NL Eksplorasi Feldspar Trenggalek Jatim
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
EKSPLORASI RINCI ENDAPAN FELSPAR
DI DAERAH KECAMATAN KARANGAN, KAB. TRENGGALEK
PROVINSI JAWA TIMUR
Kusdarto, Corry K, Ganjar Labaik, Irwan Muksin, Endang Rivai
Kelompok Penelitian Mineral
SARI
Secara administratif daerah penyelidikan sebagian besar termasuk dalam wilayah Desa Jati,
Kecamatan Karangan dan Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh (pemekaran Kecamatan Karangan), sisanya
termasuk Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan serta Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur, secara geografis daerah ini terletak di antara garis koordinat 111° 38' 6.28" –
111° 39' 53.10 “ Bujur Timur dan 8° 5' 59,02" –- 8° 6' 56,77" Lintang Selatan dengan luas sekitar 500
hektar Termasuk dalam lembar peta
nomor 1507-534 Skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal). Lokasi ini
terletak lebih kurang 14 km arah barat daya Kota Trenggalek, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat
melalui jalan kabupaten.
Berdasarkan sudut lereng dan bentuk topografi dan hasil pengamatan di lapangan daerah sekitar
penyelidikan membentuk : satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan sedang dan
satuan dataran alluvial.
Singkapan tertua yang terdapat di daerah penyelidikan adalah Satuan Batuan Tufa Terubah
Formasi Mandalika secara tidak selaras ditutupi oleh Satuan Tufa Formasi Arjosari, di atasnya ditutupi
Satuan Batugamping, Formasi Campur Darat, Endapan termuda adalah endapan alluvial yang menutupi
daerah aliran Sungai Dawuan dan Kali Pager, berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal .
Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan endapan felspar diagenetik, terbentuk karena erupsi
batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan. Dan terdapat
dalam satuan batuan tuf terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar berwarna putih sampai kecoklatan,
terlipat kuat dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya berupa kerucut. Di daerah ini bahan galian
felspar dijumpai pada 4 daerah, jaitu Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung Slimer dan Gunung
Banjiran.
sumber daya terukur felspar pada Gunung Jabung adalah 5.331.700 m3, sumber daya terukur
felspar pada Gunung Sapu 2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Slimer adalah
1.049.500 m3 dan sumber daya terukur felspar pada Gunung Banjiran adalah 2.568.500 m3 dengan
faktor koreksi berkisar 20 – 60 %. Dari hasil tes bakar keramik dapat digunakan sebagai bahan pelebur
dalam industri keramik. Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke Surabaya sebagai bahan baku
industri keramik.
PENDAHULUAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran
2007 Pusat Sumber Daya Geologi mengadakan
eksplorasi rinci endapan felspar di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Provinsi Jawa Timur.
Barang-barang keramik merupakan kebutuhan
sekunder, akhir-akhir ini sangat diminati
konsumen rumah tangga seperti peralatan rumah
tangga juga untuk kebutuhan perumahan dan
gedung perkantoran di antaranya lantai dan
dinding keramik. Sampai dengan tahun 1996
sebelum terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
telah tercatat sebanyak 24 perusahaan berlokasi
di Jawa Timur, 8 perusahaan di DKI Jakarta,
masing-masing 3 perusahaan di Jawa Tengah
dan Kalimantan serta 97 perusahaan industri
keramik yang memproduksi berbagai macam
keramik. Dari jumlah tersebut, 55 perusahaan
berlokasi di Jawa Barat, masing-masing 1
perusahaan di Bali, Riau, Sumatera Selatan dan
Kalimantan Selatan.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan felspar
kualitas tinggi, Indonesia masih mengimpor ±
1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
80% dari jumlah kebutuhan yang ada. Oleh
karena itu, untuk mengurangi impor felspar dan
meningkatkan pemanfaatan bahan galian felspar
secara maksimal diperlukan upaya peningkatan
kualitas felspar yang ada serta mengeksplorasi
daerah potensi baru, untuk memenuhi kebutuhan
felspar dalam industri keramik.
Memperhatikan pentingnya pemanfaatan felspar
dalam industri keramik serta upaya mengangkat
perekonomian masyarakat dimasa krisis
ekonomi yang belum juga pulih ini, diperlukan
adanya dorongan untuk mendayagunakan
potensi felspar secara lebih optimal.
Menurut penyelidik terdahulu di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Provinsi Jawa Timur dijumpai felspar dengan
sumberdaya tereka sebesar 75.000.000 m3.
Secara administratif daerah penyelidikan
sebagian besar termasuk dalam wilayah Desa
Jati, Kecamatan Karangan dan Desa Mlinjon,
Kecamatan Suruh (pemekaran Kecamatan
Karangan), sisanya termasuk Desa Kedungsigit,
Kecamatan Karangan serta Desa Suruh,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur, secara geografis daerah ini terletak di
antara garis koordinat 111° 38' 6.28" – 111° 39'
53.10 “ Bujur Timur dan 8° 5' 59,02" –- 8° 6'
56,77" Lintang Selatan dengan luas sekitar 500
hektar (Gambar 1). Lokasi ini terletak lebih
kurang 14 km arah barat daya Kota Trenggalek,
dapat dicapai dengan kendaraan roda empat
melalui jalan kabupaten.
Penyelidikan atau kegiatan eksplorasi bahan
galian dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
suatu metoda yang disesuaikan dengan tujuan
dan tahapan dari kegiatan tersebut agar
diperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu
eksplorasi endapan felspar di daerah ini
dilaksanakan dengan urutan dan cakupan
kegiatan mulai dari persiapan/studi literatur,
kegiatan lapangan dan kajian hasil analisis
laboratorium, pengkajian data sekunder, ruang
lingkup penyelidikan dan peralatan serta
perlengkapan yang digunakan.
Beberapa hal yang merupakan ruang lingkup
kegiatan eksplorasi rinci endapan felspar di
daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten
Trenggalek antara lain adalah :
• Melakukan kajian geologi endapan
felspar.
• Melakukan pemetaan topografi dan
geologi sebaran endapan felspar
• Melakukan pemboran eksplorasi
sebanyak 6 titik dengan kedalaman
rata-rata 30 m
• Melakukan kajian potensi, sumber daya
dan sebaran, mutu dan kegunaan,
prospek pemanfaatan dan
pengembangan felspar.
• Melakukan analisis laboratorium untuk
mengetahui mutu, komposisi kimia
felspar (major elements, petrografi,
analisa bakar serta XRD)
• Inventarisasi dan kajian data sekunder
berkaitan dengan prospek pemanfaatan
dan pengembangannya.
• Melakukan kajian korelasi antara data
dan informasi hasil penyelidikan
lapangan dan laboratorium.
• Pengolahan data dan digitasi.
• Penyusunan/penulisan laporan
eksplorasi.
GEOLOGI UMUM
Berdasarkan tataan fisiografi van Bemmelen
(1949), wilayah Kabupaten Trenggalek (dalam
Peta Geologi lembar Tulungagung) termasuk
dalarn Lajur Pegunungan Selatan Jawa Timur,
yang bagian utaranya berbatasan dengan Lajur
Depresi yang ditempati oleh G. Wilis (Nahrowi
drr., 1978). Morfologi daerah Lembar dapat
dibagi menjadi 3 satuan, yaitu pebukitan,
pedataran dan kars.
