PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK PANGKAT DI KELAS X SMA KATOLIK ST. ANDREAS PALU | Rantelino | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8634 28324 1 PB

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI BENTUK PANGKAT DI KELAS X
SMA KATOLIK ST. ANDREAS PALU
Yuliyanti Rantelino
E-mail: yuliantirantelino@gmail.com
Marinus B. Tandiayuk
E-mail: marinustandiayuk@yahoo.com
Linawati
E-mail: linaluckyanto@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode penemuan
terbimbing yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X
SMA Katolik St. Andreas Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Rancangan penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu: 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi,
wawancara, catatan lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di
kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) perumusan
masalah, 2) pemrosesan data dan penyusunan konjektur, 3) pemeriksaan dan verbalisasi

konjektur, dan 4) umpan balik.
Kata Kunci: Metode Penemuan Terbimbing; Hasil Belajar; Bentuk Pangkat.
Abstract: The aim of the research is to describe the application of guided discovery method in
order to improve student learning outcomes in the exponential of material in class X SMA
Chatolik St. Andreas Palu. Kind of this research is classroom action research. The design of
this research refer s to research design Kemmis and Mc. Taggart 1) planning, 2)
implementation of the acting, 3) observating and 4) reflecting. The subject were students of
class X SMA Chatolik St. Andreas Palu totaling twenty three students. This research was
conducted in two cycles. Data of this research was collected through observation sheet,
interview, note fields and test. The results showed that the application of the guided discovery
method can upgrade student learning outcomes in the exponential of material in class X of
SMA Chatolic St. Andreas Palu through the following steps: 1) formulation of the problem, 2)
processing of the data and preparation of conjecture, 3) examination and verbalization of
conjecture, and 4) feedback.

Keywords : Guided Discovery Method; Learning Outcomes; Exponential Form.

Matematika merupakan matapelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Karena matematika sangat dibutuhkan
dalam pengembangan ilmu matematika itu sendiri, ilmu-ilmu lain dan dalam memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi pembelajaran
matematika semester ganjil di tingkat SMA/MA meliputi: 1) bentuk pangkat, akar, dan
logaritma, 2) persamaan dan pertidaksamaan linear dalam tanda mutlak, 3) sistem
persamaan dan pertidaksamaan linear, 4) matriks, 5) relasi dan fungsi, dan 6) barisan dan
deret. Materi bentuk pangkat merupakan materi prasyarat yang harus dipahami sebelum
mempelajari materi-materi selanjutnya. Namun siswa masih mengalami kesulitan pada
materi bentuk pangkat.
Adapun penelitian yang mendukung bahwa siswa kesulitan dalam mempelajari materi
bentuk pangkat yakni, penelitian yang dilakukan oleh Mayanti (2014) yang mengatakan

Yuliyanti Rantelino, Marinus B. Tandiayuk, dan Linawati, Penerapan Model …257

bahwa kesulitan siswa SMA Negeri 4 Palu pada materi bilangan berpangkat adalah tidak
memahami konsep bilangan berpangkat, siswa lupa dengan sifat-sifat bilangan berpangkat,
kurangnya pengetahuan prasyarat siswa seperti operasi hitung pada bilangan bulat, serta siswa
mengalami kesulitan dalam mengubah bilangan berpangkat bulat negatif ke pangkat bulat positif
dan sebaliknya. Hal demikian terjadi pula di SMA Katolik St. Andreas Palu. Berdasarkan
hasil dialog peneliti dengan guru matematika di SMA Katolik St. Andreas Palu, diperoleh
informasi bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi bentuk pangkat. siswa lupa

menempatkan posisi yang sesuai dengan sifat-sifat bentuk pangkat. Hal ini menyebabkan hasil
belajar siswa rendah.
Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru matematika, peneliti memberikan tes
identifikasi masalah kepada siswa kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu. Dua di antara
ke
soal yang diberikan yaitu : 1) Ubahlah bentuk bilangan berpangkat berikut ini
6
dalam bentuk perkalian berulang. 2) Ubahlah
ke dalam bentuk yang paling
sederhana. Jawaban siswa terhadap soal tersebut sebagaimana pada Gambar berikut:

JS01

JS02

Gambar 1. Jawaban siswa soal no. 1

Gambar 2. Jawaban siswa soal no 2

Gambar 1, terlihat bahwa siswa melakukan kesalahan dalam mengubah bilangan

(JS01),
berpangkat ke dalam bentuk perkalian berulang yaitu
. Gambar 2, menunjukkan
seharusnya siswa menjawab
bahwa siswa melakukan kesalahan dalam menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat. Pangkat
6

yang seharusnya dikalikan tetapi siswa menjumlahkannya yaitu
(JS02). Seharunya siswa menjawab

6

=

=

=

=


.

