J01012

ANALISIS PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL BERDASARKAN
PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN SIZE PERUSAHAAN
(PERBANDINGAN ANTARA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA DAN
THAILAND)

Oleh:
Dimaz Ramananda
(Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana)
Yeterina Widi Nugrahanti
(Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana,
email : yeterina.nugrahanti@staff.uksw.edu)
Abstract
The objective of this study is to compare the level of intellectual capital disclosure in any banking company in
Indonesia and Thailand listed on the Indonesia Stock Exchange ( IDX ) and the Securities Exchange of Thailand
( SET ) in 2011 based in the characteristics of the company. The variables used in this study is the level of
intellectual capital disclosure and corporate characteristics represented by profitability, leverage, and the size of
the company. The sample used consists of 39 banks listed on the BEI and 11 banks listed on the SET in 2011. The
findings in this study showed no difference between intellectual capital disclosure in Indonesia and Thailand.
Keywords : intellectual capital disclosure, profitability, leverage, company size

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengungkapan intellectual capital pada tiap perusahaan
perbankan di Indonesia dan Thailand yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) dan Securities Exchange od
Thailand ( SET) pada tahun 2011 berdasarkan karakteristik perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tingkat pengungkapan intellectual capital dan karakteristik perusahaan yang diwakili oleh profitabilitas,
leverage, dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan terdiri dari 39 bank yang terdaftar di BEI dan 11 bank
yang terdaftar di SET pada tahun 2011. Temuan pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan
pengungkapan intellectual capital antara Indonesia dan Thailand.
Kata Kunci : pengungkapan intellectual capital, profitabilitas, leverage, dan ukuran ( size ) perusahaan

PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini, intensitas persaingan yang semakin tinggi memaksa
banyak perusahaan untuk mengubah sistemnya dari labour based business, menjadi knowledge
based business. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan value dari perusahaan. Erawati
dan Sudana (2009) menyatakan bahwa value perusahaan ditentukan secara bersama-sama oleh
tangible assets dan intangible assets. Karena itu pengungkapan intangible assets dinilai cukup
penting dan salah satu metode pendekatannya adalah dengan menggunakan intellectual capital
(IC).
Pentingnya intellectual capital menjadi perhatian bagi peneliti-peneliti dan para
pelaku usaha, terutama di era pasar bebas. Sawarjuwono dan Kadir (2003) mengartikan modal
intelektual sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human

capital, structural capital, customer capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi

1

yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.
Intellectual capital tidak hanya menyangkut pengetahuan dan keterampilan dari para
karyawan, melainkan juga termasuk infrastruktur perusahaan, relasi dengan pelanggan, sistem
informasi, teknologi, kemampuan berinovasi dan berkreasi.
Perusahaan perbankan telah mengalami perubahan dalam beberapa dekade ini,
dengan peningkatan struktural dan teknologi untuk menghadapi tantangan yang ada.
Tantangan-tantangan baru dalam teknologi dan organisasi telah menghasilkan permintaan akan
keterampilan yang baru. Selain itu, profil risiko bank berubah dalam komposisi dan
kompleksitasnya, membuat penilaian modal intelektual menjadi elemen penting dalam strategi
perbankan (Cabrita dan Bontis 2008). Intellectual capital dianggap dapat membuat nilai lebih
dari suatu bank dibandingkan bank lain sejenisnya, karena kinerja dari bank-bank tidak dapat
dibedakan dengan mudah.
Perusahaan dapat mengungkapkan intellectual capital dalam laporan tahunan (annual
report). Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu cara yang penting untuk
melaporkan sifat alami dari nilai tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan (Yulistina 2011).
Perbedaan negara yang mana menggunakan standar akuntansi yang berbeda menyebabkan

pengungkapan intellectual capital antar negara menjadi berbeda pula. Hal tersebut
menyebabkan pemahaman mengenai intellectual capital yang merupakan hal penting menjadi
tidak pasti. Najibullah (2005) menyatakan “Given the significance of emerging economies to
the overall well- being and balance of the global economy, it is important to establish an
understanding of the developing of intellectual capital in different socio-political and economic
settings”.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia serta memiliki sumber
daya yang melimpah. Fenomena intellectual capital mulai berkembang di Indonesia setelah
muncul Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 19 tentang aset tidak berwujud
(Murti 2010). Berdasarkan PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang
dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk
tujuan administratif. Untuk di Indonesia, yang bertindak sebagai pengatur perbankan adalah
Bank Indonesia. Seperti dikutip dari Putnis (2012), “all banks must submit to Bank Indonesia
all information and explanations on their business, including annual balance sheets and
profit/loss statements (audited by public accountant) along with their explanations, as well as
other periodical reports, according to the procedure stipulated by Bank Indonesia.”
Selain Indonesia, Thailand juga merupakan salah satu negara berkembang yang
terletak di wilayah Asia Tenggara. Thai Accounting Standards (TAS) No. 51 mengatur
mengenai intangible assets secara umum, sehingga untuk intellectual capital hanya diatur

secara tersirat. TAS No. 51 mengacu pada International Accounting Standards (IAS) No. 38
mengenai intangible assets. Untuk di Thailand, yang bertindak sebagai pengatur perbankan
adalah Bank of Thailand. Bank of Thailand memiliki 2 pendekatan untuk mengatur bank-bank,
seperti yang dikutip dari Putnis (2012),
“The first approach is the ‘On-Site Examination approach, which focuses on: (a)examining
the financial condition, performance and risk management of the banks; (b)examining and
validating the risk management model being implemented by the banks; and (c)examining the
banks’ use of information technology management and operations.
The second approach is the ‘Off-Site Examination approach where the BOT closely and
continuously monitors the development in the financial condition and performance of the bank
by taking a more supervisory review approach and regulatory review approach.”

