BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. PENGERTIAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN DAN RESIKO TINGGI PERSALINAN PRESIPITATUS BAYI BARU LAHIR (BBL) NIFAS KB IUD PADA NY. S UMUR 39 TAHUN G4P2A1 DI PUSKESMA

BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN

1. PENGERTIAN

  Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba.I,dkk,2011;hal 75).

  Masa kehamilan dimulai dari konspesi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan triwulan I antara 0-12 minggu, kehamilan triwulan II antara 12-28 minggu dan kehamilan triwulan III antara 28-40 minggu (Mochtar.R,2012;hal 35).

  Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma (Hani.U,dkk,2011;hal 37).

  Jadi kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambung dari konsepsi sampai lahirnya janin yang berlangsung selama 40 minggu.

  11

2. PROSES KEHAMILAN

  a. Sel telur Pertumbuhan embrional oogonuim yamg kelak menjadi ovum terjagi di genital ridge. Menurut umur wanita, jumlah oogonium adalah sebagai berikut: 1) Bayi baru lahir : 750.000 2) Umur 6-15 tahun : 439.000 3) Umur 16-25 tahun : 159.000 4) Umur 26- 35 tahun : 59.000 5) Umur 35-45 tahun : 34.000 6) Masa menopause : semua hilang Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) :

  1) Oogonium, 2) Oosit pertama ( primary obcyte)

3) Primary ovarium follicle

  4) Likuor folikularis 5) Pematangan pertama ovum, dan 6) Pematangan kedua ovum pada saat sperma membuahi ovum.(Mochtar.R,2012;hal 16).

  b) Sel mani (spermatozoon) Sperma bentuknya seperti kecebon, terdiri atas : kepala, yang berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus); leher, yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah; dan ekor, yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak drengan cepat. Panjang ekor kira-kira 10x bagian kepala.

  Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-sel primitif tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai masa akil baliq. Pada masa pubertas, di bawah pengaruh sel-sel interstisial Leydig, sel-sel spermatogonium tadi mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.

  Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) : 1) Spermatogonium, membelah dua 2) Spermatosit pertama, membelah dua 3) Spermatosit kedua, membelah dua 4) Spermatid, kemudian tumbuh menjadi 5) Spermatozoon (sperma). (Mochtar.R, 2012;hal 16).

  c) Konsepsi Menurut Manuaba.I,(2011:h.23) pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut dengan konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan mata rantai fertilisasi atau konsepsi.

  1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.

  2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase di tngah sitoplasma yang disebut viitelus 3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pleusida 4) Konspesi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di ampula tuba

  5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

  Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi, yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermtozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba falopi. Spermatozoa hidup selama tiga hari di dalam genetalia interna. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik: hialuroindase. Melalui “stomata”, spermatozoa memasuki ovum, ekornya lepas dan tertinggal di luar. Kedua inti ovum dan inti sermatozoa bertemu dengan membentuk zigot. d) Proses nidasi atau implantasi Pertemuan kedua inti ovum dan inti spermatozoa, terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan atau belakang (Manuaba.I,dkk,2011;hal 79).

  e) Pembentukan plasenta Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam kedalam endometrium. Sel trofoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis (Manuaba.I,dkk,2011;hal 82).

3. DIAGNOSIS KEHAMILAN

  a. Tanda tidak pasti kehamilan (presumptive sign) Tanda presumptive adalah perubahan fiisiologik pada ibu atau seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil (Prawirohadjo.S, 2010;hal 214). 1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

  Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terahir (HPHT), dan digunakan untuk menghitung umur kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan (Hani.U,dkk,2011;hal 72).

  2) Mual ( nausea) muntah (emesis) Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi pada pagi hari yang disebut

  morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, keadaan

  ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang (Manuaba.I,dkk,2011;hal 107).

  3) Rasa lelah atau

  fatigue

  Kondisi ini diakibatkan oleh menurunnya

  Basal Metabolic Rate(BMT) dalam trimester pertama kehamilan.

  Dengan meningkatnya aktivitas metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur- angsur menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar (Prawirohardjo.S,2010;hal 215).

  4) Payudara tegang dan membesar Konsenterasi tinggi esterogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran uterus. Adanya hCG digunakan sebagai dasar uji imunologik kehamilan,. Korionik somatotropin dengan muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya (Prawirohardjo.S,2010;hal 214).

  5) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Hani.U, dkk,2011;hal 72).

  6) Sering miksi Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang (Manuaba.I,dkk,2011;hal 107).

