ANALISIS KINERJA JALAN ACEH BARAT BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN PADA TIGA TITIK RUAS JALAN (Studi Kasus : Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga) Tugas Akhir - ANALISIS KINERJA JALAN ACEH BARAT BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJEN

  

ANALISIS KINERJA JALAN ACEH BARAT BERDASARKAN

NILAI DERAJAT KEJENUHAN PADA TIGA TITIK RUAS JALAN

(Studi Kasus : Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan

Kecamatan Samatiga)

  

Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Yang Diperlukan untuk Memperoleh

  

Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh;

FITRA WAHYUZAN

NIM : 06C10203042

  

Bidang Studi : Transportasi

Jurusan : Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ALUE PEUNYARENG - MEULABOH

  

2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Meulaboh adalah ibu kota Kabupaten Aceh Barat, Aceh, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 175 km tenggara Kota Banda Aceh di Pulau Sumatera. Kecamatan yang terdekat dengan Kota Meulaboh meliputi Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo. Meulaboh adalah kota kelahiran Pahlawan Nasional Teuku Umar Johan Pahlawan. Meulaboh merupakan kota terbesar di pesisir barat-selatan Aceh dan salah satu area terparah akibat bencana tsunami yang di picu oleh gempa bumi Samudra Hindia 2004. Pekerjaan perdagangan dan jasa.

  Kabupaten Aceh Barat sebelum pemekaran mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 hektare dan secara astronomi terletak pada 2°00'- 5°16' Lintang Utara dan 95°10' Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki Gunung Geurutee (perbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.

  Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°06'-04°47' Lintang Utara dan 95°52'- 96°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km², Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie, Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya, Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya.

  Kota Meulaboh mempunyai kedudukan sangat penting dalam perekonomian. Kota Meulaboh menjadi pusat pertumbuhan utama bagi daerah-

  2 daerah belakangnya, seperti Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo yang membentuk suatu pola ruang dan saling memacu pertumbuhan kota. Keadaan ini menyebabkan adanya kecenderungan penduduk dari daerah sekitarnya untuk melakukan urbanisasi ke dalam Kota Meulaboh. Sehingga mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Meulaboh.

  Peningkatan penduduk ini menyebabkan meningkatnya kegiatan pergerakan di Kota Meulaboh, yang selanjutnya dapat mempengaruhi pola lalu lintas yang ada di Kota Meulaboh. Peningkatan pergerakan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan prasarana dan sarana angkutan. Kebutuhan prasarana dan sarana angkutan meliputi pertambahan panjang jalan, peningkatan kualitas jalan yang sudah ada, pertambahan jumlah kendaraan serta fasilitas lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam menentukan kebutuhan prasarana dan sarana angkutan daerah tersebut.

  Peran dan fungsi Kota Meulaboh yang disertai dukungan pelayanan transportasi darat, semakin meningkatkan daya tarik kota. Sifat perkembangan Kota Meulaboh yang masih sangat signifikan mengakibatkan perkembangan permukiman dan perdagangan ke berbagai arah di Kota Meulaboh. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan sebuah survey lalu lintas untuk mengetahui nilai volume lalu lintas di Kota Meulaboh, dan pola pergerakan masyarakat Kota Meulaboh untuk menghitung kinerja jalan berdasarkan nilai derajat kejenuhan jalan.

1.2 Rumusan Masalah

  Rumusan masalah yang dilihat dalam penelitian ini adalah seberapa besar kinerja jalan Kota Meulaboh pada tiga ruas jalan yang mempengaruhi derajat kejenuhan.

  3

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini untuk menganalisis seberapa besar kinerja jalan di Kota Meulaboh berdasarkan nilai derajat kejenuhan pada tiga titik ruas pengamatan (Jalan Meulaboh-Tutut di Kecamatan Kaway XVI, Jalan Nasional Meulaboh-Tapak Tuan di Kecamatan Meureubo dan Jalan Meulaboh-Banda Aceh di Kecamatan Samatiga).

