PENGARUH PENYIMPANAN KACANG TANAH DI RUMAHTANGGA TERHADAP KANDUNGAN AFLATOXIN

6. Pons, W.A., J.R. James, A. Robertson and L.A. Goldblatt. Objective fluorometric measurement of aflatoxin on TLC
plates. J. of the American Oil Chemists' Society, 43: 665,
1966.
7. Protein Advisory Group. P.A.G. bull. no. 7, 1967.
8. Cucullu, A.F., L.S. Lee, R.J. Mayne and L.A. Goldblatt. Deter
mination of aflatoxin in individual peanut and peanut
sections. J. of the American Oil Chemists' Society, 43:
89, 1965.
9. Chong, J.H. Aflatoxin in groundnut and groundnut product.
Ins. Med. Res., Kuala Lumpur.
10. Van Veen, A.G., D.C.W. Graham and K.H. Steinkraus. Fermented peanut presscake. Presented at the 52nd Annual
Meeting of the AACC, Los Angeles, April 1967.
11. Ta, Cheng Tung and Kuo Hiang Liang. A study on aflatoxin
of foodstuffs in Taiwan. J. of vitaminology, 14: 48, 1968.
12. Harkness, C., D. McDonald, W.C. Stonebridge, J.A. Brook and
H.S. Darling. The problem of mycotoxin in groundnut
and other crops of Tropical Africa. Food Technology, 20:
72, 1966.
13. Engel, R.W. The aflatoxin hazards in foods in South East Asia.
Presented at the First South East Asian Regional Seminar
on Nutrition (SEAMEC), Djakarta, October, 1969.


PENGARUH PENJIMPANAN KATJANG TANAH DIRUMAHTANGGA TERHADAP KANDUNGAN AFLATOXIN
MUHlLAL

Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja,
Bogor
DJITENG ROEDJlM
Bag. Gizi dan Makanan
Dep. IKK, Faperta, IPB, Bogor.
Aflatoxin ialah ratjun jang dihasilkan oleh tjendawan Aspergillus
flavus ( 1 ) jang banjak terdapat pada bahan makanan jang benjendawan. Bahaja toxin ini ialah: dapat mengakibatkan kerusakan hati
jang biasanja disusul oleh kematian dalam waktu singkat. Bila ratjun
ini terkonsumsi dalam djumlah sedikit tctapi dalam waktu lama, akibat jang chas ialah kanker hati primer (2).

..

Data penelitian ini digunakan untuk menjusun thesis Sardjana Pertanian oleh Djteng Roedjto.

93


Salamat (3) dalam penelitiannja di Manila mendapatkan bahwa
diantara haban2 makanan jang ditelitinja, katjang tanah dan hasil
olahnja paling banjak terkontaminasi aflatoxin.
Muhilal dkk. (4) mendapatkan bahwa dalam katjang tanah jang
didjual oleh pengetjer dipasar dikota Bogor, kadar aflatoxinnja tinggi,
dan dari hasil penjelidikannja ternjata katjang tanah itu umumnja
sudah sekitar 14 minggu dari waktu dipanen.
Keluargaz di Indonesia sudah biasa menjimpan katjang tanah
dirumahnja, dan mengingat bahaja jang timbul karena terkontaminasi oleh aflatoxin, maka pengaruh penjimpanan diteliti, sehingga
diketahui batas waktu penjimpanan jang tidak membahajakan kese.
hatan.
BAHAN DAN TJARA
Katjang tanah jang dipakai dalam penelitian ini ialah katjang
tanah djenis Gadjah jang ditanam dikebun Balai Penelitian Gizi
Unit Sembodja dan berumur 100 hari ketika dipanen.
Katjang tanah dikeringkan dengan tjara sebagai berikut. Setelah
dipanen, katjang tanah dibenihkan dan didjemur. Sebagian dikeringkan dengan menggunakan alat pengering seperti jang diandjurkan
oleh Van Arsdel ( 5 ) dan Harkness dkk. (6).
Katjang tanah jang telah dikeringkan dengan dua tjara itu kemudian dititipkan dirumah-rumah penduduk didaerah kota dan pedesaan untuk disimpan menurut kebiasaan mereka melakukan penjimpanan. Tempat2 penjimpanan diambil setjara "two stage random
sampling" dan rantjangan penelitian jang dipakai ialah "Split-split

