SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF KONVENSI INTERNASIONAL HAK-HAK ANAK Chusniatun Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: chusniatun_umsYahoo.co.id ABS

PEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF KONVENSI INTERNASIONAL HAK-HAK ANAK

Chusniatun

Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: chusniatun_ums@Yahoo.co.id

ABSTRAK

Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengertian anak di Lembaga Pemasyarakatan, Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, dan Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Konvensi Hak-hak Anak. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah kajian deskriptif-normatif tentang hak-hak dan sistem perlindungan anak dalam berbagai undang-undang. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode telaah dokumen terhadap berbagai pasal yang ada di dalam berbagai undang-undang. Hasil telaah dokumen tersebut selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif-evaluatif dengan mengkomparasikan antara yang normatif dengan realitas. Paper ini menemukan tiga hal. Pertama, anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada orang tuanya, agar dipersiapkan menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya dan menjadi khalifah dimuka bumi untuk menjaga kesejahteraannya. Karena itu perlu adanya perlindungan hukum bagi keamanan dan kesejahteraan tumbuh kembangnya. Kedua, anak yang tinggal di LAPAS dan menjadi anak didik pemasyarakatan atau warga binaan pemasyarakatan mereka mendapatkan perlindungan hukum. Ketiga, Sistem Perlindungan hukum bagi Anak di LAPAS yang termuat dalam UU No. 36 Th. 1999 tentang HAM, UU No. 12 Th. 1995 tentang Pemasyarakatan, UU No.

23 Th. 2002 tentang Perlindungan Anak bila ditinjau dari perspektif Konvensi Internasional Hak-hak Anak khususnya artikel 37-40, masih ada hak-hak anak di LAPAS yang belum terpenuhi dan perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk pemenuhannya.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak-hak Anak, Anak Warga Binaan, Konvensi Internasional

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 103

104 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

Pendahuluan

Anak adalah manusia yang masih dalam proses tumbuh kembang baik phisik, psychis dan sosialnya, sehingga mereka perlu bimbingan orang dewasa. Tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh faktor bawaan dalam dirinya dan lingkungannya. Anak adalah amanah Allah SWT yang diberikan kepada orang tua untuk dijadikan generasi penerus dalam hal kekhalifahan dimuka bumi dan penghambaan kepada Allah sejalan dengan tujuan penciptaan manusia.

Islam mengajarkan bahwa setiap anak yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitroh (kondisi awal sebagai dasar untuk menjadi khalifah dan hamba Allah), tetapi orang tuanya dapat menjadikan anaknya sebagai orang yang dikehendaki olehnya, bukan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Swt, sebagaimana yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari: ”Setiap anak terlahir dalam keadaan fitroh, orang tuanya yang

menjadikan mereka Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” Oleh karena itu sebenarnya nasib anak di kemudian hari, lebih ditentukan oleh orang dewasa di sekitarnya bukan oleh diri anak itu sendiri, sehingga apabila di kemudian hari anak menjadi orang yang tidak seperti apa yang diinginkan Tuhan dalam penciptaannya maka anak itu sebenarnya adalah korban dari keteledoran orang dewasa.

Dalam kehidupan keluarga, arti anak menjadi sangat penting karena suatu keluarga dianggap belum sempurna apabila belum ada anak yang dilahirkan. Orang tuanya berharap anaknya dikemudian hari akan menjadi penerus generasinya, maka dari itu kehidupan mereka seharusnya mendapatkan perhatian yang semestinya. Perhatian terhadap anak telah diberikan oleh berbagai pihak baik dikalangan dunia internasional, regional, nasional maupun lokal. Namun demikian nasib anak masih ada yang kurang beruntung,dan mereka juga menjadi korban nilai-nilai lingkungannya seperti globalisasi budaya yang membawa arus kemajuan tehnologi dan informasi yang semakin hari semakin pesat dan kurang dipahami oleh anak-anak.

Pada Tahun 2011 anak–anak yang terganggu mentalnya ada 19 juta orang dan dari tahun ke tahun jumlahnya makin bertambah. Mereka ini mengalami tekanan mental dan sosial sehungga mendorong mereka pada perbuatan yang menyimpang seperti tawuran dan penyalahgunaan

narkoba. 1 Anak yang melakukan kenakalan bahkan telah terkategori tindak pidana jumlahnya tidak sedikit. Berdasarkan data yang dimiliki Komite Perlindungan Anak

Indonesia (KPAI) tahun 2011, anak yang melakukan tindak pidana baik berat maupun ringan sebanyak

1 Wahyu Hartomo, 2011, Jumlah Anak Terganggu Mentalnya makin Banyak, Solo Pos 13 Nov 2011.

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 105

54.712 orang. Dari jumlah ini yang telah menjadi nara pidana menghuni Lembaga Pemasyarakatan 3.312 orang, yang masih berstatus tahanan 51.400 anak. Dari jumlah anak yang melakukan tindak pidana ini, secara keseluruhan 52.276 adalah anak laki– laki dan 2.436 adalah anak perempuan. KPAI juga menyatakan bahwa anak yang masuk pemasyarakatan tiap tahunnya sekitar 7000 anak. Anak-anak yang menghuni lembaga pemasyarakatan secara otomatis akan kehilangan berbagai haknya, seperti kebebasan, hak tumbuh kembang, hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk memperoleh layanan kesehatan dan hak – hak dasar anak lainnya.

Pada masa globalisasi dewasa ini, Indonesia telah menerima Konvensi

Hak–Hak Anak 1989 (Resolusi MU PBB 44/25), dan meratifikasinya dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang ”Pengesahan Convention on the Rights of the Child”. Kemudian diimplementasikan dalam UU No. 23 Th 2002 tentang Perlindungan Anak. Selain kedua peraturan tersebut rujukan yang dipakai adalah Ratifikasi Kovenan Internasional Hak Sipil dan Hak Politik melalui UU No. 12 Tahun 2005, UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, dan bagi anak yang berhadapan dengan hukum diatur dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No. 3 Tahun 1997 yang

telah diganti UU No. 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Pidana Anak.

