Penyelidikan Pendahuluan Endapan Bitumen Padat, Di Daerah Kandui Dan Sekitarnya, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah
PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT
DI DAERAH KANDUI DAN SEKITARNYA
KABUPATEN BARITO UTARA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Dahlan Ibrahim
Subdit. Batubara, DIM
SARI
Daerah Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur,
Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, tercakup di dalam sebagian Lembar1714-63 dan
Lembar 1714-64 Peta Rupa Bumi Indonesia terbitan Bakosurtanal. Terletak di antara 01o00’00” –
01o15’00” LS dan 115o05’00” - 115o20’00” BT, meliputi wilayah seluas lebih kurang 75.000 ha.
Penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat ini merupakan salah satu upaya untuk
mendukung kebijaksanaan pemerintah mengenai diversifikasi energi. Endapan bitumen padat adalah
aneka batuan sedimen klastik halus, biasanya berupa serpih yang kaya kandungan material organik dan
dapat diproses sehingga menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi. Keterdapatan endapan ini
pada beberapa cekungan sedimentasi di Indonesia diperkirakan cukup potensial, sehingga di masa
mendatang diharapkan dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber energi alternatif.
Daerah penyelidikan secara geologi termasuk kedalam Cekungan Barito. Stratigrafinya tersusun
oleh runtunan sedimen Tersier dengan urutan dari tua ke muda : Formasi Tanjung, Formasi Berai,
Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Ditinjau dari beberapa aspek geologi terutama lingkungan
pengendapan, ciri-ciri litologi dan umur dari formasi, diperkirakan potensi endapan bitumen padat
terdapat pada Formasi Tanjung, Formasi Montalat dan Formasi Warukin.
Dari penyelidikan lapangan telah ditemukan sekitar 50 lokasi singkapan batuan sedimen
terindikasi endapan bitumen padat pada Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Lapisan ini sering
ditemukan berselingan dengan lapisan batubara. Tebal lapisan bervariasi antara 0,20 – 5,0 meter,
kemiringan lapisan sekitar 7o – 20o. Pada sekuen Formasi Tanjung di daerah penyelidikan tak ditemukan
adanya singkapan yang terindikasi endapan bitumen padat, hal ini kemungkinan karena sekuen sedimen
Formasi Tanjung di daerah ini merupakan sekuen bagian atas yang terendapkan di lingkungan laut
dangkal terbuka dengan pengaruh arus dan material detritus klastik yang cukup kuat, sehingga tidak cukup
menunjang untuk pembentukan endapan tersebut.
Hasil analisis retorting dari 9 conto menunjukkan kandungan minyak yang sangat kecil yaitu 2,4
– 5 liter/ton. Berdasarkan hal tersebut penghitungan sumberdaya tidak dilakukan. Untuk penyelidikan
selanjutnya disarankan untuk menyelidiki Formasi Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah
penyelidikan yang mencakup sekuen bagian bawah dan tengah yang diperkirakan berpotensi untuk
mengandung endapan bitumen padat. Disarankan juga untuk menyelidiki Formasi Warukin yang tersebar
cukup luas di sebelah barat dan selatan dari daerah penyelidikan.
rumahtangga.
PENDAHULUAN
Selama
masa
tersebut
laju
konsumsi rata-rata mencapai sekitar 10 % per
tahun dan diperkirakan akan terus meningkat di
Latar Belakang
Laju konsumsi dan kebutuhan energi
masa
mendatang.
Di
sisi
lain
nasional selama beberapa dasawarsa terakhir
keterbatasan
meningkat dengan cukup pesat, seiring dengan
konvensional khususnya minyak bumi.
makin meningkatnya pemakaian energi di bidang
industri,
transportasi
dan
keperluan
Untuk
jumlah
cadangan
mengantisipasi
hal
terdapat
energi
tersebut
pemerintah dengan kebijakan diversifikasi energi
telah mendorong penggunaan
sumber-sumber
energi lain di luar minyakbumi seperti gas-alam,
mencakup antara lain : kuantitas, kualitas dan
prospek pengembangannya di masa mendatang.
batubara, gambut, panasbumi, tenaga air, tenaga
surya, biomassa dan lainnya. Disamping itu
Lokasi dan Kesampaian Daerah
pemerintah melalui Departemen Energi dan
Daerah penyelidikan terletak di daerah
Sumberdaya Mineral juga berupaya untuk
Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung
mencari bahan energi lain yang bersumber dari
Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur,
alam di luar yang telah diketahui selama ini.
Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan
Endapan bitumen padat merupakan salah
Tengah. Secara geografis terletak di antara
satu potensi bahan galian yang berpeluang untuk
115o05’00” – 115o20’00” BT dan 01o00’00” –
dikembangkan menjadi sumber energi alternatif.
01o15’00” LS. Lokasinya terletak lebih kurang
Endapan bitumen padat adalah batuan sedimen
600 km ke arah timurlaut Palangkaraya atau
klastik
serpih,
sekitar 70 km ke arah tenggara Muarateweh,
mengandung zat organik yang bisa diekstraksi
ibukota Kabupaten Barito Utara. Pencapaian
menghasilkan
halus
minyakbumi,
biasanya
berupa
hidrokarbon
sehingga
cair
seperti
lokasi dari Palangkaraya bisa dilakukan lewat
juga
disebut
darat, sungai maupun udara.
lazim
sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah
di atas Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral
melalui
Inventarisasai
Proyek
Sumberdaya
DIK-S
Direktorat
Mineral
Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan
Penduduk yang bermukim di daerah ini
terdiri atas penduduk asli dan pendatang.
Tahun
Penduduk asli adalah Suku Dayak sedangkan
Anggaran 2001 telah melakukan penyelidikan
pendatang umumya adalah Suku Banjar dari
pendahuluan endapan bitumen padat di daerah
Kalimantan
Kandui dan sekitarnya, Kabupaten Barito Utara,
berasal dari Pulau Jawa. Profesi penduduk
Propinsi Kalimantan Tengah.
umumnya sebagai petani, pedagang dan pekerja
Selatan
dan
transmigran
yang
pada usaha perkayuan. Agama yang dianut
Maksud dan Tujuan
terbagi
Kegiatan penyelidikan ini dimaksudkan
atas
Agama
Islam,
Kristen
dan
Kaharingan.
untuk mendapatkan data endapan bitumen padat
Sarana dan pra sarana yang tersedia cukup
yang meliputi : Lokasi dan koordinat singkapan,
memadai. Terdapat sekolah, Puskesmas, dokter
jurus dan kemiringan, ketebalan, sebaran lapisan
dan sarana transportasi. Sebagian desa telah
ke arah lateral, conto endapan, dan aspek-aspek
memiliki
geologi
kecamatan Kandui terdapat sarana telepon yang
lainnya
yang
dapat
menunjang
penafsiran bentuk geometris dari lapisan bitumen
padat.
jaringan
listrik
PLN.