Berdasarkan hasil dialog dan tes identifikasi, peneliti menyimpulkan bahwa kesalahan
yang banyak dilakukan siswa diakibatkan siswa tidak memahami konsep tentang bentuk
pangkat dan sifat-sifat bentuk pangkat sehingga hasil belajar siswa di sekolah rendah.
Mencermati hal tersebut, maka upaya yang dilakukan peneliti adalah menerapkan
suatu metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pemahaman mereka tentang materi bentuk pangkat sehingga dapat membekas dalam pemikiran
mereka dan mampu mengerjakan soal menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat dengan tepat.
Metode yang cocok menurut peneliti yaitu metode penemuan terbimbing. Menurut Ruseffendi
(2006) metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak
melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Pembelajaran dengan metode penemuan merupakan pembelajaran yang membuat
siswa berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru.
Ada beberapa keuntungan penemuan terbimbing menurut Siadari (2001) yaitu: 1)
pengetahuan yang diajarkan dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan
pada situasi baru, 2) meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar, memecahkan
masalah dan tidak hanya menerima saja.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing pada penelitian ini

yaitu peneliti menggunakan pembelajaran berkelompok. Belajar secara berkelompok

258 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

diharapkan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bekerja sama dengan anggota
kelompoknya, lebih terbuka untuk saling bertanya dan bertukar pendapat.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1) Penelitian yang dilakukan oleh
Karim (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode penemuan
terbimbing lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada sekolah level tinggi, sedang,
dan rendah, 2) Hasil penelitian Yani (2006) menyatakan bahwa metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 1 SMA Negeri 6 Pontianak pada
pokok bahasan pangkat rasional.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi bentuk pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat komponen

yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu yang berjumlah 23 siswa.
Selanjutnya dari subjek penelitian tersebut, dipilih tiga orang informan yang diambil
berdasarkan tes awal dan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yaitu siswa MJW
berkemampuan tinggi, siswa SIT berkemampuan sedang, dan siswa JC berkemampuan rendah.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa aktivitas guru dan siswa
yang diambil melalui lembar observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Sedangkan data
kuantitatif berupa tes awal untuk mengetahui kemampuan prasyarat siswa dan tes akhir
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk pangkat. Analisis
data mengacu pada model Miles & Huberman (1992) yaitu: reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan.
Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini yaitu jika aktivitas guru dan
aktivitas siswa dengan menerapkan metode penemuan terbimbing berkategori baik dan
sangat baik. Indikator hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika pada siklus I siswa mampu
menyelesaikan soal bentuk pangkat bulat positif, sedangkan pada siklus II siswa mampu
menyelesaikan soal bentuk pangkat bulat negatif.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu: 1) pra tindakan dan 2) pelaksanaan tindakan.
Kegiatan pada tahap pra tindakan yaitu peneliti memberikan tes awal kepada siswa yang
bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi prasyarat. Hasil tes awal

juga dijadikan acuan dalam pembentukan kelompok yang heterogen berdasarkan kemampuan
matematika serta dijadikan pedoman dalam menentukan informan penelitian. Materi tes yang
diujikan yaitu operasi hitung pada bilangan bulat. Tes awal ini diikuti seluruh siswa di kelas
X sejumlah 22 orang siswa. Berdasarkan hasil analisis tes awal yang diberikan, hanya 6 orang
siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar, sedangkan 16 orang siswa
lainnya masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan. Umumnya
siswa belum bisa menentukan hasil operasi hitung pada bilangan bulat yang diberikan baik
itu tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian dua buah bilangan

Yuliyanti Rantelino, Marinus B. Tandiayuk, dan Linawati, Penerapan Model …259

dengan tanda yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti bersama
siswa membahas hasil tes yang telah diberikan.
Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
metode penemuan terbimbing dan pertemuan kedua yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1) kegiatan awal, 2) kegiatan
inti, dan 3) kegiatan penutup.
Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan awal yaitu: 1) menyiapkan siswa
mengikuti pembelajaran, 2) menyampaikan topik materi dan tujuan pembelajaran, 3)