Bila dilihat dari peraturan yang telah ada, maka sebenarnya perlindungan hukum bagi anak yang berhadapan dengan hukum (khususnya anak penghuni Lembaga

Pemasyarakatan) bisa dikatakan cukup memadai karena telah mengalami penyempurnaan yang positif untuk kepentingan terbaik bagi anak. Namun demikian hasil yang dirasakan masih belum seperti yang diharapkan karena anak di Lembaga Pemasyarakatan rentan terhadap hal-hal yang tidak menguntungkan baginya. Untuk itu perlu dikaji Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Konvensi Internasional Hak-Hak Anak.

Bertitik tolak pada latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pokok masalahnya sebagai berikut: (1) Siapakah yang dimaksud dengan anak penghuni Lembaga Pemasyarakatan? (2) Bagaimanakah sistem perlindungan hukumnya? (3) Bagaimana sistem perlindungan hukumnya bila dilihat dari perspektif Konvensi Internasional Hak-Hak Anak?

Adapun dari segi tujuannya, penelitian ini memiliki 3 tujuan utama, yaitu: (1) memperoleh deskripsi tentang pengertian anak di Lembaga Pemasyarakatan, (2) mendeskripsikan Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan di

106 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

Indonesia, dan (3) mendeskripsikan Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan

dalam Perspektif Konvensi Hak- hak Anak. Setelah 3 tujuan di atas terjawab, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan model perlakuan yang lebih memadai dan lebih manusiawi kepada anak di Lembaga Pemasyarakatann yag sesuai denagan hak-haknya berdasarkan peraturan yang berlaku, demi masa depan mereka.

Metodologi

Tulisan ini bersifat Normatif/ Yuridis yang akan memberikan deskripsi tentang pengertian anak dan batas usia penanggung jawaban pidana anak, anak di Lembaga Pemasyarakatan dan Sistem Perlindungan Hukumnya baik secara nasional maupun menurut konvensi internasional hak-hak anak. Kemudian dari deskripsi-deskripsi tentang Sistem Perlindungan Hukum bagi Anak di Lembaga Pemasyarakatan, pasal-pasalnya dianalisis dengan pendekatan evaluatif dengan cara mengkomperasikan antara yang ideal dalam peraturan dengan realitas pelaksanaannya dalam perspektif Konvensi Hak-Hak Anak, apakah sudah sesuai atau belum dengan yang tertulis dalam peraturan bahkan kemungkinan berlawanan. Dengan demikian dalam tulisan ini akan digunakan metode deskriptif-

evaluatif dengan mengkomparasikan antara yang normatif dengan realitas.

Adapun data-datanya diperoleh dari: Undang-Undang Dasar RI 1945, UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia,UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, UU No,23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, dan Konvensi Hak-Hak Anak (Resolusi MU PBB 44/25) yang telah diratifikasi

pemerintah Republik Indonesia sebagai Konvensi Hak Anak (KHA)

yang berkaitan dengan system perlindungan anak di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Selain itu

data juga diperoleh dari tulisan para ahli hukum, peneliti dan pemerhati masalah anak khususnya anak yang tinggal di Lapas guna mengetahui implementasi peraturan-peraturan yang berlaku.

Hasil Dan Pembahasan

1. Pengertian Anak dan Batas Usia Penanggung Jawaban Pidana Anak

Dalam Undang-undang Dasar 1945, pengertian anak terdapat dalam kebijaksanaan Pasal 34. Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam politik. Dalam hal ini disebabkan anak adalah subjek hukum dari sitem hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak. Pengertian politik ini melahirkan

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 107

hak-hak yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan negara. Dengan kata lain pemerintah dan masyarakat lebih bertanggung jawab terhadap masalah sosial yuridis dan

politik yang ada pada seorang anak. 2

Pengertian ini ditegaskan dengan lebih jelas dalam Undang-Undang No.

4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang berarti pengertian anak adalah seorang anak yang harus memperoleh hak-hak yang kemudian hari hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.

Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan pada

Pasal 7 (ayat (1) yang menyatakan bahwa:

“seorang laki-laki hanya diijinkan kawin apabila telah mencapai usia 19 tahun dan pihak perempuan telah mencapai usia 16 tahun. Penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan tersebut hanya dapat dimintakan dispensasi kepada Pengadilan Negeri.”

Pengertian anak dalam Undang- Undang Perkawinan ini maknanya disamakan dengan mereka yang belum dewasa, dan mereka yang belum mencapai usia batas legitimasi hukum sebagai subjek hukum layaknya ditentukan dalam perundang-undangan perdata.

Adapun pengertian anak menurut KUH Perdata tidak disecara tegas

dijelaskan, namun yang disebut anak dapat ditafsirkan dari batas usia sesorang yang dianggap sebagai orang dewasa atau belum dewasa, sebagaimana yang disebutkan dalam

Pasal 330 (ayat (1) yang berbunyi: ”Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap

dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dulu kawin”. Hal ini terkait

dengan pasal 6 (ayat (2) Undang– undang No. 1 Tahun 1974 yang menyebutkan:”Untuk orang yang

belum cukup umur melangsungkan perkawinan, seseorang yang belum

mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin dari kedua orangtua”.

Sementara itu, pengertian anak menurut KUH Pidana tidak dijelaskan secara tegas batasannya, namun dapat diketahui dengan menafsirkan dari penggunaan istilah belum cukup umur sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 45 KUH Pidana, yang berbunyi: ”Dalam menuntut orang yang belum berumur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan....”. Penyebutan usia 16 tahun juga tidak konsisten, karena dalam pasal yang lain KUH Pidana juga menyebutkan bahwa belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 15 tahun sebagai korban tindak pidana, sebagaimana dalam Pasal 287, 290, 292, 293, 294, dan 297.

2 Maulana Hasan Wadong, 2000, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, hal.37

Lebih jauh, pengertian Anak perkara anak telah mencapai usia menurut Hukum Adat dijelaskan oleh

12 tahun dan belum mencapai umur Ter Haar. Menurutnya, pengertian delapan belas tahun, dan belum anak dalam hukum adat adalah mereka pernah kawin. Dalam Undang- yang masih menjadi tanggungan undang ini umur menjadi tolok ukur orang tua dan masih tinggal serumah untuk memberikan batasan anak,

dengan orang tua 3 . Atau dengan kata demikian juga dalam UU No. 13 lain bahwa ”dewasa” itu dimulai Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan setelah seseorang tidak lagi menjadi yang menyatakan bahwa anak adalah tanggungan orangtua dan tidak lagi setiap orang yang berumur di bawah tinggal serumah dengan orangtua.

