ROFI’ATUL MAHMUDAH BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu kegiatan yang tidak

  asing lagi bagi kita. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat aspek keterampilan yang diajarkan kepada siswa. Keterampilan tersebut meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh semua siswa, termasuk siswa kelas X di SMA. Kegiatan menulis itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang bersifat manusiawi dan pribadi. Hal ini karena hanya manusia yang melakukan kegiatan menulis, sedangkan makhluk lain selain manusia tidak dapat melakukan kegiatan menulis ( Gie, 2002: 10).

  Di SMA kelas X ada berbagai macam jenis tulisan yang diajarkan. Salah satunya yaitu tulisan argumentasi. Berdasarkan SK nomor 12 dan KD nomor 12.1 sesuai KTSP dapat dilihat bahwa pembelajaran menulis yang ada di sekolah tidak hanya bertujuan mengembangkan kemampuan menulis sesuatu yang bersifat imajinatif, tetapi juga kemampuan menulis hal-hal yang bersifat argumentatif. SK dan KD tersebut yaitu Standar Kompetensi Menulis 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato, Kompetensi Dasar 12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif. Menulis argumentasi itu sendiri merupakan kegiatan menulis paragraf yang berisi tentang alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat untuk meyakinkan pembaca supaya nantinya pembaca dapat terpengaruh dan membenarkan apa yang ditulis oleh penulis argumentasi.

  1 Pembelajaran menulis argumentasi dapat melatih siswa yang selama ini kurang mampu dalam mengungkapkan alasan. Seperti yang kita ketahui bahwa siswa cenderung mengalami kesulitan pada saat mengungkapkan sebuah alasan. Padahal kemampuan mengungkapkan sebuah alasan diperlukan juga ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu menulis argumentasi juga melatih siswa untuk membuat sebuah tulisan opini yang logis dan terpercaya, yang biasanya terdapat dalam media-media cetak. Hal itu sejalan dengan pendapat Achmadi (1990: 98), yaitu dalam menulis argumentasi dibutuhkan keterampilan di dalam bernalar dan suatu kemampuan dalam menyusun ide atau gagasan menurut aturan logis.

  Kenyataan yang ada sekarang ini adalah siswa masih kesulitan dalam menyusun ide atau gagasan. Selain itu, siswa terlihat kurang mampu dalam mengungkapkan alasan yang sesuai dengan gagasan atau pernyataan yang ada. Hal ini dapat dilihat ketika siswa diberikan sebuah pernyataan, mereka terlihat bingung.

  Bahkan ada beberapa siswa yang cenderung diam ketika diminta untuk memberikan sebuah alasan. Terkadang ada siswa yang berani untuk mengungkapkan alasannya, tetapi alasan yang dikemukakan kurang tepat dengan pernyataan yang menjadi gagasan.

  Kenyataan di atas peneliti temukan ketika melaksanakan praktik pengalaman lapangan di SMA Negeri 4 Purwokerto. Kenyataan tersebut dipertegas setelah peneliti mengadakan wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang bersangkutan yaitu Ibu Nikmah selaku guru kelas X. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa siswa memang mengalami kesulitan dalam menyusun alasan atau argumen. Kesulitan tersebut juga terjadi ketika guru mengajarkan materi tentang paragraf argumentasi. Guru sengaja mengajarkan materi tersebut dengan teknik rangsangan. Pembelajaran dengan teknik rangsangan ini dilakukan dengan cara memberikan sebuah pernyataan kemudian siswa diminta untuk membuat alasan dari pernyataan tersebut dalam bentuk paragraf. Dari paragraf yang ditulis siswa, diketahui adanya ketidaksinkronan antara pernyataan atau proposisi dengan argumen yang dikemukakan. Walaupun sebenarnya pada alasan tersebut masih ada sedikit keterkaitan dengan pernyataan, tetapi kesesuaian masih belum tampak.

  Ketidaksesuaian ini ternyata tidak hanya terjadi pada satu atau dua siswa saja, tetapi pada hampir sebagian besar siswa. Misalnya saja, ada proposisi dari guru “merokok itu sebenarnya merusak diri kita sendiri”. Salah satu argumen yang dikemukakan yaitu

  “rokok membuat hidup menjadi boros”. Argumen yang lain adalah “merokok hanya membakar uang”. Pada contoh di atas dapat dilihat tidak adanya kesinkronan antara pernyataan yang ada dengan argumen atau alasan yang dikemukakan.

  Ketidaksinkronan ini karena proposisi mengenai merokok yang merusak diri kita sendiri lebih berhubungan dengan kesehatan seseorang. Karena itu, argumen yang tepat untuk dikemukakan yaitu merokok dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya bagi tubuh kita. Bisa juga merokok dapat menyebabkan penyakit kanker.