memberikan motivasi, 4) Memberikan materi prasyarat, dan 5) mengajak siswa bergabung
ke dalam kelompoknya. Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan inti yaitu: 1)
perumusan masalah, 2) pemprosesan data dan penyusunan konjektur, 3) pemeriksaan
konjektur dan verbalisasi konjektur, dan 5) umpan balik. Langkah-langkah yang dilakukan
pada kegiatan penutup yaitu guru memberikan pekerjaan rumah dan menutup pembelajaran
dengan berpesan kepada siswa untuk tetap belajar.
Kegiatan awal dimulai dengan peneliti membuka pembelajaran, menyapa siswa dan
mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa atau sebanyak 23 orang siswa hadir pada
pertemuan pertama siklus I dan siklus II. Peneliti menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran dengan meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis dan buku yang digunakan
dalam pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa pada awal
pembelajaran.
Peneliti kemudian menyampaikan topik materi dan tujuan pembelajaran. Materi yang
dipelajari pada siklus I adalah bentuk pangkat bilangan bulat positif dengan tujuan
pembelajaran yaitu siswa dapat menemukan sifat-sifat bentuk pangkat bilangan bulat positif
dan siswa dapat menyelesaikan (mengoperasikan dan menyederhanakan) soal mengenai
bentuk pangkat bilangan bulat positif dengan menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat bilangan
bulat positif secara tepat. Siklus II materi yang dipelajari adalah bentuk pangkat bilangan
bulat negatif dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menemukan sifat-sifat bentuk
pangkat bilangan bulat negatif serta dapat menyelesaikan (mengoperasikan dan

menyederhanakan) soal mengenai bentuk pangkat bilangan bulat negatif dengan menggunakan
sifat-sifat bentuk pangkat bilangan bulat negatif secara tepat. Hasil dari peneliti menyampaikan
materi dan tujuan pembelajaran yaitu siswa menjadi lebih terarah dalam belajar.
Peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan menjelaskan manfaat mempelajari
materi bentuk pangkat. Adapun manfaatnya yaitu dengan mempelajari materi bentuk
pangkat memudahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya yang berhubungan
dengan bentuk pangkat misalnya materi bentuk akar dan logaritma. Setelah pemberian
motivasi siswa menjadi bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, Peneliti
memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan materi prasyarat yang berkaitan
dengan materi bentuk pangkat. Materi prasyarat pada siklus I adalah operasi hitung pada
bilangan bulat dan materi prasyarat pada siklus II adalah sifat-sifat bilangan berpangkat
bulat positif serta perkalian berulang. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat
mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya, sehingga siswa lebih siap untuk
belajar. Selanjutnya, peneliti mengajak siswa bergabung ke dalam kelompok yang telah
ditentukan sebelumnya.
Kegiatan inti dimulai dengan langkah perumusan masalah. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan pada langkah ini yaitu peneliti memberikan LKS kepada setiap kelompok
yang didalamnya terdapat langkah-langkah untuk menemukan sifat-sifat bentuk pangkat
yaitu, sifat perkalian;


sifat pembagian;

sifat

260 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

pemangkatan;

sifat perkalian dan pemangkatan;

sifat

pembagian dan pemangkatan;
.
Kegiatan pembelajaran pada langkah pemprosesan data dan penyusunan konjektur
yaitu peneliti meminta siswa untuk mengikuti prosedur kerja dan menjawab pertanyaanpertanyaan dalam LKS. Peneliti menjelaskan agar setiap siswa dalam kelompok mau
bekerja sama dan saling bertukar pikiran dalam mengerjakan LKS. Peneliti memberikan
bimbingan kepada kelompok 2 dan kelompok 4 yang mengalami kesulitan dalam menyusun
konjektur. Berikut satu di antara konjektur yang telah disusun oleh kelompok 2
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
K2LKSS1 01
K2LKSS1 02
K2LKSS1 03
K2LKSS1 04
Gambar 4. Konjektur yang disusun oleh kelompok 2 soal nomor 4 pada LKS siklus I
Berdasarkan Gambar 4, konjektur yang disusun oleh kelompok 2 adalah
(K2LKSS101),
(K2LKSS1
02),
(K2LKSS103), dari contoh di atas dapat diperoleh
(K2LKSS1 04).
Pelaksanaan pembelajaran pada langkah pemeriksaan dan verbalisasi konjektur yaitu
peneliti kembali mengamati dan memeriksa konjektur yang telah disusun oleh siswa.
Kelompok yang pertama kali selesai menyusun semua konjektur yaitu kelompok I, disusul
kelompok III, lalu kelompok V, pemeriksaan konjektur pada kelompok II dan IV dilakukan
setelah konjektur dari kelompok I, III, dan V selesai diperiksa. Hasil pemeriksaan konjektur
diperoleh informasi bahwa semua siswa dalam setiap kelompok pada umumnya masih
mengalami kekeliruan dalam menyusun konjektur seperti konjektur yang disusun oleh
kelompok 2. Kelompok 2 menyimpulkan bahwa
K2LKSS104).
Seharusnya
(K2LKSS105). Namun, setelah peneliti memberikan
bimbingan, siswa kembali menyusun konjektur mereka hingga benar. Sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 5.
K2LKSS1 01
K2LKSS1 02
K2LKSS1 03
K2LKSS1 04
Gambar 5. Jawaban kelompok 2 setelah di verbalisasi
Setelah itu, peneliti memantau hasil kerja kelompok dengan mengarahkan masingmasing kelompok untuk saling menukarkan LKS kelompoknya dengan kelompok lain.