Satuan pebukitan berjulang antara 300 dan 980
m di atas muka laut. Satuan ini disusun oleh
batuan gunung-api dan endapan turbidit OligoMiosen. Beberapa tonjolan bukit pada satuan ini
dibentuk oleh batuan terobosan bersusunan asam
hingga menengah. Sungainya yang berpola
meranting membentuk lembah yang curam dan
dalam. Beberapa kelurusan sungai dan
punggungannya dikendalikan oleh struktur
tebing curam berbentuk melingkar terdapat di
sekitar Teluk Sumbreng di pantai selatan dan di
barat Kampak diduga merupakan bekas kawah.
Kawah-kawah tersebut berbentuk tapal kuda
terbuka ke arah tenggara dan utara. Beberapa
teluk berbentuk setengah lingkaran pada satuan
ini juga diduga bekas kawah, misalnya Teluk
Prigi.
Satuan pedataran yang merupakan satuan yang
tersebar di daerah sekitar kota Trenggalek dan
meluas ke timur. Satuan ini disusun oleh
2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
endapan aluvial dan rata-rata berjulang 100 m di
atas muka laut. Sungai utama pada satuan ini
adalah S. Ngasinan, S. Ngeongan dan S. Jati.
Satuan kars tersebar di bagian selatan di
sepanjang pantai selatan. Dan sedikit di utara
kota Trenggalek. Satuan ini rata-rata berjulang
lebih dari 250 m di atas muka laut, disusun oleh
batuan karbonat. Sungai-sungai pada satuan ini
umumnya berlembah sempit dan curam.
Kelurusan sungai dan pegunungan dikendalikan
oleh struktur.
Satuan tertua yang tersingkap di Kabupaten
Trenggalek berupa himpunan batuan OligoMiosen Kelompok Grendulu, yang terdiri dari
Formasi Arjosari dan Formasi Mandalika.
Formasi Arjosari (Toma) berupa runtunan
endapan turbidit, yang ke arah mendatar
berangsur berubah menjadi batuan gunungapi
Formasi Mandalika (Tomm). Kelompok
Orcubulu ditindih selaras oleh Formasi
Campurdarat (Tmcl) yang disusun oleh batuan
karbonat berumur Miosen Awal. Ketiga formasi
di atas dipengaruhi oleh terobosan batuan beku
bersusunan asam hingga menengah (Tomi; di,
da, an), dan tertindih tak-selaras oleh formasiformasi Jaten, Wuni dan Nampol. Formasi Jaten
(Tmj) berumur akhir Miosen Awal dan
merupakan kumpulan batuan klastika hasil
rombakan batuan yang lebih tua. Satuan ini
ditindih selaras oleh runtunan batuan gunungapi
dan klastika gunungapi, Formasi Wuni (Tmw)
yang berumur awal Miosen Tengah. Formasi
Nampol (Tmn) yang juga berumur awal Miosen
Tengah disusun oleh batuan klastika menindih
selaras Formasi Wuni. Satuan ini ditindih selaras
oleh himpunan batuan karbonat Formasi
Wonosari (Tmwl) yang berumur Miosen
Tengah-Miosen Akhir. Batuan Gunungapi Wilis
(Opwv) yang berumur Plistosen menindih takselaras satuan yang lebih tua. Satuan termuda di
kabupaten
ini adalah Aluvium (Qa) yang
merupakan endapan sungai dan pantai
Secara struktur wilayah ini ditempati oleh sesarsesar miring yang berarah baratlaut-tenggara dan
timurlaut-baratdaya. Gerakan mendatar dari
sesar-sesar tersebut lebih banyak dibandingkan
dengan gerakan turunnya, sehingga ditafsirkan
sebagai sesar geser jurus. Sesar yang berarah
timurlaut-baratdaya adalah sesar geser jurus
mengiri (sinistral), seperti misalnya Sesar Puger
dan Sesar Kambengan. Sedangkan yang arahnya
baratlaut-tenggara mempunyai gerakan mendatar
menganan (dekstral). Beberapa sesar yang
diduga cerminan dari kelurusan yang arahnya
barat-timur atau hampir utara-selatan adalah
sesar turun. Lipatan yang terdapat di daerah ini
adalah Sinklin Puntukjatuh, yang menyebabkan
periukan pada lapisan batugamping Miosen
Awal Formasi Campurdarat. Sinklin ini
mempunyai sumbu yang arahnya timurlautbaratdaya. Berdasarkan pola struktur tersebut,
diduga arah gaya utamanya adalah nisbi utaraselatan.Pemineralan pirit akibat penerobosan
batuan beku pada batuan gunungapi dijumpai di
utara Munjungan dan barat Prigi. Dalam
usahanya menjajagi kemungkinan adanya
mineralisasi lainnya, pada 1972, PT Kennecott
Indonesia mengadakan penelitian rinci di daerah
tersebut. Mangan dijumpai setempat-setempat
pada batugamping Miosen Awal di daerah
Sukoharjo, selatan Durenan. Berhubung kurang
potensial dan ekonomis dari endapan mangan ini
sampai kini belum diusahakan.
GEOLOGI DAN POTENSI ENDAPAN
FELSPAR
Berdasarkan sudut lereng dan bentuk topografi
dan hasil pengamatan di lapangan daerah sekitar
penyelidikan membentuk : satuan morfologi
perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan
sedang dan satuan dataran alluvial.
Satuan morfologi perbukitan terjal menempati
bagian tengah daerah penyelidikan, terlipat agak
kuat dengan puncak-puncak bukit berketinggian
berkisar antara 282,5 sampai dengan 215 m di
atas permukaan laut (dpl), membentuk endapan
felspar Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung
Slimer dan Gunung Banjiran, morfologinya
dikontrol oleh tufa terubah, satuan batuan pada
Formasi Mandalika (Tvt), serta di beberapa
tempat juga dikontrol oleh gawir sesar.
Dicirikan dengan relief kasar, lembah yang
sempit berbentuk V, lereng-lereng yang terjal
dengan sudut kemiringan lebih dari 60o, aliran
sungai umumnya dendritik di beberapa tempat
paralel.
Satuan morfologi perbukitan sedang menempati
sebagian besar
daerah penyelidikan,
morfologinya dikontrol oleh tufa selang seling
dengan tufa pasiran, breksi serta lava andesit
dari satuan batuan pada Formasi Arjosari (Tf).
Dari kenampakan morfologi terlihat bahwa di
beberapa tempat erosi ke arah samping mulai
3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
berjalan, sehingga erosinya telah memasuki
stadium dewasa.
Satuan
morfologi dataran alluvial ditandai
dengan lembah-lembah lebar dan kaki-kaki bukit
berketinggian berkisar antara 130 sampai dengan
135 m (dpl). Daerah ini terbentuk dari pelapukan
batuan di bawahnya (tuf) maupun endapan
aluvial sungai, yang terdiri dari lempung, lanau,
pasir; kerikil dan kerakal, yang merupakan
endapan Sungai Dawuan dan Kali Pager.
