PERDA NO 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

P E M E R I N T A I I KABUPATEN P A C I T A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN
NOMOR
T A H U N 2008
TENTANG
RETRIBUSI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN U M U M
DENGAN R A H M A T T U H A N YANG M A I I A ESA
BUPATI PACITAN
Menimbang :

a. bahwa bahan galian pertambangan umum merupakan potensi
sumberdaya alam yang strategis dan tidak dapat diperba^arui, sehingga
pengelolaannya perlu dilakiikan secara berdaya guna, berhasil guna,
bertanggung jawab dan berkelanjutan serta pemanfaatannya ditujukan
bagi sebesar-besamya kesejahteraan rakyat;
b. bahwa guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlu adanya partisipasi
pembiayaan yang bersumber dari pengelolaan pertambangan yang ada
di wilayah Kabupaten Pacitan;


c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b diatas, perlu mengatur Retribusi Pengelolaan
Pertambangan Umum dengan menuangkan dalam suatu Peraturan
Daerah.

Mengingat

;

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan DaerahDaerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1981. Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

J
1

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
7. Peraturan Pemenntah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2916), sebagaimana telah diubah
beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 75
Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 141, tambahan Lembaran
Negara Nomor 4154);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan (Lembaran
Negara Tahun 1973 Nomor 25, tambahan Lembaran Negara Nomor
3003);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan
Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3174);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119 , Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4139);
11. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 Tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkxmgan Pemerintah Daerah;

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 Tentang
Pedoman Tata Cara Pemeriksaan dibidang Retribusi Daerah;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat I I Pacitan Nomor 7
Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan (Lembaran Daerah
Kabupaten Tingkat 11 Pacitan Tahun 1988 Nomor 8/B);
15. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Pacitan.

Dengan persetujuan bersama
DEWAN P E R W A K I L A N R A K Y A T DAERAH
KABUPATEN PACITAN
DAN
BUPATI PACITAN
MEMUTUSKAN

Menetapkan:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN
PACITAN TENTANG

RETRIBUSI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN U M U M
BAB 1.
KETENTUAN U M U M .
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan.:
a. Daerah adalah Kabupaten Pacitan;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Pacitan;
c. Bupati adalah Bupati Pacitan;
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pacitan;
e. Dinas Teknis adalah Dinas yang membidangai pertambangan dan energi;
f. Pengelolaan pertambangan umum adtdah kebijakan perencanaan, pengaturan,
pengumsan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan kegiatan
pertambangan bahan galian di luar minyak bumu, gas alam, dan radioaktif;
g. Usaha pertambangan umum adalah segala kegiatan usaha pertambangan diluar minyak
bumi, gas alam, dan radioaktif yang meliputi beberapa kegiatan antara lain penyelidikan
umum, exsplorasi, exsploitasi, pengoiahan dan pemumian, pengangkutan dan penjualan;
h. Pertambangan Rakyat adalah usaha pertambangan bahan galian strategis (golongan a)
dan vital (golongan b) yang dllakukan rakyat setempat yang bertempat tinggal didaerah

bersangkutan untuk penghidupan mereka sendiri sehari-hari yang diusahakan secara
sederhana.
i. Penyelidikan umum adalah penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan,
perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi
umum atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya;
j . Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan leblh
teliti/saksama adanya dan sifat letakan bahan galian;
k. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan
galian dan memanfaatkannya;
1. Pengoiahan dan pemumian adalah pengeijaan untuk mempertinggi mutu bahan galian
serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian
itu.
m. Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengoiahan dan
pemumian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pengolahan/pemumian;
n. Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemumian
bahan galian;
0. Kontrak Karya (KK) adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan
swasta untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam rangka penanaman modal dalam
negeri untuk bahan galian golongan a atau penanaman modal asing;
p. Kuasa pertambangan (KP) adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan

untuk melaksanakan usaha pertambangan terhadap bahan galian golongan a dan b yang
terletak dalam wilayah Kabupaten Pacitan;
q. Surat Izin Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut SIPR adalah wewenang yang
diberikan kepada koperasi/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan
terhadap bahan galian golongan strategis (golongan a) dan vital (golongan b) yang
diusahakan secara sederhana dalam wilayah Kabupaten Pacitan.
r. Sural Izin Pertambangan Daerah atau SIPD adalah wewenang yang diberikan kepada
badan/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan terhadap bahan galian
golongan c di wilayah Kabupaten Pacitan;
s. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) adalah wewenang yang
diberikan kepada badan/perseorangan swasta dalam rangka penanaman modal untuk
melaksanakan usaha pertambangan terhadap bahan galian Batu Bara; \

t.

