CARA MUDAH MENGUKUR ARAH KIBLAT

CARA MUDAH MENGUKUR ARAH KIBLAT

  Oleh: Farida Arianti*

  

Abstrac: To measure the accurate direction for prayer (kiblat) is not a simple matter for every Moslem,

especially for the ordinary ones. Therefore, this article is intended to explain and give simple understanding on how to use and practice as well the nature of Qiblat measurement wherever the moslems are. Actually, there are some ways to measure the accurate direction of qiblat. However, many of them are quite complicated to practice. Finally, using compass is believed to be easier and others seem to be forgotten. Kata kunci

  : cara mudah, mengukur, kiblat

  PENDAHULUAN

  ebelum melaksanakan salat ter- lebih dahulu seorang muslim ha- rus mengetahui arah ke mana kiblat salat yakni ke arah Ka’bah. Tempat- tempat salat seperti Mesjid, Mushal- la, Surau sewaktu akan dibangun terlebih dahulu mencari arah kiblat yang dijadikan sebagai acuan pondasi bangunan tempat salat. Di beberapa tempat salat, banyak ditemui berba- gai cara dalam mengambil ukuran arah kiblat, kadang hasilnya jauh da- ri teori arah kiblat yang mengguna- kan ilmu astronomi seperti ilmu ukur segitiga bola dengan sebutan Spheri-

  cal Trigonometri . Dalam regenerasi, ja-

  rak tiga keturunan saduran arah kib- lat tidak jelas tentang bagaimana cara mengambil ukuran arah kiblat di tempat salat dia berada. Bahkan ketu- runan berikutnya dan keturunan akan lahir masih mempertahankan, meng- ikuti arah kiblat di tempat salatnya berada, dikarenakan ketidaktahuan, ketidak pedulian, atau ketidak pekaan terhadap arah kiblat apakah benar dengan ilmunya atau jauh dari yang sebenarnya. Ada orang yang meng- anggap itu sudah diukur oleh warisan nenek moyang mereka dahulu.

  Tulisan sebelumnya, belum ada tentang pengukuran arah kiblat de- ngan mudah yang bisa dipahami oleh semua orang serta bisa melakukan untuk mencobanya. Tulisan ini hadir menjelaskan berbagai rumus tentang arah kiblat serta cara mengukurnya di lapangan, sehingga tulisan ini bisa berguna dan bermanfaat bagi semua orang.

  S

  • * Penulis adalah Asisten Ahli dalam Mata Kuliah Fikih Muamalah STAIN Batusangkar

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010) BEBERAPA TEORI DAN CARA PENGUKURAN KIBLAT Teori Azimuth Kiblat (ß)

  2

  Sebelum mengukur sudut kiblat, kita harus tahu dulu garis S______U geografis bumi setempat. Kemudian dibuat sudut ß tersebut, yang di- hitung mulai dari arah Utara terus menuju ke Barat. Bisa juga dari arah Barat menuju ke Utara sebesar (90 – 65.58 = 24.42 ), namun pedoman utama kita adalah 65.58 karena inilah sudut kiblatnya. Kalau memakai su- dut 24.42 , kita tidak lepas dari sudut kiblat yang sebesar 65.58 dengan ketentuan 90 – 65.58 .

  Selatan Utara

  24.42 a l b i Kiblat 65.58 k

  t

  Barat

  Kesimpulan: ß (sudut kiblat) di Batusangkar adalah 65.58 . Praktek Tg ß

  tg 2 ½ (39 50’ – 100 34’) × sin(21 25’ + - 27’) + sin (21 25’ + -0 27’) Tg ß= 2 × (0.58591) × (0.93095) (0.58591) 2 × (0.35782) + (0.37245) Tg ß= (1.09091) = 2.20257 sif tan (0.49529) ß = 65.58

  Batusangkar di mana koordinat negeri (0 27’LS 100 34’ BT) Tg ß= 2 × tg ½ (39 50’ – 100 34’) × cos 21 25’

  2 = lintang negeri setempat Contoh soal : Tentukanlah Tg ß di

  = bujur negeri setempat Ø

  = lintang negeri Mekkah Ý

  Azimuth adalah jihah (Muhyid- din Khazin, 2005: 11). Ada juga menyebutkan azimuth kiblat atau arah kiblat (ß) ialah sudut apit yang di- bentuk oleh garis hubung antara negeri itu ke Mekkah dengan garis Utara-Selatan geografis (meridian bu- mi) yang melalui negeri itu. Satuan arah kiblat ialah derajat busur. (Nur- mal Nur, 1997 : 23).

