Civil servant compliance and assertiveness to non-smoking areas regulation: a comparative study in Sleman and Kulon Progo Regencies | Susanti | Berita Kedokteran Masyarakat 25927 73424 1 PB
Berita Kedokteran Masyarakat
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health)
journal.ugm.ac.id/bkm
Kepatuhan dan ketegasan pegawai negeri pada
peraturan daerah bebas rokok: studi komparatif
di kabupaten Sleman dan Kulon Progo
Civil servant compliance and assertiveness to non-smoking areas
regulation: a comparative study in Sleman and Kulon Progo
Regencies
Israini Susanti1, Yayi Prabandari1
Dikirim: 14 Juni 2017
Diterbitkan: 1 Desember 2017
Abstract
Purpose: This study aims to determine the differences of compliance and
civil servants on the application of non-smoking areas in Sleman and Kulon
Progo. M
ethod: T his analytical survey study used a cross-sectional approach.
The subjects of this research were civil servants in the regional work units of
Kulon Progo Regency as many as 1,072 and Sleman as many as 2,300
employees at 26 SKPD in Sleman and 25 SKPD in Kulon Progo. The sampling
technique used multistage random sampling. The research instruments were
measured using questionnaires, observations, and interviews to support the
research. The analysis used was independent t-test and Mann-Whitney,
namely to test whether there is a relationship between independent and
dependent variables. R
esults: This study found a difference of knowledge on
application of perda KTR with (p = 0,000), attitude with (p = 0,003) and there
was difference of socialization to applying of regulation of non-smoking area
(p = 0,000). Logistic regression test showed that dominant factor of the
non-smoking area law was the knowledge. C
onclusion: There was a
difference of knowledge, attitude, and socialization to civil servants in Kulon
Progo and Sleman. There was no difference in attitude, smoking status,
compliance, assertiveness, accessibility and social environment to civil
servants in Kulon progo and Sleman districts. The dominant factor affecting
the compliance and assertiveness of civil servants is knowledge.
Keywords: civil servant; smoking; non-smoking areas; compliance;
assertiveness
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email : [email protected])
805
BKM Journal of Community Medicine and Public Health, Volume 33 No. 12 Tahun 2017
PENDAHULUAN
dan asertivitas pegawai negeri sipil pada penerapan
Instansi pemerintahan merupakan tatanan yang
ditetapkan dalam kawasan tanpa rokok (KTR), namun
kawasan
tanpa
rokok
masih
sulit
kawasan tanpa rokok di Kabupaten Sleman dan Kulon
Progo.
Populasi penelitian adalah pegawai negeri sipil di
terealisasi
satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Kabupaten
banyak yang merokok. Faktor yang memengaruhi
dan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 1.072 pegawai
dikarenakan pegawai di instansi pemerintah masih
pegawai untuk merokok yaitu kurangnya pengetahuan
tentang bahaya merokok, pengaruh lingkungan tempat
kerja, yaitu adanya teman yang merokok, tidak ada
larangan untuk merokok serta faktor psikologis seperti
stres dengan pekerjaan, masalah rumah tangga serta
masalah di lingkungan tempat tinggal (1). Penyebab
pegawai merokok di tempat kerja dikarenakan beban
Sleman sebanyak 2.300 pegawai pada 26 satuan kerja
pada 25 satuan kerja perangkat daerah dengan kriteria
inklusi: pegawai negeri sipil non kesehatan di
Kabupaten Sleman dan Kulon Progo yang bersedia
menjadi responden dengan menandatangani surat
persetujuan. Teknik pengambilan sampel dilakukan
menggunakan teknik multistage random sampling.
Variabel bebas meliputi peraturan daerah kawasan
kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang (2).
tanpa rokok dan non peraturan daerah kawasan tanpa
menyebabkan permasalahan di tempat kerja, seperti
asertivitas pegawai negeri sipil. Instrumen penelitian
Perilaku merokok pada Pegawai Negeri Sipil (PNS)
mengganggu konsentrasi bekerja dan menimbulkan
rasa tidak nyaman bagi pegawai lain yang tidak
merokok (1). Upaya pengendalian perlu dilakukan
untuk mengurangi perilaku merokok pada instansi
pemerintahan dengan menetapkan kawasan larangan
merokok yang bertujuan melindungi hak asasi perokok
pasif untuk dapat menghirup udara bersih (3).
