J01044
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
STRATEGI PENGELOLAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
DALAM MENYELENGGARAKAN PROGRAM KEAKSARAAN
BERBASIS SENI BUDAYA LOKAL
Wijayanti
Bambang Ismanto
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Penelitian tentang Strategi Pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Dalam Menyelenggarakan Program Keaksaraan Berbasis Seni Budaya Lokal adalah
penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang berusaha mengungkap
bagaimana cara yang ditempuh PKBM Harmoni di Desa Kotayasa dalam
menjalankan program Keaksaraan Seni Budaya lokal (sebagai salah satu program
Dikmas) untuk memberdayakan masyarakat serta penilaian terhadap aspek-aspek
penyelenggaraan program dengan pendekatan kontek, in put, proses dan produk.
Subyek penelitian ini adalah pengelola, tutor, peserta didik program keaksaraan
berbasis seni budaya lokal, serta warga masyarakat di sekitar PKBM Harmoni.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
dan trianggulasi untuk menjamin kebenaran data. Analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data dari berbagai sumber yang diperoleh. Adapun kegunaan
penelitian secara teoritis diharapkan bisa dijadikan wacana dan informasi bagi
penelitian selanjutnya, Sedangkan secara praktis diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi PKBM Harmoni dalam
penyelenggaraan program selanjutnya sebagai upaya mencapai tujuan yang lebih
baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi atau cara yang ditempuh
dalam menyelenggarakan program diawali dengan perencanaan, pendelegasian tugas,
pelaksanaan program, pengarahan yang dilakukan oleh ketua penyelenggara selaku
pimpinan lembaga. Pengembangan program berhasil dilakukan dengan membentuk
Kelompok Belajar Usaha, Kelompok Seni dan kemitraan dengan DUDI dan Pepadi
Kab. Banyumas.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa latar belakang
diselenggarakannya program sudah tepat (aspek konteks).Aspek input yaitu warga
belajar, motivasi warga belajar, pendanaan dan sarana prasarana sudah bagus, aspek
yang perlu diperbaiki yaitu manajemen pengelola dan persiapan tutor dalam
mengajar. Aspek proses secara umum berjalan cukup baik meskipun ada beberapa
yang perlu ditinjau ulang sehubungan dengan waktu belajar karena ketika salah satu
peserta datang terlambat atau tidak hadir akan mempengaruhi fungsi yang lain.
Aspek produk sudah bagus, ditunjukkan dengan terbentuknya kelompok seni lokal
sebagai perwujudan dari menghargai dan melestarikan seni budaya lokal dan
peningkatan ketrampilan di bidang seni budaya lokal Banyumasan, yang pada
gilirannya membantu keberdayaan warga belajar juga.
Kata kunci: strategi, pengelolaan, keaksaraan seni budaya lokal.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
PENDAHULUAN
Penduduk niraksara tahun 2013 di atas usia 15 tahun berjumlah 7.557.344
jiwa, dan mereka sebagian besar (hampir 66%) perempuan, hidup di bawah
kemiskinan dan berdomisili di perdesaan terpencil dan daerah terluar. Mereka adalah
buruh tani dan petani dengan lahan sempit, buruh, nelayan.
Bermacam program keaksaraan untuk mengurangi angka niraksara dan
meningkatkan serta menjaga kelestarian kemampuan keaksaraan masyarakat dengan
melalui berbagai macam pendekatan, diantaranya adalah pendidikan keaksaraan
berbasis seni budaya lokal yang bertujuan untuk: pertama, pelestarian kemampuan
keaksaraan; kedua, mengembangkan ekonomi masyarakat (peserta didik) untuk
menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan ekonomi, ketiga; pelestarian,
menyangkut aspek kebertahanan identitas seni budaya lokal masyarakat yang
menyokong integrasi nasional dan keempat; berkaitan dengan kemampuan
masyarakat melaksanakan pengorganisasian potensi seni budaya lokal. (Direktorat
Bindikmas, 2012).
Potensi dan aset seni budaya lokal masyarakat beragam, potensi SDM dan
potensi kelembagaan lokal yang ada belum didayagunakan secara optimal. PKBM
sebagai satuan pendidikan nonformal (UU Nomor 20 tahun 2003 Bagian kelima
Pasal 26) menjadi salah satu alternatif ajang proses pemberdayaan masyarakat,
karena lembaga tersebut juga bertanggungjawab terhadap pendidikan nasional dan
sebagai lembaga pendidikan yang dibentuk dengan filosofi dari masyarakat, untuk
masyarakat, dan oleh masyarakat. (Direktorat Bindikmas, 2013)
Masyarakat selayaknya ikut berkontribusi terhadap penyelenggaraan PKBM
karena masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari
pendidikan yaitu sebagai objek bahkan subyek dari pendidikan itu sendiri.
Keberhasilan PKBM tidak lepas dari dukungan semua pihak, baik penyelenggara,
pengelola, tutor, warga belajar serta lingkungan dan masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Tapi disayangkan, banyak potensi yang
dimiliki oleh masyarakat yang selama ini belum dikembangkan secara
maksimal, termasuk potensi seni budaya lokal sebagai kekayaan budaya bangsa.
Penulis akan meneliti tentang pengelolaan program keaksaraan seni budaya
lokal berserta pencapaian komponen program yang akan dianalisis dan dievaluasi
dengan pendekatan context, input, process dan product (CIPP)
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil identifikasi awal tersebut di
atas, maka diurai beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi penyelenggaraan program keaksaraan seni budaya lokal
oleh PKBM Harmoni di Desa Kotayasa Kec. Sumbang Kab. Banyumas?.
2. Bagaimana evaluasi context, input, process dan product dari program
keaksaraan seni budaya lokal yang diselenggarakan PKBM Harmoni di Desa
Kotayasa Kec. Sumbang Kab. Banyumas?
Strategi menurut beberapa ahli, yang dijelaskan oleh Rochaety dan Gusti
Yanti (2005), diantaranya menurut Glueek, strategi adalah satu kesatuan rencana
yang komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi organisasi
dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasi
tercapai. Menurut Robson, strategi merupakan pola keputusan dari alokasi sumber
yang dibuat untuk mencapai tujuan. Menurut Djamarah dan Zain (2006) strategi
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan.
Ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam melaksanakan suatu strategi
sebelum melaksanakan strategi pendidikan yang akan dilakukan, yaitu: pimpinan
lembaga mampu menganalisis terlebih dahulu strategi yang akan dilaksanakan
dengan menganalisis lingkungan, baik internal maupun eksternal lembaga
pendidikan., kemudian menganalisis budaya lingkungan dan mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya. Setelah melakukan analisis strategi kemudian melakukan
pemilihan strategi yang akan dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi alternatif
pilihan yang ada kemudian mempersiapkan evaluasi dan memilih salah satu strategi
yang tepat. Tahap berikutnya adalah mengimplementasikan strategi yang telah
dipilih dengan menetapkan sistem dan personil yang akan diberdayakan. Selanjutnya
membuat struktur organisasi untuk kemudian merencanakan dan mengalokasikan
sumber-sumber yang ada.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah strategi
merupakan: 1) satu kesatuan rencana yang komprehensif dan terpadu yang terpadu
untuk mencapai tujuan; 2) untuk menyusun strategi diperlukan analisis lingkungan,
karena lingkungan akan menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi; 3)
pencapian tujuan organisasi akan dihadapkan pada pilihan alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan; 4) strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh
organisasi dan memerlukan evaluasi.
Evaluasi menurut Tyler, Stufflebeam, dan Suchman yang dikutip Badrun
Kartowangiran (2009) mendefinisikan evaluasi sebagai proses penentuan hasil yang
dicapai oleh beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan. Sementara itu Stufflebeam dan Trespeces menjelaskan bahwa evaluasi adalah
proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat
bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Dalam hal ini,
Kartowangiran (2009) menjelaskan bahwa evaluasi adalah pencarian sesuatu yang
berharga dari sesuatu; termasuk di dalamnya mencari informasi yang bermanfaaat
untuk menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, tujuan atau alternatif
pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. The Joint
Committe on Standards of Evaluation (JCSE) menjelaskan evaluasi adalah
penyelidikan yang sistematis mengenai kebermanfaatan dan keberhargaan suatu
obyek. Sementara itu, Arikunto dan Cepi (2009) menyebutkan bahwa evaluasi
program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program. Pengertian program sendiri ada beberapa.
Dalam kamus program adalah rencana kegiatan yang dilakukan dengan seksama.
Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. Menurut Tyler
evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah
terealisasikan. Menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi program adalah upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah upaya
mengukur dampak yang lebih menekankan pada hasil program dengan menilai
seberapa baik program tersebut dilaksanakan.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Menurut Arikunto (2009) ada 6 indikator untuk menilai suatu program
pendidikan, yaitu: 1) Kurikulum. Kurikulum yang tepat akan berpengaruh terhadap
kualitas pendidikan; 2) Tutor. Kompetensi dan kualifikasi tutor menentukan
keberhasilan suatu program pembelajaran; 3) Sarana prasarana merupakan faktor
pendukung untuk kegiatan belajar mengajar; 4) Peserta didik yang diolah dalam
pembelajaran dengan baik akan menghasilkan peserta didik yang berhasil sesuai
tujuan program; 5) Kegiatan belajar mengajar merupakan kunci pokok dalam
mencapai keberhasilan program pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan tutor yang
kompeten sesuai standar kompetensi yang ada, sehingga berhasil mengelola
pembelajatran dengan baik; dan ke 6) Pengelola. Kualitas pengelola berpengaruh
juga terhadap mutu program. Kunci pokok pengelolaan program terletak pada
bagaimana ketua penyelenggara selaku manager lembaga memimpin program untuk
pencapaian tujuan.
Untuk mengetahui keberhasilan program dilakukan evaluasi dengan
pendekatan pendekatan CIPP (Context, Input, Process, and Product), yang masingmasing tahap akan mengamati aspek yang berbeda yaitu aspek Context, akan
mengidentifikasi latar belakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya
program dari beberapa subjek yang terlibat dalam pengambilan keputusan (Endang
Mulyatiningsih, 2011). Evaluasi konteks bermanfaat untuk mengetahui apakah
tujuan program benar-benar sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum. Dengan
temuan ini dapat disarankan agar tujuan program yang telah dirumuskan
dipertahankan, disempurnakan atau diganti. Evaluasi input dilakukan untuk
mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan
biaya, untuk melaksanakan program yang telah dipilih. (Endang Mulyatiningsih,
2011) Manfaat dari evaluasi input adalah dapat diketahui apakah masukan baik yang
berupa peralatan, strategi dan sumber daya sudah sesuai dengan tuntutan atau belum,
artinya apakah masukan ini sudah benar-benar dapat mengantarkan program menuju
tujuan yang telah ditentukan atau belum. Dengan temuan ini dapat disarankan seawal
mungkin agar masukan disesuaikan dengan tujuan program yang telah ditentukan
dapat dicapai dengan baik. Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi atau
memprediksi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan atau implementasi
program. Evaluasi dilakukan dengan mencatat atau mendokumentasikan setiap
kejadian dalam pelaksanaan kegiatan, memonitor kegiatan-kegiatan yang berpotensi
menghambat dan menimbulkan kesulitan yang tidak diharapkan, menemukan
informasi khusus yang berada diluar rencana; menilai dan menjelaskan proses secara
aktual. Selama proses evaluasi, evaluator dituntut berinteraksi dengan staf pelaksana
program secara terus menerus. (Endang Mulyatiningsih, 2011). Evaluasi produk
bertujuan untuk mengukur, menginterprestasikan dan memutuskan hasil yang telah
dicapai oleh program, yaitu apakah telah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan atau belum (Endang Mulyatiningsih, 2011).
Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan
merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia. Sedangkan Koentjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia
melalui belajar. (Sutardi, 2007). Budaya lokal dikaitkan dengan langsung dengan
kewilayahan atau terkait langsung dengan daerah. Budaya lokal meliputi berbagai
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Sedangkan pengertian
seni adalah suatu karya yang bisa dinikmati oleh alat indra manusia.
Seni budaya lokal adalah salah satu karya manusia yang dapat dinikmati oleh
alat indra dan di dalamnya terdapat pengetahuan, moral, dan perilaku hidup manusia
serta adat istiadat yang berkembang di masing-masing daerah yang perlu
dikembangkan dan dilestarikan. Pendidikan Keaksaraan Berbasis Seni Budaya
Lokal merupakan pendidikan paska keaksaraan dasar untuk memberikan kemampuan
melestarikan seni budaya lokal melalui pembelajaran dan pelatihan guna
meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat di bidang seni budaya
lokal (www.paudni.kemdikbud.go.id). Secara umum tujuan yang diharapkan dari
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan berbasis seni budaya lokal ini
adalah:
1. meningkatnya kemampuan keberaksaraan peserta didik;
2. meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik di bidang seni
budaya lokal;
3. meningkatnya kesadaran untuk menghargai dan melestarikan seni budaya lokaal
sebagai bagian dari jati diri dan kekayaan budaya bangsa;
4. terpeliharanya seni budaya/kearifan lokal di suatu daerah yang diapresiasikan
melalui pementasan seni budaya, sebagai bekal untuk bekerja atau berusaha
mandiri dalam rangka mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan
dan buta aksara, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Melalui prinsip Lifelong Education pemberdayaan yang diarahkan untuk
kepentingan kehidupan ekonomi masyarakat menjadi penting dilaksanakan. Menurut
Kindervatter yang dikutip oleh Kusmiadi (2007) pendekatan pemberdayaan dalam
pendidikan luar sekolah meliputi pendekatan berdasarkan kebutuhan (need oriented)
pendekatan berdasarkan keadaan setempat (indigenous), pendekatan mengutamakan
aspek lingkungan (ecological sound) dan pendekatan yang berorientasi transformasi
struktural-perubahan struktur sistem (based on structural transformation)
Menurut Sudjana (2000), agar pendidikan nonformal dapat memberdayakan
masyarakat maka harus didasarkan pada lima strategi dasar yaitu: 1) pendekatan
kemanusiaan (humanistic approach), masyarakat dipandang sebagai subjek
pembangunan dan masyarakat diakui memiliki potensi untuk berkembang
sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya, 2) pendekatan
partisipatif (participatory approach), mengandung arti bahwa masyarakat, lembagalembaga terkait dan atau komunitas dilibatkan dalam pengelolaan dan pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat, 3) pendekatan kolaboratif (collaborative approach),
dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat perlu adanya kerjasama dengan
pihak lain (terintegrasi) dan terkoordinasi dan sinergi, 4) pendekatan berkelanjutan
(continuing approach), yaitu pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan untuk itulah pembinaan kader yang berasal dari masyarakat
menjadi hal yang paling pokok, dan 5) pendekatan budaya (cultural approach),
penghargaan budaya dan kebisaan, adat istiadat yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan.
PKBM sebagai lembaga kemasyarakatan lokal, secara filosofis merupakan
lembaga bentukan masyarakat lokal (dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh
masyarakat), kiranya wajar apabila PKBM mampu berperan ikut memberdayakan
masyarakat.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji sejauh mana peran semua unsur
(tutor , penyelenggara, pengelola, masyarakat,mitra dan p[eserta didik) dalam
penyelenggaraan program keaksaraan berbasis seni budaya lokal apakah menyentuh
dan mengangkat masyarakat/warga belajar menjadi lebih baik dalam kehidupannya
yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan (ekonomi), kesadaran akan
lingkungan sosialnya atau apakah warga belajar/masyarakat
mengerti dan
memahami bagaimana membangun dirinya (memberdayakan dirinya).
PKBM sebagai lembaga pendidikan nonformal memiliki potensi untuk
menyelenggarakan layanan pendidikan nonformal informal yang berada di
masyarakat dan didirikan dengan maksud untuk membelajarkan masyarakat, yang
berarti berpotensi juga untuk memberdayakan masyarakat, termasuk di dalamnya
membantu kelompok marginal, masyarakat yang kurang beruntung (miskin,
menganggur, tingkat keaksaraan rendah, kemampuan vokasional terbatas) agar
mampu memiliki posisi yang seimbang dengan kelompok lain yang lebih mapan
secara ekonomi sosial bahkan politik.
Melalui potensi sumber daya lokal termasuk potensi SDM dan budaya lokal
serta membaca peluang pasar, (marketable kesenian lokal), PKBM memiliki potensi
menyelenggarakan program tersebut. Adapun tujuan program pendidikan keaksaraan
berbasis seni budaya lokal adalah untuk a) meningkatkan kemampuan keberaksaraan;
b) meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik di bidang seni
budaya lokal; c) meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan melestarikan seni
budaya lokal sebagai bagian dari jati diri dan kekayaan budaya bangsa; d)
memelihara seni budaya/kearifan lokal di daerah yang diapresiasikan melalui
pementasan seni budaya, sebagai bekal untuk bekerja atau berusaha mandiri dalam
rangka mengurangi pengangguran, dan meningkatkan penghasilan untuk
menumbuhkan keberdayaan peserta didik.
Strategi pelaksanaan program dikembangkan melalui perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan program dikembangkan atas dasar kondisi
empirik di lapangan. Strategi proses belajar mengajar dilakukan dalam bentuk
pelatihan dengan memadukan keaksaraan, pekerjaan dan seni lokal dengan
pendekatan andragogi. Dengan dukungan tutor, peserta didi, sarana prasarana,
pendanaan, kurikulum dan pengembangan bahan ajar, dikelola untuk mencapai
tujuan program yaitu: meningkatnya kemampuan keberaksaraan peserta didik;
meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik di bidang seni
budaya lokal; meningkatnya kesadaran menghargai dan melestarikan seni budaya
lokal. Strategi evaluasi pembelajaran dilaksanakan ketika sebelum pembelajaran,
ketika proses pembelajaran dan akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar
peserta didik.
Untuk mengukur capaian keberhasilan program maka dilakukan evaluasi
program, meliputi komponen konteks, input, proses dan produk.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan alat bantu evaluasi CIPP.
Subyek penelitian adalah pengelola, tutor, peserta didik program keaksaraan
berbasis seni budaya lokal, serta warga masyarakat di sekitar PKBM Harmoni.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi,
serta trianggulasi untuk menjamin kebenaran data. Analisis data dimulai dengan
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
menelaah seluruh data dari berbagai sumber yang diperoleh, kemudian mereduksi
data, dengan memilah data yang relevan, untuk disajikan dalam bentuk deskipsi
dengan kata-kata sehingga mudah dipahami.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Sepintas tidak ada yang istimewa dari desa Kotayasa, kecuali jumlah
angkatan usia kerja produktif dan jumlah penduduk niraksara dsn berkeaksaraan
rendah cukup tinggi. Data penduduk usia kerja diketahui sebagai berikut: bahwa usia
kerja muda, 15-24 tahun ada 1305 (16%) dan usia kerja produktif, 25-44 tahun ada
2179 (26%) dari seluruh penduduk berjumlah 8416 jiwa. Hal tersebut menunjukkan
bahwa usia angkatan kerja produktif di desa Kotayasa cukup tinggi 42%, dan
sebagian besar bekerja di sektor informal sebagai petani, buruh pedagang dan sopir.
Bahkan sebagian dari mereka belum mendapat pekerjaan atau sedang mencari kerja.
Gambaran pendidikan warga desa diperoleh data sebagai berikut: usia prasekolah
berjumlah 2572, tidak tamat SD 895, tamat SD atau sederajad 3907orang , tamat
SMP atau sederajad 672 orang, tamat SMA atau sederajad 296 orang, dan tamat
akademi atau perguruan tinggi 74 orang. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase
angka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tidak berimbang dan angka
tidak tamat SD masih tinggi, meskipun Kab. Banyumas mencanangkan program
pendidikan dasar 9 tahun. hal tersebut sama artinya dengan di Kotayasa terdapat
warga yang berkeaksaraan rendah bahkan niraksara (buta aksara)
Potensi sumberdaya lokal yang belum digarap maksimal. Baik potensi
sumber daya manusia, potensi alam, maupun potensi seni dan budaya. Terbukti dari
hasil identifikasi ternyata ada 4 orang tokoh seni lokal kotayasa dan kelompok seni
lokal yang keberadaannya mati suri, hidup enggan mati tak mau, antara lain
kelompok seni dengglung laras, rodat, lengger, karawitan, ebeg dan calung
banyumasan.
Dari kondisi lapangan tersebut diatas, PKBM Harmoni kemudian
mengadakan inisiatif untuk menyelenggarakan program untuk mengangkat seni
budaya lokal agar masyarakat melek (literate) terhadap seni lokal Kotayasa pada
khususnya dan seni Banyumas pada umumnya dengan strategi sebagai berikut:
Merencanakan program
Analisis Kebutuhan, dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah yang
dihadapi masyarakat desa Kotayasa, potensi seni lokal, dan kebutuhan program.
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, minat adalah ketertarikan individu
terhadap sesuatu dan kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi. Disamping itu
kegiatan identifikasi yang dilakukan adalah identifikasi terkait dengan kebutuhan
program antara lain: calon sasaran, tutor, pengelola, sarana prasarana, waktu belajar,
tempat belajar, dan dana belajar. Sosialisasi dilaksanakan kepada seluruh lapisan
masyarakat melalui pimpinan lingkungan seperti aparat desa, ketua RT, ketua RW
serta tokoh masyarakat melalui kegiatan rutin yang biasa diselenggarakan di tingkat
RW dan RW. Disamping itu sosialisasi juga dilakukan dengan spanduk di tempat
yang strategis agar mudah dibaca oleh masyarakat. Identifikasi Calon Tutor/Nara
Sumber Kriteria yang harus dimiliki oleh tutor adalah: memiliki pengalaman di
bidang seni, sesuai dengan jenis seni budaya yang diajarkan; bersedia membelajarkan
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
dan mengarahkan peserta didik sampai selesai dan mengarahkan sampai mendapat
membentuk klub sebagai ajang bekerja. Dari hasil identifikasi ditetapkan 5 orang
tutor untuk membantu penyelenggaraan program KSBL. Mereka adalah para praktisi
seni lokal Banyumas, yaitu personil Persatuan pedalangan Indonesia (Pepadi) Kab.
