HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAN Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAN
KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Derajat Sarjana
Keperawatan

Oleh:
DIDIK NOTO SUSANTO
J 210.101.011

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HALAMAN PENGESAIIAN
HUBUNGAII AI\TAITA DUKTINGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAI\I
PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAI\
KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN


Diajukan oleh:

DIDIK NOTO SUSANTO
J 210,101,011

Telatr dipertatrankan di depan dewan penguji
pada tanggal 12 Juni 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

- t
,.....%;

Susunan Dewan Penguji:

SKp.,M.Kes

1.

Bd. Sulastri,


2.

Dewi Listyorini, S.Kep., Ns

3. Arif Widodo, A.Kep.,

M.Kes

Surakarta 12 Juni 2013
Fakultas Ilmu Kesehatan
diyah Surakana

Uniyerslt

(Arif Widodo, A.Kep., M.Kes.)

Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di
Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen (Didik Noto Susanto)

1


PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAN
PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAN
KARANGMALANG SRAGEN
Didik Noto Susanto.*
Bd. Sulastri, SKp.,M.Kes **
Dewi Listyorini, S.Kep., Ns ***
Abstrak
Prevalensi perokok di negara berkembang adalah 48% pria dan 7% wanita,
sedangkan pada negara maju prevalensi pria sebanyak 42% dan wanita
sebanyak 24%. Meningkatnya prevalensi merokok menyebabkan masalah rokok
menjadi masalah yang sangat serius. Lingkungan keluarga memiliki peran besar
dalam membentuk kepribadian anak, karena dalam keluarga anak pertama kali
mengenal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan orang tua dengan perilaku merokok remaja di Desa Puro
Karangmalang Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah 465 remaja laki-laki usia
15-20 tahun, sampel penelitian 82 remaja dengan teknik sampling adalah
proportional random. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis data

menggunakan uji Chi Square. Penelitian ini menyimpulkan: (1) tingkat dukungan
negatif keluarga pada remaja laki-laki adalah sedang, (2) perilaku merokok
pada remaja laki-laki sebagian besar adalah merokok, (3) ada hubungan antara
tingkat dukungan keluarga dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di
Desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.
Kata kunci:

dukungan orang tua, perilaku merokok, remaja

Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di
Desa Puro Kecamatan Karangmalang Sragen (Didik Noto Susanto)

2

RELATIONSHIP BETWEEN NEGATIVE PARENTS SUPPORT YOUTH
SMOKING BEHAVIOR IN THE VILLAGE DISTRICT PURO
KARANGMALANG SRAGEN
Didik Noto Susanto.*
Bd. Sulastri, SKp.,M.Kes **
Dewi Listyorini, S.Kep., Ns ***

ABSTRACT
The prevalence of smokers in developing countries was 48% male and 7%
female, whereas in developed countries the prevalence of 42% men and 24%
women. The increasing prevalence of cigarette smoking causes problems
become a very serious problem. Family environment has a major role in shaping
the personality of the child, because the child's family first came to know the
world. This study aims to determine the relationship between parental supports to
adolescent smoking behavior in the village of Puro Karangmalang Sragen. This
research was quantitative research with cross sectional approach. The study
population was 465 boys aged 15-20 years while the sample with as many as 82
teens are proportional random sampling technique. The research instrument was
a questionnaire. The analysis using Chi Square test. The study concluded that:
(1) the level of family support on adolescent boys was moderate, (2) smoking
behavior in adolescent boys was permitted, (3) there relationship between the
level of family support and smoking behavior in young men in the village of Puro
Karangmalang Sragen district.
Keywords: parents support, smoking behavior, adolescents

.


Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro
Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen (Didik Noto Susanto)

PENDAHULUAN
Remaja
merupakan asset
bangsa yang perlu diperhatikan,
sehingga perkembangan remaja
perlu
dipantau
terutama
hubungannya dengan pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan
kepribadian remaja. Masa remaja
didominasi oleh keinginan untuk
memperoleh
kebebasan hidup,
sehingga remaja cenderung memiliki
sikap pemberontak dan menentak
tatanan hidup di masyarakat.

Santrock
(2003)
mengungkapkan
bahwa
masa
remaja merupakan
masa yang
penuh
gejolak
emosi
dan
ketidakseimbangan, dimana remaja
mengalami
kesulitan
dalam
menerima
kekecewaan
dan
penderitaan, terjadinya peningkatan
konflik, pertengangan-pertentangan

dan krisis terhadap penyesuaian
hidup, impian dan khayalan, pacaran
dan percintaan, keterasingan dari
kehidupan dewasa dan norma
masyarakat.
Ketidakseimbangan
emosi
tersebut
menyebabkan
remaja biasanya melakukan usahausaha untuk menyeimbangkannya,
misalnya
dengan
merokok,
mengkonsumsi minuman keras, atau
bahkan bergaul bebas.
Penelitian yang dilakukan oleh
Indri
(2007)
tentang
Perilaku