Yuliyanti Rantelino, Marinus B. Tandiayuk, dan Linawati, Penerapan Model …261

Kemudian peneliti mengarahkan agar masing-masing kelompok memeriksa dan menanggapi
jawaban LKS kelompok yang mereka pegang. Hasil pada langkah ini, sebagian besar siswa
sudah mampu mengerjakan perintah yang terdapat di dalam LKS tersebut dengan baik hanya
saja mereka belum mampu membuat kesimpulan dengan benar.
Selanjutnya, peneliti membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang
telah dipelajari dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya
tentang kesimpulan materi yang telah dipelajari, kesimpulan yang diperoleh yaitu pengertian
pangkat bulat positif yaitu perkalian berulang dengan faktor-faktor yang sama dan sifat-sifat
bentuk pangkat yaitu sifat perkalian;
sifat pemangkatan;

sifat pembagian;
sifat perkalian dan pemangkatan;

sifat-

sifat pembagian dan pemangkatan;
dengan
.
Aktivitas yang dilakukan peneliti pada langkah umpan balik yaitu peneliti
memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individu, peneliti memberikan 3 nomor soal
latihan tambahan. Peneliti mengawasi dan memeriksa jawaban siswa. Dari hasil pengamatan
peneliti pada siklus I yaitu sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal latihan secara
individu, dan terdapat 8 orang siswa mengerjakan soal latihan dengan bertanya dan terlihat
kebingungan dalam mengerjakan soal. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut lebih banyak
bermain dan kurang membantu teman kelompoknya mengerjakan LKS. Hasil pengamatan
peneliti pada siklus II yaitu sebagian besar siswa dapat mengerjakan soal latihan secara
individu, dan terdapat 5 orang siswa mengerjakan soal latihan dengan bertanya. Selanjutnya,
peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.
Kegiatan penutup pada siklus I yaitu peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa
pertemuan selanjutnya akan diadakan tes tentang materi bentuk pangkat bilangan bulat
positif, sedangkan pada siklus II dilaksanakan tes tentang materi bentuk pangkat bilangan
bulat negatif. Akhirnya, peneliti menutup pembelajaran dengan memberikan PR kepada
siswa dan meminta ketua kelas memimpin temannya untuk berdoa sebelum keluar ruangan.
Setelah berdoa, peneliti mengucapkan salam.
Pertemuan kedua pada setiap siklus yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Tes akhir
tindakan pada siklus I terdiri atas tiga nomor soal. satu diantara soal yang diberikan yaitu:
menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat.
sederhanakan bentuk berikut
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, dari 23 siswa yang mengikuti tes, 13 siswa memperoleh
nilai tuntas, 10 siswa tidak tuntas. Jika dilihat dari pekerjaan siswa, umumnya siswa yang
tidak tuntas mengalami kesulitan dalam menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat bulat
positif. Berikut jawaban siswa sebagaimana Gambar 6.
SITS101
SITS104
SITS102

SITS103

Gambar 6. Jawaban SIT pada tes akhir siklus I soal nomor 3
Terlihat pada jawaban siswa SIT sebagaimana Gambar 6, siswa SIT masih keliru dalam
menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat, siswa SIT menjumlahkan pangkat dari variabel
.
yang berbeda (SITS101) sebagai hasil perkalian bilangan berpangkat

262 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Seharusnya sifat perkalian bilangan berpangkat dapat digunakan untuk variabel yang sama.
.
Jawaban yang sebenarnya
Selanjutnya peneliti melakukan dialog untuk memperoleh informasi lebih lanjut
tentang kesalahan siswa SIT sebagaimana transkip wawancara sebagai berikut:
SITS121P
SITS122S
SITS123P
SITS124S
SITS125P
SITS126S
SITS127P

: Coba kamu perhatikan bentuk soalnya! Variabelnya apa saja?
: m dan n kak.
: Berarti variabelnya berbeda kan?
: Iya kak. Saya tidak teliti lihat soalnya kak
: Kalau berbeda bisa tidak diselesaikan dengan cara seperti ini?
: Tidak kak.
: Harusnya bagaimana ?

