putusan kargo surabaya makassar

-1-

SALINAN/COPY

PUTUSAN
Perkara Nomor: 03/KPPU-I/2003
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, selanjutnya disebut Komisi, yang
memeriksa dugaan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, selanjutnya disebut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, yang diduga dilakukan oleh:-------------------------------

1. PT Pelayaran Meratus (disingkat “PT Meratus”), berkedudukan di Surabaya yang
beralamat kantor di Jalan Aloon-aloon Priok Nomor 27, Surabaya, selanjutnya disebut
Terlapor I;----------------------------------------------------------------------------------------------2. PT Tempuran Emas Tbk. (disingkat “PT Temas”), berkedudukan di Jakarta yang
beralamat kantor di Jalan Tembang Nomor 51 Tanjung Priok, Jakarta Utara, selanjutnya
disebut Terlapor II;------------------------------------------------------------------------------------3. PT (Persero) Djakarta Lloyd (disingkat “PT Djakarta Lloyd”), berkedudukan di Jakarta
yang beralamat kantor di Jalan Senen Raya Nomor 44, Jakarta Pusat, selanjutnya disebut
Terlapor III;--------------------------------------------------------------------------------------------4. PT Jayakusuma Perdana Lines (disingkat “PT Jayakusuma”), berkedudukan di Jakarta
yang beralamat kantor di Gedung Pricewaterhousecoopers Jalan H.R. Rasuna Said
Kuningan Lantai 10, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut Terlapor IV;----------------------5. PT Samudera Indonesia Tbk. (disingkat “PT Samudera Indonesia”), berkedudukan di
Jakarta yang beralamat kantor di Jalan S. Parman Kavling 35, Jakarta Barat, selanjutnya

disebut Terlapor V;------------------------------------------------------------------------------------6. PT Tanto Intim Line (disingkat “PT Tanto”), berkedudukan di Surabaya yang beralamat
kantor di Jalan Perak Barat Nomor 41 - 43, Surabaya, selanjutnya disebut Terlapor VI;-7. PT Lumintu Sinar Perkasa (disingkat “PT Lumintu”), berkedudukan di Jakarta yang
beralamat kantor di Wisma SMR Lantai 2 Unit 02 Kompleks Mitra Sunter, Jalan Yos
Sudarso Kavling 89, Jakarta Utara, selanjutnya disebut Terlapor VII;------------------------

Telah mengambil Putusan sebagai berikut :--------------------------------------------------------------

-2-

SALINAN/COPY

MAJELIS KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, yang selanjutnya disebut
Majelis Komisi;--------------------------------------------------------------------------------------------Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;-----------------Setelah mendengar keterangan para Terlapor;-------------------------------------------------Setelah mendengar keterangan para Saksi;-----------------------------------------------------Setelah menyelidiki kegiatan para Terlapor;----------------------------------------------------

TENTANG DUDUK PERKARA

1.

Menimbang bahwa Komisi berdasarkan wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 36
huruf b dan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 membentuk Tim

Monitoring dengan Surat Keputusan Nomor 52/Kep/KPPU/X/2002 tentang Tim
Monitoring Persaingan Bisnis Transportasi Udara, Laut, dan Kereta Api tanggal 23
Oktober 2002 yang terdiri dari Ir. Mohammad Iqbal sebagai Ketua Tim, Dr. Bambang P.
Adiwiyoto dan Ir. Tadjuddin Noersaid masing-masing sebagai Anggota dan dibantu oleh
Drs. Malino Pangaribuan, Riesa Susanti, SH., dan Setyabudi Yulianto, SH. masingmasing sebagai Investigator, Ando Fahda Aulia, Demayanti Noersaid, dan Astrid
Iswandari masing-masing sebagai Sekretariat;----------------------------------------------------

2.

Menimbang bahwa berdasarkan hasil monitoring terhadap persaingan bisnis transportasi
udara, laut, dan kereta api di Indonesia, Komisi menilai perlu untuk dilakukan
monitoring lanjutan;----------------------------------------------------------------------------------

3.

Menimbang bahwa untuk itu, Komisi membentuk Tim Monitoring dengan Surat
Keputusan Nomor 04/Kep/KPPU/I/2003 Tanggal 23 Januari 2003 tentang Tim
Monitoring Dugaan Kartel yang Dilakukan Pelaku Usaha Angkutan Laut Khusus Barang
(Kargo) yang kemudian diubah dengan Surat Keputusan Nomor 14/Kep/KPPU/II/2003
Tanggal 20 Februari 2003 tentang Perubahan Keputusan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha Nomor 04/Kep/KPPU/II/2003 yang terdiri dari Ir. Mohammad Iqbal sebagai
Ketua Tim, Dr. Bambang P. Adiwiyoto dan Ir. Tadjuddin Noersaid masing-masing
sebagai Anggota dan dibantu oleh Drs. Malino Pangaribuan, Dedy Sani Ardi, SE. dan
Riesa Susanti, SH. masing-masing sebagai Investigator, Drs. Ahmad Kaelani, M.Si. dan
Purwati masing-masing sebagai Sekretariat;------------------------------------------------------

4.

Menimbang bahwa Rapat Komisi pada tanggal 8 Mei 2003 telah menerima Hasil
Monitoring Dugaan Kartel yang Dilakukan Pelaku Usaha Angkutan Laut Khusus Barang
(Kargo) yang pada pokoknya berisi rekomendasi Tim untuk menindaklanjuti hasil
monitoring ke tahap Pemeriksaan Pendahuluan;--------------------------------------------------

-3-

5.

SALINAN/COPY

Menimbang bahwa atas dasar rekomendasi tersebut Komisi pada tanggal 19 Mei 2003

dengan

Surat

Penetapan

Nomor

05/PEN/KPPU/V/2003

tentang

Pemeriksaan

Pendahuluan Perkara Inisiatif Nomor 03/KPPU-I/2003 menetapkan untuk melakukan
Pemeriksaan Pendahuluan terhitung sejak tanggal 19 Mei 2003 sampai dengan tanggal
30 Juni 2003; ------------------------------------------------------------------------------------------

6.


Menimbang

bahwa

untuk

melaksanakan

Pemeriksaan

Pendahuluan,

Komisi

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 37/KEP/KPPU/V/2003 tanggal 19 Mei 2003
tentang Penugasan Anggota Komisi dalam Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Inisiatif
Nomor 03/KPPU-I/2003 yang terdiri dari Ir. H. Moh. Iqbal sebagai Ketua Tim
Pemeriksa, Dr. Ir. Sutrisno Iwantono, M.A. dan Dr. Pande Radja Silalahi, masingmasing sebagai Anggota, serta dibantu oleh Drs. Malino Pangaribuan, Zaki Zein
Badroen, SE., Fahmi Alli Sarosa, SE., Riesa Susanti, SH., Dora Pristina, SH, M.Si.,
masing-masing sebagai Investigator, Endah Widwianingsih, SH. dan Vovo Iswanto, SH,

LL.M., masing-masing sebagai Notulis berdasarkan Surat Tugas Direktur Eksekutif
Sekretariat Komisi Nomor 06/SET/DE/ST/V/2003 tanggal 19 Mei 2003;--------------------

7.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa telah mendengar
keterangan dari para Terlapor;-----------------------------------------------------------------------

8.