2

Persamaan Indonesia dengan Thailand adalah: 1.) Kedua negara tersebut masih
termasuk negara berkembang di wilayah Asia Tenggara jika dilihat dari berbagai sisi, baik
secara ekonomi, demografi dan dari literatur-literatur seperti yang tercantum pada OECD
(2011) untuk Thailand dan OECD (2012) untuk Indonesia. 2.) Standard akuntansi kedua negara
tidak mengatur intellectual capital dengan jelas. Indonesia memakai PSAK No. 19, sedangkan
Thailand memakai TAS No. 51, tetapi keduanya lebih mengatur mengenai intangible assets

secara keseluruhan, dan intellectual capital hanya secara tersirat. Berdasarkan persamaan
antara Indonesia dengan Thailand, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengungkapan
intellectual capital di kedua negara tersebut.
Pengungkapan intellectual capital di Indonesia dan Thailand dalam penelitian ini
akan dilihat berdasarkan karakteristik perusahaan yang meliputi profitabilitas, leverage dan
ukuran perusahaan. Profitabilitas dipilih menjadi variabel dalam penelitian ini karena dapat
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih yang ditunjukkan oleh rasio Net Interest Margin
(NIM). PWC (2012) mengemukakan bahwa NIM Indonesia merupakan NIM tertinggi di
kawasan Asia Timur dan Selatan, melebihi NIM negara berkembang lainnya termasuk Cina
dan India (rata-rata NIM 2-2,5%). Semakin rendah NIM maka investor atau pengusaha bisa
berinvestasi dengan biaya lebih murah, sehingga besar kemungkinan mereka lebih memilih
berinvestasi di Thailand daripada di Indonesia dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan.
Selain profitabilitas, penelitian ini juga menggunakan leverage untuk membedakan
pengungkapan intellectual capital di Indonesia dan Thailand. Leverage menunjukkan seberapa
besar kesiapan bank dalam menanggung resiko yang ada berdasarkan persentase modal yang
mereka miliki, hal tersebut bisa ditunjukkan dengan rasio capital to asset ratio (CAR).
Berdasarkan data yang didapat dari World Bank bahwa rata-rata CAR pada perbankan di
Indonesia adalah sebesar 11% dan untuk perbankan di Thailand adalah sebesar 9.4%. Menurut
World Bank juga bahwa setiap bank yang baik harus memiliki CAR minimal sebesar 8%.

Sehingga jika dilihat dari data yang ada bahwa rata-rata perbankan di Indonesia dan Thailand
termasuk dalam kategori baik. Tetapi jika melihat dari lebih tingginya rasio Indonesia, maka
besar kemungkina investor akan lebih memilih berinvestasi di Indonesia daripada Thailand
karena tidak terlalu beresiko.
Penelitian ini juga menggunakan ukuran perusahaan (size) sebagai dasar
pengungkapan intellectual capital. Size diukur dari aset yang dimiliki dan menunjukkan nilai
bank tersebut. Semakin tinggi size perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat pengungkapan
intellectual capital. Penelitian dari Oliviera et al. (2008) serta Suhardjanto dan Wardhani
(2009) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap keluasan
pengungkapan informasi intellectual capital. Karena itu investor tentu akan melihat total aset
dari sebuah bank untuk mengambil keputusan karena semakin tinggi total aset yang ada
kemungkinan bank bisa berkembang juga semakin baik.
Penelitian mengenai perbedaan tingkat pengungkapan antar negara telah cukup
banyak dilakukan. Seperti yang dilakukan Vandemaele et al. (2005), yang membandingkan
pengungkapan intellectual capital di Belanda, Swedia, dan Inggris. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Swedia memiliki jumlah pengungkapan intellectual capital tertinggi.
Abdel-Azim (2007) melakukan penelitian untuk membandingkan pengungkapan pada negara
Mesir dan UAE, dan hasilnya menunjukkan bahwa UAE memiliki skor lebih tinggi
dibandingkan Mesir dalam hal pengungkapan meskipun selisihnya tidak banyak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

pengungkapan intellectual capital pada perusahaan di Indonesia dan Thailand, dan apakah
terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital di Indonesia dan Thailand berdasarkan

3

profitabilitas, leverage, dan size. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
(a)akademisi, diharapkan dapat memberikan informasi dan memperkaya ilmu pengetahuan di
Indonesia dan Thailand berkaitan dengan tingkat pengungkapan modal intelektual; (b)
investor, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan; (c) perusahaan, diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan
kualitas pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunannya, supaya dapat
memberikan competitive advantage di dunia bisnis.
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Definisi Intellectual Capital
Intellectual Capital merujuk pada modal-modal non fisik, tidak berwujud (intangible
assets) atau tidak kasat mata (invisible), yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman
manusia serta teknologi yang digunakan (Rupidara 2008 dalam Karanika 2012). Keberadaan
intellectual capital tersebut sering kali dinilai cukup penting dan dianggap dapat mendatangkan
manfaat ekonomi yang bernilai tinggi di masa yang akan datang. Bontis et al (2000)
mengemukakan bahwa intellectual capital memiliki 3 komponen yaitu human capital,

structural capital and customer capital. Ketiga bagian tersebut saling terkait untuk
menggambarkan seberapa tinggi kemampuan sebuah perusahaan dalam pengelolaan
intellectual capital.
Pengungkapan Intellectual Capital
Pengungkapan berarti penyampaian informasi keuangan kepada pihak yang
membutuhkan informasi mengenai perusahaan dalam laporan keuangan (Hendrikson dan
Breda 2002 dalam Sandjaya 2010). Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan emiten
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib adalah informasi yang
harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal suatu negara sedangkan
pengungkapan sukarela yaitu penyampaian informasi yang diberikan secara sukarela oleh
perusahaan di luar pengungkapan wajib. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan
informasi yang melebihi persyaratan minimum dari peraturan pasar modal yang berlaku
(Nuswandari 2009). Pengungkapan intellectual capital termasuk dalam pengungkapan
sukarela.
Riset Guthrie dan Petty (2000) yang dikutip dari Istanti (2009) menunjukkan bahwa:
(a) Pengungkapan modal intelektual lebih banyak (95%) disajikan secara terpisah dan tidak
ada yang disajikan dalam angka atau kuantitatif. Hal ini mendukung pandangan yang selama
ini kuat yaitu aktiva tidak berwujud atau modal intelektual sulit untuk dikuantifikasikan;
(b)Pengungkapan mengenai modal eksternal lebih banyak dilakukan oleh perusahaan. Tidak

terdapat pola tertentu dalam laporan-laporan tersebut. Hal-hal yang banyak diungkapkan
menyebar di antara ketiga elemen modal intelektual; (c) Pelaporan dan pengungkapan modal
intelektual dilakukan masih secara sebagian dan belum menyeluruh; (d) Secara keseluruhan
perusahaan menekankan bahwa modal intelektual merupakan hal penting untuk menuju sukses
dalam menghadapi persaingan masa depan. Namun hal itu belum dapat diterjemahkan dalam
suatu pesan yang solid dan koheren dalam laporan tahunan.

