Pilar_Penelitian_Lingkungan_Draft Final 11 feb 13

Pilar Penelitian Lingkungan
Kluster Ecocampus dan Ecovillage
Persoalan lingkungan hidup saat ini semain komplek, terlebih dengan
adanya perubahan iklim. Perubahan iklim telah menyebabkan perubahan
musim. Untuk negara tropis seperti di Indonesia, adanya perubahan musim
berpotensi terhadap terjadinya gagal panen karena musim kering yang
berkepanjangan, dan sebaliknya pada musim penghujan curah hujan yang
tinggi menimbulkan banjir sehinga banyak lahan pertanian yang terendam.
Persoalan kemiskinan di perdesaan juga telah memaksa masyarakat
setempat merambah hutan, baik untuk mengambil kayu bakar, menebang
pohon untuk di pakai maupun di jual, serta membuka hutan secara illegal
dijadikan lahan pertanian. Rusak dan berkurangnya lahan hutan menyebabkan
daerah resapan semakin berkurang yang pada gilirannya di musim kemarau
daerah di hilir menjadi kekurangan air. Sebaliknya dimusim penghujan, karena
air yang meresap berkurang telah menyebabkan terjadinya peningkatan air
larian dan pada akhirnya menimbulkan banjir. Disamping itu, curah hujan yang
tinggi dan rusaknya hutan juga meningkatkan potensi longsor.
Selain kemiskinan, meningkatnya kesejahteraan juga berkontribusi
dalam meningkatkan degradasi dan deplesi sumber daya alam. Perbedaannya
adalah kalau kemiskinan melakukan eksploitasi sumber daya alam (misalnya
merambah hutan, atau melakukan penggalian pasir) secara ilegal guna

mencukupi kebutuhan subsisten, sementara masyarakat berkecukupan karena
tingkat komsumsinya meningkat, maka secara tidak langsung mendorong
terjadinya peningkatan eksploitasi sumber daya alam yang berlebih. Tingkat
konsumsi yang tinggi, misalnya energi untuk berbagai keperluan juga telah
menyebabkan terjadinya peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) yang
merupakan faktor utama memicu terjadinya pemanasan global.
Persoalan kemiskinan, khususnya di komunitas perdesaan, juga dinilai
merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan baik terkait

1

pengaruhnya terhadap degradasi dan deplesi SDA di

wilayahnya maupun

dalam kaitanya dengan pemerataan kesejahteraan yang merupakan amanat
Undang Undang Dasar 1945 yang sekaligus menjadi tangggung jawab
pemerinah. Salah satu upaya untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan di
suatu komunitas dan sekaligus menciptakan komunitas yang berwawasan
lingkungan, yang dikenal sebagai konsep eco-village, telah banyak dilakukan

diberbagai negara. Konsep eco-village ini mulai diterapkan sejak tahun1987.
Saat ini sekurangnya telah tercatat 178 komunitas yang melaksanakan ecovillage yang tercatat di Global Ecovillage Network.
Di negara maju, yang masyarakatnya telah sejahtera, program ecovillage tidak

ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan namun lebih

ditekankan untuk membangun dan mengembangkan komunitas yang ramah
lingkungan, harmoni dengan alam termasuk mempererat ikatan sosial. Di
Indonesia, pengembangan eco-village secara formal belum banyak dilakukan.
Program eco-village di Indonesa yang sudah dan sedang dikembangkan di
beberapa komunitas, seperti

Tabu ecovillage yang ada diwilayah Banten,

ecovillage Samosir di Medan, Poncosari Ecovillage di Bantul Yogjakarta, dan
ecovillage Banjar di Bali.
Dalam rangka berperan aktif dalam upaya mitigasi pemanasan
global/perubahan iklim, berbagai perguruan tinggi diberbagai negara telah
berperan aktif dalam mereduksi karbon, yang merupakan unsur utama dalam
GRK, dalam bentuk meningkatkan ruang terbuka hijau, efisiensi sumber daya

air, efisiensi energi , reduksi material seperti kertas, dan berbagai upaya
lainnya di dalam kampus. Perguruan tinggi yang melakukan berbagaai upaya
di kampus tersebut dikenal sebagai Green atau Eco Campus.

Saat ini

sekurangnya tercatat lebih dari 150 Perguruan Tinggi di berbagai negara yang
melaksanakan program atau pengelolaan kampusnya menerapakan konsep
Green/Eco Campus. Di Indonesia juga telah ada beberapa PT yang menyatakan
sebagai Green Campus. Dalam meningkatkan citra kampus ramah lingkungan,

2

saat ini telah ada tools untuk menilai kinerja Eco atau Green Campus yang
dikenal sebagai Green Metric.
Dalam rangka turut aktif dalam mengurangi terjadinya degradasi dan
deplesi sumber daya alam dan lingkungan, serta berpartisipasi dalam mitigasi
perubahan iklim, dan juga membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang berwawasan lingkungan,


Universitas Padjadjaran merasa

perlu untuk menerapkan kampusnya menjadi Eco Campus, dan juga
melaksanakan program eco-village di salah satu komunitas di perdesaan Jawa
Barat.
Program eco campus Universitas Padjadjaran selain ditujukan menjadi kampus
ramah lingkungan juga diharapkan dapat meningkan

citra

Univeristas

Padjadjaran baik di dalam maupun luar negeri, sedangkan program eco-village
yang akan dikembangkan diharapkan dapat dijadikan contoh untuk
pengembangan masyarakat perdesaan di berbagai daerah lainnya di Jawa
Barat.

Klaster 1
Eco Campus
1.1.


Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi di abad ke-21

ini, tingkat kebutuhan manusia terhadap standar hidup fisik dan spiritual pun
terus meningkat. Manusia mulai menciptakan tingkat standar terhadap
3

kesehatan, ekonomi, sosial, sumberdaya serta lingkungan. Dilihat dari aspek
lingkungan, standar lingkungan yang ideal harus menunjukkan perkembangan
yang harmonis antara alam dengan kebutuhan manusia, yaitu antara proses
penciptaan, kreatifitas dan keindahan ruang alamiah. Akan tetapi, hal tersebut
tidak dapat dijalankan oleh satu pihak saja, melainkan membutuhkan
sinergisitas dari semua elemen masyarakat, termasuk di dalamnya adalah
universitas.
Universitas sebagai pusat pendidikan memiliki potensi yang besar dalam
membangun pengelolaan lingkungan yang terintegrasi, menyeluruh dan
berkelanjutan. Universitas diharapkan dapat menjadi tombak penerapan
standar lingkungan dan memegang peranan penting sebagai perintis
pembangunan berkelanjutan pada komunitas yang lebih besar. Oleh karena itu,

universitas perlu mengembangkan sebuah konsep yang dapat menyatukan
semua elemen dalam sebuah sistem pengelolaan lingkungan.
Sistem tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran tentang
pentingnya sebuah pengelolaan lingkungan hidup untuk mengurangi dampak
lingkungan dari aktifitas manusia di lingkungan universitas. Konsep yang
dapat dikembangkan untuk pengelolaan lingkungan hidup tersebut adalah ekokampus (eco-campus). Di Indonesia istilah eko-kampus lebih ditekankan
sebagai istilah kampus yang ramah lingkungan atau kampus berwawasan
lingkungan. Artinya,

suatu

konsep

yang

menerapkan

prinsip-prinsip

pengelolaan lingkungan hidup yang baik di lingkungan kampus.

