zona pertemuan antara Lempeng Samudera Hindia-Australia dan Lempeng Benua Eurasia. Berdasarkan analisis mekanisme fokal, gempabumi ini disebabkan oleh sesar naik dengan kedudukan N 327 o

  E, dip : 12 o dan slip 114 o (USGS, 2007). Gempabumi susulan dengan magnitudo lebih dari 5 masih terus terjadi dan dapat dirasakan oleh masyarakat di wilayah bencana hingga sekitar 3 minggu setelah gempabumi utama dengan skala intensitas berkisar III – IV MMI. Distribusi gempabumi susulan tersebar ke arah barat laut dari pusat gempabumi utama dengan panjang zona rupture ±400 km yang ditentukan melalui sebaran gempabumi susulan hingga 10 hari setelah kejadian gempabumi utama. Pusat gempabumi susulan ini menyatu dengan gempabumi susulan akibat kejadian gempabumi Pesisir Selatan tanggal 13 September 2007.

  Kejadian gempabumi mengakibatkan 14 korban jiwa dan 35 orang luka-luka. Sejumlah bangunan mengalami kerusakan di Propinsi Bengkulu, gedung SMP I Muhammadiyah Kota Bengkulu mengalami kebakaran dan padamnya listrik di kota Bengkulu dan sekitarnya setelah gempabumi utama. Retakan tanah terjadi di Kota Bengkulu (dijalan perumahan Dolog, Danau Dendam Tak Sudah), Lais, Seblat dan Muko-Muko. Pelulukan (liquefaction) teramati di Desa Pasar Seblat. Intensitas maksimum gempabumi ini terjadi di wilayah pesisir mulai dari Lais, Ketahun, Ipuh hingga Muko-Muko yang mencapai skala VII MMI. Di kota Bengkulu gempabumi tersebut mencapai skala

  VI MMI. Sedangkan di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan skala intensitas mencapai V MMI.

  Berdasarkan pengamatan di lapangan tidak ditemukan jejak tsunami di pantai Panjang Kota Bengkulu. Jejak tsunami teramati di desa Muara Maras, Kecamatan Alas Maras, Kabupaten Seluma (run up ±20-60 cm, jarak inundasi ±150 m dari garis pantai) di pantai Pasar Bawah, Kabupaten Bengkulu Selatan (run up ±60 cm, jarak inundasi ±60 m dari garis pantai), pantai Lais (jarak inundasi sekitar ± 40 m dari garis pantai).

  Gempabumi Pesisir Selatan, 13 September 2007

  Gempabumi terjadi pada hari Kamis tanggal 13 September 2007 pukul 06:49:01 WIB. Menurut USGS pusat gempabumi terletak pada koordinat 100, 964 o BT dan 2,525 o LS, kedalaman 10 km dan magnitudo 7,8 Mw. Sumber gempabumi berasal dari aktifitas sesar naik pada zona prismatik akresi yang terbentuk akibat interaksi antara Lempeng Eurasia dan Hindia Australia di barat Pulau Sumatera. Berdasarkan analisis mekanisme fokal kejadian gempabumi tanggal 13 september 2007 disebabkan oleh sesar naik dengan kedudukan N 319 o

  E, dip 19 o dan slip 105 o . Gempabumi susulan terasa oleh penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan hingga satu bulan setelah gempabumi utama. Sebaran gempabumi susulan ini menyatu dengan gempabumi susulan tanggal 12 September 2007. Kejadian gempabumi mengakibatkan korban jiwa sebanyak 10 orang meninggal, 20 orang luka berat dan 30 orang luka ringan. Kerusakan bangunan di wilayah Sumatera Barat 6.636 rumah rusak berat dan puluhan ribu lainnya mengalami rusak sedang hingga ringan. Kemudian, setidaknya 121 unit bangunan fasilitas umum mengalami rusak berat, dan kerusakan berat di 2 jalan serta 3 jembatan. Intensitas maksimum gempabumi terjadi di Kecamatan Sipora dan Pagai Utara-Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai dan sebagian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, mencapai skala VII MMI ditandai oleh kerusakan bangunan, rekahan tanah dan pelulukan. Kerusakan terparah terjadi di Desa Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, yaitu 523 unit rumah rusak, 137 Puskesmas rusak dan 15 rumah ibadah rusak berat. Kerusakan bangunan juga terjadi di Kecamatan Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan. Wilayah yang mengalami intensitas gempa pada VI skala MMI adalah Kota Padang, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, serta sebagian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan kota Solok skala intensitas V MMI. Kejadian gempabumi mengakibatkan tsunami yang teramati di Pantai Cerocok, Kecamatan Tarusan, pantai Kecamatan Air Haji (Kabupaten Pesisir Selatan), pantai Mapadegat, Siberi Manua, Kecamatan Sipora dan pantai Sikakap, Kecamatan Pagai Utara-Selatan (Kabupaten Kepulauan Mentawai). Di Pantai Cerocok run-up setinggi 1 m dan inundasi sejauh 300 m. Begitu pula di Air Haji, run-up setinggi 1 m. Di Pantai Mapadegat run-up setinggi 90 cm.