  1

  = bujur negeri Mekkah Ø

  1

  = tangen beta (sudut kiblat) Ý

  tg ß

  Ket :

  2 × tg ½ (Ý 2 – Ý 1 ) × cos Ø 1 tg 2 ½ (Ý 2 – Ý 1 ) × sin (Ø 1 + Ø 2 ) + sin (Ø 1 – Ø 2 )

  Rumus tg ß =

  Lintang Utara (LU) bertanda positif (+) dan lintang Selatan (LS) bertanda minus (-), bujur Timur (BT) bertanda positif (+) dan bujur Barat (BB) ber- tanda minus (-). Masing-masing ne- geri mempunyai azimuth kiblat yang berbeda, dikarenakan oleh koordinat masing-masing negeri berbeda, ber- dasarkan dimana letak posisi garis lintang dan garis bujur suatu negeri di bola bumi.

  Simbol-simbol yang diperlukan: Ø bacanya fi untuk lintang negeri, Ý bacanya landa untuk bujur negeri.

  Sudut kiblat (ß) tidak dapat ber- diri sendiri karena ia masih memerlu- kan bantuan garis mata angin, berupa posisi garis S______U atau garis T______B dalam membentuk sudut kiblat. Jika diperoleh garis S______U, maka dibuat sudut kiblat mulai dari Utara terus berputar menuju Barat, tetapi jika diperoleh garis T______B,

  Ý s = bujur standar (105 wib, 120 wita, dan 135 wit)

  Bayang-bayang tongkat istiwak merupakan bayang-bayang benda tegak lurus di bidang datar pada saat 15 menit sebelum kulminasi atas (KA) dan 15 menit sesudah kulminasi atas pada daerah setempat. Bayangan ter- sebut berfungsi untuk mendapatkan garis Barat – Timur dan garis itu pula dibagi dua sama besar (90 ) dengan busur untuk menemukan garis Utara - Selatan. Teori ini terjadi satu kali dalam satu hari yaitu ketika 15 menit sebelum kulminasi atas dan 15 menit sesudah kulminasi atas.

  Ket : KA = kulminasi atas, matahari pada puncak paling atas/ puncak tertinggi

  n

  ) /15 + 12 –e

  n

  s

  : KA = (Ý

  Rumus

  Teori Bayang-bayang Tongkat Istiwak

  Farida Arianti, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat

  Pada dasarnya bila seseorang mengetahui arah mata angin di suatu daerah setempat beserta sudut kiblat- nya, dia bisa mengukur sudut kiblat (ß) yang diambil mulai dari arah Utara terus menuju ke arah Barat. Arah Kiblat berdasarkan bantuan arah mata angin ini ada tiga bentuk:

  ARAH KIBLAT BERDASARKAN BANTUAN ARAH MATA ANGIN

  c. Azimuth Matahari Namun demikian, cara-cara di atas hanya berfungsi menunjukkan arah titik mata angin saja, tidak me- nunjukkan sudut kiblat. Oleh karena itu, cara tersebut di atas masih me- merlukan sudut kiblat (ß).

  b. Bayang-bayang Benda Tegak Saat Matahari Kulminasi Atas

  Dalam hal ini, keperluan garis arah mata angin, baik itu garis S______U atau garis T______B dapat diambil melalui cara : a. Bayang-bayang Tongkat Istiwak