4

Karakteristik perusahaan
Menurut Marwata (2001) dalam Maulany (2013) karakteristik perusahaan merupakan
ciri-ciri khusus yang melekat pada perusahaan. Karakteristik inilah yang akan membedakan
satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Karakteristik perusahaan sendiri dapat berupa
(size) perusahaan, status pendaftaran di pasar modal, leverage, rasio likuiditas, jenis industri,
profile, dan karakteristik lainnya.
Pengungkapan Intellectual Capital di Indonesia dan Thailand
Dalam hal mengenai standar akuntansi, Indonesia memakai Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) sedangkan Thailand memakai Thai Accounting Standards
(TAS). Belum adanya peraturan mengenai pengungkapan intellectual capital pada peraturan
kedua negara tersebut membuat perusahaan di kedua negara memiliki pemahaman yang

berbeda. Ada kemungkinan bank di Indonesia lebih baik dalam melakukan pengungkapan
intellectual capital karena jumlah bank di Indonesia lebih banyak dari bank di Thailand, yang
menyebabkan bank di Indonesia diawasi dan memiliki peraturan yang ketat untuk mengatur
kegiatannya. Putnis (2012) menyatakan bahwa Bank Indonesia memiliki aturan yang lebih
ketat dari Bank of Thailand karena Bank Indonesia mewajibkan bank-bank di Indonesia
memberikan laporan secara rutin yang sudah diaudit bahkan secara periodik atau apabila
dibutuhkan dapat melakukan audit langsung. Sehingga besar kemungkinan bank di Indonesia
lebih banyak melakukan pengungkapan informasi dan juga intellectual capital karena tuntutan
yang ada.
Profitabilitas Perusahaan dan Pengungkapan Intellectual Capital.
Untuk mengukur rasio profitabilitas dapat digunakan Return On Assets (ROA). ROA
memberi informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat
pengembalian, dan mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari aktivitas operasional
perusahaan dalam penggunaan asset yang dimiliki perusahaan dalam rangka pengkreasian nilai
perusahaan. Perusahaan dengan rasio profitabilitas yang rendah justru akan berusaha
meningkatkan modal sebaik mungkin, sehingga akan banyak melakukan pengungkapan (Meek
et al., 1995 dalam Sutanto dan Supatmi, 2012). Sedangkan menurut Marisanti (2012),
perusahaan cenderung untuk mengurangi tingkat pengungkapan modal intelektualnya karena
mereka tidak memiliki kebutuhan yang spesifik untuk mengungkapkannya, hal ini dikarenakan
mereka sudah memiliki kinerja dalam menghasilkan laba yang baik dan telah mendapat

legitimasi dimata publik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas
rendah akan cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital,
sedangkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung tidak
mengungkapkan informasi secara rinci.
Leverage dan Pengungkapan Intellectual Capital
Leverage adalah tingkat rasio total utang terhadap keseluruhan atau total aset.
Widayanti et al. (2006) mengemukakan bahwa rasio leverage menunjukkan seberapa efektif
perusahaan dibelanjai dengan hutang. Menurut Jensen dan Meckling (1976) perusahaan yang
memiliki leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan yang dilakukan, termasuk
intellectual capital disclosure, untuk mengurangi sorotan dari bondholder. Perusahaan dengan
leverage rendah ingin semakin meyakinkan bahwa kondisi keuangannya benar-benar baik dan
mereka memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo
(Sudarmadji dan Sularto, 2007). Salah satu cara untuk semakin meyakinkan investor bahwa
mereka memiliki kondisi yang baik adalah dengan mengungkapkan intellectual capital.
Sehingga perusahaan dengan leverage rendah akan cenderung lebih banyak mengungkapkan

5

informasi mengenai intellectual capital, sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi cenderung tidak mengungkapkan secara luas.
Size (Ukuran) Perusahaan Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital
Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang menunjukkan besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka keterbukaan informasi
kepada publik juga semakin luas. Maulany dan Nugrahanti (2013) menyatakan bahwa
perusahaan dengan sumber daya relatif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap saji
sebagaimana perusahaan besar, sehingga perlu ada tambahan biaya yang relatif besar untuk
dapat melakukan pengungkapan selengkap pengungkapan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan besar. Perusahaan besar didorong untuk mengungkapkan lebih banyak tentang
informasi voluntary, seperti intellectual capital untuk mengurangi biaya keagenan yang
dikeluarkan (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan demikian, perusahaan dengan karakteristik
size yang tinggi dapat digolongkan ke dalam perusahaan yang memiliki tingkat pengungkapan
intellectual capital yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat size yang
kecil.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar pada Securities Exchange of Thailand (SET) dan telah fully listed. Sektor perbankan
dipilih karena menyajikan laporan keuangan dan tahunan yang dapat diakses dengan baik.
Selain itu, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan memiliki kemampuan intelektual
yang lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Kubo and Saka 2002 dalam
Ulum 2003). Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut (a) Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dan Securities Exchange of Thailand (SET) pada tahun 2011 dan
mempublikasikan laporan tahunan (annual report) perusahaan tahun 2011, melalui website
perusahaan maupun website pasar modal, (b)Data untuk penelitian tersedia secara lengkap.
Pengukuran Variabel
Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital
Pengukuran variabel tingkat pengungkapan intellectual capital pada penelitian ini
mengacu pada klasifikasi intellectual capital yang dibuat oleh International Federation of
Accountants (IFAC) yang juga digunakan oleh Chartered Institute of Management
Accountants (CIMA). Klasifikasi pengungkapan tersebut terdiri dari 30 item yang dibagi
menjadi tiga komponen, yaitu Human Capital, Relational Capital, dan Organisational Capital.
Indeks pengungkapan intellectual capital dihitung menggunakan rumus :
Indeks Pengungkapan =