Merokok
Pada
Remaja,
menunjukkan
perilaku
merokok
umumnya dimulai pada usia 11-13
tahun, selanjutnya perilaku merokok
tersebut diawali olah rasa ingin tahu
dan pengaruh lingkungan social, dan
perilaku
meniru orang lain
(modeling agent) menjadi salah satu
determinan dalam memulai perilaku
merokok.
Pada
negara-negara
berpendapatan
tinggi,
terdapat

delapan dari sepuluh perokok
dimulai dari usia belasan tahun.
Pada
beberapa
negara

berpendapatan
rendah
dan
menengah, remaja mulai merokok
pada awal usai duapuluhan tahun
(Simamorang, 2010).
Badan kesehatan PBB (World
Health Organization) memperkirakan
bahwa sepertiga dari penduduk
dewasa sedunia adalah perokok
dimana prevalensi pria sebanyak
47% dan wanita 12%. Prevalensi
perokok di negara berkembang
adalah 48% pria dan 7% wanita,

sedangkan pada negara maju
prevalensi pria sebanyak 42% dan
wanita sebanyak 24%.
Meningkatnya
prevalensi
merokok menyebabkan
masalah
rokok menjadi masalah yang sangat
serius. Peningkatan jumlah perokok
khususnya di negara berkembang
seperti Indonesia menjadi masalah
yang
harus
segera
diatasi.
Prevalensi perokok di Indonesia
pada tahun 2007 adalah 34,2 dan
meningkat menjadi 34,7 pada tahun
2010. (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun
2008, Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk perokok
tertinggi ketiga setelah China dan
India. Jumlah perokok Indonesia
mencapai
65
juta
penduduk,
sementara China mencapai 390 juga
dan India 144 juta perokok. Perilaku
merokok tersebut lebih diperparah
dengan bahwa perilaku merokok
tersebut juga merambah pada kaum
remaja, dimana pada tahun 2009
jumlah perokok remaja pria di
Indonesia mencapai 24,1% dan
remaja wanita mencapai 4,0%.
(Endra, 2009)
Mu’tadin
(2002)
mengemukakan beberapa faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
merokok pada remaja antara lain
pengaruh orang tua, pengaruh
teman, faktor kepribadian dan
pengaruh iklan. Lingkungan keluarga

memiliki
peran
besar
dalam
membentuk
kepribadian
anak,
karena
dalam
keluarga
anak
pertama kali mengenal dunia. Anak
mencontoh perilaku orang tua atau
orang-orang dewasa di lingkungan
keluarga. Pola asuh dan dukungan
keluarga
dalam
memberikan
pendidikan
tentang
nilai-nilai
kehidupan, baik kesehatan, sosial
dan
agama
yang
diberikan
merupakan faktor yang kondusif
untuk mempersiapkan anak untuk
menjadi
pribadi
dan
anggota
masyarakat yang sehat.
Orang tua adalah contoh dan
model bagi remaja, namun bagi
orang tua yang kurang tahu tentang
kesehatan secara tidak langsung
mereka telah mengajarkan perilaku
atau pola hidup yang kurang sehat.
Banyaknya remaja yang merokok
salah satu pendorongnya adalah
dari pola asuh orang tua mereka
yang kurang baik, contohnya saja
perilaku orang tua yang merokok
dan perilaku tersebut dicontoh oleh
anakanaknya
secara
turun
temurun. Meski semua orang tahu
akan bahaya yang ditimbulkan oleh
rokok, perilaku merokok tidak akan
pernah surut dan tampaknya masih
perlu yang dapat ditolerir oleh
masyarakat.
Hal
ini
tampak
kehidupan sehari-hari kita di rumah,
dijalan-jalan, diangkutan umum atau
pun di kantor, hampir setiap saat
dijumpai dan disaksikan orang yang
sedang merokok. Hal yang lebih
memprihatinkan lagi adalah usia
mulai merokok yang setiap tahun
semakin muda.
Hasil observasi peneliti pada
terhadap 20 remaja usia 15-20 tahun
di
Desa
Puro
Kecamatan
Karangamalang Sragen diperoleh
data bahwa 15 anak diantaranya
merokok dan 5 lainnya tidak
merokok. Pada anak yang merokok
diperoleh fakta bahwa mereka

merokok disebabkan oleh adanya
keinginan untuk mencoba, meniru
teman, diajak teman dan ingin
menunjukkan bahwa mereka telah
dewasa.
Selanjutnya
ketika
ditanyakan apakah orang tua tidak
melarang,
maka
10
orang
diantaranya menyatakan bahwa
orang tua tidak melarang perilaku
merokok remaja, karena orang tua
juga perokok.
Data observasi peneliti di
wilayah desa Puro Karangmalang
Sragen
menunjukkan
sebagian
besar orang tua khususnya laki-laki
adalah perokok. Perilaku merokok
bagi
masyarakat
desa
Puro
merupakan kebiasaan yang salah
satunya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Desa Puro memiliki
kondisi iklim yang relatif dingin
dikarenakan letak geografis yang
berdekatan dengan Gunung Lawu.
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka peneliti
tertarik untuk meneliti “Hubungan
antara dukungan orang tua dengan
perilaku merokok remaja di Desa
Puro Karangmalang Sragen”.
LANDASAN TEORI
Remaja
Masa remaja merupakan
salah
satu
periode
dari
perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang
meliputi
perubahan biologik, psikologik, dan
perubahan sosial. Di sebagian
masyarakat dan budaya masa
remaja umumnya dimulai pada usia
10 – 13 tahun dan berakhir pada
usia 18-22 tahun (Notoatmodjo,
2007). Sedangkan Soetjiningsih
(2004) mengemukakan masa remaja
merupakan masa peralihan antara
masa kanak-kanak yang dimulai
saat terjadinya kematangan seksual

