Aktivitas antimikroba fraksi petroleum eter, kloroform, etanol bunga pulu (Carthamus tinctorius L.) terhadap Staphylloccus aureus, Escherechia coli dan Candida albicans - USD Repository

  

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI PETROLEUM ETER, KLOROFORM,

ETANOL BUNGA PULU (Chartamus tinctorius L.) TERHADAP Staphylococcus

aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Farmasi Oleh :

  Hermawan Deny Prasetyo NIM : 098114036

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI PETROLEUM ETER, KLOROFORM,

ETANOL BUNGA PULU (Chartamus tinctorius L.) TERHADAP Staphylococcus

aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

  

Oleh

Hermawan Deny Prasetyo

NIM : 098114036

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

30 Mei 2013

  31 Mei 2013

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 11 Maret 2013 Penulis,

  Hermawan Deny Prasetyo

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: nama : Hermawan Deny Prasetyo nomor mahasiswa : 098114036

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

AKTIVITAS ANTIMIKROBA FRAKSI PETROLEUM ETER, KLOROFORM,

ETANOL BUNGA PULU (Chartamus tinctorius L.) TERHADAP Staphylococcus

aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans.

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 Mei 2013 Yang Menyatakan Hermawan Deny Prasetyo

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah atas rahmat dan hidayahNya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Aktivitas Antimikroba

  Fraksi Petroleum Eter, Kloroform, Etanol Bunga Pulu (Chartamus tinctorius L.) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans ”.

  Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma. Perjuangan panjang dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan kerja sama berbagai pihak.

  Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak dan Ibu tercinta, Harya Adi Setiawan dan Sumarsih atas kesabaran dan kepercayaan, tulusnya doa dan kasih sayang, dukungan moral dan materi, serta semangat yang selali mengiringi langkahku.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Agustina Setiawati M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan moril, pengarahan, evaluasi dan saran mulai penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai.

  5. Ibu Rini Dwiastuti selaku dosen pembimbing akademik yang telah begitu perhatian, terima kasih atas saran, masukan dan petuah yang sangat berarti baik itu menunjang akademik maupun kepribadian saya.

  6. Ibu Maria Dwi Jumpowati, S.Si yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberi semangat serta masukan kepada penulis.

  7. Teman-teman IA1 SMAN I Kolaka yang telah banyak mengisi cerita hidup.

  8. Teman-teman seperjuanganku : Wanda Indriani W., Johanes Putra W., Bernadeta Arum W., terimaksih untuk doa, kerjasama, dan dukungannya.

  9. Seluruh laboran dari lantai satu sampai empat, terutama Mas Wagiran, Mas Sigit, Pak Mukmin yang telah banyak membantu selama penelitian sampai skripsi dapat diselesaikan.

  10. Teman-teman kelas A FSM 2009 untuk kebersamaan dan dukungannya.

  11. Teman-teman KKN Kelompok 20 XLIV: Victor, Evy Feny Veronika, Maria Sukma, Agustin Nugroho, Fenny, Elsa Ridho terimakasih untuk pelajaran hidup yang berharga, canda tawa dan kebersamaan kita.

  12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal sampai skripsi ini selesai yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan masih memerlukan kritik dan saran yang membangun dari segi

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN iii

  HALAMAN PERSEMBAHAN iv

  LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi KATA PENGANTAR vii

  DAFTAR ISI ix

  DAFTAR TABEL xii

  DAFTAR GAMBAR xiii

  DAFTAR LAMPIRAN xiv

  INTISARI xvi

  ABSTRACT

  xvii

  BAB I. PENGANTAR

  1 A.

  1 Latar Belakang 1.

  2 Permasalahan 2.

  3 Keaslian penelitian 3.

  4 Manfaat penelitian B.

  4 Tujuan Peneltian

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

  5 A.

  5 Bunga Pulu 1.

  5 Klasifikasi 2.

  5 Uraian tanaman

  1.

  8 Struktur Antigen 2.

  9 Toksin dan enzim

  3. Patogrnesis dan patologi

  10 C.

  11 Escherechia coli 1.

  11 Struktur antigen 2.

  12 Patogenesis dan tanda klinis D.

  15 Candida albicans 1.

  16 Struktur fisik 2.

  17 Patogenesis E. .

  18 Ekstraksi Bertingkat F.

  18 Maserasi G.

  19 Kromatografi Lapis Tipis H.

  20 Minyak Atsiri I.

  22 Flavonoid J.

  24 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba 1.