Di
kota
menggunakan sistem wireless.
Sebagai mana daerah yang beriklim tropis,
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi
di sepanjang tahun suhu, curah hujan dan
endapan bitumen padat di daerah tersebut yang
kelembaban rata-rata cukup tinggi. Musim hujan
biasanya berlangsung antara
Nopember dan
karakteristik
dari
endapan
bitumen
padat,
April, musim kemarau antara Juli dan Oktober,
mencari penyebaran lapisan ke arah lateral,
di antara kedua musim tersebut terdapat musim
mengamati aspek-aspek geologi lainnya yang
transisi.
dapat membantu dalam menafsirkan bentuk
Lahan di daerah penyelidikan sebagian besar
merupakan
areal
hutan
berstatus
Hak
geometris dari lapisan bitumen padat, membuat
parit-parit uji dan pengambilan conto.
Pengusahaan Hutan dari P.T. Austral Byna dan
P.T. Sindo Lumber. Sebagian lagi merupakan
Pengujian Conto di Laboratorium
Sejumlah
lahan perkebunan penduduk yang ditanami
conto
telah
diuji
di
laboratorium untuk mengetahui kualitasnya.
pohon karet, rotan, kelapa sawit dan palawija.
Kawasan hutan yang ada umumnya sudah
Pengujian dilakukan oleh Laboratorium Penguji
tidak produktif karena jumlah dan jenis pohon
Kimia-Fisika Mineral dan Batubara Direktorat
yang tumbuh sudah sangat berkurang.
Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Bandung.
Macam pengujian terdiri atas analisis retorting
(Retort analysis) dan analisis petrografi.
Retort
KEGIATAN PENYELIDIKAN
analysis
meliputi
pengujian
kandungan minyak (oil content), kandungan air
(water content) dan berat jenis minyak (Specific
Kegiatan
pekerjaan
penyelidikan
lapangan
dan
mencakup
pasca-lapangan.
Pekerjaan lapangan berupa pemetaan geologi
endapan bitumen padat, sedangkan kegiatan
pasca-lapangan
adalah
pengujian
conto
di
labotatorium dan penyusunan laporan akhir.
Gravity of oil), sedangkan analisis petrografi
merupakan
pengamatan
dan
pemerian
mikroskopis dari maseral dan mineral pada conto
bitumen padat yang antara lain meliputi nilai
reflektansi vitrinit (Rv mean), sebaran material
organik (DOM), jenis dan komposisi maseral
dari material organik serta kandungan mineral.
Pemetaan Geologi Endapan Bitumen Padat
Pemetaan geologi endapan bitumen
padat dilakukan dengan menggunakan peta
KEADAAN GEOLOGI
topografi skala 1 : 50.000 lembar 1714-63 dan
1714-64, terbitan Bakosurtanal. Untuk penamaan
Geologi Regional
formasi mengacu pada Peta Geologi Lembar
Buntok, Kalimantan, skala 1 : 250.000, terbitan
Puslitbang Geologi, Bandung.
mencakup beberapa kegiatan yaitu : Mencari dan
lokasi
singkapan
bitumen
padat, mengukur kedudukan dan tebal dari
lapisan,
mengamati
sifat-sifat
daerah
penyelidikan
termasuk
ke
dalam
Cekungan Barito. Secara fisiografi cekungan ini
Pemetaan geologi endapan bitumen padat
menginventarisir
Di dalam kerangka tektonik Kalimantan
fisik
dan
mempunyai batas-batas sebagai berikut : Di
sebelah utara dibatasi oleh Kuching High dan
Pasternoster Cross High, di timur oleh Meratus
High, di selatan oleh Laut Jawa dan di barat oleh
dan umur dari formasi, diperkirakan kondisi
Paparan Sunda.
yang
Batuan tertua yang tersingkap adalah
memungkinkan
untuk
terbentuknya
endapan bitumen padat adalah pada Formasi
batuan Pra Tersier yang merupakan batuan dasar
Tanjung,
cekungan. Di atas batuan Pra Tersier diendapkan
Warukin.
Formasi
Montalat
dan
Formasi
tak selaras runtunan sedimen Tersier hingga
Kuarter. Di beberapa tempat khususnya pada
Tersier Awal terjadi kegiatan vulkanisme yang
Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi daerah penyelidikan secara
umum membentuk perbukitan bergelombang
menghasilkan batuan terobosan.
Sedimentasi Tersier diawali dengan fase
landai dengan elevasi kurang lebih 100 meter di
transgresi pada Kala Eosen yang mencapai
atas muka laut. Bentuk ini mencerminkan adanya
puncaknya pada Miosen Awal dan diakhiri oleh
perselingan batuan dengan tingkat resitensi yang
fase regresi pada Kala Pliosen. Urutan sedimen
berbeda
Tersier dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
penyelidikan di bagian timur menampakkan
Formasi
yang
bentuk morfologi Karst yang khas berasosiasi
menjemari dengan Formasi Berai, Formasi
dengan batugamping. Pola aliran sungai di
Warukin dan Formasi Dahor. Endapan Aluvium
daerah ini menunjukkan pola dendritik dan
berumur Kuarter merupakan endapan termuda
rektangular,
melampar tak selaras di atas batuan-batuan yang
sedimen dengan sudut kemiringan relatif landai
lebih tua.
dan adanya kontrol dari pola struktur baik sesar,
Tanjung,
Formasi
Montalat
Kegiatan gunungapi terjadi pada Kala
terhadap
erosi.
Sebagian
wilayah
mencerminkan kondisi batuan
lipatan atau kekar.