18 tahun.

Jadi tidak ada kaitannya dengan Undang-undang No. 4 Tahun sudah kawin. Sedangkan ”dewasa” 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menurut Soepomo dalam Ter Haar, Pasal 2 menyatakan bahwa anak bukan didasarkan atas umur tetapi adalah seseorang yang belum dapat diketahui dari ciri-ciri tertentu, mencapai 21 Tahun dan belum pernah antara lain:

kawin. Sementara itu UU No. 23 (1)

Kuat gawe (mampu Tahun 2002 tentang Perlindungan berbuat sesuatu), artinya cakap Anak disebutkan bahwa anak adalah melakukan segala pergaulan dalam seseorang yang belum berusia 18 kehidupan kemasyarakatan dan (delapan belas) tahun, termasuk anak mempertanggung jawabkan sendiri yang masih dalam kandungan. segala- galanya itu; dan (2) Cakap

Batasan-batasan anak yang mengurus harta bendanya serta dinyatakan dalam beberapa Undang- keperluannya sendiri. 4 Undang tersebut seharusnya tidak

Selain pengertian di atas, boleh berbeda-beda. Sebab perbedaan pengertian anak menurut Deklarasi akan menimbulkan ruang lingkup Hak Anak-Anak Perserikatan Bangsa- perlindungan terhadap seseorang Bangsa, Artikel I, disebutkan bahwa yang disebut sebagai anak. UU yang disebut anak adalah seseorang Kesejahteraan Anak seharusnya yang belum mencapai umur 21 tahun dijadikan rujukan oleh pembuat UU dan belum pernah kawin. Pengertian dalam merumuskan batasan anak, hal ini tidak diikuti oleh UU No. 3 Tahun ini dalam rangka untuk memberikan 1997 yang telah diganti dengan perlindungan dan jaminan kehidupan UU No. 11 Tahun 2012 tentang yang sejahtera kepada anak. Dalam Pengadilan Anak yang menyebutkan hal batas usia pertanggung jawaban bahwa anak adalah orang yang dalam Pidana Anak untuk di Indonesia

3 Ter Har, 1976, cetakan V, Asas-asas Hukum Adat, Jakarta, Pradnya Paramita, hal. 10 4 Ter Har, 1976, cetakan V, Ibid, hal. 11

108 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132 108 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

18 tahun dan belum pernah kawin. telah melakukan tindak pidana dan Sementara KUHP Pidana tidak secara perbuatannya dinilai membahayakan tegas menyebutkannya.

mayarakat. Mereka ini ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

2. Anak di Lembaga (LPKA).

Pemasyarakatan

Pada Pasal 81 UU No. 11 Tahun

Perihal Anak di Lembaga 2012 tentang Sistem Peradilan pada Pemasyarakatan disebut juga dengan Anak, dijelaskan bahwa: ”Pidana Anak Didik Pemasyarakatan dimuat penjara untuk anak hanya digunakan dalam bagian kedua UU No. 12 sebagai upaya terahir dan pidana Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. penjara yang dapat dijatuhkan Adapun pengertian tentang Anak pada anak paling lama separo dari Didik Pemasyarakatan dimuat maksimum ancaman pidana penjara pada Bab I Ketentuan Umum UU bagi orang dewasa. Jika tindak pidana Pemasyarakatan point 8, yaitu:

yang dilakukan anak merupakan

Anak Didik Pemasyarakatan tindak pidana yang diancam dengan adalah: (1) Anak Pidana yaitu anak pidana mati atau pidana penjara

yang berdasarkan putusan pengadilan seumur hidup, pidana yang dijatuhkan menjalani pidana di LAPAS Anak adalah pidana penjara paling lama 10 paling lama sampai berumur 18 (sepuluh) tahun.” (delapan belas) tahun; (2) Anak

Penempatan anak di LPKA ini, Negara yaitu anak yang berdasarkan dipisah-pisahkan sesuai dengan status keputusan pengadilan diserahkan masing–masing dan penggolongan pada negara untuk dididik dan atas dasar umur, jenis kelamin, lama ditempatkan di LAPAS Anak paling pidana dijatuhkan, jenis kejahatan; lama sampai berumur 18 (delapan serta kriteria lainnya sesuai dengan belas) tahun; (3) Anak Sipil yaitu kebutuhan atau perkembangan

anak yang atas pemintaan orang tua pembinaan guna dijadikan dasar atau walinya memperoleh penetapan pembedaan pembinaan yang pengadilan untuk dididik di LAPAS dilakukan terhadap mereka. Julukan Anak paling lama sampai berumur anak didik pemasyarakatan, didapat

18 (delapan belas) tahun; dan (4) oleh seorang anak karena ia telah Anak-anak yang menjadi Anak melakukan tindak pidana. Tindak Didik Pemasyarakatan sebenarnya pidana yang dilakukan oleh anak

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 109 Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 109

Perbedaan akan terlihat bila dilihat dengan martabat kemanusiaan (ayat dari persoalan motivasi atas tindak (2). Negara bertanggung jawab pidana yang dilakukannya. Tindak atas penyediaan fasilitas pelayanan pidana yang dilakukan oleh anak pada kesehatan dan fasilitas pelayanan umumnya bukan didasarkan kepada umum yang layak (ayat(3). Amanat motif yang jahat (evil will atau evil ini merupakan jaminan bagi anak mind), maka anak yang melakukan karena ia belum memiliki kemampuan penyimpangan dari norma-norma untuk berdiri sendiri baik secara sosial oleh para ahli kemasyarakatan rohani, jasmani maupun sosial

disebut dengan kenakalan. 5 Anak menjadi kewajiban baik dari orang yang melakukan kenakalan disebut tua, keluarga, masyarakat maupun anak nakal (Juvenile Delinquency), bangsa dan negara dalam memenuhi dan istilah ini dipakai dalam UU kebutuhan-kebutuhannya terutama No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan aspek kesejahteraannya. Dengan Anak untuk menyebut anak yang dipenuhi aspek kesejahteraannnya, melakukan tindak pidana. Sementara maka anak akan tumbuh dan itu, didalam UU No. 11 Tahun 2012 berkembang menjadi generasi tentang Sistem Peradilan Pidana penerus yang dapat diandalkan dalam Anak digunakan istilah Anak yang membangun keluarga, masyarakat bangsa dan negara. berkonflik dengan hukum, karena 6 istilah yang kurang menyenangkan

