BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perubahan Sosial Ekonomi - KAJIAN PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEBERADAAN OBJEK WISATA DREAM LAND DI DESA PANCASAN KECAMATAN AJIBARANG - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perubahan Sosial Ekonomi Soekanto (2009) menjelaskan perubahan sosial adalah segala perubahan

  pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sumardi dan Evers dalam Basrowi dan Siti Juriah (2010) Keadaan ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.

B. Kondisi Sosial Ekonomi

  Sejak lahir manusia mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan menjadi dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat, dan keinginan untuk menjadi dengan suasana alam sekelilingnya. Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut manusia menggunakan pikiran,perasaan,dan kehendaknya. Hal ini menurut Soerjono Soekanto dalam Rusmiatun (2004), menjelaskan akan menimbulkan kelompok- kelompok sosial atau social group di dalam kehidupan manusia.

  Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama. Adanya kelompok-kelompok tersebut akan menimbulkan hubungan dan saling pengaruh-pengaruhi antara yang satu

  5

  • – dengan yang lainnya. Maka hal tersebut akan menimbulkan adanya pelapisan pelapisan dalam masyarakat.

  Menurut Soerjono Soekanto dalam Rusmiatun (2004), Pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kalas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Lapisan masyarakat menurut Soerjono Soekanto Soerjono Soekanto dalam Rusmiatun (2004), terbagi menjadi tiga kelas, yaitu lapisan kelas atas (Upper class), lapisan kelas menengah (Midle class), dan lapisan kelas bawah (Lower class).

  Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sejak lahir hingga meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan akan segala sesuatunya. Untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan diperlukan pengorbanan untuk mendapatkannya. Menurut Adit (2011), Kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingan / prioritas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

  1. Kebutuhan Primer Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang benar-benar amat sangat dibutuhkan orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi. Contohnya adalah seperti sembilan bahan makanan pokok / sembako, rumah tempat tinggal, pakaian, dan lain sebagainya.

  2. Kebutuhan Sekunder Kebutuhan sekunder adalah merupakan jenis kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik.

  Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer. Misalnya seperti makanan yang bergizi, pendidikan yang baik, pakaian yang baik, perumahan yang baik, dan sebagainya yang belum masuk dalam kategori mewah.

  3. Kebutuhan Tersier Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan skunder. Contohnya adalah mobil, antena parabola, Hand phone, komputer laptop notebook, tv 50 inchi, jalan-jalan ke Hawaii, apartemen, dan lain sebagainya (Adit, 2011).

  Menurut Soerjono Soekanto dalam Rusmiatun (2004), membedakan status ekonomi menjadi tiga tingkatan yaitu:

  1. Status ekonomi tinggi Yaitu golongan orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhan primer serta dapat memenuhi kebutuhan sekunder pertama, yaitu kebutuhan kemewahan, dalam kelompok ini adalah kelompok orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dalam satu instansi dan wiraswasta yang berhasil.

  2. Status ekonomi sedang Yaitu golongan orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhan primer serta dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan sekunder kedua, yaitu kebutuhan tambahan, biasanya yang termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok orang-orang pegawai negeri sipil golongan II dan golongan III dan wiraswasta kecil-kecilan serta petani yang berhasil dalam menanam.

  3. Status ekonomi rendah Yaitu golongan orang-orang yang hanya dapat memenuhi kebutuhan primer saja sedangkan kebutuhan sekundernya sebagian kecil saja yang dapat dipenuhi, biasanya yang termasuk dalam kelompok ini adalah orang-arang buruh dan ptani penggarap sawah milik majikannya.