Eosen-Oligosen, menghasilkan lava bersusunan
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun
andesitis-basaltis dan batuan terobosan hipabisal
oleh batuan sedimen berumur Tersier, mulai dari
berupa sill dan retas bersifat basaltis yang
Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi
menerobos
Montalat hingga Formasi Warukin. Uraian
sedimen
Formasi
Tanjung
di
beberapa tempat.
stratigrafi daerah penyelidikan mulai dari batuan
Pola struktur geologi regional yang
terbentuk adalah perlipatan dan sesar. Perlipatan
berupa sinklin dan antiklin dengan arah sumbu
berarah
relatif
timur-barat
dan
timurlaut-
tua ke muda adalah sebagai berikut :
•
Formasi Tanjung
Terdiri atas perselingan batupasir
baratdaya. Sesar berupa sesar naik dengan sumbu
kuarsa, batulempung dan batulanau.
sejajar lipatan, sesar geser sinistral berarah
Batupasir, berwarna kuning muda–
baratlaut-tenggara dan sesar normal berdimensi
kelabu, berbutir sedang, terpilah baik,
relatif kecil yang terbentuk akibat pengaruh
struktur sedimen laminasi paralel,
gravitasi.
komponen utama kuarsa, mengandung
Ditinjau dari beberapa aspek geologi
terutama lingkungan pengendapan, ciri litologi
glaukonit dan muskovit. Batulempung,
kelabu
kehijauan,
lunak,
mudah
hancur,
berlaminasi,
menyerpih.
•
•
kadang
Batulanau,
kelabu,
•
Formasi Warukin
berlaminasi. Formasi ini diendapkan
Terdiri
di lingkungan laut dangkal terbuka.
bersisipan batulempung, batulanau,
atas
batupasir
kuarsa,
batubara.
Formasi Berai
Batupasir,
Formasi ini terdiri atas batugamping,
sedang-kasar, konglomeratan, kuarsa
putih – kelabu kecoklatan, berbutir
dominan,
halus,
Batulempung, kelabu, lunak, setempat
keras, kompak, berlapis–
kuning
muda,
kurang
berbutir
kompak.
masif,
mengandung
foraminifera
mengandung
besar.
Bersisipan
batulempung
berkarbon dan terindikasi bitumen
gampingan dan napal. Lingkungan
padat. Batulanau, kelabu, berlaminasi,
pengendapan formasi ini adalah laut
setempat mengandung sisa organik.
dangkal tertutup atau laguna.
Batubara, hitam kecoklatan, kusam,
sisipan
lempung
getas. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan paralik.
Formasi Montalat
Formasi ini terdiri atas batupasir
kuarsa dan
batulempung bersisipan
daerah penyelidikan adalah lipatan dan sesar.
batulanau, serpih dan batubara.
Batupasir,
kuning
berbutir
muda-kelabu,
halus-sedang,
dominan,
kekompakan
struktur
sedimen
laminasi
paralel
kuarsa
sedang,
cross-bedding,
dan
bioturbasi.
Batulempung,
kelabu–kehijauan,
lunak,
masif-berlaminasi,
plastis,
mengandung
lempung
sisipan
berkarbon,
batulanau,
serpih
setempat
Lipatan berupa antiklin berarah timurlautbaratdaya yang menunjam ke arah baratdaya.
Sesar diperkirakan dengan arah relatif baratlauttenggara, terdeteksi di bagian tenggara daerah
penyelidikan.
GEOLOGI ENDAPAN BITUMEN PADAT
dan
batubara. Batulanau, kelabu, getas,
berlaminasi,
Pola struktur geologi yang terbentuk di
berkarbon.
Dasar Teori
Keberadaan batuan sedimen yang kaya
lunak,
kandungan organik di alam sering diasosiasikan
organik,
sebagai bahan baku energi fosil. Hutton, 1987,
padat.
telah mengklasifikasikan batuan sedimen yang
Batubara, hitam, banded, keras, getas.
melimpah akan material organik menjadi tiga
Formasi
golongan
Serpih,
getas,
coklatkaya
kehitaman,
kandungan
mengindikasikan
diendapkan
dangkal.
bitumen
Montalat
di
diperkirakan
lingkungan
laut
: Batubara,
batuan mengandung
bitumen dan endapan bitumen padat.
Endapan bitumen padat didefinisikan
Dari
pengamatan
lapangan
telah
sebagai aneka batuan sedimen berbutir halus,
ditemukan sekitar 50 singkapan terindikasi
mengandung
endapan bitumen padat.
material
organik
yang
dapat
Singkapan-singkapan
diproses sehingga menghasilkan minyak (Yen
tersebut ditemukan pada Formasi Montalat dan
and Chilingarian, 1976). Adanya keterkaitan
Formasi Warukin, khususnya pada Formasi
antara sedimen
Montalat. Sejauh yang teramati pada sekuen
berbutir halus ini dengan
kandungan minyak atau organik menyebabkan
sedimen
endapan bitumen padat lazim juga dikenal
penyelidikan tidak ditemukan adanya lapisan
sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.
sedimen yang terindikasi endapan bitumen padat.
Material organik pada endapan bitumen
Formasi
Dari
Tanjung
pengamatan
di
pada
daerah
singkapan
padat berasal dari akumulasi sisa-sisa organisme
ternyata sedimen yang terindikasi endapan
yang pernah hidup pada suatu lingkungan
bitumen
tertentu
yang
perselingan dengan lapisan batubara dan batuan
terproses
sedimen bertekstur halus seperti batulempung,
menjadi endapan bitumen padat. Bahan-bahan
batulanau atau batupasir halus. Pada beberapa
organik tersebut berasal dari sisa tetumbuhan
lokasi ditemukan juga sebagai sisipan atau
seperti ganggang,
sari dan
laminasi tipis pada batulempung atau serpih.
kutikula, namun pada umumnya berasal dari
Tebal lapisan bervariasi diantara 0,20 – 5 meter,
jenis tetumbuhan rendah khususnya ganggang.
kemiringan lapisan sekitar 7o – 20o. Kenampakan
kemudian
memungkinkan
pada
terendapkan
kondisi
dan
spora, serbuk
Pembentukan
sering
ditemukan
sebagai
padat
endapan ini di lapangan adalah sebagai sedimen
memerlukan beberapa persyaratan tertentu yang
bertekstur halus berukuran butir lempung–lanau,
mencakup berbagai aspek baik geologi, biologi,
berwarna coklat kehitaman–kelabu gelap, lunak,
kimia maupun fisika. Persyaratan tersebut antara
getas, menyerpih atau berlaminasi halus, kaya
lain
kandungan
:
Terdapatnya
bitumen
padat
sumber
tetumbuhan
(ganggang) yang melimpah, pembentukan awal
organik,
apabila
dibakar
mengeluarkan bau khas.
pada kondisi an-aerob, lingkungan pengendapan
Pada Formasi Tanjung tidak ditemukan
dengan kondisi air yang tenang dan pengendapan
adanya batuan berindikasi endapan bitumen
sekaligus dari material baik secara autochton
padat. Dari pengamatan diperoleh data bahwa
maupun allochton.
litologi formasi ini terdiri dari perselingan
Berbagai tipe lingkungan pengendapan
monoton antara lapisan batupasir, batulempung
yang dapat berasosiasi dengan endapan bitumen
dan batulanau.
padat. adalah : Danau-danau air tawar yang kecil
muda–kelabu,
(deltaic), rawa, laguna, danau-danau besar yang
terpilah
berasosiasi dengan Cekungan intramontan dan
mengandung
laut dangkal pada paparan yang stabil
laminasi paralel, setempat dijumpai fosil ikan.
baik,
Batupasir berwarna kuning
berbutir
sedang,
komposisi
glaukonit,
utama
struktur
umumnya
kuarsa,
sedimen
Batulempung atau batulanau berwarna kelabu–
Sebaran Endapan Bitumen Padat
kehijauan, lunak, berlaminasi.