�ℎ

�ℎ





� � � �� � � �


� � �

ℎ�



�ℎ��

�� 30 �

6

Karakteristik Perusahaan
Profitabilitas Perusahaan
ROA =

L

To l

e

e

Sumber : Widayanti, dkk (2009)
Variabel profitabilitas dipisahkan menjadi dua untuk membedakan perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi dan rendah. Standar terbaik ROA adalah sekurang-kurangnya
1,5%. Perusahaan yang memiliki ROA lebih dari 1,5%, digolongkan ke dalam perusahaan
dengan tingkat profitabilitas tinggi. Sedangkan perusahaan yang memiliki ROA kurang dari
1,5% digolongkan ke dalam perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah. Klasifikasi ROA
ini dikutip dari website financialratioss.com, “for banks that are interested only in safety of
their credits, a value of ROA as low as 1.5% is rather reasonable”.
Leverage
DTA =

� ℎ

� �

� �

Sumber : Widayanti, dkk (2009)
Variabel leverage dipisahkan menjadi dua untuk membedakan perusahaan yang tingkat
leveragenya tinggi dan rendah. Pemisah (cutoff) yang digunakan adalah rata-rata DTA industri
sejenis, yaitu perusahaan perbankan (Widayanti dkk 2009).
Ukuran (Size) Perusahaan
Penelitian ini menggunakan total aset untuk memproksikan ukuran (size) perusahaan.
Sejalan dengan Purnomosidhi (2006), bahwa untuk mengetahui pengaruh potensial size
terhadap jumlah pengungkapan modal intelektual, digunakan indeks yang diukur dengan
menggunakan “the natural log” total aset perusahaan.
��� = �

�� � �

Variabel ukuran (size) perusahaan juga akan dibedakan antara perusahaan berukuran
besar dan kecil. Perusahaan digolongkan berukuran besar apabila memiliki total aset di atas
rata-rata total aset industri, berdasarkan data total aset yang tercantum pada annual report
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang total asetnya kurang dari nilai yang ditentukan,
digolongkan ke dalam perusahaan berukuran kecil.
Teknik dan Langkah Analisis
Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menganalisis data pada penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Menghitung berapa banyak jumlah item intellectual capital yang diungkapkan pada tiap
laporan tahunan perusahaan yang dijadikan sampel.
2. Menghitung tingkat profitabilitas, mengukur tingkat leverage perusahaan, serta
mengidentifikasi size perusahaan.
3. Menganalisis tingkat pengungkapan intellectual capital secara deskriptif

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
sejumlah 42 perusahaan, sedangkan yang terdaftar di Securities Exchange of Thailand (SET)
adalah sejumlah 11 perusahaan. Tetapi yang memenuhi kriteria seperti mempublikasikan
laporan tahunan, serta data penelitian tersedia dengan baik dan dapat dijadikan sampel
penelitian adalah sebanyak 39 perusahaan untuk di Indonesia dan untuk di Thailand semua
bank yang terdaftar bisa dijadikan sampel.
Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif yang mencakup nilai minimum, nilai maximum, nilai mean, dan
standar deviasi dari tingkat pengungkapan intellectual capital disajikan pada tabel 1.
--------------------------------------------------------Insert Tabel 1-------------------------------------Sesuai dengan hasil yang terdapat pada tabel 1, bisa diketahui perusahaan di Indonesia dengan
tingkat pengungkapan terendah adalah PT. Bank Sulselbar Tbk. sebesar 50,00% dan tertinggi
adalah PT. Bank Central Asia Tbk. sebesar 83,33%. Diketahui juga mean pengungkapan
intellectual capital dari masing-masing perusahaan perbankan di Indonesia yang dijadikan
sampel adalah sebesar 66,75%. Untuk perusahaan di Thailand, dengan tingkat pengungkapan
terendah adalah Krung Thai Bank Public Company Limited sebesar 60,00% dan tertinggi
adalah Bank of Ayudhya Public Company Limited sebesar sebesar 80,00%. Diketahui juga
mean pengungkapan intellectual capital dari masing-masing perusahaan perbankan di
Thailand yang dijadikan sampel adalah 67,58%. Terlihat dari rata-rata pengungkapan
intellectual capital, perusahaan perbankan di Thailand menunjukkan angka lebih tinggi dari
perusahan di Indonesia, tetapi perbedaan yang ada tidak begitu besar, yaitu sebesar 0,82%.
Dari segi karakteristik perusahaan berupa profitabilitas (rasio ROA), yang terendah
pada perusahaan di Indonesia dimiliki oleh PT. Bank QNB Kesawan Tbk., yaitu sebesar 0,46%
dan yang tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Pundi Indonesia Tbk. , yaitu sebesar 4,75%.
Sedangkan pada perusahaan perbankan di Thailand yang terendah dimiliki oleh TMB Bank
Public Company Limited, yaitu sebesar 0,60% dan yang tertinggi dimiliki oleh The Siam
Commercial Bank Public Company Limited, yaitu sebesar 2,20%. Untuk leverage (rasio
DTA), yang terendah pada perusahaan di Indonesia dimiliki oleh PT. Bank Muamalat Tbk.,
yaitu sebesar 13,16% dan yang tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Sulselbar Tbk., yaitu sebesar
125,79%. Sedangkan pada perusahaan perbankan di Thailand yang terendah dimiliki oleh LH
Financial Group Public Company Limited, yaitu sebesar 83,61% dan yang tertinggi dimiliki
oleh Krung Thai Bank Public Company Limited, yaitu sebesar 93,39%. Karakteritik
perusahaan selanjutnya adalah ukuran (size) perusahaan. Perusahaan perbankan di Indonesia
yang memiliki total aset paling tinggi, dan mencerminkan ukuran perusahaan terbesar dipegang
oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., dengan proporsi logaritma natural dari total aset sebesar
33,955, tertinggi dibandingkan perusahaan perbankan di Indonesia lainnya. Sedangkan
perusahaan perbankan di Thailand yang memiliki total aset paling tinggi, dan mencerminkan
ukuran perusahaan terbesar adalah The Siam Commercial Bank Public Company Limited,
dengan proporsi logaritma natural dari total aset sebesar 30,019, tertinggi dibandingkan
perusahaan perbankan di Thailand lainnya.
Gambaran mengenai jumlah pengungkapan intellectual capital untuk masing-masing
klasifikasi yaitu pengungkapan organizational capital, relational capital dan human capital
dapat dilihat pada tabel 2.
----------------------------------------------------Insert Tabel 2---------------------------------