Pelaksanaan kawasan tanpa rokok (KTR) di tempat
kerja diharapkan memberikan efek positif untuk
rokok, dengan variabel terikat kepatuhan dan
berupa kuesioner yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
status merokok kepatuhan, asertivitas, sosialisasi,
aksesibilitas dan lingkungan sosial. Uji statistik
Independent t test (uji t tidak berpasangan) dilakukan
jika data berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney
dilakukan jika data tidak berdistribusi normal.
HASIL
mengubah perilaku merokok, seperti mengurangi
Karakteristik responden
khusus serta upaya untuk berhenti merokok (4). Selain
negeri sipil yang bekerja di satuan kerja perangkat
efektif mengurangi paparan perokok pasif terhadap
yaitu: 162 orang di Kabupaten Kulon Progo dan 174
kebiasaan merokok saat jam kerja, merokok di tempat
itu, pelaksanaan kawasan tanpa rokok di tempat kerja
asap rokok serta dapat meningkatkan intensi perokok
aktif untuk berhenti merokok (5). Pegawai Negeri Sipil
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai
daerah. Responden penelitian terdiri dari 2 Kabupaten
orang di Kabupaten Sleman.
menjadi panutan masyarakat untuk membiasakan diri
Variabel pengetahuan terhadap KTR
melaksanakan dan menaati kebijakan pemerintah,
di di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman
36/2009 pasal 115 ayat 2 serta Peraturan Pemerintah
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan
tidak merokok di tempat kerja. PNS berkewajiban
termasuk peraturan Undang-Undang Kesehatan No.
(PP) No 109 Tahun 2012 Pasal 49 tentang penerapan
kawasan tanpa rokok di tempat kerja. Berdasarkan
permasalahan ini, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang kepatuhan dan asertivitas pegawai
negeri sipil pada penerapan kawasan tanpa rokok di
kabupaten Sleman dan Kulon Progo.
tentang KTR pada pegawai negeri sipil di Kabupaten
Kulon Progo dan di Kabupaten Sleman.
Variabel sikap terhadap KTR
Sikap terhadap KTR pada pegawai negeri sipil di
Kabupaten Kulon Progo dan di Kabupaten Sleman
disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap terhadap KTR
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik
pendekatan
pengukuran
diperoleh nilai p-value sebesar 0,00 (p30 tahun
Pendapatan
≤ Rp. 5.000.000,-
> Rp. 5.000.000,-
Pengetahuan
Baik
Kurang
Sikap
Positif
Negatif
Status Merokok
Ringan
Sedang
Asertivitas
Tidak Asertif
Asertif
Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh
Aksesibilitas
Mudah
Sulit
Sosialisasi
Ada
Tidak ada
Lingkungan sosial
Ada
Tidak ada
N
Kulonprogo (n= 162)
(%)
9
5,56
153
94,44
113
69,75
49
30,25
3
1,85
49
30,24
94
58,02
9,88
16
20,99
34
67,28
109
11,73
19
62,69
102
38
23,46
11
6,79
4
2,47
7
4,32
56
34,75
64
39,51
37
22,04
5
3,09
157
96,91
5
3,09
102
62,96
60
37,04
78
48,15
84
51,85
28
87,50
4
12,50
97
59,88
65
40,12
16
50,00
16
50,00
85
52,47
77
47,53
98
60,49
64
39,51
151
92,31
11
6,79
Sleman (n=174)
%
N
12
162
103
71
4
52
92
26
40
116
18
130
42
2
6,90
93,10
59,20
40,80
2,30
29,89
52,87
14,94
22,09
66,67
10,34
74,71
24,14
1,55
53
68
44
9
168
5
66
108
103
71
27
10
73
101
17
20
107
67
69
105
158
16
30,46
39,08
25,29
5,17
96,55
3,45
37,93
62,07
59,20
40,80
72,97
27,03
41,95
58,05
45,95
54,05
61,49
38,51
39,66
60,34
90,80
9,20
810
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health)
journal.ugm.ac.id/bkm
Kepatuhan dan ketegasan pegawai negeri pada
peraturan daerah bebas rokok: studi komparatif
di kabupaten Sleman dan Kulon Progo
Civil servant compliance and assertiveness to non-smoking areas
regulation: a comparative study in Sleman and Kulon Progo
Regencies
Israini Susanti1, Yayi Prabandari1
Dikirim: 14 Juni 2017
Diterbitkan: 1 Desember 2017
Abstract
Purpose: This study aims to determine the differences of compliance and
civil servants on the application of non-smoking areas in Sleman and Kulon
Progo. M
ethod: T his analytical survey study used a cross-sectional approach.