  Triyono dan Nasikun dalam Rusmiatun (2004), melihat status sosial ekonomi dalam dimensi gaya hidup dan dimensi kehormatan sosial. Sebagai indikatornya, gaya hidup yang dimaksud dilihat dari gaya bangunan rumah, sebagai hasil pengkonsumsian benda-benda materi yang melekat pada komponen bangunan rumah. Dalam hal ini yang dilihat adalah, model kerangka atap, jenis dinding, jumlah ruangan, spesialisasi fungsi ruangan, jenis jendla dan pintu, jenis genteng, dan jenis lantai. Secara garis besar model atap bangunan tradisional di Kabupaten Banyumas ada lima jenis, yaitu panggangpe, kampong, tajug, limasan, dan joglo (Koderi dalam Rusmiatun 2004).

  Hasil penelitian Triyono dan Nasikun dalam Rusmiatun (2004), di desa- desa di Pulau Jawa menemukan bahwa tinggi rendahnya kelas ekonomi menentukan tinggi rendahnya prestise gaya bangunan rumah. Temuan ini menunjukan bahwa gaya bangunan rumah merupakan lambang identitas status sosial antar kelas ekonomi. Ini berarti penampakan identitas lewat gaya bangunan rumah merupakan usaha dari kelas-kelas ekonomi untuk menempatkan diri di dalam tatanan sosial yang ada. Dilihat dari model kerangka atap rumah antar kelas ekonomi, tampak bahwa rumah model paris, joglo dan limasan banyak ditempati oleh kelas ekonomi kaya dan cukup (kelas I). Sebaliknya, rumah model kampung dan panggangpe banyak ditempati oleh kelas ekonomi agak cukup dan kelas ekonomi kurang (kelas II dan III). Kenyataan ini sejalan dengan pendapat kodiran (1992) yang menyatakan bahwa di daerah pedesaan di Jawa tipe rumah joglo dan limasan banyak ditempati orang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi di mata masyarakat. Arsyad dalam Rusmiatun (2004), melihat bahwa kelengkapan perabot rumah tangga yang meliputi kepemilikan barang-barang mebeler, alat komunikasi elektronika, sarana transportasi serta peralatan dapur yang ada, akan membawa serta gaya hidup pemiliknya dan juga akan menumbuhkan kualitas kedudukan ekonomi dan kedudukan sosial tersendiri dalam masyarakat.

  Triyono dan Nasikun dalam Rusmiatun (2004), menyatakan bahwa indikator kehormatan sosial dilihat pada bagaimana seseorang membawakan diri dalam pergaulan sosial sebagai usaha untuk menempatkan diri dalam pergaulan sosial yang ada. Cerminan kehormatan sosial dilihat dari solidaritas sosial seseorang dalam proses pertukaran sosial dan banyaknya sumbangan yang dikeluarkan untuk menolong atau membantu orang lain.

  Sosial ekonomi menurut Abdulsyani dalam Irwan (2009), adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

  Kondisi sosial ekonomi keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

  1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah dilalui oleh seseorang dalam melaksanakan pendidikan atau dalam bersekolah

  2. Jenis mata pencaharian Daldjoeni dalam Hamzanwadi (2011) menyatakan bahwa mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Mata pencaharian menurut Mubyarto dalam Hamzanwadi (2011), meliputi:

  a. Petani/nelayan meliputi sawah, tegalan, tambak, kebun/perkebunan, peternakan b. Buruh tani meliputi buruh tani, ternak, tambak, pengemudi traktor

  c. Buruh industri meliputi buruh kasar industri, buruh pengrajin, operasi mesin, buruh pengolahan hasil pertanian d. Usaha industri/penjual meliputi pengelolaan hasil pertanian, tekstil, batik, jahit, industri plastik, industri makanan dan minuman, pande besi e. Pedagang/penjual meliputi pemilik toko, pelayan toko, pedagang keliling

  (hasil pertanian, pedagang es dan pedagang bakso), kios/warung

  f. Pekerjaan angkutan yaitu sopir, kenek, tukang becak, pengusaha angkutan, ojek

  g. Pekerjaan bangunan yaitu pengusaha bangunan, tukang/buruh bangunan, tukang kayu dan mandor bangunan h. Profesional meliputi tenaga kesehatan (PLKB, bidan), seniman, guru/dosen,

  Pegawai Negeri, pamong, polisi, TNI, tenaga lain (termasuk guru mengaji, pengurus masjid) i. Pekerjaan jasa meliputi pelayan rumah makan, pembantu rumah tangga, binatu/tukang cuci, penata rambut, dukun bayi/pijat, mencari barang di alam bebas, tenaga jasa lain (tukang kebun, jasa keamanan/ bukan pegawai negeri dan tukang pikul).