Singkapan tertua yang terdapat di daerah
penyelidikan adalah Satuan Batuan Tufa
Terubah Formasi Mandalika secara tidak selaras
ditutupi oleh Satuan Tufa Formasi Arjosari, di
atasnya ditutupi Satuan Batugamping, Formasi
Campur Darat, Endapan termuda adalah
endapan alluvial yang menutupi daerah aliran
Sungai Dawuan dan
Kali Pager, berupa
lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal .
Urut-urutan stratigrafi daerah penyelidikan
mulai dari tua sampai muda adalah sebagai
berikut (Gambar 2.).:
- Satuan Batuan Tufa Terubah, Formasi
Mandalika
- Satuan Batuan Tufa, Formasi Arjosari
- Satuan Batuan Batugamping, Formasi
Campur Darat
- Satuan Aluvial
Satuan Batuan Tufa Terubah, Formasi
Mandalika membentuk morfologi perbukitan
terjal, seperti pada Gunung Jabung, Gunung
Sapu, Gunung Slimer dan Gunung Banjiran,
kesemua gunung tersebut mengalami perlipatan,
terkekarkan dan tersesarkan sebagian besar
berupa tufa terubah, dengan sisipan tufa lapili,
breksi vulkanik dan tufa tersilisifikasi (silicified
tuff) Tufa terubah berbutir halus sampai sedang,
berwarna putih kecoklatan sampai kemerahan,
umumnya keras, masif, tufa terubah di daerah
Gunung Jabung, umumnya berlaminasi,
mengandung kuarsa, mineral mafik, dari hasil
pemboran (BH-02) memperlihatkan pengarahan
jurus kemiringan sekitar 50o - 60o, pada
kedalaman tertentu dijumpai rekahan, dan
membuat batuan teroksidasi. Tufa terubah
Gunung Sapu berwarna putih kecoklatan,
umumnya terkekarkan dengan berbagai arah dan
saling memotong (arah utara-selatan dan barattimur), dari hasil pemboran (BH-05), dijumpai
sisipan tufa lapili dan tuf breksi pada kedalaman
4 m -7 m, 20 m, 15,50 m -15,80 m dan 22,60 m 23,10 m, tuf lapili, berupa pasir vulkanik, lepas,
warna coklat kehitaman, sedangkan tuf breksi,
berwarna hitam, fragmen bersudut, berukuran
kerikil, dengan masadasar tuf, dari kedua sisipan
batuan tersebut terlihat kemiringan lapisan
batuan membentuk antara 50o - 60o. Tufa
terubah di Gunung Slimer berwarna putih sedikit
kotor, umumnya tersesarkan, banyak urat tipis
dan pengisian celah (cavity filling) dari kwarsa,
dari hasil pemboran pada lubang bor BH-06,
pada kedalaman 25 m masih terjadi rekahan
yang menyebabkan oksidasi, juga urat kuarsa
tipis. Tufa terubah di Gunung Banjiran berwarna
putih kecoklatan, setempat memperlihatkan
sheeting joint (kekar lembar), di bagian atas
(sisa penambangan), dijumpai tufa mengalami
silisifikasi, berwarna putih kecoklatan, keras,
terkekarkan, sedangkan di bagian bawah,
mengalami pelapukan, berwarna putih coklat
kemerahan, mudah diremas dan digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan bata dan
genteng. Tufa terubah ini sejak tahun 1983 telah
ditambang sebagai komoditi felspar, yang
digunakan sebagai bahan keramik, malah felspar
di Gunung Banjiran tinggal di bagian bawah
lereng gunung, Gunung Slimer dan Gunung
Sapu sedang ditambang dan dikirim ke
Surabaya, sedangkan endapan felspar Gunung
Jabung, sampai saat ini belum ditambang.
Satuan Batuan Tufa, Formasi Arjosari
menempati bagian besar daerah penyelidikan,
terdiri dari tufa, breksi vulkanik, tufa lapili, lava
andesit. Tufa berwarna coklat abu-abu sampai
kehijauan, memperlihatkan pelapukan mengulit
bawang, dan setempat mengandung lensa-lensa
kecil batulempung. Tebal lapisannya berkisar
antara 1 dan 2 m. Breksi vulkanik, dengan
fragmen andesit berukuran dari pasir sampai
bongkah.
Tufa lapili berwarna abu-abu
kecoklatan berbutir sedang hingga kasar, berupa
pasir vulkanik. Mempunyai jurus perlapisan
hampir arah barat-timur dengan kemiringan 20º40º.
Satuan
Batuan
Batugamping,
Formasi
Campurdarat menempati bagian barat daerah
penyelidikan dengan sebaran utara selatan, pada
bagian tengah menutupi satuan batuan tufa,
Formasi Arjosari membentuk punggunganpunggungan, yang disebut oleh penduduk
setempat sebagai Gunung Jungkur. Terdiri dari
batugamping hablur, bersisipan batulempung
berkarbon. Batugamping hablur berwarna kelabu
muda hingga tua, kompak, pejal dan berfosil,
banyak mengandung koral, ganggang, moluska,
4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
duri echinoid dan foraminifera,
sebagian
terpualamkan dan terpiritkan. Tebalnya berkisar
antara 10 dan 50 m. Batulempung berkarbon
berwarna kelabu. atau, kelabu kehitaman, sedikit
gampingan dan berlapis baik sebagai sisipan,
lapisan ini mempunyai tebal antara 15 dan 50
cm dan umumnya berkembang di bagian atas
satuan. Di daerah Selorejo pada batulempung
dijumpai sisipan batubara dengan tebal 0,50
cm, telah ditambang oleh rakyat.
Satuan Aluvial menempati dataran dan limpahan
banjir Kali Dawuan, Kali Pager dan Kali Jati,
terdiri dari : kerakal, kerikil, pasir, lanau,
lempung dan lumpur. Endapan aluvial ini juga
mempunyai nilai ekonomis bagi penduduk
setempat, partikel ukuran pasir hingga kerakal
diusahakan sebagai sirtu, seperti yang dijumpai
di sepanjang aliran Kali Dawuan, sedangkan
lempungnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bata genteng di Kampung Dawuan.
Struktur yang dijumpai berupa lipatan (antiklin)
dan sesar. Antiklin berarah hampir timur – barat,
Sedangkan gejala sesar yang dijumpai berupa
kekar dan gawir sesar, terutama di sekitar
Gunung Sapu, Banjiran dan Gunung Slimer.
Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan
endapan felspar diagenetik, terbentuk karena
erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik
yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan.
Setelah dilakukan pengamatan, baik hasil
lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber
pustaka, bahan galian felspar di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan tuf
terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar
berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat
dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya
berupa kerucut.
Di daerah ini bahan galian felspar dijumpai pada
4 daerah, jaitu Gunung Jabung, Gunung Sapu,
Gunung Slimer dan Gunung Banjiran. Melihat
bentuk geometrisnya berdasarkan keadaan
sebarannya dan topografisnya telah terlihat,
maka dihitung volumenya
berdasarkan
“Methode Cross Section“.