plot design" (7). Setiap dua minggu sekali katjang tanah diambil
samplenja dan kemudian dianalisa kadar aflatoxinnja dengan tiara
Pons dan Goldblatt (8).
Selain itu ditentukan pula kadar air dalam katjang tanah memakai
"Brabender Moisture Tester Model No. 332" dan suhu serta lembab
nisbi tempat penjimpanan dengan alat pengukur buatan "Taylor
Instrument".
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skema tjara mengolah dan menjimpan katjang tanah dapat dilihat pada Gambar. Kadar aflatoxin dalam katjang tanah selama
penjimpanan dapat dilihat dalam Tabel 1. Dalam tabel itu dapat
dilihat hahwa kandungan aflatoxin mulai didjumpai pada minggu
kesepuluh dan pada minggu ke-28 kadar aflatoxin umumnja sudah
sekitar 1000 ppb. Kadar aflatoxin B1 dalam katjang tanah selama
penjimpanan dapat dilihat djuga pada Grafik.
Menurut Protein Advisory Group ( 9 ) kadar aflatoxin dalam
bahan makana11 tidak boleh melebihi 30 ppb. Pada penelitian ini
kadar aflatoxin dalam katjang tanah jang disimpan dirumah penduduk
sudah melampaui batas itu pada minggu ke-14.

Kadar air dalam katjang tanah jang disimpan dan suhu serta

lembab nisbi tempat peniimuanan dauat dilihat bertumt-tumt dalam
Tabel 2, 3, dan b.
Bila kadar air dalam katjang tanah kurang dari 87'0, dapat diharapkan tidak terkontaminasi aflatoxin (10). Penaeringan
- dalam
alat pengering dapat menurunkan kadar air sampai 4,670,tetapi kadar
ini akan naik lagi dengan sendirinja sewaktu dalam penjimpanan,
sehingga pada minggu keenam sudah mentjapai 10,770 dan 12,270
nada miueeu
-., kese~uluh.
Lembab nisbi ditempat penjimpanan berkisar antara 61,8 dan
81,8 persen. Lembab nisbi dirumah-rumah dikota ternjata lebih
tinggi dari pada diperumahan didesa, seperti terlihat dalam Tabel 5.

. . .

Q
Panen

J,


t

Pentjutjian.
pemdihan
dll.

i

I

Pendjernuran

I I

1

I

Pengeringan
dalam .kit

pengering

I

Penj~mpanan
dirumah dcsa dan kota

I

n
Analisa

Skema pengolal~an dun penjimpanan katjang tanah
95

Untuk pertumbuhan jang optimum, tjendawan Aspergillus flauu~
memerlukan suhu 25-30% dan lembab nisbi 70-80% (11). Kandongan aflatoxin dalam katjang tanah jang disimpan diperumahan
dikota ternjata lebih tinggi dibanding jang disimpan didaerah desa,
hal ini mungkin disebabkan oleh lembab nisbi jang lebih tinggi didaerah kota.


'Tabel 1.
-

KADAR AFLATOXIN DALAM KATJANG TANAH
SELAMA PENJIMPANAN DIRUMAH
(rata-rata dalam ppb)
-

Minggu
ke

B 1

G1

~

AD

AK


AD
B 1

~

SD
G1

B1

SK
GI

B1

G 1

~


= knt~ang tannh dilreringkan dalam alat pengerlng diaimpan

diperumahan dcsa
d c m
kota
= lmtjang tannh dikeringknn dengnn pendjemuran disimpan di
perumahan desa
SK =
i d e m
kota
B 1 = nflntoxin B 1
ppb = port per billion = ug/kg
G 1 = aflatoxin 0 1
1 billioil = 1.000.000.000.
AIC
SD

,

i


Kadar aflatoxin dalam katjang tanah jang dikeringkan dalam
alat pengering lebih tinggi dari pada dalam katjang tanah jang didiemur. Hal ini r u ~ a n i adisebabkan oleh kenaikan kadar air .
ianetjepat pada katjahg tanah jang dikeringkan dalam alat pengering.
Kandunean
aflatoxin dalam katiane tanah selama ~ e n i i m ~ a n a n
"
14 minggu sudah membahajakan. Mengingat bahwa katjang tanah
jang didjual dipasar-pasar atau toko sudah berumur 14 minggu waktu
mentjapai konsumen, diandjurkan untuk tidak disimpan lagi dirumahtangsa.

. .

. -

-

2

.