SITS128S :
Berdasarkan hasil dialog tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa SIT sudah
memahami sifat-sifat bentuk pangkat (SITS128S), tetapi karena siswa SIT tidak teliti melihat
soal (SITS124S) sehingga salah dalam mengerjakan soal tersebut.
Tes akhir tindakan siklus II terdiri atas tiga nomor soal. satu diantara soal yang
diberikan yaitu: jika =2 dan =3, tentukan nilai dari
. Berdasarkan hasil tes akhir
siklus II, dari 23 orang siswa yang mengikuti tes, 19 orang siswa memperoleh nilai tuntas, 4
orang siswa tidak tuntas. Jika dilihat dari pekerjaan siswa, umumnya siswa sudah dapat
menggunakan sifat-sifat bentuk pangkat dengan benar, tetapi salah dalam menemtukan
operasi hitung bilangan bulat. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 7.
JCS201
JCS202

JCS203

Gambar 7. Jawaban JC pada tes akhir siklus II soal nomor 3
Terlihat pada jawaban siswa JC sebagaimana Gambar 7, siswa JC mengubah bentuk
=
pangkat bulat negatif kedalam bentuk pangkat bulat positif dan sebaliknya
(JCS201) jawaban ini benar. Kemudian siswa JC mensubtitusi nilai berdasarkan yang
diketahui

(JCS202) jawaban ini juga benar. Tetapi siswa JC salah dalam menentukan

hasil dari penjumlahan pangkat tersebut. Siswa JC menjawab

(JCS203).

Jawaban sebenarnya
.
Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa JC pada siklus II Untuk memperoleh
informasi lebih lanjut. Sebagaimana ditunjukkan pada transkip wawancara sebagai berikut:
JCS218P
JCS219P
JCS220S
JCS221P

: Sekarang coba perhatikan nomor 3?
: Dari mana JC dapatkan 2 pangkat 11?
: 11 itu dari −3 ditambah 8 kak.
: Yakin? Kalau 8 dikurang 3 berapa?

Yuliyanti Rantelino, Marinus B. Tandiayuk, dan Linawati, Penerapan Model …263

JCS222S : 5 kak. Eh 5 jawabannya yang diatas kak bukan 11.
Berdasarkan hasil dialog tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa secara umum siswa JC
sudah paham dengan materi yang diajarkan setelah mendapat penjelasan dari peneliti dan
paham dengan kekeliruannya sehingga bisa memberikan jawaban yang benar (JCS222S).
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru pada saat melaksanakan
pembelajaran setiap siklus, yaitu: 1) membuka pembelajaran, 2) menyampaikan informasi
tentang materi yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai, 3) memberi motivasi kepada siswa, 4) memberi apersepsi kepada siswa, 5)
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok belajar, 6) memberikan informasi pokok
materi dan penjelasan tentang hal-hal yang akan dipelajari, 7) memberikan LKS kepada
setiap kelompok dan menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan siswa dengan LKS, 8)
memberikan bantuan dan bimbingan seperlunya kepada siswa jika mengalami kesulitan
dalam mengerjakan LKS, 9) mengamati siswa pada saat penyusunan konjektur, 10)
memeriksa hasil konjektur siswa dan memberikan alasan terhadap konjektur siswa bila
terdapat kekeliruan, 11) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun kembali
konjektur yang benar, 12) mengarahkan siswa untuk memeriksa LKS temannya dan
menyuruh siswa untuk menanggapi jawaban LKS temannya jika berbeda dengan
jawabannya, 13) mengajak siswa mendiskusikan jawaban yang diperoleh, 14) membimbing
siswa membuat kesimpulan tentang materi bentuk pangkat, 15) memberikan soal latihan
bentuk pangkat, 16). mengecek jawaban siswa, 17) memberi PR, 18) menutup
pembelajaran, 19) efektivitas pengelolaan waktu, 20) performance guru, dan 21)
pemanfaatan media pembelajaran. Siklus I aspek 1, 15, 16, 17dan 18 memperoleh nilai 5.
Aspek 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 14, 19, 20 dan 21 memperoleh nilai 4. Aspek nomor
3 memperoleh nilai 3. Jumlah skor yang diperoleh adalah 88, sehingga aktivitas guru
berkategori sangat baik. Kemudian pada siklus II, aspek 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, dan 20 memperoleh nilai 5. Aspek nomor 3, 4, 9, 10, 11, dan 21 memperoleh
nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 99, sehingga aktivitas guru berkategori sangat baik.
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa pada saat melaksanakan
pembelajaran setiap siklus, yaitu: 1) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 2)
mendengarkan materi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, 3)
memperhatikan guru menyampaikan motivasi dan apersepsi, 4) bergabung ke dalam
kelompok yang telah ditentukan, 5) menyimak guru menyampaikan informasi pokok materi
dan memberikan pendapat, 6) melakukan pengamatan dan memperhatikan hal penting
tentang bentuk pangkat, 7) mengerjakan LKS secara berkelompok serta bertanya kepada
guru jika ada hal yang tidak dimengerti sekaligus menyusun konjektur, 8) memeriksa dan
menanggapi konjekur teman kelompok lain, 9) berpartisipasi aktif dalam diskusi kelas, 10)
memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari, 11) mengerjakan soal
latihan bentuk pangkat bilangan bulat positif, 12) mencatat PR yang diberikan oleh guru,
13) memperhatikan guru dalam memberikan pesan sebelum pembelajaran berakhir, 14)
efektivitas pengelolaan waktu, 15) antusias siswa, dan 16) interaksi siswa. Siklus I, aspek 1,
2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16 memperoleh nilai 4. Aspek 5 dan 9
memperoleh nilai 3. Jumlah skor yang diperoleh adalah 62, sehingga aktivitas siswa
berkategori baik. Kemudian pada siklus II, aspek 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12 dan 13
memperoleh nilai 5. Aspek 5, 11, 14, 15, dan 16 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang
diperoleh adalah 75, sehingga aktivitas siswa berkategori sangat baik