Untuk itu tiap Gunung yang mempunyai sumber
daya dibuat penampangnya dengan jarak antar
penampang 100 m dan dihitung luasnya,
penampang dibuat dengan anggapan batas
tambang adalah 150 m dpl, dengan rumus di atas
maka dapat dihitung sumber daya terukur dari
masing-masing lokasi endapan felspar.
Hasil perhitungan setiap blok dan jumlah total
seluruh blok setelah dikurangi volume
overburden, faktor koreksi masing-masing blok
diketahui sumber daya terukur felspar pada
Gunung Jabung adalah 5.331.716,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 5.331.700 m3, sumber
daya terukur felspar pada Gunung Sapu adalah
2.169.166,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang
2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada
Gunung Slimer adalah 1.049.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 1.049.500 m3 dan
sumber daya terukur felspar pada Gunung
Banjiran
adalah 2.568.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 2.568.500 m3 dengan
faktor koreksi berkisar 20 – 60 %.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGAN ENDAPAN FELSPAR
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan bahan
galian maka pengkajian atau penilaiannya
didasarkan pada beberapa aspek antara lain :
kualitas, kuantitas, lokasi dan pemasaran,
disamping aspek lainnya. Kajian mengenai
prospek pengembangan bahan galian tidak
terlalu berbeda dengan dasar penilaian terhadap
prospek pemanfaatannya. Namun untuk prospek
pengembangan
lebih
diarahkan
pada
kemungkinan pengusahaan dalam skala yang
relatif lebih besar di masa yang akan datang,
dikaitkan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan
peluang ekspor sejalan dengan permintaan pasar
dalam dan luar negeri.
Felspar merupakan salah satu komoditi mineral
non logam yang cukup penting dan dicari guna
memenuhi kebutuhan di bidang industri
keramik. Spesifikasi dan kegunaan felspar
secara umum dapat dijelaskan seperti berikut ini.
Mutu felspar ditentukan oleh kandungan oksida
kimia Na2O dan K2O yang relatif tinggi (> 6%),
oksida Fe2O3 dan TiO2. Pada umumnya
pengolahan
felspar
adalah
dengan
menghilangkan atau menurunkan kadar material
atau unsur pengotor seperti besi, biotit, turmalin,
mika dan kuarsa. Seperti diketahui bila unsur
Fe2O3 terlalu tinggi akan mengakibatkan
perubahan warna pada proses pembuatan badan
keramik (Fe2O3 maksimum 0,50%).
Jenis felspar yang digunakan dalam industri
keramik adalah orthoklas/mikroklin dan
albit/plagioklas
asam
(natrium
felspar),
sedangkan yang basa dengan kadar kalium
5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
tinggi jarang dipakai, dan memenuhi
persyaratan. Pengujian sifat fisik perlu dilakukan
dengan metoda uji bakar keramik pada suhu
1400º C, setelah pembakaran kemudian diamati
kepadatan, warna dan homogenitas. Sedangkan
pengujian
komposisi
kimia
dilakukan
menggunakan analisis kuantitatif dengan metoda
basah.
Perkembangan produksi felspar Indonesia
beberapa tahun terakhir ini sebenarnya
mengalami peningkatan dan umumnya masih
berbentuk “raw material” saja. Namun yang
menonjol justru aktifitas impor yang semakin
tinggi. Negara eksportir yang selama ini
berhubungan dengan Indonesia adalah, China,
India, Malaysia dan Turki. Ditinjau dari sisi
pemasokan dan permintaan, bahan galian ini
tampaknya tetap belum mencapai keseimbangan
dalam hal ini kebutuhan domestik belum bisa
terpenuhi.
Melihat
kecenderungan
akan
kebutuhan bahan mentah felspar saat ini
semakin meningkat, menjadikan komoditi
felspar semakin prospek.
Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke
Surabaya sebagai bahan baku industri keramik.
Dan dari hasil tes keramik yang dilakukan di
Balai Keramik Bandung, umumnya felspar di
daerah tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pelebur dalam industri keramik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa
endapan felspar dijumpai di daerah sekitar
Gunung Jabung dan Sapu, Desa Jati, Kecamatan
Karangan, Gunung Slimer dan Banjiran, Desa
Mlinjon,
Kecamatan
Suruh,
Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur.
Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan
endapan felspar diagenetik, terbentuk karena
erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik
yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan.
Setelah dilakukan pengamatan , baik hasil
lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber
pustaka, bahan galian felspar di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan tuf
terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar
berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat
dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya
berupa kerucut.
Hasil perhitungan setiap blok dan jumlah total
seluruh blok setelah dikurangi volume
overburden, faktor koreksi masing-masing blok
diketahui sumber daya terukur felspar pada
Gunung Jabung adalah 5.331.716,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 5.331.700 m3, sumber
daya terukur felspar pada Gunung Sapu adalah
2.169.166,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang
2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada
Gunung Slimer adalah 1.049.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 1.049.500 m3 dan
sumber daya terukur felspar pada Gunung
Banjiran
adalah 2.568.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 2.568.500 m3 dengan
faktor koreksi berkisar 20 – 60 %.
Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke
Surabaya sebagai bahan baku industri keramik,
dapat digunakan sebagai bahan pelebur dalam
industri keramik
Dari hasil kajian sampai saat ini, endapan felspar
di Desa Jati dan Desa Mlinjon, Kecamatan
Karangan dan Suruh, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur, dapat digunakan pada industri
keramik.
Apalagi
data
di
lapangan
memperlihatkan bahwa keberadaan sebaran
felspar terdapat dalam kawasan lahan yang
produktip.
Untuk prospek pengembangan lebih diarahkan
pada kemungkinan pengusahaan dalam skala
yang relatif lebih besar di masa yang akan
datang,
dikaitkan
dengan
pusat-pusat
pertumbuhan dan peluang ekspor sejalan dengan
permintaan pasar dalam dan luar negeri
DAFTAR PUSTAKA
•
•
•
•
Bemmelen, R. W. van, 1949, The
Geologi of Indonesia, vol 1A, General
Geologi,Second
Edition, Martinus,
Nijhoff, The Hague, Netherland.
H. Samodra, Suharsono, S. Gafoer dan
T. Suwarti, 1992, Peta Geologi Lembar
Tulungagung, Jawa, P3G.
Yayat. P.S., dkk., 1985, Pemetaan
Geologi daerah Pule dan karangan,
Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
SDM, Bandung
Anonymous,
2006,
Kabupaten
Trenggalek dalam Angka, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Trenggalek
6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
•
Anonymous,
2006,
Kecamatan
Karangan dalam Angka, Kantor
Kecamatan Karangan
7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 1. Lokasi daerah Eksplorasi Rinci Endapan Felspar
Gambar 2. Peta Geologi Dan sebaran Felspar di daerah Karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur
8
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
EKSPLORASI RINCI ENDAPAN FELSPAR
DI DAERAH KECAMATAN KARANGAN, KAB. TRENGGALEK
PROVINSI JAWA TIMUR
Kusdarto, Corry K, Ganjar Labaik, Irwan Muksin, Endang Rivai
Kelompok Penelitian Mineral
SARI
Secara administratif daerah penyelidikan sebagian besar termasuk dalam wilayah Desa Jati,
Kecamatan Karangan dan Desa Mlinjon, Kecamatan Suruh (pemekaran Kecamatan Karangan), sisanya
termasuk Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan serta Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur, secara geografis daerah ini terletak di antara garis koordinat 111° 38' 6.28" –
111° 39' 53.10 “ Bujur Timur dan 8° 5' 59,02" –- 8° 6' 56,77" Lintang Selatan dengan luas sekitar 500
hektar Termasuk dalam lembar peta
nomor 1507-534 Skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal). Lokasi ini
terletak lebih kurang 14 km arah barat daya Kota Trenggalek, dapat dicapai dengan kendaraan roda empat
melalui jalan kabupaten.