Menimbang bahwa selanjutnya identitas serta keterangan para Terlapor telah dicatat
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan ditandatangani oleh para Terlapor;------------

9.

Menimbang bahwa setelah melakukan Pemeriksaan Pendahuluan, Tim Pemeriksa
menemukan adanya indikasi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 11,
Pasal 19 huruf a dan c, dan Pasal 25 ayat (1) huruf a dan c Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 yang perlu ditindaklanjuti dan karena itu merekomendasikan agar Komisi
melakukan Pemeriksaan Lanjutan;-----------------------------------------------------------------


10.

Menimbang bahwa atas rekomendasi Tim Pemeriksa tersebut, Komisi menetapkan untuk
melanjutkan Perkara Inisiatif Nomor 03/KPPU-I/2003 ke dalam Pemeriksaan Lanjutan
terhitung sejak tanggal 3 Juli 2003 sampai dengan tanggal 26 September 2003, dengan
Penetapan Komisi Nomor 10/PEN/KPPU/VII/2003 tanggal 3 Juli 2003;---------------------

11.

Menimbang bahwa untuk melakukan Pemeriksaan Lanjutan, Komisi mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor 51/KEP/KPPU/VII/2003 tanggal 3 Juli 2003 tentang Penugasan
Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi dalam Pemeriksaan Lanjutan Perkara Inisiatif

-4-

SALINAN/COPY

Nomor 03/KPPU-I/2003, yang terdiri dari Ir. H. Moh. Iqbal sebagai Ketua Majelis, Dr.
Ir. Sutrisno Iwantono, M.A dan Dr. Pande Radja Silalahi, masing-masing sebagai

Anggota, serta dibantu oleh Drs. Malino Pangaribuan, Zaki Zein Badroen, SE., Fahmi
Alli Sarosa, SE., Riesa Susanti, SH., Dora Pristina, SH. M.Si., masing-masing sebagai
Investigator, Endah Widwianingsih, SH., dan Vovo Iswanto, SH. LL.M, masing-masing
sebagai Panitera berdasarkan Surat Tugas Direktur Eksekutif Sekretariat Komisi Nomor
10/SET/DE/ST/VII/2003 tanggal 3 Juli 2003;----------------------------------------------------

12.

Menimbang bahwa setelah jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja Pemeriksaan
Lanjutan, Majelis Komisi selanjutnya memandang perlu untuk memperpanjang jangka
waktu Pemeriksaan Lanjutan terhitung sejak tanggal 29 September 2003 sampai dengan
tanggal

7

Nopember

2003

dengan


Surat

Penetapan

Komisi

Nomor

77/Kep/KPPU/IX/2003 tanggal 29 September 2003;--------------------------------------------

13.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah mendengar
keterangan dari para Terlapor;-----------------------------------------------------------------------

14.

Menimbang bahwa selanjutnya identitas serta keterangan para Terlapor telah dicatat
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan ditandatangani oleh para Terlapor;------------


15.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi telah mendengar
keterangan 5 (lima) Saksi di bawah sumpah, 3 (tiga) Saksi tidak di bawah sumpah
dengan alasan 2 (dua) Saksi tidak bersedia untuk memberikan keterangan di bawah
sumpah dan 1 (satu) Saksi tidak disumpah;------------------------------------------------------

16.

Menimbang bahwa selanjutnya identitas serta keterangan para Saksi telah dicatat di
dalam BAP dan ditandatangani oleh para Saksi;--------------------------------------------------

17.

Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, Majelis
Komisi telah mendapatkan, meneliti dan menilai surat-surat dan atau dokumendokumen;-----------------------------------------------------------------------------------------------

18.


Menimbang bahwa dalam Pemeriksaan Lanjutan telah dilakukan penyelidikan di
Surabaya dan Makassar terhadap sejumlah pengguna jasa para Terlapor;--------------------

19.

Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Komisi telah mempunyai bukti dan penilaian
yang cukup untuk mengambil Putusan;------------------------------------------------------------

-5-

SALINAN/COPY

TENTANG HUKUM

1.

Menimbang

bahwa

berdasarkan

keterangan-keterangan

yang

terungkap

dalam

Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Lanjutan, baik dari para Terlapor maupun
para Saksi dan berdasarkan surat-surat dan atau dokumen-dokumen yang diperoleh
selama pemeriksaan, Majelis Komisi menemukan fakta-fakta sebagai berikut;-------------1.1

Bahwa Terlapor I adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia, berkedudukan di
Surabaya berdasarkan perubahan Anggaran Dasar terakhir Nomor 50 tanggal 22
Desember 2000 yang dibuat oleh Notaris Soetjipto, SH, dengan kegiatan usaha
sebagai berikut;--------------------------------------------------------------------------------Melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut;--------------------------------------------pelayaran untuk ;------------------------------------------------------------------------------a. angkutan barang (penumpang);---------------------------------------------------------b. sewa menyewa (charter) kapal;---------------------------------------------------------c. sebagai agen dari berbagai jenis perusahaan pelayaran;-----------------------------1.1.1

Terlapor I berkantor pusat di Jalan Aloon-Aloon Priok Nomor 27
Surabaya dan mempunyai kantor cabang di Surabaya, Jakarta, Makassar,
Kendari, Mataram, Banjarmasin, Samarinda, Palu, Sampit, Medan,
Benoa, Benete, Palembang, Kupang dan Dili;----------------------------------

1.1.2

Terlapor I memiliki armada sebanyak 31 (tiga puluh satu) buah kapal
dengan kapasitas mulai dari 60 (enam puluh) TEU’s (Twenty Equivalent
Unit) sampai dengan 350 (tiga ratus lima puluh) TEU’s dengan kapasitas
terbanyak antara 120 (seratus dua puluh) TEU’s sampai dengan 160
(seratus enam puluh) TEU’s. Armada Terlapor I terdiri dari 2 (dua) jenis
kapal, yaitu kapal kontainer yang berjumlah 28 (dua puluh delapan) buah
kapal dan kapal konvensional yang berjumlah 3 (tiga) buah kapal;----------

1.1.3

Terlapor I mengoperasikan 2 (dua) sampai 3 (tiga) buah kapal untuk jalur
tetap Surabaya - Makassar dan 1 (satu) buah kapal untuk jalur tidak
tetap;----------------------------------------------------------------------------------

1.1.4

Terlapor I mempunyai kapasitas angkut sebanyak 1600 (seribu enam
ratus) TEU’s atau frekuensinya sekitar 8 (delapan) sampai 11 (sebelas)
kali. Untuk melayani suatu jalur, Terlapor I tidak memerlukan ijin
sehingga Terlapor I dapat melayani jalur manapun di dalam negeri;--------

1.1.5

Terlapor

I

mempunyai

konsumen

perusahaan

forwarder

yang

diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu pelanggan tetap sebanyak 90%

-6-

SALINAN/COPY

(sembilan puluh persen) dan pelanggan tidak tetap sebanyak 10%
(sepuluh persen);-------------------------------------------------------------------1.1.6