yaitu antara 11 atau 12 tahun
sampai dengan 20 tahun, yaitu masa
menjelang dewasa muda.
Remaja akan mengalami
periode perkembangan fisik dan
psikis sebagai berikut (Soetjiningsih,
2004):
a. Masa Pra-Pubertas
Masa ini disebut juga masa
pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak menjadi remaja
(12-13 tahun). Pada anak
perempuan, masa ini lebih
singkat dibandingkan dengan
anak laki-laki. Pada masa ini
terjadi perubahan, yang besar
pada remaja yaitu meningkatnya
hormon seksualitas dan mulai
berkembangnya
organ-organ
seksual
serta
organ-organ
reproduksi remaja. Disamping
itu, perkembangan intelektualitas
yang sangat pesat juga terjadi
pada fase ini. Akibatnya remajaremaja ini cenderung bersikap
suka mengkritik (karena merasa
tahu segalanya), yang sering
diwujudkan
dalam
bentuk
pembangkangan
ataupun
pembantahan terhadap orang
tua, mulai menyukai orang
dewasa yang dianggapnya baik,
serta menjadikannya sebagai
"hero" atau pujaannya, seperti
model rambut, gaya bicara,
sampai dengan kebiasaan hidup
pujaannya tersebut.
b. Masa Pubertas
Masa ini disebut juga sebagai
masa remaja awal, dimana
perkembangan fisik
mereka
begitu
menonjol.
Usianya
berkisar 14-16 tahun. Remaja
sangat
cemas
akan
perkembangan
fisiknya,
sekaligus bangga bahwa hal ini
menunjukkan bahwa ia memang
bukan anak-anak lagi. Pada
masa ini, emosi remaja menjadi
sangat
labil
akibat
dari

perkembangan hormon-hormon
seksualnya yang begitu pesat.
Keinginan seksual yang menjadi
kuat muncul pada masa ini.
Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi
yang pertama, sedangkan pada
remaja pria ditandai dengan
datangnya mimpi basah yang
pertama. Remaja akan merasa
bingung dan malu akan hal ini,
sehingga orang tua harus
mendampinginya
serta
memberikan pengertian yang
baik
dan
benar
tentang
seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani
dengan
baik,
perkembangan psikis mereka
khususnya
dalam
hal
pengenalan diri atau gender dan
seksualitasnya akan terganggu.
Disamping itu, remaja mulai
mengerti
tentang
gengsi,
penampilan dan gaya tarik
seksual. Karena kebingungan
mereka,
ditambah
labilnya
emosional
akibat
pengaruh
perkembangan seksualitasnya.
Perasaan sosial remaja dimasa
ini semakin kuat dan mereka
bergabung dalam kelompok
yang disukainya dan membuat
peraturan-peraturan
yang
dipikirkannya sendiri.
c. Masa akhir Pubertas
Pada masa ini (17-18 tahun),
remaja yang mampu melewati
masa sebelumnya dengan baik,
akan dapat menerima kodratnya
baik sebagai laki-laki maupun
perempuan. Mereka juga bangga
tubuh
mereka
dianggap
menentukan harga diri mereka,
masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa
ini berlangsung lebih singkat
daripada remaja pria. Umumnya
kematangan fisik dan seksualitas
mereka
sudah
tercapai
sebelumnya.
Namun

kematangan psikologis belum
tercapai sepenuhnya.
d. Periode Remaja Adoleneent
Pada periode ini umumnya
berumur 19-21 tahun dan
mereka
sudah
mencapai
kematangan yang sernpurna,
baik
segi
fisik,
maupun
psikisnya.
Mereka
akan
mempelajari berbagai macam
hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan
suatu
idealisme yang didapat dari
pikiran mereka. Mereka mulai
menyadari bahwa mengkritik itu
lebih
mudah
daripada
menjalaninya.
Sikapnya
terhadap
kehidupan
mulai
terlihat jelas, seperti cita-citanya,
minatnya,
bakatnya
dan
sebagainya. Arah kehidupannya
serta sifat-sifat yang menonjol
akan terlihat jelas pada fase ini.
Karakteristik Remaja
Menurut Mu’tadin (2002),
berdasarkan
ciri-ciri
perkembangannya, maka secara
umum remaja memiliki karakter dan
kebutuhan :
(a) Rasa ingin tahu yang benar
Rasa ingin tahu bisa jadi
membahayakan karena :
(1)
Melibatkan
hal
yang
vital
seperti
:
keberadaan
Tuhan,
bagaimana
rasanya
melakukan hubungan seks
dan sebagainya.
(2)
Berkaitan dengan
karakteristik remaja lain yaitu
kebanggaan
akan
kemandirian
yang
mendorong ke arah tindakan
untuk membuktikan rasa
ingin tahu.
(b) Rasa ingin tahu dan kebutuhan
akan
kemandirian
akan
mendorong
kematangan.
Menurut Schineider, kebutuhan

