T1 802010025 Full text

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DI SMA KRISTEN 2 SALATIGA
OLEH
DIAH ANITA SUKMAWATI
802010025

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DI SMA KRISTEN 2 SALATIGA

Diah Anita Sukmawati
Sutriyono


Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peran komite sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan, badan
pendukung, badan pengontrol, dan badan penghubung dalam penyelenggaraan
pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga. Subyek dalam penelitian ini ialah Kepala
Sekolah SMA Kristen 2 Salatiga serta pengurus komite sekolah SMA Kristen 2 Salatiga
yang terdiri dari Ketua II komite sekolah dan anggota komite sekolah bidang
pengembangan pendidikan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengisi angket
dan wawancara. Angket diberikan kepada pengurus komite sekolah SMA Kristen 2
Salatiga, butir-butir angket menggunakan indikator-indikator empiris peran komite
sekolah. Wawancara dilakukan kepada pengurus komite sekolah dan kepala sekolah

SMA Kristen 2 Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran komite sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga sebagai badan
pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai badan penghubung
masih tergolong rendah. Faktor penyebabnya antara lain adalah keberadaan komite
sekolah semacam formalitas saja, pengurus komite sekolah pasif, banyaknya pengurus
komite sekolah yang sudah tidak aktif, dan sekolah tidak memberdayakan komite
sekolahnya.
Kata Kunci : peran komite sekolah, pendidikan.

i

Abstract

This research is a qualitative descriptive one with a purpose to describe the school
committee’s role as the Advisory Agency, Supporting Agency, Controlling Agency, and
Mediator Agency in education at Salatiga Christian High School 2. The subjects in this
research is the principal of Salatiga Christian High School 2 and board committees of
Salatiga Christian High School 2, which consists of chairman II school committee and
school committee members the development of education. Collecting data of this
research using questionnaires and interviews. Questionnaires given to the board of

school committees Salatiga Christian High School 2, grains of questionnaire using
empirical indicators of the role of the school committee. Interviews were conducted to
the board of the school committee and school principal in Salatiga Christian High
School 2. The results showed that the school committee in providing education Salatiga
Christian High School 2 as the Advisory Agency, Supporting Agency, Controlling
Agency, and Mediator Agency are still categorized low. Contributing factors include the
existence of school committee is just formality, the board of school committee passive,
the number of school board committees are inactive, and the school does not empower
the school committee.
Key words : the role of the school committee, education.

ii

1

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah. Pada saat ini tanggung jawab dari masing-masing pihak belum berjalan
secara optimal, terutama peran serta masyarakat yang masih belum banyak
diberdayakan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi

penyelenggaraan pendidikan nasional maka dibentuklah badan pembantu dan
penyelenggaraan pendidikan. Badan pembantu tersebut adalah Dewan Pendidikan
ditingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan.
Setiap sekolah memiliki Komite Sekolah sebagai wakil masyarakat yang ikut serta
dalam membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Komite Sekolah merupakan
penyempurnaan dan perluasan badan kemitraan dan komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat. Dibentuknya Komite Sekolah diharapkan dapat meningkatkan serta
mengembangkan kinerja dan kualitas sekolah.
Tujuan dari dibentuknya Komite Sekolah sebagaimana yang telah tertuang dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan
Pendidikan dan komite Sekolah adalah untuk: 1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi
dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan; 2)
meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan; 3) menciptakan suasana dan kondisi yang
transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan
yang bermutu.
Adapun peran dari Komite Sekolah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan komite Sekolah adalah
sebagai : 1) pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan


2

kebijakan pendidikan; 2) pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; 3) pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan; 4) penghubung (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) (legislatif).
Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus
dapat membina kerja sama dengan orang tua dan masyarakat, sehingga secara peran
psikologis Komite Sekolah mampu memberikan dukungan kepada orang tua dan
masyarakat demi meningkatkan mutu dan kualitas sekolah. Dari peran tersebut
diharapkan nantinya dapat menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan bagi
peserta didik dan warga sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Radyuni (2013) terhadap peran komite sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan di tiga SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten
Boyolali yang menunjukan hasil peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan,
badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai badan penghubung masih
tergolong rendah.
Sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Nugraha (2014)
dalam penelitiannya tentang peran komite sekolah dan dewan pendidikan dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Sleman menunjukkan hasil yang kurang
optimal dengan ditemukannya beberapa peran yang mesti dilakukan komite sekolah
belum sepenuhnya di jalankan secara optimal.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaharu
(2013) tentang peranan komite sekolah di SMP Negeri 4 Dumoga Kabupaten Bolaang
Mongondow, hasilnya pelaksanaan peran komite sebagai pendukung, pengontrol,