Undang-Undang No. 39 tahun dapat berdampak negatif terhadap 1999 tentang hak azasi manusia, psychis anak.

menyebutkan tentang perlindungan terhadap anak di Lapas pada Pasal

2. Sistem Perlindungan Hukum

52 dan Pasal 66. Pasal 52 (ayat

Bagi Anak di Lembaga (1) menyatakan bahwa: Hak anak

Pemasyarakatan (LAPAS)

adalah hak azasi manusia dan untuk

Undang-undang Dasar 1945, kepentingannya hak anak itu diakui pada pasal 34 mengamanatkan bahwa: dan dilindungi oleh hukum bahkan Fakir miskin dan anak-anak yang sejak dalam kandungan. Ayat (2). terlantar dipelihara oleh negara (ayat Setiap anak sejak dalam kandungan (1). Negara mengembangkan sistem berhak untuk hidup, mempertahankan

5 Nandang Sambas, 2013, Peradilan Piadana Anak di Indonesia dan Instrument International Anak serta Penerapannya., Yogyakarta, Graha Ilmu, hal. 19

6 R Abdussalam dan Andri Desasfuryanto, 2014, Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, PTIK, hal.

22-23 110 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 111

hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. Dalam hal kekerasan pasal 66 menjelaskan bahwa:

Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi (ayat (1). Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku pidana yang masih

anak (ayat (2). Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya

secara melawan hukum (ayat (3). Penagkapan, penahanan atau

pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terahir (ayat (4). Setiap ank yang dirampas

kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan yang manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai dengan usianya dan harus dipisahkan diri dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya (ayat (5). Setiap

anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum

yang berlaku (ayat (6). Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh

keadilan didepan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup untuk umum (ayat (7).

Lembaga Pembinaan Khusus bagi Anak merupakan istilah untuk

Lembaga Pemasyarakatan bagi Anak berdasarkan UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang pelaksanaannya dilakukan menurut UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyrakatan yang termuat dalam Pasal 1 sampai dengan Pasal

38. Pertama, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 1, 2, 3, 4, 5, 8 dan 9, yang mana pada angka 2 dijelaskan bahwa: Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina dan yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan pemasyrakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulang tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Kedua, Bab II Pembinaan, Pasal 5 menjelaskan, bahwa sistem pembinaan pemasyarakatan di laksanakan berdasarkan azas: a. pengayoman; b. persamaan perlakuan dan pelayanan;

c. pendidikan; d.pembimbingan; e. penghormatan harkat dan martabat manusia; f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu- satunya penderitaan; dan g. terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang–orang tertentu.

Bagi anak yang menjalani dengan orang yang telah dewasa. pidananya di LPKA prosedurnya Mengacu pada: telah diatur pada bagian dua paragraf  rule 10.2 The Beijing Rules: A

1 dan 2 UU No. 12 Tahun 1995 judge or other competent official tentang Pemasyarakatan, pada or body shall, without delay,

Pasal 18 sampai dengan Pasal 38. consider the issue of release. Pelaksanaan pembinaan ini sejalan  rule 14.1 The Beijing Rules: dengan tujuan pemidanaan anak

Where the case of a juvenile yaitu tercapainya Keadilan Restoratif

offender has not been deverted (Penyelesaian perkara tindak pidana

(under rule 11), she or he shall yang melibatkan pelaku, korban,

be dealt with by the competent keluarga pelaku/korban , dan pihak

authority (court, tribunal, board, lain yang terkait untuk bersama–

council, etc). According to the sama mencari penyelesaian yang

prinsiples of a fair and just trial. adil dengan menekankan pemulihan  rule 14.2 The Beijing Rules: The kembali pada keadaan semula dan

proceedings shall be condicive to bukan pembalasan). Sebelum anak

the best interests of the juvenile menjalani hukuman pidana karena

and shall be conducted in an kejahatannya, maka ia diproses

atmosphere of under-standing, terlebih dahulu melalui pengadilan

which shall allow the juvenile to untuk membuktikan perbuatannya.

participate there in and to express Proses peradilan anak tentunya

herself or himself freely. 7 berbeda dengan peradilan orang dewasa. Di Indonesia telah ada UU

Berdasarkan ketentuan The No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Beijing Rules tersebut, sebagai Peradilan Pidana Anak.

upaya menciptakan implementasi Pelaksanaan Undang–Undang hukum, Indonesia telah menetapkan tentang Sistem Peradilan Pidana UU Sistem Perlindungan Anak yang Anak dan Undang–Undang tentang diharapkan agar penanganan anak Pemasyarakatan di Indonesia tidak yang berkonflik dengan hukum melalui boleh bertentangan dengan UU No. sistem pidana dapat melindungi masa

4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan depan anak. Salah satu faktor penting anak dan UU No. 23 Tahun 2002 dalam sistem peradilan anak adalah tentang Perlindungan Anak. Pada hakim anak. Berkaitan dengan Hakim proses pemidanaan anak, hakim yang Anak, UU No. 11 Tahun 2012 tentang menanganinya adalah hakim khusus Sistem Peradilan Pidana Anak telah bagi anak dan tatacaranya berbeda mengaturnya pada Pasal 43: (1)

7 Sri Sutatiek, 2013, Hakim Anak Indonesia: Siapa dan bagaimana Figur Idealnya pada Masa De- pan, Yogyakarta, Aswaja Pressindo, hal. 16