Terlapor I juga memiliki perusahaan forwarder yang menjadi pelanggan
tetap Terlapor I yang mempunyai omzet sekitar 10 % (sepuluh persen)
sampai dengan 15 % (lima belas persen). Di setiap jalur yang dilayani,
Terlapor I mempunyai 7 (tujuh) sampai 8 (delapan) perusahaan
forwarder;----------------------------------------------------------------------------

1.1.7

Dalam keterangannya, Terlapor I menyatakan bahwa perusahaan
pelayaran yang melayani jalur Surabaya - Makassar adalah PT Tanto, PT
Djakarta Lloyd, PT Temas, PT Pelayaran Nusantara Panurjwan (PT
Panurjwan) yang merupakan anak perusahaan PT Samudera Indonesia,
dan PT Jayakusuma;----------------------------------------------------------------

1.1.8

Terlapor I menyatakan bahwa pesaing terberat Terlapor I adalah
perusahaan pelayaran PT Djakarta Lloyd, PT Tanto dan PT Temas.
Menurut keterangan Terlapor I, jika dilihat dari segi daya angkut,
Terlapor I adalah perusahaan pelayaran yang paling besar diikuti oleh
perusahaan pelayaran lainnya, seperti PT Tanto, PT Temas, PT Djakarta
Lloyd, dan perusahaan pelayaran lainnya. Sedangkan jika dilihat dari segi
armada yang dimiliki, perusahaan pelayaran yang paling besar adalah
perusahaan pelayaran Terlapor I dan PT Tanto;--------------------------------

1.1.9

Terlapor I menyatakan bahwa tarif tertinggi yang berlaku sebelum
kesepakatan (1998-2002) untuk jalur dari Surabaya – Makassar adalah
Rp 2.200.000 (dua juta dua ratus ribu rupiah) sampai Rp 2.300.000 (dua
juta tiga ratus ribu rupiah). Kemudian tarif cenderung turun sampai titik
terendah antara Rp 1.650.000 (satu juta enam ratus lima puluh ribu
rupiah) sampai Rp 1.700.000 (satu juta tujuh ratus ribu rupiah).
Sedangkan tarif terendah untuk jalur dari Makassar - Surabaya adalah
sekitar Rp 800.000 (delapan ratus ribu rupiah). Hal ini disebabkan kapal
banyak yang kosong atau hanya terisi 50% (lima puluh persen);------------

1.1.10

Terlapor I menyatakan bahwa tarif yang ditetapkan pada saat kesepakatan
adalah sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah). Namun tarif kesepakatan
tersebut tidak dipatuhi;-------------------------------------------------------------

1.1.11

Terlapor I menyatakan bahwa pada saat pemeriksaan dilakukan Break
Event Point (BEP) Terlapor I adalah sekitar Rp 2.000.000 (dua juta
rupiah) sampai Rp 2.100.000 (dua juta seratus ribu rupiah), sehingga pada
saat pemeriksaan dilakukan Terlapor I mengalami kerugian;-----------------

1.1.12

Terlapor I menyatakan memiliki pangsa pasar paling besar untuk jalur
dari Surabaya – Makassar, sehingga Terlapor I merupakan price leader;---

-71.1.13

SALINAN/COPY

Terlapor I menyatakan bahwa latar belakang terjadinya kesepakatan
adalah adanya undangan dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV
(Pelindo IV) yang meminta agar bongkar muat ditangani oleh pelabuhan
dengan harga yang akan ditetapkan atau diusulkan oleh Pelindo IV.
Terlapor I selanjutnya menyatakan bahwa tujuan Pelindo IV melakukan
hal ini adalah agar Pelindo IV dapat menaikkan Terminal Handling
Charge (THC) di mana rencananya pada tahun 2004 semua jasa bongkar
muat akan ditangani oleh Pelindo IV. Pada saat itu perusahaanperusahaan pelayaran menyatakan tidak berkeberatan dengan usulan
Pelindo

IV

tersebut.

Tetapi,

perusahaan-perusahaan

pelayaran

mengeluhkan tarif yang sangat rendah sementara harga BBM terus naik,
sehingga diusulkan untuk dibuat kesepakatan kenaikan tarif;---------------1.1.14

Terlapor I menyatakan bahwa usulan untuk menetapkan tarif yang sama
berasal dari Pelindo IV dan INSA tetapi Terlapor I tidak mengetahui siapa
yang pertama kali mengusulkannya. Namun demikian, semua perusahaan
pelayaran yang melayani jalur Surabaya – Makassar – Surabaya menolak
usulan tersebut sehingga dicari sistem baru yaitu penetapan kuota;---------

1.1.15

Terlapor I menyatakan bahwa kesepakatan tarif dan kuota angkutan peti
kemas untuk jalur Makassar – Surabaya – Makassar ditandatangani pada
tanggal 23 Desember 2002. Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada
tanggal 15 Januari 2003 dan akan dilakukan evaluasi setiap 3 (tiga)
bulan;---------------------------------------------------------------------------------

1.1.16

Terlapor I menyatakan bahwa kesepakatan kuota didasarkan pada data
Pelindo IV selama periode 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun terakhir
berdasarkan market share dari masing-masing Terlapor. Sedangkan
perhitungan tarif merupakan usulan dari perusahaan-perusahaan pelayaran
yang pada akhirnya disepakati tarif sebesar Rp 2.000.000 (dua juta
rupiah) dengan alasan agar tidak mengagetkan pasar;-------------------------

1.1.17

Terlapor I selanjutnya mengakui telah menandatangani dokumen
kesepakatan penetapan tarif dan kuota jalur Surabaya – Makassar;----------

1.1.18

Terlapor I mengakui dan membenarkan bahwa telah menandatangani
dokumen pembatalan kesepakatan penetapan tarif dan kuota jalur
Surabaya – Makasar;----------------------------------------------------------------

1.1.19

Terlapor I menyatakan bahwa pernah mengeluarkan surat edaran yang
ditujukan kepada pengguna jasa Terlapor I dan berbentuk surat biasa yang
didalamnya tercantum tarif berdasarkan kesepakatan;-------------------------

1.1.20

Terlapor I menyatakan bahwa kesepakatan dengan tarif Rp 2.000.000
(dua juta rupiah) tidak berjalan karena strateginya salah, yaitu tarif yang

-8-

SALINAN/COPY

ditetapkan seharusnya bukan Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) tetapi Rp
2.300.000 (dua juta tiga ratus ribu rupiah) karena jumlah yang ditagihkan
oleh forwarder kepada pengguna jasa berbeda;--------------------------------1.1.21

Terlapor I menyatakan bahwa selama periode kesepakatan berlangsung,
Terlapor I masih berada di bawah kuota yang disepakati sedangkan PT
Djakarta Lloyd dan PT Tanto pernah melebihi kuota yang ditetapkan
karena mendapat limpahan dari PT Panurjwan (PT Samudera Indonesia).
Namun hingga saat ini belum ada perusahaan pelayaran yang bersedia
untuk membayar denda;------------------------------------------------------------