3

pemberi pertimbangan serta sebagai penghubung telah berjalan dengan sangat baik
sehingga telah memperoleh banyak manfaat.
Sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Mulyono (2014)
dalam penelitiannya tentang peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
SMK di Kabupaten Lamongan Jawa Timur, peran komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan SMK negeri maupun swasta secara keseluruhan termasuk
dalam kategori baik. Masing-masing memiliki peran yang tinggi sebagai badan
pertimbangan, badan pendukung, dan sebagai badan penghubung, sedangkan peran
yang rendah adalah sebagai badan pengontrol.
Demikian juga penelitian yang dilakukan Tamrin, Zetra, Sitorus (2009) tentang
kajian efektivitas keberadaan dewan pendidikan dan komite sekolah dalam peningkatan

pendidikan di kota Padang menemukan bahwa Komite Sekolah telah berperan dalam
meningkatkan mutu sekolah tersebut baik dalam bentuk penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan maupun melalui berbagai kebijakan yang telah dirumuskan
bersama-sama dengan Dewan Pendidikan terhadap perbaikan peningkatan mutu sekolah
tersebut.
Dengan melihat hasil-hasil penelitian tentang peran komite sekolah sebagai badan
pertimbangan, pendukung, pengontrol dan penghubung di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh melalui penelitian ini tentang Peran Komite Sekolah dalam
Penyelenggaraan Pendidikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tempat penelitian,
serta subjek yang akan diteliti sehingga memungkinkan untuk menemukan hasil yang
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan permasalahan tersebut
maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Peran Komite Sekolah dalam
Penyelenggaraan Pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga”. Alasan penelitian ini

4

dilakukan di SMA Kristen 2 Salatiga dikarenakan sekolah tersebut memiliki jumlah
murid yang paling sedikit diantara SMA lain yang ada di Salatiga.
Komite Sekolah
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002, Komite

Sekolah adalah sebuah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 56
ayat 3 dinyatakan bahwa: Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan
dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan.
Keanggotaan komite sekolah seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 terdiri atas: (1) unsur masyarakat yang dapat
berasal dari orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia
usaha/industri, organisasi profesi tenaga pendidikan, wakil alumni dan wakil peserta
didik; (2) unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, badan
pertimbangan desa.
Tujuan Komite Sekolah
Adapun tujuan dibentuknya komite sekolah yang telah dijelaskan dalam
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang dewan pendidikan
dan komite sekolah adalah sebagai berikut: Pertama, mewadahi dan menyalurkan


5

aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di satuan pendidikan. Kedua, meningkatkan tanggung jawab dan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Ketiga,
menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pemain
sandiwara, tukang lawak pada permainan ma’yung, sesuatu yang jadi bagian atau yang
memegang pemimpin yang terutama dalam terjadinya hal atau peristiwa.
Menurut Soekanto (dalam Sofiyatun 2012) peran merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Setiap orang mempunyai
macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Peranan lebih
banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Dari penjelasan diatas peran serta komite sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan seperti yang telah tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 044/U/2002 adalah sebagai berikut:
(1) pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan

pelaksanaan kebijakan pendidikan; (2) pendukung (supporting agency),
baik

yang berupa

financial,

pemikiran maupun tenaga

dalam

penyelenggaraan pendidikan; (3) pengontrol (controlling agency) dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan; (4) penghubung (mediator agency) antara pemerintah
(eksekutif) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) (legislatif).

6

Komite Sekolah dalam perannya sebagai badan pemberi pertimbangan (advisory
agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, memiliki fungsi

memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan
mengenai beberapa hal.
Secara keseluruhan indikator kinerja Komite Sekolah dalam perannya sebagai
badan pertimbangan dapat diamati pada Tabel 1.1 .
Tabel 1.1
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pertimbangan

Fungsi Komite Sekolah
1.1. Memberikan masukan,

Kegiatan Operasional Komite Sekolah
1.1.1. Mengadakan pendataan

pertimbangan, dan rekomendasi

kondisi sosial ekonomi

kepada satuan pendidikan

keluarga peserta didik dan

mengenai: (1) kebijakan dan

sumber daya pendidikan

program pendidikan, (2)

dalam masyarakat.

RAPBS, (3) kriteria kinerja

1.1.2. Menganalisis hasil pendataan

satuan pendidikan, (4) kriteria

sebagai bahan pemberian

tenaga kependidikan, (5)

masukan, pertimbangan, dan

kriteria fasilitas pendidikan,

atau rekomendasi kepada

dan (6) hal-hal lain yang terkait

sekolah.

dengan pendidikan.