  1.4 Batasan Masalah

  Sesuai dengan judul tugas akhir tersebut yaitu ”Analisis Kinerja Jalan Aceh Barat Berdasarkan Nilai Derajat Kejenuhan Pada Tiga Titik Ruas Jalan (Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga)” maka

  Adapun faktor-faktor analisa kinerja jalan Kota Meulaboh berdasarkan nilai derajat kejenuhan pada tiga titik ruas jalan adalah sebagai berikut :

  1. Ruas pengamatan ± 100 meter dari jarak pias Jalan Meulaboh-Tutut, Desa Alue Tampak di Kecamatan Kaway XVI, Jalan Nasional Meulaboh-Tapak Tuan, Desa Pasie Pinang di Kecamatan Meureubo dan Jalan Meulaboh-Banda Aceh, Desa Cot Darat di Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat.

  2. Mengukur geometrik jalan (lebar jalur efektif dan lebar jalan efektif),

  3. Menghitung volume lalu lintas harian rata-rata (LHR), 4. Metode yang digunakan dalam perhitungan Metode MKJI 1997.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap Kota Meulaboh baik bagi masyarakat maupun kehidupan perkotaan yakni perdagangan dan jasa, yang sangat berpengaruh pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan transportasi di masa depan.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sejalan dengan judul penulisan, maka pada bab ini akan di bahas segala

  aspek karakteristik operasional lalu lintas yang mendasari pemikiran dalam menganalisa tingkat kapasitas dan kinerja jalan. Berdasarkan pemikiran tersebut, dilakukan pendekatan dengan meninjau berbagai aspek yang mempengaruhi kinerja jalan.

2.1 Volume dan Komposisi Lalu Lintas

  Volume lalu lintas di kota-kota besar terus meningkat hal ini disebabkan Morlok (1985), volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau tampang melintang jalan, dala satu satuan waktu.Volume lalu lintas dapat dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut :

  n

  .................................................................................................. (2.1)

  V  T

  Dimana : V = Volume lalu lintas yang melewati suatu titik (kend/jam), n = Jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tersebut dalam rentang waktu (kend), T = Rentang waktu pengamatan (jam).

  Dalam (MKJI 1997), disebutkan bahwa arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam. Arus lalu lintas ini dilambangkan dengan huruf Q, dan dikelompokkan menurut arah gerakannya. Arus lalu lintas ini di konversikan dari kendaraan per-jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per-jam dengan

  5 menggunakan ekivalen mobil penumpang (emp). Faktor ekivalen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 : Faktor Ekivalen Mobil Penumpang

  Jenis Kendaraan EMP Untuk Kenderaan Kendaraan ringan (LV) 1,0

  Kendaraan berat (HV) 1,3 Kenderaan bis besar (LB) 1,5

  Kenderaan truk besar (LT) 2,5 Sepeda motor (MC) 0,5 Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997.

  Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, dijelaskan bahwa dengan menggunakan data yang disesuaikan, untuk keadaan lalu lintas dan lingkungan tertentu dapat ditentukan suatu rencana geometri atau sinyal lalu lintas yang menghasilkan tingkat kinerja yang dikehendaki.

  Menurut Abubakar 1999, untuk daerah perkotaan, volume lalu lintas puncak per jam digunakan untuk keperluan desain, karena volume ini lebih besar dari pada volume pada waktu lainnya dalam sehari dan pada saat itu variasi arah yang besar juga terjadi. Terminologi yang biasa digunakan adalah volume jam perencanaan (vjp). VJP ini adalah volume lalu lintas per jam yang digunakan untuk desain. Komposisi lalu lintas yang terdapat pada aliran lalu lintas bervariasi mulai dari pejalan kaki sampai truk berat (Bukhari dkk, 1997). Pada dasarnya Komposisi tersebut akan berbeda menurut lokasi ruas jalan, pembatasan- pembatasan berdasarkan perencanaan maupun menurut peraturan yang ditetapkan pada jalan tersebut.

2.2 Pengamatan Volume Lalu Lintas

  Pengamatan volume lalu lintas dilakukan adalah 3 (tiga) hari yaitu Senin, Jum’at

  , dan Sabtu. Dimana diperkiraan volume lalu lintas stabil sehingga dapat

  6 diperkirakan gambaran volume dan kondisi lalu lintas maksimum (Ditjen Bina Marga No. 018/T/BNKT/1990). Besarnya volume lalu lintas dapat diketahui dengan melakukan pencatatan langsung pada jalan dimaksud dengan cara manual atau dengan peralatan otomatis. Menurut Bukhari dkk (1997), ada tiga jenis pencacatan yang dapat dilakukan yaitu pencatatan langsung, pencatatan menggunakan alat yang dioperasikan dengan tangan dan pencatatan otomatis.