Banyumas dan seorang anggota seni ebeg yang masih aktif di desa Kotayasa. Warga
belajar dalam program pendidikan keaksaraan seni budaya lokal adalah individu
heterogen yang memiliki perbedaan usia, pendidikan, pengalaman, pekerjaan, latar
belakang, minat, motivasi motivasi dan kemampuan. Berkembang tidaknya proses
penyelenggaraan program keaksaraan seni budaya lokal erat kaitannya dengan warga
belajar. Penyelenggara dibantu dengan pengelola keaksaraan melaksanakan
identifikasi calon warga belajar. Dari hasil ident tersebut kemudian diseleksi 50
orang yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
Penyelenggaraan
program KSBL dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran dan pelatihan. Proses
pembelajaran dilaksanakan untuk membantu peserta didik agar belajar
keberaksaraan, sedangkan pelatihan diberikan untuk meningkatkan ketrampilan
kesenian lokal sehingga bisa menunjang pekerjaannya, yang pada gilirannya akan
mampu meningkatkan kemampuan ekonomi.
Jadwal dan waktu pembelajaran
dan pelatihan ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara tutor dan warga
belajar. Waktu pelatihan untuk satu kali angkatan adalah 66 jam, dilaksanakan
seminggu sekali selama 2 jam. Sarana yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran KSBL yang sifatnya langsung adalah antara lain: ATK untuk warga
belajar, white board, seperangkat gamelan seperangkat alat musik calung, 1 buah
organ, sound system, 10 buah kuda lumping, seperangkat alat rodat, seperangkat alat
make up, 10 stel pakaian ebeg lengkap untuk pertunjukan. Karena sarana belajar ini
jumlah nya cukup banyak dan memerlukan ruang yang cukup luas, maka sarana
pembelajaran diletakkan di rumah salah seorang warga. Sedangkan prasarana yang
mendukung pelatihan seni budaya lokal yaitu ruang kelas, lapangan/halaman PKBM
(out door) meja kursi, karpet. Mengingat peralatan pembelajaran KSBL cukup
banyak, maka kegiatan pembelajaran dan pelatihan dilakukan di lapangan (out door)
PKBM Harmoni dan di salah satu rumah warga belajar yang memenuhi kriteria dan
bersedia menjadi tempat belajar. Metode pembelajaran menggunakan cara
demonstrasi, ceramah, diskusi, tanya jawab, dan kunjungan lapangan. Metode
demonstrasi digunakan ketika memperagakan permainan kesenian/alat musik dan
ketika menguji kemampuan ketrampilan berkesenian warga belajar. Kunjungan
lapangan dilakukan dengan cara mengajak warega belajar ke suatu tempat untuk
melihat secara langsung praktek pembuautan alat seni Sedangkan proses pelatihan
ketrampilan vokasional seni budaya lokal dilakukan secara berkelompok, dengan
tetap memperhatikan karakteristik individu agar tujuan pembelajaran tercapai. Tutor
memperlakukan individu sebagai orang dewasa yang unik yang mempunyai latar
belakang sendiri, pengalaman hidup dan kemampuan pun berbeda berbeda sehingga
peserta didik merasa nyaman dalam belajar, khususnya ketika belajar keaksaraan.
Belajar keaksaraan mereka padukan dengan pekerjaan dan seni budaya yang
dipelajari. Artinya unsur-unsur teknis dalam pekerjaaan dan seni diajarkan secara
simultan dengan keaksaraan.
Kecakapan vokasional yang dipelajari dalam program keaksaraan seni
budaya lokal adalah:
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
1. Karawitan gagrag banyumas dan calung yaitu karawitan dengan warna khas
yang lebih rancak yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang
bernafaskan kerakyatan
2. Tari lengger Banyumas yaitu tarian dengan iringan alat musik calung yang
dimainlan oleh 3 orang atau lebih penari putri di tengah pertujukan hadir seorang
badhor pria.
3. Dengglung Laras yaitu perpaduan antara musik dangdut dan campur sari ala
banyumasan
4. Ebeg Banyumasan yaitu seni pertunjukan kuda lumping khas Banyumas yang
diiringi gamelan bendhe dan calung
5. Make up panggung, para penari, pesinden dibelajarkan merias diri sendiri untuk
pertunjukan
6. Anyam ebeg yaitu membuat replika kuda lumping
Kurikulum disusun berdasarkan kesepakatan antara tutor, nara sumber teknis,
penyelenggara dan pengelola berdasarkan kebutuhan warga belajar yang mengacu
pada standar kompetensi yang harus dicapai dalam keaksaraan berbasis seni budaya
lokal yang diterbitkan direktorat Bindikmas. Berdasarkan diskusi dan hasil
identifikasi aspek yang perlu dikuatkan adalah: a) kekurangmampuan warga belajar
memahami kemampuan/potensi yang dimiliki; b) kekurangmampuan warga belajar
memecahkan masalah yang dimiliki; c) keterbatasan warga belajar tentang
informasi dan pengetahuan yang berhubungan pengembangan seni budaya lokal
yang sudah mereka miliki, dan d) keterbatasan vokasional yaitu kebutuhan warga
belajar untuk memiliki ketrampilan usaha dan mengelolanya sebagai kegiatan
usaha.
Implementasi di lapangan, silabus dan RPP program KSBL tidak disusun
secara detail. dijabarkan dalam rencana pembalajaran, Hal tersebut terbukti dari hasil
observasi administrasi tutor,
Tutor sebagai penanggungjawab keberhasilan
pembelajaran lebih mengutamakan hasil belajar ketrampilan berkesenian, daripada
menyusun administrasi pembelajaran. Bahan ajar tersebut antara lain: seri belajar
karawitan, ketrampilan jaran ckepang, Lengger dan Calung Banyumasan, Seni ebeg
Banyumasan.
Warga belajar pada kelompok belajar Keaksaraan Seni Budaya Lokal tidak
dipungut biaya. Pendanaan berasal dari aliran dana sosial Kemendiknas melalui
Direktorat Bindikmas tahun 2012. Dana lainnya diperoleh dari kelompok seni yang
mendapat job sebesar 10% yang sudahmenjadi kesepakatan antara warga belajar dan
penyelenggara berupa sumbangan wajib kelompok seni setiap kali mengadakan
pertunjukan (performance). Ada juga bantuan tidak mengikat dari mitra dan donatur.
Warga belajar gratis tidak dipungut biaya. Evaluasi pembelajaran dilakukan ketika
proses pembelajaran berlangsung sedangkan evaluasi akhir dilakukan ketika periode
pembelajaran berakhir.
Data yang ada dan dari hasil wawancara ternyata tutor tidak melaksanakan
evaluasi secara tertulis, mereka mengevaluasi peserta didik dengan praktek langsung
untuk para nayaga mereka nabuh, para waranggana akan nembang dan untuk para
penari ebeg mereka nari. Berakhirnya proses pembelajaran dan pelatihan dalam
program keasaraan berbasis seni budaya lokal, warga belajar diberi STSB (Surat
Tanda Serta Belajar).
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Implementasi penyelenggaraan keaksaraan seni budaya lokal mengasumsikan
Literacy as the necessity foundation for higher quality of life, yaitu sebagai dasar
penting untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik, melalui ketrampilan seni
budaya lokal.
Agar program KSBL membawa dampak pemberdayaan bagi masyarakat
dalam hal ini warga belajar sebagai entitas dalam program KSBL maka dilakukan
dengan pendekatan pendidikan masyarakat melalui prinsip lifelong education dalam
rangka pencapaian tujuan program, maka PKBM Harmoni melaksanakan prosedur
merencakan, melaksanakan, dan mengembangkan program (plan,do,and
improvment).
Strategi yang dilaksanakan PKBM Harmoni dalam menyelenggarakan KSBL
adalah:1) perencanaan 2) pengorganisasian 4) melakasanakan program, dan 5)
mengarahkan 6) mengembangkan program. Adapun pembahasannya sebagai
berikut:
Perencanaan program diawali dengan identifikasi kebutuhan , identifikasi
potensi, baik potensi sumber daya alam, potensi budaya, maupun potensi sumber
daya manusianya yang mendukung untuk pelaksanaan program.
Perencanaan program KSBL di PKBM Harmoni dilaksanakan dengan
memperhatikan
1. konteks lokal, program yang dikembangkan berdasarkan pada konteks sosial
lokal dan kebutuhan khusus warga belajar dan masyarakat sekitar
2. desain lokal, rancangan kegiatannya dirancang dengan memperhatikan minat,
kebutuhan, masalah, kenyataan, dan potensi atau sumber-sumber setempat
3. fungsionalitas hasil belajar, hasil belajar dirancang dapat difungsikan untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, khususnya masalah ekonomi dan
keaksaraan yang dihadapi warga belajar.
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur, menata, dan membagi
kewenangan dan tugas sumber daya manusia yang tergabung dalam organisasi
penyelenggara program meliputi ketua, sekretaris, bendahara, bagian kemitraan,
bagian pembelajaran, dan bagiaan kewirausahaan serta koordinator program.
Keberhsilan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan pelatihan KSBL
erat hubungannya dengan kemampuan tutor, motivasi peserta didik dalam mengikuti
program KSBL, dan kinerja para pengelola.
Tutor adalah para praktisi seni. Mereka berperan sebagai fasilitator.
Pengembangan pembelajaran dan pelatihan KSBL berdasarkan pada kurikulum yang
telah direncanakan bersama pengelola (ketua penyelenggara dan bagian
pembelajaran) dengan mengacu pada standar kompetensi yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan program KSBL, karena memang tbelum ada kurikulum baku dari
Direktorat Bindikmas.
Motivasi peserta didik lebih didasarkan atas persamaan hoby-kesenangan
terhadap kesenian lokal, sehingga memudahkan dalam proses kegiatan pelatihan.
Sarana prasarana kesenian mempu mendukung proses belajar dan latihan peserta
didik. waktu pelatihan cukup mendukung untuk menyelesaikan program KSBL. Dan
pendanaan berasal dari bantuan Direktorat Bindikmas, donator tidak tetap, hasil
pertunjukan.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Pengarahan dilakukan oleh ketua PKBM dalam bentuk monitoring langsung
ke kelompok belajar seni budaya lokal, agar pencapaian visi misi PKBM tercapai
melalui program KSBL.
Membangun jaringan Kemitraan yang dilakukan PKBM merupakan bentuk
kerja sama dengan lembaga baik pemerintah, swasta maupun perorangan. Adapun
lembaga mitra yang dimaksud adalah: 1) Direktorat Dikmas, mensuport dana untuk
penyelenggaraan; 2) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas dan SKB Purwokerto
bekerjasama dalam bentuk monitoring dan pendampingan, 3) Pepadi Kab. Banyumas
bermitra dalam bidang SDM yaitu sumber dan tutor KSBL serta menyalurkan
waranggana/penabuh dan sinden alumni warga belajar KSBL kepada dalang di
wilayah Banyumas; 4) bentuk kerjasama tidak mengikat dengan warga masyarakat
yang dengan sukarela menjadi donator atas penyelenggaraan program KSBL
Evaluasi CIPP Penyelenggaraan Program Keaksaraan Seni Budaya Lokal
Terdapat 4 (empat) alasan yang dapat dikemukakan mengapa PKBM
Harmoni menyelenggarakan program keaksaraan seni budaya lokal. Pertama yaitu
jumlah penduduk tidak tamat SD di Desa Kotayasa cukup besar, notabene
mempunyai kemampuan keaksaraan rendah. Kedua, jumlah penduduk usia angkatan
kerja produktif cukup tinggi dan belum mempunyai pekerjaan tetap, Ketiga, potensi
seni budaya lokal yang belum digarap maksimal. Keempat, visi misi PKBM Harmoni
sejalan dengan tujuan penyelenggaraan program KSBL yang merupakan salah satu
program kerja Bindikmas. Berdasar 4 alasan tersebut diatas diharapkan
penyelenggaraan program keaksaraan seni budaya lokal mampu meningkatkan
keberdayaan masyarakat baik dalam segi ekonomi, sosial, politik maupun budaya
masyarakat. Jadi kontek program KSBL sesuai dengan latar belakang dan tujuan
yang akan dicapai dari program KSBL
Kinerja dan peran pengelola/pengurus kurang maksimal dalam menjalankan
tugas dan fungsinya seperti yang telah disepakati bersama, karena yang dominan
dalam pengelolaan program keaksaraan seni budaya lokal adalah ketua
penyelenggara yang kebetulan juga seorang praktisi seni lokal banyumasan.