Konsep tersebut dapat dicapai melalui suatu tindakan yang mengarah
kepada pengelolaan kampus yang peduli atas perlindungan, pelestarian
sumberdaya alam dan hayati serta menjalankan pemanfaatan atau penggunaan
sumberdaya alam dan hayati yang berkelanjutan. Sedangkan di luar negeri,
eko-kampus diartikan sebagai alat operasional dan praktik manajemen
lingkungan yang baik. Dalam praktiknya, eko-kampus merupakan penerapan
dari Enviromental Management

System (EMS) atau Sistem Manajemen

Lingkungan (SML) yang dituangkan dalam rencana program, proses
4

implementasi serta evaluasi pengelolaan lingkungan. Pelaksanaan eko-kampus
di luar negeri ditekankan untuk memperoleh penghargaan Sistem Manajemen
Lingkungan yang mampu meningkatkan performa universitas. Sedangkan di
Indonesia, penerapannya lebih berdasarkan pada refleksi kebijakan Pimpinan
Universitas

untuk


menerapkan

Sistem

Manajemen

Lingkungan

di

Lembaga/Biro/Unit dalam lingkup Rektorat maupun Fakultas beserta unit
kerja.
Konsep eko-kampus diterapkan berdasarkan isu lingkungan serta
bertujuan untuk mendorong universitas menerapkan prinsip-prinsip lingkungan
yang berkelanjutan melalui sistem operasional dan praktik manajemennya. Hal
ini sesuai dengan Pola Ilmiah Pokok – PIP Unpad yaitu Bina Mulia Hukum
dan Lingkungan Hidup, dimana Universitas Padjadjaran memiliki komitmen
dalam membantu penyelesaian masalah lingkungan di Jawa Barat, nasioanal
bahkan internasional.

Komitmen dalam mengimplementasikan Pola Ilmiah Pokok Unpad
tersebut tertuang dalam Salah satu Pilar Penelitian Universitas Padjadjaran,
yaitu Pilar Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dengan Tema
Penelitian Eko-Kampus. Tema ini tujuannya untuk

mewujudkan Unpad

sebagai kampus yang berwawasan lingkungan yang merupakan

miniatur

masyarakat ideal yang seimbang anatara komponen makhluk hidup yang
menempatinya dengan lingkungan tempat mereka hidup. Melalui Tema
Penelitian Lingkungan Eko-Kampus ini, diharapkan semua elemen yang ada di
universitas dapat bekerjasama mewujudkan suatu kondisi dimana segala
aktivitas yang dilakukan di lingkungan universitas dipertimbangkan pengaruh
yang ditimbulkannya terhadap lingkungan secara luas, sehingga tercipta
kampus berwawasan lingkungan.
1.2.
Maksud dan Tujuan.

Maksud dari penelitian eco campus adalah :

5

1. Tersedianya

data

dasar

kondisi

eksisting

lingkungan

serta

permasalahan dalam pengelolaan lingkungan di kawasan kampus
Unpad.

2. Tersusunnya rekomendasi Grand Design Eco Campus Unpad.
Tujuannya adalah :
1. Meningkatkan kesadaran sivitas akademika dan warga kampus akan
adanya dampak lingkungan atas kegiatan/aktivitas di dalam kampus.
2. Menciptakan lingkungan sehat, bersih dan nyaman melalui
pengendalian penggunaan sumber daya serta mencegah terjadinya
pencemaran.
3. Meningkatkan

kepedulian akan kelestarian lingkungan dan sumber

daya alam.
4. Mewujudkan

Pengelolaan Kegiatan di Lingkungan Kampus yang

efektif dan efisien dalam penggunaan berbagai sumber daya.
1.3.

Ruang Lingkup.
Untuk mencapai lingkup penelitian lingkungan yang mengkaji berbagai

permasalahan di kampus Unpad dan sekitarnya, ruang lingkup penelitian
lingkungan yang akan dikaji dibagi kedalam :
a. Kajian lingkungan di dalam kawasan kampus dibagi kedalam tiga
konsep pengelolaan, pertama adalah eco-building yaitu kajian tentang
berbagai upaya konservasi energi, sumber daya air, sumber daya kertas,
serta pemanfaatan/penggunaan teknologi yang dapat mencapai upayaupaya pengelolaan tersebut. Kedua eco-place, yaitu kajian tentang
bagaimana menciptakan suatu lingkungan kampus yang nyaman dan
aman tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan, upaya perlindungan
sumberdaya hayati dan sumberdaya alam lainnya serta meningkatkan
fungsi layanan lingkungan kampus, dan ketiga eco-bahaviour yang
mengkaji tentang bagaimana meningkatkan kemauan dan keperdulian
atas permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada didalam kampus
oleh seluruh sivitas akademika Unpad.

6

b. Kajian lingkungan ke dua

difokuskan untuk mempelajari kegiatan

serta aktivitas kampus yang berdampak terhadap masyarakat disekitar
kampus baik secara langsung maupun tidak langsung [ecorelationship]. Selain kajian dampak tersebut, ruang lingkup penelitian
ini juga mengangkat bagaimana keterlibatan Unpad dan sivitas
akademikanya untuk memecahkan dan menyelesaikan permasalahan
lingkungan di masyarakat dan lingkungan sekitar kampus [campus for
environment]
Secara umum ruang lingkup penelitian pilar lingkungan tema eco campus
disajikan pada Gambar 1.
1.4.
yang

Benchmarking.
Penerapan Eko-Kampus tercermin dalam pembangunan wilayah kampus
menjalankan

prinsip-prinsip

pembangunan

berkelanjutan

serta

memperhatikan keharmonisan antara lingkungan dan manusia, tecapainya
prosedur dalam pengelolaan lingkungan, awareness mengenai lingkungan
melalui sikap dan perilaku peduli lingkungan serta terjalinnya kerjasama antar
perguruan tinggi dan perguruan tinggi dengan masyarakat dan industri.

Gambar 1. Ruang Lingkup Penelitian Eko-Kampus

7

Penerapan eko-kampus yang telah dilaksanakan pada beberapa
perguruan tinggi di tingkat nasional maupun internasional secara umum
menerapkan dua pendekatan, yaitu pertama, konsep formal eko-kampus
sebagai bentuk keunggulan dalam bentuk memperoleh penghargaan Sistem
Manajemen

Lingkungan

[environmental

management

systems]

untuk

menunjukkan performa [citra] suatu perguruan tinggi, dan kedua penerapannya
yang merefleksikan kebijakan Pimpinan Perguruan Tinggi dalam menerapkan
Sistim Manajemen Lingkungan di Lembaga/Biro/Unit dalam lingkup Rektorat
maupun Fakultas/Jurusan/Prodi.
Kedua pendekatan formal tersebut akan memberikan keragaman atau
variasi penerapan eko-kampus pada setiap perguruang tinggi, baik di tingkat
nasional maupun internasional. Hal ini seperti yang terlihat dari penerapan
acuan standar dari World Univeristy Ranking [WUR] Base on Green Metric
yang merupakan standar paling umum yang dipergunakan oleh berbagai
perguruan tinggi yang mengedepankan lima katagori utama dengan beberapa
kriteria penilaian, yaitu:
1. Setting Infrastructure [21 kriteria]
2. Energy and Climate Change [8 kriteria]
3. Waste [5 kriteria]
4. Water [3 kriteria]
5. Transportation [3 kriteria]
Sedangkan Indiana University menggunakan standar yang berbeda
dengan WUR, yaitu delapan katagori dengan kriteria yang lebih rinci seperti
sebagai berikut :
1. Energy and Built Environment [26 katagori]
2. Environmental Quality: Land Use [14 kriteria]
3. Environmental Quality: IPM [3 kriteria]
4. Environmental Quality: Chemical Use [4 kriteria]
5. Environmental Quality: Environmental Education [3 kriteria]
6. Environmental Quality: Environmental Education [4 kriteria]
7. Stormwater [44 kriteria]
8. Water [6 kriteria]