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian Izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
u. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian
Izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,

pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan mang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan;
V. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk
pemungut atau pemotong Retribusi tertentu;
w. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SSRD, adalah surat yang oleh
Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi
yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh
Bupati;
X. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan
Retribusi yang menentukan besamya pokok Retribusi;
y. Sural Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB, adalah
surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi
karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang atau tidak
seharusnya terutang;
z. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang dapat disingkat STRD, adalah surat untuk
melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;
aa. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah
data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
Retribusi Daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan Retribusi daerah;
bb. Penyidikan tindak pidana dl bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
di bidang Retribusi Daerah yang teijadi serta menemukan tersangkanya;
BAB I I
RETRIBUSI PENGELOLAAN PERTAMBANGAN U M U M
Bagian Pertama
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pengelolaan Pertambangan Umum dipungut Retribusi atas
Pemberian Izin melaksanakan usaha pertambangan umum berupa Surat Keterangan Izin
Peninjauan, Kuasa Pertambangan, Surat Izin Pertambangan Daerah, dan / atau Sural Izin
Pertambangan Rakyat.
Pasal3
(1) Obyek Retribusi meliputi Pemberian Izin melaksanakan usaha pertambangan umum
berupa Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP), Kuasa Pertambangan (KP), Surat Izin
Pertambangan Daerah (SIPD), dan / atau Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR).
(2) Kuasa Pertambangan (KP) sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) berbentuk:
a. Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (SKPP);

b. Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat (SIPR);
\
c. Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan (SKPKP). \

(3) Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan (SKPKP) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c meliputi:
a. SKPKP penyelidikan lunum.
b. SKPKP eksplorasi;
c. SKPKP eksploitasi;
d. SKPKP pengoiahan dan pemumian;
e. SKPKP pengangkutan
f. SKPKP penjualan.
(4) Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. SIPD penyelidikan umum.
b. SIPD eksplorasi;
c. SIPD eksploitasi;
d. SIPD pengoiahan dan pemumian;
e. SIPD pengangkutan
f. SIPD penjualan.
(5) Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. SIPR Eksploitasi
b. SIPR Pengangkutan
c. SIPR Penjualan
Pasal 4
Jangka waktu izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 adalah sebagai berikut:
a. Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) tahun;
b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 1 (satu) tahun;
c. Kuasa Pertambangan Eksploitasi untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun
dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun;
d. Kuasa Pertambangan Pengoiahan dan Pemumian untuk jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) tahun dan dapat diperpanjang setiap kalinya untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun;
e. Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan untuk jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang setiap kalinya untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun;
f. SIPR untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapal diperpanjang untuk
jangka waktu yang sama;
g. SIPD Penyelidikan Umum untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) tahun;
h. SIPD Eksplorasi untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 1 (satu) tahun;
i. SIPD Eksploitasi untuk jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun;
j . SIPD Pengoiahan dan Pemumian untiok jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun
dan dapat diperpanjang setiap kalinya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun;
k. SIPD Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan untuk jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang setiap kalinya untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun.
Fasal 5
Subyek Retribusi adalah setiap orang atau Badan yang mendapatkan Izin melaksanakan
usaha pertambangan umum berupa Surat Keterangan Izin Peninjauan, Kuasa Pertambangan,
Surat Izin Pertambangan Daerah, dan/atau Surat Izin Pertambangan Rakyat. \

Bagian Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 6
Retribusi Pengelolaan Pertambangan Umum termasuk golongan Retribusi Perizinan
Tertentu.
Bagian ketiga
Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal7
(1) Prinsip dalam menetapkan Struktur dan Besamya Tarif Retribusi dimaksudkan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya atas proses penerbitan SKIP, KP, SIPD, dan / atau
SIPR.
(2) Struktur Tarif digolcngkan berdasarkan:
a. Jenis kegiatan usaha pertambangan.
b. Jenis bahan galian.
(3) Besamya retribusi yang terutang dihitung sesuai dengan jenis kegiatan usaha
pertambangan dan jems bahan galiannya.
Fasal 8
(1) . Besamya retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (3) untuk jenis bahan
galian golongan a dan golongan b ditetapkan sebagai berikut:
a. Kuasa Pertambangan penyelidikan umum sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah);
b. Kuasa Pertambangan eksplorasi sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah);
c. Kuasa Pertambangan eksploitasi sebesar Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah;
d. Kuasa Pertambangan Pengoiahan dan' Pemumian
sebesar Rp. 15.000.000
(lima belas juta rupiah);
e. Kuasa Pertambangan Pengangkutan sebesar Rp. 15.000.000 (lima belas juta
rupiah);
f. Kuasa Pertambangan Penjualan sebesar Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah);
g. SIPR Eksploitasi sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta nqiiah);
h. SIPR Pengangkutan sebesar Rp. l.OOO.OOO(satujutarupiah);
i. SIPR Penjualan sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah);
(2) . Besaran retribusi perpanjangan KP dan/atau SIPR adalah sama dengan besaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 9
(1). Besamya retribusi sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (3) untuk jenis bahan
galian golongan C ditetapkan sebagai berikut:
a. SIPD penyelidikan umum sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah).
b. SIPD eksplorasi:
1) . luas wilayah sampai 10 (sepuluh) hektar sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta
rupiah).
2) . luas wilayah lebih dari 10 (sepuluh) hektar sampai dengan 25 (dua puluh lima)
hektar sebesar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah).
3) . luas wilayah lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sebesar Rp. 5.000.000
(lima juta rupiah).
c. Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) eksploitasi:
1). Luas wilayah sampai dengan 10 (sepuluh) hektar sebesar Rp.2.000.000 (dua
juta mpiah); \