Termasuk yang membangun kemitraan dengan pihak luar (loby, promosi dan
pelaksanaannya). Untuk itu pembagian tugas dan wewenang dalam struktur
kepengurusan perlu ditegaskan kembali kepada para pengelola agar pencapaian
tujuan berjalan sesuai dengan yang direncakan. Meskipun tutor sudah memenuhi
syarat dan secara akademik sudah memenuhi kompetensi, namun salah satu bagian
pencapaian kompetensi pedagogik tutor tidak dipenuhi yaitu membuat persiapan
pembelajaran dan pelatihan (RPP) sebelum melaksanakan KBM. Sasaran peserta
didik untuk program KSBL dipandang baik karena sudah sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, motivasi belajar pun dipandang baik karena mereka belajar
berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka terbukti dari banyaknya persamaan
kesenangan dan latar belakang peserta didik mengikuti program KSBL. Ketersediaan
fasilitas sarana prasarana dana belajar dan jaringan kemitraan telah memenuhi
kriteria. Fasilitas yang sudah ada dirawat dan perlu ditingkatkan jenis dan jumlahnya
sehingga dukungan dana perlu digali dan jaringan kemitraan perlu diperluas lagi agar
seni budaya lokal bisa berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Warga belajar cukup sesuai dengan kriteria sasaran program KSBL, motivasi
belajar yang utama adalah karena persamaan kesenengan, hoby dan tujuan sehingga
warga belajar lebih mudah untuk menguasai ketrampilan berkesenian
Ketersediaan fasilitas sarana prasarana sangat berpengaruh terhadap
kelancatran pelaksanaan pembelajaran dan pelatihan. Fasilitas yang sudah ada
dirawat dan perlu ditingkatkan jenis dan jumlahnya sehingga dukungan dana perlu
digali dan jaringan kemitraan perlu diperluas lagi agar seni budaya lokal bisa
berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.
Pada dasarnya evaluasi input yang perlu dkuatkan adalah: 1) Tupoksi
pengelola dalam struktur organisasi tidak berjalan sesuai dengan rencana yang sudah
ditentukan sebelumnya; 2) kualifikasi pendidikan tutor sudah memenuhi standar
minimal dan tutor sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, tapi kecakapan
pedagogik dalam hal administrasi perancangan pembelajaran dan kemampuan
melaksanakan evaluasi pembelajarannya masih kurang sesuai dengan rencana
program.
Evaluasi proses secara umum bertujuan untuk menilai proses Pembelajaran
KSBL waktu pembelajaran/jadwal pembelajaran, aktivitas warga belajar, faktor
penghambat kegiatan, faktor pendorong, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi
Jadwal ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara tutor dan warga belajar.
Waktu pelatihan untuk satu kali angkatan adalah 66 jam, dilaksanakan seminggu
sekali selama 2 jam dimulai jam 15.30-17.00 WIB. Kesepakatan setiap pertemuan
sering dilanggar, hal ini disebabkan karena kedatangan warga belajar yang tidak
tepat waktu dan ketika proses pelatihan (nabuh maupun nembang) mereka lupa
waktu. Metode pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh tutor menggunakan
pendekatan partisipatif karena dalam rancangan dan proses pembelajaran warga
belajar, penyelenaggara dan tutor terlibat secara langsung. Desain lokal menjadi
dasar dari pengembangan materi pelatihan seni budaya karena yang dipelajari adalah
karawitan gagrag Banayumasan, calung, ebeg, lengger dan dengglung laras yang
merupakan kesenian lokal daerah Banyumas. Warga belajar memilih kelompok seni
sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka sehingga hasil belajarnya bisa
difungsionalisasikan untuk menambah penghasilan yang pada gilirannya bisa
meningkatkan kesejahteraan warga belajar. Aktivitas warga belajar dalam mengikuti
proses pelatihan sudah baik, karena mereka terlibat aktif secara langsung
memperagakan fasilitas yang ada dalam proses pembelajaran dan pelatihan
keaksaraan senin budaya lokal. Tutor berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi
berlangsungnya proses pelatihan. Kegiatan belajar mengajar keaksaraaan secara
harfiah yaitu meningkatkan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan
berkomunikasi mengguanakan bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian, karena
hanya terdapat 6 warga belajar berkeaksaraan rendah yang pembelajarannya
dilakukan dengan pendekatan individual. Evaluasi pembelajaran oleh tutor adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menilai kemampuan warga belajar. Ada 3 macam
evaluasi pembelajaran yang seharusnya dilakukan, yaitu evaluasi pra pembelajaran
(pre test) , evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi akhir (post test). Rupanya tutor
hanya melaksanakan evaluasi proses saja karena untuk mengukur kemampuan warga
belajar tutor menilainya ketika berpartisipasi memainkan seni lokal dalam kelompok
masing-masing. Untuk pengembangan program dilaksanakan sosialisasi dan
promosi, menjalin kemitraan dan membentuk kelompok seni dan kelompok usaha
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
bersama. Diperlukan perbaikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran oleh tutor.
Karena tutor hanya melaksanakan evalusi untuk kemampuan motorik saja, yaitu
tentang ketrampilan berkesenian. Evaluasi lain tidak dilaksanakan untuk mengukur
keberhasilan warga belajar. Disamping itu tutor juga tidak mempersiapkan secara
administrasi sebelum pembelajaran dimulai, artinya tutor tidak membuat RPP
Pendidikan dan Pelatihan KSBL.
Diukur dari hasil yang timbul adanya program KSBL, program dapat
dikategorikan berhasil, karena, terbentuk kelompok seni baru sebagai wujud
terpeliharanya kearifan seni budaya lokal di desa Kotayasa yang diapresiasi melalui
pementasan seni, berarti pula tumbuh kesadaran masyarakat untuk menghargai seni
lokal daerah sendiri. Dan terbentuk pula Kelompok belajar usaha anyam ebeg
banyumasan yang produknya layak jual sehingga bisa menambah penghasilan
anggota kelompoknya. Saran untuk perbaikan penyelenggaraan program keaksaraan
seni budaya lokal di PKBM Harmoni adalah sebagai berikut: 1) Prioritaskan
sasaran pada warga masyarakat berkeaksaraan rendah/paska
keaksaraan dasar dan atau lulusan kelompok belajar kesetaraan
sehingga ketepatan sasaran cukup tinggi (adekuat); 2) Pengelolaan
pembelajaran tidak melulu pada pencapaian kompetensi bidang seni
saja, tapi kompetensi keaksaraan lanjutan juga dibelajarkan kepada
semua peserta didik; 3) Ketua penyelenggara hendaknya
mendelegasikan tugas kepada yang bersangkutan agar berjalan
sesuai dengan fungsinya; 4) Kompetensi profesional tutor perlu
ditingkatkan, mengingat secara administrasi hampir semua tutor
kurang mempersiapkan rencana pembelajaran ; 5) Pengelola dan
lembaga mitra hendaknya melaksanakan monitoring dan evaluasi
untuk perbaikan program selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Rukminto Isbandi (1994) Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu
Kesejahteraan, Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin A.J.(2007) Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Badrun
Kartowangiran
(2009)
Makalah
evaluasi
disampaiakan pada Pelatihan evaluasi program di UNY
Bindikmas, Kemendikbud
penyelenggaraan PKBM
(2013)
Pedoman
program
pembentukan
dan
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Bungin, B. (2000). Analisis Data Penelitian Kualitatif:Pemahaman
Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.
Jakarta:Rajawali Pers
Ditjen Bindikmas. (2012) Juknis Program Pendidikan Keaksaraan
Berbasis Seni Budaya Lokal. Ditjen Bindikmas
Entoh Tohani. Evaluasi Kelembagaan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) Sebagai Agent Pengembangan Masyarakat
di Kab. Bantul, Provinsi DIY
Halliday, T.J (2006) , The Development of New Zeland Reading Test,
Thesis of University of Waikato, New Zeland. (diunduh di
http://researchcommons.waikato.ac.nz, 12 Sept 2013)
Kusmiadi, Ade (2005) Model Program Pembelajaran Pasca-keaksaraan
untuk Pemberdayaan Perempuan Pedesaan.
Lidya Freyani Hawadi, Psikolog dalam acara “ International Seminar
on the Development of Media Literacy for the Remote Area”
http://www.p2pnfisemarang.org (diakses 18 februari 2014)
Marzuki, Saleh (2010) Pendidikan Noformal, Dimensi Da;lam
Kdeaksaraan
Fungsional,
Pelatihan,
dan
Andragogi,
Bandung:Remaja Rosdakarya
Panjaitan Merphin (2009)
Memberdayakan
Jakarta:BPK Gunung Mulia
Kaum
Miskin,
Sarbini, (2009) Makalah evaluasi program disampaiakan pada
Pelatihan evaluasi program di UNY
Sudjana, D, 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung:
Falah Production.
Sugiyono. (2008) metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan RD.
Bandung: Alfabeta.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Sutardi (2009) Makalah evaluasi program disampaiakan pada
Pelatihan evaluasi program di UNY
Tim peneliti: Rofiq, Widodo,Yani dan Romdin. (2005). Pemberdayaan
Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan, Jogjakarta: LkiS Pelangi
Aksara.
Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan (2007)
Pendidikan, Imperial Bhakti Utama.
Ilmu
dan
Aplikasi
Umbertus Sihombing, (1999) Pendidikan luar sekolah: kini dan masa
depan, Jakarta: Mahkota.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional
Wrihatnolo
& Dwijowijoto. (2007). Managemen Pemberdayaan :
Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan
Masyarakat, Jakarta: Gramedia.
Widiaputranti, C dan Eko S (2005). Pemberdayaan Kaum Marginal,
Jogjakarta: APMD Press
Wahyudi Ruwiyanto (1994) Peranan pendidikan dalam pengentasan
masyarakat miskin : pengaruh faktor-faktor dinamika
organisasi lembaga pendidikan karya terhadap manfaat
sosioekonomi warga belajar, Jakarta : RajaGrafindo Persada
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007)
Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan fip-upn, penerbit: PT. Imperial bhakti utama
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
STRATEGI PENGELOLAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)
DALAM MENYELENGGARAKAN PROGRAM KEAKSARAAN
BERBASIS SENI BUDAYA LOKAL
Wijayanti
Bambang Ismanto
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Penelitian tentang Strategi Pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Dalam Menyelenggarakan Program Keaksaraan Berbasis Seni Budaya Lokal adalah
penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang berusaha mengungkap
bagaimana cara yang ditempuh PKBM Harmoni di Desa Kotayasa dalam
menjalankan program Keaksaraan Seni Budaya lokal (sebagai salah satu program
Dikmas) untuk memberdayakan masyarakat serta penilaian terhadap aspek-aspek
penyelenggaraan program dengan pendekatan kontek, in put, proses dan produk.
