PENGISIAN SIGN IN DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN SAFE SURGERY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA II | Saputra | JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit) 687 2119 1 PB
PENGISIAN SIGN IN DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN SAFE
SURGERY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA II
SIGN IN COMPLETING IN IMPROVING COMPLIANCE
SAFE SURGERY IN PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL
Andri Firman Saputra¹, Elsye Maria Rosa²
Program studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Email: elsyemariarosa@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi
salah satu masalah kesehatan global. WHO memperkirakan sedikitnya ada
setengah juta kematian akibat pembedahan yang sebenarnya bisa dicegah.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bedah diantaranya dengan
cara menggunakan Surgical Safety Checklist yang dibuat oleh WHO.
Kepatuhan akan penggunaan checklist ini diantaranya bisa meningkatkan
angka safe surgery, mencegah terjadinya operasi salah sisi ataupun kejadian
nyaris cidera.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan
action research. Populasi penelitian ini adalah semua dokter dan perawat
anestesi. Jumlah sampel 6 orang. Data dikumpulkan dengan cara observasi
lembar Surgical Safety Checklist: Sign In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II selama 3 siklus observasi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil observasi pada siklus pertama hingga ketiga
menunjukkan bahwa seluruh perawat anestesi tidak patuh (100%) dalam
mengisi Surgical Safety Checklist: Sign In. Hasil dari respon setiap siklus dan
wawancara terstruktur dengan dokter anestesi menunjukkan bahwa perawat
masih bingung cara menggunakan checklist, checklist belum menjadi
kebutuhan, budaya patient safety masih minim, kualitas SDM kurang, belum
adanya mekanisme pengawasan dan kurangnya sosialisasi Surgical Safety
Checklist ini yang mempengaruhi ketidakpatuhan perawat untuk mengisi
Sign In.
Kesimpulan dan Saran: Pengisian Sign In di Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak patuh, karena masih didapatkannya
gelang identitas yang belum dipasang pada pasien yang akan dioperasi dan
pemberian tanda lokasi operasi yang jarang dilakukan. Saran kepada rumah
sakit
untuk
membuat
Standar
Operasional
Prosedur
(SPO),
mensosialisasikan SPO secara berkala, membuat in-house training,
meningkatkan komitmen dokter dan perawat, membuat sistem pengawasan,
membuat sistem reward dan punishment.
Kata Kunci: Sign In, Kepatuhan Safe Surge
1
ABSTRACT
Background: Complications and deaths due to surgery become one of the
global health problems. World Health Organization estimates that at least half
a million deaths due to preventable surgical. An effort to improve the quality of
surgical services including the Surgical Safety Checklist to use made by World
Health Organization. Compliance to use this surgery checklist which is can
increase the number of safe surgery, reduce the wrong site surgery and
nearmiss.
Method: This research is a qualitative action research design. The study
population was all the doctors and nurse anesthetist. Number of samples 6
people. The data is collected by observation sheet Surgical Safety Checklist: Sign
In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II for 3 cycles of observation.
Result and Discussion: The results of observations on the first to the third
cycle shows that all disobeying nurse anesthetist (100%) the Surgical Safety
Checklist to fill: Sign In. The results of the response every cycle and a structured
interview with the anesthesiologist showed that nurses are still confused how to
use the checklist, the checklist has not been a necessity, the culture of patient
safety is still minimal, lack quality of human resources, lack of supervision and
lack of socialization mechanisms Surgical Safety Checklist noncompliance that
influence nurses Sign In to to fill.
Conclusion: Completing Sign In in the installation of surgery center in PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital is noncompliance, because they
still haven’t got the identity bracelet mounted on a patient who will be
operating and marking the location of a rare surgery. Advice to hospital are to
create a Standard Operating Procedure (SOP), SOP socialize regularly, make inhouse training, increase the commitment of doctors and nurses, create a
surveillance system, create a system of reward and punishment.
Keywords: Sign In, Compliance Safe Surgery
2
PENDAHULUAN
dari setengah anggotanya telah
Patient safety di rumah
menyatakan
terhadap program patient safety. ²
sakit merupakan suatu kebutuhan.
Patient
Patient safety dewasa ini telah
menjadi
isu
yang
diperbincangkan
di
komitmennya
safety
harus
melibatkan sistem operasional dan
hangat
proses
berbagai
pelayanan
yang
negara. Isu ini berkembang karena
meminimalkan
masih banyaknya kejadian tidak
terjadinya adverse event / error
diharapkan (KTD) dan kejadian
dan
nyaris cidera (KNC) masih sering
langkah penanganan bila error
terjadi di rumah sakit. KTD dan
telah terjadi.³ Isu patient safety
KNC merupakan kejadian yang
merupakan salah satu isu utama
masih cukup tinggi terjadi di
dalam
rumah sakit. Pada tahun 1999
Patient safety merupakan sesuatu
Institute
yang jauh lebih penting daripada
of
Medicine
melaporkan
sebanyak
(IOM)
memaksimalkan
pelayanan
sekedar
44.000
kemungkinan
efisiensi
langkah-
kesehatan.
pelayanan.
sampai 98.000 orang meninggal
Berbagai resiko akibat tindakan
setiap tahunnya di rumah sakit
medik dapat terjadi sebagai bagian
karena kesalahan medis. ¹
utama dari pelaksanaan konsep
Melihat
patient
permasalahan
safety.
Di
Indonesia,
diatas, WHO pada pertemuan ke-
program
55
2002
dicanangkan pada tahun 2005, dan
resolusi
terus berkembang menjadi isu
pada
bulan
mengeluarkan
World
Mei
sebuah
Health
Assembly
utama
55
medis
di
Di Indonesia patient safety
setiap negara anggotanya untuk
perhatian
pelayanan
pasien
Indonesia.
(WHA55), resolusi ini mendorong
memberikan
keselamatan
telah diatur dalam UU
kepada
No. 44
keselamatan pasien. Resolusi ini
tahun 2009 pasal 43 tentang
mendapat dukungan yang kuat,
rumah sakit, dimana rumah sakit
terbukti pada tahun 2004 lebih
wajib
3
menerapkan
standar
keselamatan
pasien
(Depkes,
sebesar 63,6%, penurunan angka
Penerbitan
undang-
kematian di rumah sakit akibat
undang dan penetapan kebijakan
operasi dari 3,7% menjadi 1,4%
meupakan
angka Infeksi Luka Operasi (ILO)
2009).4
pasien
usaha
dan
melindungi
mencegah
adanya
turun dari 11,2% menjadi 6,6%
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dan kehilangan darah lebih dari
dan
500 ml turun dari 20,2% menjadi
apabila
bahwa
terjadi
dipastikan
terdapat
pelaporan,
analisa
13,2%.5
prosedur
dan
aturan
WHO menjelaskan bahwa
pemecahan masalah sebagai upaya
surgical safety checklist di kamar
menurunkan angka kejadian tidak
bedah digunakan melalui 3 tahap,
diinginkan. Kepedulian terhadap
masing-masing sesuai dengan alur
patient safety juga diwujudkan
waktunya
dengan
Komite
induksi anestesi (Sign In), sebelum
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dilakukan insisi kulit (Time Out)
(KKP-RS)
Perhimpunan
dan sebelum mengeluarkan pasien
Rumah Sakit Seluruh Indonesia
dari kamar operasi (Sign Out).
(PERSI) pada tanggal 1 Juni 2005.
Surgical Safety Checklist tersebut
Selanjutnya Gerakan Keselamatan
sudah
Pasien Rumah Sakit kemudian
merupakan
alat
dicanangkan
praktis
sederhana
pembentukan
oleh
oleh
Mentri
yaitu
baku
dan
saat
dari
sebelum
WHO
yang
komunikasi
dalam
Kesehatan pada Seminar Nasional
memastikan keselamatan pasien
PERSI pada tanggal 21 Agustus
dalam
2005, di Jakarta Convention Center.
intraoperatif dan paskaoperatif.6
Berdasarkan
studi
tahap
Belum ada data yang lengkap
implementasi, WHO Surgical Safety
tentang
Checklist
komplikasi
pasca
ujicoba
preoperatif,
yang
angka
kematian
dan
pembedahan
di
dilakukan di delapan rumah sakit
Indonesia. Demikian pula belum
yang sama didapatkan penurunan
ada data lengkap tentang praktek
komplikasi pada operasi darurat
keselamatan
4
pasien
(patient
safety) pada tindakan pembedahan
penerapan surgical safety checklist
di Indonesia.
sering terlewat dan juga belum
survei
adanya pelatihan mengenai patient
pendahuluan yang dilakukan di
safety di IBS dan penggunaan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
surgical safety checklist itu sendiri.