112 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

Pemeriksaan di sidang pengadilan ditetapkan berdasarkan Keputusan terhadap perkara Anak dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung atas Hakim yang ditetapkan berdasarkan usul ketua pengadilan tinggi yang Keputusan Ketua Mahkamah Agung bersangkutan. Pasal 46: Untuk dapat atau pejabat lain yang ditunjuk ditetapkan sebagai Hakim Banding, oleh Ketua Mahkamah Agung atas berlaku syarat sebagaimana dimaksud usul ketua pengadilan negeri yang dalam Pasal 43 (ayat (2). Pasal 47: bersangkutan melalui pengadilan (1) Hakim Banding memeriksa dan tinggi. Syarat untuk dapat ditetapkan memutus perkara Anak dalam tingkat sebagai Hakim sebagaimana banding dengan hakim tunggal

dimaksud pada (ayat (1) meliputi: a. (2) Ketua pengadilan tinggi dapat Telah berpengalaman sebagai hakim menetapkan pemeriksaan perkara dalam lingkungan peradilan umum; Anak dengan hakim majelis dalam

b. Mempunyai minat, perhatian, hal tindak pidana yang diancam dedikasi, dan memahami masalah dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun anak; dan c. Telah mengikuti atau lebih atau sulit pembuktiannya; pelatihan teknis tentang peradilan (3) Dalam menjalankan tugasnya, Anak. (2) Dalam hal belum terdapat Hakim Banding dibantu oleh seorang Hakim yang memenuhi persyaratan panitera panitera pengganti. sebagaimana dimaksud pada (ayat

Lebih lanjut, Pasal 48 (2), tugas pemeriksaan di sidang menyebutkan: Hakim Kasasi

Anak dilaksanakan oleh hakim yang ditetapkan berdasarkan Keputusan melakukan tugas pemeriksaan bagi Ketua Mahkamah Agung. Pasal 49: tindak pidana yang dilakukan oleh Untuk dapat ditetapkan sebagai Hakim orang dewasa.

Kasasi, berlaku syarat sebagaimana

Selanjutnya, Pasal 44 dimaksud dalam Pasal 43(ayat (2). menyebutkan: (1) Hakim memeriksa Pasal 50: (1) Hakim Kasasi memeriksa

dan memutuskan perkara Anak dan memutus perkara Anak dalam dalam tingkat pertama dengan hakim tingkat kasasi dengan hakim tunggal; tunggal; (2) Ketua pengadilan negeri (2) Ketua Mahkamah Agung dapat dapat menetapkan pemeriksaan menetapkan pemeriksaan perkara perkara Anak dengan hakim majelis Anak dengan hakim majelis dalam dalam hal tindak pidana yang diancam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun

atau lebih atau sulit pembuktiannya; atau lebih atau sulit pembuktiannya; (3) Dalam setiap persidangan Hakim (3) Dalam menjalankan tugasnya,

dibantu oleh seorang panitera atau Hakim Kasasi dibantu oleh seorang panitera pengganti. Adapun Pasal panitera panitera pengganti. Hukum

45 menjelaskan: Hakim Banding yang boleh dijatuhkan ditentukan

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 113

114 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

dalam UU Peradilan Anak yaitu: a. Tindakan, dan b. Kurungan.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancaasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar konvensi hak-hak yang meliputi (Pasal 2): a. Non diskriminasi, b.

Kepentingan yang terbaik bagi anak adalah dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan legeslatif dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama, c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan adalah hak azasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua,

d. Penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak- hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang memepengaruhi kehidupannya. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak

Indonesia yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera (Pasal 3).

Adapun pasal-pasal yang terkait dengan hak-hak dan kewajiban adalah sebagai berikut: Pasal 4 s/d 19 menjelaskan: (1) Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, kembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan diskriminasi (Pasal 4); (2) Seorang anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan (Pasal 5); (3) Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua (Pasal 6); (4) a. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orangtuanya sendiri. b. Dalam hal suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar, maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (Pasal 7); (5) Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial (Pasal 8).

Selanjutnya, dijelaskan: (6) a. Setiap anak berhak memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 115

dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. b. Selain hak anak sebagaimana dimaksud

dalam (ayat (1), khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak

memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan

pendidikan khusus (Pasal 9); (7) Setiap anak berhak menyatakan dan

didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai

kesusilaan dan kepatuhan (Pasal 10); (8) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri (Pasal 11); (9) Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial (Pasal 12); (10) a. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggungjawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi ekonomi maupun seksual, penalaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidaladilan dan perlakuan salah lainnya. b. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam

(ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman (Pasal 13); (11) Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orangtuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir (Pasal 14); (12) Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dari: a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik, b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata, c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial, d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, dan e. Pelibatan dalam peperangan (Pasal 15).

Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: (13) a. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, b. penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi, c. Setiap anak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum, dan d. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir (Pasal 16); (14) a. Setiap

anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempataannya dipisahkan dari orang dewasa; memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan membela anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempataannya dipisahkan dari orang dewasa; memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan membela

b. Setiap anak yang menjadi korban perlakuan atas anak secara manusiawi atau pelaku kekerasan seksual atau sesuai dengan martabat dan hak- yang berhadapan dengan hukum hak anak; b. penyediaan petugas berhak dirahasiakan (Pasal 17); (15) pendamping khusus anak sejak dini; Setiap anak yang menjadi korban

c. penyediaan sarana dan prasarana atau pelaku tindak pidana berhak khusus; d. penjatuhan sanksi yang mendapatkan bantuan hukum dan tepat untuk kepentingan yangterbaik bantuan lainnya (Pasal 18); (16) bagi anak; e. pemantauan dan Setiap anak berkewajiban untuk: pencatatan terus menerus terhadap

a. Menghormati orang tua, wali, perkembangan anak yang berhadapan dan guru; b. Mencintai keluarga, dengan hukum; f. pemberian jaminan masyarakat, dan menyayangi teman; untuk mempertahankan hubungan

c. Mencintai tanah air, bangsa dan dengan orang tua atau keluarga; dan negara; d. Menunaikan ibadah sesuai

g. perlindungan dari pemberitaan dengan ajaran agamanya; dan e. identitas mellui media massa dan Melaksanakan etika dan ahlak yang untuk meghidari labelisasi. mulia (Pasal 19).