2) . Luas wilayah 10 (sepuluh) sampai 25 (dua puluh lima) hektar sebesar
Rp.4.000.000 (empat juta rupiah);
3) . Luas wilayah lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sebesar Rp.6.000.000 (enam
juta rupiah).
d. Surat Izin Pertambangan Daerah Pengoiahan dan Pemumian sebesar Rp.
5.000.000 (lima juta rupiah);
e. Surat Izin Pertambangan Daerah Pengangkutan sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta
rupiah);
f. Surat Izin Pertambangan Daerah Penjualan sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta
rupiah).
(2). Besaran retribusi perpanjangan SIPD adalah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

sama dengan besaran retribusi

Pasal 10
Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah).

Bagian Keempat
Wilayah Pemungutan Retribusi
Pasal 11
Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah Kabupaten Pacitan.
Bagian Kelima
Retribusi Terhutang Dan Surat Pemberitahuan Retribusi
Pasal12
Retribusi terhutang terjadi
dipersamakan.

sejak

diterbitkannya SKRD

atau dokumen Iain yang

Pasal 13
(1) Setiap Wajib Retribusi wajib mengisi SPRD.
(2) SPRD sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) hanis diisi dengan jelas, benar dan iengkap
serta ditandalangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya.
(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPRD ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 14
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang, maka
dikeluarkan SKRD tambahan.
Bagian Kcenam
Tata Cara Pcnetapan Retribusi
Pasal 15
(1) Berdasarkan SPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) ditetapkan retribusi
terhutang dengan menerbitkan SKRD.
(2) Dalam hal SPRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana mestinya, maka tidak
diterbitkan SKRD.
\

(3) Bentuk dan isi SKRD ditetapkan oleh Bupati.
Bagian Ketujuh
Tata Cara Pembayaran
Pasal 16
(1) Pembayaran retribusi dilakukan di instansi yang ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang
ditentukan dengan menggimakan SKRD atau SKRD Tambahan.
(2) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
(3) Setiap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan tanda bukti
pembayaran.
Bagian Kedelapan
Tata Cara Penagihan Retribusi
Pasal 17
(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari kalender sejak saat jatuh
tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah tanggal surat teguran atau surat
peringatan atau surat lain yang sejems, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang
terhutang.
(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat
(1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
Bagian Kesembilan
Tata Cara Pemberian Keringanan Dan Pembebasan Retribusi
Pasal 18
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan keringanan
dan/atau pembebasan retribusi.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Bagian Kesepuluh
Tata Cara Pembetulan, Pengurangan Ketetapan Penghapusan
Atau Pengurangan Sanksi Administrasi Dan Pembatalan
Fasal 19
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan STRD,
pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi, dan
pembatalan.
(2) Permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi
administrasi, dan pembatalan sebagaimana dimaksud ayat ( I ) harus disampaikan secara
tertulis oleh Wajib Retribusi atau kuasanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal diteriraa SKRD dan
STRD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan
sebagaimana dimaksud ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan. \