Sedjadjar deng-an penelitian ini, dilakukan djuga analisa kadar
aflatoxin dalam katjang tanah jang disimpan digudang Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian di Bogor. Tjara pengeringan katjang tanah dilembaga tersebut ialah dengan mendjemur diatas lantai semen dan dalam

M k "

Grafik. Kandungan aflatoxin BI dalam katjang
tanah selama penjimpanan
alat pengering selama beberapa hari jang menurunkan kadar airnja
sampai dibawah 8%. Katjang tanah kering disimpan dalam blek jang
tertutup rapat dan pada penutupnja dilapisi lilin. Tjara mengeringkan
dan menjimpan katjang tanah seperti ini ternjata dapat mempertahankan kadar air dibawah 9% selama 18 sampai 20 minggu. Kadar air
dan kadar atlatoxin dalam katjang tanah, suhu dan lembab nisbi
tempat menjimpannja digudang Lembaga Pusat Penelitian Pertanian
dapat dilihat dalam Tabel 5.

RINGKASAN
Untuk mengetahui batas waktu penjimpanan katjang tanah dirumah-tangga agar terhindar dari kontaminasi oleh aflatoxin, telah

diteliti kadar aflatoxin dalam katjang tanah jang disimpan dimmah
didaerah kota dan desa.
Temjata bahwa katjang tanah mulai mengandung aflatoxin pada
minggu ke-10, dan pada minggu ke-14 kadarnja sudah melampaui
batas 30 ppb.
Mengeringkam ketjang tanah sehingga M a r aimja dibawah 8%,
dan kemudian menjirnpannja dalam blek bertutup dan pada tutupnja

Tabel 2.

KADAR AIR KATJANG TANAH SELAMA
PENJIMPANAN
(rata-rata dalam persen)

SE

=

0,175

BND = 5%
1%

TabeI 3.

= 0.80
= 0.94

SUHU TEMPAT PENJIMPANAN KATJANG TANAH

("C)
Pengamatan
tiga

Desa

Kota

Beda

-

K D

ICenaikan selnmn tiga
mtnggu pengamntan
Dwa
Kota

mjnggu

BND: 5% =
'

1%

=

0.66
0.18

dilapisi lilin dapat menghindarkan kontaminasi oleh aflatoxin selama
20 minggu.

Tabel 4.

%%a-

matnn
tiga
minggu

+)

=

KELEMBABAN TEMPAT PENJIMPANAN KATJANG
TANAH (rata:! dalam persen) + )
Desa

Kota

~eda

Deaa-Kota

Kenelkan selama tiga
minggu
Deaa
Kota

angka jang tertjantum telah ditransformasikm dengan ~ r a i n F

* = significant
** = hlghly s~gnificant

SE = 0,864
BND: 5% = 4.64
1 % = 5.44

Tabel 5. DATA PENJIMPANAN KATJANG TANAH DIGUDANG
LEMBAGA PUSAT PENELITIAN PERTANIAN BOGOR (rataz)
Minggu

Suhu

ke

OC

0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28

26.8
26,9
26.4
25,6
25,4
24,9
24.5
24.1
23.9
25,7
26.4
27.5
27.6
27.2
27,9

Kelem- Kadar air ( 7 % )
baban
(lo)
Lsl
Ls2

75.0
75.1
75.3
75.7
75.0
75.2
74,5
73.8
70.5
7 1
67.1
66.8
642
03.1
63.0

8,l
8,3
8.4
8.7
9.0
9.1
9.3
9,5
9.9
9.9
10.1
10.2
9.9
10.0
9.9

5.8
6,l
6.8
6.9
6,9
7.1
7.3
7,6
7.9
7.9
8,2
8.5
8.9
9,2
3.1

Kadar aflatoxin (ppb)

La
4.9
5.4
6.6
7.0
7.7
7,9
8,7
8,s
9.0
10.7
10.1
10.9
10.9
10.8
10.0

Lsl

La2

-

-

+

+

+
+

-

-

-

-

-

La
-

-

++
++
++

KEPUSTAKAAN
1. Allcrof, R. and R.B.A. Carnaghan. Toxic product in groundnut.
Chemistry and Industry Journal, 1: 50, 1963.
2. Gopalan, C. Some recent studies in Nutrition Research Laboratories, Hyderabad. American journal of clinical nutrition,
23 : 35, 1970.
3. Salamat, L.A., T.C. Campbell, Y.M. Gonzales and C.L. Miranda.

Aflatoxin and its occurences in some Philippines foods.
Presented at the PHILASS Convention, Dec. 1969.
4. Muhilal, Darwin Karjadi and Dradjat D. Prawiranegara. A study
on aflatoxin contents of peanut and peanut products. Gizi
Indonesia, 2: 162, 1970.
5. Van Arsdel, W.B. and M.J. Copley. F w d dehydration. West Port,
Avi, 1963.
6. Harkness, C., D. McDonald, W.C. Stonebridge, J.A. Brook and
H.S. Darling. The problem of mycotoxin in groundnut
and other crops of tropical Africa. Food Technology, 20:
7.
8.