Lebih lanjut dalam UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Adapun kewajiban dan Anak menyebutkan perlindungan pertanggung jawaban perlindungan anak yang menyangkut akan hak- terhadap anak dibebankan kepada: haknya, sebagai berikut: negara, pemerintah, masyarakat,

1. Anak berhak atas kesejahteraan, keluarga, dan orang tua, sebagaimana

perawatan, asuhan dan bimbingan diamanatkan oleh pasal 20 UU

berdasarkan kasih sayang baik Perlindungan Anak.

dalam keluarganya maupun Lebih lanjut pasal 64 menyatakan:

di dalam asuhan khusus untuk Perlindungan khusus bagi anak

tumbuh dan berkembang dengan yang berhadapan dengan hukum

wajar.

sebagaimana dimaksud dalam pasal

2. Anak berhak atas pelayanan untuk

59 meliputi anak yang berkonflik mengembangkan kemampuan dengan hukum dan anak korban

dan kehidupan sosialnya, tindak pidana, merupakan kewajiban

sesuai dengan kebudayaan dan tanggung jawab pemerintah dan

dan kepribadian bangsa, untuk masyarakat (ayat (1).

menjadi warga negara yang baik Ayat (2) menyatakan sebagai

dan berguna.

116 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

3. Anak berhak atas pemeliharaan without possibility of release dan perlindungan, baik semasa

shall be imposed for offences dalam kandungan maupun committed by persons below

sesudah dilahirkan. eighteen years of age;

4. Anak berhak atas perlindungan (b) No child shall be deprived of terhadap lingkungan hidup his or her liberty unlaw fully or yang dapat membahayakan atau

arbitrarily. The arrest, detention menghambat pertumbuhan dan

or imprisonment of a child shall perkembangannya dengan wajar.

be in conformity with the law and shall be used only as a measure Bila Perlindungan Anak ini

of last resort and for the shortest dilalaikan maka sanksi bagi orang

appropriate period time; tua bisa dicabut hak perwaliannya (c) Every child deprived of liberty dan jika sifatnya kriminal maka

shall be treated with humanity dapat dipidanakan. Pada 26 Januari

and respect for the inherent 1990 di New York, Amerika

dignity of the human person, Serikat, Pemerintah Indonesia telah

and in manner which takes into menandatangani Konvensi Hak-

account the needs of persons Hak Anak 1989 (Resolusi MU PBB

of his or her age. In particular, 44/25). Selanjutnya pada 25 Agustus

eviery child deprived of liberty 1990 telah dikeluarkan Keputusan

be separeted from adults unless it Presiden No. 36 Tahun 1990

is considered in the child`s best tentang ”Pengesahan Convention

interest not to do so and shall on the Rights of the Child”. Dengan

have the right to maintain contact demikian, dalam upaya melakukan

with his or her family through perlidungan anak di pemasyarakatan,

correspondence and visits, save perlu memperhatikan prinsip-prinsip

in excepcional circumstances; yang tertuang dalam Konvensi Hak- (d) Every child deprived of his or Hak Anak tersebut, khususnya yang

her liberty shall have the right dinyatakan dalam artikel 37- 40. 8 to prompt acces to legal and other appropriate assistance,

Article 37 as well as the righ to challenge States parties shall ensure that:

the lagality of the deprivition of (a) No child shall be subjegted to

his or her liberty before a court turtore or other cruel, inhuman

or other competent, independent or degrading treatment or

and impartial authority, and to punishment. Neither capital

apompt decision on any such punishment nor life imprisonment

action.

8 Lukman Hakim Nainggolan, 2005, Masalah Perlindungan Hukum terhadap Anak, Jurnal Equality, Vol. 10 No. 2

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 117 Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 117

terus mengadakan hubungan Negara – negara peserta akan

dengan keluarganya melalui surat memastikan bahwa:

menyurat atau kunjungan, kecuali (a) Tidak seorang anakpun dalam keadaan luar biasa; mengalami penyiksaan, atau (d) Setiap anak yang dirampas kekejaman – kekejaman lainnya,

kebebasannya akan mempunyai perlakuan atau hukuman yang

hak untuk segera mendapat tidak manusiawi atau yang

bantuan hukum dan bantuan – menurunkan martabat. Baik

bantuan lain yang layak, dan hukuman mati maupun hukuman

mempunyai hak untuk menantang seumur hidup tanpa kemungkinan

keabsahan perampasan kebebasan dibebaskan tidak akan dikenakan

itu didepan pengadilan atau untuk kejahatan – kejahatan yang

penguasa lain yang berwenang, dilakukan oleh orang berusia

bebas dari memihak, dan berhak dibawah delapan belas tahun;

atas keputusan yang cepat (b) Tidak seorang anakpun akan

mengenai tindakan tersebut. kehilangan kebebasannya secara tidak sah dan sewenang – wenang, Article 40 penangkapan, penahanan 1. States Parties the rightof every atau penghukuman anak akan

child alleged as, accused of, or disesuaikan dengan undang –

recognized as having infringed undang dan akan digunakan

the penal law to be treated in hanya sebagai langkah terakhir

a manner consistent with the dan untuk masa yang paling

promotion of the child’s sense singkat dan layak;

of dignity and worth, wich (c) setiap anak yang dirampas

reinforces the child’s respect for kebebasannya akan diperlakukan

of human rights and fundmental secara manusiawi dan dengan

freedoms of others and which menghormati martabat seorang

takes into account the child’s age manusia, dan dengan cara yang

and the desirability of promoting

memberi perhatian kepada the child’s reintegration and the kebutuhan seusianya. Secara

child’s assuming a constructive khusus, setiap anak yang dirampas

role in society.

kebebasannya akan dipisahkan

2. To this end, and having regard dari orang dewasa kecuali bila

to thee relevant provisions tidak melakukannya dianggap

of international instrument, sebagai kepentingan yang terbaik

States Parties shall, in dari anak yang bersangkutan dan

particular,ensured that:

118 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

(a) No child shall be alleged as, taking into acount his or

be accused of, or recognized her age or situation, his as having infringed the

or her parents or legal penal law by reason of acts

guardians; or omissions that were not

(iv) Not to be compelled prohibited by national or

to give testimony or to international law at the time

confess guilt; to examine they were committed;

or have examined (b) Every child alleged as or

adverse witnesses and to accused of having infringed

obtain the participation the penal law has at least the

and examination of following guarantees:

witnesses on his or her (i) To be presumed innocent

behalf under conditionsof until provenguilty

equality; according to law;