Berdasarkan
Yogyakarta Unit II, didapatkan
Berdasarkan
latar
bahwa Surgical Safety Checklist
belakang yang telah diuraikan di
sudah tersedia di Instalasi Bedah
atas,
Sentral
melakukan penelitian dengan judul
(IBS),
sedangkan
Pengisian
penggunaannya checklist sendiri
belum
rutin.
peneliti
Berdasarkan
Meningkatkan
tertarik
Sign
In
Kepatuhan
untuk
Dalam
Safe
wawancara dengan koordinator
Surgery di Rumah Sakit PKU
Patient
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Safety
di
RS
PKU
II .
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
BAHAN DAN CARA
mengatakan bahwa pelaksanaan
surgical safety checklist di Instalasi
Jenis
penelitian
Bedah Sentral (IBS) rumah sakit
merupakan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
kualitatif dengan rancangan action
Unit II dimulai sejak bulan maret
research
2013 lalu, surgical safety checklist
Surgery Safety Checklist khususnya
yang digunakan mengacu pada
surgical safety checklist buatan
kolom Sign In di instalasi bedah
WHO. Koordinator surgical safety
Yogyakarta
checklist adalah perawat bedah
penelitian ini peneliti membaginya
atau
menjadi 3 siklus (siklus I, II dan
anestesi
operasi
yang
mengikuti
tersebut.
Selama
jenis
ini
penelitian
penerapan
pengisian
sentral RS. PKU Muhammadiyah
III).
penerapan surgical safety checklist
di IBS kendala yang sering terjadi
jika ada operasi yang bersamaan
5
Unit
II.
Dalam
Tabel 1. alur jalannya penelitian dalam 3 siklus
Siklus I
Perencanaan Menilai pengisian
checklist
Aksi
Observasi dan
wawancara
Observasi
Sebelum operasi
dimulai
Jumlah operasi yang
menggunakan
checklist
Refleksi
Populasi
Siklus III
Menilai pengisian
checklist
Observasi
Sebelum operasi
dimulai
Jumlah operasi
yang menggunakan
checklist.
ini
kedalam bahasa Indonesia. SSC ini
adalah semua dokter anestesi dan
dibagi dalam tiga tahapan, sebelum
perawat anestesi yang bekerja di
induksi (Sign In), sebelum insisi
instalasi bedah sentral RS. PKU
kulit (Time Out), dan sebelum
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
pasien
II. Dengan sampel penelitian ini
operasi (Sign Out). Ketiga fase ini
adalah
yang
wajib di isi untuk meningkatkan
berjumlah 4 orang dan 2 orang
budaya safe surgery. Dalam 3
perawat anestesi yang bertugas di
siklus penelitian ini ada 15 operasi
instalasi bedah sentral RS. PKU
yang peneliti nilai. Semua poin
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
pada checklist ini harus diisi sesuai
II.
dengan
dokter
penelitian
Siklus II
Menilai pengisian
checklist dan pelatihan
SSC
- Observasi dan
wawancara
- Edukasi surgical
safety checklist,
pengisian lembar
pretest dan posttest,
observasi
Sebelum operasi
dimulai
Respon dari peserta
terkait pelaksanaan
surgical safety checklist
selama ini
anestesi
Instrumen yang digunakan
pengisian
meninggalkan
waktunya
checklist
kamar
misalkan
Sign
In
untuk pengambilan data dalam
dilakukan sebelum induksi, jika
penelitian ini oleh peneliti adalah
tidak maka poin 0 atau sama
1). Surgical Safety Checklist (SSC)
dengan tidak dilakukan, jika diisi
WHO yang sudah diterjemahkan
mendapatkan poin 1 dan jika tidak
6
mendapatkan poin 0. Ada 10 poin
triangulasi
yang harus di isi pada SSC; Sign In
data atau analisis.
ini, dikatakan patuh jika semua
HASIL
metode,
triangulasi
poinnya terisi (100%). 2). Lembar
RS PKU Muhammadiyah
penilaian pemahaman pretest dan
Yogyakarta Unit II merupakan
posttest, soal pretest dan posttest
pengembangan
dari
ini diisi oleh perawat anestesi,
Muhammadiyah
Yogyakarta,
pertanyaan pre-posttest ini sama
Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
dan
dan
Sejarah RS PKU Muhammadiyah
edukasi.
Unit II tidak bisa lepas dari sejarah
diberikan
sesudah
sebelum
dilakukannya
Terdapat
5
pertanyaan
pada
RS
PKU
Jl.
berdirinya
RS
lembar pretest dan posttest jika
Muhammadiyah
Yogyakarta,
benar mendapatkan poin 1 dan
Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
jika salah mendapatkan poin 0. 3).
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Panduan wawancara, wawancara
Yogyakarta Unit II yang terletak di
terstruktur ini ditujukan kepada
Jl. Wates KM 5,5 ini masih satu
dokter
anestesi,
manajemen dengan Rumah Sakit
pertanyaan dalam wawancara ini
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
seputar
penggunaan
yang beralamat di Jl. KH. Dahlan
hambatan
dan
spesialis
saran
SSC,
untuk
No.
perbaikan SSC yang sudah ada.
20
Yogyakarta.
Februari 2009.
organisasi data, koding, analisis
Falsafah
dan interpretasi. Pada penelitian
Muhammadiyah
ini
perwujudan
pemeriksaan
data
PKU
mulai beroperasi pada tanggal 15
data pada penelitian ini adalah:
dilakukan
RS
Jl.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Tahapan-tahapan analisis
juga
PKU
teknik
yang
sebagai
dari
sarana
RS
PKU
adalah
amal
shalih
ibadah
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain
dilandasi iman dan taqwa kepada
diluar
Triangulasi
Allah SWT. Visi dari RS PKU
sumber,
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
meliputi
data
itu.
triangulasi
7
adalah menjadi rumah sakit Islam
professional, cepat, nyaman dan
rujukan
bermutu.
terpercaya
dengan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
kualitas pelayanan dan pendidikan
kesehatan
yang
islami,
Responden berdasarkan Umur,
aman
Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Pendidikan
Karakteristik responden
Umur
20 – 30 tahun
> 30 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Lama Bekerja
1-5 tahun
> 5 tahun
Pendidikan
D3
Spesialis
Jumlah responden
2
4
6
0
5
1
2
4
Berdasarkan tabel diatas
semuanya adalah laki-laki dengan
menunjukkan bahwa responden
jumlah 6. Responden terbanyak
mempunyai
umur
memiliki masa kerja rata-rata 1-5
terbanyak antara 20-30 tahun,
tahun dengan jumlah 5. Responden
dengan jumlah 3 dan terbanyak
terbanyak berpendidikan spesialis
umur >30 tahun, dengan jumlah 4.
anestesi dengan jumlah 4.
Jenis
golongan
kelamin
responden
Gambar 1. Grafik penilaian responden dalam mengisi Sign In
8
1.
penggunaannya 80%, poin 2-4
bisa dilihat bahwa penggunaan
penggunaannya sudah 100%, poin
Surgical Safety Checklist; Sign In
5 penggunaannya 40%, dan pada
pada siklus I masih belum patuh
poin 6-10 penggunaannya sudah
karena dari total operasi yang
100%.
Berdasarkan
gambar
Wawancara
dilakukan hanya 40% operasi yang
terstruktur
menggunakan Sign In. Pada siklus
dilakukan oleh peneliti terhadap
II berdasarkan gambar 4.1 dapat
dokter spesialis anestesi untuk
dilihat bahwa poin 1-4 pada kolom
mengetahui
Sign In sudah dilakukan 100%,
anestesi dan perawat anestesi
poin 5 penggunaannya 40%, poin
dalam penggunaan Surgical Safety
6-8 sudah dilakukan 100%, poin 9
Checklist khususnya Sign In di
penggunaannya 80% dan poin 10
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
penggunaannya sebesar 60%. Pada
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
siklus III berdasarkan gambar 4.1
II.
bisa
dilihat
pada
poin
kepatuhan
dokter
1
Tabel 3. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi
tentang penggunaan surgical safety checklist
Responden
1
2
3
4
Penggunaan Surgical Safety Checklist (SSC)
- Setiap pasien yang akan dioperasi
- Surgical safety checklist merupakan kebutuhan
- Dimulai dari serah terima pasien
- SDM kita masih terbatas dan jumlah operasi belum banyak
- SSC sudah kita pakai
- Belum berjalan
- Penggunaan belum rutin
Berdasarkan tabel diatas
berjalan dengan baik karena SSC
Surgical Safety Checklist (SSC) di
masih belum rutin digunakan.