  3. Jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan dalam penelitian ini adalah pekerjaan seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidup kesehariannya, atau pekerjaan yang saat ini dikerjakan untuk mencukupi kehidupan keluarga.

  4. Besarnya pendapatan Berdasarkan pendapatan dalam penelitian ini adalah berapa besar uang yang diperoleh seseorang dalam satu bulan berdasar pekerjaannya.

C. Kepariwisataan

  Undang-undang no. 10/Th 2009 (UU no.10/2009) disebutnya sebagai Undang- undang tentang “Kepariwisataan”. Di samping itu, kita sering mendengar dan membaca adanya istilah “obyek wisata” dan “atraksi wisata“. Oleh karena itu tidaklah heran jika banyak pihak yang mempertanyakan akan perbedaan antara wisata, pariwisata dan kepariwisataan.

  Dengan diundangkannya UU no.10/2009 tentang Kepariwisataan, diharapkan penggunaan istilah-istilah itu dilakukan lebih tertib sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa sehingga tidak lagi menimbulkan pengertian yang membingungkan. Di dalam BAB I Ketentuan Umum UU no.10/2009 ditetapkan berbagai ketentuan yang terkait dengan kepariwisataan, di antaranya sebagai berikut.

  1. Wisata : adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu;

  2. Wisatawan : adalah orang yang melakukan wisata;

  3. Pariwisata : adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah;

  4. Kepariwisataan : adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.

  a. Objek Wisata

  Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan (Rafans, 2012).

  b. Dimensi Pariwisata

  Menurut Mill (2000), pariwisata memiliki empat dimensi, antara lain : 1) Atraksi

  Atraksi merupakan apa yang pertama kali menarik pengunjung ke sebuah kawasan atau, dalam artian pembangunan, cenderung dikembangkan lebih dahulu.

  Atraksi bisa bersumber berdasarkan sumber-sumber alam, budaya, etnisitas, atau hiburan.

  a) Sumber- sumber alam Setiap kawasan diberkati dengan derajat tertentu, yang berbentuk ciri fisik alam, iklim, dan keindahan alam kawasan itu sendiri. Setiap kawasan mempunyai kombinasi keunikan ciri-ciri sumber alam. Ciri terpenting bagi pariwisata adalah keatraktifan yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu, ragam pemandangan alam, dan sejumlah ciri rekreasional yang dimungkinkan oleh sumber-sumber itu.

  b) Budaya.

  Budaya sebuah kawasan yaitu cara hidup masyarakatnya. Yang dapat ditunjukan oleh hal-hal seperti tempat bersejarah, agama, cara orang hidup, cara mereka diperintah, dan tradisi-tradisi baik dimasa lalu maupun dimasa sekarang. c) Etnisitas.

  Alasan nomor satu orang Amerika Utara melakukan Perjalanan adalah mengunjungi teman-teman atau kerabat mereka. Liburan seringkali dipergunakan untuk memperbarui ikatan dengan keluarga maupun dengan teman-teman.

  d) Hiburan.