(v) If considered to have (ii) To be informed promptly

infringed the penal law, and directly of the

to have this decision and charges against him or

any measures imposed her, and, if appropriate,

in consequence there through his or her parents

of reviewed by a higher or legal guardians, and

competent, independent to have legal or other

and impartial authority appropriate assistance

or judical body according in the preparation of his

to law;

or her defence; (vi) To have the free assistance (iii) To have the matter

of an interpreter if the determined without

child cannot understand delay by a competent,

or speak the language independent and

used;

impartial authoity or (vii) To have his or her judical body in a fair

privacy fully respected hearing according to law,

at all stages of the in the presence of legal

proceedings. or other appropriate

3. States Parties shall seek to assistance and, unlessnit

promote the establishment of is considered not to be

laws, produres, authorities in the best interest of

and institutions specifically the child, in particular,

applicable to children alleged

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 119 Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 119

sebagai telah melanggar hukum and, in particular:

pidana, untuk diperlakukan (a) The establishment of a

dalam suatu cara yang sesuai minimum age below which

dengan peningkatan rasa children shall be presumed

penghormatan dan harga diri not to have the capacity to

anak, yang memperkuat kembali infringe the penal law;

penghormatan anak terhadap hak- (b) Whenever appropriate and

hak asasi manusia dan kebebasan- desirable, measures fo kebebasan dasar orang-orang dealing with such children

lain, dan yang memperhatikan without resorting to judicial

umur anak dan keinginan untuk proceedings, providing meningkatkan intregrasi kembali that human rights and

anak dan pengambilan anak legal safeguards are fully

pada peran kontruktif dalam respected.

masyarakat.

4. A variety of dispositions, such as

2. Untuk tujuan ini, dan dengan care, guidance and supervision

memperhatiakan ketentuan- orders; counselling; probation;

ketentuan dalam instrumen- foster care; education and

instrumen internasional yang vocational training programmes

relevan, maka Negara-negara and other alternatives to

Pihak, terutama, harus menjamin institutional care shall be

bahwa: a. Tidak seorang anak available to their well-being

pun dapat dinyatakan, dituduh, and proportionate both to their

atau diakui telah melanggar circumstances and he offence.

hukum pidana, karena alasan berbuat atau tidak berbuat yang

Konvensi tersebut telah tidak dilarang oleh hukum

diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia nasional atau internasional pada melalui Keputusan Presiden Republik

waktu perbuatan-perbuatan Indonesia No. 36 Tahun 1990

itu dilakukan; b. Setiap anak tentang ”Pengesahan Convention on

dinyatakan sebagai atau dituduh the Rights of the Child” dan telah

telah melanggar hukum pidana, diterjemahkan kedalam Bahasa

paling sedikit memiliki jaminan- Indonesia. Adapun terjemahan Pasal

jaminan berikut:

40 dari Konvensi Hak-Hak Anak (i) Dianggap tidak bersalah adalah sebagai berikut:

sampai terbukti bersalah

1. Negara-negara Pihak mengakui menurut hukum; hak setiap anak yang dinyatakan

(ii) Diberi informasi dengan

120 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132 120 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

kembali oleh penguasa lebih terhadapnya, dan kalau

tinggi yang berwenang, tepat, melalui orang tuanya

mandiri dan adil atau oleh atau wali hukumnya, dan

badan pengadilan menurut mempunyai bantuan hukum

hukum;

atau bantuan lain yang (vi) Mendapat bantuan seorang tepat dalam mempersiapkan

penerjemah dengan cuma-

dan menyampaikan cuma kalau anak itu pembelaannya;

tidak dapat mengerti atau (iii) Masalah itu diputuskan

berbicara dengan bahasa tanpa penundaan, oleh suatu

yang digunakan;

penguasa yang beerwenang, (vii) Kerahasiaannya dihormati mandiri dan adil, atau

dengan sepenuhnya pada badan pengadilan dalam

semua tingkat persidangan. suatu pemeriksaan yang adil menurut hukum, dalam

Negara-negara Pihak harus kehadiran bantuan hukum

berusaha meningkatkan atau bantuan lain yang tepat,

pembuatan undang-undang, dan kecuali dipertimbangkan

prosedur-prosedur, para tidak dalam kepentingan

penguasa dan lembaga-lembaga terbaik si anak, terutama,

yang berlaku secara khusus dengan memperhatikan pada anak-anak yang dinyatakan umurnya atau situasinya,

sebagai, dituduh, atau diakui orang tuanya atau wali

melanggar hukum pidana, hukumnya;

terutama: Pembentukan umur (iv) Tidak dipaksa untuk minimum; di mana di bawah

memberikan kesaksian umur itu anak-anak dianggap atau mengaku salah; untuk

tidak a. mempunyai kemampuan memeriksa para saksi yang

untuk melanggar hukum pidana; berlawanan, dan untuk

b. Setiap waktu yang tepat dan memperoleh keikutsertaan

diinginkan, langkah-langkah dan pemeriksaan para saksi

untuk menangani anak-anak atas namanya menurut

semacam itu tanpa menggunakan syarat-syarat keadilan;

jalan lain pada persidangan (v) Kalau dianggap telah pengadilan dengan syarat bahwa

melanggar hukum pidana, hak-hak asasi manusia dan maka putusan ini dan setiap

perlindungan hukum dihormati

upaya yang dikenakan sepenuhnya; c. Berbagai

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 121 Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 121

prakteknya belum bisa selaras dan masih menimbulkan persoalan-

3. Sistem

Perlindungan persoalan yang harus diselesaikan.