9.

10.

11.

72, 1966.
Kempthrone, 0. The design and analysis of experiments. New
York, Wiley, 1952. p. 378-388.
Pons, W.A. A.F. Cucullu, L.S. Lee, J.A. Robertson, A.D.
Frans and L.A. Goldblatt. Determination of aflatoxin in
agricultural products. J. A.O.A.C., 49: 554, 1966.
Protein Advisory Group. Bulletin no. 7, 1967.
National Peanut Council. Voluntary code of good practices for
purchasing, handling, storage, processing and testing of
peanuts. Washington, D.C., U.S. Dept. Agriculture, 1969.
Austwick, P.K.C., and G. Ayerst. Groundnut mycoflora and toxicity. Chemistry and Industry Journal, 1: 55, 1965.

~.

I r,:!h ,Fa p e c e a r c i ~Kecehatan Naqicnzi
I

100

I

DAFTAR PENELITI
ACHMAD DJAENI SEDIAUTAMA, Ph. D.
Kedokteran, Gizi
Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Djl. Salemba 6, Djakarta
A. PEKERTI, Drs.
Psikologi
Fakultas Psikoloei Universitas Indonesia
Djl. Diponegoro
Djakarta
B. ABEDNEGO, Drs.
Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Djl. Diponegoro
Djakarta
DARWIN KARJADI, Dokter Ahli Gizi
Kedokteran, Gizi
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
DEW1 SABITA SLAMET. B.Sc.
Kimia, Mikrobiologi
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
DJITENG ROEDJITO. Ir.
Pertanian
Bagian Gizi dan Makanan
Departemen Ilmu Kesedjahteraan Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Djl. Otto Iskandar di Nata, Bogor
DRADJAT DEMOCRAT PRAWIRANEGARA, prof., Dokter. M.P.H.
Gizi, Kedokteran, Kesehatan Masjarakat
Departemen Kesehatan R.I.
Djl. Prapatan 10, Djakarta
HERMANA, B.Sc.. Dip. App. Sc.
Gizi, Teknologi Makanan
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
M. TJAHJADI, Dokter Ahli Neurologi
Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Djl. Salemba 6, Djakarta
IGNATIUS DJOKOSUSANTO, B.SC., Drw.
Gizi, Kesehatan Masjarakat
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor

-

IGNATIUS TARWOTJO, M.Sc.

Gizi
Akademi Gizi
Djl. Hang Djebat 111, Kebajoran Baru, Djakarta

K. HUSAINI, B.Sc.
Gizi
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
JEJEN KRISDINATVILE~TIRIN,B.Sc., Dra.
Gizi, Kesehatan Masjarakat
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi
Djl. Sembodja, Bogor
JAJAH

KUTJUT SUBARIAH,

Pertanian
Bagian Gizi dan Makanan
Departemen Ilmu Kesedjahteraan Keluarga, Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Djl. Otto Iskandar di Nata, Bogor
LIE GOAN HONG. Dokter, M.Sc.
Kedokteran, Gizi
Balai Penelitian Gizi Unit Diponegoro
Djl. Diponegoro 69, Djakarta
MUHAMMAD ENOCH, B.Sc.

Gizi
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
MUHILAL, B.Sc.

Gizi
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
OEY KAM NIO, Dra.

Biokimia
Balai Penelitian Gizi Unit Diponegoro
Djl. Diponegoro 69, Djakarta
SIT1 HASNAH SOETEDJO. B.Sc.

Gizi
Balai Penelitian Gizi Unit Sembodja
Komplek Gizi Djl. Sembodja, Bogor
SRI HARTINI, B.Sc., Dra.

Gizi, Kesehatan Masjarakat
Akademi Gizi
Djl. Hang Djebat 111, Kebajoran Barn, Djakarta

SRI WAHJOE SOEKIRMAN. B.8c.

Gizi
Akademi Gizi
Djl. Hang Djebat 111, Kebajoran Barn, Djakarta
SRI WISMANIAH ROEDJITO, Ir.

Pertanian
Bagian Gizi dan Makanan
Departemen Ilmu Kesedjahteraan Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Djl. Otto Iskandar di Nata, Bogor
SUMARTONO, B.Sc.

Gizi
Akademi Gizi
Djl. Hang Djebat 111, Kebajoran Baru, Djakarta
SUTEDJA, B.Sc.

Gizi
Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Djl. Gununggede, Bogor
S. SOEWONDO, Dra.

Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Djl. Diponcgoro, Djakarta.