  24 Metode dilusi 2.

  24 Metode difusi K.

  25 Landasan Teori L.

  25 Hipotesis

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

  26 A.

  26 Jenis dan Rancangan Penelitian B.

  26 Variabel dan Definisi Operasional 1.

  26 Variabel penelitian 2.

  27 Definisi operasional C.

  27 Bahan dan Alat Penelitian 1.

  27 Bahan

  2.

  29 Pengumpulan bahan 3.

  29 Pengeringan dan pembuatan serbuk 4.

  29 Ekstraksi bertingkat serbuk bunga pulu 5.

  30 Pengujian potensi antimikroba 6.

  33 Identifikasi kandungan senyawa bunga pulu dengan uji tabung E.

  36 Kromatografi Lapis Tipis (Uji Penegasan Flavonoid) F.

  36 Kromatografi Lapis Tipis (Uji Penegasan Minyak Atsiri) G.

  37 Analisis Hasil

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  38 A.

  38 Determinasi Tanaman B.

  38 Hasil Pengumpulan dan Pembersihan C.

  38 Hasil Pengeringan D.

  40 Hasil Penyarian Serbuk E. Uji Aktivitas Antimikroba Fraksi Petroleum Eter, Kloroform, Etanol

  Bunga Pulu terhadap Staphylococcus aureus, Escherechia coli, dan

  Candida albicans dengan Metode Difusi

  41 F.

  45 Skrining Fitokimia 1.

  46 Uji tabung 2.

  51 Uji kualitatif secara kromatografi lapis tipis

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

  58 DAFTAR PUSTAKA

  59 LAMPIRAN

  63 BIOGRAFI PENULIS

  84

  DAFTAR TABEL

  / v dan pembanding terpenoid untuk analisis minyak atsiri Halaman

  53

  46

  44

  43

  43

  40

  39

  31

  v

  Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi uji Tabel II. Hasil maserasi serbuk bunga pulu Tabel III. Kepolaran relatif pelarut organik Tabel IV. Diameter zona hambat fraksi petroleum eter bunga pulu (Carthamus

  / v dan pembanding rutin 0,05% untuk analisis flavonoid Tabel IX. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam silika gel dan fase gerak toluen - etil asetat (93:7)

  v

  Tabel VII. Hasil Pengamatan uji tabung terhadap serbuk bunga pulu Tabel VIII. Nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase diam selulosa dan fase gerak n-butanol - asam asetat glasial - air (4:1:5)

  

tinctorius L.) terhadap Staphylococcus aureus,Escherechia coli dan

Candida albicans

  Tabel VI. Diameter zona hambat fraksi etanol bunga pulu (Carthamus

  

tinctorius L.) terhadap Staphylococcus aureus,Escherechia coli dan

Candida albicans

  Tabel V. Diameter Zona Hambat fraksi kloroform bunga pulu (Carthamus

  

tinctorius L.) terhadap Staphylococcus aureus,Escherechia coli dan

Candida albicans

  55

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bunga Pulu....................................................................................

  21

  54

  52

  52

  50

  48

  22

  15

  Gambar 2. Staphylococcus aureus.................................................................. Gambar 3. Escherecia coli pada media LA, Inkubasi 37 C........................... Gambar 4. Mikrograf Fluoresensi Candida albicans dewasa........................ Gambar 5. Rumus Bangun Carvacrol............................................................ Gambar 6. Rumus Bangun Flavon................................................................. Gambar 7. Reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik................................ Gambar 8. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl 3 ............................... Gambar 9. Interaksi Flavonoid dengan CaSO

  11

  7

  5

  Halaman

  Gambar 11. Reaksi Flavonoid dengan NH 3 ................................................... Gambar 12. Hasil Uji KLT Minyak Atsiri......................................................

  4 membentuk kompleks khelat Gambar 10. Hasil Uji KLT Flavonoid.............................................................

  55

DAFTAR LAMPIRAN

  68

  74

  73

  73

  72

  72

  71

  71

  Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melakukan Determinasi Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Staphylococcus aureus ATCC 25923 Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji Escherichia coli ATCC 32518 Lampiran 4. Sertifikat Hasil Uji Candida albicans ATCC 10231 Lampiran 5. Foto Tanaman Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dan Serbuk Bunga

  Pulu Lampiran 6. Foto Maserasi, Penguapan Menggunakan Rotaevaporator, Variasi

  66

  65

  64

  63

  Halaman

  Flavonoid Lampiran 14. Foto Hasil KLT Fraksi Metanol Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.)