Berdasarkan
data
tersebut di
atas
Kandungan
maseral
diperkirakan bahwa sekuen litologi Formasi
didominasi
oleh
Tanjung tersebut diendapkan di lingkungan laut
dibandingkan inertinit dan liptinit.
terbuka, kondisi air yang berarus dan pengaruh
Hampir semua conto mengandung
detritus klastik cukup besar. Ciri litologi dan
vitrinit dengan kuantitas berkisar
lingkungan pengendapan tersebut mirip dengan
dari common – abundant.
ciri litologi dan lingkungan pengendapan sekuen
2.
3.
lebih
vitrinit
Nilai reflektansi vitrinit berkisar
Formasi Tanjung bagian atas yang diendapkan di
0,35 % -
lingkungan laut terbuka (Supriatna, dkk, 1980).
kematangan rendah – sedang.
Kondisi dan lingkungan pengendapan yang
demikian
kurang
memenuhi
syarat
4.
umumnya
adalah
Lamalginit, namun persentasenya
untuk
sangat kecil yaitu < 0,2 %.
pembentukan endapan bitumen padat
5.
Bitumen terdapat pada 4 conto,
terdapat dalam lapisan atau di
Kualitas Endapan Bitumen Padat
Pengujian
Liptinit
0,42 %, tingkat
kualitas dilakukan dengan
analisis retorting dan analisis petrografi. Hasil
antara butiran sedimen.
6.
Kandungan mineral terdiri atas
analisis menunjukkan kandungan minyak sangat
oksida besi (common – abundant)
sedikit yaitu sekitar 2,4 – 5 liter/ton. Berat jenis
dan
minyak
menunjukkan kandungan rata-rata
tidak
dihitung
karena
kandungan
pirit
(sparse
–
major),
kedua mineral ini cukup banyak.
minyaknya sangat sedikit.
Analisis petrografi dilakukan untuk
mengetahui komposisi dari zat organik, jenis dan
Pembahasan Hasil Analisis Laboratorium
kandungan maseral serta kandungan mineral dari
Kandungan minyak pada conto yang
conto batuan. Hasil analisis dipakai sebagai
dianalisis ternyata sangat sedikit. Hal ini
pembanding terhadap hasil analisis retorting
terutama disebabkan kurangnya kelimpahan zat
khususnya untuk mengetahui hubungan antara
organik, ini dapat dilihat pada nilai DOM yang <
kandungan minyak dengan kandungan zat
10 %. Disamping itu kandungan material organik
organik pada batuan.
lebih didominasi oleh vitrinit dibandingkan
Beberapa hal yang dapat disarikan dari
dengan liptinit, sehingga tampaknya zat asal
hasil analisis petrografi tersebut adalah sebagai
material organik tersebut lebih didominasi oleh
berikut :
kelompok tetumbuhan yang banyak mengandung
1.
Nilai Disperse Organic Matter
serat kayu yang umumnya berasal dari jenis
(DOM) berkisar dari common –
tetumbuhan
abundant, atau sekitar (0,5-2,0) % -
kandungan organik yang berasosiasi dengan
(2,0-10,0)
menunjukkan
kandungan minyak yang tinggi lazimnya adalah
kandungan zat organik tidak cukup
liptinit yang berasal dari jenis tetumbuhan
melimpah.
tingkat rendah seperti ganggang atau bagian
%,
tingkat
tinggi.
Sedangkan
tetumbuhan lunak seperti spora, kulit luar, getah
Walaupun demikian diusulkan adanya
tanaman dan serbuk sari. Dari analisis petrografi
penyelidikan
tampak bahwa walupun liptinit dalam hal ini
Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah
jenis lamalginit masih ada, namun terdapat
penyelidikan,
dalam persentase sangat kecil yaitu < 0,2 %.
termasuk Propinsi Kalimantan Selatan. Sekuen
selanjutnya
yang
terhadap
sebagian
Formasi
wilayahnya
Ditinjau dari kondisi pengendapan,
litologi Formasi Tanjung di daerah tersebut
kurang melimpahnya material organik khususnya
diperkirakan mencakup sekuen bagian bawah
jenis liptinit dari conto-conto yang dianalisis
dan tengah. Lingkungan pengendapan maupun
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya faktor-
ciri-ciri litologi pada sekuen tersebut (antara lain
faktor yang mendukung proses pembentukan
dengan keterdapatan batubara) cukup menunjang
endapan bitumen padat tersebut dengan cukup
untuk pembentukan endapan bitumen padat.
ideal. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi
Disarankan juga penyelidikan terhadap Formasi
air tenang dengan pengaruh material detritus
Warukin di sebelah barat dan selatan daerah
klastik yang minim serta
penyelidikan.
kondisi fisika, kimia
dan biologi yang mendukung untuk tumbuh dan
berkembangnya secara berlimpah organisme
bahan pembentuk endapan.
KESIMPULAN
1.
Sumberdaya Endapan Bitumen Padat
Formasi
pembawa
endapan
yang
Hasil analisis retorting menunjukkan
berindikasi bitumen padat di daerah
bahwa kandungan minyak dari conto batuan
penyelidikan adalah Formasi Montalat
terindikasi endapan bitumen padat di daerah ini
dan Formasi Warukin. Pada Formasi
sangat
Tanjung
kecil..
Berdasarkan
hal
tersebut
penghitungan sumberdaya tidak dilakukan.
tidak
ditemukan
adanya
endapan terindikasi bitumen padat,
kemungkinan hal tersebut disebabkan
Prospek Pengembangan Endapan Bitumen
sekuen Formasi Tanjung di daerah
Padat di Daerah Penyelidikan
penyelidikan adalah sekuen bagian atas
Ditinjau dari berbagai aspek khususnya
yang berfasies marin dan diendapkan di
sebaran, kuantitas dan kualitas dari endapan
bitumen
padat,
dapat
disimpulkan
bahwa
lingkungan laut dangkal terbuka.