264 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada
siswa untuk mengetahui kemampuan materi prasyarat siswa dan sebagai acuan dalam
pembentukan kelompok yang heterogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurcholis (2013)
bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk
dijadikan alat dalam pembentukan kelompok yang bersifat heterogen.
Peneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa
berdoa bersama dan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran agar siswa mengetahui apa yang hendak mereka capai dengan pembelajaran
yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan
bahwa penyampaian tujuan pembelajaran sebelum memulai pembelajaran merupakan
kegiatan awal yang harus dilakukan agar siswa mengetahui dan berusaha mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi bentuk
pangkat, agar siswa tertarik dan terdorong serta memberikan perhatian selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (2007) menyatakan bahwa
adapun langkah-langkah membangkitkan motivasi belajar siswa adalah dengan menarik
perhatian siswa. Perhatian siswa muncul karena didorong oleh rasa ingin tahu, rasa ingin
tahu itu perlu mendapat rangsangan berupa manfaat dari apa yang mereka pelajari, sehingga
siswa akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran.
Peneliti memberikan apersepsi untuk mengingatkan kembali pemahaman siswa
mengenai materi prasayarat yaitu materi operasi hitung bilangan bulat. Siswa terlebih dahulu
harus memahami konsep A sebelum mempelajari konsep B. Tanpa memahami konsep A siswa
tersebut tidak akan memahami konsep B. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990)
menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu memahami lebih dulu
konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin
orang itu memahami konsep B.
Selanjutnya, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen.
Pembentukan kelompok sangat membantu kinerja guru, karena dapat memaksimalkan proses
berpikir siswa melalui diskusi anggota-anggota kelompok yang bersifat heterogen dan ternyata
siswa yang berkemampuan lebih tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan
dibawahnya untuk memahami konsep materi bentuk pangkat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Karim (2011) bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan mempermudah siswa
melakukan aktivitas penemuan, karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya. Interaksi
berupa tukar pendapat dan ide atau siswa yang berkemampuan rendah bertanya pada siswa
yang pandai dan siswa yang pandai menjelaskannya.
Aktivitas peneliti pada langkah perumusan masalah yaitu peneliti memberikan LKS
yang didalamnya terdapat sejumlah prosedur kerja dan pertanyaan-pertanyaan yang disusun
secara sistematis, yang digunakan siswa untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat
memandu siswa dalam proses penemuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009)
bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau
pemecahan masalah yang didalamnya terdapat sejumlah prosedur kerja dan pertanyaanpertanyaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat membantu siswa dalam proses
penemuan.
Pada langkah pemrosesan data dan penyusunan konjektur siswa menyusun,
memproses, mengorganisir dan menganalisis data. Siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok dan menyusun konjektur yang belum pasti kebenarannya. Hal ini sesuai