8

Dari tabel 2 dapat terlihat bahwa pengungkapan human capital memiliki rata-rata
paling besar di perusahaan perbankan kedua negara, yaitu sebesar 87,50%. Human capital
terkait dengan pengetahuan yang dialami oleh orang-orang yang ada di perusahaan tersebut.
Oleh karena itu perusahaan jelas ingin memperlihatkan bahwa mereka memiliki karyawan
yang memiliki status pendidikan yang baik, penempatan karyawan yang jelas dan juga
pelatihan untuk karyawan mereka yang tentu akan menjadi nilai tambah untuk bersaing dengan
perusahaan lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Huang, et al. (2013) yang menyatakan, “In
the current business environment, human capital is regarded as a key source of competitive
advantage”. Sedangkan pengungkapan organizational capital atau yang juga disebut
structural capital di kedua negara memiliki rata-rata yang paling kecil, yaitu sebesar 58,33%.
Pengungkapan organizational capital masih rendah terutama dalam hal paten, hak cipta, dan
sejenisnya. Padahal, paten dapat menjadi salah satu indikator dalam mengkaji kinerja ekonomi
dan tingkat kemajuan teknologi sebuah negara (Kardoyo et al., 2010). Sehingga hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan belum peduli dengan hak intelektual yang mana juga
memerlukan biaya untuk mengadakannya, serta teknologi mereka masih belum sebaik negara
maju.
Pengungkapan Intellectual Capital Pada Industri Perbankan Di Indonesia dan Thailand
Gambaran mengenai pengungkapan intellectual capital didasarkan pada karakteristik
perusahaan di industri perbankan di Indonesia dan Thailand dapat dilihat pada tabel 3.
--------------------------------------------------------Insert Tabel 3--------------------------------------Tabel 3 menunjukkan jumlah rata-rata pengungkapan untuk variabel-variabel di
perusahaan perbankan Indonesia dan Thailand. Perusahaan dengan ukuran variabel yang tinggi
di kedua negara, rata-rata memiliki pengungkapan intellectual capital sebanyak 50%.
Sedangkan perusahaan dengan ukuran variabel yang rendah juga mengungkapkan diatas 50%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik perusahaan dengan ukuran variabel tinggi maupun
rendah di kedua Negara sama-sama memiliki pengungkapan intellectual capital yang tinggi.
Pengungkapan Intellectual Capital Tertinggi dan Terendah di Indonesia dan Thailand
-----------------------------------------------------Insert Tabel 4---------------------------------------Seperti yang terlihat pada tabel 4 bahwa perusahaan perbankan di Indonesia dan
Thailand yang memiliki pengungkapan intellectual capital tinggi maupun rendah tidak
memiliki perbedaan. Human capital memiliki frekuensi pengungkapan yang tinggi karena
terlihat dari persebaran pengungkapan mereka fokus terhadap pengembangan kemampuan
karyawan, sehingga mereka memanfaatkan betul keuntungan bisnis untuk hal tersebut dan
mereka sadar akan pentingnya kemampuan karyawan terhadap kemajuan perusahaan.
Sedangkan organizational capital masih sedikit diungkapkan terlihat dari persebaran
pengungkapan intellectual capital karena mereka belum fokus pada patent dan copyright.
Perusahaan perbankan di kedua negara tersebut sama-sama memiliki tingkat
pengungkapan intellectual capital yang tinggi, yaitu diatas 50%. Hal tersebut terjadi karena
pada standar akuntansi di Indonesia (PSAK) maupun Thailand (TAS) belum ada peraturan
mengenai pengungkapan intellectual capital secara terperinci, sehingga perusahaan akan
berusaha melakukan pengungkapan intellectual capital dengan tinggi karena dirasa memiliki
manfaat bagi mereka. Hal serupa juga ditunjukkan dari penelitian Sudarmadji dan Sularto
(2007) yang menyatakan, jika pengungkapan informasi memberikan dampak positif bagi
perusahaan maka perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih mendalam. Perbedaan cara
9