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Seharusnya setiap pasien yang
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
akan
sudah
mulai dari serah terima pasien
dipakai
namun
belum
9
dioperasi
dan
dianestesi
sudah dilakukan pengisian SSC,
padahal dengan jumlah operasi
karena SSC merupakan kebutuhan.
yang belum banyak seharusnya
Kendala dalam pengisian SSC ini
penggunaan SSC bisa jadi lebih
karena SDM yang masih terbatas,
baik.
Tabel 4. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi
tentang patient safety di RS Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Responden
1
-
2
-
3
4
-
Patient safety
Pernah terjadi kejadian operasi salah sisi dan salah
pemberian obat.
Lebih aware dalam pemberian obat-obatan.
Operasi belum banyak dan Surgical Safety Checklist wajib
ada
Jangan sampai salah pasien
Masih perlu pembiasaan
Sudah cukup baik
Berdasarkan kutipan wawancara
kamar
tabel diatas, masalah patient safety
kenyataan
di RS PKU Yogyakarta Unit II sudah
masih perlu pembiasaan agar tidak
cukup baik dilihat dari segi tim
terulang
operasi yang lebih aware dalam
salah sisi dan salah pemberian
pemberian
obat pada pasien yang akan di
obat-obatan,
operasi.
dilapangan
lagi
kejadian
Meskipun
hal
ini
operasi
operasi.
pencegahan salah pasien operasi
dan kewajiban adanya SSC di
Tabel 5. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi
tentang hambatan dalam penerapan Surgical Safety Checklist di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Responden
1
2
3
4
-
Hambatan dalam penerapan SSC
Belum menjadi kebutuhan
SDM kurang
SSC kadang tidak di isi
Tidak ada hambatan
Kualitas SDM kurang
10
Adapun
hambatan
dalam
operasi. Akan tetapi ada partisipan
penerapan SSC ini diantaranya
yang
anggapan
belum
hambatan dalam penerapan SSC
menjadi kebutuhan, kualitas SDM
ini di Instalasi Bedah Sentral RS
yang
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
bahwa
kurang
SSC
dan
SSC
yang
terkadang tidak diisi pada saat
mengatakan
tidak
ada
Unit II.
Tabel 6. Matriks hasil wawancara dengan dokter anestesi tentang saran
untuk Surgical Safety Checklist
Responden
1
2
3
-
4
-
Saran untuk Surgical Safety Checklist
Format sudah sesuai standar internasional
Harus ada mekanisme pengawasan
Koordinator shift mengingatkan untuk mengisi SSC
Mengisi SSC harus baik dan benar
Budaya patient safety masih minim
Sebelum induksi harus tetap di Sign In
Sign Out penting untuk evaluasi dan selama ini belum
dikerjakan
Harus diingatkan lagi SSC itu penting dan harus
dibiasakan
Dirumah sakit lain yang tanda tangan di SSC itu
dokter bedah, anestesi dan perawat
Dibuat mekanisme penilaian dan pengawasan yang
tepat
Berdasarkan tabel diatas banyak
mengingatkan sebelum pasien di
saran dan masukan untuk SSC ini
induksi harus dilakukan Sign In
diantaranya budaya patient safety
terlebih
yang masih minim padahal format
bahwa SSC itu penting dan harus
dari SSC sudah sesuai standar
dibiasakan. Saran dari partisipan
internasional atau WHO, sehingga
yang lain adalah kolom Sign Out
perlu dibuat mekanisme penilaian
yang selama ini belum di kerjakan
dan
dahulu,
mengingatkan
yang
tepat,
padahal penting untuk evaluasi
Koordinator
Shift
dan tanda tangan pada lembar SSC
mengingatkan untuk mengisi SSC
itu sebaiknya di lakukan oleh siapa
dengan
karena di rumah sakit lain yang
pengawasan
misalnya
baik
dan
benar,
11
menandatangani
dokter
SSC
bedah,
adalah
Sebaiknya diberikan info tentang
dan
cara pengisian checklist, dan diberi
anestesi
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
kolom Ya dan Tidak
yang menandatangani SSC hanya
partisipan
penanggung jawab kamar operasi.
edukasi tentang cara pengisian
perawat sedangkan di RS PKU
Hasil
pre
pemahaman
Pretest
penilaian
dan
diberikan
Adapun
saran
setelah
lembar
checklist
dan
posttest,
Surgical
Safety
sebelum
diterapkan
dari
diberikan
membandingkan
Checklist
di
RS
yang
PKU
partisipan mendapatkan pelatihan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
sedangkan posttest diberikan pada
dengan Surgical Safety Checklist
saat
sudah
South Carolina 2015, yaitu Surgical
mendapatkan pelatihan, adapun
Safety Checklist South Carolina
jawaban dari partisipan sebagai
2015 jauh lebih lengkap, tapi
berikut: perlu hadirnya dokter
sebaiknya
anestesi
saat
diskusi
induksi,
perlunya
partisipan
akan
dilakukan
form
ditambahkan
mengenai
rencana
mengetahui
tindakan pada pasien oleh Tim
riwayat alergi pada pasien yang
Operasi (dokter bedah, anestesi
akan
dan perawat).
di
diberikan
operasi,
tanda
perlunya
pada
PEMBAHASAN
lokasi
1. Karakteristik responden
operasi, dan yang bertanggung
jawab terhadap Surgical Safety
Program Patient Safety di
Checklist adalah tim operasi bukan
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
dokter anestesi ataupun penata
Muhammadiyah
anestesi. Saran dari partisipan
Unit
untuk Surgical Safety Checklist
kepatuhan
pada saat pretest diantaranya: 1)
Sign In pada Surgical Safety
Kurangnya
pasien
Checklist
ruang
meningkatkan kepatuhan safe
pindah
resusitasi
klasifikasi
ruangan
ke
dari
bangsal
dan
2)
12
II
Yogyakarta
dengan
pengisian
dalam
sasaran
kolom
rangka
surgery ini belum terlaksana
perkembangannya,
dengan baik.
biasanya adalah seorang ibu
Dari
perawat
hasil
penelitian
yang
sebagian
besar
responden
selama sakit dengan perawatan
terbanyak
pada
tahun.
umur
Berdasarkan
>30
merawat
Mother
fisik.
periode
pertama
keluarganya
instinct
kali
yang
melakukan
kehidupan, usia ini menjadi
perawatan
penting karena pada periode
memberikan
ini struktur kehidupan menjadi
menjaganya agar tidak sakit.
lebih
stabil.