  L.) dengan uji tabung Lampiran 8. Foto Hasil Uji Alkaloid Serbuk Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dengan Uji Tabung Lampiran 9. Foto Hasil Uji Antrakinon Serbuk Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dengan Uji Tabung Lampiran 10. Foto Hasil Uji Polifenol Serbuk Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dengan Uji Tabung Lampiran 11. Foto Hasil Uji Tanin Serbuk Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dengan Uji Tabung Lampiran 12. Foto Hasil Uji Saponin Serbuk Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dengan Uji Tabung Lampiran 13. Foto Hasil KLT Fraksi Metanol Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) dengan Deteksi UV 254, UV 365, dan Uap Amonia pada Analisis

  Konsentrasi Fraksi Etanol, Fraksi Kloroform, Fraksi Petroleum eter Lampiran 7. Foto Hasil Uji Pendahuluan Serbuk Bunga Pulu (Carthamus tinctorius

  67 Lampiran 15. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Petroleum Eter terhadap

  Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Metode Difusi Sumuran

  albicans ATCC 10231 dengan Metode Difusi Sumuran

  80

  80

  79

  79

  78

  78

  77

  77

  76

  76

  Lampiran 25. Foto Kemampuan Difusi Fraksi Petroleum Eter, Kloroform, Etanol Bunga Pulu (Carthamus tinctorius L.) pada Media Agar

  Escherichia coli, dan Candida albicans

  Lampiran 24. Foto Kontrol Media dan Pertumbuhan Staphylococcus aureus,

  Lampiran 23. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Etanol terhadap Candida

  Lampiran 16. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Kloroform terhadap

  albicans ATCC 10231 dengan Metode Difusi Sumuran

  Lampiran 22. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Kloroform terhadap Candida

  

Candida albicans ATCC 10231 dengan Metode Difusi Sumuran

  Lampiran 21. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Petroleum Eter terhadap

  coli ATCC 32518 dengan Metode Difusi Sumuran

  Lampiran 20. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Etanol terhadap Escherichia

  

Escherichia coli ATCC 32518 dengan Metode Difusi Sumuran

  Lampiran 19. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Kloroform terhadap

  

Escherichia coli ATCC 32518 dengan Metode Difusi Sumuran

  Lampiran 18. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Petroleum Eter terhadap

  aureus ATCC 25923 dengan Metode Difusi Sumuran

  Lampiran 17. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Fraksi Etanol terhadap Staphylococcus

  Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Metode Difusi Sumuran

  83 INTISARI Bunga pulu (Carthamus tinctorius L.) merupakan tanaman obat yang secara empiris digunakan untuk mengatasi kolesterol tinggi, angina pectoris, dan berbagai penyakit lainnya. Kandungan dari Carthamus tinctorius L. ialah flavonoid yang terdiri dari

  

chalcones, carthamin, carthamone, lignin , linalool, carvacrol,dan thymol. Profil resistensi

  antibiotik terus berkembang terhadap Staphylococcus aureus, Escherechia coli, dan

  

Candida albicans. Perlu dilakukan eksplorasi aktivitas antimikroba dari bunga pulu

  terhadap bakteri atau fungi tersebut untuk menemukan agen antimikroba alternatif yang lebih poten.

  Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Ekstraksi bertingkat bunga pulu dilakukan menggunakan pelarut petroleum eter, kloroform, dan etanol menggunakan metode maserasi. Uji aktivitas antimikroba menggunakan metode difusi sumuran, dilanjutkan metode dilusi padat untuk mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Serbuk bunga pulu kemudian diuji secara kualitatif untuk mengidentifikasi kandungan senyawanya. Data zona hambat yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif komparatif.

  Hasil penelitian menunjukkan fraksi petroleum eter, kloroform, etanol tidak memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Escherechia coli,

  

Candida albicans . Kandungan senyawa aktif hasil uji KLT diperkirakan adalah

flavonoid, senyawa fenolik dan minyak atsiri.

  Kata kunci : Aktivitas antimikroba, Bunga pulu (Carthamus tinctorius L.), Escherichia coli , Staphylococcus aureus, Candida albicans

  

ABSTRACT

  Pulu flower (Carthamus tinctorius L.) is a medicinal plant, that is empirically used to treat high cholesterol, angina pectoris, and other disease. Constituents of

  chalcones, carthamin, carthamone, lignin , Carthamus tinctorius L. is flavonoid such as linalool, carvacrol, and thymol

  Profil of antibiotic resistance is growing among

  

Staphylococcus aureus, Escherechia coli, and Candida albicans. Need some

  exploration of antimicrobial activity Pulu flower towards bacterial or fungi, to discover alternative antimicrobial agents are potently.