  2.3 Kondisi Lalu Lintas

  Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, situasi lalu lintas untuk tahun yang dianalisa ditentukan menurut arus jam rencana, atau lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dengan faktor-k yang sesuai untuk konversi dari LHRT menjadi arus per jam (umum untuk perancangan).

  2.4 Arus Lalu Lintas

  Menurut Suwardjoko 1985, arus lalu lintas yaitu gerak kenderaan sepanjang jalan, perhitungan lalu lintas di lakukan per satuan jam untuk satu atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas rencana jam puncak pagi, siang dan sore.

  Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, rumus untuk menghitung besarnya arus lalu lintas adalah : Q = Q + (Q x emp ) + (Q x emp ) ..................................................(2.2)

LV HV HV MC MC

  Dimana : Q LV = Arus kenderaan ringan (kend/jam); Q HV = Arus kenderaan berat (kend/jam); emp = Ekivalen kenderaan penumpang kenderaan berat (kend/jam);

  H

  Q MC = Arus kenderaan sepeda motor (kend/jam); emp MC = Ekivalen kenderaan sepeda motor (kend/jam).

  7

  a) Prosedur perhitungan arus lalu lintas dalam (smp), kemudian hasilnya di masukkan ke dalam tabel, data arus lalu lintas klasifikasi perjam tersedia untuk masing-masing gerakan.

  b) Data arus lalu lintas perjam (bukan klasifikasi) tersedia untuk masing-masing gerakan, beserta informasi tentang komposisi lalu lintas keseluruhan dalam %.

  Menghitung faktor smp F dari smp yang diberikan dan data komposisi arus

  SMP lalu lintas kendaraan bermotor dengan menggunakan rumus berikut.

  F = (emp × LV% + emp × HV% + emp × MC%) / 100…………. (2.3)

  smp LV HV Mc

  c) Data arus lalu lintas hanya tersedia dalam LHRT (lalu lintas harian rata-rata tahunan).

  • - Mengkonversikan nilai arus lalu lintas yang diberikan dalam LHRT melalui perkalian dengan faktor-k, dengan menggunakan rumus berikut.

  Q = k × LHRT…………………………………………………………..(2.4)

  DH

  • - Mengkonversikan arus lalu lintas dari kend/jam menjadi smp/jam melalui perkalian dengan faktor-smp (Fsmp) sebagaimana yang telah diuraikan.

2.5 Kapasitas

  Definisi umum kapasitas jalan adalah kapasitas satu ruas jalan dalam satu sistem jalan raya adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu maupun dua arah). Dalam periode waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum. Menurut (Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks, 1988), kapasitas suatu ruas jalan dalam suatu sistem jalan raya adalah jumlah kenderaan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu maupun dua arah) dalam periode waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan dan lalu lintas yang umum. Berkurangnya kapasitas jalan tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya ruang yang dibutuhkan dan sebagian. Kapasitas total suatu simpang dapat dinyatakan sebagai hasil perkiraan antara

  8 kapasitas dasar (C ) yaitu kapasitas ideal dan faktor-faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.

  Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), memberikan formula untuk menghitung kapasitas adalah : C = C x FC w x FC sp X FC sf X FC cs ..............................................................(2.5) Dimana :

  C : Kapasitas (smp/jam); C : Kapasitas Dasar (smp/jam); FC : Faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas;

  w

  FC sp : Faktor penyesuaian kapasitas akibat pemisahan arah; FC sf : Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping; FC : Faktor penyesuaian kapasitas akibat ukuran kota (jumlah

  cs

  Kapasitas dasar (Co), berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, adalah kapasitas segmen jalan pada kondisi geometri, pola lalu lintas, dan faktor lingkungan yang ditentukan sebelumnya. Kapasitas dasar ini ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang diperlihatkan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 dibawah ini.