Kemudian pada abad ke-16
Kecerdasan yang berhubungan
sampai 19, mulai dilakukan
dengan kebudayaan dan hasil
perekrutan
pelajaran
perempuan
tetap
yang
dan
sepanjang
diperoleh
hidup
untuk
anaknya,
susu
dan
perempuanuntuk
menjadi
dari
perawat dengan dibekali ilmu
belajar
pengetahuan. Pada abad ke-21
semakin kuat. Semakin cukup
setelah perang dunia ke dua
umur
pendidikan keperawatan mulai
pengalaman
dan
seseorang,
kemampuan
dan
tingkat
kekuatan
dikembangkan
berdasarkan
sesorang akan lebih matang
perkembangan
ilmu
dalam berpikir dan bekerja.
pengetahuan, dan diikuti oleh
Seseorang yang lebih dewasa
perempuan dan laki-laki. Oleh
mempunyai
karena
kecenderungan
itu,
berdasarkan
akan lebih dipercaya daripada
perkembangannya
orang yang belum cukup tinggi
jumlah perawat laki-lakipun
kedewasaannya. Hal ini sebagai
tidak
akibat
perawat perempuan.8
dari
pengalaman
kematangan jiwanya.7
kalah
saat
dari
Berdasarkan
Dari jumlah responden
penelitian
terlihat
ini
jumlah
hasil
bahwa
penelitian, semuanya berjenis
penata anestesi di IBS memiliki
kelamin laki-laki. Pada awal
tingkat
13
pendidikan
DIII
keperawatan dengan jumlah 2
kejenuhan
dalam
orang, sedangkan untuk dokter
sehingga
mereka
spesialis
mengembangkan
anestesi
memiliki
bekerja,
dalam
diri
dan
tingkat pendidikan PPDS 1
memberikan pelayanan pasien
(spesialis
apabila
diarahkan
pada
pendidikan adalah level atau
tanggung
jawabnya
dalam
tingkat
berperan di program patient
1).
suatu
Tingkat
proses
berkaitan
yang
safety.
dalam
mengembangkan semua aspek
Berdasarkan
hasil
kepribadian
manusia,
yang
observasi pengisian Surgical
mencakup
pengetahuannya,
Safety Checklist; Sign In pada
nilai
sikapnya
siklus
dan
serta
I,
didapatkan
Sign
In
hasil
ketrampilannya. Makin tinggi
pengisian
pendidikan seseorang makin
responden sebesar 40% untuk
banyak pula pengetahuan yang
semua poin, dari data tersebut
dimiliki.
dapat disimpulkan bahwa Safe
Pendidikan
yang
oleh
menghambat
Surgery
perkembangan sikap seseorang
Sentral
terhadap nilai-nilai yang baru
Muhammadiyah
diperkenalkan.7 Ada hubungan
Unit II ini masih tidak patuh.
yang bermakna antara tingkat
2. Kepatuhan pengisian Sign In
kurang
akan
pendidikan dengan kepatuhan
di
Instalasi
di
RS
Berdasarkan
observasi
pedoman patient safety.9
Siklus I ditemukan
hasil
PKU
Yogyakarta
perawat dalam menerapkan
Dari
Bedah
peneliti
hasil
selama
adanya
penelitian
operasi yang dilakukan oleh
didapatkan sebanyak 4 orang
dokter operator dan anestesi
sudah
tanpa
bekerja
selama
1-5
terlebih
dahulu
tahun. Perawat dengan masa
mengkonfirmasi
kerja 1-5 tahun biasanya masih
pasien, artinya operator datang
segar
di kamar operasi setelah pasien
dan
belum
terdapat
14
identitas
di
lakukan
Konfirmasi
pembiusan.
identitas
pasien
ditandai
tidak
dilakukan,
hal
pernah
ini
tidak
sebelum dilakukan pembiusan
dilakukan karena tidak ada
mengurangi resiko kesalahan
Standar Prosedur Operasional
operasi pada orang ataupun
(SPO) pemberian tanda pada
sisi yang dioperasi. Faktor-
sisi yang akan di operasi.
faktor
Berdasarkan hasil observasi
yang
mempengaruhi
kesalahan operasi salah sisi
pada
terletak pada tahapan Sign In,
disimpulkan bahwa responden
untuk itu tahapan ini harus
masih tidak patuh terhadap
konsisten dijalankan.10
safe surgery di Instalasi Bedah
Berdasarkan
Siklus
II
Sentral
hasil
ini
RS
observasi pengisian Surgical
Muhammadiyah
Safety Checklist (SSC) yang
Unit II.
PKU
Yogyakarta
Selama
telah peneliti lakukan, terjadi
dapat
peneliti
peningkatan dari siklus I jika
melakukan penelitian di RS
dibandingkan dengan siklus II,
PKU
pada poin 1-4 dan poin 6-8
Yogyakarta Unit II ini belum
sudah 100% di lakukan pada
ada kasus salah sisi, salah
fase Sign In, sedangkan pada
pasien maupun salah prosedur.
poin 9 masih 80% dan pada
Petugas
poin 10 masih 60%. Pada
melakukan
Siklus
terhadap rekam medis pasien
II
ini
masih
Muhammadiyah
operasi
selalu
cross
check
menunjukkan bahwa ada poin
dan
pada Surgical Safety Checklist
mengingatkan
yang jarang dilakukan di kamar
kejadian salah sisi, salah pasien
bedah Instalasi Bedah Sentral
dan
RS
Muhammadiyah
terjadi. Hal-hal di atas penting
Yogyakarta Unit II. Poin 5
dilakukan untuk meningkatkan
berupa
keselamatan
PKU
sisi
pembedahan
15
anggota
salah
tim
saling
sehingga
prosedur
pasien
tidak
dalam
pembedahan.11
prosedur
Checklist
verifikasi
pelayanan
kesehatan
harus
berfokus pada pasien.13
tindakan
pembedahan digunakan untuk
Riwayat alergi penderita
mencegah terjadinya operasi
sangat
salah sisi, salah orang dan
karena dapat mempengaruhi
prosedur.12
proses pembedahan.14 Alergi
Pada
Siklus
diketahui
ini
diketahui pada saat dokter
didapatkan hasil penggunaan
bedah visit ke bangsal. Jika ada,
Checklist Sign In pada poin 1
maka akan di tulis di status
sebesar 80%, poin 2-4 sebesar
pasien.
100%, poin 5 sebesar 40%, dan
Sentral
poin
Muhammadiyah
6-10
III
penting
sebesar
100%.
Di
Instalasi
Bedah
RS
PKU
Yogyakarta
Berdasarkan data diatas masih
Unit II, penata dan dokter
terlihat
anestesi
bahwa
responden
selalu
menanyakan
masih tidak patuh terhadap
riwayat alergi di ruang operasi
safe surgery di Instalasi Bedah
sebelum
dilakukan
induksi
Sentral
anestesi
sehingga
riwayat
RS
Muhammadiyah
PKU
Yogyakarta
alergi
Unit II. Keselamatan pasien
merupakan
bagian
berorientasi
continuous
di
kamar
operasi.
yang
3. Pemahaman
dan
kesadaran
pentingnya Sign In
penting dari mutu pelayanan
yang
diketahui
Surgical Safety Checklist di
pada
quality
kamar
operasi
digunakan
improvement. Dalam definisi ini
melalui 3 tahap, masing-masing
jelas
keselamatan
sesuai dengan alur waktu yaitu
dilihat dalam perspektif pasien,
sebelum induksi anestesi (Sign
hal ini menjelaskan betapa
In), sebelum insisi kulit (Time
pentingnya kita peduli pada
Out)
keselamatan
mengeluarkan
bahwa
pasien
dalam
dan
sebelum
pasien
ruang operasi (Sign Out).15
16
dari
Pada fase Sign In sebelum
masa kerja yang lebih pendek
induksi anestesi, koordinator
petugas
secara
mendapatkan sosialisasi terkait
verbal
memeriksa
bisa
saja
belum
Surgical
Safety
apakah identitas pasien telah
penggunaan
dikonfirmasi, prosedur dan sisi
Checklist sehingga hal tersebut
operasi sudah benar, sisi yang
dapat berpengaruh terhadap
akan dioperasi telah ditandai,
pemahaman
persetujuan
pengisian
untuk
operasi
dan
kepatuhan
Surgical
Safety
telah diberikan, pulse oksimetri
Checklist: Sign In. Bisa juga
pada
meskipun
pasien
Koordinator
atau
berfungsi.
dengan
dokter
penata
petugas
tersebut
masa kerjanya lama namun
anestesi
pendidikannya
rendah
akan
mengkonfirmasi resiko pasien,
menyebabkan kinerjanya juga
apakah pasien ada riwayat
rendah. Selain itu mungkin
alergi, kesulitan jalan nafas dan
sosialisasi tentang penggunaan
resiko kehilangan darah.
Surgical Safety Checklist belum
Dari
hasil
penelitian
atau jarang dilakukan sehingga
bahwa
perawat anestesi baik dengan
menunjukkan
pemahaman
dan
kesadaran
masa
pentingnya
Sign
In
masih
maupun yang telah lama tidak
kurang dan alasan terbanyak
paham terhadap penggunaan
terkait hal tersebut adalah
Checklist Sign In.
kurangnya sosialisasi dan SDM
kerja
yang
Berdasarkan
pendek
data
yang kurang. Sosialisasi yang
penelitian ini pada variabel
kurang dapat dikaitkan dengan
usia, perawat yang bekerja di
masa kerja dari perawat. Dari 2
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
responden perawat anestesi
Muhammadiyah
semuanya bekerja
SURGERY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA II
SIGN IN COMPLETING IN IMPROVING COMPLIANCE
SAFE SURGERY IN PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL
Andri Firman Saputra¹, Elsye Maria Rosa²
Program studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Email: elsyemariarosa@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi
salah satu masalah kesehatan global. WHO memperkirakan sedikitnya ada
setengah juta kematian akibat pembedahan yang sebenarnya bisa dicegah.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bedah diantaranya dengan
cara menggunakan Surgical Safety Checklist yang dibuat oleh WHO.