Hukum Bagi Anak di Perlindungan bagi anak dapat Lembaga Pemasyarakatan diartikan sebagai perlindungan dalam Perspektif Konvensi hukum terhadap berbagai kebebasan Internasional Hak-hak Anak dan hak azasi anak. Ada 10 hak anak

(KHA)

yang perlu diperhatikan, yaitu: Pemerintah Indonesia terang-

1. Hak untuk bermain; 2. Hak terangan mengakui akan pentingnya untuk mendapatkan pendidikan; hukum Internasional 9 termasuk 3. Hak untuk mendapatkan didalamnya tentang hak-hak perlindungan; 4. Hak untuk anak yang dibuktikannya dengan mendapatkan identitas; 5. Hak untuk meratifikasi Convention on the mendapatkan status kebangsaan; 6. Rights of Child 1989 (Resolusi MU Hak untuk mendapatkan makananl; PBB 44/25) melalui Keputusan 7. Hak untuk mendapatkan akses Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang kesehatan; 8. Hak untuk mendapatkan ” Pengesahan Convention on the rekreasi; 9. Hak untuk mendapatkan Rights of Child”. Konsekuensinya Kesamaan; dan 10. Hak untuk pemerintah Indonesia berkewajiban memiliki peran dalam pembangunan. melaksanakan kewajiban inter- (Kementerian Negara Pemberdayaan

nasional dengan i`tikat baik. 10 Perempuan dan Perlindungan Anak; Karena itu peraturan-peraturan yang 2010). Hak-hak tersebut bagi anak

9 Jawahir Thontowi dan Pranoto iskandar,2006,Hukum Internasional Kontemporer, Bandung, PT Refika Aditama, hal: 91

10 John Obrien,2001 : 148 dalam, Ibid hal 113 122 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132 10 John Obrien,2001 : 148 dalam, Ibid hal 113 122 SUHUF , Vol. 30, No. 1, Mei 2018 : 103-132

artikel 37 Konvensi Hak-hak Anak

Kajian Kementerian Negara yang menyatakan setiap anak tidak Pemberdayaan Perempuan dan boleh dirampas kebebasannya secara Perlindungan Anak Republik melawan hukum dan sewenang- Indonesia pada tahun 2010 wenang. menyebutkan tentang hal-hal yang

Demikian pula dalam penahanan mendesak untuk diperjuangkan bagi anak tidak dapat dipaksa untuk hak-hak anak penghuni Lembaga mengaku salah (artikel 40 KHA) dan Pemasyarakatan adalah: a. Tidak juga tidak boleh dianiaya, disiksa adanya kesempatan sekolah karena dan dijatuhi hukuman yang tidak harus ditahan; b. Akses pelayanan manusiawi (Pasal 16 UU PA daan kesehatan yang tidak memadai; c. artikel 37 KHA). Tetapi adakalanya Kondisi hidup anak sangat tidak baik, aparat melakukan kekerasan misalnya tempat tidur yang tidak kepada anak untuk mendapatkan memadai; d. Sanitasi yang tersedia pengakuan kesalahannya. Penahanan juga kurang baik; e. Anak-anak yang terhadap anak menjadikan anak ditahan bersama orang dewasa rentan mengalami stres berat, karena dia terhadap kekerasan; f. Penahanan mengkhawatirkan apa yang akan anak sering menjadikan anak menjadi terjadi pada dirinya berdasarkan stress.

cerita-cerita perlakuan buruk oleh

Anak penghuni pemasyarakatan, aparat dan sesama tahanan yang ia baik Anak Pidana dan Anak Negara dengar. Apalagi ia harus berpisah maupun Anak Sipil sebelum menghuni dari orang tua dan keluarganya yang pemasyarakatan telah melalui proses selama ini ia anggap telah melindungi yang tidak menyenangkan, yaitu: dirinya. Pertama, Sidang pengadilan. Penangkapan dan penahanan. Dalam Pada sidang pengadilan untuk anak hal penangkapan dan penahanan bila hakim yang memenuhi syarat telah diatur pada pasal 16 UU sebagai hakim anak tidak ada, maka Perlindungan Anak, prosedurnya hakim yang biasa menangani perkara berbeda dengan orang ddewasa. orang dewasa dapat melaksanakannya Tetapi pada prakteknya masih ada (Pasal 43 (ayat (3) UU Peradilan Pidana penangkapan yang mencolok seperti Anak). Hal ini dapat mempengaruhi kasus penangkapan dan penahan keputusan pengadilan Keputusan anggota geng motor di Palembang hakim yang diharapkan dapat yang dilakukan ketika pelaku menjamin ditegakkannya keadilan kejahatan sedang bersekolah. Hal dan diwujudkannya ketertiban dalam

Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 123 Sistem Perlindungan Hukum...(Chusniatun) 123

Dokumen yang terkait

Strategi Peningkatan PeneraPan Metode PeMbelajaran E-lEarning pada PrograM Studi PGSD FKIP UST

0 0 9

ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN MAKANAN DAN MINUMAN DI WARUNG HIK

0 0 8

ANALISIS PENGARUH BUDAYA KAIZEN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN REWARD SEBAGAI VARIABEL MODERASI DALAM RANGKA PENGUATAN DAYA SAING BISNIS

0 0 11

PENERAPAN KNOWLEDGE SHARING DALAM MENDORONG PRESTASI MAHASISWA MANAJEMEN BISNIS MARITIM DI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

0 0 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN DALAM PEMILIHAN KULINER DI KAWASAN WISATA ALAM KEMUNING

0 1 6

IDENTITY BUILDING OF ASIAN INDIANS IN AMERICAN SOCIETY Yanti Haryanti Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura – Surakarta Posel: Yanti.Haryantiums.ac.id ABSTRACT - IDE

0 0 10

PENGGUNAAN SALAM SEBAGAI UNGKAPAN SAPAAN DALAM DRAMA SEIGI NO MIKATA DAN OHITORISAMA Utami Sulistyaningrum Program Studi Magister Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Posel: utamimichan91gmail.com ABSTRAK - PENGGUNAAN SALAM SEBAGAI UNGK

0 0 15

PEMAKNAAN KEPENASIHATAN AKADEMIK: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGI DI PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS MADURA Rosy Aprieza Puspita Zandra Program Studi Akuntansi Universitas Madura Universitas Madura Posel: rosy.zandragmail.com ABSTRAK - PEMAKNAAN KEPENASIHATAN AKADE

0 0 11

SUBKULTUR REMAJA MUSLIM PUTRI PENGGEMAR MUSIK METAL (STUDI KASUS DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO) Unik Dian Cahyawati Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Posel: unik.dian.cmail.ugm.ac.id ABSTRAK - SUBKULTUR REMAJA MUS

0 0 10

HIPERGLIKEMIA SEBAGAI PREDIKTOR KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN DENGAN SINDROM KORONER AKUT DI RSUD X SURAKARTA

0 0 6