1.1.22

Terlapor I menyatakan bahwa tarif terendah yang dapat ditawarkan untuk
jalur dari Surabaya – Makassar adalah sebesar Rp 1.650.000 (satu juta
enam ratus lima puluh ribu rupiah) dan untuk jalur dari Makassar –
Surabaya adalah sebesar Rp 900.000 (sembilan ratus ribu rupiah);----------

1.1.23

Terlapor I menyatakan bahwa pada saat pemeriksaan dilakukan
kesepakatan tarif dan kuota tidak berlangsung lagi terutama setelah
adanya peringatan dari Komisi. Tarif pada saat pemeriksaan dilakukan
cenderung menurun selain order yang juga sedang sedikit;-------------------

1.2

Bahwa Terlapor II adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia, berkedudukan di
Jakarta dengan Akta Notaris Nomor 252 Tanggal 17 September 1987 yang dibuat
di hadapan Notaris Misahardi Wilamarta, S.H. dan berdasarkan perubahan terakhir
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan Terbatas PT
Tempuran Emas Nomor 26 Tanggal 14 April 2003 yang dibuat oleh Notaris
Fathiah Helmi, SH, dengan kegiatan usaha sebagai berikut;----------------------------a. Mengusahakan dan menyelenggarakan perusahaan pelayaran nusantara
dengan usaha-usaha pengangkutan penumpang, barang, hewan dengan kapal
laut baik di dalam maupun di luar negeri;-------------------------------------------b. Mengerjakan semua kegiatan untuk bertindak sebagai agen dari usaha
pelayaran niaga untuk hal-hal yang lazim dikerjakannya;------------------------1.2.1

Terlapor II berkantor pusat di Jalan Tembang Nomor 51 Tanjung Priok
Jakarta Utara dan mempunyai kantor cabang di Singapura, Surabaya,
Makassar, Manado, Belawan, Ambon, Pontianak, dan Bitung. Di samping
itu, Terlapor II juga mempunyai kantor agen di Medan, Pontianak dan
Ambon;-------------------------------------------------------------------------------

1.2.2

Terlapor II berdiri sejak tahun 1987 dan bergerak di bidang angkutan laut
dengan menggunakan kontainer;-------------------------------------

1.2.3

Terlapor II memiliki armada sebanyak 12 (dua belas) buah kapal di mana
1 (satu) buah kapal tenggelam. Kapal yang dioperasikan oleh Terlapor II

-9-

SALINAN/COPY

adalah kapal jenis kontainer dengan kapasitas 200 (dua ratus) TEU’s
sampai dengan 900 (sembilan ratus) TEU’s dan semua kapal yang
dioperasikan oleh Terlapor II adalah milik Terlapor II;-----------------------1.2.4

Terlapor II melayani jalur pelayaran sesuai dengan lokasi kantor cabang
dan agen dari Terlapor II, yaitu Surabaya – Medan, Jakarta - Medan,
Jakarta – Surabaya, Makassar – Bitung, serta Surabaya – Makassar.
Untuk jalur Surabaya-Makassar, Terlapor II melayani rata-rata 6 (enam)
sampai 7 (tujuh) voyages (pulang pergi) setiap bulannya dengan
mengoperasikan kapal kontainer 20 (dua puluh) feet yang berkapasitas
200 (dua ratus) TEU’s sampai 300 (tiga ratus) TEU’s;------------------------

1.2.5

Terlapor II mempunyai konsumen yang diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
yaitu forwarder atau ekspedisi sebanyak 90% (sembilan puluh persen) dan
perorangan sebanyak 10% (sepuluh persen);------------------------------------

1.2.6

Terlapor II menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan pelayaran yang
melayani jalur Surabaya - Makassar adalah perusahaan pelayaran PT
Meratus, PT Tanto, PT Djakarta Lloyd, PT Jayakusuma, dan PT
Panurjwan. Semua perusahaan pelayaran tersebut merupakan perusahaan
pesaing Terlapor II di mana yang menjadi pesaing terberat Terlapor II
adalah perusahaan pelayaran PT Meratus;---------------------------------------

1.2.7

Terlapor II menyatakan bahwa penentuan tarif angkutan adalah
berdasarkan pada kuantitas barang, yaitu jika kuantitas barang semakin
banyak maka tarif akan semakin murah; ----------------------------------------

1.2.8

Terlapor II menyatakan bahwa latar belakang terjadinya kesepakatan
adalah adanya banting-bantingan harga pada saat low season di mana
pada saat itu cost tidak seimbang dengan pendapatan sehingga untuk
mencapai Break Even Point (BEP) seluruh perusahaan pelayaran
memberikan diskon. Melihat kondisi tersebut, INSA berinisiatif untuk
mengadakan pertemuan dengan mengundang semua perusahaan pelayaran
yang melayani jalur Surabaya – Makassar untuk menetapkan suatu sistem
penetapan tarif dan kuota di mana pengawasan kuota akan dilakukan oleh
Pelindo IV;---------------------------------------------------------------------------

1.2.9

Terlapor II menyatakan bahwa kesepakatan tarif dan kuota angkutan peti
kemas untuk jalur Makassar – Surabaya – Makassar ditandatangani pada
tanggal 23 Desember 2002 dan mulai berlaku pada tanggal 15 Januari
2003 serta akan dilakukan evaluasi setiap tiga bulan;--------------------------

1.2.10

Terlapor II menyatakan bahwa tarif minimum yang ditetapkan dalam
kesepakatan adalah sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah). Untuk
pelanggaran tarif kesepakatan tidak dikenakan sanksi;------------------------

- 10 1.2.11

SALINAN/COPY

Terlapor II menyatakan bahwa pembagian kuota didasarkan pada
performa masing-masing perusahaan pelayaran dalam periode 6 (enam)
bulan terakhir sebelum kesepakatan dibuat. Sanksi hanya dikenakan bagi
perusahaan pelayaran yang melebihi kuota yang besarnya adalah Rp
500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap kontainer;----------------------

1.2.12

Terlapor II mengakui telah menandatangani dokumen kesepakatan
penetapan tarif dan kuota jalur Surabaya – Makassar;-------------------------

1.2.13

Terlapor II mengakui dan membenarkan bahwa telah menandatangani
dokumen pembatalan kesepakatan penetapan tarif dan kuota jalur
Surabaya – Makasar;----------------------------------------------------------------

1.2.14

Terlapor II mengakui mengeluarkan surat pemberitahuan adanya
penyesuaian tarif tetapi Terlapor II tidak pernah mengeluarkan surat
edaran yang berisikan pemberitahuan adanya pembatalan kesepakatan
penetapan tarif kepada pengguna jasa;-------------------------------------------

1.2.15

Terlapor II menyatakan bahwa kesepakatan tarif dan kuota berlaku efektif
selama 3 (tiga) bulan pertama yaitu sejak bulan Pebruari 2003 sampai
dengan April 2003, sedangkan pelaksanaan sanksi atas kelebihan kuota
tidak efektif karena masih merupakan ujicoba;---------------------------------