Kepatuhan akan penggunaan checklist ini diantaranya bisa meningkatkan
angka safe surgery, mencegah terjadinya operasi salah sisi ataupun kejadian
nyaris cidera.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan
action research. Populasi penelitian ini adalah semua dokter dan perawat
anestesi. Jumlah sampel 6 orang. Data dikumpulkan dengan cara observasi
lembar Surgical Safety Checklist: Sign In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II selama 3 siklus observasi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil observasi pada siklus pertama hingga ketiga
menunjukkan bahwa seluruh perawat anestesi tidak patuh (100%) dalam
mengisi Surgical Safety Checklist: Sign In. Hasil dari respon setiap siklus dan
wawancara terstruktur dengan dokter anestesi menunjukkan bahwa perawat
masih bingung cara menggunakan checklist, checklist belum menjadi
kebutuhan, budaya patient safety masih minim, kualitas SDM kurang, belum
adanya mekanisme pengawasan dan kurangnya sosialisasi Surgical Safety
Checklist ini yang mempengaruhi ketidakpatuhan perawat untuk mengisi
Sign In.
Kesimpulan dan Saran: Pengisian Sign In di Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak patuh, karena masih didapatkannya
gelang identitas yang belum dipasang pada pasien yang akan dioperasi dan
pemberian tanda lokasi operasi yang jarang dilakukan. Saran kepada rumah
sakit
untuk
membuat
Standar
Operasional
Prosedur
(SPO),
mensosialisasikan SPO secara berkala, membuat in-house training,
meningkatkan komitmen dokter dan perawat, membuat sistem pengawasan,
membuat sistem reward dan punishment.
Kata Kunci: Sign In, Kepatuhan Safe Surge
1
ABSTRACT
Background: Complications and deaths due to surgery become one of the
global health problems. World Health Organization estimates that at least half
a million deaths due to preventable surgical. An effort to improve the quality of
surgical services including the Surgical Safety Checklist to use made by World
Health Organization. Compliance to use this surgery checklist which is can
increase the number of safe surgery, reduce the wrong site surgery and
nearmiss.
Method: This research is a qualitative action research design. The study
population was all the doctors and nurse anesthetist. Number of samples 6
people. The data is collected by observation sheet Surgical Safety Checklist: Sign
In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II for 3 cycles of observation.
Result and Discussion: The results of observations on the first to the third
cycle shows that all disobeying nurse anesthetist (100%) the Surgical Safety
Checklist to fill: Sign In. The results of the response every cycle and a structured
interview with the anesthesiologist showed that nurses are still confused how to
use the checklist, the checklist has not been a necessity, the culture of patient
safety is still minimal, lack quality of human resources, lack of supervision and
lack of socialization mechanisms Surgical Safety Checklist noncompliance that
influence nurses Sign In to to fill.
Conclusion: Completing Sign In in the installation of surgery center in PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital is noncompliance, because they
still haven’t got the identity bracelet mounted on a patient who will be
operating and marking the location of a rare surgery. Advice to hospital are to
create a Standard Operating Procedure (SOP), SOP socialize regularly, make inhouse training, increase the commitment of doctors and nurses, create a
surveillance system, create a system of reward and punishment.
Keywords: Sign In, Compliance Safe Surgery
2
PENDAHULUAN
dari setengah anggotanya telah
Patient safety di rumah
menyatakan
terhadap program patient safety. ²
sakit merupakan suatu kebutuhan.
Patient
Patient safety dewasa ini telah
menjadi
isu
yang
diperbincangkan
di
komitmennya
safety
harus
melibatkan sistem operasional dan
hangat
proses
berbagai
pelayanan
yang
negara. Isu ini berkembang karena
meminimalkan
masih banyaknya kejadian tidak
terjadinya adverse event / error
diharapkan (KTD) dan kejadian
dan
nyaris cidera (KNC) masih sering
langkah penanganan bila error
terjadi di rumah sakit. KTD dan
telah terjadi.³ Isu patient safety
KNC merupakan kejadian yang
merupakan salah satu isu utama
masih cukup tinggi terjadi di
dalam
rumah sakit. Pada tahun 1999
Patient safety merupakan sesuatu
Institute
yang jauh lebih penting daripada
of
Medicine
melaporkan
sebanyak
(IOM)
memaksimalkan
pelayanan
sekedar
44.000
kemungkinan
efisiensi
langkah-
kesehatan.
pelayanan.
sampai 98.000 orang meninggal
Berbagai resiko akibat tindakan
setiap tahunnya di rumah sakit
medik dapat terjadi sebagai bagian
karena kesalahan medis. ¹
utama dari pelaksanaan konsep
Melihat
patient
permasalahan
safety.
Di
Indonesia,
diatas, WHO pada pertemuan ke-
program
55
2002
dicanangkan pada tahun 2005, dan
resolusi
terus berkembang menjadi isu
pada
bulan
mengeluarkan
World
Mei
sebuah
Health
Assembly
utama
55
medis
di
Di Indonesia patient safety
setiap negara anggotanya untuk
perhatian
pelayanan
pasien
Indonesia.
(WHA55), resolusi ini mendorong
memberikan
keselamatan
telah diatur dalam UU
kepada
No. 44
keselamatan pasien. Resolusi ini
tahun 2009 pasal 43 tentang
mendapat dukungan yang kuat,
rumah sakit, dimana rumah sakit
terbukti pada tahun 2004 lebih
wajib
3
menerapkan
standar
keselamatan
pasien
(Depkes,
sebesar 63,6%, penurunan angka
Penerbitan
undang-
kematian di rumah sakit akibat
undang dan penetapan kebijakan
operasi dari 3,7% menjadi 1,4%
meupakan
angka Infeksi Luka Operasi (ILO)
2009).4
pasien
usaha
dan
melindungi
mencegah
adanya
turun dari 11,2% menjadi 6,6%
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dan kehilangan darah lebih dari
dan
500 ml turun dari 20,2% menjadi
apabila
bahwa
terjadi
dipastikan
terdapat
pelaporan,
analisa
13,2%.5
prosedur
dan
aturan
WHO menjelaskan bahwa
pemecahan masalah sebagai upaya
surgical safety checklist di kamar
menurunkan angka kejadian tidak
bedah digunakan melalui 3 tahap,
diinginkan. Kepedulian terhadap
masing-masing sesuai dengan alur
patient safety juga diwujudkan
waktunya
dengan
Komite
induksi anestesi (Sign In), sebelum
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dilakukan insisi kulit (Time Out)
(KKP-RS)
Perhimpunan
dan sebelum mengeluarkan pasien
Rumah Sakit Seluruh Indonesia
dari kamar operasi (Sign Out).
(PERSI) pada tanggal 1 Juni 2005.
Surgical Safety Checklist tersebut
Selanjutnya Gerakan Keselamatan
sudah
Pasien Rumah Sakit kemudian
merupakan
alat
dicanangkan
praktis
sederhana
pembentukan
oleh
oleh
Mentri
yaitu
baku
dan
saat
dari
sebelum
WHO
yang
komunikasi
dalam
Kesehatan pada Seminar Nasional
memastikan keselamatan pasien
PERSI pada tanggal 21 Agustus
dalam
2005, di Jakarta Convention Center.
intraoperatif dan paskaoperatif.6
Berdasarkan
studi
tahap
Belum ada data yang lengkap
implementasi, WHO Surgical Safety
tentang
Checklist
komplikasi
pasca
ujicoba
preoperatif,
yang
angka
kematian
dan
pembedahan
di
dilakukan di delapan rumah sakit
Indonesia. Demikian pula belum
yang sama didapatkan penurunan
ada data lengkap tentang praktek
komplikasi pada operasi darurat
keselamatan
4
pasien
(patient
safety) pada tindakan pembedahan
penerapan surgical safety checklist
di Indonesia.
sering terlewat dan juga belum
survei
adanya pelatihan mengenai patient
pendahuluan yang dilakukan di
safety di IBS dan penggunaan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
surgical safety checklist itu sendiri.