Berdasarkan sudut lereng dan bentuk topografi dan hasil pengamatan di lapangan daerah sekitar
penyelidikan membentuk : satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan sedang dan
satuan dataran alluvial.
Singkapan tertua yang terdapat di daerah penyelidikan adalah Satuan Batuan Tufa Terubah
Formasi Mandalika secara tidak selaras ditutupi oleh Satuan Tufa Formasi Arjosari, di atasnya ditutupi
Satuan Batugamping, Formasi Campur Darat, Endapan termuda adalah endapan alluvial yang menutupi
daerah aliran Sungai Dawuan dan Kali Pager, berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal .
Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan endapan felspar diagenetik, terbentuk karena erupsi
batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan. Dan terdapat
dalam satuan batuan tuf terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar berwarna putih sampai kecoklatan,
terlipat kuat dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya berupa kerucut. Di daerah ini bahan galian
felspar dijumpai pada 4 daerah, jaitu Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung Slimer dan Gunung
Banjiran.
sumber daya terukur felspar pada Gunung Jabung adalah 5.331.700 m3, sumber daya terukur
felspar pada Gunung Sapu 2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada Gunung Slimer adalah
1.049.500 m3 dan sumber daya terukur felspar pada Gunung Banjiran adalah 2.568.500 m3 dengan
faktor koreksi berkisar 20 – 60 %. Dari hasil tes bakar keramik dapat digunakan sebagai bahan pelebur
dalam industri keramik. Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke Surabaya sebagai bahan baku
industri keramik.
PENDAHULUAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran
2007 Pusat Sumber Daya Geologi mengadakan
eksplorasi rinci endapan felspar di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Provinsi Jawa Timur.
Barang-barang keramik merupakan kebutuhan
sekunder, akhir-akhir ini sangat diminati
konsumen rumah tangga seperti peralatan rumah
tangga juga untuk kebutuhan perumahan dan
gedung perkantoran di antaranya lantai dan
dinding keramik. Sampai dengan tahun 1996
sebelum terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
telah tercatat sebanyak 24 perusahaan berlokasi
di Jawa Timur, 8 perusahaan di DKI Jakarta,
masing-masing 3 perusahaan di Jawa Tengah
dan Kalimantan serta 97 perusahaan industri
keramik yang memproduksi berbagai macam
keramik. Dari jumlah tersebut, 55 perusahaan
berlokasi di Jawa Barat, masing-masing 1
perusahaan di Bali, Riau, Sumatera Selatan dan
Kalimantan Selatan.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan felspar
kualitas tinggi, Indonesia masih mengimpor ±
1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
80% dari jumlah kebutuhan yang ada. Oleh
karena itu, untuk mengurangi impor felspar dan
meningkatkan pemanfaatan bahan galian felspar
secara maksimal diperlukan upaya peningkatan
kualitas felspar yang ada serta mengeksplorasi
daerah potensi baru, untuk memenuhi kebutuhan
felspar dalam industri keramik.
Memperhatikan pentingnya pemanfaatan felspar
dalam industri keramik serta upaya mengangkat
perekonomian masyarakat dimasa krisis
ekonomi yang belum juga pulih ini, diperlukan
adanya dorongan untuk mendayagunakan
potensi felspar secara lebih optimal.
Menurut penyelidik terdahulu di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Provinsi Jawa Timur dijumpai felspar dengan
sumberdaya tereka sebesar 75.000.000 m3.
Secara administratif daerah penyelidikan
sebagian besar termasuk dalam wilayah Desa
Jati, Kecamatan Karangan dan Desa Mlinjon,
Kecamatan Suruh (pemekaran Kecamatan
Karangan), sisanya termasuk Desa Kedungsigit,
Kecamatan Karangan serta Desa Suruh,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur, secara geografis daerah ini terletak di
antara garis koordinat 111° 38' 6.28" – 111° 39'
53.10 “ Bujur Timur dan 8° 5' 59,02" –- 8° 6'
56,77" Lintang Selatan dengan luas sekitar 500
hektar (Gambar 1). Lokasi ini terletak lebih
kurang 14 km arah barat daya Kota Trenggalek,
dapat dicapai dengan kendaraan roda empat
melalui jalan kabupaten.
Penyelidikan atau kegiatan eksplorasi bahan
galian dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
suatu metoda yang disesuaikan dengan tujuan
dan tahapan dari kegiatan tersebut agar
diperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu
eksplorasi endapan felspar di daerah ini
dilaksanakan dengan urutan dan cakupan
kegiatan mulai dari persiapan/studi literatur,
kegiatan lapangan dan kajian hasil analisis
laboratorium, pengkajian data sekunder, ruang
lingkup penyelidikan dan peralatan serta
perlengkapan yang digunakan.
Beberapa hal yang merupakan ruang lingkup
kegiatan eksplorasi rinci endapan felspar di
daerah Kecamatan Karangan, Kabupaten
Trenggalek antara lain adalah :
• Melakukan kajian geologi endapan
felspar.
• Melakukan pemetaan topografi dan
geologi sebaran endapan felspar
• Melakukan pemboran eksplorasi
sebanyak 6 titik dengan kedalaman
rata-rata 30 m
• Melakukan kajian potensi, sumber daya
dan sebaran, mutu dan kegunaan,
prospek pemanfaatan dan
pengembangan felspar.
• Melakukan analisis laboratorium untuk
mengetahui mutu, komposisi kimia
felspar (major elements, petrografi,
analisa bakar serta XRD)
• Inventarisasi dan kajian data sekunder
berkaitan dengan prospek pemanfaatan
dan pengembangannya.
• Melakukan kajian korelasi antara data
dan informasi hasil penyelidikan
lapangan dan laboratorium.
• Pengolahan data dan digitasi.
• Penyusunan/penulisan laporan
eksplorasi.
GEOLOGI UMUM
Berdasarkan tataan fisiografi van Bemmelen
(1949), wilayah Kabupaten Trenggalek (dalam
Peta Geologi lembar Tulungagung) termasuk
dalarn Lajur Pegunungan Selatan Jawa Timur,
yang bagian utaranya berbatasan dengan Lajur
Depresi yang ditempati oleh G. Wilis (Nahrowi
drr., 1978). Morfologi daerah Lembar dapat
dibagi menjadi 3 satuan, yaitu pebukitan,
pedataran dan kars.