  This research is purely experimental, completely randomized design. Terraced extraction pulu flower perfomed using petroleum ether, chloroform, and ethanol using material method. Antimcrobial activity test using diffusion method, followed by dense dilution method to determine the Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal Bactericidal Concentration (MBC). The data then tested qualitatively to identify the content of the active compound. The result was analysed using comparative-descriptive analysing method.

  The result showed petroleum ether, chloroform, and ethanol extract does not have antimicrobial activity againts Staphylococcus aureus, Escherechia coli, and

  

Candida albicans . The content of active compound predicted with TLC assay are

flavonoids and essential oil (Carvacrol).

  

Keyword : Antimcrobial Activity, Pulu Flower (Carthamus tinctorius L.) Escherechia

coli, Candida albicans, Staphylococcus aureus.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

  yang dari waktu ke waktu dan terus berkembang dan pada tahun 2002, sebanyak 14,9 juta manusia meninggal akibat penyakit infeksi. Penyakit infeksi kulit, demam, dan sakit perut merupakan penyakit yang banyak dijumpai dimasyarakat. Penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (10.460 kasus),

  

Escherichia coli (7.632 kasus) dan jamur. Jamur yang paling menginfeksi manusia

  adalah jamur oportunistik. Salah satu agen jamur yang ditemui dengan frekuensi terbesar adalah Candida albicans dengan jumlah 7.808 kasus di Amerika Serikat (Madigan, Martinko, Dunlap, Clark, 2009).

  Sejak satu dekade terakhir, telah terjadi perubahan profil resistensi antibiotik. Penisilinase menyebabkan resistensi hampir disemua strain

  

Staphylococcus hingga 4,8% pada tahun 2007 (Sudibyo, Rohmawati, Munira,

  Febriana, Radiono, Suswanto, 2008). Resistensi E. coli terjadi peningkatan 0,59 %/tahun pada amoksisilin (Tadesse, Zhao, Tong, Ayers, Singh, Bartholommew, dkk., 2002). Biofilm Candida albicans resisten terhadap delapan senyawa antifungal diantaranya ialah ketokonazol (Safina, 2011). Seiring dengan

  Bunga pulu atau kasumba turatea (Carthamus tinctorius L.) dalam bahasa Bugis digunakan secara empiris untuk menurunkan kolesterol tinggi, mengatasi

  

angina pectoris , tromboangitis, hipertensi, kanker, nyeri haid, dan sakit perut

  setelah melahirkan (Wijayakusama, 2008). Analisis kimia dari ekstrak bunga pulu mengungkapkan senyawa utama ialah chartamin, chartamone, neo-chartamin,

  

nona-cosane , zat warna kuning saflawer, safflomin A, dipalmitin, adenosid, beta-

  sitosterol, dan polisakarida (Wijayakusuma, 2008a). Analisis minyak atsiri bunga pulu ditemukan thymol, carvacrol, linalool, dan eugenol (Ziarati, Asgarpanah, Klanifard, 2012). Beberapa senyawa tersebut berpotensi mempunyai aktivitas antimikroba (Nostro dan Papalia, 2012); (Akroum, Satta, Lalaoui, 2009).

  Sehubungan dengan potensi tersebut, maka perlu dilakukan eksplorasi yang merupakan penelitian pendahuluan, untuk mencari bahan alam yang mempunyai kemampuan sebagai antimikroba dari beberapa penyari untuk mempermudah menyari senyawa-senyawa tersebut diatas, berdasarkan kelarutan dan aktivitasnya terhadap Staphylococcus aureus yang mewakili Gram positif,

  

Escherichia coli yang mewakili Gram negatif dan Candida albicans yang mewakili

  fungi. Setelah diketahui adanya kemampuan sebagai antimikroba pada tanaman ini, tanaman ini dapat dikembangkan sebagai bahan dasar obat antimikroba baru.

1. Permasalahan a.

  Apakah fraksi petroleum eter, kloroform, dan etanol bunga pulu memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan

  Candida albicans ? b.

  Berapa Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari fraksi petroleum eter, kloroform, dan etanol bunga pulu terhadap

  Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans? c.

  Golongan senyawa apakah yang terkandung didalam bunga pulu? 2.