Tabel 2.2 : Kapasitas Dasar Pada Jalan Luar Kota 4 Lajur 2 Arah (4/2)

  Kapasitas Dasar Total Kedua Arah Tipe Jalan / Tipe Alinyemen

  (smp/jam/lajur) Empat lajur terbagi

  • Datar

  1900

  • Bukit

  1850

  • Gunung

  1800 Empat lajur tak terbagi

  • Datar

  1700

  • Bukit

  1650

  • Gunung

  1600

  Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (Halaman 6-65)

  9 Tabel 2.3 : Kapasitas Dasar Pada Jalan Luar Kota 2 Lajur 2 Arah Tak Terbagi (2/2 UD)

  Kapasitas Dasar Total Kedua Arah Tipe Jalan / Tipe Alinyemen smp/jam

  Dua lajur tak terbagi

  • Datar

  3100

  • Bukit

  3000

  • Gunung

  2900

  Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (Halaman 6-65)

2.6 Derajat Kejenuhan

  Derajat kejenuhan dihitung sebagai hasil pembagian antara arus lalu lintas total dengan kapasitasnya, dapat dihitung dengan persamaan :

  Q TOT

  Ds = ..........................................................................................................(2.6)

  C

  Dimana : Q : Arus total (smp/jam);

  TOT

  C : Kapasitas (smp/jam); Jika derajat kejenuhan lebih tinggi dari 0,75 ini berarti bahwa jalan tersebut mendekati lewat jenuh yang akan menyebabkan lalu lintas puncak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah pengamatan

  langsung di lapangan untuk bahan analitis dan data pendukung yang diperoleh dari beberapa intansi terkait maupun data yang diperoleh dari Internet. Diperlukan data dari hasil pengamatan di lapangan atau data primer dan data sekunder, yang digunakan untuk perhitungan data primer berupa lebar jalur efektif, jumlah lajur, volume arus lalu lintas, klasifikasi kendaraan, kondisi geometrik jalan yang terdiri dari penampang melintang jalan.

  Untuk memahami langkah-langkah dalam metodologi penelitian ini diperlihatkan pada bagan diagram alir penelitian (Flow Chart) yang dapat dilihat

  3.1 Metode Pengumpulan Data

  Data penelitian diambil di lapangan pada tiga titik ruas jalan yang berada di Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga yang diamati kemudian dikumpulkan dan dicatat ke dalam formulir yang telah disediakan. Hasilnya disusun dalam bentuk tabel, untuk dapat diketahui volume lalu lintas kendaraan, pengambilan data dilakukan pada waktu puncak kesibukan. Pencatatan dilakukan selama 3 (tiga) hari dimulai jam 07.00 s/d 09.00 WIB pagi, jam 12.00 s/d 14.00 WIB siang dan jam 16.00 s/d 18.00 WIB sore. Jumlah tenaga personil untuk pengambilan data berjumlah 9 (sembilan) orang.

  3.2 Data Sekunder

  Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk peta Kabupaten Aceh Barat, layout lokasi penelitian, dan data jumlah penduduk, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.3.2, Gambar A.3.3 dan Lampiran

  11 Tabel B.3.1 Halaman 24 sampai dengan Halaman 30. Data ini diperoleh dari instansi terkait maupun data yang diperoleh dari Internet.

  3.3 Data Primer

  Data primer adalah data yang diperoleh dari pencatatan langsung di lapangan secara manual. Data yang diperoleh meliputi bentuk foto sementara di tiga titik ruas jalan yang berada di Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga, layout cross section, lebar jalur efektif, jumlah lajur, volume lalu lintas, klasifikasi kendaraan, kondisi geometrik jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Gambar A.3.4 sampai dengan Lampiran Gambar A.3.6 Halaman 26 sampai dengan Halaman 28 serta Lampiran Gambar A.3.7 Halaman 29. Pencatatan volume lalu lintas dilakukan pada jam-jam sibuk Lampiran Tabel B.4.1 Halaman 31 sampai dengan Lampiran Tabel B.4.3 Halaman 33.

  3. 4 Volume dan Komposisi Arus Lalu Lintas

  Volume arus lalu lintas diperoleh dari pencatatan seluruh jenis kendaraan dan arah geraknya yang melintasi pada tiga titik ruas jalan tersebut. Hasil pencatatan dicatat pada formulir yang telah disediakan sebelumnya, yang dikelompokkan menurut jenis arah gerak kendaraan pada masing-masing titik ruas jalan dengan waktu yang telah ditentukan.