Yuliyanti Rantelino, Marinus B. Tandiayuk, dan Linawati, Penerapan Model …265

dengan pendapat Sari (2014) yang mengemukakan bahwa pada tahap pemrosesan data dan
penyusunan konjektur, siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data.
Siswa mempunyai jawaban-jawaban dari LKS yang diberikan. Jawaban-jawaban tersebut
adalah konjektur yang belum pasti kebenarannya.
Peneliti sebagai fasilitator berusaha mencoba membimbing siswa dalam menyusun
konjektur, peneliti diperbolehkan membantu siswa yang mengalami kesulitan tetapi tidak
diperbolehkan memberikan jawaban yang sebenarnya secara langsung karena siswa harus
mampu menemukan sendiri konsepnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (2009)
yang menyatakan bahwa dalam metode penemuan terbimbing guru bertindak sebagai
fasilitator dan siswa sendiri yang melakukan penemuan (discovery), sedangkan guru
membimbing ke arah yang benar.
Aktivitas peneliti pada langkah pemeriksaan konjektur yaitu peneliti memeriksa
konjektur yang telah dibuat oleh siswa. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan
kebenaran prakiraan siswa sehingga menuju ke arah yang hendak dicapai. Peneliti
memberikan alasan terhadap konjektur siswa yang melakukan kesalahan dan selanjutnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun konjektur yang benar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sari (2014) yang menyatakan bahwa pada tahap pemeriksaan
dugaan sementara, guru memeriksa kebenaran konjektur yang telah disusun oleh siswa, hal
ini bertujuan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga menuju ke arah yang
hendak dicapai dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun konjektur yang
benar.
Setelah setiap kelompok memperbaiki konjektur yang mereka buat, peneliti
mengarahkan siswa untuk saling menukarkan jawabannya kepada kelompok lain dan
mengarahkan siswa untuk memeriksa dan menanggapi jawaban kelompok lain jika berbeda
dengan jawaban LKS kelompoknya. Hal ini bertujuan agar siswa terbiasa mengemukakan
pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan sehingga hal yang dipelajarinya menjadi
lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan
bahwa dalam pembelajaran matematika siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen
atas jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain,
sehingga apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang telah
dilaksanakan dapat dilihat bahwa siswa tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang
diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian. Kemampuan siswa
membandingkan jawabannya dengan jawaban temannya yang berbeda kelompok sangat
berpengaruh untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman
khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan
membangun suatu pengetahuan.
Diakhir pembelajaran peneliti bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai pendapat Barlian (2013) yang
menyatakan bahwa guru bersama-sama dengan siswa membuat simpulan pelajaran pada
akhir pembelajaran.
Aktivitas peneliti pada langkah umpan balik yaitu peneliti memberikan tes kepada
siswa dalam bentuk soal latihan secara individu mengenai materi yang telah dipelajari.
Karena tanpa umpan balik siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya dan tidak
dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap. Hal ini sesuai dengan
pendapat Trianto (2011) yang menyatakan bahwa guru dapat menggunakan berbagai cara
untuk memberikan umpan balik secara lisan, tes dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik
spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya dan tidak dapat mencapai
tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.

266 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan, dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas pada
tes akhir tindakan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I, siswa yang
tuntas sebanyak 13 orang siswa dari 23 siswa yang mengikuti tes. Sedangkan pada siklus II,
siswa yang tuntas sebanyak 19 orang siswa dari 23 siswa yang mengikuti tes. Tes akhir
tindakan siklus I dan siklus II ini merupakan komponen untuk mengecek hasil belajar
siswa. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa telah terjadi
peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II. Setiap
aspek yang dinilai pada lembar observasi aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada siklus
II berada pada kategori baik maupun sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
guru dalam hal ini peneliti dan aktivitas siswa memenuhi indikator keberhasilan tindakan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penemuan
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat di kelas X
SMA Katolik St. Andreas Palu. Adapun penelitian yang sejalan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurcholis (2013) menyimpulkan bahwa
implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X A SMA Negeri 9 Palu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bentuk
pangkat di kelas X SMA Katolik St. Andreas Palu dengan mengikuti mengikuti langkahlangkah, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) pemrosesan data, 3) penyusunan dugaan
sementara/konjektur, 4) pemeriksaan dugaan sementara/konjektur, 5) verbalisasi dugaan
sementara/konjektur, dan 6) umpan balik.
Langkah perumusan masalah dimulai dengan peneliti memberikan informasi pokokpokok materi dan penjelasan tentang materi bentuk pangkat yang dipelajari kepada siswa.
Setelah memberikan informasi pokok-pokok materi dan penjelasan tentang materi yang
dipelajari peneliti memberikan LKS kelompok kepada siswa. Selanjutnya, langkah
pemrosesan data dan penyusunan konjektur. Kegiatan pada langkah ini yaitu siswa
mengamati, menalar dan mecoba mengerjakan LKS secara berkelompok dan menyusun
konjektur dari LKS yang diberikan. Peneliti mengamati dan mengawasi siswa yang sedang
mengerjakan soal pada LKS dan memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang
mengalami kesulitan sehingga siswa melangkah ke arah yang hendak dicapai. Pada langkah
pemeriksaan konjektur peneliti memeriksa hasil konjektur siswa dan memberikan alasan
terhadap konjektur siswa yang melakukan kesalahan. Selanjutnya peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyusun konjektur yang benar. Aktivitas peneliti pada
langkah verbalisasi konjektur yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk memeriksa dan
mendiskusikan jawaban LKS kelompok lain dan siswa dapat menanggapi dan bertanya
kepada kelompok yang diperiksa. Pada langkah umpan balik yaitu peneliti memberikan
soal latihan secara individu mengenai materi yang telah dipelajari kepada siswa.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti berikan yaitu bagi
guru diharapkan dapat menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai alternatif
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Metode penemuan