1.1.3. Menyampaikan masukan,
pertimbangan, dan atau
rekomendasi secara tertulis
kepada sekolah, dengan
tembusan kepada Dinas
Pendidikan dan Dewan
Pendidikan.
1.1.4. Memberikan pertimbangan
kepada sekolah dalam rangka

7

pengembangan kurikulum
muatan lokal.
1.1.5. Memberikan pertimbangan
kepada sekolah untuk
meningkatkan proses
pembelajaran dan pengajaran
yang menyenangkan
(PAKEM).
1.1.6. Memberikan masukan dan
pertimbangan kepada sekolah
dalam penyusunan visi, misi,
tujuan, kebijakan, dan
kegiatan sekolah.
Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung (supporting agency), baik yang
berupa financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan, yang akan dijabarkan dalam fungsi dan kegiatan operasional komite
sekolah pada Tabel 1.2 .
Tabel 1.2
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pendukung

Fungsi Komite Sekolah
2.1. Mendorong orang tua dan

Kegiatan Operasional Komite Sekolah
2.1.1. Mengadakan rapat atau

masyarakat untuk berpartisipasi

pertemuan secara berkala

dalam pendidikan.

dan insidental dengan orang
tua dan anggota masyarakat.
2.1.2. Mencari bantuan dana dari
dunia usaha dan industri
untuk biaya pembebasan

8

uang sekolah bagi siswa
yang berasal dari keluarga
tidak mampu.
2.1.3. Menghimbau dan
mengadakan pendekatan
kepada orangtua dan
masyarakat yang dipandang
mampu untuk dapat menjadi
narasumber dalam kegiatan
ekstrakurikuler bagi peserta
didik.
2.1.4. Memberikan dukungan untuk
pemeriksaan kesehatan anakanak.
2.1.5. Memberikan dukungan
kepada sekolah untuk secara
preventif dan kuratif dalam
memberantas penyebarluasan
narkoba di sekolah.
2.1.6. Memberikan dukungan
kepada sekolah dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah.
2.2. Menggalang dana masyarakat

2.2.1. Memverifikasi RAPBS

dalam rangka pembiayaan

(Rencana Anggaran

penyelenggaraan pendidikan.

Pendidikan dan Belanja
Sekolah) yang diajukan oleh
kepala sekolah.
2.2.2. Memberikan pengesahan
terhadap RAPBS (Rencana
Anggaran Pendidikan dan
Belanja Sekolah) setelah

9

proses verifikasi dalam rapat
pleno Komite Sekolah.
2.2.3. Memotivasi masyarakat
kalangan menengah ke atas
untuk meningkatkan
komitmennya bagi upaya
peningkatan mutu pendidikan
di sekolah.
2.2.4. Membantu sekolah dalam
rangka penggalangan dana
masyarakat untuk
pengumpulan dana abadi.
2.3. Mendorong tumbuhnya

2.3.1. Melaksanakan konsep subsidi

perhatian dan komitmen

silang dalam penarikan iuran

masyarakat terhadap

dari orang tua siswa.

penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu.

2.3.2. Mengadakan kegiatan inovatif
untuk meningkatkan
kesadaran dan komitmen
masyarakat, misalnya
panggung hiburan untuk
sekolah dan masyarakat.
2.3.3. Membantu sekolah dalam
menciptakan hubungan dan
kerjasama antara sekolah
dengan orang tua dan
masyarakat.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Peran Komite Sekolah yang ketiga adalah sebagai badan pengontrol (controlling
agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan. Komite Sekolah dalam hal ini memiliki fungsi mengevaluasi maupun
mengawasi kebijakan, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

10

Secara keseluruhan indikator kinerja Komite Sekolah dalam perannya sebagai badan
pengontrol dapat diamati pada Tabel 1.3 .
Tabel 1.3
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Pengontrol

Fungsi Komite Sekolah
3.1.Melakukan evaluasi dan

Kegiatan Operasional Komite Sekolah
3.1.1. Mengadakan rapat atau

pengawasan terhadap kebijakan

pertemuan secara rutin atau

program, penyelenggaraan, dan

insidental dengan kepala

keluaran pendidikan.

sekolah dan dewan guru.
3.1.2. Sering mengadakan kunjungan
atau silaturahmi ke sekolah,
atau dengan dewan guru di
sekolah.
3.1.3. Meminta penjelasan kepada
sekolah tentang hasil belajar
siswa.
3.1.4. Bekerjasama dengan sekolah
dalam kegiatan penelusuran
alumni.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

Selanjutnya peran keempat Komite Sekolah sebagai badan penghubung antara
pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (legislatif).
Sebagai badan mediator, Komite Sekolah berfungsi dalam menjadi penghubung antara
sekolah dengan masyarakat maupun Dinas Pendidikan. Secara keseluruhan indikator
kinerja Komite Sekolah dalam perannya sebagai badan mediator dapat diamati pada
Tabel 1.4 .

11

Tabel 1.4
Indikator Kinerja Komite Sekolah dalam Perannya Sebagai Badan Penghubung

Fungsi Komite Sekolah
4.1 Melakukan kerjasama dengan
masyarakat.

Kegiatan Operasional Komite Sekolah
4.1.1. Membina hubungan dan
kerjasama yang harmonis
dengan seluruh stakeholder
pendidikan khususnya
dengan DUDI (Dunia
Industri).
4.1.2. Mengadakan penjajakan
tentang kemungkinan untuk
dapat mengadakan kerjasama
atau MOU dengan lembaga
lain untuk memajukan
sekolah.