8

Dua contoh katagori yang dipergunakan pada perguruan tinggi tersebut
lebih dilandasi kepada strategi eko-kampus yang diterapkan oleh setiap
perguruan tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penyusunan pilar
lingkungan tema [cluster] eko-kampus yang akan dipergunakan oleh Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat - LPPM Unpad selain mengacu
kepada kaidah empirik juga mengedepankan karakteristik kawasan dimana
kompleks Universitas Padjadjaran kampus Jatinangor berada, yaitu:
1.4.1. Katagori Pertama [Setting Infratsructure, Energy dan Climate
Change disebut juga Eco Building], mencakup
a. Pembangunan dan pengelolaan bangunan, meliputi :
 Identifikasi dan evaluasi kesesuaian tata ruang kawasan kampus,
 Inventaris dan evaluasi kondisi dan kesesuaian bentuk bangunan
yang telah ada,
 Pemeliharaan dan penyesuaian pengunaan bangunan,
 Penerapan green architecture pada pembangunan gedung meliputi
perancangan pencahayaan, sirkulasi udara, sirkulasi air serta
pengolahan limbah yang disesuaikan dengan kapasitas gedung
untuk bangunan-bangunan baru,
 Penerapan eco roof dan wall vegetation,
 Mitigasi daya dukung lingkungan.
b. Konservasi energi, meliputi :
a. Pengelolaan dan penghematan sumber daya energi,
b. Penggunaan teknologi hemat energi dalam penunjang operasional
bangunan,
c. Efisiensi sumberdaya

energi

melalui

perancangan

dan

pembangunan berbasis green architecture.
d. Penggunaan sumber energi alternatif.
1.4.2. Katagori Kedua [Land Use, Environmental Quality, Water, Storm
Water, Chemical Use, Waste dan Transportation disebut juga Eco
Place], mencakup
a. Pengelolaan estetika dan pemandangan alam, meliputi :

9

 Perancangan tata ruang kawasan kampus, kecukupan KDB dan
KLT kampus,
 Membuat dan mengembangkan kebijakan penetapan kawasan yang
memiliki nilai estetika dan pemandangan alam tinggi.
 Peningkatkan nilai estetika kampus melalui penataan taman,
fasilitas pendukung akademik, pengaturan kawasan parkir, serta
sarana dan prasarana kampus lainnya,
 Pengelolaan dan pengolahan sampah terpadu melalui program
minimalisasi sampah serta 3R.
b. Konservasi ekosistem, keanekaragaman hayati dan fungsi lindung,

meliputi :
 Penetapan kawasan lindung dalam kampus yang memiliki nilai



konservasi tinggi,
Perlindungan keanekaragaman hayati liar dalam kampus,
Peningkatan pengetahuan dan kewaspadaan mengenai habitat




alami dan keanekaragaman hayati.
Penyediaan ruang terbuka hijau kampus,
Mendukung dan membiayai perbaikan ekosistem dan kawasan



lindung bernilai konservasi tinggi,
Kampus sebagai penyedia sumberdaya plasma nutfah pada bidang
pertanian, peternakan dan perikanan.

c. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, meliputi:

 Peningkatan dan perbaikan kualitas sumberdaya air [hidrologi dan
hidroorologi] didalam kampus,
 Pengelolaan dan pelestarian kawasan penyedia pasokan air

kampus,
 Pengelolaan dan pengendalian pencemaran, membangun sistem
daur dan sirkulasi ulang limbah cair, pembangunan wastewater
treatment tunggal maupun komunal dan Membangun sistem
pengelolaan limbah cair dengan pendekatan batch [pengelolaan
untuk jenis limbah]
 Peningkatan dan perbaikan fungsi ekosistem perairan check dam, .

10

 Peningkatan kemampuan menyimpan air dan menekan timbulan air

larian dengan biopori atau sumur resapan,
 Health Safety Eenvironmental – HSE

dari pengelolaan

laboratorium dari kampus
1.4.3. Katagori Ketiga [Environmental Education, disebut juga Eco
Behaviour]
a. Pendidikan dan Penelitian
 Leadership
 Tersedianya dokumen PPE [perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi]
tentang pengelolaan lingkungan
 Pendidikan dan pengetahuan lingkungan pada sivitas Unpad dan
masyarakat lingkungan Unpad
 Peningkatan awaraness sivitas Unpad dalam program eco-campus
 Penelitian tentang “penyelesaian” masalah lingkungan di
lingkungan sekitar Unpad dan penelitian-penelitian lingkungan
lainnya
 Sosialisasi penerapan program eko kampus melalui lokakarya,
website, poster atau leaflet.
 Pelatihan atau diklat mengenai program eko kampus yang
diterapkan seperti pemilahan sampah, pelatihan daur ulang dan
lain-lain.
 Kampanye seperti kampanye udara bersih.
 Mengikuti pameran lingkungan hidup.
 Lomba lingkungan hidup baik lomba karya tulis atau lomba produk
ramah lingkungan.
 Memasukkan konsep mata kuliah dasar pada beberapa mata kuliah
di lingkungan Program Studi di Unpad
 Peran serta civitas kampus dalam

membantu

mengelola

lingkungan : yaitu mengubah budaya dari komponen kampus.
 Kongres mahasiswa BEM – HIMA untuk melakukan apa/bagi



lingkungan oleh siapa/civitas untuk kampus
Penyusunan program dan kegiatan aksi
Pemberian penghargaan [insetif] dan disinsentif
11

 Menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder
1.4.4. Katagori

Keempat

[Eco

Relationship

merupakan

program

keberlanjutan kampus]
Katagori keempat [eco relationship] merupakan contoh katagori dari subtema eko kampus yang tidak akan ditemukan pada katagori-katagori eko
kampus lainnya, khususnya di perguruan tinggi di luar negeri termasuk
WUR. Hal ini merupakan kajian yang menarik berkaitan dengan upaya
Universitas Padjadjaran dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat
di sekitar kampus yang dapat mendukung penyediaan lingkungan akademik
yang baik bagi sivitas akademik Unpad, khususnya mahasiswa.
a. Hubungan Universitas Padjadjaran dengan Berbagai Stakeholder di
Wilayah Jatinangor.
 Meningkatkan peran perguruan tinggi [Unpad] dalam peningkatan
kualitas hidup untuk masyarakat melalui pengembangan konsep,
norma, paradigma



dan perilaku masyarakat dalam mengelola

lingkungan,
Meningkatkan “layanan sosial kampus pada masyarakat”
Meningkatkan sumbangsih “penyelesaian” masalah lingkungan di

masyarakat .
b. Penjalinan Kerjasama
 Peningkatkan kerjasama

antar

perguruan

tinggi

dikawasan

pendidikan Jatinangor dalam pengelolaan lingkungan kampus dan


wilayah sekitar kampus,
Peningkatan kerjasama antar sivitas akademik Unpad dengan
pemerintah daerah dan masyarakat sekitar kampus dalam



mengelola lingkungan,
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak swasta dan industri
yang mampu menyediakan, mengolah dan mendistribusikan
sumberdaya dan atau produk-produk kedalam dan keluar
lingkungan kampus,