  Pentingnya garis S______U geo- grafis bumi, disebabkan dalam mene- tapkan arah kiblat atau sudut kiblat (ß) harus memakai kaedah azimuth Nautika, yang dihitung dari titik Utara ke Barat. Azimuth Nautika ialah besarnya busur yang diukur di horizon mulai dari titik Utara mengi- kuti putaran Utara Barat Selatan Timur Utara (UBSTU) atau Utara Timur Selatan Barat Utara (UTSBU) sampai ke titik potong lingkaran vertikal yang melalui benda langit itu dengan horizon. (Nurmal Nur, 1997 : 16). Untuk wilayah Indonesia (ASEAN) yang terletak sebelah Timur Ka’bah, maka dipakailah azimuth Utara Barat, artinya azimuth dihitung mulai dari titik Utara menuju ke arah Barat, mengikuti Putaran UBSTU.

  besar (90 ) dengan busur derajat untuk mendapatkan garis S______U, dan di garis itulah kita membentuk sudut kiblat dihitung mulai dari dari arah Utara menuju ke arah Barat. Al-hasil yang perlu kita ketahui untuk membentuk sudut kiblat adalah bila sudah mendapatkan garis S______U geografis bumi setempat.

  • – Ý

  JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

5 KA = (105 – 100 34’) /15 + 12 – (0 15’

  Gambar 3 bila sudah ditemui titik Utara, maka lukiskan sudut kiblat (ß) mulai dari Utara putar menuju ke Barat, Batusangkar sudut kiblatnya adalah 65.58

  Gambar 2 menunjukkan setelah garis T______B didapat, maka garis tersebut dibagi dua dengan busur untuk memperoleh garis S______U.

  dan titik Timur di P 2.

  1

  dihubungkan berupa bentuk garis lurus, maka dapatlah titik Barat di P

  2

  dan P

  1

  U Gambar 1 menunjukkan Ujung bayangan benda di P

  Kiblat 65.58

  S B

  P 2 (ujung bayang2) P 1 (ujung bayang2)

  Bayang-bayang benda tegak saat matahari kulminasi atas merupakan bayang-bayang benda tegak lurus di bidang datar pada saat posisi mata- hari berada pada puncak teratas di bola langit pada daerah setempat. Ru- musnya sama dengan teori bayang- bayang tongkat istiwak, hanya saja yang membedakan adalah waktu pengambilan bayang-bayang mata- hari. Bayangan benda tegak lurus tersebut berfungsi untuk mendapat-

  jam 11.47 jam 12.17 Gambar 1

  ( 15m –KA) (15m +KA)

  Praktek Bayang-bayang Tongkat Istiwak

  56”) KA = 12.2 wib Kesimpulan : jadi 15 menit sebelum KA adalah 12 2’ 0” - 0 15’ 0” = 11 47’ 0” (jam 11 lewat 47 menit), dan 15 menit sesudah KA adalah 12 2’ 0” + 0 15’ 0” = 12 17’ 0” (Jam 12 lewat 17 menit).

  = untuk wilayah wit Contoh soal : Jam berapakah kulminasi atas (KA) pada tangggal 12 Nopember 2010 di Batusangkar di mana koordinat negeri (0 27’LS 100 34’BT) KA = (Ý s – Ý n ) /15 + 12 –e

  3

  e

  4 = untuk wilayah wita

  wilayah wib e

  5 = untuk

  Ý n = bujur negeri e n = equotion of time e

  Teori Bayang-bayang Benda Tegak Saat Matahari Kulminasi Atas

  • Ujung P 2 titik Timur • Ujung P
  • 1 titik Barat Gambar 2 S

      T B U Gambar 3

      Farida Arianti, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat

      kan garis S______U geografis setem- B

      U

      Kiblat 65.58 pat.

      Rumus: Gambar 3

      KA = (Ý – Ý ) /15 + 12 –e

      s n n

      Contoh soal : Jam berapakah kulmi- S nasi atas (KA) pada tanggal 12

      Nopember 2010 di Batusangkar (0 Gambar 1 menunjukan bayang

      27’LS 100 34’BT) benda di waktu kulminasi atas lanung KA = (Ý s – Ý n ) /15 + 12 –e

      5 membentuk garis S______U.