  3.5 Metode Pengolahan Data

  Dari data primer dan data sekunder akan di analisa untuk dapat merencanakan arus lalu lintas. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk merencanakan arus lalu lintas adalah besarnya volume dan komposisi lalu lintas. Volume lalu lintas diamati dengan menghitung jumlah kendaraan yang melewati

  12 di tiga titik ruas jalan tersebut berdasarkan arah geraknya, sehingga dapat diketahui besarnya volume lalu lintas pada setiap ruas jalan serta dapat mengetahui kinerja jalan di Kota Meulaboh berdasarkan nilai derajat kejenuhan. Komposisi lalu lintas yang terdapat pada aliran lalu lintas bervariasi menurut jenis dan arah geraknya dengan persentasi didasarkan pada volume yang paling maksimum dari 3 hari pengamatan yang dilakukan dilapangan.

3.6 Analisa dan Penyajian Data

  Analisis data untuk menentukan tingkat arus lalu lintas dan hasil akhir untuk mengetahui nilai derajat kejenuhan dilakukan dengan prosedur perhitungan menurut MKJI 1997.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data berdasarkan rumus-rumus dan teori yang telah

  dikemukakan pada bab-bab sebelumnya. Adapun hasil yang dikemukakan yaitu mengenai seluruh hasil-hasil dan perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini.

4.1 Hasil

  Hasil yang didapat berdasarkan besarnya volume dan komposisi lalu lintas serta nilai derajat kejenuhan yang terjadi di tiga titik ruas jalan yang berada di Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga, Meulaboh – Aceh Barat.

4.1.1 Volume dan komposisi lalu lintas

  Volume lalu lintas seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh dengan mencatat semua jenis kenderaan yang melintasi lokasi pengamatan. Pencatatan ini dilakukan seperti yang telah dijelaskan pada bab metode penelitian dalam pengambilan data volume lalu lintas, volume lalu lintas tersebut diolah lagi menjadi volume lalu lintas dalam interval waktu satu jam. Selanjutnya volume tersebut dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) yang telah dikalikan dengan faktor ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jenis kendaraan yang berbeda.

  Hasil data survey volume lalu lintas pada tiga titik ruas jalan yang berada di Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo, Meulaboh – Aceh Barat, selama satu Minggu yang telah di rekap tertuang pada

Tabel 4.1 formulir rekap data volume arus lalu lintas, seperti yang diperlihatkan berikut diambil di ruas jalan Kecamatan Samatiga. Untuk lebih jelasnya formulir

  rekap data volume arus lalu lintas per ruas jalan di kecamatan dapat dilihat Lampiran B.4.1 Halaman 31 sampai dengan Lampiran B.4.3 Halaman 33.

  14 Tabel 4.1 Formulir Rekap Data Volume Arus Lalu Lintas Selama 1 Minggu Pengamatan di Ruas Jalan Kecamatan Samatiga

  Waktu Kendaraan Bermotor (kend/jam) Car (Roda Empat), kend/jam Bus/Truck, kend/jam Sepeda Motor/Becak Motor, kend/jam

  07.00-07.15 187 65 856 07.15-07.30 191 23 928 07.30-07.45 207 47 1036 07.45-08.00 186 21 1071

  Total 771 156 3891

  08.00-08.15 328 115 920 08.15-08.30 156 27 921 08.30-08.45 147 27 959 08.45-09.00 175 34 1056

  Total 806 203 3856

  12.00-12.15 207 41 623 12.15-12.30 164 36 898 12.30-12.45 150 39 1063 12.45-13.00 195 48 854

  Total 716 164 3438

  13.00-13.15 152 39 775 13.15-13.30 209 75 942 13.30-13.45 147 53 866 13.45-14.00 257 70 1048

  Total 765 237 3631

  16.00-16.15 332 25 1018 16.15-16.30 151 19 907 16.30-16.45 175 24 1013 16.45-17.00 210 18 1097

  Total 868 86 4035

  17.00-17.15 230 21 1029 17.15-17.30 242 11 1003 17.30-17.45 233 12 874 17.45-18.00 432 61 1006

  Total 1137 105 3912 Total Semuanya 5063 951 22763 Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan

  15 Kapasitas (C) adalah arus maksimum persatuan waktu yang dapat melewati suatu potongan melintang jalan dalam kondisi tertentu. Analisis kapasitas ruas jalan yang berada pada tiga titik ruas jalan di Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo, Meulaboh – Aceh Barat dilakukan dengan berpedoman pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Perhitungan hasil kapasitas jalan dihitung dengan menggunakan persamaan C = Co x FCw x FCsp x FCsf xFCcs.