12



Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak swasta dan industri
yang mampu mengolah atau mendistribusikan limbah atau produk-



produk lingkungan universitas,
Pendekatan theology lingkungan dalam pengembangan perbaikan

lingkungan sosial
1.4.5. Katagori Kelima [Campus for Environment merupakan program
keperdulian kampus terhadap penyelesaian masalah lingkungan di
sekitar kampus ]
 Implementasi dokumen PPE [perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi]


tentang pengelolaan lingkungan kampus ramah

lingkungan,
Penelitian, pengembangan dan implementasi dari karya-karya
terbaik

sivitas

akademik

untuk

membantu

menyelesaikan

permasalahan lingkungan di sekitar kawasan kampus, peningkatan


kualitas hidup masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat,
Menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder untuk penelitian

dan pengembangan potensi sumberdaya yang tersedia.
Benchmarking posisi penyelenggaraan eko kampus yang telah
dilaksanakan oleh Unpad berdasarkan life cyles sistem manajemen lingkungan
eko kampus, posisi Unpad berada pada tahap awal dan sebagian tahap
pelaksanaan. Hal ini didasarkan kepada belum tersedianya blue print eko
kampus Unpad namun telah diselenggarakannya berbagai kegiatan yang
mengarah kepada program-program eko kampus. Kondisi ini tidak berbeda
dengan pelaksanaan eko kampus yang telah dijalankan oleh berbagai
perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri lainnya [Gambar 2].

13

Gambar 2. Lifecycle kegiatan Eko Kampus diberbagai perguruan tinggi
1.5.

Target Dan Sasaran Penelitian.
Berdasarkan katagori dari benchmarking yang telah dilakukan, serta

pendekatan target, indikator dan tolok ukur serta sasaran penelitian di sub-tema
penelitian eko kampus adalah seperti pada Tabel 1 berikut.

14

Tabel 1. Target dan Sasaran Penelitian
BUILDING

KARAKTERISTIK

Eko
Kampus

Eco Building

Eco Place

KOMPONEN

SASARAN

INDIKATOR/TOLOK UKUR

Setting
Infratsructure, dan
Energy

Bangunan-bangunan lama dikampus Unpad
Jatinangor, Desain bangunan baru, dan
Masjid dilingkungan kampus

Energy dan Climate
Change

Bangunan-bangunan lama dikampus Unpad
Jatinangor, Desain bangunan baru, dan
Masjid dilingkungan kampus

Land Use,

Perencanaan tata ruang kawasan kampus
Jatinangor

Environmental
Quality,
Transportation

Perencanaan integrasi tata ruang bangunan
dengan penyediaan area parkir dikawasan
kampus Jatinangor, Perencanaan koridor
hijau/koridor pejalan kaki
Penyediaan kawasan penyimpan air/kawasan
lindung mata air, penyediaan biopori,
penyediaan sumur resapan, teknologi
pemanenan air hujan

Indikator : Bangunan kampus yang hemat
energi, efisiensi penggunaan sumberdaya air,
aman dan nyaman
Tolok Ukur : Efisiensi konsumsi
sumberdaya energi [listrik] dan efisiensi
sumberdaya konsumsi suberdaya air
Indikator : Efisiensi konsumsi sumberdaya
energi
Tolok Ukur : Kontribusi penurunan emisi
karbon dari konsumsi sumber energi
Indikator : Koefisien dasar bangunan – KDB
dan koefisien lahan terbangun – KLB
kampus Jatinangor
Tolok Ukur : Kesesuaian penyediaan ruang
terbuka hijau dan ruang terbangun
Indikator : ketertiban, kenyamanan dan
keamanan lingkungan kampus Jatinangor
Tolok Ukur : Sarana dan prasarana
pendukung kampus yang memadai
Indikator : Kemampuan penyimpanan air
dikawasan kampus, water harvesting dan
pendaurulangan limbah cair
Tolok Ukur : Ketersediaan area-area penting
[kawasan lindung] penyimpan air, sistem
drainase terintegrasi dengan area penyimpan
air, tidak terjadi banjir cileuncang dalam
kampus, meningkatnya peresapan air.

Water, Storm Water

15

BUILDING

KARAKTERISTIK

KOMPONEN

SASARAN

Chemical Use, Waste

Sumber limbah padat dan cair domestik
[perkantoran dan kantin], sumber limbah
padat, cair, B3 dan organik laboratorium,
sumber limbah padat organik tanaman

Biodiversity dan
kawasan lindung

Perencanaan tata ruang kawasan kampus
Jatinangor dan perlindungan kampus sebagai
zona larangan berburu/penangkapan satwa
liar, ( serta meningkatnya fungsi arboretum)

Eco Behaviour

Environmental
Education

Sivitas akademika Unpad, Mahasiswa,
Dosen, Pimpinan Universitas,
Karyawan/Staf Unpad

Eco Relationship

Stakeholder dan
Kerjasama

Kerjasama dengan pemerintah daerah dan
kelompok masyarakat Jatinangor

Campus for
Environment

Peningkatan dan
Pengembangan
Potensi Sumberdaya
Alam, Hayati dan
Budaya dan

Perencanaan penelitian dan kegiatan PKM
LPPM, Fakultas maupun swadana dosen dan
mahasiswa.

INDIKATOR/TOLOK UKUR
Indikator : Minimasasi limbah cair, padat
dan B3 dari kegiatan kampus terhadap
lingkungan kampus dan sekitarnya
Tolok Ukur : Sarana dan prasarana pengolah
limbah padat, cair dan B3
Indikator : Kampus sebagai kawasan
konservasi ek-situ dan pelestarian plasma
nutfah serta kampus sebagai penyedia
habitat satwa liar perkotaan/perdesaan
Tolok Ukur : Ketersediaan ruang terbuka
hijau, penyediaan habitat satwa liar, sebagai
stock agent, tingginya keanekaragaman
hayati didalam kampus
Indikator : Penyelenggaraan program eko
kampus atau penyelenggaraan kampus
ramah lingkungan yang berkelanjutan
Tolok Ukur : Pemahaman, keperdulian dan
kemampuan melaksanakan program eko
kampus oleh seluruh sivitas akademika
Unpad
Indikator : Harmonisasi antara kampus
dengan lingkungan masyarakat sekitar
kampus
Tolok Ukur : Program-program kampus
untuk pemberdayaan dan peningkatan
kualitas masyarakat yang mendukung
penyelenggaraan pendidikan Unpad
Indikator : Program-program penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat Unpad bagi
peningkatan kualitas hidup, kualitas
lingkungan dan penyelesaian masalahan
lingkungan di masyarakat

16

BUILDING

KARAKTERISTIK

KOMPONEN
Penyelesaian
Permasalahan
Lingkungan

SASARAN

INDIKATOR/TOLOK UKUR
Tolok Ukur : Penelitian dan PKM berbasis
kampus untuk masyarakat dan lingkungan
sekitar kampus

1.6. Road Maps Penelitian.
Berdasarkan ruang lingkup yang akan dicapai, maka road maps yang perlu disusun dari penelitian pada bidang eko kampus
adalah sebagai berikut:

17

Gambar 3. Road Maps Cluster Eko Kampus

18

1.7.