  Selain itu bisa juga ditambahkan dengan argumen merokok dapat menyebabkan paru- paru menjadi kotor dan menyebabkan gangguan pernafasan. Alasan-alasan yang dikemukakan peneliti itu terlihat lebih sinkron dibandingkan dengan alasan dari siswa seperti contoh di atas.

  Ada juga argumen yang sinkron dengan proposisi tetapi kurang lengkap. Misalnya saja argumentasi siswa terhadap proposisi

  “sampah dapat menimbulkan malapetaka ”. Argumen yang dikemukakan, banyak penyakit yang berkembang biak, banyak jentik-jentik nyamuk yang berkembangbiak. Sampah menyebabkan pencemaran air dan polusi udara karena bau sampah. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa argumen yang disampaikan masih kurang lengkap. Malapetaka yang disebabkan sampah masih banyak. Karenanya, argumen tersebut dapat ditambah dengan sampah menyebabkan banjir, sampah menyebabkan tanah menjadi tidak subur, dan sebagainya.

  Siswa terkadang tidak memperhatikan kesinkronan dan kelengkapan isi tulisan mereka. Padahal seperti yang sudah dijelaskan bahwa sebuah paragraf argumentasi harus dikembangkan secara logis. Kelogisan dalam paragraf argumentasi dapat dilihat dari kesesuaian antara proposisi dengan alasan yang dikemukakan.

  Selain itu menurut Achmadi (1990: 99), salah satu syarat tulisan argumentasi adalah alasan atau bantahan dikemukakan sedemikian rupa agar dapat mempengaruhi pembaca untuk menyetujuinya. Syarat tersebut, mengisyaratkan bahwa jika alasan tidak lengkap dan tidak sinkron, pembaca tentunya tidak menyetujui isi argumentasi penulis.

  Berdasarkan fenomena yang sudah dijelaskan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk membuktikannya. Fenomena tersebut berkaitan dengan apakah memang benar argumen yang dikemukakan siswa SMA Negeri 4 Purwokerto masih kurang sinkron dengan proposisi yang ada. Karena, kesinkronan ini merupakan hal yang perlu diperhatikan juga oleh siswa. Selain itu peneliti juga ingin membuktikan berkaitan dengan kelengkapan argumen yang dikemukakan. Untuk membuktikan hal tersebut, maka peneliti mengambil judul Kajian Kesinkronan Proposisi dengan Argumen dalam Paragraf Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Purwokerto .

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan fenomena yang ada dalam latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

  1. Bagaimanakah kesinkronan proposisi dengan argumen dalam paragraf argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 4 Purwokerto?

  2. Bagaimanakah kelengkapan argumen yang ditulis oleh siswa dalam paragraf argumentasi?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

  1. Untuk mendeskripsikan kesinkronan proposisi dengan argumen dalam paragraf argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 4 Purwokerto.

  2. Untuk mendeskripsikan kelengkapan argumen yang ditulis oleh siswa dalam paragraf argumentasi.

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

  Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis bermanfaat untuk menambah khasanah pengembangan pengetahuan khususnya dalam pembelajaran menulis. Hal ini dimaksudkan karena pembelajaran menulis merupakan salah satu materi yang penting. Pembelajaran menulis yang dimaksud lebih khususnya berkaitan dengan menulis paragraf argumentasi. Jenis paragraf argumentasi ini merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas khususnya kelas X.

2. Manfaat Praktis

  Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu:

  1. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan sumbangan kerangka berpikir dalam bidang pengajaran di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan menulis argumentasi. Selain itu, juga memberi masukan dalam upaya meningkatkan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini juga dapat digunakan oleh guru dalam memberikan arahan kepada siswanya dalam kegiatan menulis paragraf argumentasi.

  2. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan motivasi agar siswa lebih memperhatikan kesinkronan antara proposisi dengan argumen yang disampaikan dalam paragraf argumentasi. Selain itu, siswa mendapatkan pengetahuan bahwa dalam menulis tidak hanya ejaan yang diperhatikan tetapi kesinkronan antara gagasan dengan alasan yang ada juga harus diperhatikan. Sehingga nantinya hasil tulisan argumentasi siswa akan meningkat. Siswa juga akan lebih paham mengenai bagian-bagian dalam tulisan argumentasi.

  3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan pembelajaran menulis argumentasi yang sesuai dengan kaidah yang berlaku karena nantinya peneliti juga akan terjun ke dalam dunia pendidikan.

  4. Bagi sekolah. Penelitian ini selain memberikan manfaat bagi guru, peneliti, dan siswa juga bermanfaat bagi sekolah. Manfaat bagi sekolah yaitu dapat memperkaya khasanah penelitian pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Sehingga semakin banyak penelitian yang dilaksanakan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang ada di sekolah tersebut.