1.2.16

Terlapor II menyatakan bahwa tidak ada perusahaan pelayaran yang
memberlakukan tarif di bawah Rp 2.000.000 (dua juta rupiah);--------------

1.2.17

Terlapor II menyatakan bahwa kuota yang didapat Terlapor II untuk jalur
Surabaya - Makassar adalah sebesar 14% (empat belas persen) sampai
dengan 16% (enam belas persen) dan dalam pelaksanaannya Terlapor II
tidak pernah melampaui kuota yang telah disepakati;--------------------------

1.2.18

Terlapor II menyatakan bahwa selama kesepakatan berlangsung ada
perusahaan pelayaran yang melebihi kuota yang disepakati, yaitu
perusahaan pelayaran PT Djakarta Lloyd tetapi sanksi belum diberikan
karena kesepakatan mengenai penerapan sanksi atas kelebihan kuota
masih dalam taraf uji coba;--------------------------------------------------------

1.2.19

Terlapor II menyatakan bahwa pada saat pemeriksaan dilakukan
kesepakatan tarif dan kuota sudah tidak berlaku lagi. Hal ini disebabkan
adanya peringatan dari Komisi. Namun demikian, sebelum adanya
peringatan dari Komisi, para Terlapor berdasarkan hasil dari evaluasi
pertama pelaksanaan kesepakatan tarif dan kuota menyetujui untuk
melanjutkan pelaksanaan kesepakatan tersebut;--------------------------------

1.2.20

Terlapor II menyatakan bahwa tarif terendah yang dapat ditawarkan untuk
jalur Surabaya – Makassar adalah sebesar Rp 1.600.000 (satu juta enam

- 11 -

SALINAN/COPY

ratus ribu rupiah) sedangkan untuk jalur Makassar – Surabaya adalah
sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah);----------------------------------------1.3

Bahwa Terlapor III adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia, berkedudukan di
Jakarta dengan Akta Notaris berdasarkan perubahan Anggaran Dasar terakhir
Nomor 50 Tanggal 16 Maret 1998 yang dibuat oleh Notaris Imas Fatimah, SH,
dengan kegiatan usaha sebagai berikut;--------------------------------------------------a. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang pelayaran angkutan laut, baik
pelayaran samudera, feeder dan kegiatan angkutan yang menunjang usaha
pelayaran samudera dan khususnya melayani pengangkutan kontainer dari
tempat si pengirim sampai tempat penerima;---------------------------------------b. Menjalankan kegiatan sebagai pemilik kapal;--------------------------------------c. Menjalankan kegiatan keagenan kapal-kapal dan/atau perusahaan-perusahaan
pelayaran;--------------------------------------------------------------------------------d. Melakukan kegiatan terminal di berbagai pelabuhan di dalam negeri;----------e. Melakukan kegiatan pergudangan dan ekspedisi untuk keperluan kapal yang
diageni;-----------------------------------------------------------------------------------f. Melakukan kegiatan reparasi dan pemeliharaan serta galangan yang
dimungkinkan oleh fasilitas yang tersedia;------------------------------------------g. Menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan pokok
(pelayaran), berupa charter kapal dan broker kapal;------------------------------1.3.1

Terlapor III berkantor pusat di Jalan Senen Raya Nomor 44 Jakarta Pusat
dan mempunyai 17 (tujuh belas) kantor cabang di seluruh Indonesia, yaitu
Tanjung Priok, Surabaya, Makassar, Medan, Batam, Padang, Bandung,
Semarang, Banyuwangi, Cigading, Manado, Banjarmasin, Panjang,
Benoa, Tarakan, Palembang, dan Cirebon;--------------------------------------

1.3.2

Terlapor III berdiri sejak tahun 1950 dengan nama NV Djakarta Lloyd.
Pada tahun 1961 berubah nama menjadi PN Djakarta Lloyd. Kemudian
pada tahun 1998 berubah lagi menjadi PT Persero Djakarta Lloyd yang
bergerak dalam bidang pelayaran dan tidak ada pengembangan bidang
usaha hingga saat pemeriksaan dilakukan;--------------------------------------

1.3.3

Terlapor III memiliki armada 14 (empat belas) buah kapal yang melayani
jalur domestik dan internasional yang terdiri dari 9 (sembilan) kapal
Caraka Jaya yang digunakan untuk melayani jalur domestik dengan
kapasitas masing-masing 208 (dua ratus delapan) TEU’s, 3 (tiga) kapal
Pakubuwono dengan kapasitas 400 (empat ratus) TEU’s dan 2 (dua) kapal
Pakubuwono dengan kapasitas 1600 (seribu enam ratus) TEU’s untuk
melayani jalur luar negeri dengan base di Singapura;--------------------------

- 12 1.3.4

SALINAN/COPY

Terlapor III menyatakan bahwa jalur reguler yang dilayani oleh Terlapor
III adalah jalur Jakarta – Medan dengan 2 (dua) buah kapal, jalur Jakarta
– Padang dengan 2 (dua) buah kapal, dan jalur Surabaya – Makasar
dengan 2 (dua) buah kapal. Sedangkan jalur semi reguler yang dimiliki
oleh Terlapor III adalah jalur Jakarta – Batam yang dilayani dengan
mengoperasikan 1 (satu) buah kapal. Selain itu, ada pula 1 (satu) buah
kapal Caraka Jaya milik Terlapor III yang di-charter di Singapura;---------

1.3.5

Terlapor III mempunyai 132 (seratus tiga puluh dua) konsumen ;-----------

1.3.6

Terlapor III menyatakan bahwa ada 7 (tujuh) perusahaan pelayaran yang
melayani jalur Surabaya – Makasar yang diantaranya adalah perusahaan
pelayaran PT Meratus, PT Temas, PT Tanto, PT Samudera Indonesia, PT
Jayakusuma dan PT Lumintu;----------------------------------------------------

1.3.7

Terlapor III tidak dapat mengukur perusahaan pelayaran yang menjadi
kompetitor terberatnya;-------------------------------------------------------------

1.3.8

Terlapor III mempunyai pangsa pasar di Jakarta sedangkan PT Meratus,
PT Temas dan PT Tanto mempunyai pangsa pasar di Surabaya;-------------

1.3.9

Terlapor III menyatakan bahwa tujuan diadakannya kesepakatan
penetapan tarif jalur Surabaya – Makasar adalah untuk memelihara pasar
agar jangan sampai terjadi persaingan usaha tidak sehat yang diantaranya
berupa banting-bantingan harga antar perusahaan pelayaran karena space
yang ditawarkan lebih banyak dibandingkan dengan permintaan yang
ada.;-----------------------------------------------------------------------------------

1.3.10

Terlapor III menyatakan bahwa latar belakang terjadinya kesepakatan
tarif dan kuota diawali dengan adanya undangan dari Pelindo IV untuk
hadir dalam rapat yang dipimpin oleh INSA Makasar dengan maksud
untuk mempertahankan atau memelihara pasar yang ada. Pertemuan
dilakukan karena hampir semua biaya, seperti BBM, biaya pelabuhan dan
biaya penyandaran naik antara 10 % (sepuluh persen) sampai 30 % (tiga
puluh persen);------------------------------------------------------------------------

1.3.11

Terlapor III menyatakan bahwa yang membuat kesepakatan adalah 7
(tujuh) perusahaan pelayaran yang melayani jalur Surabaya – Makasar
atau Jakarta – Makasar. Selain itu, ada pihak lain yang ikut terlibat dalam
proses

pembahasan

kesepakatan,

yaitu

INSA,

Pelindo

IV

dan

Administrator Pelabuhan (Adpel) Makassar. INSA merupakan paguyuban
perusahaan pelayaran sedangkan Pelindo IV adalah pengelola pelabuhan.
Adpel merupakan perwakilan pemerintah yang mengatur mengenai
keselamatan, keamanan dan lain-lain di pelabuhan;----------------------------

- 13 1.3.12

SALINAN/COPY

Pada saat pembahasan kesepakatan tarif dan kuota, Terlapor III
mengajukan keberatan atas kuota yang diusulkan karena ditentukan
berdasarkan

data

tahun

2000.