   Keaslian penelitian

  Pernah dilakukan penelitian mengenai potensi antibakteri ekstrak tanaman

  

Carthamus tinctorius L. pada Propionibacterium acne and Staphylococcus

epidermidis (Chomnawang, Surassmo, Nukoolkam, Gritsanapan, 2005). Selain itu,

  pernah dilakukan pengujian ekstrak metanol dan air panas pada tanaman

  

Carthamus tinctorius pada beberapa bakteri diantaranya Staphylococcus aureus

  (Mothana, Abdo, Hason, Althawab Fasial, Alaghbari, Lindequist, 2008) dan ekstrak metanol, etanol pada campuran bunga dan daun Carthamus tinctorius pada beberapa bakteri (Akroum, Satta, Lalaoui, 2009). Sejauh penelusuran pustaka oleh penulis, penelitian mengenai aktivitas antimikroba fraksi petroleum eter, kloroform,

3. Manfaat penelitian a.

  Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan tentang penggunaan bunga pulu

  (Carthamus tinctorius L.) yang berkhasiat sebagai antimikroba.

  b.

  Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat bunga pulu sebagai pengobatan alternatif bagi masyarakat terutama untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

  Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antimikroba fraksi petroleum eter, kloroform, dan etanol bunga pulu terhadap

  Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans.

2. Tujuan khusus a.

  Mengetahui aktivitas antimikroba fraksi petroleum eter, kloroform, dan etanol bunga pulu terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida

  albicans .

  

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Bunga Pulu 1. Klasifikasi ( Birla Institute of Scientific Research , 2010). Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Sub Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Classis : Dicotyledoneae (Tumbuhan berkeping dua) Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Carthamus Spesies : Carthamus tinctorius Linn.

Gambar 1. Bunga Pulu (Nagaraj dkk., 2012)

  

30 cm kedalam tanah. Batang yang licin, berkayu, silinder dan berwarna kehijauan di

dekat pangkalan. Daun diatur dalam roset dari dasar, panjang 4-20 cm dan luas 1-5 cm,

hijau tua mengkilap, daun atas menanggung banyak duri tajam. Setiap batang beruang

perbungaan terminal. Ini adalah kapitulum bulat, 1,3 -3,5 cm, mengandung 20-80

tabung oranye-merah, bunga menjadi merah tua saat berbunga. Bunga masing-masing

menghasilkan satu buah. Buah safflower adalah achenes, biasanya disebut biji,

dikelilingi oleh lambung fibrosa tebal yang halus, mengkilap dan runcing sekitar 6-9

mm, berwarna putih atau kecoklatan dan putih dengan abu-abu, cokelat atau garis-garis

hitam (Heuze dan Tran, 2011).

3. Kandungan kimia

  Kandungan dari Carthamus tinctorius L. ialah flavonoid yang terdiri dari

chalcones , carthamin, carthamone, dan lignin (Cai, Luo, Sun, Corke, 2003). Analisis

  kimia dari ekstrak bunga pulu mengungkapkan konstituen utama ialah chartamin,

  

chartamone , neo-chartamin, nona-cosane, zat warna kuning saflower, safflomin A,

dipalmitin, adenosid, beta-sitosterol, dan polisakarida (Wijayakusuma, 2008a).

  Sifat kimiawi dan aktivitas farmakologi 4.

  Bunga pulu memiliki rasa pedas dan agak pahit, berbau aromatik, dan bersifat hangat. Bunga pulu dapat meningkatkan sirkulasi darah, mencegah pembekuan darah, peluruh haid (emenagog), pencahar (laxative) dan sebagai stimulan (Wijayakusuma, 2008a).

B. Staphylococcus aureus

  

Gambar 2. Staphylococcus aureus (Stierman, 2012)

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, anaerob fakultatif

yang tidak membentuk spora, tidak bergerak dinding selnya mengandung

peptidoglikan dan asam teikoat. Selnya berbentuk bola dengan diameter kira-kira 1 µm

tersusun berkelompok menyerupai buah anggur. Tumbuh paling cepat pada suhu 37

  

C. Staphylococcus aureus relatif tahan terhadap panas (50 C selama 30 menit) dan

tahan terhadap natrium klorida 9%, tetapi dapat dihambat zat kimia tertentu (Jawetz,

Melnick, Adelberg, 2005). Sifat patogenesis dapat diamati terhadap kemampuan

memfermentasi materi secara aerob, kemampuan memecah gelatin, dan menghemolisis

darah (Todar, 2012). Staphylococcus aureus membentuk koloni abu-abu hinga kuning

emas, karakteristik pertumbuhan dengan menghasilkan katalase, yang membedakan

dengan streptokokus, bakteri ini memfermentasi karbohidrat, menghasilkan asam laktat

dan tidak menghasilkan gas. Aktifitas proteolitik bervariasi dari satu galur ke galur lain,

menyebabkan penyakit pada hampir semua jaringan tubuh yang terutama adalah abses.

