PENDAHULUAN Analisis Kesamaan Ucapan Pada Wacana Ringkas Kajian Semantik.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penggunaan bahasa sehari-hari merupakan perwujudan bahasa
sebagai alat interaksi
antarmanusia. Setiap bangsa memiliki bahasa satu
dengan lainnya berbeda. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai
apresiasi terhadap bangsa. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Bahasa
Indonesia memiliki suatu aturan disebut tata bahasa. Tata bahasa mengatur
bentuk bunyi, huruf, dan makna kata atau kalimat yang diucapkan.
Penggunaan tata bahasa menjadikan bahasa Indonesia lebih berharga.
Berbicara tidak hanya sekadar mengeluarkan bunyi bahasa, tetapi
ada unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Hyman, Rinehart, dan Wiston
(1999) berpendapat bahwa wujud bahasa yang utama adalah bunyi, itu
disebut
bunyi
bahasa.
Pengucapan
bunyi-bunyi
bahasa
dapat
disegmentasikan. Bunyi yang dapat disegmentasikan terdapat unsur-unsur
yang menyertainya yang disebut bunyi suprasegmental. Setiap lambang bunyi
bahasa mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang tidak boleh dilafalkan
menurut kemauan masing-masing pemakai bahasa.
Bahasa Indonesia mengalami penambahan kosakata, baik dari
bahasa daerah atau bahasa Inggris. Pemakai bahasa yang kreatif
menggabungkan dua bahasa atau menggabungkan fonem dengan angka dan
apabila diucapkan akan membentuk kata atau kalimat yang mempunyai
1
2
makna. Seperti pada penulisan two kang tipu yang diucapkan mempunyai
kesamaan
tukang tipu yaitu orang yang sering membohongi orang lain.
Contoh lainnya pada penulisan bocah ½ e-& merupakan penulisan
penggabungan fonem, angka, dan tanda baca apabila diucapkan mempunyai
kesamaan bocah edan, artinya orang yang tidak normal dalam berpikir.
Kreasi bahasa lainnya dalam penulisan dengan cara menggabungkan bahasa
Inggris dan bahasa Jawa, seperti she kill two girl saat dibaca memiliki
kesamaan bunyi sikil tugel, artinya kaki patah.
Contoh-contoh penulisan penggabungan beberapa bahasa atau
gabungan tanda baca dan angka ditemui dalam wacana ringkas. Syamsuddin
(1992:5) menjelaskan pengertian wacana ringkas sebagai rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan
secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari
unsur segmental maupun nonsegmental bahasa singkat.
Adanya fenomena bahasa gaul yang dilakukan oleh anggota
komunitas, anggota masyarakat tertentu memungkinkan efek buruk dalam
penyerapan kata yang tidak pantas dan sopan. Di sisi lain istilah dan kosakata
baru semakin memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, para
pengguna Bahasa Indonesia harus mampu membedakan antara yang baku dan
yang berkembang, bahasa Indonesia telah memiliki format yang baik dan
benar. Dijelaskan oleh Urbanus (2013:2) bahwa wacana ringkas dibuat
dengan cara menggabungkan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, bahasa
Inggris, tanda baca merupakan permasalahan yang memprihatinkan, karena
3
dianggap kosakata baru merusak bahasa bakunya, baik dalam bentuk struktur
morfologi atau ucapan dalam fonologi.
Fonologi merupakan suatu pembelajaran sistem pengucapan bunyi
bahasa dengan baik, karena apabila salah dalam melafalkan bunyi bahasa
tersebut, maka makna yang dihasilkan akan bebeda pula, hal inilah yang
dapat mengakibatkan kesalahan dalam berkomunikasi. Orang dapat
berkomunikasi dengan orang lain apabila ucapan mempunyai makna. Makna
dalam kebahasaan disebut dengan semantik.
Djajsudarma (1993:4) menjelaskan semantik merupakan cabang
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam suatu bahasa. Semantik
lebih menitikberatkan bidang makna dengan berpangkal dari acuan dan
bentuk (simbol) dan acuannya dapat berupa kongkrit dan abstrak. Berbeda
dengan morfologi dan sintaksis yang berada pada tataran gramatikal bahasa.
Kajian semantik mengkaji makna dan mempelajari pendekatan makna.
Cakupan semantik sangat luas mencakup semua tataran bahasa, baik kata,
frase, klausa, kalimat, paragraf maupun wacana.
Adanya bentuk kesamaan ucapan pada wacana ringkas menjadi
alasan penting penelitian mengenai analisis kesamaan ucapan pada wacana
ringkas dengan menggunakan kajian semantik. Analisis kesamaan ucapan
dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa. Penelitian semacam
ini masih jarang ditemukan sehingga dirasa perlu untuk mengadakan
penelitian mengenai hal ini.
4
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian ini dapat mengarah serta
mengenai pada sasaran yang diinginkan. Sebuah penelitian dibatasi ruang
lingkupnya agar kajiannya tidak terlalu luas. Adapun masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada wujud dan kesamaan ucapan pada wacana ringkas.