khas yang dimiliki remaja sesuai
dengan perkembangannya.
Merokok
Menarut Lventhal & Clearly
dalam Komalasari & Helmi (2006)
terdapat 4 tahap dalam perilaku
merokok :
a. Tahap preparatory
Seseorang
mendapat
gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat atau dari
hasil
bacaan.
Hal-hal
ini
menimbulkan
minat
untuk
merokok.
b. Tahap initiation
Tahap
initiation
atau
penitisan merokok yaitu tahap
apakah
seseorang
akan
meneruskan
ataukah
tidak
terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah
mengkonsumsi rokok sebanyak
4 batang setiap hari maka
mempunyai
kecendungan
menjadi perokok.
d. Tahap maintenance of smoking
Tahap ini merokok sudah
menjadi salah satu bagian dari
cara
pengaturan diri
(self
regulating). Merokok dilakukan
untuk memperoleh efek fisiologis
yang menyenangkan.
Remaja merokok dipengaruhi
oleh (Subanda, 2004)
a. Pengaruh orang tua
Dalam sebuah penelitian,
remaja merokok berasal dari
keluarga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan
anak-anaknya
dan memberikan hukuman fisik
yang keras sehingga lebih
mudah untuk menjadi perokok
dibandingkan dengan anak-anak
yang berasal dari keluarga yang
bahagia. Remaja yang berasal

dari keluarga konservatif yang
menekankan nilia-nilai sosial dan
agama dengan baik dengan
tujuan dalam.jangka panjang
lebih suli, untuk telibat dalam
urusan rokok atau obat-obatan.
Hal ini berbeda dengan keluarga
yang
permisif
dengan
penekanan
pada
falsafah
”kerjakan urusanmu sendirisendiri". Dan kejadian yang lebih
berat sendiri yaitu jika orang tua
sendiri menjadi contoh sebagai
perokok
berat
sehingga
kemungkinan besar anaknya
akan menjadi perokok. Perilaku
merokok didapati pula pada
mereka yang tinggal dengan
satu orang (single parent),
remaja aka merokok jika ibu
mereka merokok. Ini terjadi pada
remaja putri.
b. Pengaruh teman
Berbagai
fakta
membuktikan
jika
semakin
banyak remaja merokok maka
semakin besar Kemungkinan
teman-temannya adalah perokok
juga dan begitu juga sebaliknya.
Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yaitu remaja tadi
terpengaruh
oleh
temantemannya atau bahkan teman-temannya dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang akhirnya
mereka semua menjadi perokok.
Diantara
remaja
perokok
terdapat
87%
mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat perokok dan juga
remaja yang tidak merokok.
c. Faktor kepribadian
Orang mencoba merokok
karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa
sakit
fisik
Mau
jiwa,
membebaskan
diri
dari
kebosanan.
Satu
sifat
kepribadian bersifat prediktif
pada
penguna
obat-obatan

(termasuk
rokok)
adalah
konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada suatu
tes konformitas sosial lebih
mudah
menjadi
pengguna
dibanding dengan mereka yarg
memiliki skor rendah.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan dimedia
masa maupun elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa
perokok
adalah
lambang
kejantanan
atau
glamour,
membuat remaja sering kali
terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan
tersebut.
Dukungan Orang Tua
Dukungan
orangtua
merupakan sistem dukungan sosial
yang terpenting di masa remaja.
Dibandingkan
dengan
sistem
dukungan sosial lainnya, dukungan
orangtua
berhubungan
dengan
kesuksesan
akademis
remaja,
gambaran diri yang positif, harga
diri, percaya diri, motivasi dan
kesehatan
mental.
Keterlibatan
orangtua
dihubungkan
dengan
prestasi sekolah dan emosional
serta penyesuaian selama sekolah
pada remaja (Yusuf, 2008).
Dukungan orang tua dapat
dibagi menjadi dua hal, yaitu
dukungan yang bersifat positif dan
dukungan yang bersifat negatif.
Dukungan positif adalah perilaku
positif
yang
ditunjukkan
oleh
orangtua. Sedangkan dukungan
yang bersifat negatif adalah perilaku
yang dinilai negatif yang dapat
mengarahkan pada perilaku negatif
anak. Dukungan keluarga bersifat
optimal ketika dukungan tersebut
sesuai dengan harapan umur anak
sehingga anak dapat mencapai
kemandirian.
Hasbullah
(2004),
mengemukakan tentang bentuk-

bentuk dukungan orang tua kepada
remaja, antara lain:
a. Dukungan Moral
Dukungan moral dari orang tua
kepada anak meliputi kasih
sayang,
keteladanan,
bimbingan dan pengarahan,
dorongan, menanamkan rasa
percaya diri.
b. Dukungan Material
Dukungan
material berupa
pemenuhan kebutuhan fisik
yaitu biaya pendidikan, fasilitas
belajar, alat dan keperluan
belajar, dan biaya hidup yang
dibutuhkan
oleh
remaja.
Potensi perkembangan anak
dapat terlaksana dengan baik
jika
orang
tua
mampu
memberikan dukungan material
yang
mampu
menopang
kegiatan remaja.
Kerangka Konsep
V. Bebas