  7)

  Syncope atau pingsan

  Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

  syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu (Hani.U,dkk,2011;hal 73).

  8) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan kesulitan untuk buang air besar

  (Manuaba.I,dkk,2011;hal 107).

  b. Tanda tidak pasti kehamilan Menurut Manuaba (2011;h.40) tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh :

  1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil, 2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwick, tanda piscaseck, kontraksi Braxton Hicks dan teraba ballotement,

  3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  c. Tanda pasti kehamilan Menurut Hani (2011;11) tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut :

  1) Gerakan janin dalam rahim, harus dapat diraba oleh pemeriksa, gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia sekitar 20 minggu

  2) Denyut jantung janin dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya doppler). Dengan stetoskop laenec DJJ baru dapat di dengar pada usia kehamilan 18-20 minggu

  3) Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG

  4) Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

4. DIAGNOSIS BANDING KEHAMILAN

  Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang menimbulkan keraguan dalam pemeriksaan : a. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuira) gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorea, perut membesar, mual, muntah, air susu keluar, bahkan wanitatersebut merasakan gerakan janin. Namun, pada pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda-tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif. b. Mioma uteri. Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan, rahim terasa pada perabaan, rahim terasa padat, kadang kala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-tanda kehamilan lainnya.egatif dan tidak dijumpai tanda

  • – tanda kehamilan lainnya

  c. Kista ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar, tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa.

  Reaksi kehamilan negatif, tana- tanda kehamilan lain negatif,

  d. Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan kateter, keluar banyak urin.

  e. Hematometra. Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen imperforata,stenosis vagina atau serviks (Mochtar,R.2012;hal 36-37).

5. PERUBAHAN FISIOLIGIS PADA KEHAMILAN

  Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatotropin, esterogen dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh di bawah ini : a. Uterus Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Uterus akan mengalami hipertrofi dan hipervaskularisasi akibat dari pertumbuhan dan perkembangan janin,pertambahan amnion dan perkembangan plasenta dari yang berukuran 30gr menjadi 1000 gr. Selain itu akan terjadi perlunakan pada isthmus uteri dan pembesaran plasenta pada satu sisi uterus (Hani.U,dkk,2011;hal 51).

  b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan ( tanda chadwicks) (Manuaba. I, dkk; 2011; hal 92).

  c. Payudara Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu, juga terjadi penigkatan hormon somatotropin untuk produksi ASI sehingga menjadi lebih besar (Hani. U, dkk, 2011; hal 53).

  d. Sirkulasi darah ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim,

  2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter, 3) Pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat.

  Akibat dari faktor diatas dijumpai beberapa perubahan darah antara lain volume darah emakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Kemudian perubahan pada sel darah merah yang makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim (Manuaba. I, dkk; 2012; hal 92).

  e. Mulut dan gusi Penigkatan esterogen dan progesteron miningkatkan aliran darah ke rongga mulut hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi edema dan hiperplastis ketebalan epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh, timbulnya muntah menyebabkan kebersihan mulut terganggu dan miningkatkan rasa asam di mulut (Hani. U, dkk, 2011; hal 53).

  f. Metabolisme Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI (Manuaba. I, dkk; 2011; hal 94).

6. JADWAL PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Tabel 2.1 Jadwal kunjungan antenatal care Kunjungan Umurkehamilan Tujuan

  a) Membangun hubungan saling Trimester Sebelum minggu percaya antara petugas pertama ke- 14 kesehatan dengan ibu hamil

  b) Mendeteksi masalah dan menanganinya c) Melakikan tindkan pencegahan seperti tetanus neonaturun, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktik tradisional yang merugikan

  d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi

  e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya) Trimester Sebelum minggu Sama seperti diatas, ditambah kedua ke-28 kewaspadaan khusus mengenai preeklampsi (tanya ibu tentang gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)

  Trimester Antara mingggu Sama seperti diatas, ditambah ketiga 28-36 palpasi absominal untuk mngetahui apakah ada kehamilan ganda, letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

  Sumber :Hani.U,dkk, 2010

7. PEMERIKSAAN KEHAMILAN

  a. Anamnesis 1) Anamnesis identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pekerjaan, alamat dan sebagainya.

  2) Anamnesis umum Tentang keluhan

  • – keluhan, bafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan, dan sebagainya. Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai rumus Naegele : hari + 7 bulan -3, dan tahun + 1TTP = hari+ 7 bulan
  • – 3 tahun +1 HT. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik, atau kehamilan mola sebelumnya(Mochtar,R.2012;hal 38-39).