mengatur dari Bank Indonesia dan Bank of Thailand sendiri juga tidak mempengaruhi bank
untuk mengurangi pengungkapan karena ketatnya aturan yang ada.
Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital dan Profitabilitas Perusahaan
Deskripsi pengungkapan intellectual capital antara perusahaan yang memiliki profitabilitas
tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 5.
--------------------------------------------------------Insert Tabel 5--------------------------------------Tabel 3 menunjukkan jumlah rata-rata pengungkapan untuk variabel-variabel di
perusahaan perbankan Indonesia dan Thailand. Perusahaan dengan profitabiltas (ROA) yang
tinggi di kedua Negara, rata-rata memiliki pengungkapan intellectual capital sebanyak 50%.
Sedangkan perusahaan dengan profitabilitas yang rendah juga mengungkapkan diatas 50%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa baik perusahaan dengan profitabilitas tinggi maupun
rendah di kedua Negara tidak memiliki perbedaan.
Perusahaan high profit melakukan pengungkapan modal intelektual karena dengan
pengungkapan tersebut perusahaan memiliki nilai tambah di mata investor (Karanika, 2012).
Pengungkapan yang lengkap juga disebabkan karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi
memiliki dana untuk melakukan pengungkapan dengan luas. Perusahaan dengan profitabilitas
rendah juga mengungkapkan dengan baik karena meskipun laba mereka rendah, mereka tetap
ingin menjaga kepercayaan publik. Sejalan dengan Meek, et al. (1995) dalam Sutanto dan
Supatmi (2012) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio profitabilitas yang rendah
justru akan berusaha meningkatkan modal sebaik mungkin, sehingga akan banyak melakukan
pengungkapan. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Maulany (2013) dimana tidak
terdapat perbedaan pengungkapan intellectual capital perusahaan sektor perbankan
berdasarkan karakteristik profitabilitas perusahaan.
Seperti yang terlihat pada tabel 5 bahwa perusahaan perbankan di Indonesia dan
Thailand yang memiliki profitabilitas tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan.
Pengungkapan tertinggi dari bank yang memiliki size besar maupun kecil adalah human
capital. Hal tersebut terlihat dari persebaran pengungkapan intellectual capital bahwa mereka
menggunakan kemampuan profitabilitas mereka untuk meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia yang dianggap bisa memberi pengaruh yang baik. Sedangkan untuk
pengungkapan yang paling sedikit adalah di bagian organizational capital karena mereka
dengan kemampuan profitabilitas yang ada mereka masih belum terlalu fokus pada patent dan
copyright yang sebenarnya bisa meningkatkan keunggulan kompetitif bank tersebut. Tetapi
khusus bank di Indonesia yang memiliki profitabilitas rendah, pengungkapan terendah mereka
ada pada bagian relational capital. Persebaran yang ada memperlihatkan mereka kurang fokus
pada persetujuan-persetujuan dengan pihak eksternal dan tak adanya backlog order, tetapi hal
tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan karena secara persentase hanya berbeda
sedikit dengan pengungkapan organizational capital.
Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital dan Tingkat Leverage Perusahaan
Deskripsi pengungkapan intellectual capital antara perusahaan yang memiliki leverage tinggi
dan rendah disajikan dalam tabel 6.
--------------------------------------------------------Insert Tabel 6---------------------------------------

10

Rata-rata pengungkapan intellectual capital pada tabel 3, menunjukkan jumlah yang
sama untuk perusahaan dengan tingkat leverage (DTA) tinggi maupun rendah di kedua negara,
yaitu sebanyak 20 item atau diatas 50%. Sudarmadji dan Sularto (2007) menyatakan bahwa
pihak kreditor akan selalu memantau dan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial
debitor untuk meyakinkan bahwa debitor akan dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
Hal tersebut membuat perusahaan dengan leverage tinggi berusaha melakukan
pengungkapan dengan baik agar bisa dijadikan sebagai pembenaran kepada kreditor bahwa
meskipun hutang mereka tinggi tetapi mereka tetap memiliki kinerja yang baik dan mampu
melunasi kewajibannya. Sedangkan perusahaan dengan tingkat leverage lebih rendah juga
tetap melakukan pengungkapan dengan baik agar semakin dipercaya bahwa kinerja mereka
memang baik dan bisa diandalkan oleh pihak kreditor. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari
Suhardjanto dan Wardhani (2010), bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat
intellectual capital disclosure.
Sedangkan yang terlihat pada tabel 6 bahwa perusahaan perbankan di Indonesia dan
Thailand yang memiliki leverage tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan. Human
capital memiliki frekuensi pengungkapan yang tinggi karena terlihat dari persebaran
pengungkapan mereka fokus terhadap pengembangan kemampuan karyawan, meskipun
mereka memiliki hutang tetapi mereka tetap mengutamakan peningkatan kualitas karyawan
yang dianggap dapat memperbaiki keadaan. Sedangkan organizational capital masih sedikit
diungkapkan terlihat dari persebaran pengungkapan intellectual capital karena mereka belum
fokus pada patent dan copyright, ini terjadi karena tingkat hutang yang ada membuat mereka
berpikir untuk meningkatkan sektor yang ada terlebih dahulu untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan.
Perbedaan Tingkat Pengungkapan Intellectual Capital Berdasarkan Size Perusahaan
Deskripsi pengungkapan intellectual capital antara perusahaan yang memiliki leverage
tinggi dan rendah disajikan dalam tabel 7.
--------------------------------------------------------Insert Tabel 7--------------------------------------Besarnya tingkat pengungkapan intellectual capital antara perusahaan dengan tingkat
ukuran (size) perusahaan besar dan kecil dapat dilihat pada tabel 4. Perusahaan perbankan di
Indonesia dan Thailand dengan tingkat size yang besar memiliki jumlah rata-rata
pengungkapan diatas 50%. Sedangkan perusahaan dengan tingkat size yang kecil di kedua
negara juga memiliki rata-rata pengungkapan intellectual capitalnya sebanyak 20 item.
Sehingga tidak ada perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital berdasarkan size
perusahaan.
Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan
sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan
Soebiantoro 2007 dalam Sutanto dan Supatmi 2012). Selain itu perusahaan dengan size besar
mengungkapkan intellectual capital dengan lengkap karena mereka memiliki karyawan dan
teknologi yang baik sehingga mereka sanggup melakukannya. Begitu juga perusahaan dengan
size kecil, pengungkapkan intellectual capital mereka baik karena perusahaan ingin bersaing
dengan perusahaan yang memiliki size lebih besar dan agar bisa menarik investor untuk
menanamkan modal di perusahaan. Sudarmadji dan Sularto (2007) juga menemukan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada luas voluntary disclosure.

11

Terlihat pada tabel 7 bahwa perusahaan perbankan di Indonesia dan Thailand yang
memiliki size tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan. Pengungkapan tertinggi dari
bank yang memiliki size besar maupun kecil adalah human capital. Hal tersebut terlihat dari
persebaran pengungkapan intellectual capital bahwa mereka menggunakan kemampuan aset
mereka untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang dianggap bisa memberi
pengaruh yang baik. Sedangkan untuk pengungkapan yang paling sedikit adalah di bagian
organizational capital karena mereka dengan kemampuan aset yang ada mereka masih belum
terlalu fokus pada patent dan copyright yang sebenarnya bisa meningkatkan keunggulan
kompetitif bank tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penelitian
ini menunjukkan beberapa hal :
1. Tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital antara Indonesia
dan Thailand.
2. Tidak terdapat perbedaan tingkat pengungkapan intellectual capital perusahaan
berdasarkan profitabilitas, leverage, dan size perusahaan.
Keterbatasan dan Saran Penelitian
1.