Dukungan Orang
tua

V. Terikat

Perilaku merokok
remaja

Confounding faktor

1. Iklan
2. Kepribadian
3. Iklim

Gambar 1 Kerangka Konsep

Ha : terdapat hubungan antara
dukungan negatif orang tua
terhadap merokok pada remaja
di Desa Puro
Kecamatan
Karangmalang Sragen
METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian kuantitatif yaitu nilai-nilai
yang dapat dinyatakan dalam angkaangka. Pendekatan penelian adalah
cross sectional yaitu menekankan
waktu pengukuran/observasi data
variabel independent dan dependent
hanya satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2008). Rancangan dalam
penelitian ini untuk mengidentifikasi
hubungan antara dukungan orang
tua terhadap perilaku merokok pada
remaja di Desa Puro Kecamatan
Karangamalang Sragen.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah 465 remaja laki-laki usia 1520 tahun di Desa Puro Kecamatan
Karangamalang Sragen.
Sampel penelitian adalah 82
remaja laki-laki usia 15-20 tahun di
Desa
Puro
Kecamatan
Karangamalang Sragen, dengan
penentuan sampel menggunakan
teknik proportional random sampling.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat
ukur berupa kuesioner.
Analisis Data

Hipotesis
Ho : tidak terdapat hubungan antara
dukungan negatif orang tua
terhadap merokok pada remaja
di Desa Puro
Kecamatan
Karangmalang Sragen

Pengujian hipotesis dilakukan
dengan teknik Chi Square pada
tingkat signifikansi 5%.

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Deskripsi Dukungan
Orang Tua
Tabel 1

No
1.
2.
3.

negatif

Deskripsi Dukungan
negative orang tua pada
Remaja laki-laki di Desa
Puro Kecamatan
Karangmalang Sragen
Bulan Februari 2013

Dokungan
negatif
Kurang
Cukup
Tinggi
Total

Frek

%

37
45
0
82

45
55
0
100

Pada tabel 1 di atas
menunjukkan
bahwa
tingkat
dukungan
responden
sebagian
besar adalah sedang yaitu sebanyak
45 responden (55%) dan sisanya
berpengetahuan kurang sebanyak
37 responden.
Deskripsi Perilaku Merokok Pada
Remaja laki-laki
Tabel 2 Deskripsi Perilaku
Merokok pada Remaja
laki-laki di Desa Puro
Kecamatan Karangmalang
Sragen Bulan Februari
2013
No
1
2

Perilaku Merokok
Merokok
Tidak merokok
Total

Frek
46
36
82

%
56
44
100

Pada tabel 2 di atas diketahui
sebagian besar responden adalah
merokok
yaitu
sebanyak
46
responden (56%) dan sisanya 36
responden (44%) tidak merokok.
Analisis Bivariat
Hubungan antara dukungan
negatif orang tua dengan perilaku

merokok pada remaja laki-laki dapat
dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 3. Hubungan Dukungan
negative Orang Tua
Dengan Perilaku Merokok
pada Remaja laki-laki di
Desa Puro Kecamatan
Karangmalang Sragen
Bulan Februari 2013
Dukungan
negative
orang tua
Kurang
Sedang
Total
2
p-value

Perilaku
Merokok
Tidak
merokok
F
%
F
%
16
43
21
57
30
67
15
33
46
56
36
44
= 4,523
= 0,033

Total
f
37
45
82

%
100
100
100

Pada tabel 3 di atas
menunjukkan
pada
responden
dengan dukungan negative keluarga
kurang
sebagian
besar
tidak
merokok
yaitu
sebanyak
21
responden (57%), sedangkan pada
dukungan keluarga sedang sebagian
besar merokok yaitu sebanyak 30
responden
(67%),
sehingga
berdasarkan tabulasi tersebut dapat
disimpulkan
bahwa
terdapat
kecenderungan
semakin
besar
dukungan negative orang tua
terhadap perilaku merokok remaja,
maka remaja cenderung merokok.
Hasil analisis dengan
program SPSS 15.00 for Windows
nilai statistik yang ditampilkan yaitu
nilai 2 sebesar 4,523 dengan nilai
probabilitas (p) 0,033. Karena
probabilitas hitung kurang dari 0,05
atau 0,00 =
0,05, maka H0
penelitian
ditolak,
sehingga
diputuskan
terdapat
hubungan
antara dukungan keluarga dengan
perilaku merokok pada remaja lakilaki
di Desa Puro Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen,
dimana semakin tinggi dukungan
keluarga terhadap perilaku merokok
remaja, maka perilaku merokok
remaja semakin tinggi.