  1. Ruas Jalan di Kecamatan Samatiga

Tabel 4.2 Data Variabel Kapasitas Jalan di Kecamatan Samatiga

  Parameter Kondisi Nilai Variabel Dua lajur tanpa pembatas

  Kapasitas dasar (Co) 3100 smp/jam median Lebar jalur efektif 8.70 m

  1.15 Pembagian arah 50-50

  1.00 Hambatan samping Tinggi, Lebar Bahu = 1.0

  0.87 Jumlah penduduk 14,419 jiwa

  0.82 Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan Formula :

  C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs Sehingga diperoleh nilai kapasitas ruas jalan di Kecamatan Samatiga :

  C = 3100 x 1.15 x 1.00 x 0.87 x 0.82 = 2543 smp/jam

  2. Ruas Jalan di Kecamatan Kaway XVI

Tabel 4.3 Data Variabel Kapasitas Jalan di Kecamatan Kaway XVI

  Parameter Kondisi Nilai Variabel Dua lajur tanpa pembatas

  Kapasitas dasar (Co) 3100 smp/jam median Lebar jalur efektif 7.00 m

  1.00 Pembagian arah 50-50

  1.00 Hambatan samping Tinggi, Lebar Bahu = 1.0

  0.87 Jumlah penduduk 20,573 jiwa

  0.82 Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan

  16 Formula : C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

  Sehingga diperoleh nilai kapasitas ruas jalan di Kecamatan Kaway XVI : C = 3100 x 1.00 x 1.00 x 0.87 x 0.82

  = 2212 smp/jam

3. Ruas Jalan di Kecamatan Meureubo

Tabel 4.4 Data Variabel Kapasitas Jalan di Kecamatan Meureubo

  Parameter Kondisi Nilai Variabel Dua lajur ada pembatas

  Kapasitas dasar (Co) 1700 smp/jam median Lebar jalur efektif 11.60 m

  0.91 Pembagian arah 55-45 0.975 Hambatan samping Tinggi, Lebar Bahu = 1.5

  0.91 Jumlah penduduk 28,711 jiwa

  0.82 Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan Formula :

  C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs Sehingga diperoleh nilai kapasitas ruas jalan di Kecamatan Meureubo :

  C = 1700 x 0.91 x 0.975 x 0.91 x 0.82 = 1126 smp/jam

  Dari hasil perhitungan kapasitas jalan tersebut dapat diketahui jumlah maksimum lalu lintas yang dapat melalui jalan tersebut. Bila hasil perhitungan kapasitas jalan dibandingkan dengan hasil pengamatan volume lalu lintas, maka dapat dilihat bahwa volume lalu lintas yang terjadi lebih besar dari pada kapasitas jalan.

  Dari data pada Tabel 4.1 dan data perhitungan formula kapasitas diatas, dapat dihitung parameter lalu lintas yang terangkum dalam data arus kendaraan/jam per titik ruas jalan di kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

  17 Tabel 4.5 Data Arus Kendaraan/Jam di Kecamatan Samatiga Baris Tipe Kend.

  3 Meureubo 12074 12074 4177 5430 36345 18173 55-45 52596 35677 1126 35677 31.698 kondisi median Volume 8766 kend/jam 52596 35677

  2 Total

Pemisahan arah, SP = Q1/(Q1+2)

Faktor-smp = Q smp/Q kend

Tabel 4.7 Data Arus Kendaraan/Jam di Kecamatan Meureubo Baris Tipe Kend.

  1 emp arah 1 LV

  1.00 HV

  1.30 MC

  0.50 daerah kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam arah SP % kend/jam smp/jam smp/jam smp/jam smp/jam (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

  55%

  (C) Kend.

  1.00

  0.68 Sumber : Hasil Data Dilapangan (MKJI, 1997) Kend. Ringan Kend. Berat Sepeda Motor

  Arus Total Q Kapasitas

  (C) Kend.

  Bermotor Derajat

  Kejenuhan

  Bermotor Derajat Kejenuhan

  0.65 Sumber : Hasil Data Dilapangan (MKJI, 1997) Kend. Ringan Kend. Berat Sepeda Motor Arus Total Q Kapasitas

  1 emp arah 1 LV

  2 Pemisahan arah, SP = Q1/(Q1+2)

Faktor-smp = Q smp/Q kend

Derajat Kejenuhan

  1.00 HV

  1.30 MC

  

0.50

daerah kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam arah SP % kend/jam smp/jam smp/jam smp/jam smp/jam (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

  

3 Samatiga 5063 5063 951 1236 22763 11382 50-50 28777 17681 2543 17681 6.952

kondisi normal Volume 4796 kend/jam 28777 17681 50%

  1.00

  0.61 Sumber : Hasil Data Dilapangan (MKJI, 1997) Kend. Ringan Kend. Berat Sepeda Motor Arus Total Q

  (DS) Kapasitas (C) Kend.