Berdasarkan
Yogyakarta Unit II, didapatkan
Berdasarkan
latar
bahwa Surgical Safety Checklist
belakang yang telah diuraikan di
sudah tersedia di Instalasi Bedah
atas,
Sentral
melakukan penelitian dengan judul
(IBS),
sedangkan
Pengisian
penggunaannya checklist sendiri
belum
rutin.
peneliti
Berdasarkan
Meningkatkan
tertarik
Sign
In
Kepatuhan
untuk
Dalam
Safe
wawancara dengan koordinator
Surgery di Rumah Sakit PKU
Patient
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Safety
di
RS
PKU
II .
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
BAHAN DAN CARA
mengatakan bahwa pelaksanaan
surgical safety checklist di Instalasi
Jenis
penelitian
Bedah Sentral (IBS) rumah sakit
merupakan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
kualitatif dengan rancangan action
Unit II dimulai sejak bulan maret
research
2013 lalu, surgical safety checklist
Surgery Safety Checklist khususnya
yang digunakan mengacu pada
surgical safety checklist buatan
kolom Sign In di instalasi bedah
WHO. Koordinator surgical safety
Yogyakarta
checklist adalah perawat bedah
penelitian ini peneliti membaginya
atau
menjadi 3 siklus (siklus I, II dan
anestesi
operasi
yang
mengikuti
tersebut.
Selama
jenis
ini
penelitian
penerapan
pengisian
sentral RS. PKU Muhammadiyah
III).
penerapan surgical safety checklist
di IBS kendala yang sering terjadi
jika ada operasi yang bersamaan
5
Unit
II.
Dalam
Tabel 1. alur jalannya penelitian dalam 3 siklus
Siklus I
Perencanaan Menilai pengisian
checklist
Aksi
Observasi dan
wawancara
Observasi
Sebelum operasi
dimulai
Jumlah operasi yang
menggunakan
checklist
Refleksi
Populasi
Siklus III
Menilai pengisian
checklist
Observasi
Sebelum operasi
dimulai
Jumlah operasi
yang menggunakan
checklist.
ini
kedalam bahasa Indonesia. SSC ini
adalah semua dokter anestesi dan
dibagi dalam tiga tahapan, sebelum
perawat anestesi yang bekerja di
induksi (Sign In), sebelum insisi
instalasi bedah sentral RS. PKU
kulit (Time Out), dan sebelum
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
pasien
II. Dengan sampel penelitian ini
operasi (Sign Out). Ketiga fase ini
adalah
yang
wajib di isi untuk meningkatkan
berjumlah 4 orang dan 2 orang
budaya safe surgery. Dalam 3
perawat anestesi yang bertugas di
siklus penelitian ini ada 15 operasi
instalasi bedah sentral RS. PKU
yang peneliti nilai. Semua poin
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
pada checklist ini harus diisi sesuai
II.
dengan
dokter
penelitian
Siklus II
Menilai pengisian
checklist dan pelatihan
SSC
- Observasi dan
wawancara
- Edukasi surgical
safety checklist,
pengisian lembar
pretest dan posttest,
observasi
Sebelum operasi
dimulai
Respon dari peserta
terkait pelaksanaan
surgical safety checklist
selama ini
anestesi
Instrumen yang digunakan
pengisian
meninggalkan
waktunya
checklist
kamar
misalkan
Sign
In
untuk pengambilan data dalam
dilakukan sebelum induksi, jika
penelitian ini oleh peneliti adalah
tidak maka poin 0 atau sama
1). Surgical Safety Checklist (SSC)
dengan tidak dilakukan, jika diisi
WHO yang sudah diterjemahkan
mendapatkan poin 1 dan jika tidak
6
mendapatkan poin 0. Ada 10 poin
triangulasi
yang harus di isi pada SSC; Sign In
data atau analisis.
ini, dikatakan patuh jika semua
HASIL
metode,
triangulasi
poinnya terisi (100%). 2). Lembar
RS PKU Muhammadiyah
penilaian pemahaman pretest dan
Yogyakarta Unit II merupakan
posttest, soal pretest dan posttest
pengembangan
dari
ini diisi oleh perawat anestesi,
Muhammadiyah
Yogyakarta,
pertanyaan pre-posttest ini sama
Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
dan
dan
Sejarah RS PKU Muhammadiyah
edukasi.
Unit II tidak bisa lepas dari sejarah
diberikan
sesudah
sebelum
dilakukannya
Terdapat
5
pertanyaan
pada
RS
PKU
Jl.
berdirinya
RS
lembar pretest dan posttest jika
Muhammadiyah
Yogyakarta,
benar mendapatkan poin 1 dan
Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
jika salah mendapatkan poin 0. 3).
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Panduan wawancara, wawancara
Yogyakarta Unit II yang terletak di
terstruktur ini ditujukan kepada
Jl. Wates KM 5,5 ini masih satu
dokter
anestesi,
manajemen dengan Rumah Sakit
pertanyaan dalam wawancara ini
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
seputar
penggunaan
yang beralamat di Jl. KH. Dahlan
hambatan
dan
spesialis
saran
SSC,
untuk
No.
perbaikan SSC yang sudah ada.
20
Yogyakarta.
Februari 2009.
organisasi data, koding, analisis
Falsafah
dan interpretasi. Pada penelitian
Muhammadiyah
ini
perwujudan
pemeriksaan
data
PKU
mulai beroperasi pada tanggal 15
data pada penelitian ini adalah:
dilakukan
RS
Jl.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Tahapan-tahapan analisis
juga
PKU
teknik
yang
sebagai
dari
sarana
RS
PKU
adalah
amal
shalih
ibadah
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain
dilandasi iman dan taqwa kepada
diluar
Triangulasi
Allah SWT. Visi dari RS PKU
sumber,
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
meliputi
data
itu.
triangulasi
7
adalah menjadi rumah sakit Islam
professional, cepat, nyaman dan
rujukan
bermutu.
terpercaya
dengan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
kualitas pelayanan dan pendidikan
kesehatan
yang
islami,
Responden berdasarkan Umur,
aman
Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Pendidikan
Karakteristik responden
Umur
20 – 30 tahun
> 30 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Lama Bekerja
1-5 tahun
> 5 tahun
Pendidikan
D3
Spesialis
Jumlah responden
2
4
6
0
5
1
2
4
Berdasarkan tabel diatas
semuanya adalah laki-laki dengan
menunjukkan bahwa responden
jumlah 6. Responden terbanyak
mempunyai
umur
memiliki masa kerja rata-rata 1-5
terbanyak antara 20-30 tahun,
tahun dengan jumlah 5. Responden
dengan jumlah 3 dan terbanyak
terbanyak berpendidikan spesialis
umur >30 tahun, dengan jumlah 4.
anestesi dengan jumlah 4.
Jenis
golongan
kelamin
responden
Gambar 1. Grafik penilaian responden dalam mengisi Sign In
8
1.
penggunaannya 80%, poin 2-4
bisa dilihat bahwa penggunaan
penggunaannya sudah 100%, poin
Surgical Safety Checklist; Sign In
5 penggunaannya 40%, dan pada
pada siklus I masih belum patuh
poin 6-10 penggunaannya sudah
karena dari total operasi yang
100%.
Berdasarkan
gambar
Wawancara
dilakukan hanya 40% operasi yang
terstruktur
menggunakan Sign In. Pada siklus
dilakukan oleh peneliti terhadap
II berdasarkan gambar 4.1 dapat
dokter spesialis anestesi untuk
dilihat bahwa poin 1-4 pada kolom
mengetahui
Sign In sudah dilakukan 100%,
anestesi dan perawat anestesi
poin 5 penggunaannya 40%, poin
dalam penggunaan Surgical Safety
6-8 sudah dilakukan 100%, poin 9
Checklist khususnya Sign In di
penggunaannya 80% dan poin 10
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
penggunaannya sebesar 60%. Pada
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
siklus III berdasarkan gambar 4.1
II.
bisa
dilihat
pada
poin
kepatuhan
dokter
1
Tabel 3. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi
tentang penggunaan surgical safety checklist
Responden
1
2
3
4
Penggunaan Surgical Safety Checklist (SSC)
- Setiap pasien yang akan dioperasi
- Surgical safety checklist merupakan kebutuhan
- Dimulai dari serah terima pasien
- SDM kita masih terbatas dan jumlah operasi belum banyak
- SSC sudah kita pakai
- Belum berjalan
- Penggunaan belum rutin
Berdasarkan tabel diatas
berjalan dengan baik karena SSC
Surgical Safety Checklist (SSC) di
masih belum rutin digunakan.