PEMBAHASAN
Dukungan negative orang tua
Distribusi dukungan negative
orang tua menunjukkan sebagian
besar memiliki dukungan keluarga
kategori sedang yaitu sebanyak 45
responden (55%) dan sisanya
berpengetahuan kurang sebanyak
37 responden. Berdasarkan hasil
analisis data didapatkan bahwa
tingkat dukungan keluarga terhadap
perilaku merokok responden adalah
sedang, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain tingkat
pendidikan,
pengetahuan,
dan
budaya masyarakat.
Tingkat
pendidikan
masyarakat di desa Puro rata-rata
relatif rendah, dimana sebagian
besar warga dengan usia 30 tahun
keatas berpendidikan SMP dan SD.
Feuer Stein, et al dalam Niven,
(2002) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang berpengaruh
dalam memberikan respon terhadap
sesuatu yang datang dari luar.
Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional. Tingkat
pendidikan keluarga yang rendah
menyebabkan pemahaman mereka
terhadap bahaya merokok juga
rendah, sehingga mereka cenderung
permisif atau membiarkan perilaku
merokok anak-anak mereka. Faktor
lain
adalah
budaya
dimana
masyarakat desa Puro sebagian
besar menganggap bahwa merokok
merupakan perilaku yang lumrah
dan
biasa
dilakukan
oleh
masyarakat, khususnya bagi lakilaki. Adanya kebiasaan tersebut
menyebabkan remaja menganggap
bahwa perilaku merokok adalah hal
yang wajar dan boleh mereka
lakukan.

Perilaku Merokok
Distribusi perilaku merokok
menunjukkan
sebagian
besar
responden merokok yaitu sebanyak
46 responden (56%) dan sisanya 36
responden (44%) tidak merokok.
Beberapa faktor yang menyebabkan
timbulya perilaku merokok pada
lelaki di desa Puro Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen
antara faktor lingkungan pergaulan
dan budaya merokok yang tinggi
pada masyarakat setempat.
Pada umumnya lelaki remaja
laki-laki di Desa Puro, melakukan
perilaku merokok awalnya dari cobacoba dan diajak teman. Ketika
mereka mulai menikmati dan
merasakan enak, maka mereka
akan terus melanjutkan perilaku
merokok tersebut. Disisi lain, ketika
mereka mendapati bahwa perilaku
merokok yang mereka lakukan tidak
ditentang oleh orang tua karena
faktor kebiasaan, maka mereka
merasa bahwa perilaku merokok
adalah hal yang boleh mereka
lakukan. Hal tersebut sebagaimana
dikemukakan oleh Bandura (yang
dikutip dalam Santrock, 2004) yang
menyatakan
bahwa
perilaku
merokok dewasa awal dapat terjadi
secara biologis yang merupakan
naluri pembawaan dan dapat
dipelajari melalui observasi dan
peniruan.
Semakin
sering
mendapatkan penguatan misalnya
dari contoh-contoh di sekitar dewasa
awal,
maka
semakin
besar
terjadinya perilaku merokok.
Perilaku
merokok
dapat
dipelajari melakui observasi dan
peniruan (imitasi), semakin sering
mendapatkan penguatan semakin
besar terjadinya perilaku merokok.
Orang
yang
frustasi
karena
tujuannya terhambat oleh peristiwa
yang menimbulkan stress, akan
mengalami
keterbangkitan
emosional
yang
tidak

menyenangkan. Pengalaman tidak
menyenangkan
menimbulkan
gangguan emosi yang cenderung
meningkatkan perilaku merokok.
Perilaku
merokok
pada
dewasa
awal
mudah
sekali
ditularkan kepada temannya, salah
satunya teman ditempat kerja. Hal
tersebut sebagaimana pendapat
Mu’tadin (2002), yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang sangat
kuat
mempengaruhi
perilaku
merokok dewasa awal adalah
pengaruh teman. Perilaku dewasa
awal dipengaruhi oleh lingkungan
tempat mereka bergaul, mereka
mempunyai
hasrat
mengikuti
kelompok untuk sama dengannya
dan ingin mencoba sesuatu yang
dianggap menyenangkan. Menurut
Komalasari & Helmi (2006), alasan
mengapa seseorang merokok salah
satunya karena faktor individu.
Orang mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan
kebosanan.
Perilaku merokok tidak akan
pernah surut dan tampaknya masih
dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal
ini tampak kehidupan sehari-hari kita
di rumah, dijalan-jalan, diangkutan
umum atau pun dikantor, hampir
setiap saat dijumpai dan disaksikan
orang yang sedang merokok.
Meskipun
informasi
dan
pengetahuan
tentang
bahaya
merokok dan akibat negatif merokok
bagi
perokok
maupun
bagi
lingkungan
sekitarnya
banyak
dikumandangkan, namun tingkah
laku merokok ini tetap saja
dilakukan. Hal tersebut merupakan
suatu
realitas
yang
ada
di
masyarakat
(Christanto,
2004).
Kondisi ini perlu diwaspadai karena
perilaku merokok merupakan pintu
gerbang utama menjadi pecandu
narkoba
(Adiningsih,
2003).
Keputusan
seseorang
untuk