Aflatovin
akibat terhadap tubuh
87
dalam katjang tanah 87,90
djenis
87
kadar batas
91
Arithmetic
37,39
Aspergillus flavus
87

75
25
24

Nasi, ketupat, kukus, liwet 47,48

B a ~ o ,koniposisi
Ilelas, giling, parboil
tumbuk
Block design
liolu k e r i n ~ ,pembuatan
Hrrat badan. gizi kurang
sel~ilt

37,39
74
13
13

C4-63
komposisi
NPU
Comprehenqion

47,83
48,113
85,86
37,38

komposisi
NPU
I1i:it span
Digit symbol

47; 83
85
37,33
39

Pangium edule
60
Parboil
47
PB 5, komposisi
NPU
47,83
PB 8, komposisi
NPU
85
Performance
38,40
Picture arrangement
37,39
61
Pitjung
dan pertumbuhan mikroorganisme
64
HCN, gynocardase
66
Protein Calorie Malnutrition
12, 24, 82

Electroencephalografi

12, 19

Rhizopus oryzae

Fare Hcdonic Scale
Full fat soy flour

80

Makanan djadjan, komposisi
h4akanan tambahan
Mothercraft Center

47

~

~

62
25

Gizi kurang dan fungsi otak
11
dan perkembangan mental 34
Goodenougli-Harris
12
Ikan, daja tahan simpan
kesukaan
Inforri~ation
Intclligensi
1ntelli:ence Quotient

63
37,38
12,35
19,38

K a t j n n ~tanah, aflatoxin
prngeringan
penjimpanan
hatas waktu
prn~asalan
Kctup:"
Kue-kuc

90, 96
94,97
91,97
96
88
47,48
74-76

65

Object assembly
Ontjom, komposisi

Serum, albumin, "it. A
Shinta, komposisi
NPU
Similarities

37,39
50

53
16
47,83
85
37,38

T a m a n Gizi
24
Tempe, daja tahan simpan 59,71
kesukaan
70
tjara pemhuatan
68
waktu fermentasi
57
Tinggi badan,
kurang
13
sehat
13
Tjendawan, pembuat aflatoxin
87
Verbal
Wechsler Intelligence Scale
for Children

37,38
12

Dokumen yang terkait

PENGORGANISASIAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN IBU (STUDI DI DESA TUABATAN, DESA NOELTOKO DAN DESA NOEPESU) Organization of Alert Villages in North Central Timor Regency in Effort to Improve Maternal and Chil

0 0 10

PERBEDAAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA MENURUT STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (Differences of Demographic Characteristics and Malaria Infection History among Under Five Year Children Nutrition Status in East Nusa

0 0 6

DETERMINAN RUMAH TANGGA DAN MALARIA DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Determinants of Household and Malaria by Classifi cation Tree Method in The Eastern Indonesia

0 0 9

KONTRIBUSI DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP IPKM DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN TAPIN DAN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN The Contribution of Special Allocation Fund (DAK) on Community Health Development Index (IPKM) for Health Develo

0 1 9

FENOMENA SIDANG UMUR TERHADAP KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA SIDENGOK, KECAMATAN PEJAWARAN, KABUPATEN BANJARNEGARA Age Session in Court Phenomena Associated with Low Birth Weight Infants in Sidengok Village, Pejawaran Sub District, Banja

0 0 8

PENGARUH STATUS KESEHATAN IBU TERHADAP DERAJAT PREEKLAMPSIAEKLAMPSIA DI KABUPATEN GRESIK Infl uence of Maternal Health to Degree of PreeclampsiaEclampsia in Gresik District

0 0 7

FAKTOR ORANG TUA DAN STATUS IMUNISASI DPT ANAK 12–36 BULAN DI KECAMATAN KETAPANG DAN KECAMATAN SOKOBANAH KABUPATEN SAMPANG Factor of Parents and DPT Immunization Status in Ketapang and Sokobanah Sub District, Sampang District

0 0 9

PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN ODHA DAN TERAPI ARV DI KALANGAN PECANDU NARKOBA SUNTIK Health Seeking Behavior and Antiretroviral Theraphy among Injecting Drug Users Who Living with HIVAIDS

0 0 10

PERBEDAAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PADA PERNIKAHAN USIA DINI DAN PERNIKAHAN USIA IDEAL DI KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR TAHUN 2016 Differences of Food Security between Early and Ideal Marriages in Songgon Sub-district Banyuwangi

0 0 9

FAKTOR DETERMINAN DEPRESI POSTPARTUM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Determinants Factors of Postpartum Depression in East Lombok

1 1 7