4.2. Menampung dan menganalisis

4.2.1. Menyebarkan kuesioner

aspirasi, ide, tuntutan, dan

untuk memperoleh masukan,

berbagai kebutuhan pendidikan

saran, dan ide kreatif dari

yang diajukan oleh masyarakat.

masyarakat.
4.2.2. Menyampaikan laporan
kepada sekolah secara
tertulis, tentang hasil
pengamatannya terhadap
sekolah.

Sumber: Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah

12

METODE PENELITIAN
Jenis, Subyek, Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Hal yang akan dideskriptifkan dalam penelitian ini adalah peran komite
sekolah sebagai badan pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan penghubung
dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga.
Subyek penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

teknik purposive

sampling, yakni teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2012). Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka dipilih tiga orang subyek yang terdiri dari
Kepala Sekolah SMA Kristen 2 Salatiga, Ketua II komite sekolah, serta anggota komite
sekolah bidang pegembangan pendidikan.
Penelitian ini dilakukan di ruang rapat SMA Kristen 2 Salatiga dengan materi
peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Penelitian dilakukan pada
tanggal 4 September 2015 sampai 18 Desember 2015.

Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengisi angket dan wawancara.
Angket diberikan kepada pengurus komite sekolah SMA Kristen 2 Salatiga, butir-butir
angket menggunakan indikator-indikator empiris peran komite sekolah. Wawancara
dilakukan kepada pengurus komite sekolah dan kepala sekolah SMA Kristen 2 Salatiga.

13

Teknik Analisi Data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012), memaparkan tahapan analisis
deskriptif

kualitatif,

yaitu

data

reduction,

data

display,

dan

conclusion

drawing/verification.

data collection

data reduction

conclusion

data display

Gambar 3.1
Tahapan dalam Analisis Data

a. Data Collection dan Data Reduction
Tahap awal dalam analisis data adalah data collection. Dalam tahapan data
collection, rekaman hasil wawancara terhadap pengurus komite sekolah dan
kepala sekolah tentang peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
ditulis secara rinci, teliti dan jelas. Hasil data collection kemudian direduksi
untuk dipilih hal-hal yang penting dan pokok. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peran komite
sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga.
b. Data Display
Tahap berikutnya adalah data display atau penyajian data. Data display
dalam peran komite sekolah adalah dengan menyajikan data hasil reduksi berupa

14

uraian singkat teks yang bersifat deskriptif mengenai peran komite sekolah
berdasarkan indikator-indikator yang telah ada.
c. Conclusions Drawing/Verification
Pada tahap terakhir ini hasil data display dirumuskan peran komite sekolah
berdasarkan indikator-indikator yang telah ada yang nantinya akan dapat ditarik
menjadi kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan adalah
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

HASIL PENELITIAN

Dalam hasil penelitian ini akan dipaparkan data penelitian secara deskriptif yang
terdiri dari beberapa sub heading, mengenai peran komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan pertanyaan penelitian.
Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai badan pertimbangan diharapkan
mampu memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah. Sesuai dengan peranannya tersebut komite
sekolah diharapkan mampu mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga
peserta didik dan sumber daya pendidikan dalam masyarakat. Hal ini seperti yang
dipaparkan sebagai berikut:
“Komite memang sebenarnya tidak terlibat langsung dalam kegiatan itu, karena
kegiatan itu sudah ditangani oleh kesiswaan sekolah. Untuk sementara ini penanganan-

15

penanganan ekonomi menengah kebawah untuk anak-anak sudah ada BOS, ada BSM.
Tapi kalau untuk pendataannya memang sekolah setiap tahun melaporkan kepada
komite sekolah. Memang komite tidak berkaitan langsung dengan penanganan intern
istilahnya begitu jadi lebih kepada pengembangan sekolah”. ( Ketua II komite sekolah,
04-09-2015)
Selain itu komite sekolah diharapkan mampu memberikan pertimbangan kepada
sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal. Berdasarkan hasil wawancara
dan triangulasi diperoleh bahwa:
“Untuk kurikulum itu sendiri yang pertama memang ada kurikulum inti yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan kurikulum muatan lokal sementara ini kami
memakainya adalah bahasa jawa dari SP Gubernur dan multimedia. Komite juga
menyarankan dengan satu pertimbangan bahwa multimedia ini bisa jangkauan
kedepannya, karena memang sebenarnya waktu itu arahnya ke TIK tapi karena TIK
merupakan program wajib pemerintah akhirnya kami ke multimedia dan komite
berusaha untuk memfasilitasi”. ( Ketua II komite sekolah, 04-09-2015)
“Itu sepenuhnya kami lakukan sendiri, karena kebetulan kami sekolah kecil sehingga
keterbatasan dana, keterbatasan tenaga sehingga sementara nampaknya kalau kami
harus berbicara dengan komite juga kami kadang-kadang sudah berfikir hasilnya juga
sama saja, sehingga kami tetapkan untuk misalnya muatan lokal ya sejauh yang bisa
kami lakukan disini seperti itu”. ( Kepala sekolah, 04-09-2015)
Munculnya rasa kurang percaya dan pemikiran bahwa hasilnya akan sama saja
menyebabkan pihak sekolah tidak pernah melibatkan komite sekolah dan lebih memilih untuk
melakukan sendiri.
Komite sekolah juga diharapkan mampu memberikan pertimbangan kepada sekolah
untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan; serta
memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan,
kebijakan, dan kegiatan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dan triangulasi adalah sebagai
berikut :
“Kalau proses belajar pembelajaran itu kan sudah di wakakurikulum, kepala sekolah.
Otomatis kepala sekolah mengadakan supervisi mengadakan ini seperti ini. Kalau