Satuan pebukitan berjulang antara 300 dan 980
m di atas muka laut. Satuan ini disusun oleh
batuan gunung-api dan endapan turbidit OligoMiosen. Beberapa tonjolan bukit pada satuan ini
dibentuk oleh batuan terobosan bersusunan asam
hingga menengah. Sungainya yang berpola
meranting membentuk lembah yang curam dan
dalam. Beberapa kelurusan sungai dan
punggungannya dikendalikan oleh struktur
tebing curam berbentuk melingkar terdapat di
sekitar Teluk Sumbreng di pantai selatan dan di
barat Kampak diduga merupakan bekas kawah.
Kawah-kawah tersebut berbentuk tapal kuda
terbuka ke arah tenggara dan utara. Beberapa
teluk berbentuk setengah lingkaran pada satuan
ini juga diduga bekas kawah, misalnya Teluk
Prigi.
Satuan pedataran yang merupakan satuan yang
tersebar di daerah sekitar kota Trenggalek dan
meluas ke timur. Satuan ini disusun oleh
2
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
endapan aluvial dan rata-rata berjulang 100 m di
atas muka laut. Sungai utama pada satuan ini
adalah S. Ngasinan, S. Ngeongan dan S. Jati.
Satuan kars tersebar di bagian selatan di
sepanjang pantai selatan. Dan sedikit di utara
kota Trenggalek. Satuan ini rata-rata berjulang
lebih dari 250 m di atas muka laut, disusun oleh
batuan karbonat. Sungai-sungai pada satuan ini
umumnya berlembah sempit dan curam.
Kelurusan sungai dan pegunungan dikendalikan
oleh struktur.
Satuan tertua yang tersingkap di Kabupaten
Trenggalek berupa himpunan batuan OligoMiosen Kelompok Grendulu, yang terdiri dari
Formasi Arjosari dan Formasi Mandalika.
Formasi Arjosari (Toma) berupa runtunan
endapan turbidit, yang ke arah mendatar
berangsur berubah menjadi batuan gunungapi
Formasi Mandalika (Tomm). Kelompok
Orcubulu ditindih selaras oleh Formasi
Campurdarat (Tmcl) yang disusun oleh batuan
karbonat berumur Miosen Awal. Ketiga formasi
di atas dipengaruhi oleh terobosan batuan beku
bersusunan asam hingga menengah (Tomi; di,
da, an), dan tertindih tak-selaras oleh formasiformasi Jaten, Wuni dan Nampol. Formasi Jaten
(Tmj) berumur akhir Miosen Awal dan
merupakan kumpulan batuan klastika hasil
rombakan batuan yang lebih tua. Satuan ini
ditindih selaras oleh runtunan batuan gunungapi
dan klastika gunungapi, Formasi Wuni (Tmw)
yang berumur awal Miosen Tengah. Formasi
Nampol (Tmn) yang juga berumur awal Miosen
Tengah disusun oleh batuan klastika menindih
selaras Formasi Wuni. Satuan ini ditindih selaras
oleh himpunan batuan karbonat Formasi
Wonosari (Tmwl) yang berumur Miosen
Tengah-Miosen Akhir. Batuan Gunungapi Wilis
(Opwv) yang berumur Plistosen menindih takselaras satuan yang lebih tua. Satuan termuda di
kabupaten
ini adalah Aluvium (Qa) yang
merupakan endapan sungai dan pantai
Secara struktur wilayah ini ditempati oleh sesarsesar miring yang berarah baratlaut-tenggara dan
timurlaut-baratdaya. Gerakan mendatar dari
sesar-sesar tersebut lebih banyak dibandingkan
dengan gerakan turunnya, sehingga ditafsirkan
sebagai sesar geser jurus. Sesar yang berarah
timurlaut-baratdaya adalah sesar geser jurus
mengiri (sinistral), seperti misalnya Sesar Puger
dan Sesar Kambengan. Sedangkan yang arahnya
baratlaut-tenggara mempunyai gerakan mendatar
menganan (dekstral). Beberapa sesar yang
diduga cerminan dari kelurusan yang arahnya
barat-timur atau hampir utara-selatan adalah
sesar turun. Lipatan yang terdapat di daerah ini
adalah Sinklin Puntukjatuh, yang menyebabkan
periukan pada lapisan batugamping Miosen
Awal Formasi Campurdarat. Sinklin ini
mempunyai sumbu yang arahnya timurlautbaratdaya. Berdasarkan pola struktur tersebut,
diduga arah gaya utamanya adalah nisbi utaraselatan.Pemineralan pirit akibat penerobosan
batuan beku pada batuan gunungapi dijumpai di
utara Munjungan dan barat Prigi. Dalam
usahanya menjajagi kemungkinan adanya
mineralisasi lainnya, pada 1972, PT Kennecott
Indonesia mengadakan penelitian rinci di daerah
tersebut. Mangan dijumpai setempat-setempat
pada batugamping Miosen Awal di daerah
Sukoharjo, selatan Durenan. Berhubung kurang
potensial dan ekonomis dari endapan mangan ini
sampai kini belum diusahakan.
GEOLOGI DAN POTENSI ENDAPAN
FELSPAR
Berdasarkan sudut lereng dan bentuk topografi
dan hasil pengamatan di lapangan daerah sekitar
penyelidikan membentuk : satuan morfologi
perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan
sedang dan satuan dataran alluvial.
Satuan morfologi perbukitan terjal menempati
bagian tengah daerah penyelidikan, terlipat agak
kuat dengan puncak-puncak bukit berketinggian
berkisar antara 282,5 sampai dengan 215 m di
atas permukaan laut (dpl), membentuk endapan
felspar Gunung Jabung, Gunung Sapu, Gunung
Slimer dan Gunung Banjiran, morfologinya
dikontrol oleh tufa terubah, satuan batuan pada
Formasi Mandalika (Tvt), serta di beberapa
tempat juga dikontrol oleh gawir sesar.
Dicirikan dengan relief kasar, lembah yang
sempit berbentuk V, lereng-lereng yang terjal
dengan sudut kemiringan lebih dari 60o, aliran
sungai umumnya dendritik di beberapa tempat
paralel.
Satuan morfologi perbukitan sedang menempati
sebagian besar
daerah penyelidikan,
morfologinya dikontrol oleh tufa selang seling
dengan tufa pasiran, breksi serta lava andesit
dari satuan batuan pada Formasi Arjosari (Tf).
Dari kenampakan morfologi terlihat bahwa di
beberapa tempat erosi ke arah samping mulai
3
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
berjalan, sehingga erosinya telah memasuki
stadium dewasa.
Satuan
morfologi dataran alluvial ditandai
dengan lembah-lembah lebar dan kaki-kaki bukit
berketinggian berkisar antara 130 sampai dengan
135 m (dpl). Daerah ini terbentuk dari pelapukan
batuan di bawahnya (tuf) maupun endapan
aluvial sungai, yang terdiri dari lempung, lanau,
pasir; kerikil dan kerakal, yang merupakan
endapan Sungai Dawuan dan Kali Pager.