Penelitian ini berimplikasi bagi investor, berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan
tidak adanya perbedaan pengungkapan intellectual capital berdasarkan profitabilitas,
leverage, dan size perusahaan, sehingga investor bisa melakukan investasi di Indonesia
dan Thailand karena kesamaan tersebut.

2.

Belum adanya aturan pasti untuk menetapkan penilaian modal intelektual, menyebabkan
terjadinya subjektifitas penilaian dan tingkat kejelian dalam mengkategorikan informasi
yang terkandung dalam laporan tahunan untuk kemudian dikelompokkan dalam tiap
komposisi modal intelektual. Sehingga untuk penelitian selanjutnya, diharapkan sudah
terdapat aturan tegas yang telah ditetapkan oleh lembaga berwenang untuk mengurangi
subjektifitas penelitian.

3.

Untuk penelitian selanjutnya, supaya mencoba menggunakan pengukuran variabel
karakteristik perusahaan yang lain agar hasil penelitian lebih bervariasi. Seperti untuk
mengukur profitabilitas, pada penelitian ini menggunakan indikator Return on Assets (
ROA) dan untuk penelitian selanjutnya lebih baik mencoba indikator Return on Equity
(ROE). Hal serupa juga berlaku untuk mengukur leverage, pada penelitian ini
menggunakan indikator Total Debt to to Total Asset Ratio (DTA) sebaiknya untuk
penelitian selanjutnya menggunakan indikator Capital Adequacy Ratio (CAR). Untuk
mengukur size menggunakan logaritma natural kapitalisasi pasar saham seperti yang
digunakan pada penelitian Sutanto dan Supatmi (2012).

12

REFERENSI
Abdel-Azim, Mohamed H. 2007. Accounting Measurement And Disclosure: Choices And
Implications From Egypt And The UAE. Research Journal International Business &
Economics. Volume 6, No 9.
Bontis, Nick, William C.C. Keow, dan Stanley Richardson. 2000. Intellectual Capital and
Business Performance in Malaysian Industries.
Cabrita, Maria do Rosario, dan Nick Bontis. 2008. Intellectual Capital and Business
Performance in the Portuguese Banking Industry. Int. J. Technology Management, Vol.
43, Nos. 1-3.
Erawati, Ni Made A., dan I Putu Sudana. 2009. Intangible Assets, Nilai Perusahaan, dan
Kinerja Keuangan. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol 4.
http://financialratioss.com/profitability-ratios/return-on-assets
Huang, Ching Choo, Robert Luther, Michael Tayles, Roszaini Haniffa. 2013. Human Capital
Disclosures in Developing Countries: Figureheads and Value Creators. Journal of
Applied Accounting Research. Vol. 14 Iss: 2, pp.180 - 196
Istanti, Sri L.W. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal
Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing di BEI).
Semarang.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3, No
4.
Kardoyo, Hadi, Setiowiji Handoyo, Budi Triyono, dan Chichi Shintia Laksani. 2010.
Kebijakan Paten Dalam Mendorong Aktivitas Inovasi di Indonesia. Jakarta : LIPI Press,
2011.
Karanika, Arogya. 2012. Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual Menurut Karakteristik
Perusahaan. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Kingkaew, Thitima, dan Phadungsit, Monwika. 2012. Factors Influencing of Voluntary
Environmental Disclosure by Listed Companies in the Stock Exchange of Thailand.
Thailand.
Kusnia, Giani. 2013. Pengaruh Umur, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Intellectual
Capital Disclosure (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009-2012). Bandung : Universitas Pasundan
Marisanti. 2012. Analisis Hubungan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Intellectual
Capital (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2010-2011).
Semarang.
Maulany, Cholina B. 2013. Analisis Perbedaan Pengungkapan Intellectual Capital
Berdasarkan Karakteristik Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011). Salatiga : Universitas Kristen Satya
Wacana.

13

Murti, Anugraheni C. 2010. Analisis Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan
(Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Semarang :
Universitas Diponegoro.
Najibullah, Syed. 2005. An Empirical Investigation of the Relationship between Intellectual
Capital and Firms’ Market Value and Financial Performance. Independent University,
Bangladesh.
Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap
Kinerja Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi.
OECD, 2011. Thailand: Key Issues and Policies, OECD Studies on SMEs and
Entrepreneurship, OECD Publishing.
OECD, 2012. OECD Economic Surveys Indonesia, OECD Publishing.
Oliveira, Lídia, Lúcia Lima Rodrigues, dan Russell Craig (2008). Applying Voluntary
Disclosure Theories to Intangibles Reporting: Evidence from the Portuguese Stock
Market. www.ssrn.com
Purnomosidhi, Bambang. 2006. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan
Publik di BEJ. Malang : Universitas Brawijaya Malang
Putnis, Jan. 2012. The Banking Regulation ( Third Edition ). Law Business Research Ltd,
London.
PWC. 2012. Indonesian Banking Survey Report 2012. www.pwc.com/id
Sandjaya, Lily Grace. 2010. Pengaruh Ratio Likuiditas, Ratio Solvabilitas, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009. Salatiga : Universitas Kristen Satya
Wacana
Sawarjuwono, Tjiptohadi, dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan,
Pengukuran Dan Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan.
Sudarmadji, Ardi M., dan Sularto, Lana. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure
Laporan Keuangan Tahunan. Jurnal Penelitian, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gunadarma, Jakarta.
Suhardjanto, Djoko, dan M. Wardhani. 2009. Praktik Intellectual Capital Disclosure
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia, Vol 14, No 1.
Sutanto, Felicia D., dan Supatmi. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat
Pengungkapan Intellectual Capital di Dalam Laporan Tahunan (Studi Pada Industri
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009). Salatiga.

