Korupsi dalam pandangan al-qur'an - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.

Korupsi adalah suatu kejahatan, karena tindakan semacam ini melukai
kecintaan manusia akan Tuhannya (dimensi vertikal) dan sekaligus mengoyak
hubungan antarsesama (dimensi horizontal). Tidak mungkin seseorang di saat
yang sama mengaku mencintai Tuhannya, tetapi serentak melakukan tindakan
koruptif. Korupsi merupakan dosa besar yang dilarang oleh al-Qur’an karena
dapat menodai keadilan di dalam masyarakat. Di dalam al-Qur’an terdapat
beberapa bentuk tindakan korupsi seperti Ghulu>l, Akl al-Ma>l bi al-Ba>t}il, Al-

Sa>riqah, Khiya>nah, Al-Suh}t, kolusi dan nepotisme.
2.

Karena dampak korupsi sangat besar, maka pelakunya harus diberi hukuman.
Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang secara eksplisit dan implisit

menjelaskan sanksi bagi para pelaku korupsi. Yakni sanksi hukum, sanksi
sosial, sanksi akhirat dan konsep Taubat dan pengembalian harta hasil
korupsi.

3.

Selain memberikan sanksi yang berat bagi pelaku korupsi, al-Qur’an juga
memberikan penjelasan mengenai cara mencegah dan memberantas korupsi.
Yakni Memilih pemimpin yang baik, partisipasi masyarakat dalam
mengkontrol kebijakan publik, meningkatkan pemahaman terhadap ajaran
agama, pendidikan anti korupsi, Menjadi Oposisi bagi Pemerintah yang korup,
Meningkatkan Penegakan Hukum.

157

158

B.

Saran

Tulisan ini menggunakan sudut pandang yang digunakan terbatas, yakni
memakai sudut pandang al-Qur’an dan tafsirnya. Diperlukan tinjuan dari sudut
pandang lain untuk meneropong relitas korupsi agar ditemukan hal yang
terlewatkan dalam penelitian ini. Tinjauan dari sudut pandang keilmuan lain
bahkan jika perlu dari agama lain diperlukan supaya lengkaplah cara untuk
mempromosikan sikap antikorupsi dari sudut pandang agama-agama.
Penelitian ini menjadi pintu pembuka untuk meneropong lebih jauh padanan
sikap lepas bebas dalam kitab agama lain. Sebab korupsi harus dilawan bersama
tidak hanya dari umat Islam saja. Buddhisme, misalnya, mempunyai paham
paticcasamuppada untuk menjelaskan hal yang sama. Artinya, sikap dialogis
diperlukan untuk memunculkan pandangan yang komprehensif.
Bagi setiap umat Islam, khususnya para pejabat, hendaknya disadari dan
dilaksanakan bahwa al-Qur’an secara tegas melarang segala macam bentuk tindak
korupsi sehingga hal tersebut dapat menjadikan pribadi seorang pemimpin yang
benar-benar amanat dan sungguh-sungguh dalam melayani kepentingan rakyatnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an dan sesuai
dengan yang dicontohkan oleh Nabi Saw ketika beliau menjadi seorang kepala
pemerintahan ataupun panglima perang.