Subyek penelitian ini adalah pengelola, tutor, peserta didik program keaksaraan
berbasis seni budaya lokal, serta warga masyarakat di sekitar PKBM Harmoni.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
dan trianggulasi untuk menjamin kebenaran data. Analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data dari berbagai sumber yang diperoleh. Adapun kegunaan
penelitian secara teoritis diharapkan bisa dijadikan wacana dan informasi bagi
penelitian selanjutnya, Sedangkan secara praktis diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan bagi PKBM Harmoni dalam
penyelenggaraan program selanjutnya sebagai upaya mencapai tujuan yang lebih
baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi atau cara yang ditempuh
dalam menyelenggarakan program diawali dengan perencanaan, pendelegasian tugas,
pelaksanaan program, pengarahan yang dilakukan oleh ketua penyelenggara selaku
pimpinan lembaga. Pengembangan program berhasil dilakukan dengan membentuk
Kelompok Belajar Usaha, Kelompok Seni dan kemitraan dengan DUDI dan Pepadi
Kab. Banyumas.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa latar belakang
diselenggarakannya program sudah tepat (aspek konteks).Aspek input yaitu warga
belajar, motivasi warga belajar, pendanaan dan sarana prasarana sudah bagus, aspek
yang perlu diperbaiki yaitu manajemen pengelola dan persiapan tutor dalam
mengajar. Aspek proses secara umum berjalan cukup baik meskipun ada beberapa
yang perlu ditinjau ulang sehubungan dengan waktu belajar karena ketika salah satu
peserta datang terlambat atau tidak hadir akan mempengaruhi fungsi yang lain.
Aspek produk sudah bagus, ditunjukkan dengan terbentuknya kelompok seni lokal
sebagai perwujudan dari menghargai dan melestarikan seni budaya lokal dan
peningkatan ketrampilan di bidang seni budaya lokal Banyumasan, yang pada
gilirannya membantu keberdayaan warga belajar juga.
Kata kunci: strategi, pengelolaan, keaksaraan seni budaya lokal.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
PENDAHULUAN
Penduduk niraksara tahun 2013 di atas usia 15 tahun berjumlah 7.557.344
jiwa, dan mereka sebagian besar (hampir 66%) perempuan, hidup di bawah
kemiskinan dan berdomisili di perdesaan terpencil dan daerah terluar. Mereka adalah
buruh tani dan petani dengan lahan sempit, buruh, nelayan.
Bermacam program keaksaraan untuk mengurangi angka niraksara dan
meningkatkan serta menjaga kelestarian kemampuan keaksaraan masyarakat dengan
melalui berbagai macam pendekatan, diantaranya adalah pendidikan keaksaraan
berbasis seni budaya lokal yang bertujuan untuk: pertama, pelestarian kemampuan
keaksaraan; kedua, mengembangkan ekonomi masyarakat (peserta didik) untuk
menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan ekonomi, ketiga; pelestarian,
menyangkut aspek kebertahanan identitas seni budaya lokal masyarakat yang
menyokong integrasi nasional dan keempat; berkaitan dengan kemampuan
masyarakat melaksanakan pengorganisasian potensi seni budaya lokal. (Direktorat
Bindikmas, 2012).
Potensi dan aset seni budaya lokal masyarakat beragam, potensi SDM dan
potensi kelembagaan lokal yang ada belum didayagunakan secara optimal. PKBM
sebagai satuan pendidikan nonformal (UU Nomor 20 tahun 2003 Bagian kelima
Pasal 26) menjadi salah satu alternatif ajang proses pemberdayaan masyarakat,
karena lembaga tersebut juga bertanggungjawab terhadap pendidikan nasional dan
sebagai lembaga pendidikan yang dibentuk dengan filosofi dari masyarakat, untuk
masyarakat, dan oleh masyarakat. (Direktorat Bindikmas, 2013)
Masyarakat selayaknya ikut berkontribusi terhadap penyelenggaraan PKBM
karena masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari
pendidikan yaitu sebagai objek bahkan subyek dari pendidikan itu sendiri.
Keberhasilan PKBM tidak lepas dari dukungan semua pihak, baik penyelenggara,
pengelola, tutor, warga belajar serta lingkungan dan masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Tapi disayangkan, banyak potensi yang
dimiliki oleh masyarakat yang selama ini belum dikembangkan secara
maksimal, termasuk potensi seni budaya lokal sebagai kekayaan budaya bangsa.
Penulis akan meneliti tentang pengelolaan program keaksaraan seni budaya
lokal berserta pencapaian komponen program yang akan dianalisis dan dievaluasi
dengan pendekatan context, input, process dan product (CIPP)
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil identifikasi awal tersebut di
atas, maka diurai beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi penyelenggaraan program keaksaraan seni budaya lokal
oleh PKBM Harmoni di Desa Kotayasa Kec. Sumbang Kab. Banyumas?.
2. Bagaimana evaluasi context, input, process dan product dari program
keaksaraan seni budaya lokal yang diselenggarakan PKBM Harmoni di Desa
Kotayasa Kec. Sumbang Kab. Banyumas?
Strategi menurut beberapa ahli, yang dijelaskan oleh Rochaety dan Gusti
Yanti (2005), diantaranya menurut Glueek, strategi adalah satu kesatuan rencana
yang komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi organisasi
dengan lingkungan yang dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan organisasi
tercapai. Menurut Robson, strategi merupakan pola keputusan dari alokasi sumber
yang dibuat untuk mencapai tujuan. Menurut Djamarah dan Zain (2006) strategi
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan.
Ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam melaksanakan suatu strategi
sebelum melaksanakan strategi pendidikan yang akan dilakukan, yaitu: pimpinan
lembaga mampu menganalisis terlebih dahulu strategi yang akan dilaksanakan
dengan menganalisis lingkungan, baik internal maupun eksternal lembaga
pendidikan., kemudian menganalisis budaya lingkungan dan mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
sumber daya lainnya. Setelah melakukan analisis strategi kemudian melakukan
pemilihan strategi yang akan dilaksanakan dengan cara mengidentifikasi alternatif
pilihan yang ada kemudian mempersiapkan evaluasi dan memilih salah satu strategi
yang tepat. Tahap berikutnya adalah mengimplementasikan strategi yang telah
dipilih dengan menetapkan sistem dan personil yang akan diberdayakan. Selanjutnya
membuat struktur organisasi untuk kemudian merencanakan dan mengalokasikan
sumber-sumber yang ada.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah strategi
merupakan: 1) satu kesatuan rencana yang komprehensif dan terpadu yang terpadu
untuk mencapai tujuan; 2) untuk menyusun strategi diperlukan analisis lingkungan,
karena lingkungan akan menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi; 3)
pencapian tujuan organisasi akan dihadapkan pada pilihan alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan; 4) strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh
organisasi dan memerlukan evaluasi.
Evaluasi menurut Tyler, Stufflebeam, dan Suchman yang dikutip Badrun
Kartowangiran (2009) mendefinisikan evaluasi sebagai proses penentuan hasil yang
dicapai oleh beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan. Sementara itu Stufflebeam dan Trespeces menjelaskan bahwa evaluasi adalah
proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat
bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Dalam hal ini,
Kartowangiran (2009) menjelaskan bahwa evaluasi adalah pencarian sesuatu yang
berharga dari sesuatu; termasuk di dalamnya mencari informasi yang bermanfaaat
untuk menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, tujuan atau alternatif
pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. The Joint
Committe on Standards of Evaluation (JCSE) menjelaskan evaluasi adalah
penyelidikan yang sistematis mengenai kebermanfaatan dan keberhargaan suatu
obyek. Sementara itu, Arikunto dan Cepi (2009) menyebutkan bahwa evaluasi
program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program. Pengertian program sendiri ada beberapa.
Dalam kamus program adalah rencana kegiatan yang dilakukan dengan seksama.
Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. Menurut Tyler
evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah
terealisasikan. Menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi program adalah upaya
menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah upaya
mengukur dampak yang lebih menekankan pada hasil program dengan menilai
seberapa baik program tersebut dilaksanakan.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Menurut Arikunto (2009) ada 6 indikator untuk menilai suatu program
pendidikan, yaitu: 1) Kurikulum. Kurikulum yang tepat akan berpengaruh terhadap
kualitas pendidikan; 2) Tutor. Kompetensi dan kualifikasi tutor menentukan
keberhasilan suatu program pembelajaran; 3) Sarana prasarana merupakan faktor
pendukung untuk kegiatan belajar mengajar; 4) Peserta didik yang diolah dalam
pembelajaran dengan baik akan menghasilkan peserta didik yang berhasil sesuai
tujuan program; 5) Kegiatan belajar mengajar merupakan kunci pokok dalam
mencapai keberhasilan program pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan tutor yang
kompeten sesuai standar kompetensi yang ada, sehingga berhasil mengelola
pembelajatran dengan baik; dan ke 6) Pengelola. Kualitas pengelola berpengaruh
juga terhadap mutu program. Kunci pokok pengelolaan program terletak pada
bagaimana ketua penyelenggara selaku manager lembaga memimpin program untuk
pencapaian tujuan.
Untuk mengetahui keberhasilan program dilakukan evaluasi dengan
pendekatan pendekatan CIPP (Context, Input, Process, and Product), yang masingmasing tahap akan mengamati aspek yang berbeda yaitu aspek Context, akan
mengidentifikasi latar belakang perlunya mengadakan perubahan atau munculnya
program dari beberapa subjek yang terlibat dalam pengambilan keputusan (Endang
Mulyatiningsih, 2011). Evaluasi konteks bermanfaat untuk mengetahui apakah
tujuan program benar-benar sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum. Dengan
temuan ini dapat disarankan agar tujuan program yang telah dirumuskan
dipertahankan, disempurnakan atau diganti. Evaluasi input dilakukan untuk
mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sumber daya bahan, alat, manusia dan
biaya, untuk melaksanakan program yang telah dipilih. (Endang Mulyatiningsih,
2011) Manfaat dari evaluasi input adalah dapat diketahui apakah masukan baik yang
berupa peralatan, strategi dan sumber daya sudah sesuai dengan tuntutan atau belum,
artinya apakah masukan ini sudah benar-benar dapat mengantarkan program menuju
tujuan yang telah ditentukan atau belum. Dengan temuan ini dapat disarankan seawal
mungkin agar masukan disesuaikan dengan tujuan program yang telah ditentukan
dapat dicapai dengan baik. Evaluasi proses bertujuan untuk mengidentifikasi atau
memprediksi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan atau implementasi
program. Evaluasi dilakukan dengan mencatat atau mendokumentasikan setiap
kejadian dalam pelaksanaan kegiatan, memonitor kegiatan-kegiatan yang berpotensi
menghambat dan menimbulkan kesulitan yang tidak diharapkan, menemukan
informasi khusus yang berada diluar rencana; menilai dan menjelaskan proses secara
aktual. Selama proses evaluasi, evaluator dituntut berinteraksi dengan staf pelaksana
program secara terus menerus. (Endang Mulyatiningsih, 2011). Evaluasi produk
bertujuan untuk mengukur, menginterprestasikan dan memutuskan hasil yang telah
dicapai oleh program, yaitu apakah telah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan atau belum (Endang Mulyatiningsih, 2011).
Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan
merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia. Sedangkan Koentjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia
melalui belajar. (Sutardi, 2007). Budaya lokal dikaitkan dengan langsung dengan
kewilayahan atau terkait langsung dengan daerah. Budaya lokal meliputi berbagai
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
kebiasaan dan nilai bersama yang dianut masyarakat tertentu. Sedangkan pengertian
seni adalah suatu karya yang bisa dinikmati oleh alat indra manusia.
Seni budaya lokal adalah salah satu karya manusia yang dapat dinikmati oleh
alat indra dan di dalamnya terdapat pengetahuan, moral, dan perilaku hidup manusia
serta adat istiadat yang berkembang di masing-masing daerah yang perlu
dikembangkan dan dilestarikan. Pendidikan Keaksaraan Berbasis Seni Budaya
Lokal merupakan pendidikan paska keaksaraan dasar untuk memberikan kemampuan
melestarikan seni budaya lokal melalui pembelajaran dan pelatihan guna
meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat di bidang seni budaya
lokal (www.paudni.kemdikbud.go.id). Secara umum tujuan yang diharapkan dari
penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan berbasis seni budaya lokal ini
adalah:
1. meningkatnya kemampuan keberaksaraan peserta didik;
2. meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik di bidang seni
budaya lokal;
3. meningkatnya kesadaran untuk menghargai dan melestarikan seni budaya lokaal
sebagai bagian dari jati diri dan kekayaan budaya bangsa;
4. terpeliharanya seni budaya/kearifan lokal di suatu daerah yang diapresiasikan
melalui pementasan seni budaya, sebagai bekal untuk bekerja atau berusaha
mandiri dalam rangka mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan
dan buta aksara, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Melalui prinsip Lifelong Education pemberdayaan yang diarahkan untuk
kepentingan kehidupan ekonomi masyarakat menjadi penting dilaksanakan. Menurut
Kindervatter yang dikutip oleh Kusmiadi (2007) pendekatan pemberdayaan dalam
pendidikan luar sekolah meliputi pendekatan berdasarkan kebutuhan (need oriented)
pendekatan berdasarkan keadaan setempat (indigenous), pendekatan mengutamakan
aspek lingkungan (ecological sound) dan pendekatan yang berorientasi transformasi
struktural-perubahan struktur sistem (based on structural transformation)
Menurut Sudjana (2000), agar pendidikan nonformal dapat memberdayakan
masyarakat maka harus didasarkan pada lima strategi dasar yaitu: 1) pendekatan
kemanusiaan (humanistic approach), masyarakat dipandang sebagai subjek
pembangunan dan masyarakat diakui memiliki potensi untuk berkembang
sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya, 2) pendekatan
partisipatif (participatory approach), mengandung arti bahwa masyarakat, lembagalembaga terkait dan atau komunitas dilibatkan dalam pengelolaan dan pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat, 3) pendekatan kolaboratif (collaborative approach),
dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat perlu adanya kerjasama dengan
pihak lain (terintegrasi) dan terkoordinasi dan sinergi, 4) pendekatan berkelanjutan
(continuing approach), yaitu pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secara
berkesinambungan dan untuk itulah pembinaan kader yang berasal dari masyarakat
menjadi hal yang paling pokok, dan 5) pendekatan budaya (cultural approach),
penghargaan budaya dan kebisaan, adat istiadat yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan.
PKBM sebagai lembaga kemasyarakatan lokal, secara filosofis merupakan
lembaga bentukan masyarakat lokal (dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh
masyarakat), kiranya wajar apabila PKBM mampu berperan ikut memberdayakan
masyarakat.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji sejauh mana peran semua unsur
(tutor , penyelenggara, pengelola, masyarakat,mitra dan p[eserta didik) dalam
penyelenggaraan program keaksaraan berbasis seni budaya lokal apakah menyentuh
dan mengangkat masyarakat/warga belajar menjadi lebih baik dalam kehidupannya
yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan (ekonomi), kesadaran akan
lingkungan sosialnya atau apakah warga belajar/masyarakat
mengerti dan
memahami bagaimana membangun dirinya (memberdayakan dirinya).
PKBM sebagai lembaga pendidikan nonformal memiliki potensi untuk
menyelenggarakan layanan pendidikan nonformal informal yang berada di
masyarakat dan didirikan dengan maksud untuk membelajarkan masyarakat, yang
berarti berpotensi juga untuk memberdayakan masyarakat, termasuk di dalamnya
membantu kelompok marginal, masyarakat yang kurang beruntung (miskin,
menganggur, tingkat keaksaraan rendah, kemampuan vokasional terbatas) agar
mampu memiliki posisi yang seimbang dengan kelompok lain yang lebih mapan
secara ekonomi sosial bahkan politik.
Melalui potensi sumber daya lokal termasuk potensi SDM dan budaya lokal
serta membaca peluang pasar, (marketable kesenian lokal), PKBM memiliki potensi
menyelenggarakan program tersebut. Adapun tujuan program pendidikan keaksaraan
berbasis seni budaya lokal adalah untuk a) meningkatkan kemampuan keberaksaraan;
b) meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik di bidang seni
budaya lokal; c) meningkatkan kesadaran untuk menghargai dan melestarikan seni
budaya lokal sebagai bagian dari jati diri dan kekayaan budaya bangsa; d)
memelihara seni budaya/kearifan lokal di daerah yang diapresiasikan melalui
pementasan seni budaya, sebagai bekal untuk bekerja atau berusaha mandiri dalam
rangka mengurangi pengangguran, dan meningkatkan penghasilan untuk
menumbuhkan keberdayaan peserta didik.
Strategi pelaksanaan program dikembangkan melalui perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan program dikembangkan atas dasar kondisi
empirik di lapangan. Strategi proses belajar mengajar dilakukan dalam bentuk
pelatihan dengan memadukan keaksaraan, pekerjaan dan seni lokal dengan
pendekatan andragogi. Dengan dukungan tutor, peserta didi, sarana prasarana,
pendanaan, kurikulum dan pengembangan bahan ajar, dikelola untuk mencapai
tujuan program yaitu: meningkatnya kemampuan keberaksaraan peserta didik;
meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik di bidang seni
budaya lokal; meningkatnya kesadaran menghargai dan melestarikan seni budaya
lokal. Strategi evaluasi pembelajaran dilaksanakan ketika sebelum pembelajaran,
ketika proses pembelajaran dan akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar
peserta didik.
Untuk mengukur capaian keberhasilan program maka dilakukan evaluasi
program, meliputi komponen konteks, input, proses dan produk.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan alat bantu evaluasi CIPP.
Subyek penelitian adalah pengelola, tutor, peserta didik program keaksaraan
berbasis seni budaya lokal, serta warga masyarakat di sekitar PKBM Harmoni.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi,
serta trianggulasi untuk menjamin kebenaran data. Analisis data dimulai dengan
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
menelaah seluruh data dari berbagai sumber yang diperoleh, kemudian mereduksi
data, dengan memilah data yang relevan, untuk disajikan dalam bentuk deskipsi
dengan kata-kata sehingga mudah dipahami.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Sepintas tidak ada yang istimewa dari desa Kotayasa, kecuali jumlah
angkatan usia kerja produktif dan jumlah penduduk niraksara dsn berkeaksaraan
rendah cukup tinggi. Data penduduk usia kerja diketahui sebagai berikut: bahwa usia
kerja muda, 15-24 tahun ada 1305 (16%) dan usia kerja produktif, 25-44 tahun ada
2179 (26%) dari seluruh penduduk berjumlah 8416 jiwa. Hal tersebut menunjukkan
bahwa usia angkatan kerja produktif di desa Kotayasa cukup tinggi 42%, dan
sebagian besar bekerja di sektor informal sebagai petani, buruh pedagang dan sopir.
Bahkan sebagian dari mereka belum mendapat pekerjaan atau sedang mencari kerja.
Gambaran pendidikan warga desa diperoleh data sebagai berikut: usia prasekolah
berjumlah 2572, tidak tamat SD 895, tamat SD atau sederajad 3907orang , tamat
SMP atau sederajad 672 orang, tamat SMA atau sederajad 296 orang, dan tamat
akademi atau perguruan tinggi 74 orang. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase
angka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tidak berimbang dan angka
tidak tamat SD masih tinggi, meskipun Kab. Banyumas mencanangkan program
pendidikan dasar 9 tahun. hal tersebut sama artinya dengan di Kotayasa terdapat
warga yang berkeaksaraan rendah bahkan niraksara (buta aksara)
Potensi sumberdaya lokal yang belum digarap maksimal. Baik potensi
sumber daya manusia, potensi alam, maupun potensi seni dan budaya. Terbukti dari
hasil identifikasi ternyata ada 4 orang tokoh seni lokal kotayasa dan kelompok seni
lokal yang keberadaannya mati suri, hidup enggan mati tak mau, antara lain
kelompok seni dengglung laras, rodat, lengger, karawitan, ebeg dan calung
banyumasan.
Dari kondisi lapangan tersebut diatas, PKBM Harmoni kemudian
mengadakan inisiatif untuk menyelenggarakan program untuk mengangkat seni
budaya lokal agar masyarakat melek (literate) terhadap seni lokal Kotayasa pada
khususnya dan seni Banyumas pada umumnya dengan strategi sebagai berikut:
Merencanakan program
Analisis Kebutuhan, dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah yang
dihadapi masyarakat desa Kotayasa, potensi seni lokal, dan kebutuhan program.
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, minat adalah ketertarikan individu
terhadap sesuatu dan kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi. Disamping itu
kegiatan identifikasi yang dilakukan adalah identifikasi terkait dengan kebutuhan
program antara lain: calon sasaran, tutor, pengelola, sarana prasarana, waktu belajar,
tempat belajar, dan dana belajar. Sosialisasi dilaksanakan kepada seluruh lapisan
masyarakat melalui pimpinan lingkungan seperti aparat desa, ketua RT, ketua RW
serta tokoh masyarakat melalui kegiatan rutin yang biasa diselenggarakan di tingkat
RW dan RW. Disamping itu sosialisasi juga dilakukan dengan spanduk di tempat
yang strategis agar mudah dibaca oleh masyarakat. Identifikasi Calon Tutor/Nara
Sumber Kriteria yang harus dimiliki oleh tutor adalah: memiliki pengalaman di
bidang seni, sesuai dengan jenis seni budaya yang diajarkan; bersedia membelajarkan
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
dan mengarahkan peserta didik sampai selesai dan mengarahkan sampai mendapat
membentuk klub sebagai ajang bekerja. Dari hasil identifikasi ditetapkan 5 orang
tutor untuk membantu penyelenggaraan program KSBL. Mereka adalah para praktisi
seni lokal Banyumas, yaitu personil Persatuan pedalangan Indonesia (Pepadi) Kab.