menentukan merokok atau tidak
merokok sangat tergantung pada
pengetahuan
ilmiah
tentang
merokok dan kaidah moral dari
merokok yang dimiliki setiap orang.
Miskinnya pengetahuan atau untuk
membangun suatu sikap atau akan
memiliki sikap yang cenderung
lemah, pada akhirnya, sikap yang
lemah ini dikhawatirkan dapat
menyebabkan individu berperilaku
yang tidak semestinya (Christanto,
2004).
Hubungan
Dukungan
Negatif
orang tua
dengan Perilaku
Merokok
Hasil analisis Chi Square
diperoleh nilai 2 sebesar 4,523
dengan nilai probabilitas (p) 0,033.
Karena probabilitas hitung kurang
dari 0,05 atau 0,00 = 0,05, maka H0
penelitian
ditolak,
sehingga
diputuskan
terdapat
hubungan
antara dukungan negatif orang tua
dengan perilaku merokok pada
remaja laki-laki
di Desa Puro
Kecamatan
Karangmalang
Kabupaten Sragen, dimana semakin
tinggi dukungan negatif orangtua
terhadap perilaku merokok remaja,
maka perilaku merokok remaja
semakin tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan
semakin tinggi dukungan negative
orang tua yang diterima responden
maka perilaku merokoknya semakin
meningkat, namun dalam tabulasi
silang hubungan dukungan keluarga
dengan perilaku merokok ditemukan
16
responden
yang
memiliki
dukungan keluarga kurang namun
merokok, sebaliknya terdapat 15
responden
dengan
dukungan
keluarga sedang namun tidak
merokok. Hal ini disebabkan adanya
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi perilaku merokok
seseorang
selain
faktor
pengetahuan
misalnya
faktor

penguatan dan kondisi psikologis.
Pelaku perokok mungkin saja
memiliki dukungan keluarga yang
kurang, dimana dukungan yang
kurang
tersebut
seharusnya
membuat perilaku merokoknya juga
rendah, namun ketika adanya faktor
penguat
misalnya
lingkungan
pergaulan, imitasi dan kondisi
psikologis misalnya dalam kondisi
tertekan, mana faktor-faktor tersebut
akan saling tarik menarik dengan
dukungan keluarga yang dimiliki
untuk menentukan perilaku mana
yang akan dipilih oleh pelaku
perokok tersebut.
Perilaku merokok
remaja
dapat terjadi secara biologis yang
merupakan naluri pembawaan dan
dapat dipelajari melalui observasi
dan peniruan (imitasi). Semakin
sering mendapatkan penguatan
misalnya dari contoh-contoh di
sekitar remaja, maka semakin besar
terjadinya perilaku merokok. Hal
tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh
Bandura
(dalam
komalasari&Helmi,
2006),
berpendapat
bahwa munculnya
suatu perilaku dihasilkan dua
mekanisme
utama
yaitu
dari
penguatan
(reinforcement)
dan
peniruan (modeling). Jika individu
melakukan
perilaku
merokok
kemudian tidak diberi sanksi atau
hukuman maka individu tersebut
akan mengulangi lagi. Perilaku
merokok dapat dipelajari melakui
observasi dan peniruan (imitasi),
semakin
sering
mendapatkan
penguatan semakin besar terjadinya
perilaku merokok . Orang yang
frustasi karena tujuannya terhambat
oleh peristiwa yang menimbulkan
stress,
akan
mengalami
keterbangkitan emosional yang tidak
menyenangkan. Pengalaman tidak
menyenangkan
menimbulkan
gangguan emosi yang cenderung
meningkatkan perilaku merokok.

Hasil penelitian ini ternyata
sesuai dengan penelitian Amin dan
Nanad (2010) tentang hubungan
dukungan
keluarga
terhadap
perilaku
miras
remaja
Desa
Sambirejo
Kecamatan
Plupuh
Sragen. Penelitian ini menunjukkan
adanya hubungan antara dukungan
keluarga dengan perilaku miras
remaja, dimana semakin tinggi
dukungan keluarga maka perilaku
miras remaja semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat dukungan
negative
keluarga pada remaja laki-laki
di Desa Puro Kecamatan
Karangmalang
Kabupaten
Sragen adalah sedang.
2. Sebagian besar remaja laki-laki
di Desa Puro Kecamatan
Karangmalang
Kabupaten
Sragen adalah Perokok.
3. Ada hubungan antara tingkat
dukungan negative orang tua
dengan perilaku merokok pada
remaja laki-laki di Desa Puro
Kecamatan
Karangmalang
Kabupaten
Sragen,
dimana
semakin
tinggi
dukungan
keluarga
terhadap
perilaku
merokok remaja, maka perilaku
merokok remaja semakin tinggi.
Saran
1. Instansi
Dinas
Kesehatan
Sragen
Hasil penelitian ini dapat menjadi
acuan bagi Dinas Kesehatan
dalam
upaya
menurunkan
perilaku merokok masyarakat,
yaitu
dengan
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang bahaya yang ditimbulkan
oleh perilaku merokok. Dinas