Singkapan tertua yang terdapat di daerah
penyelidikan adalah Satuan Batuan Tufa
Terubah Formasi Mandalika secara tidak selaras
ditutupi oleh Satuan Tufa Formasi Arjosari, di
atasnya ditutupi Satuan Batugamping, Formasi
Campur Darat, Endapan termuda adalah
endapan alluvial yang menutupi daerah aliran
Sungai Dawuan dan
Kali Pager, berupa
lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal .
Urut-urutan stratigrafi daerah penyelidikan
mulai dari tua sampai muda adalah sebagai
berikut (Gambar 2.).:
- Satuan Batuan Tufa Terubah, Formasi
Mandalika
- Satuan Batuan Tufa, Formasi Arjosari
- Satuan Batuan Batugamping, Formasi
Campur Darat
- Satuan Aluvial
Satuan Batuan Tufa Terubah, Formasi
Mandalika membentuk morfologi perbukitan
terjal, seperti pada Gunung Jabung, Gunung
Sapu, Gunung Slimer dan Gunung Banjiran,
kesemua gunung tersebut mengalami perlipatan,
terkekarkan dan tersesarkan sebagian besar
berupa tufa terubah, dengan sisipan tufa lapili,
breksi vulkanik dan tufa tersilisifikasi (silicified
tuff) Tufa terubah berbutir halus sampai sedang,
berwarna putih kecoklatan sampai kemerahan,
umumnya keras, masif, tufa terubah di daerah
Gunung Jabung, umumnya berlaminasi,
mengandung kuarsa, mineral mafik, dari hasil
pemboran (BH-02) memperlihatkan pengarahan
jurus kemiringan sekitar 50o - 60o, pada
kedalaman tertentu dijumpai rekahan, dan
membuat batuan teroksidasi. Tufa terubah
Gunung Sapu berwarna putih kecoklatan,
umumnya terkekarkan dengan berbagai arah dan
saling memotong (arah utara-selatan dan barattimur), dari hasil pemboran (BH-05), dijumpai
sisipan tufa lapili dan tuf breksi pada kedalaman
4 m -7 m, 20 m, 15,50 m -15,80 m dan 22,60 m 23,10 m, tuf lapili, berupa pasir vulkanik, lepas,
warna coklat kehitaman, sedangkan tuf breksi,
berwarna hitam, fragmen bersudut, berukuran
kerikil, dengan masadasar tuf, dari kedua sisipan
batuan tersebut terlihat kemiringan lapisan
batuan membentuk antara 50o - 60o. Tufa
terubah di Gunung Slimer berwarna putih sedikit
kotor, umumnya tersesarkan, banyak urat tipis
dan pengisian celah (cavity filling) dari kwarsa,
dari hasil pemboran pada lubang bor BH-06,
pada kedalaman 25 m masih terjadi rekahan
yang menyebabkan oksidasi, juga urat kuarsa
tipis. Tufa terubah di Gunung Banjiran berwarna
putih kecoklatan, setempat memperlihatkan
sheeting joint (kekar lembar), di bagian atas
(sisa penambangan), dijumpai tufa mengalami
silisifikasi, berwarna putih kecoklatan, keras,
terkekarkan, sedangkan di bagian bawah,
mengalami pelapukan, berwarna putih coklat
kemerahan, mudah diremas dan digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan bata dan
genteng. Tufa terubah ini sejak tahun 1983 telah
ditambang sebagai komoditi felspar, yang
digunakan sebagai bahan keramik, malah felspar
di Gunung Banjiran tinggal di bagian bawah
lereng gunung, Gunung Slimer dan Gunung
Sapu sedang ditambang dan dikirim ke
Surabaya, sedangkan endapan felspar Gunung
Jabung, sampai saat ini belum ditambang.
Satuan Batuan Tufa, Formasi Arjosari
menempati bagian besar daerah penyelidikan,
terdiri dari tufa, breksi vulkanik, tufa lapili, lava
andesit. Tufa berwarna coklat abu-abu sampai
kehijauan, memperlihatkan pelapukan mengulit
bawang, dan setempat mengandung lensa-lensa
kecil batulempung. Tebal lapisannya berkisar
antara 1 dan 2 m. Breksi vulkanik, dengan
fragmen andesit berukuran dari pasir sampai
bongkah.
Tufa lapili berwarna abu-abu
kecoklatan berbutir sedang hingga kasar, berupa
pasir vulkanik. Mempunyai jurus perlapisan
hampir arah barat-timur dengan kemiringan 20º40º.
Satuan
Batuan
Batugamping,
Formasi
Campurdarat menempati bagian barat daerah
penyelidikan dengan sebaran utara selatan, pada
bagian tengah menutupi satuan batuan tufa,
Formasi Arjosari membentuk punggunganpunggungan, yang disebut oleh penduduk
setempat sebagai Gunung Jungkur. Terdiri dari
batugamping hablur, bersisipan batulempung
berkarbon. Batugamping hablur berwarna kelabu
muda hingga tua, kompak, pejal dan berfosil,
banyak mengandung koral, ganggang, moluska,
4
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
duri echinoid dan foraminifera,
sebagian
terpualamkan dan terpiritkan. Tebalnya berkisar
antara 10 dan 50 m. Batulempung berkarbon
berwarna kelabu. atau, kelabu kehitaman, sedikit
gampingan dan berlapis baik sebagai sisipan,
lapisan ini mempunyai tebal antara 15 dan 50
cm dan umumnya berkembang di bagian atas
satuan. Di daerah Selorejo pada batulempung
dijumpai sisipan batubara dengan tebal 0,50
cm, telah ditambang oleh rakyat.
Satuan Aluvial menempati dataran dan limpahan
banjir Kali Dawuan, Kali Pager dan Kali Jati,
terdiri dari : kerakal, kerikil, pasir, lanau,
lempung dan lumpur. Endapan aluvial ini juga
mempunyai nilai ekonomis bagi penduduk
setempat, partikel ukuran pasir hingga kerakal
diusahakan sebagai sirtu, seperti yang dijumpai
di sepanjang aliran Kali Dawuan, sedangkan
lempungnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bata genteng di Kampung Dawuan.
Struktur yang dijumpai berupa lipatan (antiklin)
dan sesar. Antiklin berarah hampir timur – barat,
Sedangkan gejala sesar yang dijumpai berupa
kekar dan gawir sesar, terutama di sekitar
Gunung Sapu, Banjiran dan Gunung Slimer.
Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan
endapan felspar diagenetik, terbentuk karena
erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik
yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan.
Setelah dilakukan pengamatan, baik hasil
lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber
pustaka, bahan galian felspar di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan tuf
terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar
berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat
dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya
berupa kerucut.
Di daerah ini bahan galian felspar dijumpai pada
4 daerah, jaitu Gunung Jabung, Gunung Sapu,
Gunung Slimer dan Gunung Banjiran. Melihat
bentuk geometrisnya berdasarkan keadaan
sebarannya dan topografisnya telah terlihat,
maka dihitung volumenya
berdasarkan
“Methode Cross Section“.
Untuk itu tiap Gunung yang mempunyai sumber
daya dibuat penampangnya dengan jarak antar
penampang 100 m dan dihitung luasnya,
penampang dibuat dengan anggapan batas
tambang adalah 150 m dpl, dengan rumus di atas
maka dapat dihitung sumber daya terukur dari
masing-masing lokasi endapan felspar.