2.
Distribusi
lokasi
singkapan
batuan
walaupun dari segi distribusi keterdapatan
berindikasi bitumen padat di daerah ini
singkapan cukup banyak namun persentase
tersebar cukup banyak namun dengan
kandungan minyaknya ternyata sangat kecil,
ketebalan relatif tipis berkisar 0,20 –
sehingga
5,00 meter.
disimpulkan
penyelidikan
kurang
dikembangkan
lebih
penyelidikan berikutnya.
bahwa
daerah
prospek
untuk
lanjut
dengan
tahap
3.
Kualitas dari 9 conto yang diuji secara
retort analysis menunjukkan kandungan
4.
minyak yang sangat sedikit yaitu sekitar
Warukin di sebelah timur dan selatan
2,4 – 5,00 liter/ton.
daerah penyelidikan.
Penghitungan
sumberdaya
endapan
bitumen padat di daerah ini tidak
dilakukan karena kandungan minyaknya
DAFTAR PUSTAKA
sangat sedikit.
5.
Walaupun distribusi singkapan batuan
Hutton, A.C., 1987, Petrographic Classification
yang terindikasi bitumen padat tersebar
of Oil Shale, International Journal of
cukup
Coal Geology, p. 203-231, Amsterdam.
banyak
namun
dengan
kandungan minyak yang sangat sedikit,
daerah ini tampaknya kurang prospek
untuk
dikembangkan
penyelidikan
ke
berikutnya.
tahap
Namun
disarankan untuk menyelidiki Formasi
Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C., 1980,
Organic Matter in Oil Shales, APEA
Journal, vol. 20, p. 44-62, University of
Wollongong, N.S.W, Australia.
Tanjung di sebelah timur dan tenggara
daerah penyelidikan, yang sebagian
Supriatna, S., dkk., 1980, Laporan Geologi
termasuk wilayah Propinsi Kalimantan
Lembar Buntok, Kalimantan,
Selatan. Formasi Tanjung di daerah
Puslitbang Geologi, Bandung.
tersebut
bawah
mencakup
dan
lingkungan
sekuen
tengah
,diperkirakan
pengendapannya
memungkinkan
untuk
bagian
cukup
terbentuknya
endapan bitumen padat. Disarankan
juga
untuk
menyelidiki
Formasi
Yen, T.F., and Chilingarian, G.V., 1976, Oil
Shale, Elsevier Scientific Publishing
Company, Amsterdam – Oxford – New
York.
Peta 1. Lokasi Daerah Penyelidikan
TABEL 1. KOLOM STRATIGRAFI DAERAH PENYELIDIKAN
UMUR
LITOLOGI
KALA
LINGK.
PENGENDAPAN
AKHIR
ZAMAN
FORMASI
MIOSEN
TENGAH
Batupasir kuarsa, bersisipan
WARUKIN
batulempung,
Paralik
batulanau dan
AWAL
batubara
Batupasir kuarsa, batulempung bersisipOLIGOSEN
an batulanau,
Laut dangkal
serpih dan
batubara
Batugamping,
keras, kompak,
BERAI
masif-berlapis,
Laguna
sisipan napal
Perselingan
monoton batuEOSEN
TERSIER
MONTALAT
TANJUNG
pasir kuarsa,
batulanau dan
batulempung.
Laut dangkal
terbuka
Tabel 2. Klasifikasi Endapan Bitumen Padat (Hutton, 1987)
Terrestrial
Lacustrine
Marine
Oil shale
Oil shale
Oil shale
Lamosite
Lithotype
Cannel
Coal
Torbanite
Rundle
Green-
Type
River
Marinite
Tasmanite
Kuckersite
Green-
Green-
Algae
Algae
Type
GreenPrecursor-
Vascular-
Green-
Green-
Organisms
Plant
Algae
Algae
Blue-
Algae
Green
Acritarchs
Algae
Dinoflagellates
Growth
Various
Form
Dominant
Sporinite
Maceral/
Resinit
Constituent
Cutinite
Planktonic
Colonial
Telalginite
Planktonic
Colonial
unicellular
Lamalginite
BenthonicAlgae
Planktonic
Algae-
unicellular
Known
sperms
Plio
Septodinium
Precursors
Gymno-
Rheinechia
Cleisto
sperms
Lamalginite
Colonial
Lamalginite
Bituminite
Telalginite
Telalginite
Gloso?
Nestocopsis
Tasmanites
capso-
Lelosphaeri
morpha
priece
sphaeridium
Various
Various
Organisms
Planktonic
ooze
Pediastrum
Anglo-
Related
Unicellular
Extent
Batryo-
Vascular
coccus
plants
braunii
Vitrinite
Vitrinite
Telalginite
Inertinite
Inertinite
Vitrinite
Extent Blue
Pediastrum
Green
Algae
extent
Algae
Acritarche
Dinoflagel-
Pachy-
Botryo-
spaera
coccus
pelagic
braunii
lates
Minor
Bitumen
Other
-
-
Telalginite
Org.
Matter
-
Trace
Telalginite
Sporinite
Sporinite
Vitrinite
Bituminite
Resinite
Bitumen
Sporinite
Vitrinite
Vitrinite
Inertinite
Inertinite
Sporinite
lamalginite
Bitumen
-
Tabel 3. Hasil Analisa Retorting Conto Bitumen Padat
Daerah Kandui, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah
No.
No.
Conto
Oil Content
(Liters/ton)
Water Content
(Liters/ton)
Specific Gravity of Oil
(Grams/ton)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KD-01
KD-02
KD-03
KD-03
KD-04
KD-05
KD-06
KD-07
KD-08
5.0
3.0
2.4
3.0
NIL
NIL
NIL
NIL
NIL
174
190
184
184
136
230
116
182
212
IS
IS
IS
IS
NIL
NIL
NIL
NIL
NIL
Note : IS is insufficient oil samples to be measured
Peta 1. Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Kandui dan Sekitarnya
DI DAERAH KANDUI DAN SEKITARNYA
KABUPATEN BARITO UTARA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
Oleh :
Dahlan Ibrahim
Subdit. Batubara, DIM
SARI
Daerah Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur,
Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah, tercakup di dalam sebagian Lembar1714-63 dan
Lembar 1714-64 Peta Rupa Bumi Indonesia terbitan Bakosurtanal. Terletak di antara 01o00’00” –
01o15’00” LS dan 115o05’00” - 115o20’00” BT, meliputi wilayah seluas lebih kurang 75.000 ha.