  Wisatawan seringkali tertarik pada sebuah tempat karena hiburan yang disediakan tempat itu. Hiburan itu bisa jadi ciri permanen tempat tujuan wisata tersebut. 2) Fasilitas

  Fasilitas-fasilitas yang tersedia pada tempat wisata akan melayani wisatawan selama berada disana. Dukungan fasilitas menumbuhkan sebuah tempat tujuan wisata. Fasilitas utamanya adalah tempat menginap, restoran makanan dan minuman, pelayanan-pelayanan pendukung seperti cenderamata atau toko-toko bebas pajak dan infrastruktur seperti sistem tata air, jaringan komunikasi, fasilitas perawatan kesehatan, terminal transportasi, listrik, sistem saluran dan pembuangan, jalan-jalan, dan keamanan. 3) Transportasi

  Wisatawan membutuhkan untuk melakukan perjalanan ke tempat tujuan wisata oleh karena itu, perlu dan penting adanya transportasi untuk sampai ke tujuan wisata dengan nyaman. 4) Keramahtamahan

  Keramahtamahan sebuah kawasan adalah perasaan yang disambut baik yang diterima oleh wisatawan pada waktu mengunjungi sebuah kawasan. Tempat tujuan dapat mendorong munculnya perasaan tentang keramahtamahan, banyak cara yang dapat dilakukan seperti penyelenggaraan program khusus menginformasikan penduduk setempat apa yang dapat dilakukan oleh pariwisata pada kawasan itu.

c. Manfaat Pariwisata

  Menurut Priyantini (2003) manfaat pariwisata adalah: 1) Bidang ekonomi

  Pembangunan pariwisata berpengaruh pada perubahan kehidupan dalam masyarakat, berhubungan dengan pengaruh pada pendapatan dan distribusibpendapatan. Pengaruh pariwisata pada penduduk lokal dapat dirangkum dalam satu kata

  “ Pekerjaan”.

  a) Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha Pembangunan pariwisata dapat membuka kesempatan kerja dan lapangan berusaha baik pada waktu sebelum maupun sesudah berlangsungnya kegiatan kepariwisataan itu sendiri. Kesempatan kerja yang tersedia sebelum kegiatan kepariwisataan dimulai pada bidang pembangunan prasarana maupun sarana kepariwisataan, seperti pada pembangunan hotel

  • – hotel besar yang dapat memakan waktu tahunan dan memperkerjakan ratusan pekerja bangunan.

  Tenaga kerja terserap langsung oleh pembangunan pariwisata adalah dalam bidang-bidang : (1) Akomodasi ( hotel berbintang dan jenis akomodasi lainnya) (2) Restaurant dan Bar (3) Taman Rekreasi dan Hiburan

  (4) Perusahaan Perjalanan (5) Pramuwisata (6) Usaha Cinderamata (7) Jasa Informasi Pariwisata (8) Pemerintah

  Dalam sektor pariwisata menyerap pula tenaga-tenaga secara tidak langsung melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kepariwisataan, antara lain :

  (1) Taksi (2) Toko-toko dan Pusat Perbelanjaan (3) Catering/Industri dan Perikanan (4) Pertanian, Peternakan dan Perikanan (5) Olahraga Air ( layar, motor boat, surfing, diving) (6) Keuangan (Perbankan, Money Changer, Asuransi) (7) Jasa Informasi (8) Jasa-jasa lainnya.

  Sektor pariwisata merupakan kegiatan yang terkait dengan faktor alam kebudayaan. Oleh karena itu jangkauan pembangunan pariwisata akan menyebar sampai ke pelosok-pelosok, pantai-pantai dan daerah pegunungan yang terpencil sekalipun diseluruh tanah air.

  Dengan demikian sektor pariwisata memiliki keunggulan koparatif yang tinggi, baik untuk memperluas kesempatan berusaha sampai pelosol-pelosok pedesaan maupun untuk menciptakan pemerataan pendapatan yang cukup luas bagi masyarakat setempat.

  b) Meningkatkan Penerimaan Devisa Untuk menjamin kelangsungan Pembangunan Nasional di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, devisa sangat diperlukan. Dengan devisa kita dapat membeli barang-barang modal dan material yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Sektor Pariwisata mempunyai peluang untuk memperoleh devisa yang cukup besar dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.

  c) Meningkatkan Penerimaan Negara Pemerintah juga banyak memperoleh manfaat dari penerimaan negara berupa pajak ( pajak langsung dan tidak langsung).