  

beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa bahan tersebut adalah enzim, yang lain dapat

berupa toksin, meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Beberapa toksin berada

dibawah kontrol genetik plasmid, beberapa dibawah kontrol kromosom dan yang lain

mekanisme kontrol genetiknya belum ditemukan (Jawetz, Melnick, dan Adelberg,

2005).

1. Struktur antigen

  Staphylococcus mengandung antigen polisakarida dan protein seperti zat lain

yang penting dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida

yang mengandung subunit-subunit yang bergabung memberikan eksoskeleton yang

kaku dari dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap

lisozim. Infeksi akan merangsang pembentukan interleukin (pirogen endogen) dan

antibodi opsonin oleh monosit; dan ini dapat menjadi penarik kimiawi bagi leukosit

polimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti endotoksin dan mengaktivasi

komplemen (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005).

  Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur

Staphylococcus aureus yang bisa mengikat ke bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3.

  

Meskipun IgG terikat pada protein A, namun fragmen Fab tetap bisa bebas berikatan

dengan antigen spesifik. Protein A telah menjadi reagen yang penting dalam imunologi

dan teknologi laboratorium diagnostik. Beberapa galur Staphylococcus aureus

mempunyai kapsul yang menghambat fagositosis oleh lekosit polimorfonuklear kecuali

2. Toksin dan enzim

  Staphylococcus aureus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen

peroksida menjadi air dan oksigen; koagulase, protein yang menyerupai enzim yang

mampu menggumpalkan plasma yang ditambah dengan oksalat atau sitrat dengan

adanya suatu faktor yang terdapat dalam serum. Faktor serum bereaksi dengan

koagulase untuk membentuk esterase dan aktivitas penggumpalan, dengan cara yang

sama ini untuk mengaktivasi protrombin menjadi trombin. Cara kerja koagulase adalah

dalam lingkup kaskade penggumpalan plasma normal. Koagulase dapat membentuk

fibrin pada permukaan Staphylococcus, ini bisa mengubah ingestinya oleh sel fagositik

atau pengrusakannya dalam sel fagosit; eksotoksin, ini meliputi beberapa toksin yang

bersifat letal jika disuntikkan pada binatang, menyebabkan nekrosis pada kulit, dan

berisi larutan hemolisis yang dapat dipisahkan dengan elektroforesis. Aflatoksin

(hemolisin) adalah protein heterogen yang dapat melisiskan eritrosit dan merusak

platelet serta dimungkinkan sama dengan faktor dermonekrotik dari eksotoksin;

Lekosidin , toksin Staphylococcus aureus ini dapat membunuh sel darah putih pada

berbagai binatang. Peran toksin dalam patogenesis tidak jelas, karena Staphylococcus

aureus yang patogenik tidak dapat membunuh sel darah putih dan dapat difagositosis

efektif seperti yang nonpatogenik; enterotoksin, ada sedikitnya enam (A-F) toksin larut

yang dihasilkan oleh hampir 50 % galur Staphylococcus aureus. Seperti TSST-1,

enteroktoksin adalah superantigen yang berikatan dengan molekul MHC kelas II,

3. Patogenesis dan patologi

  Staphylococcus aureus yang patogenik dan bersifat invasif menghasilkan

koagulase dan cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning dan menjadi hemolitik.

  

Kemampuan patogenik Staphylococcus aureus adalah pengaruh gabungan antara

faktor ektraseluer dan toksin bersama dengan daya sebar invasif (Jawetz, Melnick, dan

Adelberg, 2005).

  Staphylococcus aureus menetap di folikel rambut menyebabkan nekrosis

jaringan (faktor dermonekrotik). Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin di

sekitar lesi dan di dalam limfatik, membentuk dinding yang menghambat proses

penyebaran dan diperkuat lagi oleh akumulasi sel inflamasi dan kemudian jaringan

fibrosa. Di dalam pusat lesi, terjadi likuefaksi dan nekrosis jaringan (dipacu oleh

hipersensitivitas tipe lambat) pada bagian abses yang lemah. Drainase cairan pusat

jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian secara kavitas oleh jaringan granulasi dan

akhirnya terjadilah penyembuhan (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005).

  Supurasi fokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus

manapun, organisme dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke bagian

lain dalam tubuh. Supurasi yang terjadi dalam pembuluh darah vena, yang berhubungan

dengan trombosis, merupakan gambaran umum proses penyebaran tersebut. Pada

osteomielitis, fokus primer pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah khas di

pembuluh darah tepi dari metafisis menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema,

  C. Escherichia coli Gambar 3. Eschericia coli pada SEM (Rogers, 2011) Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang banyak ditemukan pada ileum caudal, berbentuk batang pendek, dan dapat begerak. Pada lingkungan yang kurang baik dapat membentuk spora, dan merupakan kuman aerob fakultatif. Escherichia coli menghasilkan tes positif terhadap indole, lisin dekarboksilase, dan memfermentasi manitol dan menghasilkan gas dari glukosa.