  3) pemeriksaan fisik Menurut Manuaba (2011;345), Pemeriksaan fisik ibu hamil dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a) Pemeriksaan fisik umum (1) Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah :

  (a) Menilai kedaan umum yang dapat mendukung kehamilan atau sebaliknya sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan.

  (b) Mencari tanda-tanda perubahan fisik ibu hamil yang dapat mendukung diagnosis kehamilan.

  (c) Mencari kemungkinan penyakit yang telah dideritanya atau terselubung sehingga dapat ditegakkan diagnosis dini dan pengobatan. (d) Melakukan pemeriksaan penunjang khususnya laboratorium untuk menilai kesehatan umum ibu hamil atau untuk menegakkan diagnosis khusus kehamilan

  (2) Tujuan pemeriksaan fisik khusus adalah : (a) Untuk memastikan telah terjadi kehamilan (b) Untuk memastikan apakah kehamilannya intauterin (c) Untuk memastikan apakah kehamilannya tunggal atau ganda (d) Untuk memastikan apakah kehamilannya tergolong beresiko rendah, meragukan atau beresiko tinggi (e) Bagaimana sikap masing-masing untuk menghadapi itu (f) Untuk menentukan keadaan ibu dan janin saat ini (g) Untuk menentukan apakah perlu diberikan pengobatan terhadap penyakit yang diderita ibu (h) Untuk menentukan apakah saat ini diperlukan intervensi medis

  (i) Jika perlu dilakukan intervensi medis, perlu ditetapkan bagaimana bentuknya, tempat dilakukan sehingga jika mungkin tercapai

  well born baby dan well health mother (Mochtar,2011;h.34).

  (3) Konsep pemeriksaan ibu hamil adalah : (a) Inspeksi (b) Palpasi (c) Auskultasi (d) Pemeriksaan dalam (e) Pemeriksaan tambahan :

  ((1)) Minimal dilakukan ultrasonografi ((2)) Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan laboratorium (Prawirohardjo, 2010;239).

  a. Palpasi Abdomen

  • – Manuver Leopold Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan empat maneuver yang diperkenalkan oleh Leopold pada tahun 1894. Ibu berada pada posisi supinasi dan dalam posisi yang nyaman serta bagian perut terbuka. Maneuver ini sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan dan diinterpretasikan jika pasien obesitas, jika cairan amnion berlebihan, atau jika plasenta terletak di bagian anterior.

  1) Manuver pertama memungkinkan identifikasi polus janin, yaitu sefalik atau podalik yang menempati fundus uterus. Bokong memberikan sensasi massa besar nodular, sedangkan kepala terasa keras dan bulat serta lebih mudah bergerak dan dapat diayun. 2) Manuver kedua dilakukan setelah penentuan letak janin, dengan meletakkan telapak tangan di slah satu sisi abdomen ibu, dengan lengan memberikan tekanan lembut tetapi dlaam. Pada satu sisi, dirassakan struktur yang keras dan resisten

  • – punggung. Pada sisi lain, dirasakan bagian kecil irregular yang mudah digerakkan
  • – ekstremitas janin.Dengan memperhatikan apakah punggung terarah ke anterior, atau posterior, dapat ditentukan orientasi janin.

  3) Maneuver ketiga dilakukan dengan cara ibu jari dan jari-jari satu tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat di atas simfisis pubis. Jika bagian terendah janin tedak

  engaged, akan terasa massa yang dapat digerakkan, biasanya kepala.

  Perbedaan antara kepala dan bokong ditentukan seperti pada maneuver pertama. Namun, jika bagian terendah janin telah masuk jalan lahir

  (engaged), hasil manuver ini hanya

  menunjukkan bahwa bagian terendah polus janin berada di dalam pelvis, dan rinciannya ditentukan melalui maneuver keempat.

  4) Untuk melakukan manuver keempat, pemeriksa menghadap kearah kaki ibu dan, dengan uhung tiga jari pertama masing- masing tangan, memberikan tekanan yang dalam searah aksis aperture pelvis superior. Pada berbagai keadaan, ketika kepala telah berjalan turun ke dalam pelvis, bagian anterior bahu mudah dibedakan melalui maneuver ketiga (Manuaba, 2011; 341).

  b. Asuhan antenatal atau antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (Prawirohardjo,2010;hal 278). Menurut Mochtar (2012;35) tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil yaitu : 1) Tujuan umum adalah menyampaikan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam masa kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat. 2) Tujuan khusus adalah :

  a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

  b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

  c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak, dan d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi. Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal, jadwal asuhan cukup 4 kali. Dalam bahas program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali saat kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu (Prawirohardjo,2010;hal 279).