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Seharusnya setiap pasien yang
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
akan
sudah
mulai dari serah terima pasien
dipakai
namun
belum
9
dioperasi
dan
dianestesi
sudah dilakukan pengisian SSC,
padahal dengan jumlah operasi
karena SSC merupakan kebutuhan.
yang belum banyak seharusnya
Kendala dalam pengisian SSC ini
penggunaan SSC bisa jadi lebih
karena SDM yang masih terbatas,
baik.
Tabel 4. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi
tentang patient safety di RS Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Responden
1
-
2
-
3
4
-
Patient safety
Pernah terjadi kejadian operasi salah sisi dan salah
pemberian obat.
Lebih aware dalam pemberian obat-obatan.
Operasi belum banyak dan Surgical Safety Checklist wajib
ada
Jangan sampai salah pasien
Masih perlu pembiasaan
Sudah cukup baik
Berdasarkan kutipan wawancara
kamar
tabel diatas, masalah patient safety
kenyataan
di RS PKU Yogyakarta Unit II sudah
masih perlu pembiasaan agar tidak
cukup baik dilihat dari segi tim
terulang
operasi yang lebih aware dalam
salah sisi dan salah pemberian
pemberian
obat pada pasien yang akan di
obat-obatan,
operasi.
dilapangan
lagi
kejadian
Meskipun
hal
ini
operasi
operasi.
pencegahan salah pasien operasi
dan kewajiban adanya SSC di
Tabel 5. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi
tentang hambatan dalam penerapan Surgical Safety Checklist di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Responden
1
2
3
4
-
Hambatan dalam penerapan SSC
Belum menjadi kebutuhan
SDM kurang
SSC kadang tidak di isi
Tidak ada hambatan
Kualitas SDM kurang
10
Adapun
hambatan
dalam
operasi. Akan tetapi ada partisipan
penerapan SSC ini diantaranya
yang
anggapan
belum
hambatan dalam penerapan SSC
menjadi kebutuhan, kualitas SDM
ini di Instalasi Bedah Sentral RS
yang
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
bahwa
kurang
SSC
dan
SSC
yang
terkadang tidak diisi pada saat
mengatakan
tidak
ada
Unit II.
Tabel 6. Matriks hasil wawancara dengan dokter anestesi tentang saran
untuk Surgical Safety Checklist
Responden
1
2
3
-
4
-
Saran untuk Surgical Safety Checklist
Format sudah sesuai standar internasional
Harus ada mekanisme pengawasan
Koordinator shift mengingatkan untuk mengisi SSC
Mengisi SSC harus baik dan benar
Budaya patient safety masih minim
Sebelum induksi harus tetap di Sign In
Sign Out penting untuk evaluasi dan selama ini belum
dikerjakan
Harus diingatkan lagi SSC itu penting dan harus
dibiasakan
Dirumah sakit lain yang tanda tangan di SSC itu
dokter bedah, anestesi dan perawat
Dibuat mekanisme penilaian dan pengawasan yang
tepat
Berdasarkan tabel diatas banyak
mengingatkan sebelum pasien di
saran dan masukan untuk SSC ini
induksi harus dilakukan Sign In
diantaranya budaya patient safety
terlebih
yang masih minim padahal format
bahwa SSC itu penting dan harus
dari SSC sudah sesuai standar
dibiasakan. Saran dari partisipan
internasional atau WHO, sehingga
yang lain adalah kolom Sign Out
perlu dibuat mekanisme penilaian
yang selama ini belum di kerjakan
dan
dahulu,
mengingatkan
yang
tepat,
padahal penting untuk evaluasi
Koordinator
Shift
dan tanda tangan pada lembar SSC
mengingatkan untuk mengisi SSC
itu sebaiknya di lakukan oleh siapa
dengan
karena di rumah sakit lain yang
pengawasan
misalnya
baik
dan
benar,
11
menandatangani
dokter
SSC
bedah,
adalah
Sebaiknya diberikan info tentang
dan
cara pengisian checklist, dan diberi
anestesi
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
kolom Ya dan Tidak
yang menandatangani SSC hanya
partisipan
penanggung jawab kamar operasi.
edukasi tentang cara pengisian
perawat sedangkan di RS PKU
Hasil
pre
pemahaman
Pretest
penilaian
dan
diberikan
Adapun
saran
setelah
lembar
checklist
dan
posttest,
Surgical
Safety
sebelum
diterapkan
dari
diberikan
membandingkan
Checklist
di
RS
yang
PKU
partisipan mendapatkan pelatihan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
sedangkan posttest diberikan pada
dengan Surgical Safety Checklist
saat
sudah
South Carolina 2015, yaitu Surgical
mendapatkan pelatihan, adapun
Safety Checklist South Carolina
jawaban dari partisipan sebagai
2015 jauh lebih lengkap, tapi
berikut: perlu hadirnya dokter
sebaiknya
anestesi
saat
diskusi
induksi,
perlunya
partisipan
akan
dilakukan
form
ditambahkan
mengenai
rencana
mengetahui
tindakan pada pasien oleh Tim
riwayat alergi pada pasien yang
Operasi (dokter bedah, anestesi
akan
dan perawat).
di
diberikan
operasi,
tanda
perlunya
pada
PEMBAHASAN
lokasi
1. Karakteristik responden
operasi, dan yang bertanggung
jawab terhadap Surgical Safety
Program Patient Safety di
Checklist adalah tim operasi bukan
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
dokter anestesi ataupun penata
Muhammadiyah
anestesi. Saran dari partisipan
Unit
untuk Surgical Safety Checklist
kepatuhan
pada saat pretest diantaranya: 1)
Sign In pada Surgical Safety
Kurangnya
pasien
Checklist
ruang
meningkatkan kepatuhan safe
pindah
resusitasi
klasifikasi
ruangan
ke
dari
bangsal
dan
2)
12
II
Yogyakarta
dengan
pengisian
dalam
sasaran
kolom
rangka
surgery ini belum terlaksana
perkembangannya,
dengan baik.
biasanya adalah seorang ibu
Dari
perawat
hasil
penelitian
yang
sebagian
besar
responden
selama sakit dengan perawatan
terbanyak
pada
tahun.
umur
Berdasarkan
>30
merawat
Mother
fisik.
periode
pertama
keluarganya
instinct
kali
yang
melakukan
kehidupan, usia ini menjadi
perawatan
penting karena pada periode
memberikan
ini struktur kehidupan menjadi
menjaganya agar tidak sakit.
lebih
stabil.
Kemudian pada abad ke-16
Kecerdasan yang berhubungan
sampai 19, mulai dilakukan
dengan kebudayaan dan hasil
perekrutan
pelajaran
perempuan
tetap
yang
dan
sepanjang
diperoleh
hidup
untuk
anaknya,
susu
dan
perempuanuntuk
menjadi
dari
perawat dengan dibekali ilmu
belajar
pengetahuan. Pada abad ke-21
semakin kuat. Semakin cukup
setelah perang dunia ke dua
umur
pendidikan keperawatan mulai
pengalaman
dan
seseorang,
kemampuan
dan
tingkat
kekuatan
dikembangkan
berdasarkan
sesorang akan lebih matang
perkembangan
ilmu
dalam berpikir dan bekerja.