14

Ulum, Ihyaul. 2008. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No 2.
Vandemaele, S.N., Vergauwen, P.G.M.C. and Smith, A.J. 2005. Intellectual Capital
Disclosures in The Netherlands, Sweden, and The UK. Journal of Intellectual Capital,
Vol. 6, No.3.
White, Gregory, Alina Lee, dan Greg Tower. 2007. Drivers of voluntary intellectual capital
disclosure in listed biotechnology companies. Journal of Intellectual Capital, vol. 8
issue 3. (pp. 517-537)
Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu A., Usil Sis Sucahyo, dan Maria Rio
Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya
Wacana.
Widayanti, Rita, dkk. 2009. Manajemen Keuangan Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Satya Wacana.
www.worldbank.org/
Yulistina, Maya. 2011. Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap Cost of Equity
Capital. Semarang : Universitas Diponegoro.
Tabel 1
Statistika Deskriptif
Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximu
m

Mean

ICDina

39

50.00

83.33

66.7528

ROAina

39

.005

.050

.02391

DTAina

39

.13

1.26

.8787

SIZEina

39

23.280

33.955

30.55933

ICDtha

11

60.00

80.00

67.5755

ROAtha

11

.006

.022

.01258

DTAtha

11

.84

.93

.9009

SIZEtha

11

25.121

30.019

27.30182

Valid N (listwise)

11

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

15

Tabel 2
Persentase Pengungkapan Intellectual Capital
Klasifikasi Intellectual Capital

Indonesia

N

Minimum
Maximum
Organizational Capital
12 item 50.00% 6 item 75.00% 9 item
Relational Capital
10 item 40.00% 4 item 90.00% 9 item
Human Capital
8 item 37.50% 3 item 87.50% 7 item
Thailand
Klasifikasi Intellectual Capital
N
Minimum
Maximum
Organizational Capital
12 item 50.00% 6 item 66.67% 8 item
Relational Capital
10 item 60.00% 6 item 90.00% 9 item
Human Capital
8 item 75.00% 6 item 87.50% 7 item

Mean
58.33% 7 item
60.00% 6 item
87.50% 7 item
Mean
58.33% 7 item
70.00% 7 item
87.50% 7 item

Sumber: Data Sekunder Diolah 2014

Tabel 3
Rata-Rata Pengungkapan Berdasarkan Karakteristik Perusahaan
Variabel
ROAina
ROAtha
DTAina
DTAtha
SIZEina
SIZEtha

Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Besar
Kecil
Besar
Kecil

Rata-rata Pengungkapan
Intellectual Capital
67,20%
65,00%
66,67%
67,92%
66,79%
66,67%
67,22%
68,00%
68,33%
65,09%
67,22%
68,00%

20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item
20 item

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

16

Tabel 4
Pengungkapan Intellectual Capital Tertingi dan Terendah Di Indonesia dan Thailand

Keterangan
Bank Indonesia dengan pengungkapan
IC tertinggi
Bank Indonesia dengan pengungkapan
IC terendah
Bank Thailand dengan pengungkapan IC
tertinggi
Bank Thailand dengan pengungkapan IC
terendah
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

Organizational
Capital

Relational
Capital

Human
Capital

65.74%

70.00%

57.14%

59.05%

79.70%

62.50%

72.50%

87.30%

57.14%

65.71%

80.36%

86.40%

Tabel 5
Perbedaan Pengungkapan Berdasarkan Tingkat Profitabilitas
Organizational
Relational
Human
Capital
Capital
Capital
Keterangan
Bank Indonesia dengan profitabilitas
61.83%
66.13%
83.47%
tertinggi
Bank Indonesia dengan profitabilitas
terendah
58.33%
56.25%
79.69%
Bank Thailand dengan profitabilitas
tertinggi
55.56%
60.00%
87.50%
Bank Thailand dengan profitabilitas
60.42%
71.25%
81.25%
terendah
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Tabel 6
Perbedaan Pengungkapan Berdasarkan Tingkat Leverage
Organizational
Relational
Human
Capital
Capital
Capital
Keterangan
Bank Indonesia dengan leverage
62.04%
65.19%
81.94%
tertinggi
Bank Indonesia dengan leverage
terendah
59.03%
61.67%
84.38%
Bank Thailand dengan leverage
tertinggi
59.72%
68.33%
81.25%
Bank Thailand dengan leverage
58.33%
68.00%
85.00%
terendah
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014

17

Tabel 7
Perbedaan Pengungkapan Berdasarkan Tingkat Size Perusahaan
Organizational
Relational
Human
Capital
Capital
Capital
Keterangan
Bank Indonesia dengan size
62.92%
68.00%
84.38%
tertinggi
Bank Indonesia dengan size
terendah
59.21%
60.00%
80.92%
Bank Thailand dengan size
60.00%
64.00%
85.00%
tertinggi
Bank Thailand dengan size
terendah
58.33%
71.67%
81.25%
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2014
Lampiran
Klasifikasi Komponen Intellectual Capital
Organizational Capital

Relational Capital

Human Capital

Intellectual Property :

Brands

Know-how

Patents

Customers

Education

Copyrights

Customers Loyalty

Vocational Qualification

Design Rights

Backlog Orders

Work-related Knowledge

Trade Secrets

Company Names

Occupational Assessments

Trademarks

Distribution Channels

Psychometric Assesments

Service Marks

Business Collaboration

Work-related Competencies

Licensing Agreements

Enterpreneurial
Innovativeness,
and
Reactive
Changeability

Infrastructure Assets :

Favourable Contracts

Management Philosophy

Franchising Agreements

Elan,
Proactive
Abilities,

Corporate Culture
Management Processes
Information Systems
Networking Systems
Financial Relations
Sumber : International Federation of Accountants (1998) dalam CIMA (2004) Understanding
Corporate Value : Managing and Reporting Intellectual Capital. Cranfield Universitu School
of Management. Chartered Institute of Management Accountants Journal

18

19

Dokumen yang terkait