16

komite lebih pada kebijakan-kebijakan strategis yang sifatnya umum, kalau sampai ke
dunia belajar mengajar kan sudah ranah sekolah. ( Anggota komite bidang
pengembangan pendidikan, 04-09-2015)
“Ketika kami menyusun visi pada tahun berapa saya lupa itu, kan visi misi itu baru
dibentuk setelah pemerintah, maksudnya ketika mau mengusulkan dana harus ada
komite. Lha itu kami baru menyusun visi misi sekolah ini secara tertulis. Itu memang
semua komite ikut terlibat menentukan visinya seperti apa kalau di sekolah seperti apa
kemudian kita klopkan, mereka memberi masukan artinya kami menemukan satu visi
dan visi ini kemudian kita uraikan beberapa menjadi beberapa misi dan itu memang
terlibat disitu komite seperti itu”. ( Ketua II komite sekolah, 04-09-2015)
“Ya ini karena kami vakum tidak mengadakan komunikasi dengan komite secara
lengkap, ya akhirnya itu sifatnya incidental saja. Ketika misalnya komite mempunyai
ide apa tentang pengembangan sekolah baru mereka kontak kami untuk ketemuan
mengadakan pertemuan”. ( Kepala sekolah, 04-09-2015)

Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai badan pendukung diharapkan mampu
memberikan dukungan baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan diharapkan mampu mengadakan
rapat atau pertemuan secara berkala dan incidental dengan orang tua dan anggota
masyarakat, mencari bantuan dana dari dunia usaha dan industri untuk biaya
pembebasan uang sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai berikut :
“Sementara ini komite belum sampai kesana jadi sementara ini anak-anak yang tidak
mampu dari sekolah ini kebetulan kami lewat program BSM dan BOS itu sudah
tercukupi. Selama ini memang komite belum begitu banyak untuk berperan dalam
istilahnya mencarikan dana itu memang belum, jadi kami masih sebatas dengan
program”. ( Ketua II komite sekolah, 04-09-2015)

Komite sekolah juga diharapkan mampu menghimbau dan mengadakan
pendekatan kepada orang tua dan masyarakat yang dipandang mampu untuk dapat

17

menjadi narasumber dalam kegiatan ekstrakulikuler bagi peserta didik, memberikan
dukungan untuk pemeriksaan kesehatan anak-anak, memberikan dukungan kepada
sekolah secara preventif dan kuratif dalam memberantas penyebarluasan narkoba di
sekolah, serta memberikan dukungan kepada sekolah dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
kepala sekolah adalah sebagai berikut :
“Itu sudah ada jaringan langsung antara sekolah dengan pihak dinas kesehatan. Itu
ada rutin, sehingga kami tidak pernah melibatkan komite karena sekolah sudah ada
semacam MOU dengan dinas kesehatan melalui puskesmas di kecamatan. Jadi dari
dinas kesehatan langsung dengan sekolah tidak melalui komite, karena memang
jalurnya seperti itu, istilahnya tidak ada keharusan komite berperan karena sudah ada
link langsung antara pendidikan dalam hal ini sekolah dengan puskesmas iya dengan
dinas kesehatan. Itu beragam mulai dari pemeriksaan rutin siswa, kemudian juga dari
pembinaan-pembinaan misalnya dalam bentuk seminar-seminar itu pasti ada setiap
periode”. ( Kepala sekolah, 04-09-2015)
“Kalau kegiatan ekstrakurikuler biasanya komite lebih banyak mendukung ketika kita
sudah ke lomba, jadi kalau di dalam pembinaan di sekolah memang diserahkan sekolah
kemudian guru olahraga dan pelatih. Komite kita berperannya ketika anak sudah maju
ketingkat kota atau provinsi disana komite berperan dalam penyediaan transportasi,
kalau secara tekhnik kebetulan di komite tidak ada”. ( Ketua II komite sekolah, 04-092015)