Fasilitas Penelitian.
Fasilitas penelitian yang diperlukan untuk mendukung pencapaian pilar

lingkungan cluster eko kampus sesuai dengan ruang lingkup yang akan dicapai
adalah seluruh laboratorium pada tingkat prodi dan fakultas serta universitas
serta laboratorium maupun perpusatakaan yang dimiliki oleh pusat-pusat
penelitian dan pengembangan LPPM Unpad.
Selain fasilitas yang dimiliki oleh berbagai laboratorium prodi dan fakultas,
fasilitas yang dimiliki oleh institusi lain juga diperlukan, hal ini didasarkan
kepada sarana dan prasarana penunjang penelitian dan analisis yang
teknologinya dimiliki oleh institusi diluar Unpad.
1.8. Kerjasama.
Jalinan kerjasama perlu dilakukan oleh pihak Unpad dalam rangka
pencapaian

pilar

lingkungan

cluster

eko kampus, khususnya

untuk

pengembangan dan penerapan atau aplikasi bidang ilmu. Hal ini tidak hanya
untuk mendukung pesatnya teknologi analisis namun juga untuk kerjasama
program kerja yang telah direncanakan oleh pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat.

19

Tabel 2. Daftar Judul Penelitian Lingkungan dengan Tema Eko Kampus
No

Tema Penelitian

Aspek

Eco
Building


Eco
Place


1

Status pengelolaan lingkungan kampus unpad
sebagai eko-kampus

Lingkungan
- ekologi

2

Efektifitas Tanaman di Taman Universitas
Padjadjaran Jatinangor dalam Menyerap Zat
Pencemar Udara (SOx, partikulat dan Timbal)

Bio- Kehati

3

Keanekaragaman dan Potensi Serangan Rayap
Tanah di Kampus Universitas Padjadjaran
Jatinangor
identifikasi tinggalan sejarah dan kesenian di
Kawasan Jatinangor

Bio- Kehati

5

Pengetahuan lingkungan pengelola kantin dan
pedagang kaki lima sekitar kampus

Sosial dan
Budaya

6

Kebijakan tata ruang kampus dalam
mendukung kebijakan eco-campus di
jatinangor
Kajian meteorologi kawasan kampus jatinangor
sebagai bagian dalam mendukung kawasan
ecocampus
Studi tentang tumbuhan yang digunakan untuk
mereduksi polutan (Analisis polutan
terakumulasi, analisis anatomi tumbuhan
terpapar polutan)
Potensi berbagai jenis limbah kampus sebagai
sumber daya energi

Sosial dan
Budaya



Fisik - Iklim



Bio- Kehati



4

7
8

9

Output Penelitian
Eco
Eco
Behaviour Relationship









Sosial dan
Budaya

Fisik Energi

Campus for
Environment










20

No

Tema Penelitian

Aspek

10

Pemanfaatan limbah tahu sebagai media
pertumbuhan bibit dan produksi serta kadar
protein jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus
Jacq Ex Kummer)
Ketersediaan & Penggunaan SD Air di kampus

Bio Teknologi

11
12

Pemanfaatan bahan organik di arboretum
unpad untuk "Bio intensif garden"

13

Peningkatan kualitas air limbah domestik asal
kampus serta pemanfaatannya untuk medium
sayuran organic
Pemeriksaan bahan baku air minum sekitar
kampus untuk peningkatan kesehatan
mahasiswa
Reduksi emisi gas rumah kaca melalui
pengelolaan limbah di lingkungan kampus

14
15
16
17

Penentuan Kebutuhan dan footprint Kertas
Kerja Optimal di Jurusan Biologi Universitas
Padjadjaran
Pemetaan Pencemaran Udara oleh SOx,
Partikulat dan Timbal di Kawasan Jatinangor

Eco
Building

Eco
Place

Fisik - SD
Air
Bio Teknologi



Fisik teknologi



Fisik kesehatan





Fisik Perencanaan





18

Tata Ruang Terbuka Hijau Di Lungkungan
Kampus
Sebagai Pendukung Suasana
Akademik

Fisik Lansekap

19

Geologi Teknik Kampus Unpad Jatinangor

20

Model sistem air tanah di Kampus UNPAD

Fisik geologi
Fisik - SD

Campus for
Environment




Fisik Perencanaan
Bio lingkungan

Output Penelitian
Eco
Eco
Behaviour Relationship




21

No

21
22

Tema Penelitian

Aspek

Jatinangor
Prospek Usaha Komoditas Perikanan di
Jatinangor
Model prediksi biomassa dan kebutuhan energi
dalam kaitannya dengan pengembangan
ecocampus.

air
Sosial ekonomi
fisik

Eco
Building

Eco
Place

Output Penelitian
Eco
Eco
Behaviour Relationship

Campus for
Environment




Tabel 3. Daftar Judul Penelitian Eko Kampus dengan Keluaran Penelitian

22

No

Tema Penelitian

Aspek

Keluaran Penelitian

J.In
t
1
2

3

4
5

6

Status pengelolaan
lingkungan kampus unpad
sebagai eko-kampus
Efektifitas Tanaman di
Taman Universitas
Padjadjaran Jatinangor
dalam Menyerap Zat
Pencemar Udara (SOx,
partikulat dan Timbal)
Keanekaragaman dan
Potensi Serangan Rayap
Tanah di Kampus
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
identifikasi tinggalan
sejarah dan kesenian di
Kawasan Jatinangor
Pengetahuan lingkungan
pengelola kantin dan
pedagang kaki lima sekitar
kampus
Kebijakan tata ruang
kampus dalam mendukung
kebijakan eco-campus di
jatinangor

J.
Nas
AK

Lingkungan ekologi

J
N
a
s

Pro
c
Int

Pro
c
Na
s

HK
I

Pro
toti
pe

Pr
o
d
u
k

v

Bio- Kehati
v

v

Bio- Kehati
v
Sosial dan
Budaya
Sosial dan
Budaya
Sosial dan
Budaya

v

v

v

23

No

Tema Penelitian

Aspek

Keluaran Penelitian

J.In
t
7

Kajian meteorologi kawasan
kampus jatinangor sebagai
bagian dalam mendukung
kawasan ecocampus
Studi tentang tumbuhan
yang digunakan untuk
mereduksi polutan (Analisis
polutan terakumulasi,
analisis anatomi tumbuhan
terpapar polutan)
Potensi berbagai jenis
limbah kampus sebagai
sumber daya energi
Pemanfaatan limbah tahu
sebagai media pertumbuhan
bibit dan produksi serta
kadar protein jamur tiaram
putih ( pleurotus ostreatus
jacq ex kummer

Fisik - Iklim

11

Ketersediaan & Penggunaan
SD Air di kampus

Fisik - SD Air

12

Pemanfaatan bahan organik
di arboretum unpad untuk
"Bio intensif garden"