  1) Pajak langsung Pajak langsung dari keuntungan-keuntungan perusahaan yang tergerak dalam sektor pariwisata

  2) Pajak tidak langsung Pajak tidak langsung (bea Masuk) dan Ber Cukai yang diterima negara dari sektor pariwisata atau sektor pendukungnya, karena pembelian barang atau jasa.

  d) Meningkatkan dan Pemerataan Pendaatan Rakyat Pengeluaran atau pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan di suatu daerah tujuan wisata, akan meningkatkan pendapatan masyarakat. e) Meningkatkan Ekspor Sektor pariwisata juga mendorong proses produksi dengan menggunakan sejumlah bahan (material) dari sektor produksi lainnya, untuk selanjurnya menghasilkan produksi jasa melalui penciptaan sejumlah nilai tambah. Kegiatan produksi tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, antara lain berupa barang-barang cinderamata yang beraneka ragam.

  f) Menunjang Pembangunan Daerah Pembangunan pariwisata senderung tidak berpusat di wilayah perkotaan, melainkan lebih cenderung terarah ke daerah pendalaman atau pantai yang beebas dari bisingan perkotaan. Dengan demikian, sektor pariwisata juga berperan dalam menunjang pembangunan daerah.

  2) Bidang Sosial Budaya Pariwisata manfaatnya cukup berarti dalam bidang sosial budaya yaitu dapat mengupayakan pelestarian dan mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa.

  Modal dasar bagi pengembangan pariwisata adalah keanekaragaman kebudayaan Indonesia, sehingga kita harus mampu menjaga kelestarian budaya. Pelestarian sumber daya pariwisata dilakukan melelui : a) Pembinaan dan pengembangan kesenian

  b) Pemeliharaan keindahan dan kekayaan alam

  c) Pemeliharaan adat istiadat

  d) Pemeliharaan peninggalan sejarah

  e) Pemeliharaan peninggalan purbakala

  f) Dan lain-lain

  d. Pengaruh Pariwisata Terhadap Ekonomi

  Menurut (Mill, 2000) Ciri-ciri ekonomi pariwisata menjelaskan jenis-jenis pengaruh yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap sebuah komunitas. Ada lima ciri yang berbeda antara lain : 1) Produk pariwisata tidak dapat disimpan 2) Permintaannya sangat tergantung pada musim. Ini berarti pada bulan-bulan tertentu ada aktivitas yang tinggi sementara pada bulan-bulan yang lain hanya sedikit kegiatan secara bisnis. 3) Permintaan dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

  4) Sebuah fungsi dari banyak motivasi yang kompleks. Wisatawan melakukan perjalanan berdasarkan lebih dari satu alasan saja. Juga hanya ada sedikit kesetiaan bagi sebagian besar wisatawan. Artinya, sebagian besar wisatawan ingin mengunjungi daerah yang berbeda setiap tahunnya daripada kembali ketempat yang sama setiap musim liburan. 5) Pariwisata berhubungan erat dengan biaya dan pendapatan yang elastis.

  Permintaan akan sangat dipengaruhi oleh perubahan biaya dan pendapatan yang relatif kecil.

  e. Dampak Sosial Ekonomi

  Menurut Cohen (Pitana, 2005), mengategorikan delapan kelompok besar dampak pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal, yaitu : 1) Dampak terhadap penerimaan devisa 2) Dampak terhadap pendapatan masyarakat

  3) Dampak terhadap kesempatan kerja 4) Dampak terhadap harga-harga 5) Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan 6) Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol 7) Dampak terhadap pembangunan 8) Dampak terhadap pendapatan pemerintah f.

   Keuntungan Secara Ekonomi

  Pariwisata menyumbang pengumpulan mata uang asing (devisa), meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja, dapat meningkatkan struktur perekonomian, dam mendorong perkembangan usaha kecil (Mill, 2000).