  1.00

  Bermotor Total

Tabel 4.6 Data Arus Kendaraan/Jam di Kecamatan Kaway XVI Baris Tipe Kend.

  1 emp arah 1 LV

  1.00 HV

  1.30 MC

  

0.50

daerah kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam arah SP % kend/jam smp/jam smp/jam smp/jam smp/jam (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

  

3 Kaway XVI 4127 4127 2181 2835 19438 9719 50-50 25746 16681 2212 16681 7.543

kondisi normal Volume 4291 kend/jam 25746 16681 50%

  2 Total Pemisahan arah, SP = Q1/(Q1+2) Faktor-smp = Q smp/Q kend

  18

4.1.2 Nilai derajat kejenuhan

  Perkembangan dan perubahan guna lahan diwilayah studi mengakibatkan bertambahnya pergerakan lokal ke dalam pergerakan menerus yang melintasi jalan pada daerah penelitian. Namun perkembangan guna lahan dan jumlah penduduk memungkinkan terjadi perubahan karakter lalu lintas pada masa yang akan datang, yang sangat berpengaruh terhadap kinerja jalan tersebut. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perkembangan dan perubahan guna lahan terhadap kinerja pelayanan ruas jalan di wilayah studi maka dilakukan analisis tentang kapasitas jalan dan derajat kejenuhan jalan.

Tabel 4.8 Derajat Kejenuhan Jalan

  Kapasitas Volume Derajat Kejenuhan (DS)

  Jalan di Kecamatan Jalan Lalu Lintas (smp/jam)

  (smp/jam) (smp/jam) 2543 17681 6.952 Samatiga 2212 16681 7.543 Kaway XVI 1126 35677 31.698 Meureubo

  Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan

  Tabel derajat kejenuhan di atas merupakan perbandingan antara arus lalu lintas maksimum dengan kapasitas ruas jalan daerah studi penelitian. Ruas jalan yang diambil pada perhitungan ini adalah pada tiga titik ruas jalan di Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo, yang berada berdekatan dengan Kota Meulaboh yaitu Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat yang cukup padat pada jam-jam sibuk. Dari perhitungan terlihat bahwa semua titik ruas jalan yang berada di kecamatan tersebut sudah memang kelewatan jenuh terhadap volume arus lalu lintas yang ada, sedangkan batas atas pada derajat kejenuhan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 adalah 0,75 sampai 0,8 smp/jam.

  Penanganan pada ruas-ruas jalan tersebut tidak mungkin dilakukan dengan cara pelebaran jalan, tetapi bisa dengan perbaikan manajemen lalu lintas seperti pengaturan rute (pemberlakuan jalan satu arah), marka jalan, dan rambu- rambu lalu lintas yang lain.

  19

4.2 Pembahasan

  Berdasarkan data yang di peroleh dari lapangan dan hasil analisa volume arus lalu lintas di atas, maka kinerja dari pada tiga titik ruas jalan di Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo terhadap Kota Meulaboh tidak dalam kondisi baik dan tidak mampu menampung arus lalu lintas yang ada karena volume arus kenderaan di Kecamatan Samatiga sebesar 17,681 smp/jam, Kecamatan Kaway XVI sebesar 16,681 smp/jam dan Kecamatan Meureubo sebesar 35,677 smp/jam, yang berdasarkan metode MKJI (1997) dengan kapasitas dasarnya adalah antara 3100 smp/jam untuk jalan dua lajur tanpa pembatas median dan 1700 smp/jam untuk empat lajur yang ada pembatas median jalan, jadi jalan tersebut tidak dalam kondisi lancar yang dibuktikan dengan hasil perhitungan derajat kejenuhan Kecamatan Samatiga = 6,952 smp/jam, Kecamatan

  Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pandangan tentang nilai derajat kejenuhan terhadap Kota Meulaboh saat ini, sehingga sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun kehidupan perkotaan yakni perdagangan dan jasa, yang sangat berpengaruh pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan transportasi di masa depan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