Namun

demikian

pada

saat

penandatanganan, semua perusahaan pelayaran termasuk Terlapor III
menyetujuinya;---------------------------------------------------------------------1.3.13

Terlapor III menyatakan bahwa periode pertama kesepakatan tarif dan
kuota untuk jalur Makassar – Surabaya – Makassar dimulai pada bulan
Januari 2003 sampai dengan Maret 2003. Sedangkan periode kedua
kesepakatan dimulai pada bulan Maret 2003 tetapi pada bulan April 2003
kesepakatan tersebut dibubarkan;-------------------------------------------------

1.3.14

Terlapor III menyatakan bahwa kesepakatan 7 (tujuh) perusahaan
pelayaran berkaitan dengan tarif dan kuota. Apabila perusahaan pelayaran
mengangkut muatan melebihi kuota yang ditentukan maka perusahaan
pelayaran tersebut akan dikenakan sanksi yang ditentukan oleh komite
dari 7 (tujuh) perusahaan pelayaran. Namun, penerapan sanksi atas
kelebihan kuota tidak pernah dilaksanakan. Terlapor III pernah melebihi
kuota dan dikenakan sanksi sebesar Rp 1.300.000.000 (satu milyar tiga
ratus juta rupiah) pada bulan Maret 2003 tetapi tidak dilaksanakan. Ada 2
(dua) perusahaan lain yang juga pernah melebihi kuota, yaitu perusahaan
pelayaran PT Temas dan PT Tanto. Uang denda selanjutnya akan
diberikan

kepada

perusahaan

yang

kuotanya

berkurang

akibat

pelanggaran kuota;-----------------------------------------------------------------1.3.15

Terlapor III mengakui telah menandatangani dokumen kesepakatan
penetapan tarif dan kuota jalur Surabaya – Makassar;-------------------------

1.3.16

Terlapor III mengakui dan membenarkan bahwa telah menandatangani
dokumen pembatalan kesepakatan penetapan tarif dan kuota jalur
Surabaya – Makasar;----------------------------------------------------------------

1.3.17

Terlapor III menyatakan tidak pernah mengeluarkan surat edaran yang
berisi pemberitahuan kesepakatan penetapan tarif dan kuota. Meskipun
demikian, Terlapor III membenarkan dan membubuhkan tanda tangan di
atas dokumen yang merupakan surat edaran dari cabang mengenai
pemberitahuan kesepakatan penetapan tarif dan kuota. Terlapor III
menyatakan bahwa kepala cabang berwenang untuk mengeluarkan surat
semacam itu dan tidak perlu memberitahukan kepada kantor pusat kecuali
untuk hal-hal yang dianggap penting. Terlapor III menyatakan tidak ada
tekanan dalam pembuatan surat edaran tersebut dan Terlapor III
mengakui bahwa memang tarif kesepakatan itu pernah berlaku dengan
adanya surat edaran tersebut;------------------------------------------------------

- 14 1.3.18

SALINAN/COPY

Terlapor III menyatakan bahwa sejak awal pelaksanaan kesepakatan tarif
di lapangan tidak berjalan efektif karena pasar yang tidak bisa menerima
dan dari segi hukum, ada saran untuk tidak melakukan hal tersebut. Pada
saat pemeriksaan dilakukan, Terlapor III menyatakan bahwa kesepakatan
dianggap batal dan masing-masing boleh menentukan harga berapa saja
dan tidak ada pembatasan kuota lagi;---------------------------------------------

1.3.19

Terlapor III menyatakan bahwa sampai saat ini tarif terendah yang pernah
ditawarkan berkisar antara Rp 1.600.000 (satu juta enam ratus ribu
rupiah) sampai Rp. 1.700.000 (satu juta tujuh ratus ribu rupiah)
sedangkan tarif tertinggi di atas Rp 1.800.000 (satu juta delapan ratus
ribu rupiah). Tarif Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) tidak pernah
diberlakukan di pasar, tapi tergantung pada pelayanannya. Untuk jalur
Makasar – Surabaya tarif terendah berkisar antara Rp 800.000 (delapan
ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 900.000 (sembilan ratus ribu rupiah)
dan tidak pernah lebih tinggi dari Rp. 900.000 (sembilan ratus ribu
rupiah);-------------------------------------------------------------------------------

1.4

Bahwa Terlapor IV adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia, berkedudukan di
Surabaya dengan Akta Notaris berdasarkan perubahan Anggaran Dasar terakhir
Nomor 05 tanggal 21 Agustus 1998 yang dibuat oleh Notaris Sukawaty Sumadi,
SH., dengan kegiatan usaha sebagai berikut;--------------------------------------------a. Menjalankan usaha dalam bidang pelayaran dengan menggunakan kapal yang
meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang;------------------------b. Menyelenggarakan muatan lanjutan (transhipment through cargo) dari atau
ke luar negeri;---------------------------------------------------------------------------c. Melaksanakan semua kegiatan untuk bertindak sebagai agen baik keagenan
lokal (local agency) maupun keagenan niaga dan lain-lainnya untuk hal yang
lazim dikerjakannya;-------------------------------------------------------------------1.4.1

Terlapor IV berkantor pusat di gedung PricewaterhouseCoopers (PWC),
Jalan H.R. Rasuna Said Kuningan Lantai 10, Jakarta dan mempunyai
kantor cabang di Surabaya, Semarang, Medan, Bandung, Bandar
Lampung, Makassar, Bitung, Palu dan Palembang;----------------------------

1.4.2

Terlapor IV menyatakan bahwa sebelumnya Terlapor IV merupakan
general agent dari Ever Green untuk jalur Jakarta – Singapura. Terlapor
IV mulai memasuki jalur domestik pada tanggal 9 Agustus 2000 untuk
jalur Surabaya – Makasar;---------------------------------------------------------

1.4.3

Terlapor IV pernah memiliki armada 4 (empat) buah kapal, yaitu 2 (dua)
buah kapal untuk jalur Indonesia Timur dan 2 (dua) buah kapal untuk