Penyelidikan pendahuluan endapan bitumen padat ini merupakan salah satu upaya untuk
mendukung kebijaksanaan pemerintah mengenai diversifikasi energi. Endapan bitumen padat adalah
aneka batuan sedimen klastik halus, biasanya berupa serpih yang kaya kandungan material organik dan
dapat diproses sehingga menghasilkan hidrokarbon cair seperti minyakbumi. Keterdapatan endapan ini
pada beberapa cekungan sedimentasi di Indonesia diperkirakan cukup potensial, sehingga di masa
mendatang diharapkan dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber energi alternatif.
Daerah penyelidikan secara geologi termasuk kedalam Cekungan Barito. Stratigrafinya tersusun
oleh runtunan sedimen Tersier dengan urutan dari tua ke muda : Formasi Tanjung, Formasi Berai,
Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Ditinjau dari beberapa aspek geologi terutama lingkungan
pengendapan, ciri-ciri litologi dan umur dari formasi, diperkirakan potensi endapan bitumen padat
terdapat pada Formasi Tanjung, Formasi Montalat dan Formasi Warukin.
Dari penyelidikan lapangan telah ditemukan sekitar 50 lokasi singkapan batuan sedimen
terindikasi endapan bitumen padat pada Formasi Montalat dan Formasi Warukin. Lapisan ini sering
ditemukan berselingan dengan lapisan batubara. Tebal lapisan bervariasi antara 0,20 – 5,0 meter,
kemiringan lapisan sekitar 7o – 20o. Pada sekuen Formasi Tanjung di daerah penyelidikan tak ditemukan
adanya singkapan yang terindikasi endapan bitumen padat, hal ini kemungkinan karena sekuen sedimen
Formasi Tanjung di daerah ini merupakan sekuen bagian atas yang terendapkan di lingkungan laut
dangkal terbuka dengan pengaruh arus dan material detritus klastik yang cukup kuat, sehingga tidak cukup
menunjang untuk pembentukan endapan tersebut.
Hasil analisis retorting dari 9 conto menunjukkan kandungan minyak yang sangat kecil yaitu 2,4
– 5 liter/ton. Berdasarkan hal tersebut penghitungan sumberdaya tidak dilakukan. Untuk penyelidikan
selanjutnya disarankan untuk menyelidiki Formasi Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah
penyelidikan yang mencakup sekuen bagian bawah dan tengah yang diperkirakan berpotensi untuk
mengandung endapan bitumen padat. Disarankan juga untuk menyelidiki Formasi Warukin yang tersebar
cukup luas di sebelah barat dan selatan dari daerah penyelidikan.
rumahtangga.
PENDAHULUAN
Selama
masa
tersebut
laju
konsumsi rata-rata mencapai sekitar 10 % per
tahun dan diperkirakan akan terus meningkat di
Latar Belakang
Laju konsumsi dan kebutuhan energi
masa
mendatang.
Di
sisi
lain
nasional selama beberapa dasawarsa terakhir
keterbatasan
meningkat dengan cukup pesat, seiring dengan
konvensional khususnya minyak bumi.
makin meningkatnya pemakaian energi di bidang
industri,
transportasi
dan
keperluan
Untuk
jumlah
cadangan
mengantisipasi
hal
terdapat
energi
tersebut
pemerintah dengan kebijakan diversifikasi energi
telah mendorong penggunaan
sumber-sumber
energi lain di luar minyakbumi seperti gas-alam,
mencakup antara lain : kuantitas, kualitas dan
prospek pengembangannya di masa mendatang.
batubara, gambut, panasbumi, tenaga air, tenaga
surya, biomassa dan lainnya. Disamping itu
Lokasi dan Kesampaian Daerah
pemerintah melalui Departemen Energi dan
Daerah penyelidikan terletak di daerah
Sumberdaya Mineral juga berupaya untuk
Kandui dan sekitarnya, Kecamatan Gunung
mencari bahan energi lain yang bersumber dari
Timang, Teweh Tengah dan Teweh Timur,
alam di luar yang telah diketahui selama ini.
Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan
Endapan bitumen padat merupakan salah
Tengah. Secara geografis terletak di antara
satu potensi bahan galian yang berpeluang untuk
115o05’00” – 115o20’00” BT dan 01o00’00” –
dikembangkan menjadi sumber energi alternatif.
01o15’00” LS. Lokasinya terletak lebih kurang
Endapan bitumen padat adalah batuan sedimen
600 km ke arah timurlaut Palangkaraya atau
klastik
serpih,
sekitar 70 km ke arah tenggara Muarateweh,
mengandung zat organik yang bisa diekstraksi
ibukota Kabupaten Barito Utara. Pencapaian
menghasilkan
halus
minyakbumi,
biasanya
berupa
hidrokarbon
sehingga
cair
seperti
lokasi dari Palangkaraya bisa dilakukan lewat
juga
disebut
darat, sungai maupun udara.
lazim
sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah
di atas Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral
melalui
Inventarisasai
Proyek
Sumberdaya
DIK-S
Direktorat
Mineral
Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan
Penduduk yang bermukim di daerah ini
terdiri atas penduduk asli dan pendatang.
Tahun
Penduduk asli adalah Suku Dayak sedangkan
Anggaran 2001 telah melakukan penyelidikan
pendatang umumya adalah Suku Banjar dari
pendahuluan endapan bitumen padat di daerah
Kalimantan
Kandui dan sekitarnya, Kabupaten Barito Utara,
berasal dari Pulau Jawa. Profesi penduduk
Propinsi Kalimantan Tengah.
umumnya sebagai petani, pedagang dan pekerja
Selatan
dan
transmigran
yang
pada usaha perkayuan. Agama yang dianut
Maksud dan Tujuan
terbagi
Kegiatan penyelidikan ini dimaksudkan
atas
Agama
Islam,
Kristen
dan
Kaharingan.
untuk mendapatkan data endapan bitumen padat
Sarana dan pra sarana yang tersedia cukup
yang meliputi : Lokasi dan koordinat singkapan,
memadai. Terdapat sekolah, Puskesmas, dokter
jurus dan kemiringan, ketebalan, sebaran lapisan
dan sarana transportasi. Sebagian desa telah
ke arah lateral, conto endapan, dan aspek-aspek
memiliki
geologi
kecamatan Kandui terdapat sarana telepon yang
lainnya
yang
dapat
menunjang
penafsiran bentuk geometris dari lapisan bitumen
padat.
jaringan
listrik
PLN.