Yuliyanti Rantelino, Marinus B. Tandiayuk, dan Linawati, Penerapan Model …267

terbimbing merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir sendiri dan
melibatkan siswa secara langsung untuk menemukan konsep dan prinsip umum dalam
matematika, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah , dan menjadikan pengetahuan yang diperoleh lebih lama membekas dalam
ingatan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang K. T (2007). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Penabur. [Online], Vol. 10, No. 1, 11 halaman. Tersedia: http://
bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No10-Thn7-Juni2008.pdf.
[1
Maret 2016].
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru? Jurnal forum
social.[Online].Vol. 6 (1), 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.id/ 2268/2/isi.pdf.
[19 Februari 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 MataPelajaran
Matematika . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, O. (2009). Pengajaran Unit Sistem. Jakarta: CV. Manjar Bandung.
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika . Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan McTaggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia:
https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=ke
mmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%
20mctaggart&f=false. [8 September 2016].
Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Elektronik PGSD Universitas Almuslim [Online]. Vol. 1, No. 1.
Tersedia: http://jurnal.bull-math.org/index.php/Simantap/ article/view/37 [19 Juni 2015].
Mayanti, D. (2014). Penerapan Metode Latihan Berstruktur untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat di Kelas X MIA 5 SMA Negeri 4
Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 02, No. 01, 12 halaman.
[Online]. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/
3231. [19 Juni 2015].
Miles, M.B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif:Buku Sumbe Tentang
Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Pres.
Nurcholis. (2013). Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Penarikan Kesimpulan Logika Matematika. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako. Vol. 1, No. 1, 11 halaman. [Online], Tersedia:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/1707/112 4. [19 Juni 2015].
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
FMIPA Unila [Online]. Vol. 01, No. 01, 12 halaman. Tersedia: http://journal.
fmipa.unila.ac.id /.index.php /semirata/article/view/882/701. [12 Juni 2016].

268 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi
revisi). Bandung: Tarsito.
Sari, P. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Alat Peraga untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Materi Luas Permukaan dan Volume
Limas di SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako
[Online]. Vol. 2 (1), 17 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/ jurnal/ index.php/
JEPMT/article. [17 Juni 2015].
Siadari. (2001). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika SLTP Berdasarkan Model
Penemuan Terbimbing (Guided Discovery). [Online], Tersedia: http://
eprints.ung.ac.id/2519/6/2013-1-86206-151412266-bab2-02082013040148.pdf
[09
Februari 2016].
Trianto.(2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana
Prenada Media Group.
Yani, A. (2006). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika melalui Metode Penemuan
terbimbing pada Pokok Bahasan Pangkat Rasional bagi Siswa Kelas I SMA Negeri 6
Pontianak. Jurnal Pendidikan [Online]. Vol. 2 (2), 10 halaman. Tersedia: http://
isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/220632633518298702.pdf. [17 Juni 2015]

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GRADIEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 9 PALU | Yusnawan | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3095 9569 1 PB

0 2 11

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI TRIGONOMETRI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PALU MELALUI PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING | Wewa | Kreatif 4325 13942 1 PB

0 0 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 PALU PADA MATERI KELIPATAN DAN FAKTOR BILANGAN BULAT | Hadija | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8292 27193 1 PB

0 0 9

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 9 PALU | Suwitra | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 7228 24060 1 PB

0 0 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TRAPESIUM DI KELAS VII SMP NEGERI 7 PALU | Susilawati | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8453 27779 1 PB

0 0 12

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENARIKAN KESIMPULAN LOGIKA MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 7 PALU | Fitrah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7757 25594 1 PB

0 1 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP NEGERI 13 PALU | Cendana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8369 27471 1 PB

0 0 13

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

0 0 5

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS VII MTS NEGERI MODEL PALU

0 0 14

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TEOREMA PHYTAGORAS DI KELAS VIII B SMP NEGERI 7 PALU

0 0 11