Selain itu komite sekolah juga diharapkan mampu membantu menggalang dana
masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, serta mendorong
tumbuhnya perhatian terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah dan anggota komite adalah
sebagai berikut:
“Selama ini tidak. Jadi dalam bentuk dana itu memang sebatas hanya sebagai masukan
program tapi sampai hari ini pun belum bisa dikatakan berhasil untuk usaha-usaha
yang dilakukan bersama komite’. ( Kepala sekolah, 04-09-2015)

18

“Penggalangan dana untuk memajukan mutu memang belum sampai sekarang, belum
sampai ke meminta dukungan dari luar seperti itu. Kami hanya sebatas mengajukan
proposal ke pemerintah, kalau ke luar-luar itu belum tidak tahu kalau nanti”. (
Anggota komite bidang pengembangan pendidikan, 04-09-2015)

Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pengontrol (Controlling Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai badan pengontrol dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah
diharapkan mampu melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program,
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah; mengadakan rapat atau pertemuan
secara rutin atau incidental dengan kepala sekolah dan dewan guru; sering mengadakan
kunjungan atau silaturahmi ke sekolah, atau dengan dewan guru di sekolah; meminta
penjelasan kepada sekolah tentang hasil belajar siswa; bekerjasama dengan sekolah
dalam kegiatan penelusuran alumni. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
“Rapat rutin dulu ketika di awal dibentuk kami adakan rapat rutin satu bulan sekali,
guna

merancang

program-program

pengembangan.

Akhirnya

karena

dalam

pertimbangan kami program-program yang kami rancang dikatakan tidak berhasil
seperti yang diharapkan lama-lama kami berjalan sendiri, hanya nanti yang masalah
incidental yang kami sampaikan, jadi semacam formalitas saja”. ( Kepala sekolah, 0409-2015)
“Sekolah melaporkan kepada komite tentang hasil belajar siswa, paling tidak setahun
sekali kami ketemu terutama setelah hasil kelulusan keluar”. ( Ketua II komite sekolah,
04-09-2015)

Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Penghubung (Mediator Agency)
Komite sekolah dalam peranannya sebagai mediator antara pemerintah
(eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (legislatif) dengan
masyarakat diharapkan mampu melakukan kerjasama dengan masyarakat baik

19

perorangan maupun kelompok/ organisasi/ dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan
pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; menampung
dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang
diajukan oleh masyarakat; menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis,
tentang hasil pengamatannya terhadap sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan partisipan adalah sebagai berikut:
“Selama ini kami memang belum pernah melaporkan secara tertulis tapi hanya lewat
rapat, kemudian dibahas bersama, ketika ada permasalahan-permasalahan kita
bicarakan bersama, kita cari jalan keluarnya dan kita lakukan hanya sebatas itu”. (
Ketua II komite sekolah, 04-09-2015)

Pembahasan
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan peran komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga. Pembahasan hasil penelitian
dilakukan dengan cara mendiskusikan temuan-temuan penelitian berdasarkan
pandangan peneliti dan menurut teori dan peraturan yang relevan terkait dengan peran
komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dari hasil penelitian data, dari ke empat peran komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga hanya peran komite sekolah
sebagai badan pengontrol yang termasuk dalam kategori cukup, sedangkan tiga peran
lainnya tergolong masih rendah. Selanjutnya akan dibahas pada setiap aspek peran
komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga.
Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)
Peran komite sekolah sebagai badan pertimbangan termasuk dalam kategori
rendah, ini berarti komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga belum banyak
memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.

20

Dalam mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan
sumber daya pendidikan dalam masyarakat komite sekolah tidak pernah terlibat
langsung dikarenakan kegiatan itu sudah ditangani oleh kesiswaan sekolah dan komite
sekolah tidak berkaitan dengan ekonomi.
Dalam hal menyampaikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi secara
tertulis kepada sekolah, dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan dan Dewan
Pendidikan komite sekolah secara formal tidak pernah melakukannya, sehingga benarbenar tidak difungsikan.
Komite sekolah dalam hal memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam
rangka pengembangan kurikulum muatan lokal sudah cukup berperan. Selain
menggunakan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, komite sekolah juga
memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah untuk memilih multimedia
sebagai kurikulum muatan lokal, sehingga saat ini SMA Kristen 2 Salatiga
menggunakan kurikulum muatan lokal bahasa jawa yang sudah ditetapkan dari
pemerintah dan multimedia itu sendiri.
Dalam hal memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatkan
proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan sampai saat ini komite
sekolah tidak pernah melakukan karena biasanya akan dilakukan secara incidental
ketika akan ada akreditasi baru nantinya.
Peran komite sekolah sabagai badan pertimbangan dalam penyelenggaraan
pendidikan disekolah secara keseluruhan termasuk dalam kategori rendah, ini berarti
komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga belum banyak memberikan pertimbangan
dan masukan kepada sekolah dalam rangka pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga
peserta didik dan sumber daya pendidikan dalam masyarakat, menyampaikan masukan,