Bio Teknologi

8

9
10

J.
Nas
AK

J
N
a
s

Pro
c
Int

Pro
c
Na
s

HK
I

Pro
toti
pe

Pr
o
d
u
k

v
Bio- Kehati
v

Fisik - Energi
v
Bio Teknologi

v

v

v

v

v

v

v

v

v

24

No

Tema Penelitian

Aspek

Keluaran Penelitian

J.In
t
13

14

15

16

17

18

19

Peningkatan kualitas air
limbah domestik asal
kampus serta
pemanfaatannya untuk
medium sayuran organic
Pemeriksaan bahan baku air
minum sekitar kampus
untuk peningkatan
kesehatan mahasiswa
Reduksi emisi gas rumah
kaca melalui pengelolaan
limbah di lingkungan
kampus
Penentuan Kebutuhan dan
footprint Kertas Kerja
Optimal di Jurusan Biologi
Universitas Padjadjaran
Pemetaan Pencemaran
Udara oleh SOx, Partikulat
dan Timbal di Kawasan
Jatinangor
Tata Ruang Terbuka Hijau
Di Lungkungan Kampus
Sebagai Pendukung Suasana
Akademik
Geologi Teknik Kampus
Unpad Jatinangor

Fisik teknologi

J.
Nas
AK

v

v

Fisik kesehatan

Fisik Perencanaan
Fisik Lansekap
Fisik - geologi

Pro
c
Int

Pro
c
Na
s
v

HK
I

Pro
toti
pe

Pr
o
d
u
k

v

v

Fisik Perencanaan
Bio lingkungan

J
N
a
s

v

v

v

v

v

25

No

Tema Penelitian

Aspek

Keluaran Penelitian

J.In
t
20

21
22

Model sistem air tanah di
Kampus UNPAD Jatinangor

Fisik - SD air

J.
Nas
AK

J
N
a
s

Pro
c
Int

Pro
c
Na
s

HK
I

Pro
toti
pe

Pr
o
d
u
k

v

Prospek Usaha Komoditas
Perikanan di Jatinangor

Sosial ekonomi

v

Model prediksi biomassa
dan kebutuhan energi dalam
kaitannya dengan
pengembangan ecocampus.

fisik

v

26

Klaster 2
Eco Village
2.1. Latar Belakang
Proses pembangunan yang berlangsung sejauh ini tidak hanya
menyebabkan ketimpangan antar wilayah, tapi juga mengakibatkan semakin
timpangnya desa-kota. Fakta menunjukkan bahwa secara umum, kondisi kawasan
perdesaan masih tetap dicirikan oleh masih besarnya jumlah penduduk miskin,
terbatasnya alternatif lapangan kerja, dan rendahnya tingkat produktivitas tenaga
kerja perdesaan. Kondisi tersebut terkait berbagai kendala yang melekat seperti:
1) rendahnya tingkat penguasaan lahan pertanian oleh rumah tangga petani dan
tingginya ketergantungan pada kegiatan budidaya pertanian (on farm), 2)
lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi antara sektor pertanian dengan sektor
industri pengolahan dan jasa penunjang serta keterkaitan antara kawasan
perdesaan dan kawasan perkotaan,

3) rendahnya tingkat pendidikan dan

keterampilan masyarakat perdesaan, 4) rendahnya akses masyarakat kepada
sumber permodalan dan sumber daya ekonomi produktif lainnya, dan 5) masih
terbatas serta belum meratanya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar bagi
masyarakat.
Untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan antara desa
dan kota, konsep eco-village bisa menjadi solusi. Ecovillage adalah konsep tata
ruang dan wilayah yang memperhatikan kualitas penduduk dan kualitas ekologis
secara holistic. Ecovillage merupakan pembangunan kawasan perdesaan yang
mempertimbangkan pencapaian kualitas individu, keluarga, masyarakat serta
kualitas lingkungan alam yang berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan akan
terjadi arus balik dari kota ke desa yang dapat mengurangi masalah
kependudukan, masalah urbanisasi, masalah energi, serta masalah sosial
perkotaan yang makin kompleks.
Seperti diuraikan pada latar belakang bahwa ecovillage didefinisikan
sebagai “a human scale, full-featured settlement, in which human activities are
harmlessly integrated into the natural world, in a way that is supportive of

27

healthy human development and can be successfully continued into the indefinite
future.” Definisi tersebut mengandung lima prinsip, yaitu : prinsip ke 1. Human
scale memiliki arti bahwa pada ukuran (suatu populasi) di mana orang dapat
mengenal dan dikenal oleh orang lain di masyarakat, dan di mana setiap anggota
masyarakat merasa

mampu dalam mempengaruhi arah pembangunan di

lingkungannya. Prinsip ke 2, Full-featured yang berarti bahwa saat di mana semua
fungsi utama dari kehidupan yang normal , seperti tempat tinggal, ketersediaan
makanan, produksi, rekreasi, kehidupan sosial, dan perdagangan, tersedia dan
dalam proporsi yang seimbang. Prinsip ke 3, In which human activities are
harmlessly integrated into the natural world ,

adalah ide kesetaraan antara

manusia dan bentuk kehidupan lainnya, sehingga manusia tidak mencoba untuk
mendominasi alam melainkan menemukan tempat mereka di dalamnya.
Hal penting lainnya dalam prinsip ini adalah penggunaan siklus sumber
daya material, bukan pendekatan linear (menggalinya, menggunakannya sekali,
membuangnya selamanya) yang mencirikan masyarakat industri. Prinsip ke 4, In
a way that is supportive of healthy human development mengandung arti bahwa
dalam eco-village

tanpa sejatinya kesehatan manusia , komunitas ini tidak

mungkin akan sukses. Pembanguna kesehatan manusia tersebut adalah
merupakan pembangunan yang seimbang dan terpadu dari semua aspek
kehidupan manusia - fisik, emosional, mental, dan spiritual. Sedangkan prinsip
yang terakhir yaitu and can be successfully continued into the indefinite future
adalah merupakan prinsip berkelanjutan dan kejujuran. Untuk itu diperlukan
komitmen yang kuat,

adil dan tidak mengeksploitasi baik terhadap sesama

manusia maupun mahluk lain untuk kehidupan semua mahluk hidup dimasa
mendatang. Pengertian masyarakat berkelanjutan dalam eco-village mencakup
masyarakat yang tidak dibatasi geografis perdesaan, namun mencakup berbagai
aktifitasnya seperti perdagangan (perusahaan) yang aktifitasnya lintas batas
namun tetap terintegrasi dengan harmonis dengan lingkungannya. Dengan

28

demikian eco-village adalah merupakan tempat yang tidak harus selalu sama
dengan perdesaan maupun perkotaan.
Dismping definisi tersebut di atas, Ada pula yang mengartikan eco-village
sebagai suatu praktek upaya

memanfaatkan teknologi energi hijau, teknik

bangunan berwawasan lingkungan, mengurangi eksploitasi sumber daya alam,
dan upaya memfasilitasi kemandirian masyarakat guna meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Dalam lanskap Eco-village , penataannya mengikuti atau
diselaraskan dengan kondisi lingkungan setempat, jadi tidak didominasi oleh
rekayasa, namun tetap mempertimbangkan ketersediaan air, lahan untuk pertanian
tanaman pokok serta aksesibilitas.
Dalam GEN, eco-village

secara sederhana didefinisikan sebagai

komunitas perkotaan atau pedesaan

yang berusaha untuk mengintegrasikan

lingkungan dan

mendukung sosial guna menciptakan model kehidupan

berkelanjutan dengan menimbulkan dampak negatip yang rendah. Rancangan
eco-village

di sesuaikan

dengan karakteristik lingkungan setempat yang

mencakup empat dimensi yaitu dimensi sosial, ekologi, ekonomi dan spiritual
yang dikembangkan melalui pendekatan holistic serta mendorong pengembangan
kemampuan pribadi masyarakatnya.
Konsep ecovillage di Indonesia mulai berkembang manakala berbagai masalah
pembangunan seperti kemiskinan, pengangguran, urbanisasi dan masalah
kependudukan, mengarahkan berbagai pihak untuk melakukan percepatan dan
pemerataan pembangunan, salah satunya dengan menurunkan ketimpangan
kemajuan antar wilayah dan antara perkotaan dan pedesaan. Kebijakan dan
program