8. TANDA BAHAYA KEHAMILAN

  Menurut DepKes RI (2013) ada beberapa tanda bahaya kehamilan, diantaranya :

  1. Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono, 2010:h. 460).

  2. Mola hidatidosa Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis (Hani, 2010:h. 112).

  3. Kehamilan ektopik terganggu (KET) Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik terganggu berada di tuba fallopi (sarwono, 2010:h. 474).

  4. Plasenta previa Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demekian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (Sarwono, 2010: h.495).

  5. Edema Hampir separuh ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya maslah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung atatu preeklampsia (Hani, 2010:h.121).

  6. Hipertensi dalam kehamilan.

  Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). nyeri kepala, kejang, hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.

  Keadaan lain yang dapat mengakibatlkan kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis (Hani, 2010:h. 112).

B. PERSALINAN

1. Pengertian persalinan

  Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37) tanpa disertai dengan penyulit. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plaseta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2008; hal 39).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar,2012;hal 69).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2011;hal 164).

  Jadi persalinan merupakan suatu proses dimana hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan melalui jalan lahir.

  Dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit.

2. Sebab yang menimbulkan persalinan

  Menurut Mochtar (2012;h.123) teori yang menimbulkan adanya persalinan ialah: a. Teori penurunan hormon 2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

  b. Teori plasenta menjadi tua Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

  c. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

  d. Teori iritasi mekanik

  Di belakang serviks terletak ganglion servikale ( pleksus frankenhausher). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

  e. induksi partus partus dapat pula ditimbulkan melalui : 1) gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,

  2) amniotomi : pemecahan ketuban, 3) tetesan oksitosin : pemberian oksitosin melalui tetesan per infus (Manuaba, 2011;h.34).

3. Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu)

  a. Terjadinya his pesalinan His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri di perut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat : adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri, kondisi berlangsung secara syncron dan harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang kian sering, lama his berkisar 45-60 detik (Manuaba, 2011;h.567)

  b. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show) Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka (Prawirohardjo,2010;h.431)

  c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak tercapai, maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesaria (Mochtar,2011;h.57)

  d. Dilatasi dan effacement Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yangg semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas (Manuaba,2011;h.456)

4. Tahapan persalinan

  Menurut Manuaba (2011;h.57) persalinan dibagi dalam 4 tahap, yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV persalinan.

  a. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan tidak berlangsung begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida Selma 8 jam. Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam sedangkan pada multigravida 2 cm/jam.

  Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dpat diperkirakan.

  b. Kala II atau pengusiran. Gejala utama kala II adalah : 1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50-100 detik.

  2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

  3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti dengan mengejan, karena tertekannya pleksus Frankenhauser. 4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu. Suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.

  5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

  6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke bawah untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

  7) Lamanya kala II pada primigravida adalah 50 menit dan 30 menit untuk multigravida.

  c. Kala III (pelepasan uri). Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, Karen sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda : uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada fundus uteri (Mochtar;h.41) d. Kala IV (observasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc (Prawirohardjo, 2010;h.46)

5. ASUHAN PERSALINAN NORMAL

  Menurut Prawirohardjo (2010;H.241), ada 60 langkah persalinan normal, yaitu :

  Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

  1. Mengamati tanda dan gejala kala dua a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/atau vaginanya.

  c. Perineum menonjol.

  d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

  Menyiapkan pertolongan persalinan

  2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.

  3. Mengenakan baju penutup atau celemek yang bersih.

  4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih ang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

  7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah #9).

  8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

  10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memasyikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit).

  a. Mengambil tindakan yang sesuai apabila DJJ tidak normal

  b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

  Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran 11. Memberi tahu ibu pembukaan sedah lengkap dan keadaan janin baik.

  Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

  a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan temuan- temuan.

  b. Menjelaskan kepada naggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

  12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengan duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

  13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran : a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu untuk berbaring terlentang).

  d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

  e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f. Menganjurkan asupan cairan per oral.

  g. Menilai DJJ setiap 5 menit. h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primipara atau 60 menit (1 jam ) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran. i. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi- kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bai belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  Persiapan Pertolongan kelahiran Bayi

  14. Jika kepala bayi telak membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  16. Membuka partus set 17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  Meolong Kleahiran Bayi Lahirnya kepala

  18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan sat tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan- lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

  19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).

  20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

  a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar.