Banyumas dan seorang anggota seni ebeg yang masih aktif di desa Kotayasa. Warga
belajar dalam program pendidikan keaksaraan seni budaya lokal adalah individu
heterogen yang memiliki perbedaan usia, pendidikan, pengalaman, pekerjaan, latar
belakang, minat, motivasi motivasi dan kemampuan. Berkembang tidaknya proses
penyelenggaraan program keaksaraan seni budaya lokal erat kaitannya dengan warga
belajar. Penyelenggara dibantu dengan pengelola keaksaraan melaksanakan
identifikasi calon warga belajar. Dari hasil ident tersebut kemudian diseleksi 50
orang yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
Penyelenggaraan
program KSBL dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran dan pelatihan. Proses
pembelajaran dilaksanakan untuk membantu peserta didik agar belajar
keberaksaraan, sedangkan pelatihan diberikan untuk meningkatkan ketrampilan
kesenian lokal sehingga bisa menunjang pekerjaannya, yang pada gilirannya akan
mampu meningkatkan kemampuan ekonomi.
Jadwal dan waktu pembelajaran
dan pelatihan ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara tutor dan warga
belajar. Waktu pelatihan untuk satu kali angkatan adalah 66 jam, dilaksanakan
seminggu sekali selama 2 jam. Sarana yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran KSBL yang sifatnya langsung adalah antara lain: ATK untuk warga
belajar, white board, seperangkat gamelan seperangkat alat musik calung, 1 buah
organ, sound system, 10 buah kuda lumping, seperangkat alat rodat, seperangkat alat
make up, 10 stel pakaian ebeg lengkap untuk pertunjukan. Karena sarana belajar ini
jumlah nya cukup banyak dan memerlukan ruang yang cukup luas, maka sarana
pembelajaran diletakkan di rumah salah seorang warga. Sedangkan prasarana yang
mendukung pelatihan seni budaya lokal yaitu ruang kelas, lapangan/halaman PKBM
(out door) meja kursi, karpet. Mengingat peralatan pembelajaran KSBL cukup
banyak, maka kegiatan pembelajaran dan pelatihan dilakukan di lapangan (out door)
PKBM Harmoni dan di salah satu rumah warga belajar yang memenuhi kriteria dan
bersedia menjadi tempat belajar. Metode pembelajaran menggunakan cara
demonstrasi, ceramah, diskusi, tanya jawab, dan kunjungan lapangan. Metode
demonstrasi digunakan ketika memperagakan permainan kesenian/alat musik dan
ketika menguji kemampuan ketrampilan berkesenian warga belajar. Kunjungan
lapangan dilakukan dengan cara mengajak warega belajar ke suatu tempat untuk
melihat secara langsung praktek pembuautan alat seni Sedangkan proses pelatihan
ketrampilan vokasional seni budaya lokal dilakukan secara berkelompok, dengan
tetap memperhatikan karakteristik individu agar tujuan pembelajaran tercapai. Tutor
memperlakukan individu sebagai orang dewasa yang unik yang mempunyai latar
belakang sendiri, pengalaman hidup dan kemampuan pun berbeda berbeda sehingga
peserta didik merasa nyaman dalam belajar, khususnya ketika belajar keaksaraan.
Belajar keaksaraan mereka padukan dengan pekerjaan dan seni budaya yang
dipelajari. Artinya unsur-unsur teknis dalam pekerjaaan dan seni diajarkan secara
simultan dengan keaksaraan.
Kecakapan vokasional yang dipelajari dalam program keaksaraan seni
budaya lokal adalah:
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
1. Karawitan gagrag banyumas dan calung yaitu karawitan dengan warna khas
yang lebih rancak yang dilatarbelakangi oleh budaya masyarakat setempat yang
bernafaskan kerakyatan
2. Tari lengger Banyumas yaitu tarian dengan iringan alat musik calung yang
dimainlan oleh 3 orang atau lebih penari putri di tengah pertujukan hadir seorang
badhor pria.
3. Dengglung Laras yaitu perpaduan antara musik dangdut dan campur sari ala
banyumasan
4. Ebeg Banyumasan yaitu seni pertunjukan kuda lumping khas Banyumas yang
diiringi gamelan bendhe dan calung
5. Make up panggung, para penari, pesinden dibelajarkan merias diri sendiri untuk
pertunjukan
6. Anyam ebeg yaitu membuat replika kuda lumping
Kurikulum disusun berdasarkan kesepakatan antara tutor, nara sumber teknis,
penyelenggara dan pengelola berdasarkan kebutuhan warga belajar yang mengacu
pada standar kompetensi yang harus dicapai dalam keaksaraan berbasis seni budaya
lokal yang diterbitkan direktorat Bindikmas. Berdasarkan diskusi dan hasil
identifikasi aspek yang perlu dikuatkan adalah: a) kekurangmampuan warga belajar
memahami kemampuan/potensi yang dimiliki; b) kekurangmampuan warga belajar
memecahkan masalah yang dimiliki; c) keterbatasan warga belajar tentang
informasi dan pengetahuan yang berhubungan pengembangan seni budaya lokal
yang sudah mereka miliki, dan d) keterbatasan vokasional yaitu kebutuhan warga
belajar untuk memiliki ketrampilan usaha dan mengelolanya sebagai kegiatan
usaha.
Implementasi di lapangan, silabus dan RPP program KSBL tidak disusun
secara detail. dijabarkan dalam rencana pembalajaran, Hal tersebut terbukti dari hasil
observasi administrasi tutor,
Tutor sebagai penanggungjawab keberhasilan
pembelajaran lebih mengutamakan hasil belajar ketrampilan berkesenian, daripada
menyusun administrasi pembelajaran. Bahan ajar tersebut antara lain: seri belajar
karawitan, ketrampilan jaran ckepang, Lengger dan Calung Banyumasan, Seni ebeg
Banyumasan.
Warga belajar pada kelompok belajar Keaksaraan Seni Budaya Lokal tidak
dipungut biaya. Pendanaan berasal dari aliran dana sosial Kemendiknas melalui
Direktorat Bindikmas tahun 2012. Dana lainnya diperoleh dari kelompok seni yang
mendapat job sebesar 10% yang sudahmenjadi kesepakatan antara warga belajar dan
penyelenggara berupa sumbangan wajib kelompok seni setiap kali mengadakan
pertunjukan (performance). Ada juga bantuan tidak mengikat dari mitra dan donatur.
Warga belajar gratis tidak dipungut biaya. Evaluasi pembelajaran dilakukan ketika
proses pembelajaran berlangsung sedangkan evaluasi akhir dilakukan ketika periode
pembelajaran berakhir.
Data yang ada dan dari hasil wawancara ternyata tutor tidak melaksanakan
evaluasi secara tertulis, mereka mengevaluasi peserta didik dengan praktek langsung
untuk para nayaga mereka nabuh, para waranggana akan nembang dan untuk para
penari ebeg mereka nari. Berakhirnya proses pembelajaran dan pelatihan dalam
program keasaraan berbasis seni budaya lokal, warga belajar diberi STSB (Surat
Tanda Serta Belajar).
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Implementasi penyelenggaraan keaksaraan seni budaya lokal mengasumsikan
Literacy as the necessity foundation for higher quality of life, yaitu sebagai dasar
penting untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik, melalui ketrampilan seni
budaya lokal.
Agar program KSBL membawa dampak pemberdayaan bagi masyarakat
dalam hal ini warga belajar sebagai entitas dalam program KSBL maka dilakukan
dengan pendekatan pendidikan masyarakat melalui prinsip lifelong education dalam
rangka pencapaian tujuan program, maka PKBM Harmoni melaksanakan prosedur
merencakan, melaksanakan, dan mengembangkan program (plan,do,and
improvment).
Strategi yang dilaksanakan PKBM Harmoni dalam menyelenggarakan KSBL
adalah:1) perencanaan 2) pengorganisasian 4) melakasanakan program, dan 5)
mengarahkan 6) mengembangkan program. Adapun pembahasannya sebagai
berikut:
Perencanaan program diawali dengan identifikasi kebutuhan , identifikasi
potensi, baik potensi sumber daya alam, potensi budaya, maupun potensi sumber
daya manusianya yang mendukung untuk pelaksanaan program.
Perencanaan program KSBL di PKBM Harmoni dilaksanakan dengan
memperhatikan
1. konteks lokal, program yang dikembangkan berdasarkan pada konteks sosial
lokal dan kebutuhan khusus warga belajar dan masyarakat sekitar
2. desain lokal, rancangan kegiatannya dirancang dengan memperhatikan minat,
kebutuhan, masalah, kenyataan, dan potensi atau sumber-sumber setempat
3. fungsionalitas hasil belajar, hasil belajar dirancang dapat difungsikan untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, khususnya masalah ekonomi dan
keaksaraan yang dihadapi warga belajar.
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur, menata, dan membagi
kewenangan dan tugas sumber daya manusia yang tergabung dalam organisasi
penyelenggara program meliputi ketua, sekretaris, bendahara, bagian kemitraan,
bagian pembelajaran, dan bagiaan kewirausahaan serta koordinator program.
Keberhsilan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dan pelatihan KSBL
erat hubungannya dengan kemampuan tutor, motivasi peserta didik dalam mengikuti
program KSBL, dan kinerja para pengelola.
Tutor adalah para praktisi seni. Mereka berperan sebagai fasilitator.
Pengembangan pembelajaran dan pelatihan KSBL berdasarkan pada kurikulum yang
telah direncanakan bersama pengelola (ketua penyelenggara dan bagian
pembelajaran) dengan mengacu pada standar kompetensi yang harus dicapai dalam
penyelenggaraan program KSBL, karena memang tbelum ada kurikulum baku dari
Direktorat Bindikmas.
Motivasi peserta didik lebih didasarkan atas persamaan hoby-kesenangan
terhadap kesenian lokal, sehingga memudahkan dalam proses kegiatan pelatihan.
Sarana prasarana kesenian mempu mendukung proses belajar dan latihan peserta
didik. waktu pelatihan cukup mendukung untuk menyelesaikan program KSBL. Dan
pendanaan berasal dari bantuan Direktorat Bindikmas, donator tidak tetap, hasil
pertunjukan.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Pengarahan dilakukan oleh ketua PKBM dalam bentuk monitoring langsung
ke kelompok belajar seni budaya lokal, agar pencapaian visi misi PKBM tercapai
melalui program KSBL.
Membangun jaringan Kemitraan yang dilakukan PKBM merupakan bentuk
kerja sama dengan lembaga baik pemerintah, swasta maupun perorangan. Adapun
lembaga mitra yang dimaksud adalah: 1) Direktorat Dikmas, mensuport dana untuk
penyelenggaraan; 2) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas dan SKB Purwokerto
bekerjasama dalam bentuk monitoring dan pendampingan, 3) Pepadi Kab. Banyumas
bermitra dalam bidang SDM yaitu sumber dan tutor KSBL serta menyalurkan
waranggana/penabuh dan sinden alumni warga belajar KSBL kepada dalang di
wilayah Banyumas; 4) bentuk kerjasama tidak mengikat dengan warga masyarakat
yang dengan sukarela menjadi donator atas penyelenggaraan program KSBL
Evaluasi CIPP Penyelenggaraan Program Keaksaraan Seni Budaya Lokal
Terdapat 4 (empat) alasan yang dapat dikemukakan mengapa PKBM
Harmoni menyelenggarakan program keaksaraan seni budaya lokal. Pertama yaitu
jumlah penduduk tidak tamat SD di Desa Kotayasa cukup besar, notabene
mempunyai kemampuan keaksaraan rendah. Kedua, jumlah penduduk usia angkatan
kerja produktif cukup tinggi dan belum mempunyai pekerjaan tetap, Ketiga, potensi
seni budaya lokal yang belum digarap maksimal. Keempat, visi misi PKBM Harmoni
sejalan dengan tujuan penyelenggaraan program KSBL yang merupakan salah satu
program kerja Bindikmas. Berdasar 4 alasan tersebut diatas diharapkan
penyelenggaraan program keaksaraan seni budaya lokal mampu meningkatkan
keberdayaan masyarakat baik dalam segi ekonomi, sosial, politik maupun budaya
masyarakat. Jadi kontek program KSBL sesuai dengan latar belakang dan tujuan
yang akan dicapai dari program KSBL
Kinerja dan peran pengelola/pengurus kurang maksimal dalam menjalankan
tugas dan fungsinya seperti yang telah disepakati bersama, karena yang dominan
dalam pengelolaan program keaksaraan seni budaya lokal adalah ketua
penyelenggara yang kebetulan juga seorang praktisi seni lokal banyumasan.