pembangunan

hendaknya

mengembangkan

pendekatan

yang

berimbang dan saling mendukung, serta kesaling-ketergantungan seluruh aspek
kehidupan antara kawasan perkotaan dan perdesaan, atau yang dikenal
sebagai rural-urban linkage development approach.
2.2. Benchmarking
Gagasan EV diinisiasi oleh Hildur dan Ross Jackson yang tinggal di
Denmark. Mereka

menempati

Cohousing (cohousing adalah

perumahan

29

kolaborasi di mana penduduk secara aktif berpartisipasi dalam desain dan operasi
dari lingkungan mereka sendiri; Cohousing merupakan perumahan semi-komunal
yang terdiri dari sekelompok rumah-rumah pribadi dan ruang yang bisa digunakan
bersama , seperti untuk ruang fasilitas untuk memasak, mencuci dan tempat
bermain anak. Penghuni rumah secara aktif turut berpartisipasi dalam mendesain
dan mengelola rumah/fasilitas secara bersama-sama. Mereka mencermati adanya
ketimpangan Yin dan Yang yaitu adanya ketimpangan antara laki dan perempuan
yang juga dapat diartikan terjadinya ketimbapangan pembangunan antara desa
dan kota. Mereka kemudian mencetuskan gagasan untuk dapat mengatur hidup
berdampingan satu sama lain dan sekaligus harmoni dengan alam/lingkungannya.
Kemudian melalui Gaia Trust (1987) mereka mendirikan Desa Gaia (Yin) dan
Teknologi Gaia (Yang) dengan konsep ecovillage.
Pada tahun 1991, Diane dan Robert Gilman dari Gaia Trust, melakukan
surnei untuk memilih ecovillage yang terbaik untuk dijadikan contoh. Dalam
laporannya yang berjudul “Eco-Villages and Sustainable Communities” , Sejak
dicetuskan dan diimplementasikannya gagasan eco-village oleh Hildur dan Ross
Jackson, praktik eco-village

kemudian banyak dicoba oleh berbagai negara.

Sejalan dengan berkembangnya eco-village , pada konferensi

Findhorn

Intentional Community di Skotlandia tahun 1995, dalam rangka peningkatan
inisiatip

Ecovillage maka didirikan The Global Ecovillage Network (GEN).

Selanjutnya untuk

mengembangkan dan meningkatkan jejaring ecovillage,

kemudian dibentuk Divisi GEN seperti GEN Eropa dan Afrika, GEN
Oceania/Asia dan GEN Amerika.
Dalam perkembangannya, konsep EV tidak saja hanya terfokus untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (peningkatan kualitas individu, keluarga
dan masyarakat) dan kualitas lingkungan yang berkelanjutan, namun evovillage
juga diharapkan dapat dijadikan solusi dalam mengeliminasi atau meminimisasi
ketimpangan pembangunan antar wilayah dan

juga untuk menanggulangi

ketimpangan kehidupan antara desa dan kota. Disamping itu konsep ecovillage

30

saat ini juga diadopsi dalam kegiatan turisme, yaitu berupa penyediaan
pemondokan yang berbasis ecovillage.
Sejak pertama uji coba konsep ecovillage tahun1987, sampai saat ini
sekurangnya telah tercatat 178 komunitas yang melaksanakan eco-village yang
secara formal tercatat di Global Ecovillage Network. Seperti telah diuraikan di
muka, di Indonesia saat ini konsep ecovillage telah diterapkan sekurangnya di
empat komunit, Tabu ecovillage yang ada diwilayah Banten, ecovillage Samosir
di Medan, Poncosari Ecovillage di Bantul Yogjakarta, dan ecovillage Banjar di
Bali. Namun demikian seluruh konsep eco-village yang dierapkannya difokuskan
utuk kegiatan wisata. Contohnya di Bali dan di Medan terfokus pada penyediaan
penginapan yang bernuansa perdesaan.

Sementara konsep eco-village

yang

difokuskan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan melalui
optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan

sumber daya alam secara

keseluruhan belum ada. Dan konsep inilah yang akan dicoba diterapkan oleh
Unpad.
2.3. Sasaran Eco-village
Secara umum sasaran penelitian dan penerapan konsep eco village di
komunitas perdesaan yang akan di lakukan oleh unpad adalah untuk mewujudkan
masyarakat / komunitas di perdesaan yang sejahtera dan mandiri, baik dilihat dari
dimensi social, ekologi, budaya maupun ekonomi. Menurut GEN, target dari
setiap

dimensi

ini

mencakup:

(sumber

GEN

:

http://gen.ecovillage.org/ecovillages/4pillarsofsustainabili ty.html)
a. Target Dimensi Sosial / Komunitas :
- Melindungi dan berbagi sumber daya
- Meningkatkan pendidikan
- Meningkatkan praktek preventif dalam aspek kesehatan
- Peduli dan membantu kelompok marginal
- Menyediakan/memfasilitasi ruang untuk ekspresi budaya
b. Target Dimensi Ekologis
- Meningkatkan kedaulatan pangan yang sehat (bebas bahan kimia)

31

-

Meningkatkan penggunaan material lokal untuk pembangunan tempat

-

tinggal.
Mengembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan
Menjaga keragaman hayati
Mengembangkan bisnis dengan prinsip ekologis
Meningkatkan penghematan penggunaan berbagai sumber daya.
Melindungi terjadinya pencemaran/kontaminasi air, tanah dan udara.

c. Target Dimensi Budaya / Spiritual
- Meningkatkan semangat gotong royong.
- Menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas seni dan budaya.
- Menghormati dan mendukung spiritual semua anggota masyarakat
- Meningkatkan kesatuan dan harmoni semua komponan masyarakat
d. Target Dimensi Ekonomi
- Meningkatnya ketahanan keuangan masyarakat/wilayah
- Meningkatkan diversifikasi bisnis dari dan untuk komunitasnya
- Mengembangkan dan meningkatkan kehandalan instutusi keuangan lokal.
2.4. Karakteritik Eco-village
Konsep eco-village yang akan diterapkan pada komunitas perdesaan oleh Unpad,
akan mencakup beberapa aspek dan komponen sebagaimana yang di terapkan di
berbagai Negara lain seperti disajikan pada Tabel 4. Sedangkan karakteristik dan
indikatornya disajikan pada table 5.