      KA = (105 – 100 34’) /15 + 12 – (0 15’ Gambar 2 garis bayang-bayang

      56”) tersebut diperpanjang menurut kebu- KA = 12.2 wib tuhan, ujung garis bayangan itu me-

      Kesimpulannya adalah KA di nunjukkan garis S______U geografis Batusangkar pada tanggal

      12 setempat. Nopember 2010 terjadi pada jam 12

      Gambar 3 dari arah Utara terus lewat 2 menit. berputar ke Barat sebesar sudut kiblat

      Praktek Bayang-bayang Benda di tempat yang diteliti. Batusangkar Tegak Saat Matahari Kulminasi Atas

      (ß) = 65.58

      Teori Azimuth Matahari KA jam 12.2 wib

      Azimut matahari merupakan

      Gambar 1 sudut apit antara bayang-bayang ben-

      da tegak lurus di bidang horizontal dengan garis S______U. Ia berguna untuk menentukan titik garis Utara sejati. Setelah itu baru ditemukan garis S______U geografis yang mela-lui

      Bayang-bayang KA

      tempat daerah yang akan diukur, artinya garis S______U geografis daerah setempat. Seperti yang telah disebutkan di atas tentang pengertian

      Gambar 2 U

      azimuth matahari/ nautika/ geodesi, adalah besarnya busur yang diukur di sepanjang lingkaran horizon, mulai

      Bayang2 = garis U- S

      dari titik Utara sejati sampai ke titik S potong lingkaran vertikal yang mela- lui matahari dengan lingkaran hori- zon itu. Lingkaran vertikal itu ialah lingkaran di bola langit yang melalui

      JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010) n 30 15’ ∂ = ∂ = 3 15’ × (0.37944) + (5 56’53”)

      zenit dan nadir. (Nurmal Nur, 1997:

      24 29).

      = (5.99944) Azimut ini terjadi pada siang

      3. t = ( 12 – (100 34’/ 15 + 3 15’ + (-0.04686))) hari, mulai pagi sampai sore hari

      × 15

      (ketika matahari mulai terbit hingga t = ( 12 – (9.90758)) × 15 sebelum terbenam). Sebab bayang- t = (2.09242) × 15 bayang benda muncul bila benda ter- t = 31.3863 sebut mendapatkan pantulan cahaya

      4. Cotg A = cos (-0 27’) × tg (5.99944) matahari. Dalam rentang waktu itu, : sin (31.3863) – sin (-0 27’) : tg kita bisa dipakai teori azimuth mata- (31.3863) hari. Jadi cukup panjang waktu untuk = ((0.99997) × (0.10509) : (0.52080)) – mengukur arah kiblat di setiap hari. ((-0.00785) : (0.61007)) = (0.20178) – (-0.01287)

      Rumus

      1

      = 0.21465 / X , sif tan t = ( 12 – (Ý / 15 + tp + ep)) × 15

      n

      = 77,88530 Cotg A = cos Ø × tg ∂ : sin t – sin Ø :

      n

      = 77.9 tg t Kesimpulan : besar sudut azimuth

      Ket :

      matahari di Batusangkar pada tanggal

      5 April 2010 jam 10 lewat 15 menit Ý n = bujur negeri setempat adalah 77.9 tp = jam pengamatan ep= equation of time/ perata waktu

      Praktek Azimuth Matahari pada jam pengamatan

      Jam Pengamatan (JP) 10.15 wib

      A = azimut matahari Ø = lintang negeri ∂ = deklinasi pada jam pengamatan

      n

      t = sudut waktu

      Gambar 1

      Contoh soal : Berapakah derajat

      Bayang2

      azimut matahari di Batusangkar (0 27’LS 100 34’BT) pada tanggal 5 April 2010, di mana jam pengamatan

      Gambar 2

      (JP) 10.15 wib Langkah penyelesaiannya : U

      b

      1. tp = 10 15’ – 7 0’

      a y

      tp = 3 15’

      a A= 77.9

      2. E = -0 2’34” d24 = 6 19’ 39”

      24 n

      E = -0 2’51”- d0 = 5 56’53” -

      g

      2 E = 0.00472 d = 0.37944 e p = e 30 15’ = 3 15’ × (0.00472) + (-0 2’51”)

    24 S

      Farida Arianti, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat

      B U Praktek

      Kiblat 65.58 kiblat

      B c

      Gambar 3 6.6 m

      S Gambar 1 menunjukkan benda tegak lurus pada jam pengamatan (JP)

      10.15 wib diambil bayang benda S a 3 m b U tersebut.

      t

      Gambar 2 garis bayang-bayang

      a

      dapat diperpanjang menurut keper-

      l b

      luan, lalu lukis besar sudut azimuth i matahari di Batusangkar pada tgl 5

      k

      April 2010 (waktu melakukan pengu- kuran), maka dapatlah garis S_____U Keterangan : geografis setempat.