D. Dream Land Spring Water Park

  Objek wisata Dream Land terletak di desa Pancasan kecamatan Ajibarang, kota Purwokerto kabupaten Saat ini Dream Land merupakan objek wisata kolam renang (waterboom) terbesar di kota Purwokerto. Pesona alamnya yang indah dan menawan mampu menyedot banyakdari berbagai belahan kota.

  Dream Land adalah tempat yang strategis untuk melepas penat yang

  dikelilingi perbukitan dan danau buatan yang indah menawan. Dream Land memiliki bermacam-macam wahana seperti, sembilan kolam renang,taman batu, taman aquarium, taman reptil, taman mini zoo, flying fox, mandi bola, bom bom

  

car , gua kamal (gua buatan), bioskop 4D, terapi ikan, danau buatan, rumah perahu,

jet sky, arum jeram. Hanya dengan bermodal tiket sebesar Rp 15.000,-

  pengunjung dapat menikmati wahana air Dream Land. Dengan menambahkan uang sebesar Rp 75.000,- pengunjung bisa menikmati olahraga ekstrim air seperti

  

jetsky dan ada juga wahana outbond lain yang turut mendukung

kelengkapan objek wisata air Dream Land seperti perahu naga dan flying fox.

  

Dream Land park selain menjadi salah satu tempat wisata hiburan yang komplit

  dan bermanfaat bagi masyarakat juga memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja yang signifikan di khususnya masyarakat Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang (Pengelola Dream Land , 2013) E.

   Penelitian yang Relevan

  Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui keberadaan pariwisata terhadap kondisi social ekonomi keluarga. Keberadaan objek wisata tersebut yang diteliti antara lain kondisi sosial ekonomi keluarga desa Pancasan.

  Efendi (2010), dampak Pengembangan di Sektor Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Sendang Biru, Desa Tambak Rejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mampu menunjang daerah Sendang Biru untuk dikembangkan sebagai daerah wisata, dampak pengembangan di sektor pariwisata terhadap kehidupan sosial masyarakat Sendang Biru, dampak pengembangan di sektor pariwisata terhadap kehidupan ekonomi masyarakat Sendang Biru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitataif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi Sendang Biru merupakan daerah pesisir cukup memadai sebagai daerah tujuan wisata pantai. Pariwisata itu sendiri berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dan munculnya pariwisata tersebut perlahan-lahan mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat.

  Dyah (2003), industri pariwisata dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal di kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang.

  Bertujuan mengetahui pola nafkah Desa Borobudur dan Desa Candirejo sejak berkembangnya Taman Wisata Candi Borobudur, melihat pola hubungan sosial produksi di beragam sektor rakyat (pertanian dan non pertanian) masyarakat Desa Borobudur dan Desa Candirejo sejak berkembangnya Taman Wisata Candi Borobudur, mengetahui jejaring sosial dan sistem keamanan sosial masyarakat Desa Borobudur dan Candirejo sebagai akibat perubahan nafkah masyarakat setempat, mengetahui kegiatan sosial-kemasyarakatan dan sistem religi dalam masyarakat Desa Borobudur dan Desa Candirejo berkaitan dengan berkembangnya Taman Wisata Candi Borobudur. Analisis datanya menggunakan data kualitatif disajikan secara deskriptif, dan data kuantitatif berupa data frekuensi dan tabulasi silang. Hal ini diduga mempengaruhi pendapatan rumah tangga masyarakat baik dari sektor pertanian maupun non pertanian yang dominan.

  Wijaya (2007), analisis dempak perkembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat pesisir Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang ke Gili Indah, mengidentifikasi dampak social ekonomi dan mengidentifkasi dampak social budaya terhadap masyarakat pesisir Gili Indah akibat adanya perkembangan pariwisata. Metode pengambilan sample yang digunakan adalah purposive

  

sampling dan accidental sampling. Analisis pendugaan jumlah wisatawan

  menggunakan pendekatan statistik, analisis dampak makroekonomi menggunakan metode Location Quotient (LQ), analisis Shife and Share, analisis pelipatgandaan, dengan menggunakan metode present value dengan pendekatan discount factor dan analisis dampak sosial budaya menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian diketahui bahwa wisatawan yang berkunjung ke Gili Indah di dominasi oleh wisatawan mancanegara yang memiliki rata-rata presentase 94,76% selama empat tahun terakhir. Kondisi sosial budaya masyarakat Gili Indah juga telah dipengaruhi oleh adanya pariwisata melalui gaya hidup dan pola pembagian kerja.