C. Perumusan Masalah
Dalam peneltian ini ada dua masalah yang perlu dibahas.
1. Bagaimanakah wujud kesamaan ucapan pada wacana ringkas?
2. Bagaimanakah penggunaan kesamaan ucapan yang terdapat pada wacana
ringkas?
3. Bagaimanakah fungsi wacana ringkas yang memiliki kesamaan pelafalan
dengan tuturan yang berkembang dalam masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai.
1. Mengidentifikasi wujud penggunaan kesamaan ucapan pada wacana
ringkas.
2. Mampu mendeskrepsikan penggunaan kesamaan ucapan pada wacana
ringkas.
3. Untuk menggali fungsi wacana ringkas yang memiliki kesamaan pelafalan
dengan tuturan yang berkembang dalam masyarakat.
5
E. Manfaat penelitian
Suatu penelitian harus memberikan manfaat dari hasil penelitian itu
sendiri. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti
khususnya yang berkaitan dengan kajian semantik.
a. Manfaat Teoretis
1) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai
pemakain bentuk kesamaan ucapan pada wacana ringkas.
2) Penelitian ini dapat menjadi rujukan atau refrensi tentang kajian
pemaknaan atau semantik.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata sebuah
perkembangan dan pendayagunaan potensi bahasa Indonesia, yakni
mengenai kesamaan ucapan dalam wacana ringkas sehingga
bermanfaat bagi pembelajaran bahasa Indonesia.
2) Memberikan motivasi bagi para peneliti khususnya mengenai kajian
semantik.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam lima bab dengan
urutan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang penelitian,
pembatasan
masalah,
perumusan
penelitian serta sistematika penelitian.
masalah,tujuan
penelitian,
manfaat
6
Bab II Landasan Teori, yang terdiri atas kajian teori, kajian penelitian
yang relevan dan kerangka berpikir. Kajian teori bertujuan menguatkan teori
tentang masalah yang dihadapi serta membentuk pola pikir melalui kerangka
pemikiran.
Bab III Metode Penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian meliputi tempat dan waktu penelitian, jenis dan strategi penelitian,
subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik dan instrumen pengumpulan
data, keabsahan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, yang berisi mengenai deskripsi objek
penelitian yaitu data kesamaan ucapan pada wacana ringkas dan laporan hasil
analisis berikut pembahasannya.
Bab V Penutup, bagian ini merupakan bagian akhir yang berisi
simpulan dan saran.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penggunaan bahasa sehari-hari merupakan perwujudan bahasa
sebagai alat interaksi
antarmanusia. Setiap bangsa memiliki bahasa satu
dengan lainnya berbeda. Berbahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai
apresiasi terhadap bangsa. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Bahasa
Indonesia memiliki suatu aturan disebut tata bahasa. Tata bahasa mengatur
bentuk bunyi, huruf, dan makna kata atau kalimat yang diucapkan.
Penggunaan tata bahasa menjadikan bahasa Indonesia lebih berharga.
Berbicara tidak hanya sekadar mengeluarkan bunyi bahasa, tetapi
ada unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Hyman, Rinehart, dan Wiston
(1999) berpendapat bahwa wujud bahasa yang utama adalah bunyi, itu
disebut
bunyi
bahasa.
Pengucapan
bunyi-bunyi
bahasa
dapat
disegmentasikan. Bunyi yang dapat disegmentasikan terdapat unsur-unsur
yang menyertainya yang disebut bunyi suprasegmental. Setiap lambang bunyi
bahasa mempunyai lafal atau ucapan tertentu yang tidak boleh dilafalkan
menurut kemauan masing-masing pemakai bahasa.
Bahasa Indonesia mengalami penambahan kosakata, baik dari
bahasa daerah atau bahasa Inggris. Pemakai bahasa yang kreatif
menggabungkan dua bahasa atau menggabungkan fonem dengan angka dan
apabila diucapkan akan membentuk kata atau kalimat yang mempunyai
1
2
makna. Seperti pada penulisan two kang tipu yang diucapkan mempunyai
kesamaan
tukang tipu yaitu orang yang sering membohongi orang lain.
Contoh lainnya pada penulisan bocah ½ e-& merupakan penulisan
penggabungan fonem, angka, dan tanda baca apabila diucapkan mempunyai
kesamaan bocah edan, artinya orang yang tidak normal dalam berpikir.
Kreasi bahasa lainnya dalam penulisan dengan cara menggabungkan bahasa
Inggris dan bahasa Jawa, seperti she kill two girl saat dibaca memiliki
kesamaan bunyi sikil tugel, artinya kaki patah.
Contoh-contoh penulisan penggabungan beberapa bahasa atau
gabungan tanda baca dan angka ditemui dalam wacana ringkas. Syamsuddin
(1992:5) menjelaskan pengertian wacana ringkas sebagai rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan
secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari
unsur segmental maupun nonsegmental bahasa singkat.