    • garis a – b = ukuran meter yang Gambar 3 karena garis S_____U diinginkan sudah dapat, maka lukis sudut kiblat
    • garis b – c = hasil yang dicari dari Utara ke Barat sebanyak besar
    • garis a – c = arah kiblat sudut ß.

      S = selatan, U = utara, T = timar, B = Ada juga bila sudah mendapat- barat kan garis S______U hanya mengguna-

      Gambar ini menunjukkan bila kan meteran saja, artinya tidak sudah didapat garis S______U geo- memakai sudut kiblat (ß) 65.58 pada grafis setempat, maka dibuat titik waktu mengukurnya di garis S____U pusat di b, lalu ambil 3 m tarik ke geografis setempat. Cara tersebut Selatan dan 6.6 m tarik ke Barat dengan rumus : tan ß × n cm. sehingga berbentuk segitiga situ, te-

      Ket : ß = sudut kiblat daerah yang rus ujung 3 m dengan ujung 6.6 m dikehendaki dipertemukan menjadi arah kiblat. n = satuan meter yang dikehendaki

      Arah Kiblat Berdasarkan Bayang-

      Contoh soal: Berapa meter panjang

      bayang Benda

      garis ke Barat untuk mendapatkan arah kiblat di Batusangkar, di mana ß Arah kiblat berdasarkan ba-

      = 65.58 ? yang-bayang suatu benda merupa-kan Tan (65.58 ) × 3 m = 6.6 m bayang-bayang suatu benda yang

      JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

      Ý = bujur negeri Mekkah 39 50’ langsung menunjukan arah kiblat. n e

      9 = equotion of time wilayah Arab

      Artinya, bayang-bayang benda sudah Saudi (WAS) dapat dipedomani dan diam-bil untuk dijadikan sebagai arah kiblat,

      1. Pada tanggal 28 Mei tidak perlu lagi membentuk sudut

      KA = (45 – 39 50’) /15 + 12 – (0 2’ 46”)

      kiblat (ß) dalam satuan derajat. Arah = 12 17’ 54” kiblat yang merujuk kepada bayang- = 12 18’ WAS + 4 0’

      = 16 18’ WIB = 17 18’ WITA = 18 18’ WIT

      bayang suatu benda secara langsung

      2. Pada tanggal 16 Juli ini ada 2 cara: 1. Teori Matahari di

      KA = (45 – 39 50’) /15 + 12 – (0 6’ 02”)

      Atas Ka’bah. 2. Teori Bayang-bayang = 12 26’ 42”

      Kiblat (BBK) = 12 27’ WAS + 4 0’16 27’ WIB

      = 16 27’ WIB = 17 27’ WITA = 18 27’ WIT Teori Matahari di Atas Ka’bah

      Kesimpulan : matahari di atas Ka’bah Metode matahari di atas Ka’bah bagian wilayah Indonesia Barat (WIB) ini terjadi dua kali dalam setahun bayang-bayang benda pada tanggal 28 yaitu pada tanggal 28 Mei dan tanggal

      Mei terjadi pada jam 16 lewat 18

      16 Juli. Kedua waktu itu, posisi menit, dan pada tanggal 16 Juli terjadi matahari berada pas di atas Ka’bah Ø pada jam 16 lewat 27 menit. = ∂. Artinya lintang negeri (Ø)

      Praktek Matahari di Atas Ka’bah Mekkah 21 25’LU, sama nilainya dengan deklinasi matahari (∂) + 21 a

      25’. Matahari di atas Ka’bah berfungsi untuk mempaskan arah kiblat.

      Pada kedua tanggal tersebut di atas, seluruh benda tegak lurus di bidang datar/ horizontal mendapat sinar matahari, yang memberikan bayang-bayang benda tegak lurus tersebut arah ke kiblat (Ka’bah).