kesehatan setempat hendaknya
aktif melakukan penyuluhanpenyuluhan kepada masyarakat
baik secara mandiri maupun
bekerja sama dengan instansi
pemerintah daerah, khususnya
tentang
penyakit
yang
ditimbulkan
oleh
perilaku
merokok,
sehingga
dengan
meningkatnya
pengetahuan
masyarakat tentang perilaku
merokok,
diharapkan
menurunkan perilaku merokok
masyarakat.
2. Bagi Perokok
Perokok
hendaknya
lebih
meningkatkan
pengetahuan
mereka tentang penyakit akibat
perilaku merokok. Semakin baik
pengetahuan mereka, maka
perokok
dapat
mempertimbangkan
bahaya
resiko yang ditimbulkan oleh
perilaku merokok mereka, dan
akhirnya
akan
menurunkan
minat mereka untuk merokok.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian yang ingin meneliti
dengan
objek
sejenis,
diharapkan untuk memperluas
cakupan wilayah penelitian dan
variabel
yang
berhubungan
dengan perilaku merokok seperti
pengetahuan, budaya, tingkat
sosial ekonomi, dan pendidikan,
sehingga dapat diketahui faktorfaktor apakah yang paling
dominan berhubungan dengan
perilaku merokok.

Amin S, Nanad TP. 2010. Dukungan
Keluarga terhadap Perilaku
Miras
Remaja
Desa
Sambirejo,
Kecamatan
Plupuh, Sragen. Jurnal
Penelitian.. Fikkes, Vol 3
No. 2, September 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Lidia, A. 2003. Hubungan Stres dan
Perilaku Merokok pada
Remaja. Jurnal Penelitian.
Malang: Fakultas Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas Negeri Malang.

Adiningsih, N.U. 2003. Renungan
Peringatan
Hari
Perempuan Internasional.
Diperoleh
dari
http://www.pelita.or.id/baca.
php?id= 23845 (Diakses
pada tanggal 24 Desember
2012).

Christanto, A. 2004. Merokok :
Antara Ya dan Tidak
(Suatu Kajian Filsafat Ilmu).
http://www.mailarchive.com/dokter@yahoo
groups.com/msg00486.htm
l (Diakses pada tanggal 25
Desember 2012).
Departemen Kesehatan. 2010. Riset
Kesehatan
Nasional
(Rikesnas) Riset Kesehatan
Tahun 2010.
Endra, 2009. 10 Negara dengan
Jumlah Perokok Terbesar Di
Dunia. Diakses pada tanggal
7
Maret
2012.
dari
http://www.lintasberita.com.
Hasbullah. 2004. Ayah Matikan
Rokok. www. Muallaf. Com.
Diakses
tanggal
13
November 2012.
Indri, K.N. 2007. Perilaku Merokok
Remaja. Publikasi Penelitian.
Medan: Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
Komalasari, D dan Helmi, F. A.
2006.
Faktor-faktor
Penyebab Perilaku Merokok
Pada Remaja. Yogyakarta:
UGM Press

Mu'tadin, Zainun. 2002. Remaja dan
Rokok.
http://www.epsikologi.com/remaja.
Diakses tanggal 28 Juli 2012.

Niven,

N.
2002.
Psikologi
Kesehatan: Pengantar Untuk
Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain Edisi 2. Alih
Bahasa: Agung Waluyo.
Editor Monica Ester. Jakarta;
EGC

Notoatmodjo,
Soekidjo.
2007.
Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi. Jakarta PT.
Rineka Cipta.
Nursalam, 2008. Konsep dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian Dan Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan
Instrumen
Penelitian
Keperawatan.
Jakarta
:
Salemba Medika.
Santrock,
John
W.
2003.
Adolescence, Perkembangan
Remaja. Jakarta: Erlangga.
Simamorang, Johan. 2010. Anda
Stres? Obatnya Jangan
Merokok. Diaskes tanggal
25 September 2012, dari
http://health.indexarticles.c
om.
Soetjiningsih.
2004.
Kembang Anak.
EGC

Tumbuh
Jakarta:

Subanda, I. B. 2004. Tumbuh
Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Yusuf,

S.
2008.
Psikologi
Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

*Didik Noto Susanto: Mahasiswa
S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura
** Bd. Sulastri, SKp.,M.Kes: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura.
*** Dewi Listyorini, S.Kep., Ns:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA AWAL Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Awal.

0 3 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEAKTIFAN LANJUT USIA DALAM Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lanjut Usia Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lanjut Usia Dalam Mengikuti Kegiatan Di Posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu.

0 2 8

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU MEROKOK Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Perilaku Merokok Pada Siswa SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN NEGATIF ORANG TUA DENGAN PERILAKU MEROKOK REMAJA DI DESA PURO KECAMATAN Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Negatif Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Remaja Di Desa Puro Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.

0 1 7

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENARCHE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI DALAM Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche Terhadap Tingkat Kecemasan Siswi Dalam Menghadapi Menarche Di SD N Blimbing 01 Gatak Sukoharjo.

0 0 15

Hubungan antarakelekatan remaja dengan orang tua dan perilaku merokok pada remaja di Yogyakarta.

0 1 130

Hubungan antarakelekatan remaja dengan orang tua dan perilaku merokok pada remaja di Yogyakarta

2 6 128