  Bakteri ini merupakan bagian terbesar dari flora usus dan dianggap sebagai bakteri yang tidak patogen dalam saluran pencernaan. Escherichia coli akan bersifat patogen apabila berada terdapat di luar saluran pencernaan dan pada saat kondisi tubuh manusia menurun (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005 ).

1. Struktur antigen a.

  Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang polisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O dapat berpengaruh pada reaksi aglutinasi dengan antisera O. Antigen K menyebabkan perlekatan bakteri pada sel epitelial yang memungkinkan invasi ke sistem gastrointestinal atau saluran air kemih.

  c.

  Antigen H terletak pada flagella dan didenaturasi oleh panas atau alkohol.

  Antigen H mengadakan aglutinasi dengan antibodi H, biasanya IgG (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005).

2. Patogenesis dan tanda klinis

  Manifestasi klinis infeksi Escherechia coli tergantung pada tempat infeksi, dan tidak dapat dibedakan dengan gejala atau tanda dari proses-proses yang disebabkan oleh bakteri lain. Berikut beberapa penyakit yang berhubungan dengan Escherechia coli: a.

  Infeksi sistem saluran kencing, Escherechia coli merupakan penyebab paling banyak dari infeksi sistem saluran kencing dari jumlah untuk infeksi saluran kencing. Nefropatogenik Escherechia coli secara khas memproduksi hemolisin. Kebanyakan infeksi disebabkan oleh

  Escherechia coli dari sejumlah antigen O. Antigen K menjadi penting dalam patogenesis infeksi sistem saluran bagian atas.

  b.

  Escherechia coli yang berhubungan dengan penyakit diare. Escherechia

  coli yang umumnya menyebabkan diare ini diklasifikasikan berdasarkan

  sifat karakteristik dari virulensinya dan tiap kelompok menyebabkan berhubungan dengan kromosom mendukung pelekatan yang erat. Terjadi kehilangan microvili (affecement), pembentukan filamentasi

  actin atau struktur seperti cangkir, dan biasanya masuk ke dalam sel mukosa.

  2) Enteroxigenic E. coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada musafir. Strain ETEC memproduksi sebuah eksotoksin yang sifatnya labil terhadap panas (LT) dibawah kontrol plasmid. Sub unit B melekat dengan Gml gangliosida pada sisi sel epitel dari usus kecil dan memberikan fasilitas sebuah pemasukan dari subunit A ke dalam sel, dimana mengaktivasi adenylyl cyclase. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan konsentrasi lokal dari cyclic adenosine monophosfat (cAMP), yang menghasilkan hiperekskresi yang sering dan lama dari air dan klorid serta menghambat penyerapan natrium. Lumen usus digelembungkan dengan cairan hipermotility dan diare terjadi.

  3) Enterohemorhagic E. coli (EHEC) memproduksi verotoksin, dan dinamakan berdasarkan efek sitotoksik pada sel vero, merupakan biakan sel ginjal dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenik dari toksin. EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia berkembang dan dalam perjalanan ke negara tersebut. Strain EIEC memfermentasi laktosa dengan lambat atau tidak memfermentasi laktosa dan tidak motil. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang sel epithelial mukosa usus.

5) Enteroagregative E. coli (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronis.

  Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mukus, dan terjadi diare.

  c.

  Sepsis bila pertahanan inang normal tidak mencukupi. Escherechia coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherechia coli karena tidak memiliki antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih.

  d.

  Meningitis pada bayi, salah satunya disebabkan oleh Escherechia coli yang mempunyai antigen K1. Antigen ini bereaksi silang dengan grup B kapsular polisakarida dari N meningitidis. Mekanisme virulensi berhubungan dengan antigen KI belum dipahami (Jawetz, Melnick, dan

  Adelberg, 2005).