N
o
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tabel 4. Aspek dan Komponen pada Ecovillage
EV Aspects:
EV Component: Local
Local
context
context
People/Community
Sustainable
Society
Ecosystem & Biodiversity
Landscape and water
Ecological
Sustainable
Physical Environ. (air, water,
Village
environment
soil) & Health
(Ecovillage)
Settlement & infrastructure
Food & Agriculture
Sustainable
economy
Local business

32

Tabel 5. Karakteristik, komponen dan Indikator Eco-village
BUILDING

KARAKTERISTIK

KOMPONEN

INDIKATOR

People/Community

Komunitas ecovillage memiliki dan
mengembangkan persepsi yang
ramah terhadap lingkungan serta
spiritualitas yang kuat, mengadopsi
nilai-nilai kearifan lokal dan budaya
konservasi, mengadopsi “gaya hidup”
dengan dampak lingkungan rendah,
aktif dalam pemeliharaan lingkungan,
dan menjunjung nilai-nilai
kesetaraan, keadilan dan harmoni
antar komponen ecovillage
Komunitas ecovillage hidup serasi
dengan lingkungan alami yang
dicirikan oleh keberlanjutan
keanekaragaman hayati dan keutuhan
layanan ekosistem lokal, kecukupan
sumberdaya air, aman dari bencana
geologi, reduksi pencemaran
lingkungan, serta lingkungan yang
sehat. Sementara lingkungan buatan
(pemukiman, sarana/prasarana
pendukung, infrastruktur, dll.)
dibangun ramah lingkungan, aman,
hemat energi dan sumberdaya
Kegiatan ekonomi masyarakat, baik
produksi maupun konsumsI, yang
mengadopsi prinsip-prinsip carbon
footprint rendah, efisiensi
sumberdaya, efisiensi energi,
mengurangi ketergantungan pada
energi fosil, waste to product, zero
waste & zero emission, diversifikasi
sumberdaya, ekonomi berbasis lokal.
Sektor produksi utama ecovillage:
pertanian dan bisnis lokal; sektor
konsumsi penting ecovillage:
konsumsi energi dan sumberdaya
oleh rumah tangga

Sustainable Society

Ecosystem &
Biodiversity
Landscape and
water
Sustainable
Environment
Eco-Village

Physical Environ.
(air, water, soil) &
Health
Settlement &
infrastructure
Food & Agriculture
Local business
Energy

Sustainable
economy

1.5

Household
consumption

Road Maps Penelitian

33

Untuk mewujudkan Eco-village pada kumunitas tertentu diperlukan adanya
suatu road maps.

Oleh karena komunitas yang akan mengimplementasikan

konsep eco-village belum ditetapkan, sehingga data dasar (aspek biofisik, social
budaya dan ekonomi) kondisi wilauyah dimana komunitas tersebut berada belum
diketahui, maka Road maps yang akan di sajikan dibawah (Gambar 4) adalah
merupakan road maps umum. Dengan demikian roda maps yang disajikan hanya
sebatas pada proses tahapan menuju eco-village .

34

Gambar 4. Road Maps menuju Eco-village

35

Tabel 6. Target dan Tahap Penelitian
NO

ASPEK

TAHAP 1

TARGET PENELITIAN

TAHAP 2

TARGET PENELITIAN

1

SOSIALBUDAYA

Pemetaan dan Identikasi
Sosial Ekonomi Masyarakat

Data base kondisi dan
potensi social ekonomi

Pengembangan Dan
Monitoring
Kelembagaan Sosial &
sistem ekonomi
Masyarakat

2

MAKANAN/
PERTANIA
N

Identifikasi Potensi pangan
& sistem produksi pangan
lokal

Database Jenis-jenis pangan
potensial; sistem produksi
pangan lokal

Pengembangan pangan &
sistem produksi pangan
lokal

Teknologi pemanfaatan
pangan lokal; sistem
produksi pangan ramah
lingkungan

3

EKOSISTE
M/KEHATI

Identifikasi potensi Kehati
& Ekosistem lokal

Database jenis-jenis kehati
dan ekosistem lokal

Pengembangan
pengelolaan &
konservasi
Kehati/ekosistem

Praktek pengelolaan &
konservasi ramah
lingkungan

4

LANSEKAP/
SD AIR

Identifikasi karakteristik
lansekap & potensi SD air

Database karakteristik
llansekap lokal; sumbersumber air

Pengembangan teknologi
pengelolaan &
konservasi SD air

Teknologi pengelolaan &
konservasi air & lansekap
transferable

5

EKONOMI
LOKAL

Identifikasi potensi usaha &
sistem perekonomian lokal

Database jenis-jenis usaha
lokal potensial & sistem
perekonomian eksisting

Pengembangan usaha &
perekonomian lokal

6

KUALITAS
LING
KUNGAN

Identifikasi permasalahan
pencemaran & limbah

Database persoalan
pencemaran limbah &
sampah utama

7

ENERGI

Identifikasi potensi energi
lokal

Database energi
baru/terbarukan lokal

8

PEMUKIMA
N & INFRA
STRUKTUR

Identifikasi kondisi lahan &
potensi material
konstruksi/sarana-prasarana

Peta kondisi lahan &
database material
konstruksi/sarana-prasarana
lokal

Pengembangan teknologi
pemulihan lingkungan &
pemanfaatan
sampah/limbah
Pemanfaatan &
pengembanagan energi
lokal
Pemanfaatan material
lokal & designing hunian
berkelanjutan

TAHAP 3

TARGET
PENELITIAN

Model pengembangan
social ekonomi

Evaluasi Model
Pengembangan Sosial
Ekonomi Masyarakat
yang Berkelanjutan

Pengembangan social
ekonomi

Perancangan sistem
produksi pangan EV

Rancangan sistem
produksi pangan yang
sesuai

perancangan
pengelolaan &
konservasi
Kehati/ekosistem EV
Perancangan
pengelolaan &
konservasi air dan
lansekap EV

Rancangan pengelolaan
& konservasi
Kehati/ekosistem yang
sesuai

Jenis usaha & sistem
perekonomian yg
transferable/implementable

Perancangan & uji
coba perekonomian
ecovillage

Rancangan sistem
perekonomia lokal yang
sesuai

Teknologi remediasi &
pendekatan 3R yang sesuai

Perancangan sistem
pemeliharaan
lingkungan EV

Rancangan sistem
pemeliharaan
lingkungan; pemanfaatan
limbah untuk EV

Energi alternatif lokal &
teknologi pemanfaatannya

Perancangan energi EV

Rancangan supply energy
alternative EV

Material konstruksi/saranaprasarana lokal & teknologi
pemanfaatannya; design
hunian berkelanjutan

Perancangan hunian
EV

Rancangan hunian EV

rancangan pengelolaan &
konservasi lansekap &
SD air yang sesuai

36

2.6.

Fasilitas Penelitian.

Fasilitas penelitian yang diperlukan untuk mendukung pencapaian eko village,
mencakup semua fasilitas yang ada di laboratorium yang dimiliki oleh setiap
fakultas/prodi yang terlibat dan atau terkait dengan program eko kampus.
Namun demikian bila dalam pelaksanaannya terdapat fasilitas yang tidak
dimiliki oleh unpad, maka prodi atau fakultas akan menjalin kerjasama dengan
institusi lain.
2.7.
Kerjasama.
Dalam rangka pencapaian pilar lingkungan cluster eco-village , jalinan
kerjasama sangat diperlukan. Hal ini mengingat keterbatasan sumber daya
yang menguasai bidang ilmu tertentu, seperti bidang lanskap yang diperlukan
dalam mewujudkan penataan tata guna lahan berwawasan lingkungan.
Beberapa institusi yang memungkinkan untuk dapat menjalin kerjasama,
diantaranya Puslibang Pemukiman, dan laboratorium Landskap IPB.

37

Tabel 7. Target dan Sasaran Penelitian Eco-Village
BUILDING

KARAKTERISTIK

KOMPONEN

Eco-Village

Tolok ukur

People/Community

Meningkatkan pemahaman dan
keterlibatan masyarakat dalam
program ecovillage; memelihara
budaya dan kearifan lokal

Jumlah anggota masyarakat yang
terl