The subjects of this research were civil servants in the regional work units of
Kulon Progo Regency as many as 1,072 and Sleman as many as 2,300
employees at 26 SKPD in Sleman and 25 SKPD in Kulon Progo. The sampling
technique used multistage random sampling. The research instruments were
measured using questionnaires, observations, and interviews to support the
research. The analysis used was independent t-test and Mann-Whitney,
namely to test whether there is a relationship between independent and
dependent variables. R
esults: This study found a difference of knowledge on
application of perda KTR with (p = 0,000), attitude with (p = 0,003) and there
was difference of socialization to applying of regulation of non-smoking area
(p = 0,000). Logistic regression test showed that dominant factor of the
non-smoking area law was the knowledge. C
onclusion: There was a
difference of knowledge, attitude, and socialization to civil servants in Kulon
Progo and Sleman. There was no difference in attitude, smoking status,
compliance, assertiveness, accessibility and social environment to civil
servants in Kulon progo and Sleman districts. The dominant factor affecting
the compliance and assertiveness of civil servants is knowledge.
Keywords: civil servant; smoking; non-smoking areas; compliance;
assertiveness
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email : [email protected])
805
BKM Journal of Community Medicine and Public Health, Volume 33 No. 12 Tahun 2017
PENDAHULUAN
dan asertivitas pegawai negeri sipil pada penerapan
Instansi pemerintahan merupakan tatanan yang
ditetapkan dalam kawasan tanpa rokok (KTR), namun
kawasan
tanpa
rokok
masih
sulit
kawasan tanpa rokok di Kabupaten Sleman dan Kulon
Progo.
Populasi penelitian adalah pegawai negeri sipil di
terealisasi
satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Kabupaten
banyak yang merokok. Faktor yang memengaruhi
dan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 1.072 pegawai
dikarenakan pegawai di instansi pemerintah masih
pegawai untuk merokok yaitu kurangnya pengetahuan
tentang bahaya merokok, pengaruh lingkungan tempat
kerja, yaitu adanya teman yang merokok, tidak ada
larangan untuk merokok serta faktor psikologis seperti
stres dengan pekerjaan, masalah rumah tangga serta
masalah di lingkungan tempat tinggal (1). Penyebab
pegawai merokok di tempat kerja dikarenakan beban
Sleman sebanyak 2.300 pegawai pada 26 satuan kerja
pada 25 satuan kerja perangkat daerah dengan kriteria
inklusi: pegawai negeri sipil non kesehatan di
Kabupaten Sleman dan Kulon Progo yang bersedia
menjadi responden dengan menandatangani surat
persetujuan. Teknik pengambilan sampel dilakukan
menggunakan teknik multistage random sampling.
Variabel bebas meliputi peraturan daerah kawasan
kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang (2).
tanpa rokok dan non peraturan daerah kawasan tanpa
menyebabkan permasalahan di tempat kerja, seperti
asertivitas pegawai negeri sipil. Instrumen penelitian
Perilaku merokok pada Pegawai Negeri Sipil (PNS)
mengganggu konsentrasi bekerja dan menimbulkan
rasa tidak nyaman bagi pegawai lain yang tidak
merokok (1). Upaya pengendalian perlu dilakukan
untuk mengurangi perilaku merokok pada instansi
pemerintahan dengan menetapkan kawasan larangan
merokok yang bertujuan melindungi hak asasi perokok
pasif untuk dapat menghirup udara bersih (3).