Hasil perhitungan setiap blok dan jumlah total
seluruh blok setelah dikurangi volume
overburden, faktor koreksi masing-masing blok
diketahui sumber daya terukur felspar pada
Gunung Jabung adalah 5.331.716,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 5.331.700 m3, sumber
daya terukur felspar pada Gunung Sapu adalah
2.169.166,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang
2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada
Gunung Slimer adalah 1.049.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 1.049.500 m3 dan
sumber daya terukur felspar pada Gunung
Banjiran
adalah 2.568.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 2.568.500 m3 dengan
faktor koreksi berkisar 20 – 60 %.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGAN ENDAPAN FELSPAR
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan bahan
galian maka pengkajian atau penilaiannya
didasarkan pada beberapa aspek antara lain :
kualitas, kuantitas, lokasi dan pemasaran,
disamping aspek lainnya. Kajian mengenai
prospek pengembangan bahan galian tidak
terlalu berbeda dengan dasar penilaian terhadap
prospek pemanfaatannya. Namun untuk prospek
pengembangan
lebih
diarahkan
pada
kemungkinan pengusahaan dalam skala yang
relatif lebih besar di masa yang akan datang,
dikaitkan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan
peluang ekspor sejalan dengan permintaan pasar
dalam dan luar negeri.
Felspar merupakan salah satu komoditi mineral
non logam yang cukup penting dan dicari guna
memenuhi kebutuhan di bidang industri
keramik. Spesifikasi dan kegunaan felspar
secara umum dapat dijelaskan seperti berikut ini.
Mutu felspar ditentukan oleh kandungan oksida
kimia Na2O dan K2O yang relatif tinggi (> 6%),
oksida Fe2O3 dan TiO2. Pada umumnya
pengolahan
felspar
adalah
dengan
menghilangkan atau menurunkan kadar material
atau unsur pengotor seperti besi, biotit, turmalin,
mika dan kuarsa. Seperti diketahui bila unsur
Fe2O3 terlalu tinggi akan mengakibatkan
perubahan warna pada proses pembuatan badan
keramik (Fe2O3 maksimum 0,50%).
Jenis felspar yang digunakan dalam industri
keramik adalah orthoklas/mikroklin dan
albit/plagioklas
asam
(natrium
felspar),
sedangkan yang basa dengan kadar kalium
5
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
tinggi jarang dipakai, dan memenuhi
persyaratan. Pengujian sifat fisik perlu dilakukan
dengan metoda uji bakar keramik pada suhu
1400º C, setelah pembakaran kemudian diamati
kepadatan, warna dan homogenitas. Sedangkan
pengujian
komposisi
kimia
dilakukan
menggunakan analisis kuantitatif dengan metoda
basah.
Perkembangan produksi felspar Indonesia
beberapa tahun terakhir ini sebenarnya
mengalami peningkatan dan umumnya masih
berbentuk “raw material” saja. Namun yang
menonjol justru aktifitas impor yang semakin
tinggi. Negara eksportir yang selama ini
berhubungan dengan Indonesia adalah, China,
India, Malaysia dan Turki. Ditinjau dari sisi
pemasokan dan permintaan, bahan galian ini
tampaknya tetap belum mencapai keseimbangan
dalam hal ini kebutuhan domestik belum bisa
terpenuhi.
Melihat
kecenderungan
akan
kebutuhan bahan mentah felspar saat ini
semakin meningkat, menjadikan komoditi
felspar semakin prospek.
Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke
Surabaya sebagai bahan baku industri keramik.
Dan dari hasil tes keramik yang dilakukan di
Balai Keramik Bandung, umumnya felspar di
daerah tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pelebur dalam industri keramik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa
endapan felspar dijumpai di daerah sekitar
Gunung Jabung dan Sapu, Desa Jati, Kecamatan
Karangan, Gunung Slimer dan Banjiran, Desa
Mlinjon,
Kecamatan
Suruh,
Kabupaten
Trenggalek, Jawa Timur.
Dari genesanya felspar di daerah ini merupakan
endapan felspar diagenetik, terbentuk karena
erupsi batuan asam (tufa riolitik), akibat tektonik
yang terjadi batuan ini terlipat dan tersesarkan.
Setelah dilakukan pengamatan , baik hasil
lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber
pustaka, bahan galian felspar di daerah
Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur terdapat dalam satuan batuan tuf
terubah, Formasi Mandalika. Endapan felspar
berwarna putih sampai kecoklatan, terlipat kuat
dan tersesarkan, sehingga bentuk endapannya
berupa kerucut.
Hasil perhitungan setiap blok dan jumlah total
seluruh blok setelah dikurangi volume
overburden, faktor koreksi masing-masing blok
diketahui sumber daya terukur felspar pada
Gunung Jabung adalah 5.331.716,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 5.331.700 m3, sumber
daya terukur felspar pada Gunung Sapu adalah
2.169.166,67 m3 in situ, dibulatkan lebih kurang
2.169.100 m3, sumber daya terukur felspar pada
Gunung Slimer adalah 1.049.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 1.049.500 m3 dan
sumber daya terukur felspar pada Gunung
Banjiran
adalah 2.568.566,67 m3 in situ,
dibulatkan lebih kurang 2.568.500 m3 dengan
faktor koreksi berkisar 20 – 60 %.
Sampai saat ini felspar di daerah ini dikirim ke
Surabaya sebagai bahan baku industri keramik,
dapat digunakan sebagai bahan pelebur dalam
industri keramik
Dari hasil kajian sampai saat ini, endapan felspar
di Desa Jati dan Desa Mlinjon, Kecamatan
Karangan dan Suruh, Kabupaten Trenggalek,
Jawa Timur, dapat digunakan pada industri
keramik.
Apalagi
data
di
lapangan
memperlihatkan bahwa keberadaan sebaran
felspar terdapat dalam kawasan lahan yang
produktip.
Untuk prospek pengembangan lebih diarahkan
pada kemungkinan pengusahaan dalam skala
yang relatif lebih besar di masa yang akan
datang,
dikaitkan
dengan
pusat-pusat
pertumbuhan dan peluang ekspor sejalan dengan
permintaan pasar dalam dan luar negeri
DAFTAR PUSTAKA
•
•
•
•
Bemmelen, R. W. van, 1949, The
Geologi of Indonesia, vol 1A, General
Geologi,Second
Edition, Martinus,
Nijhoff, The Hague, Netherland.
H. Samodra, Suharsono, S. Gafoer dan
T. Suwarti, 1992, Peta Geologi Lembar
Tulungagung, Jawa, P3G.
Yayat. P.S., dkk., 1985, Pemetaan
Geologi daerah Pule dan karangan,
Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
SDM, Bandung
Anonymous,
2006,
Kabupaten
Trenggalek dalam Angka, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Trenggalek
6
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
•
Anonymous,
2006,
Kecamatan
Karangan dalam Angka, Kantor
Kecamatan Karangan
7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Gambar 1. Lokasi daerah Eksplorasi Rinci Endapan Felspar
Gambar 2. Peta Geologi Dan sebaran Felspar di daerah Karangan, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur
8