- 15 -

SALINAN/COPY

jalur Jakarta – Belawan. Terlapor IV sudah menjual 1 (satu) buah kapal
sehingga saat ini hanya memiliki 3 (tiga) buah kapal untuk melayani
seluruh jalur yang ada. Kapal Terlapor IV berjenis Permai 1 dan Permai 5
dengan JBT masing-masing 11.857 (sebelas ribu delapan ratus lima puluh
tujuh) ton serta Permai 3 dengan JBT 8700 (delapan ribu tujuh ratus) ton
yang semuanya khusus untuk mengangkut kontainer;------------------------1.4.4

Terlapor IV menyatakan bahwa tidak diperlukan ijin dari Departemen
Perhubungan untuk melayani jalur pelayaran dalam negeri tetapi cukup
dengan pemberitahuan;-------------------------------------------------------------

1.4.5

Terlapor IV mengklasifikasikan pengguna jasanya menjadi 2 (dua), yaitu
pelanggan dan kontrak di mana konsumen terbesar Terlapor IV adalah
forwarder. Terlapor IV juga mempunyai pelanggan yang berasal dari
pabrikan langsung;------------------------------------------------------------------

1.4.6

Terlapor IV menyatakan bahwa ada 7 (tujuh) perusahaan pelayaran yang
melayani jalur Surabaya – Makassar. Berdasarkan kekuatannya,
perusahaan pelayaran yang paling besar adalah PT Tanto, PT Meratus, PT
Samudera Indonesia, PT Temas, PT Djakarta Lloyd, PT Jayakusuma dan
PT Lumintu;--------------------------------------------------------------------------

1.4.7

Terlapor IV menyatakan bahwa perusahaan pelayaran yang merupakan
pesaing terberat dilihat dari jumlah armada yang dimilikinya adalah PT
Tanto, PT Meratus, dan PT Temas. Sedangkan dilihat dari pelayanannya,
Terlapor IV memberikan pelayanan yang lebih baik. Terlapor IV
mempunyai pangsa pasar yang paling besar, yaitu antara 20% (dua puluh
persen) sampai 30% (tiga puluh persen) untuk jalur Surabaya –
Makassar;-----------------------------------------------------------------------------

1.4.8

Terlapor IV menyatakan bahwa kronologis terjadinya kesepakatan
penetapan tarif untuk jalur Surabaya – Makassar adalah adanya rapat yang
dilakukan pada sekitar bulan Nopember 2002 di Surabaya yang dihadiri
oleh Thomas A.E.B.H. Panggabean. Rapat tersebut diselenggarakan atas
inisiatif Pelindo IV dan INSA Makasar yang didasari oleh kepentingan
yang sama karena bisnis pelayaran pada saat itu tidak menguntungkan,
yaitu terjadinya perang tarif yang terus berlangsung sampai dengan saat
pemeriksaan dilakukan. Dalam rapat tersebut perusahaan pelayaran yang
lain mengusulkan untuk diadakan kuota berdasarkan pangsa pasar dari
masing-masing perusahaan pelayaran yang datanya diperoleh dari Pelindo
IV. Hasil dari rapat tersebut menyepakati mengenai ketentuan tarif dan
kuota agar tidak terjadi perang tarif;----------------------------------------------

- 16 1.4.9

SALINAN/COPY

Terlapor IV merupakan perusahaan pelayaran baru dalam bidang
pengangkutan laut khusus barang (kargo) untuk jalur domestik yang
mulai beroperasi pada tahun 2000 dan hanya mengikuti perusahaan
pelayaran lama, seperti perusahaan pelayaran PT Djakarta Lloyd, PT
Tanto, PT Meratus dan perusahaan pelayaran lainnya. Sebagai pemain
baru, Terlapor IV tidak dapat memberlakukan harga normal atau
menguntungkan karena perusahaan pelayaran yang kuat akan memberi
harga yang lebih murah;------------------------------------------------------------

1.4.10

Terlapor IV menyatakan bahwa pembubaran kesepakatan penetapan tarif
dan kuota terhitung mulai tanggal 29 April 2003 dengan alasan bahwa
kesepakatan tersebut dilarang oleh Komisi karena melanggar UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999;----------------------------------------------------

1.4.11

Terlapor IV menyatakan bahwa ada beberapa macam kesepakatan, yakni
kesepakatan berdasarkan tarif, kesepakatan berdasarkan tarif dan kuota
dan kesepakatan berdasarkan kontainer. Semula yang lebih cocok adalah
kesepakatan tarif, misalnya Rp 2.000.000 (dua juta rupiah) untuk jalur
Surabaya – Makassar. Namun kesepakatan Ini tidak efektif karena banyak
perusahaan pelayaran yang kemudian akan memberikan diskon. Akhirnya
dibuat kesepakatan tarif dengan kuota yang disertai dengan sanksi denda
atau penalti atas usulan dari PT Meratus;----------------------------------------

1.4.12

Terlapor IV menyatakan bahwa pengawas kesepakatan adalah Pelindo IV,
INSA dan Adpel Makassar. Apabila ada perusahaan pelayaran yang
melebihi kuota harus membayar 50% (lima puluh persen) kepada
perusahaan yang kehilangan kuotanya;------------------------------------------

1.4.13

Terlapor IV mengakui telah menandatangani dokumen kesepakatan
penetapan tarif dan kuota jalur Surabaya – Makassar;-------------------------

1.4.14

Terlapor IV mengakui dan membenarkan bahwa telah menandatangani
dokumen pembatalan kesepakatan penetapan tarif dan kuota jalur
Surabaya – Makasar;----------------------------------------------------------------

1.4.15

Terlapor

IV

menyatakan

bahwa

tidak

pernah

mengeluarkan

pemberitahuan kepada konsumen mengenai adanya kesepakatan ataupun
penyesuaian tarif, tetapi Terlapor IV pernah mengeluarkan surat yang
memberitahukan bahwa tarif sudah naik menjadi Rp 2.000.000 (dua juta
rupiah). Terlapor IV juga tidak pernah mengeluarkan pemberitahuan
tentang adanya pencabutan kenaikan tarif. Mekanisme yang ada adalah
berdasarkan bargaining antara konsumen dan perusahaan;------------------1.4.16

Terlapor IV menyatakan bahwa tarif pada masa kesepakatan berlangsung
berkisar antara Rp 2.100.000 (dua juta seratus ribu rupiah) sampai dengan

- 17 -

SALINAN/COPY

Rp 2.200.000 (dua juta dua ratus ribu rupiah). Setelah kesepakatan
dibubarkan, tarif berubah menjadi Rp 1.500.000 (satu juta lima ratus ribu
rupiah) sampai dengan Rp 1.600.000 (satu juta enam ratus ribu rupiah);--1.4.17

Terlapor IV menyatakan bahwa tarif terendah yang pernah diberikan
adalah Rp 1.700.000 (satu juta tujuh ratus ribu rupiah) untuk jalur
Surabaya – Makassar. Sedangkan untuk jalur Makassar – Surabaya
Terlapor IV tidak mempunyai tarif tertentu karena jalur Terlapor IV
adalah melalui Jakarta – Surabaya – Makassar – Bitung – Palu –
Surabaya;-----------------------------------------------------------------------------