  Setelah dilakukan penelitian yang dari hasil perhitungan dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai volume dan komposisi lalu lintas, serta nilai derajat kejenuhan yang terjadi di tiga titik ruas jalan yang berada di Kecamatan Kaway XVI, Kecamatan Meureubo dan Kecamatan Samatiga, Meulaboh – Aceh Barat. Adapun hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

  1. Kinerja jalan dari hasil analisa volume arus lalu lintas pada tiga titik ruas jalan terhadap Kota Meulaboh tidak dalam kondisi baik dan tidak mampu menampung arus lalu lintas yang ada karena volume arus kenderaan di Kecamatan Samatiga sebesar 17,681 smp/jam, Kecamatan Kaway XVI sebesar 16,681 smp/jam dan Kecamatan Meureubo sebesar 35,677 smp/jam, yang berdasarkan metode MKJI (1997).

  2. Kapasitas dasar yang digunakan antara 3100 smp/jam untuk jalan dua lajur tanpa pembatas median dan 1700 smp/jam untuk empat lajur yang ada pembatas median jalan.

  3. Kondisi pada tiga titik ruas jalan tersebut tidak dalam kondisi lancar yang dibuktikan dengan hasil perhitungan derajat kejenuhan, di Kecamatan Samatiga = 6,952 smp/jam, Kecamatan Kaway XVI = 7,543 smp/jam dan Kecamatan Meureubo = 31,698 smp/jam, yang bila dibandingkan batas atas pada derajat kejenuhan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 adalah 0,75 sampai 0,8 smp/jam.

  21

4.2 Saran

  Berdasarkan uraian dan hasil analisis, serta melihat kondisi wilayah studi penelitian yang sedemikian rupa, perkembangan dan perubahan guna lahan sangat mempengaruhi kinerja ruas jalan tersebut. Untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan lalu lintas di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Pengaturan terhadap perkembangan kegiatan-kegiatan guna lahan yang berada di sepanjang tiga titik ruas jalan tersebut agar tidak mengganggu lalu lintas yang melintasi jalan sehingga fungsi dan peranan jalan di tiga titik ruas jalan di Kecamatan Samatiga, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo terhadap Kota Meulaboh dapat dipertahankan sesuai dengan fungsinya.

  2. Perlu dilakukan kajian penanganan terhadap ruas jalan tersebut untuk dapat optimum. Penerapan manajemen lalu lintas dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah lalu lintas yang mungkin terjadi di Kota Meulaboh pada masa yang akan datang.

  3. Survey lalu lintas secara berkala, survey bangkitan dan tarikan lalu lintas di Kota Meulaboh perlu dilakukan.

  4. Studi yang menerapkan sistem yang dapat menyediakan kebutuhan transportasi bagi penduduk Kota Meulaboh yang khususnya untuk tiga titik ruas jalan yang berada di tiga kecamatan tersebut, mampu menciptakan pergerakan yang efisien dan efektif sehingga menjadi sistem transportasi yang berkelanjutan untuk jangka panjang yang akan memperbaiki sistem transportasi di Kota Meulaboh.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

  Abubakar, I., dkk., 1999, Rekayasa Lalu Lintas, Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkutan Kota dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.

  Anonim, 2014, Data Jumlah Penduduk Aceh Barat, Aceh Barat Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, Aceh Barat.

  Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta.

  Anonim, 1990, Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota, No.

  018/T/BNKT/1990, Direktorat Jenderal Bina Marga Dan Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Jakarta.

  Bukhari, RA., dkk., 1997, Rekayasa Lalu Lintas I, Bidang Studi Teknik Transportasi, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

  Bukhari, RA., dkk., 1997, Rekayasa Lalu Lintas II, Bidang Studi Teknik Transportasi, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

  Morlok, E.K., 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Terjemahan J.K Hainin, Erlangga, Jakarta.

  Oglesby, C.H. and Hicks, R. G., 1982, Editor : Yani Sianipar, 1993, Judul Asli :

  “Hig hway Engineering, Fourth Edition”, Judul Terjemahan “Teknik Jalan Raya, Edisi ke Empat” Penerbit Erlangga, Jakarta.

  Suwardjoko, Wardani., 1985, Merencanakan Sistem Perangkutan, Bandung : ITB.