(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksudkan ayat (3) Bupati
atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, maka permohonan pembetulan,
pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan
pembatalan dianggap dikabulkan.
Bagian Kesebelas
Tata Cara Penyelesaian Keberatan
Pasal 20
(1) Wajib Retribusi atau kuasanya dapat mengajukan permohonan keberatan atas SKRD
atau STRD.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk selambatlambatnya 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau STRD.
(3) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar retribusi.
(4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (2) diterima, sudah
memberikan keputusan.
(5) Apabila setelah lewat waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud ayat (4), Bupati
atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, maka permohonan keberatan
dianggap dikabulkan.
Bagian Keduabelas
Tata Cara Perhitungan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pasal 21
(1) Wajib Retribusi atau kuasanya harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Bupati untuk perhitungan pengembalian pembayaran retribusi.
(2) Atas dasar permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) atas kelebihan pembayaran
retribusi langsung diperhitungkan terlebih dahulu hutang retribusi oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 22
(1) Dalam hal kelebihan pembayaran retribusi masih tersisa setelah dilakukan perhitungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Peraturan Daerah ini, diterbitkan SKRDLB
paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran retribusi.
(2) Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dikembalikan
kepada Wajib Retribusi paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.
Pasal 23
(1) Pengembalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Peraturan Daerah ini, dilakukan
dengan menerbitkan Surat Perintah membayar kelebihan retribusi.
(2) Atas perhitungan sebagaimana dimaksud Pasal 21 Peraturan J)aerah ini, diterbitkan
bukti pemindahan yang berlaku juga sebagai bukti pembayaran. \

BAB I I I
KETENTUAN SANKSI
Bagian Pertama
Sanksi Administrasi
Pasal 24
(1) Setiap orang atau badan yang melanggar larangan dan/atau tidak bersedia memenuhi
kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini, Bupati dapat mencabut KP,
KK, PKP2B, SIPD atau SIPR yang dimiliki dengan Keputusan.
(2) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebanyak-banyaknya 3
(tiga) kali dengan selang waktu masing-masing paling lama 1 (satu) bulan.
(3) Dalam hal setelah teguran ketiga, orang atau badan sebagaimana dimaksud pada ayat ( I )
tetap tidak memenuhi kewajibannya, maka Bupati dapat mencabut KP, K K , PKP2B,
SIPD, atau SIPR yang dimiliki dengan Keputusan.
Pasal 25
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bimga sebesar 2 % setiap bulan dari retribusi yang
terutang yang tidak atau kurang dibayar, dan ditagih dengan menggimakan surat tagihan
retribusi daerah
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Fasal 26
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah ini sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi
terutang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB I V
PENYIDIKAN
Pasal 27
(1) Selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Perizinan
Usaha Pertambangan Umum Daerah;
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi perizinan usaha pertambangan
umiun agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih Iengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubimgan dengan tindak
pidana dibidang retribusi perizinan usaha pertambangan umum;
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang retribusi perizinan usaha pertambangan umum;
d. Memeriksa buJcu-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkeqaan
dengan tindak pidana dibidang retribusi perizinan usaha pertambangan umum; \

c. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen Iain serta melakukan penyitaan terhadap barang
bukti tersebut;
f. Meminta tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi perizinan usaha pertambangan umum;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsimg dan memeriksa Identitas orang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud pada huruf e;
h. Memotrel seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi
perizinan usaha pertambangan umum;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j . Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi perizinan usaha pertambangan umiun menurut hukum yang
berlaku.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
dan menyampaikan hasil penyidikaimya kepada Pentintut Umum melalui Penyidik
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB V
KETENTUAN P E R A L I H A N
Pasal 28
(1) Semua kewajiban retribusi bagi pemegang Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Kuasa Pertambangan (KP), SIPD, atau
SIPR yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan sebelum diterbitkannya
Peraturan Daerah ini tetap berlaku sampai berakhimya K K , KP, SIPD, dan SIPR
dimaksud.
(2) Semua kewajiban retribusi bagi pemegang Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Kuasa Pertambangan (KP), SIPD. atau
SIPR yang pada saat beriakunya Peraturan Daerah ini sedang diproses penerbitannya,
harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
BAB V I
K E T E N T U A N PERALIHAN DAN PENUTUP
Pasal 29
Pada saat beriakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan
Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum dinyatakan dicabui dan
tidak berlaku lagl.XVV

Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pacitan.
Ditetapkan di Pacitan
Pada tanggaltoiZ
Z0''\3.--ioot
BUPATI PACITAN

I I . SUJONO

Pasal 29
4

.

4

-

^

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pacitan.
Disahkan di Pacitan
Pada tanggal

30 - 1 2 -2008

BUPATI PACITAN
Cap. ttd.
11. S U J O N O
Diundangkan c'l Pacitan
Padatanggal31 - 12-2008
SEKRETARIS DAERAH

Ir.MULVONO. M M
Pembina Utama Muda
NIP. 080 062 150
L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN PACITAN T A H U N 2008 NOMOR 13