      Bayang2 =kiblat Bayang2 =kiblat

      Setelah itu, arah bayang-bayang benda yang di dapati, mengarah ke belakang berlawanan dengan posisi matahari, tetapi bila ditarik garis lurus

      Bayang2 =kiblat

      bayang-bayang benda tersebut ke depan, maka garis itu tiba ke Ka’bah.

      Gambar ini menunjukkan Rumus KA = (Ý – Ý ) /15 + 12 –e bayang-bayang benda tegak lurus

      s n

      9

      pada jam tertentu tgl 28 Mei (16 18’ Ket :

      WIB ) dan tgl 16 Juli (16 27’ WIB ) KA = kulminasi atas, matahari pada langsung menunjukkan arah kiblat puncak paling atas/ puncak tertinggi

      Ý s = bujur standar 45 was

      Farida Arianti, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat Teori Bayang-bayang Kiblat (BBK) K = -89.00945

      2. C = cos (-89.00945) Bayang-bayang kiblat ialah tg (-0 27’) bayang-bayang benda tegak di bi-

      C = (0.01729) dang horizontal, yang mendapat sinar (-0.00785) matahari pada jam tertentu dan

      C = -2.20255 arahnya menuju Ka’bah. (Nurmal 3. t = -89.00945 + arc cos ((-2.20255) × tg (6 01’ 38”))

      Nur, 1997 : 31 )

      t = -89.00945 + arc cos ((-2.20255) × (0.10558))

      Metode bayang-bayang kiblat ini t = -89.00945 + arc cos (-0.23255) terjadi satu kali dalam satu hari pada t = -89.00945 + 103.44725 jam-jam tertentu, dengan keten-tuan t = 14.4378 sebagai berikut: ∂ < (90 – ß), bila nilai BBK = ((105 – 100 34’) / 15 + 12 – (-0 2’ 48”)) + (14.4378/15) 4. ∂= Ø, maka Bayang-bayang kiblat

      = (12.34222) + (0.96252) tidak ditemui. = 13.30474

      Rumus

      BBK = 13 18’ 17.07”

      1. K = atn (_____1____) Kesimpulan : bayang-bayang kiblat di sin Ø . tg ß Batusangkar pada tanggal 5 April 2010

      2. C = cos k terjadi pada jam 13 lewat 18 menit tg Ø

      Praktek Bayang-bayang Kiblat 3. t = k + arc cos (C . tg ∂ n )

      t Bayang-bayang kiblat jam 13.18 wib

      4. BBK = KA + /15 Ket : k = sudut pembantu Ø = lintang negeri c = konstanta ß = sudut kiblatt = sudut waktu matahari ∂ = deklinasi t

      a

      matahari

      l

      n = jam

      b bayang2 = kiblat

      ∂ = wib, ∂ = wita, ∂ = wit

      5

      4

      3 i k

      Rumus nomor tiga harus diperhati- Gambar ini menunjukkan ba- kan, terkait nilai arc cos (C . tg ∂) yang-bayang benda tegak lurus di bi- dapat positif dan negatif. dang datar jam 13.18 di Batusangkar

      Contoh soal : Jam berapakah terjadi pada tgl 5 April 2010, bayangannya BBK di Batusangkar di mana koordi- langsung menunjukkan arah kiblat. nat negeri (0 27’LS 100 34’ BT) pada

      Pengukuran arah kiblat baik tanggal 5 April 2010, dimana ß = arah kiblat berdasarkan bantuan arah

      65.58 mata angin dan arah kiblat berdasar-

      kan bayang-bayang benda tidak terle-

      K = atn _________1________= atn ____1________ 1.

      sin (-0 27’) × tg (65.58 ) (-0.00785) × (2.20255)

      pas data dari data Ephemeris Hisab K = atn ___1____

      Rukyat Kementrian Agama RI, kemu- (-0.01729)

      JURIS Volume 9 No 2 (Desember 2010)

      dian data itu dimasukan ke dalam ru- T mus yang dikehendaki dari beberapa teori tersebut di atas. Selanjutnya juga memerlukan perhitungan matematika serta mengakurkan waktu/ arloji pada waktu pengamatan.