Di
kota
menggunakan sistem wireless.
Sebagai mana daerah yang beriklim tropis,
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi
di sepanjang tahun suhu, curah hujan dan
endapan bitumen padat di daerah tersebut yang
kelembaban rata-rata cukup tinggi. Musim hujan
biasanya berlangsung antara
Nopember dan
karakteristik
dari
endapan
bitumen
padat,
April, musim kemarau antara Juli dan Oktober,
mencari penyebaran lapisan ke arah lateral,
di antara kedua musim tersebut terdapat musim
mengamati aspek-aspek geologi lainnya yang
transisi.
dapat membantu dalam menafsirkan bentuk
Lahan di daerah penyelidikan sebagian besar
merupakan
areal
hutan
berstatus
Hak
geometris dari lapisan bitumen padat, membuat
parit-parit uji dan pengambilan conto.
Pengusahaan Hutan dari P.T. Austral Byna dan
P.T. Sindo Lumber. Sebagian lagi merupakan
Pengujian Conto di Laboratorium
Sejumlah
lahan perkebunan penduduk yang ditanami
conto
telah
diuji
di
laboratorium untuk mengetahui kualitasnya.
pohon karet, rotan, kelapa sawit dan palawija.
Kawasan hutan yang ada umumnya sudah
Pengujian dilakukan oleh Laboratorium Penguji
tidak produktif karena jumlah dan jenis pohon
Kimia-Fisika Mineral dan Batubara Direktorat
yang tumbuh sudah sangat berkurang.
Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Bandung.
Macam pengujian terdiri atas analisis retorting
(Retort analysis) dan analisis petrografi.
Retort
KEGIATAN PENYELIDIKAN
analysis
meliputi
pengujian
kandungan minyak (oil content), kandungan air
(water content) dan berat jenis minyak (Specific
Kegiatan
pekerjaan
penyelidikan
lapangan
dan
mencakup
pasca-lapangan.
Pekerjaan lapangan berupa pemetaan geologi
endapan bitumen padat, sedangkan kegiatan
pasca-lapangan
adalah
pengujian
conto
di
labotatorium dan penyusunan laporan akhir.
Gravity of oil), sedangkan analisis petrografi
merupakan
pengamatan
dan
pemerian
mikroskopis dari maseral dan mineral pada conto
bitumen padat yang antara lain meliputi nilai
reflektansi vitrinit (Rv mean), sebaran material
organik (DOM), jenis dan komposisi maseral
dari material organik serta kandungan mineral.
Pemetaan Geologi Endapan Bitumen Padat
Pemetaan geologi endapan bitumen
padat dilakukan dengan menggunakan peta
KEADAAN GEOLOGI
topografi skala 1 : 50.000 lembar 1714-63 dan
1714-64, terbitan Bakosurtanal. Untuk penamaan
Geologi Regional
formasi mengacu pada Peta Geologi Lembar
Buntok, Kalimantan, skala 1 : 250.000, terbitan
Puslitbang Geologi, Bandung.
mencakup beberapa kegiatan yaitu : Mencari dan
lokasi
singkapan
bitumen
padat, mengukur kedudukan dan tebal dari
lapisan,
mengamati
sifat-sifat
daerah
penyelidikan
termasuk
ke
dalam
Cekungan Barito. Secara fisiografi cekungan ini
Pemetaan geologi endapan bitumen padat
menginventarisir
Di dalam kerangka tektonik Kalimantan
fisik
dan
mempunyai batas-batas sebagai berikut : Di
sebelah utara dibatasi oleh Kuching High dan
Pasternoster Cross High, di timur oleh Meratus
High, di selatan oleh Laut Jawa dan di barat oleh
dan umur dari formasi, diperkirakan kondisi
Paparan Sunda.
yang
Batuan tertua yang tersingkap adalah
memungkinkan
untuk
terbentuknya
endapan bitumen padat adalah pada Formasi
batuan Pra Tersier yang merupakan batuan dasar
Tanjung,
cekungan. Di atas batuan Pra Tersier diendapkan
Warukin.
Formasi
Montalat
dan
Formasi
tak selaras runtunan sedimen Tersier hingga
Kuarter. Di beberapa tempat khususnya pada
Tersier Awal terjadi kegiatan vulkanisme yang
Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi daerah penyelidikan secara
umum membentuk perbukitan bergelombang
menghasilkan batuan terobosan.
Sedimentasi Tersier diawali dengan fase
landai dengan elevasi kurang lebih 100 meter di
transgresi pada Kala Eosen yang mencapai
atas muka laut. Bentuk ini mencerminkan adanya
puncaknya pada Miosen Awal dan diakhiri oleh
perselingan batuan dengan tingkat resitensi yang
fase regresi pada Kala Pliosen. Urutan sedimen
berbeda
Tersier dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
penyelidikan di bagian timur menampakkan
Formasi
yang
bentuk morfologi Karst yang khas berasosiasi
menjemari dengan Formasi Berai, Formasi
dengan batugamping. Pola aliran sungai di
Warukin dan Formasi Dahor. Endapan Aluvium
daerah ini menunjukkan pola dendritik dan
berumur Kuarter merupakan endapan termuda
rektangular,
melampar tak selaras di atas batuan-batuan yang
sedimen dengan sudut kemiringan relatif landai
lebih tua.
dan adanya kontrol dari pola struktur baik sesar,
Tanjung,
Formasi
Montalat
Kegiatan gunungapi terjadi pada Kala
terhadap
erosi.
Sebagian
wilayah
mencerminkan kondisi batuan
lipatan atau kekar.
Eosen-Oligosen, menghasilkan lava bersusunan
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun
andesitis-basaltis dan batuan terobosan hipabisal
oleh batuan sedimen berumur Tersier, mulai dari
berupa sill dan retas bersifat basaltis yang
Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi
menerobos
Montalat hingga Formasi Warukin. Uraian
sedimen
Formasi
Tanjung
di
beberapa tempat.
stratigrafi daerah penyelidikan mulai dari batuan
Pola struktur geologi regional yang
terbentuk adalah perlipatan dan sesar. Perlipatan
berupa sinklin dan antiklin dengan arah sumbu
berarah
relatif
timur-barat
dan
timurlaut-
tua ke muda adalah sebagai berikut :
•
Formasi Tanjung
Terdiri atas perselingan batupasir
baratdaya. Sesar berupa sesar naik dengan sumbu
kuarsa, batulempung dan batulanau.
sejajar lipatan, sesar geser sinistral berarah
Batupasir, berwarna kuning muda–
baratlaut-tenggara dan sesar normal berdimensi
kelabu, berbutir sedang, terpilah baik,
relatif kecil yang terbentuk akibat pengaruh
struktur sedimen laminasi paralel,
gravitasi.
komponen utama kuarsa, mengandung
Ditinjau dari beberapa aspek geologi
terutama lingkungan pengendapan, ciri litologi
glaukonit dan muskovit. Batulempung,
kelabu
kehijauan,
lunak,
mudah
hancur,
berlaminasi,
menyerpih.