  Gempabumi Dompu, 26 Nopember 2007

  Gempabumi Dompu terjadi pada hari Senin tanggal 26 Nopember 2007, pukul 03:53:10 WITA. Menurut USGS pusat gempabumi terletak pada koordinat 118,497 o BT dan

  8,176 o LS, kedalaman 35 km dan magnitudo 6,3 Mw, berjarak ± 40 km timur laut kota Dompu. Sedangkan menurut BMG pusat gempabumi terletak pada koordinat 118,52 o BT dan 8,11 o LS kedalaman 45 km dan magnitudo 6,8 SR, berjarak ± 48 km timur laut kota Dompu. Sumber gempabumi ini diperkirakan berasal dari aktifitas sistem sesar naik yang terletak di sebelah utara perairan Kabupaten Dompu, Propinsi NTB. Sebelumnya wilayah ini pernah mengalami kejadian gempabumi merusak pada tanggal 23 Januari 2003 dan mengakibatkan kerusakan bangunan di Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, Propinsi NTB.

  Dampak gempabumi ini mengakibatkan 1 orang meninggal, 7 orang luka berat, 70 orang luka ringan serta kerusakan terparah di Kecamatan Kilo dan Woja, Kabupaten Dompu. Sekitar 50 % bangunan Pemerintah Daerah di Kabupaten Dompu mengalami kerusakan dan sebagian jalan tertutup oleh material longsoran. Goncangan gempabumi di daerah sekitar pusat gempabumi mencapai skala VI – VII MMI.

  Kesimpulan

  Selama tahun 2007 terjadi sebanyak 8 kejadian gempabumi merusak dengan korban jiwa sebanyak 106 orang meninggal, 990 orang luka-luka dan ribuan bangunan mengalami kerusakan. Gempabumi merusak tersebut pada umumnya terjadi pada kedalaman dangkal (kurang dari 45 km) dan terletak dekat dengan permukiman dan aktivitas penduduk. Gempabumi Situbondo yang bersumber di darat meskipun magnitudonya tidak besar namun bersifat merusak karena kedalaman sangat dangkal (10 km) dan terletak dekat dengan permukiman dan aktivitas penduduk. Kejadian gempabumi merusak pada umumnya diikuti oleh kepanikan penduduk di wilayah bencana karena berhembusnya isu tsunami. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah bencana baik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat (dalam hal ini adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).

  Foto 1. Retakan dinding Pusat Perbelanjaan Matahari akibat Gempa Manado 21-1-2007.

  Foto 2. Kerusakan Madrasah Ibtidaiyah Cibengang akibat gempa Tasikmalaya 31-1-2007 Foto 3. Longsoran Ngarai Sihanok akibat Gempa Solok 7-3-2007.

  Foto 4. Kerusakan rumah penduduk akibat Gempa Pantura 9-8-2007 Foto 5. Kerusakan rumah penduduk akibat Gempa Situbondo 10-9-2007.

  Foto 6. Retakan tanah di Lais akibat Gempa Muko- Muko 12-9-2007 Foto 7. Kerusakan bangunan akibat Gempa Pesisir Selatan 13-9-2007.

  

Daftar Pustaka Yudhicara, dkk, (2007), Laporan Tanggap

  Baheramsyah Indra, dkk, (2007), Laporan Darurat Gempabumi Tasikmalaya

  Tanggap Darurat Gempabumi Manado Tanggal 31-1-2007 , Pusat Vulkanologi Tanggal 21-1-2007 , Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

  dan Mitigasi Bencana Geologi. Gede Suantika, dkk, (2007), Laporan Tanggap

  Darurat Gempabumi Solok Tanggal 7-3- 2007 , Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

  Bencana Geologi. Gede Suantika, dkk, (2007), Laporan Tanggap

  Darurat Gempabumi Situbondo Tanggal 10-9-2007 , Pusat Vulkanologi dan

  Mitigasi Bencana Geologi. Gede Suantika, dkk, (2007), Laporan Tanggap

  Darurat Gempabumi Pesisir Selatan Tanggal 13-9-2007 , Pusat Vulkanologi

  dan Mitigasi Bencana Geologi. M. Nugraha Kartadinata, dkk, (2007), Laporan

  Tanggap Darurat Gempabumi Muko – Muko Tanggal 12-9-2007 , Pusat

  Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Nia Kurnia Praja, dkk, (2007), Laporan

  Tanggap Darurat Gempabumi Dompu Tanggal 26-11-2007 , Pusat Vulkanologi

  dan Mitigasi Bencana Geologi. Simandjuntak, T.O., (2004), Tektonika (Edisi

  Khusus) , Pusat Penelitian dan

  Pengembangan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Yeats, R.S., Kerry Sieh and Clarence R. Allen,

  (1997), The Geology of Rarthquakes, Oxford university press.