Termasuk yang membangun kemitraan dengan pihak luar (loby, promosi dan
pelaksanaannya). Untuk itu pembagian tugas dan wewenang dalam struktur
kepengurusan perlu ditegaskan kembali kepada para pengelola agar pencapaian
tujuan berjalan sesuai dengan yang direncakan. Meskipun tutor sudah memenuhi
syarat dan secara akademik sudah memenuhi kompetensi, namun salah satu bagian
pencapaian kompetensi pedagogik tutor tidak dipenuhi yaitu membuat persiapan
pembelajaran dan pelatihan (RPP) sebelum melaksanakan KBM. Sasaran peserta
didik untuk program KSBL dipandang baik karena sudah sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan, motivasi belajar pun dipandang baik karena mereka belajar
berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka terbukti dari banyaknya persamaan
kesenangan dan latar belakang peserta didik mengikuti program KSBL. Ketersediaan
fasilitas sarana prasarana dana belajar dan jaringan kemitraan telah memenuhi
kriteria. Fasilitas yang sudah ada dirawat dan perlu ditingkatkan jenis dan jumlahnya
sehingga dukungan dana perlu digali dan jaringan kemitraan perlu diperluas lagi agar
seni budaya lokal bisa berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Warga belajar cukup sesuai dengan kriteria sasaran program KSBL, motivasi
belajar yang utama adalah karena persamaan kesenengan, hoby dan tujuan sehingga
warga belajar lebih mudah untuk menguasai ketrampilan berkesenian
Ketersediaan fasilitas sarana prasarana sangat berpengaruh terhadap
kelancatran pelaksanaan pembelajaran dan pelatihan. Fasilitas yang sudah ada
dirawat dan perlu ditingkatkan jenis dan jumlahnya sehingga dukungan dana perlu
digali dan jaringan kemitraan perlu diperluas lagi agar seni budaya lokal bisa
berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.
Pada dasarnya evaluasi input yang perlu dkuatkan adalah: 1) Tupoksi
pengelola dalam struktur organisasi tidak berjalan sesuai dengan rencana yang sudah
ditentukan sebelumnya; 2) kualifikasi pendidikan tutor sudah memenuhi standar
minimal dan tutor sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, tapi kecakapan
pedagogik dalam hal administrasi perancangan pembelajaran dan kemampuan
melaksanakan evaluasi pembelajarannya masih kurang sesuai dengan rencana
program.
Evaluasi proses secara umum bertujuan untuk menilai proses Pembelajaran
KSBL waktu pembelajaran/jadwal pembelajaran, aktivitas warga belajar, faktor
penghambat kegiatan, faktor pendorong, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi
Jadwal ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara tutor dan warga belajar.
Waktu pelatihan untuk satu kali angkatan adalah 66 jam, dilaksanakan seminggu
sekali selama 2 jam dimulai jam 15.30-17.00 WIB. Kesepakatan setiap pertemuan
sering dilanggar, hal ini disebabkan karena kedatangan warga belajar yang tidak
tepat waktu dan ketika proses pelatihan (nabuh maupun nembang) mereka lupa
waktu. Metode pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh tutor menggunakan
pendekatan partisipatif karena dalam rancangan dan proses pembelajaran warga
belajar, penyelenaggara dan tutor terlibat secara langsung. Desain lokal menjadi
dasar dari pengembangan materi pelatihan seni budaya karena yang dipelajari adalah
karawitan gagrag Banayumasan, calung, ebeg, lengger dan dengglung laras yang
merupakan kesenian lokal daerah Banyumas. Warga belajar memilih kelompok seni
sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka sehingga hasil belajarnya bisa
difungsionalisasikan untuk menambah penghasilan yang pada gilirannya bisa
meningkatkan kesejahteraan warga belajar. Aktivitas warga belajar dalam mengikuti
proses pelatihan sudah baik, karena mereka terlibat aktif secara langsung
memperagakan fasilitas yang ada dalam proses pembelajaran dan pelatihan
keaksaraan senin budaya lokal. Tutor berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi
berlangsungnya proses pelatihan. Kegiatan belajar mengajar keaksaraaan secara
harfiah yaitu meningkatkan kemampuan membaca, menulis, berhitung dan
berkomunikasi mengguanakan bahasa Indonesia kurang mendapat perhatian, karena
hanya terdapat 6 warga belajar berkeaksaraan rendah yang pembelajarannya
dilakukan dengan pendekatan individual. Evaluasi pembelajaran oleh tutor adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menilai kemampuan warga belajar. Ada 3 macam
evaluasi pembelajaran yang seharusnya dilakukan, yaitu evaluasi pra pembelajaran
(pre test) , evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi akhir (post test). Rupanya tutor
hanya melaksanakan evaluasi proses saja karena untuk mengukur kemampuan warga
belajar tutor menilainya ketika berpartisipasi memainkan seni lokal dalam kelompok
masing-masing. Untuk pengembangan program dilaksanakan sosialisasi dan
promosi, menjalin kemitraan dan membentuk kelompok seni dan kelompok usaha
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
bersama. Diperlukan perbaikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran oleh tutor.
Karena tutor hanya melaksanakan evalusi untuk kemampuan motorik saja, yaitu
tentang ketrampilan berkesenian. Evaluasi lain tidak dilaksanakan untuk mengukur
keberhasilan warga belajar. Disamping itu tutor juga tidak mempersiapkan secara
administrasi sebelum pembelajaran dimulai, artinya tutor tidak membuat RPP
Pendidikan dan Pelatihan KSBL.
Diukur dari hasil yang timbul adanya program KSBL, program dapat
dikategorikan berhasil, karena, terbentuk kelompok seni baru sebagai wujud
terpeliharanya kearifan seni budaya lokal di desa Kotayasa yang diapresiasi melalui
pementasan seni, berarti pula tumbuh kesadaran masyarakat untuk menghargai seni
lokal daerah sendiri. Dan terbentuk pula Kelompok belajar usaha anyam ebeg
banyumasan yang produknya layak jual sehingga bisa menambah penghasilan
anggota kelompoknya. Saran untuk perbaikan penyelenggaraan program keaksaraan
seni budaya lokal di PKBM Harmoni adalah sebagai berikut: 1) Prioritaskan
sasaran pada warga masyarakat berkeaksaraan rendah/paska
keaksaraan dasar dan atau lulusan kelompok belajar kesetaraan
sehingga ketepatan sasaran cukup tinggi (adekuat); 2) Pengelolaan
pembelajaran tidak melulu pada pencapaian kompetensi bidang seni
saja, tapi kompetensi keaksaraan lanjutan juga dibelajarkan kepada
semua peserta didik; 3) Ketua penyelenggara hendaknya
mendelegasikan tugas kepada yang bersangkutan agar berjalan
sesuai dengan fungsinya; 4) Kompetensi profesional tutor perlu
ditingkatkan, mengingat secara administrasi hampir semua tutor
kurang mempersiapkan rencana pembelajaran ; 5) Pengelola dan
lembaga mitra hendaknya melaksanakan monitoring dan evaluasi
untuk perbaikan program selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Rukminto Isbandi (1994) Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu
Kesejahteraan, Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin A.J.(2007) Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Badrun
Kartowangiran
(2009)
Makalah
evaluasi
disampaiakan pada Pelatihan evaluasi program di UNY
Bindikmas, Kemendikbud
penyelenggaraan PKBM
(2013)
Pedoman
program
pembentukan
dan
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Bungin, B. (2000). Analisis Data Penelitian Kualitatif:Pemahaman
Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.
Jakarta:Rajawali Pers
Ditjen Bindikmas. (2012) Juknis Program Pendidikan Keaksaraan
Berbasis Seni Budaya Lokal. Ditjen Bindikmas
Entoh Tohani. Evaluasi Kelembagaan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) Sebagai Agent Pengembangan Masyarakat
di Kab. Bantul, Provinsi DIY
Halliday, T.J (2006) , The Development of New Zeland Reading Test,
Thesis of University of Waikato, New Zeland. (diunduh di
http://researchcommons.waikato.ac.nz, 12 Sept 2013)
Kusmiadi, Ade (2005) Model Program Pembelajaran Pasca-keaksaraan
untuk Pemberdayaan Perempuan Pedesaan.
Lidya Freyani Hawadi, Psikolog dalam acara “ International Seminar
on the Development of Media Literacy for the Remote Area”
http://www.p2pnfisemarang.org (diakses 18 februari 2014)
Marzuki, Saleh (2010) Pendidikan Noformal, Dimensi Da;lam
Kdeaksaraan
Fungsional,
Pelatihan,
dan
Andragogi,
Bandung:Remaja Rosdakarya
Panjaitan Merphin (2009)
Memberdayakan
Jakarta:BPK Gunung Mulia
Kaum
Miskin,
Sarbini, (2009) Makalah evaluasi program disampaiakan pada
Pelatihan evaluasi program di UNY
Sudjana, D, 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah
Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung:
Falah Production.
Sugiyono. (2008) metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan RD.
Bandung: Alfabeta.
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985
Sutardi (2009) Makalah evaluasi program disampaiakan pada
Pelatihan evaluasi program di UNY
Tim peneliti: Rofiq, Widodo,Yani dan Romdin. (2005). Pemberdayaan
Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan, Jogjakarta: LkiS Pelangi
Aksara.
Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan (2007)
Pendidikan, Imperial Bhakti Utama.
Ilmu
dan
Aplikasi
Umbertus Sihombing, (1999) Pendidikan luar sekolah: kini dan masa
depan, Jakarta: Mahkota.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pendidikan Nasional
Wrihatnolo
& Dwijowijoto. (2007). Managemen Pemberdayaan :
Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan
Masyarakat, Jakarta: Gramedia.
Widiaputranti, C dan Eko S (2005). Pemberdayaan Kaum Marginal,
Jogjakarta: APMD Press
Wahyudi Ruwiyanto (1994) Peranan pendidikan dalam pengentasan
masyarakat miskin : pengaruh faktor-faktor dinamika
organisasi lembaga pendidikan karya terhadap manfaat
sosioekonomi warga belajar, Jakarta : RajaGrafindo Persada
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007)
Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan fip-upn, penerbit: PT. Imperial bhakti utama
Jurnal Widya Sari Vol 17 No: 1 Jan 2015 ISSN 1412 - 8985