1.5

Bahwa Terlapor V adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia, berkedudukan di
Jakarta dengan Akta Notaris Nomor 33 tanggal 13 Nopember 1964 yang dibuat di
hadapan Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH, berdasarkan perubahan Anggaran
Dasar terakhir Nomor 24 Tanggal 21 April 1999 yang dibuat oleh Notaris Ny.
Toety Juniarto, S.H, dengan kegiatan usaha sebagai berikut;---------------------------Melaksanakan

perusahaan

pelayaran,

yang

meliputi

usaha-usaha

pengangkutan penumpang, barang dan hewan dengan kapal laut, demikian
dalam usaha-usaha tersebut, termasuk pula penyelenggaraan muatan lanjutan
(transhipment through cargo) semua kegiatan untuk bertindak sebagai agen
pelayaran, baik keagenan lokal (local agency) maupun keagenan umum
(general agency), untuk hal-hal yang lazim dikerjakan;--------------------------1.5.1

Terlapor V berkantor pusat di Jalan S. Parman Kavling 5 Jakarta Barat
dan mempunyai kantor cabang sebanyak 23 (dua puluh tiga) buah yang
tersebar di seluruh Indonesia. Terlapor V mempunyai perwakilan di luar
negeri yang diantaranya berkedudukan di Dubai, Kuala Lumpur,
Singapura, Bangkok, Shanghai dan Hongkong. Terlapor V mempunyai
anak perusahaan dalam rangka diversifikasi pelayaran seperti perusahaan
forwarding;---------------------------------------------------------------------------

1.5.2

Terlapor V memiliki armada 27 (dua puluh tujuh) buah kapal jenis
kontainer yang mempunyai kapasitas 500 (lima ratus) TEU’s sampai
dengan 1500 (seribu lima ratus) TEU’s. Sebelas kapal diantaranya
melayani jalur Indonesia, yaitu Singapura - Medan, Singapura Pontianak, Singapura - Surabaya, Singapura - Semarang, Singapura Jakarta, Singapura - Palembang dan Singapura - Jambi. Masing-masing
jalur dilayani oleh 2 (dua) sampai 3 (tiga) buah kapal yang beroperasi
secara reguler. Sedangkan untuk jalur inter insuler, Terlapor V memiliki
armada 6 (enam) buah kapal Caraka dengan kapasitas 125 (seratus dua
puluh lima) TEU’s sampai dengan 200 (dua ratus) TEU’s yang terdiri dari

- 18 -

SALINAN/COPY

2 (dua) buah kapal untuk melayani jalur Jakarta-Banjarmasin, 1 (satu)
buah kapal untuk jalur Jakarta-Pontianak, 1 (satu) buah kapal untuk jalur
Jakarta-Makassar, 1 (satu) buah kapal untuk jalur Surabaya-Banjarmasin,
dan 1 (satu) buah kapal untuk jalur Surabaya-Makassar;---------------------1.5.3

Terlapor V menyatakan bahwa perusahaan pelayaran yang melayani jalur
Surabaya – Makassar secara berturut-turut dari yang paling besar
armadanya adalah perusahaan pelayaran PT Meratus, PT Temas, PT Spil,
PT Tanto, PT Djakarta Lloyd, dan PT Panurjwan. Meskipun demikian,
Terlapor V tidak mengetahui hal tersebut secara pasti;------------------------

1.5.4

Terlapor V menyatakan bahwa kompetitor terberat untuk jalur SurabayaMakassar adalah perusahaan pelayaran PT Meratus, karena sudah lama
beroperasi di jalur tersebut; -------------------------------------------------------

1.5.5

Terlapor V mempunyai konsumen yang diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
segmentasi, yaitu segmentasi direct cargo sebesar 30% (tiga puluh
persen) dan forwarding sebesar 70% (tujuh puluh persen) yang berada di
Surabaya;-----------------------------------------------------------------------------

1.5.6

Terlapor V menyatakan bahwa latar belakang terjadinya kesepakatan di
awali dengan adanya over supply di pelayaran dunia. Kapal yang semula
melayani jalur regional dengan ukuran besar masuk ke jalur domestik,
seperti kapal regional PT Tanto yang masuk ke jalur Jakarta-Makasar dan
Jakarta-Pontianak sehingga terjadi over supply di jalur tersebut yang
mengakibatkan perang tarif. Oleh karena itu, sebelum pelayaran nasional
hancur, Pelindo IV mempunyai gagasan untuk membuat kesepakatan;-----

1.5.7

Terlapor V menyatakan bahwa tidak mengetahui secara pasti masa
berlaku kesepakatan penetapan tarif dan kuota;---------------------------------

1.5.8

Terlapor V menyatakan bahwa kesepakatan hanya mengenai tarif dan
kuota. Pembagian kuota sesuai dengan pangsa pasar (market share) dari
masing-masing perusahaan pelayaran yang datanya diperoleh dari Pelindo
IV. Perusahaan pelayaran yang sudah mempunyai market share 50%
(lima puluh persen) mendapat kuota sebesar 50% (lima puluh persen). Hal
ini tidak disetujui oleh perusahaan pelayaran yang pangsa pasarnya kecil
karena perusahaan tersebut menginginkan kuota yang besar;-----------------

1.5.9

Terlapor V menyatakan bahwa belum pernah terkena sanksi karena
melanggar kesepakatan;------------------------------------------------------------

1.5.10

Terlapor V mengakui telah menandatangani dokumen kesepakatan tarif
dan kuota untuk jalur Surabaya – Makassar;------------------------------------

- 19 1.5.11

SALINAN/COPY

Terlapor V mengakui dan membenarkan bahwa telah menandatangani
dokumen pembatalan kesepakatan penetapan tarif dan kuota untuk jalur
Surabaya – Makasar;----------------------------------------------------------------

1.5.12

Terlapor V menyatakan bahwa tidak mengeluarkan surat edaran yang
berisi pemberitahuan kesepakatan penetapan tarif dan kuota pada
perusahaan freight forwarding tetapi PT Panurjwan sebagai operator
Terlapor V yang mengeluarkan surat edaran tersebut;-------------------------

1.5.13

Terlapor V menyatakan bahwa kesepakatan berlaku antara 3 (tiga) – 4
(empat) bulan. Setelah itu, kesepakatan bubar secara alami karena
dilarang oleh Komisi dan tarif sudah tidak sesuai dengan kesepakatan;----

1.5.14

Terlapor V memiliki operator yaitu PT Panurjwan dimana Terlapor V
sebagai agennya sehingga Terlapor V tidak bisa menjawab mengenai
tarif. Tetapi seingat Terlapor V untuk tarif jalur Surabaya-Makasar
sebesar Rp 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah). Sedangkan
untuk tarif jalur Makasar-Surabaya sebesar Rp 1.200.000 (satu juta dua
ratus ribu rupiah) - Rp 1.300.000 (satu juta tiga ratus ribu rupiah). Jadi
pada dasarnya Terlapor V tidak menetapkan tarif;-----------------------------

1.6

Bahwa Terlapor VI adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum dan
peraturan perundang-undangan negara Republik Indonesia dan berkedudukan di
Jakarta;---------------------