D. Candida albicans

  

Gambar 4. Mikrograf fluoresensi Candida albicans dewasa. A) sebelum diinkubasi dengan

thymol, biofilm sangat banyak pada jaringan multi-layer sel fungi dan berbentuk serabut. B)

setelah diinkubasi dengan Thymol ½x dari MIC selama 24 jam, terdapat sedikit perubahan

terlihat dibandingkan dengan kontrol. C) setelah diinkubasi dengan Thymol 1x dari MIC

terjadi perubahan struktur biofilm. D) setelah diinkubasi dengan Thymol 2x dari MIC jelas

menghambat semua unsur dan merusak struktur filamen (Braga, Sasso, Culici, Alfieri, 2008)

  Candida albicans termasuk organisme eukariotik dengan bentuk lonjong dan

bertunas, yang menghasilkan pseudomiselium yang terdiri atas pseudohifa yang

membetuk blastokonidia pada nodus-nodus dan kadang-kadang klamidokonidia pada

ujung-ujungnya baik dalam biakan maupun dalam jaringan. Pada agar sabouraud yang

diinkubasi pada suhu kamar atau 37 C selama 24 jam, spesies Candida menghasilkan

koloni-koloni halus berwarna krem yang mempunyai bau seperti ragi. Pertumbuhan

permukaan terdiri atas sel-sel bertunas lonjong. Candida adalah anggota flora normal

selaput lendir saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. Pada

tempat ini Candida albicans menjadi dominan dan cenderung patogen. Candida

  

sebagai faktor penyebab paling umum kandidiasis oral. Candida albicans dapat

ditemukan dalam rongga mulut yang sehat pada konsentrasi rendah (20 sel/cc saliva).

  

Dalam konsentrasi ini, organisme tidak bisa terdeteksi di bawah mikroskop, tetapi

hanya dapat dideteksi melalui kultur dalam media tertentu seperti pada Dextrose

Sabouroud Agar dalam bentuk koloni. Keseimbangan flora rongga mulut dapat

berubah menimbulkan suatu keadaan patologis atau penyakit karena beberapa faktor

seperti kesehatan mulut yang buruk, obat immunosupresan, penyakit sistemik yang

menurunkan daya tahan lokal tubuh (Tanjong cit., Sudiono, 2006).

1. Struktur fisik

  Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa mikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberikan bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan, dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2

  • – 30% dari berat kering dinding sel, 1,3
  • – D-glukan dan 1,6 – D – glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6 – 9 %, dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel Candida albicans

2. Patogenesis

  Infeksi Candida albicans berkaitan dengan perubahan bentuk sel-sel

  

Candida albicans dari bentuk yeast menjadi bentuk mycelium. Mycelium berbentuk

  panjang dengan struktur seperti akar yang disebut rhizoid. Rhizoid dapat menembus mukosa, dan dapat juga masuk melalui sel-sel epitel di saluran cerna, invasi ini dapat berlanjut hingga ke pembuluh darah dan menyebabkan septikemia (Riskillah cit., Kayser, Bienz, Eckert, Zinkernage, 2005).

  Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antar mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Makanan dan manoprotein merupakan molekul-moleku Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah terjadi proses penempelan, Candida

  

albicans berpenetrasi ke dalam sel mukosa. Dalam hal ini enzim yang berperan

  adalah aminopeptidase dan asam fosfatase. Setelah proses penetrasi, semua tergantung dari keadaan imun dari host (Tjampaksari, 2006).

  Sembilan faktor virulen Candida albicans yaitu perubahan fenotip, bentuk dan susunan hifa, thigmotropism, hydrophobicity, kemampuan meniru molekul-

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antifungi Air Perasan Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Candida albicans Secara in Vitro.

2 6 19

Aktivitas Antimikroba Metode Ozonisasi Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans Secara In Vitro.

0 0 25

Uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana, fraksi kloroform, dan fraksi etanol kulit buah manggis (garcinia mangostana l.) terhadap escherichia coli resisten amoksisilin.

0 2 8

Aktivitas antimikroba fraksi petroleum eter, kloroform, etanol bunga pulu (Carthamus tinctorius L.) terhadap Staphylloccus aureus, Escherechia coli dan Candida albicans.

2 12 105

Uji aktivitas antibakteri fraksi n heksana, fraksi kloroform, dan fraksi etanol kulit buah manggis (garcinia mangostana l.) terhadap escherichia coli resisten amoksisilin

0 0 6

Uji daya antimikroba ekstrak etanol saga (Abrus precatorius Linn) terhadap jamur candida albicans dan bakteri escherichia coli ATTC 35218 serta kesetaraannya dengan ketokonazol dan kloramfenikol - Ubaya Repository

1 6 1

ISOLASI SENYAWA KIMIA DARI BUNGA KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.)

0 2 61

Uji daya antimikroba dari destilat caryophylli flos terhadap streptococcus pyogenes dan Candida albicans - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 15

Perbandingan antibakteri dari ekstrak etanol dan fraksi ekstrak etanol tanaman ceguk (Quisqualis indica L.) terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 16

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) terhadap escherichia coli dan staphylococcus aureus - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 1 18