  Dari ketiga hasil penelitian yang relevan, penelitian ini berbeda yaitu Kajian perubahan kondisi sosial ekonomi keluarga dengan keberadaan objek wisata Dream Land di Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang. Bertujuan Untuk Mengkaji perubahan kondisi sosial ekonomi keluarga dengan keberadaan objek wisata Dream Land di Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang. Penelitian ini menggunakan Populasi Sampling sedangkan sampel yang digunakan menggunakan Quota Samling dan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan persentase.

F. Kerangka pikir

  Obyek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

  Obyek wisata air Dream Land akan memberikan perubahan kepada komponen-komponen yang terlibat dalam proses pengelolaan taman wisata tersebut. Komponen yang paling rentan terhadap perubahan keberadaan Dream

  

Land adalah masyarakat di sekitar obyek wisata tersebut, yaitu masyarakat Desa

Pancasan.

  Keberadaan obyek wisata Dream Land memberikan peluang usaha bagi warga desa Pancasan. Masyarakat yang semula bekerja serabutan atau hanya sebagai ibu rumah tangga, kini bisa memiliki pekerjaan dan mempunyai penghasilan dengan membuka usaha di sekitar obyek wisata Dream Land.

  Secara luas pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti politik, keamanan, dan sebagainya. Namun secara garis besar dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang banyak mendapat ulasan adalah dampak terhadap sosial ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak terhadap lingkungan (Pitana dan Gayatri, 2004). Dalam penelitian ini hanya akan memfokuskan terhadap sosial ekonomi saja.

  Kerangka pikir pada penelitian ini adalah: OBJEK WISATA EKONOMI SOSIAL

  1. Kebutuhan primer dan

  1. Gaya bangunan rumah, sekunder

  2. Kehormatan sosial,

  2. Perabot rumah tangga,

  3. Tingkat pendidikan,

  3. Tingkat pendapatan

  4. Jabatan dalam organisasi

  KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

G. Hipotesis

  Hipotesis pada penelitian ini adalah Keberadaan Dream Land dapat merubah kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang.

Dokumen yang terkait

DAMPAK OBJEK WISATA PULAU MERAH TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI

10 36 108

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perekonomian dalam Islam 1. Pengertian Ekonomi Islam - ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN EKONOMI TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA TKI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS KELUARGA TKI DI DESA GEMPOL DENOK KECAMATAN DEMPET KABU

0 0 39

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Informasi Geografi - SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN PENYEBARAN PENYAKIT DI KECAMATAN AJIBARANG - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian konversi lahan - ANALISIS DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP PERUBAHAN P RODUKTIVITAS USAHATANI DI DESA DUKUHSALAM, KECAMATAN SLAWI, KABUPATEN TEGAL - repository perpustakaan

1 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rantai Pasok - RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 1 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KABUPATEN PURBALINGGA - INFORMASI TEMPAT WISATA KABUPATEN PURBALINGGA BERBASIS ANDROID - repository perpustakaan

0 10 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Lingkup Teknologi Pertanian - KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN PADA PETANI PEMBUDIDAYA TANAMAN SAYURAN DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG - repository perpustakaan

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Penyebaran Jagung - ANALISIS PEMASARAN JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN TEGAL - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ibu. P DENGAN KETIDAKEFEKTIF AN MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA DENGAN POST TB PARU DI DESA KUTAWIS RT 02/ RW 02 KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA - repository perpustakaan

1 4 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas - HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA CIJATI KECAMATAN CIMANGGU KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 0 22