Adanya fenomena bahasa gaul yang dilakukan oleh anggota
komunitas, anggota masyarakat tertentu memungkinkan efek buruk dalam
penyerapan kata yang tidak pantas dan sopan. Di sisi lain istilah dan kosakata
baru semakin memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, para
pengguna Bahasa Indonesia harus mampu membedakan antara yang baku dan
yang berkembang, bahasa Indonesia telah memiliki format yang baik dan
benar. Dijelaskan oleh Urbanus (2013:2) bahwa wacana ringkas dibuat
dengan cara menggabungkan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, bahasa
Inggris, tanda baca merupakan permasalahan yang memprihatinkan, karena
3
dianggap kosakata baru merusak bahasa bakunya, baik dalam bentuk struktur
morfologi atau ucapan dalam fonologi.
Fonologi merupakan suatu pembelajaran sistem pengucapan bunyi
bahasa dengan baik, karena apabila salah dalam melafalkan bunyi bahasa
tersebut, maka makna yang dihasilkan akan bebeda pula, hal inilah yang
dapat mengakibatkan kesalahan dalam berkomunikasi. Orang dapat
berkomunikasi dengan orang lain apabila ucapan mempunyai makna. Makna
dalam kebahasaan disebut dengan semantik.
Djajsudarma (1993:4) menjelaskan semantik merupakan cabang
linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam suatu bahasa. Semantik
lebih menitikberatkan bidang makna dengan berpangkal dari acuan dan
bentuk (simbol) dan acuannya dapat berupa kongkrit dan abstrak. Berbeda
dengan morfologi dan sintaksis yang berada pada tataran gramatikal bahasa.
Kajian semantik mengkaji makna dan mempelajari pendekatan makna.
Cakupan semantik sangat luas mencakup semua tataran bahasa, baik kata,
frase, klausa, kalimat, paragraf maupun wacana.
Adanya bentuk kesamaan ucapan pada wacana ringkas menjadi
alasan penting penelitian mengenai analisis kesamaan ucapan pada wacana
ringkas dengan menggunakan kajian semantik. Analisis kesamaan ucapan
dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa. Penelitian semacam
ini masih jarang ditemukan sehingga dirasa perlu untuk mengadakan
penelitian mengenai hal ini.
4
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian ini dapat mengarah serta
mengenai pada sasaran yang diinginkan. Sebuah penelitian dibatasi ruang
lingkupnya agar kajiannya tidak terlalu luas. Adapun masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada wujud dan kesamaan ucapan pada wacana ringkas.
C. Perumusan Masalah
Dalam peneltian ini ada dua masalah yang perlu dibahas.
1. Bagaimanakah wujud kesamaan ucapan pada wacana ringkas?
2. Bagaimanakah penggunaan kesamaan ucapan yang terdapat pada wacana
ringkas?
3. Bagaimanakah fungsi wacana ringkas yang memiliki kesamaan pelafalan
dengan tuturan yang berkembang dalam masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai.
1. Mengidentifikasi wujud penggunaan kesamaan ucapan pada wacana
ringkas.
2. Mampu mendeskrepsikan penggunaan kesamaan ucapan pada wacana
ringkas.
3. Untuk menggali fungsi wacana ringkas yang memiliki kesamaan pelafalan
dengan tuturan yang berkembang dalam masyarakat.
5
E. Manfaat penelitian
Suatu penelitian harus memberikan manfaat dari hasil penelitian itu
sendiri. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti
khususnya yang berkaitan dengan kajian semantik.
a. Manfaat Teoretis
1) Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai
pemakain bentuk kesamaan ucapan pada wacana ringkas.
2) Penelitian ini dapat menjadi rujukan atau refrensi tentang kajian
pemaknaan atau semantik.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata sebuah
perkembangan dan pendayagunaan potensi bahasa Indonesia, yakni
mengenai kesamaan ucapan dalam wacana ringkas sehingga
bermanfaat bagi pembelajaran bahasa Indonesia.
2) Memberikan motivasi bagi para peneliti khususnya mengenai kajian
semantik.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini disusun dalam lima bab dengan
urutan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang penelitian,
pembatasan
masalah,
perumusan
penelitian serta sistematika penelitian.
masalah,tujuan
penelitian,
manfaat
6
Bab II Landasan Teori, yang terdiri atas kajian teori, kajian penelitian
yang relevan dan kerangka berpikir. Kajian teori bertujuan menguatkan teori
tentang masalah yang dihadapi serta membentuk pola pikir melalui kerangka
pemikiran.
Bab III Metode Penelitian, metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian meliputi tempat dan waktu penelitian, jenis dan strategi penelitian,
subjek dan objek penelitian, sumber data, teknik dan instrumen pengumpulan
data, keabsahan data, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, yang berisi mengenai deskripsi objek
penelitian yaitu data kesamaan ucapan pada wacana ringkas dan laporan hasil
analisis berikut pembahasannya.
Bab V Penutup, bagian ini merupakan bagian akhir yang berisi
simpulan dan saran.