21

pertimbangan dan rekomendasi secara tertulis kepada sekolah, dengan tembusan kepada
Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan, memberikan pertimbangan kepada sekolah
dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal, maupun memberikan
pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran
yang menyenangkan. Hal ini bertentangan dengan fungsi komite sekolah itu sendiri
dimana memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan
pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan, RAPBS, kriteria kinerja
satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal-hal
lain yang terkait dengan pendidikan.
Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)
Peran komite sekolah sebagai badan pendukung termasuk dalam kategori
rendah, ini berarti komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga belum banyak
memberikan dukungan baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selama ini komite sekolah belum pernah
mencari bantuan dana dari dunia usaha dan industri untuk biaya pembebasan uang
sekolah bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, penyebabnya adalah bahwa
sekolah ini merupakan sekolah swasta sehingga semua untuk managemen dilakukan
oleh sekolah dan yayasan, sehingga untuk mencari bantuan langsung berkerjasamanya
dengan dinas pendidikan. Sementara ini untuk anak-anak yang tidak mampu sekolah
menggunakan program dari pemerintah berupa BOS dan BSM dan itu sudah di anggap
tercukupi, untuk diluar lembaga pendidikan biasanya dilakukan oleh yayasan tidak
dengan komite sekolah. Masalah dana untuk saat ini justru ada beberapa komite yang
membantu tetapi belum sampai istilahnya mencarikan bantuan dana dari luar.

22

Dalam hal memberikan dukungan untuk pemeriksaan kesehatan anak-anak serta
memberikan dukungan kepada sekolah untuk secara preventif dan kuratif dalam
memberantas penyebarluasan narkoba di sekolah komite mendukung, namun dalam
pelakasanaan sepenuhnya diserahkan kepada sekolah karena hal ini sudah merupakan
program dari pemerintah dan bekerjasama langsung dengan dinas kesehatan tidak
melalui komite sekolah.
Komite sekolah sudah memberikan dukungan kepada sekolah dalam hal
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah namun hanya sebatas mendukung
ketika akan mengikuti lomba sedangkan dalam pembinaan di sekolah diserahkan kepada
pihak sekolah. Masalah memverifikasi maupun pengesahan terhadap RAPBS komite
sekolah tidak pernah dilibatkan, sehingga hanya sebatas kepala sekolah dengan
pengurus ketua yayasan jadi tidak ada kapasitasnya dengan komite sekolah.
Secara umum peran komite sekolah sebagai badan pendukung di SMA Kristen 2
Salatiga belum banyak memberikan dukungan baik yang berupa financial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Hal ini tidak sejalan
dengan fungsi komite sekolah untuk medorong orang tua dan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pendidikan, menggalang dana masyarakat dalam rangka
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, serta mendorong tumbuhnya perhatian dan
komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pengontrol (Controlling Agency)
Peran komite sekolah sebagai badan pengontrol termasuk dalam kategori cukup.
Komite sekolah telah melakukan rapat atau pertemuan secara rutin atau incidental
dengan kepala sekolah dan dewan guru, ketika diawal dibentuk rapat rutin dilakukan

23

setiap satu bulan sekali untung merancang program-program pengembangan, namun
saat ini lebih bersifat incidental saja.
Dalam hal meminta penjelasan kepada sekolah tentang hasil belajar siswa,
sekolah justru yang melaporkan kepada komite sekolah tentang hasil belajar siswa
paling tidak satu tahun sekali terutama pada saat siswa baru ataupun saat kelulusan.
Dalam hal bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran alumni sudah
tebangun sampai sekarang, seperti halnya melakukan reuni akbar alumni dan
mempunyai web untuk alumni melalui Facebook.
Hal ini menunjukkan peran komite sekolah sebagai badan pengontrol di SMA
Kristen 2 Salatiga sudah cukup mampu dalam hal transparansi dan akuntabilitas
peneyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Hal ini sejalan dengan fungsi komite
sekolah dalam hal melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.
Peran Komite Sekolah Sebagai Badan penghubung (Mediator Agency)
Peran komite sebagai badan penghubung termasuk dalam kategori rendah.
Komite sekolah telah melakukan kerjasama dengan masyarakat/orangtua/wali murid
dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, namun untuk
kerjasama dengan seluruh stakeholder pendidikan khususnya dengan DUDI (Dunia
Industri) komite sekolah belum dapat melakukannya sampai saat ini.
Dalam hal penyebarluasan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran dan ide
kreatif dari masyarakat selama ini komite sekolah maupun sekolah belum pernah
malukannya. Dalam menyampaikan laporan kepada sekolah secara tertulis, tentang hasil
pengamatan terhadap sekolah, komite sekolah tidak pernah sama sekali melakukan