  Lahir bahu

  22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangn di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dank e arah luar yntuk melahirkan bahu posterior.

  23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

  Penanganan Bayi Baru Lahir

  25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi pada tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

  26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m.

  27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

  Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

  28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong btali pusat di antara dua klem tersebut.

  29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  Oksitosin

  31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

  33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

  Penegangan tali pusat terkendali 34. Memindahkan klem pada tali pusat.

  35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  a) Jika uterus tidak berkontraksi meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu

  Mengeluarkan plasenta

  37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit : 1) Mengulangi pemberian oksitosen 10 unit I.M. 2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic bila perlu 3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

  4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya 5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kalehiran bayi.

  38. Jika plaseta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan sela[ut ketuban tersebut.

  a. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

  Pemijatan uterus

  39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

  Menilai perdarahan

  40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

  a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

  41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan prosedur pascapersalinan

  42. Menilai ulang kontraksi uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43. Menceluokan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%; membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

  44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

  45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

  47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

  48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

  49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

  a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

  b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.

  c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

  d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

  e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

  50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masae uterus dan memeriksa kontaksi uterus.

  51. Mengevaluasi kehilangan darah.

  52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.

  b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  Kebersihan dan keamanan

  53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

  54. Membuang bahan-bahan yang telah terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.

  Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

  56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

  Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

  57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,55 selama 10 menit.

  59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  Dokumentasi 60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

6. Persalinan patologis

  Menurut Prawirohardjo (2010:h.562) gangguan pada persalinan ada beberapa yaitu ; a. Persalinan lama Persalinan lama juga disebut dengan distosia yang disebabkan 3 hal yaitu :

  1) Kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir lazim terdapat pada setiap persalina, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan

  2) Kelainan janin Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin

  3) Kelainan jalan lahir Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangikemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

  b. Persalinan presipitatus Merupakan persalinan yang terjadi kurang dari 3 jam (Prawirohardjo, 2010;h. 564).

C. BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian

  Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu Yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterina ke kehidupan ekstrauterine (Nanny,2010, hal: 12).

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KB PADA NY S USIA 37 TAHUN G3 P2 A0 UMUR KEHAMILAN 37 MINGGU 3 HARI DI PUSKESMAS JATILAWANG BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 36

BAB II TINJAUAN TEORI - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN RISIKO USIA DINI, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN MASA ANTARA (KB SUNTIK 3 BULAN) PADA NY. U UMUR 19 TAHUN G1P0A0 UK 39 MINGGU 5 HARI DI KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaa

0 0 53

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN FISIOLOGIS, PERSALINAN DENGAN KALA I LAMA, BAYI BARU LAHIR DENGAN MAKROSOMNIA, OBSTIPASI, DAN IKTERIK, NIFAS FISIOLOGIS, DAN KB IUD PADA NY. S UMUR 31 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 38 MINGGU 6 HARI DI KEMRANJEN -

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN FISIOLOGIS, PERSALINAN DENGAN KALA I LAMA, BAYI BARU LAHIR DENGAN MAKROSOMNIA, OBSTIPASI, DAN IKTERIK, NIFAS FISIOLOGIS, DAN KB IUD PADA NY. S UMUR 31 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 38 MI

0 5 107

BAB II TINJAUAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. Definisi - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD), BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.U G3P2A0 UMUR 30 TAHUN UMUR KEHAMILAN 11 MIN

0 2 120

BAB II TINJAURAN TEORI I. TINJAUAN MEDIS 1. KEHAMILAN A. Pengertian Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR(BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.A USIA 21 TAHUN DI PUSKESMAS II KEMBARAN

0 0 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORI - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS FISIOLOGIS DAN MASA ANTARA (KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN ) PADA NY. M UMUR 21 TAHUN G1P0A0DI KABUPATEN BANYUMAS - repository perpust

0 3 93

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. S UMUR 23 TAHUN G1P0A0 HAMIL 37+1 MINGGU DI BPS.SUPRI HASTUTI Amd.Keb. KABUPATEN BANYUMAS - repository pe

0 1 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN TEORI MEDIS - ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG PADA BY NY. M UMUR 0 JAM DI RSUD KEBUMEN - repository perpustakaan

0 0 36

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN DENGAN ANEMIA RINGAN DAN RESIKO TINGGI PERSALINAN PRESIPITATUS BAYI BARU LAHIR (BBL) NIFAS KB IUD PADA NY. S UMUR 39 TAHUN G4P2A1 DI PUSKESMAS II SUMPIUH - repository perpustakaan

0 2 16