      B

    CARA MUDAH MENGUKUR

      Gambar 3 S KIBLAT

      T Pengukuran ini tidak seperti hal di atas, ia tidak memakai data

      Ephemeris Hisab Rukyat Kementrian Agama RI dan juga tidak mengguna- kan rumus arah kiblat. Ia cukup prak- tis dan simpel, kapan saja di siang

      U hari, asalkan benda tegak lurus men- B dapatkan pantulan cahaya matahari.

      Gambar 4

      Jam melakukan pengukuran bebas, dan tidak perlu mengakurkan wak-

      Tan (24.42 ) × 3 m = 1.4 m

      tu/arloji yang ada di tangan, apakah S sudah sesuai berdasarkan wilayah

      1 cm 2 cm

      daerah setempat yang akan diukur seperti: daerah Waktu Indonesia

      k

      Barat, Waktu Indonesia Tengah, dan

      i Waktu Indonesia Timur. b 2 cm 1 cm

      Contoh soal: di mana arah kiblat

      l

      Batusangkar yang koordinat negeri (0 a kiblat 27’LS 100 34’ BT), ß = 65.58 (Utara ke t

      U B Barat), kalau (Barat ke Utara)

      Gambar 1 menunjukkan jarak sudutnya 24.42 . ujung bayang-bayang diambil 10 menit dengan panjang benda tegak

      Praktek cara yang paling mudah lurus sekitar 30 cm, maka dapatlah 4

      Gambar 1

      buah ujung bayang-bayang dengan jarak 10 menit.

      Gambar 2 kemudian ujung ba- yang itu ditarik garis lurus dengan berpedoman kepada ujung bayang- bayang menjadi sebuah garis lurus, terus diperpanjang, jadilah garis T______B.

      Gambar 2

      Farida Arianti, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat

      Gambar 3 karena garis T_____B sudah di dapat, maka untuk mene- mu-an garis S______U caranya di bagi dua sama besar 90 dengan busur.

      Gambar 4 dibuat segi empat yang titik pusatnya digaris S______U, terserah mau dimana dibuat, dari titik pusat ditarik 1.4 m ke Selatan yang diambil dari hasil Tan (24.42 ) × 3 m, dan 3 m ke Timur adalah merupakan ukuran yang dikehendaki/yang di- inginkan Lalu dibuat segi tiga siku dapatlah arah kiblat.

      Teori ini hasil wawancara de- ngan Agus Purwanto tanggal 13 Nopember 2010 di STAIN Batu- sangkar.

      KESIMPULAN

      Pada dasarnya pengukuran arah kiblat tanpa menggunakan rumus arah Kiblat dan data ephemeris sudah memadai. Cara ini bisa untuk semua orang tanpa mengakurkan waktu/ arloji menurut daerah setempat baik untuk Wilayah Indonesia Barat (WIB), Wilayah Indonesia Tengah (WITA), dan Wilayah Indonesia Timur (WIT). Dalam hal ini, cukup dipadai waktu/arloji yang ada saja, dengan mengambil jarak waktu 10 menit dalam mengambil empat buah ujung bayang-bayang.

    DAFTAR PUSTAKA

      1 Azhari. Susiknan. 2005. Ensiklopedi Hisab Rukyat.

      Yogyakarta: Pus- taka Pelajar cet.1 Depag. 1985. Pedoman Penentuan Arah

      A.Jamil, 2009. Ilmu Falak (Teori & Aplikasi), Jakarta: Amzah. cet.ke-

      an Badan Peradilan Agama Maskufa. 2009. Ilmu Falak. Jakarta: GP

      Press.cet.ke-1 Moh.Murtadho.2008. Ilmu Falak

      Praktis. Malang: UIN- Malang

      Press. Cet.1 Nur, Nurmal. 1997. Diktat Ilmu Falak Purwanto. Agus. 2008.

      Ayat-ayat Semesta Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan . Bandung: Mizan.

      cet.ke-2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1994.

      Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.

      Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka

      Kiblat . Jakarta: Proyek Pembina-