Pelaksanaan kawasan tanpa rokok (KTR) di tempat
kerja diharapkan memberikan efek positif untuk
rokok, dengan variabel terikat kepatuhan dan
berupa kuesioner yang terdiri dari pengetahuan, sikap,
status merokok kepatuhan, asertivitas, sosialisasi,
aksesibilitas dan lingkungan sosial. Uji statistik
Independent t test (uji t tidak berpasangan) dilakukan
jika data berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney
dilakukan jika data tidak berdistribusi normal.
HASIL
mengubah perilaku merokok, seperti mengurangi
Karakteristik responden
khusus serta upaya untuk berhenti merokok (4). Selain
negeri sipil yang bekerja di satuan kerja perangkat
efektif mengurangi paparan perokok pasif terhadap
yaitu: 162 orang di Kabupaten Kulon Progo dan 174
kebiasaan merokok saat jam kerja, merokok di tempat
itu, pelaksanaan kawasan tanpa rokok di tempat kerja
asap rokok serta dapat meningkatkan intensi perokok
aktif untuk berhenti merokok (5). Pegawai Negeri Sipil
Responden dalam penelitian ini adalah pegawai
daerah. Responden penelitian terdiri dari 2 Kabupaten
orang di Kabupaten Sleman.
menjadi panutan masyarakat untuk membiasakan diri
Variabel pengetahuan terhadap KTR
melaksanakan dan menaati kebijakan pemerintah,
di di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman
36/2009 pasal 115 ayat 2 serta Peraturan Pemerintah
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan
tidak merokok di tempat kerja. PNS berkewajiban
termasuk peraturan Undang-Undang Kesehatan No.
(PP) No 109 Tahun 2012 Pasal 49 tentang penerapan
kawasan tanpa rokok di tempat kerja. Berdasarkan
permasalahan ini, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang kepatuhan dan asertivitas pegawai
negeri sipil pada penerapan kawasan tanpa rokok di
kabupaten Sleman dan Kulon Progo.
tentang KTR pada pegawai negeri sipil di Kabupaten
Kulon Progo dan di Kabupaten Sleman.
Variabel sikap terhadap KTR
Sikap terhadap KTR pada pegawai negeri sipil di
Kabupaten Kulon Progo dan di Kabupaten Sleman
disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap terhadap KTR
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik
pendekatan
pengukuran
diperoleh nilai p-value sebesar 0,00 (p30 tahun
Pendapatan
≤ Rp. 5.000.000,-
> Rp. 5.000.000,-
Pengetahuan
Baik
Kurang
Sikap
Positif
Negatif
Status Merokok
Ringan
Sedang
Asertivitas
Tidak Asertif
Asertif
Kepatuhan
Tidak Patuh
Patuh
Aksesibilitas
Mudah
Sulit
Sosialisasi
Ada
Tidak ada
Lingkungan sosial
Ada
Tidak ada
N
Kulonprogo (n= 162)
(%)
9
5,56
153
94,44
113
69,75
49
30,25
3
1,85
49
30,24
94
58,02
9,88
16
20,99
34
67,28
109
11,73
19
62,69
102
38
23,46
11
6,79
4
2,47
7
4,32
56
34,75
64
39,51
37
22,04
5
3,09
157
96,91
5
3,09
102
62,96
60
37,04
78
48,15
84
51,85
28
87,50
4
12,50
97
59,88
65
40,12
16
50,00
16
50,00
85
52,47
77
47,53
98
60,49
64
39,51
151
92,31
11
6,79
Sleman (n=174)
%
N
12
162
103
71
4
52
92
26
40
116
18
130
42
2
6,90
93,10
59,20
40,80
2,30
29,89
52,87
14,94
22,09
66,67
10,34
74,71
24,14
1,55
53
68
44
9
168
5
66
108
103
71
27
10
73
101
17
20
107
67
69
105
158
16
30,46
39,08
25,29
5,17
96,55
3,45
37,93
62,07
59,20
40,80
72,97
27,03
41,95
58,05
45,95
54,05
61,49
38,51
39,66
60,34
90,80
9,20
810