pengetahuan, dan diikuti oleh
Seseorang yang lebih dewasa
perempuan dan laki-laki. Oleh
mempunyai
karena
kecenderungan
itu,
berdasarkan
akan lebih dipercaya daripada
perkembangannya
orang yang belum cukup tinggi
jumlah perawat laki-lakipun
kedewasaannya. Hal ini sebagai
tidak
akibat
perawat perempuan.8
dari
pengalaman
kematangan jiwanya.7
kalah
saat
dari
Berdasarkan
Dari jumlah responden
penelitian
terlihat
ini
jumlah
hasil
bahwa
penelitian, semuanya berjenis
penata anestesi di IBS memiliki
kelamin laki-laki. Pada awal
tingkat
13
pendidikan
DIII
keperawatan dengan jumlah 2
kejenuhan
dalam
orang, sedangkan untuk dokter
sehingga
mereka
spesialis
mengembangkan
anestesi
memiliki
bekerja,
dalam
diri
dan
tingkat pendidikan PPDS 1
memberikan pelayanan pasien
(spesialis
apabila
diarahkan
pada
pendidikan adalah level atau
tanggung
jawabnya
dalam
tingkat
berperan di program patient
1).
suatu
Tingkat
proses
berkaitan
yang
safety.
dalam
mengembangkan semua aspek
Berdasarkan
hasil
kepribadian
manusia,
yang
observasi pengisian Surgical
mencakup
pengetahuannya,
Safety Checklist; Sign In pada
nilai
sikapnya
siklus
dan
serta
I,
didapatkan
Sign
In
hasil
ketrampilannya. Makin tinggi
pengisian
pendidikan seseorang makin
responden sebesar 40% untuk
banyak pula pengetahuan yang
semua poin, dari data tersebut
dimiliki.
dapat disimpulkan bahwa Safe
Pendidikan
yang
oleh
menghambat
Surgery
perkembangan sikap seseorang
Sentral
terhadap nilai-nilai yang baru
Muhammadiyah
diperkenalkan.7 Ada hubungan
Unit II ini masih tidak patuh.
yang bermakna antara tingkat
2. Kepatuhan pengisian Sign In
kurang
akan
pendidikan dengan kepatuhan
di
Instalasi
di
RS
Berdasarkan
observasi
pedoman patient safety.9
Siklus I ditemukan
hasil
PKU
Yogyakarta
perawat dalam menerapkan
Dari
Bedah
peneliti
hasil
selama
adanya
penelitian
operasi yang dilakukan oleh
didapatkan sebanyak 4 orang
dokter operator dan anestesi
sudah
tanpa
bekerja
selama
1-5
terlebih
dahulu
tahun. Perawat dengan masa
mengkonfirmasi
kerja 1-5 tahun biasanya masih
pasien, artinya operator datang
segar
di kamar operasi setelah pasien
dan
belum
terdapat
14
identitas
di
lakukan
Konfirmasi
pembiusan.
identitas
pasien
ditandai
tidak
dilakukan,
hal
pernah
ini
tidak
sebelum dilakukan pembiusan
dilakukan karena tidak ada
mengurangi resiko kesalahan
Standar Prosedur Operasional
operasi pada orang ataupun
(SPO) pemberian tanda pada
sisi yang dioperasi. Faktor-
sisi yang akan di operasi.
faktor
Berdasarkan hasil observasi
yang
mempengaruhi
kesalahan operasi salah sisi
pada
terletak pada tahapan Sign In,
disimpulkan bahwa responden
untuk itu tahapan ini harus
masih tidak patuh terhadap
konsisten dijalankan.10
safe surgery di Instalasi Bedah
Berdasarkan
Siklus
II
Sentral
hasil
ini
RS
observasi pengisian Surgical
Muhammadiyah
Safety Checklist (SSC) yang
Unit II.
PKU
Yogyakarta
Selama
telah peneliti lakukan, terjadi
dapat
peneliti
peningkatan dari siklus I jika
melakukan penelitian di RS
dibandingkan dengan siklus II,
PKU
pada poin 1-4 dan poin 6-8
Yogyakarta Unit II ini belum
sudah 100% di lakukan pada
ada kasus salah sisi, salah
fase Sign In, sedangkan pada
pasien maupun salah prosedur.
poin 9 masih 80% dan pada
Petugas
poin 10 masih 60%. Pada
melakukan
Siklus
terhadap rekam medis pasien
II
ini
masih
Muhammadiyah
operasi
selalu
cross
check
menunjukkan bahwa ada poin
dan
pada Surgical Safety Checklist
mengingatkan
yang jarang dilakukan di kamar
kejadian salah sisi, salah pasien
bedah Instalasi Bedah Sentral
dan
RS
Muhammadiyah
terjadi. Hal-hal di atas penting
Yogyakarta Unit II. Poin 5
dilakukan untuk meningkatkan
berupa
keselamatan
PKU
sisi
pembedahan
15
anggota
salah
tim
saling
sehingga
prosedur
pasien
tidak
dalam
pembedahan.11
prosedur
Checklist
verifikasi
pelayanan
kesehatan
harus
berfokus pada pasien.13
tindakan
pembedahan digunakan untuk
Riwayat alergi penderita
mencegah terjadinya operasi
sangat
salah sisi, salah orang dan
karena dapat mempengaruhi
prosedur.12
proses pembedahan.14 Alergi
Pada
Siklus
diketahui
ini
diketahui pada saat dokter
didapatkan hasil penggunaan
bedah visit ke bangsal. Jika ada,
Checklist Sign In pada poin 1
maka akan di tulis di status
sebesar 80%, poin 2-4 sebesar
pasien.
100%, poin 5 sebesar 40%, dan
Sentral
poin
Muhammadiyah
6-10
III
penting
sebesar
100%.
Di
Instalasi
Bedah
RS
PKU
Yogyakarta
Berdasarkan data diatas masih
Unit II, penata dan dokter
terlihat
anestesi
bahwa
responden
selalu
menanyakan
masih tidak patuh terhadap
riwayat alergi di ruang operasi
safe surgery di Instalasi Bedah
sebelum
dilakukan
induksi
Sentral
anestesi
sehingga
riwayat
RS
Muhammadiyah
PKU
Yogyakarta
alergi
Unit II. Keselamatan pasien
merupakan
bagian
berorientasi
continuous
di
kamar
operasi.
yang
3. Pemahaman
dan
kesadaran
pentingnya Sign In
penting dari mutu pelayanan
yang
diketahui
Surgical Safety Checklist di
pada
quality
kamar
operasi
digunakan
improvement. Dalam definisi ini
melalui 3 tahap, masing-masing
jelas
keselamatan
sesuai dengan alur waktu yaitu
dilihat dalam perspektif pasien,
sebelum induksi anestesi (Sign
hal ini menjelaskan betapa
In), sebelum insisi kulit (Time
pentingnya kita peduli pada
Out)
keselamatan
mengeluarkan
bahwa
pasien
dalam
dan
sebelum
pasien
ruang operasi (Sign Out).15
16
dari
Pada fase Sign In sebelum
masa kerja yang lebih pendek
induksi anestesi, koordinator
petugas
secara
mendapatkan sosialisasi terkait
verbal
memeriksa
bisa
saja
belum
Surgical
Safety
apakah identitas pasien telah
penggunaan
dikonfirmasi, prosedur dan sisi
Checklist sehingga hal tersebut
operasi sudah benar, sisi yang
dapat berpengaruh terhadap
akan dioperasi telah ditandai,
pemahaman
persetujuan
pengisian
untuk
operasi
dan
kepatuhan
Surgical
Safety
telah diberikan, pulse oksimetri
Checklist: Sign In. Bisa juga
pada
meskipun
pasien
Koordinator
atau
berfungsi.
dengan
dokter
penata
petugas
tersebut
masa kerjanya lama namun
anestesi
pendidikannya
rendah
akan
mengkonfirmasi resiko pasien,
menyebabkan kinerjanya juga
apakah pasien ada riwayat
rendah. Selain itu mungkin
alergi, kesulitan jalan nafas dan
sosialisasi tentang penggunaan
resiko kehilangan darah.
Surgical Safety Checklist belum
Dari
hasil
penelitian
atau jarang dilakukan sehingga
bahwa
perawat anestesi baik dengan
menunjukkan
pemahaman
dan
kesadaran
masa
pentingnya
Sign
In
masih
maupun yang telah lama tidak
kurang dan alasan terbanyak
paham terhadap penggunaan
terkait hal tersebut adalah
Checklist Sign In.
kurangnya sosialisasi dan SDM
kerja
yang
Berdasarkan
pendek
data
yang kurang. Sosialisasi yang
penelitian ini pada variabel
kurang dapat dikaitkan dengan
usia, perawat yang bekerja di
masa kerja dari perawat. Dari 2
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
responden perawat anestesi
Muhammadiyah
semuanya bekerja