24

secara tertulis, hanya sebatas dalam forum rapat bersama antara sekolah dengan komite
sekolah.
Secara umum ini menujukkan bahwa partisipasi komite sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga rendah. Hal ini terjadi dari
pihak sekolah itu sendiri, sekolah belum memberdayakan komite secara optimal, hal ini
nampak adanya pendapat dari kepala sekolah yang mengatakan bahwa saat ini komite
sekolah tidak banyak berkontribusi dan komite sekolah hanya sebagai formalitas saja.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui secara umum bahwa peran
komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Kristen 2 Salatiga sebagai
badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol maupun sebagai badan
penghubung masih tergolong rendah.
Sebagai badan pemberi pertimbangan komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga
belum banyak memberikan pertimbangan dan masukan kepada sekolah dalam rangka
pendataan kondisi sosial ekonomi keluarga peserta didik dan sumber daya pendidikan
dalam masyarakat, menyampaikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi secara
tertulis kepada sekolah, dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan dan Dewan
Pendidikan; memberikan pertimbangan kepada sekolah dalam rangka pengembangan
kurikulum muatan lokal, maupun memberikan pertimbang kepada sekolah untuk
meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan.

25

Sebagai badan pendukung komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga belum
banyak memberikan dukungan, baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sebagai badan pengontrol komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga sudah
cukup mampu dalam hal transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran
pendidikan, dalam rangka melakukan rapat atau pertemuan secara rutin atau incidental
dengan kepala sekolah dan dewan guru, meminta penjelasan kepada sekolah tentang
hasil belajar siswa, serta bekerjasama dengan sekolah dalam kegiatan penelusuran
alumni.
Sebagai badan penghubung komite sekolah di SMA Kristen 2 Salatiga telah
melakukan kerjasama dengan masyarakat/orangtua/wali murid dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, namun untuk kerjasama dengan seluruh
stakeholder pendidikan khususnya dengan DUDI (Dunia Industri) komite sekolah
belum dapat melakukannya.
Masih rendahnya peran komite sekolah antara lain disebabkan oleh: 1)
keberadaan komite sekolah hanya semacam formalitas saja; 2) sekolah yg bersifat
swasta lebih banyak melibatkan yayasan daripada komite sekolah; 3) pengurus komite
sekolah pasif; 4) banyaknya pengurus komite sekolah yang sudah tidak aktif; 5) sekolah
tidak memberdayakan komite sekolahnya; 6) sekolah tidak mengadakan reformasi
kepengurusan komite secara periodik.

26

Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan penelitian beberapa saran yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Komite Sekolah
Ketua komite beserta pengurus komite untuk memahami lagi Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional (Kepmendiknas) Nomor 004/U/2002 Tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah, sehingga dapat melaksanakan peran dan
fungsinya secara baik dan optimal dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah untuk memberdayakan komite sekolah sesuai dengan tujuan
pembentukan komite seperti yang tertuang dalam Kepmendiknas Nomor
004/U/2002 dengan mengadakan sosialisasi tentang tugas dan peran komite
sekolah,

mengadakan reformasi pengurus komite sesuai dengan pedoman

pelaksanaan, dan mengadakan pembekalan terhadap pengurus komite yang akan
terbentuk.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Apabila ada peneliti lain yang ingin meneliti mengenai peran komite sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya meneliti peran komite ditempat
yang akan diteliti secara lebih mendalam lagi agar dapat menemukan apakah
peran tersebut sudah berjalan dengan baik atau belum, serta peneliti selanjutnya
dapat menambahkan variabel-variabel aspek psikologis sesuan dengan variabel
peran komite sekolah.

27

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Acuan Operasional dan Indikator Kinerja
Komite Sekolah. Jakarta : Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 pasal 56 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas
Indonesia, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah, Keputusan Menteri Nomor 044 Tahun 2002
Kaharu, D. (2013). Peran Komite Sekolah di SMP Negeri 4 Dumoga Kabupaten
Bolaang Mongondow. Skripsi. Gorontalo: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Gorontalo.
Mulyono, W.D. (2014). Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan
SMK dari Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Vokasi. November
2014. Diunduh pada 24 Januari 2015 (dalam www.journal.uny.ac.id)
Nugraha, J.T. (2014). Peran Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan dalam Upaya
Peningkatan Kualitas di Kabupaten Sleman. Jurnal Pro Bisnis. Februari 2014.
Radyuni, W. (2013). Peran Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan di Tiga
SMP Negeri Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Tesis. Salatiga: Program
Pasca Sarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.
Sofiyatun, T. (2012). Peranan Panti Asuhan Bina Amal Shaleh Amanah Klepu
Sumberarum Moyudan Sleman Yogyakarta dalam Pemberdayaan Anak Melalui
Ketrampilan Sablon. Diunduh pada 22 Maret 2015 (dalam www.eprint.uny.ac.id)
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Tamrin, Zetra A, Sitorus F. (2009). Kajian Efektifitas Keberadaan Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah dalam Peningkatan Pendidikan di Kota Padang. Artikel
Ilmiah. Universitas Andalas Padang. Diunduh pada 08 April 2015 (dalam
www.repository.unand.ac.id)