•
•
kadang
Batulanau,
kelabu,
•
Formasi Warukin
berlaminasi. Formasi ini diendapkan
Terdiri
di lingkungan laut dangkal terbuka.
bersisipan batulempung, batulanau,
atas
batupasir
kuarsa,
batubara.
Formasi Berai
Batupasir,
Formasi ini terdiri atas batugamping,
sedang-kasar, konglomeratan, kuarsa
putih – kelabu kecoklatan, berbutir
dominan,
halus,
Batulempung, kelabu, lunak, setempat
keras, kompak, berlapis–
kuning
muda,
kurang
berbutir
kompak.
masif,
mengandung
foraminifera
mengandung
besar.
Bersisipan
batulempung
berkarbon dan terindikasi bitumen
gampingan dan napal. Lingkungan
padat. Batulanau, kelabu, berlaminasi,
pengendapan formasi ini adalah laut
setempat mengandung sisa organik.
dangkal tertutup atau laguna.
Batubara, hitam kecoklatan, kusam,
sisipan
lempung
getas. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan paralik.
Formasi Montalat
Formasi ini terdiri atas batupasir
kuarsa dan
batulempung bersisipan
daerah penyelidikan adalah lipatan dan sesar.
batulanau, serpih dan batubara.
Batupasir,
kuning
berbutir
muda-kelabu,
halus-sedang,
dominan,
kekompakan
struktur
sedimen
laminasi
paralel
kuarsa
sedang,
cross-bedding,
dan
bioturbasi.
Batulempung,
kelabu–kehijauan,
lunak,
masif-berlaminasi,
plastis,
mengandung
lempung
sisipan
berkarbon,
batulanau,
serpih
setempat
Lipatan berupa antiklin berarah timurlautbaratdaya yang menunjam ke arah baratdaya.
Sesar diperkirakan dengan arah relatif baratlauttenggara, terdeteksi di bagian tenggara daerah
penyelidikan.
GEOLOGI ENDAPAN BITUMEN PADAT
dan
batubara. Batulanau, kelabu, getas,
berlaminasi,
Pola struktur geologi yang terbentuk di
berkarbon.
Dasar Teori
Keberadaan batuan sedimen yang kaya
lunak,
kandungan organik di alam sering diasosiasikan
organik,
sebagai bahan baku energi fosil. Hutton, 1987,
padat.
telah mengklasifikasikan batuan sedimen yang
Batubara, hitam, banded, keras, getas.
melimpah akan material organik menjadi tiga
Formasi
golongan
Serpih,
getas,
coklatkaya
kehitaman,
kandungan
mengindikasikan
diendapkan
dangkal.
bitumen
Montalat
di
diperkirakan
lingkungan
laut
: Batubara,
batuan mengandung
bitumen dan endapan bitumen padat.
Endapan bitumen padat didefinisikan
Dari
pengamatan
lapangan
telah
sebagai aneka batuan sedimen berbutir halus,
ditemukan sekitar 50 singkapan terindikasi
mengandung
endapan bitumen padat.
material
organik
yang
dapat
Singkapan-singkapan
diproses sehingga menghasilkan minyak (Yen
tersebut ditemukan pada Formasi Montalat dan
and Chilingarian, 1976). Adanya keterkaitan
Formasi Warukin, khususnya pada Formasi
antara sedimen
Montalat. Sejauh yang teramati pada sekuen
berbutir halus ini dengan
kandungan minyak atau organik menyebabkan
sedimen
endapan bitumen padat lazim juga dikenal
penyelidikan tidak ditemukan adanya lapisan
sebagai serpih minyak atau serpih bitumen.
sedimen yang terindikasi endapan bitumen padat.
Material organik pada endapan bitumen
Formasi
Dari
Tanjung
pengamatan
di
pada
daerah
singkapan
padat berasal dari akumulasi sisa-sisa organisme
ternyata sedimen yang terindikasi endapan
yang pernah hidup pada suatu lingkungan
bitumen
tertentu
yang
perselingan dengan lapisan batubara dan batuan
terproses
sedimen bertekstur halus seperti batulempung,
menjadi endapan bitumen padat. Bahan-bahan
batulanau atau batupasir halus. Pada beberapa
organik tersebut berasal dari sisa tetumbuhan
lokasi ditemukan juga sebagai sisipan atau
seperti ganggang,
sari dan
laminasi tipis pada batulempung atau serpih.
kutikula, namun pada umumnya berasal dari
Tebal lapisan bervariasi diantara 0,20 – 5 meter,
jenis tetumbuhan rendah khususnya ganggang.
kemiringan lapisan sekitar 7o – 20o. Kenampakan
kemudian
memungkinkan
pada
terendapkan
kondisi
dan
spora, serbuk
Pembentukan
sering
ditemukan
sebagai
padat
endapan ini di lapangan adalah sebagai sedimen
memerlukan beberapa persyaratan tertentu yang
bertekstur halus berukuran butir lempung–lanau,
mencakup berbagai aspek baik geologi, biologi,
berwarna coklat kehitaman–kelabu gelap, lunak,
kimia maupun fisika. Persyaratan tersebut antara
getas, menyerpih atau berlaminasi halus, kaya
lain
kandungan
:
Terdapatnya
bitumen
padat
sumber
tetumbuhan
(ganggang) yang melimpah, pembentukan awal
organik,
apabila
dibakar
mengeluarkan bau khas.
pada kondisi an-aerob, lingkungan pengendapan
Pada Formasi Tanjung tidak ditemukan
dengan kondisi air yang tenang dan pengendapan
adanya batuan berindikasi endapan bitumen
sekaligus dari material baik secara autochton
padat. Dari pengamatan diperoleh data bahwa
maupun allochton.
litologi formasi ini terdiri dari perselingan
Berbagai tipe lingkungan pengendapan
monoton antara lapisan batupasir, batulempung
yang dapat berasosiasi dengan endapan bitumen
dan batulanau.
padat. adalah : Danau-danau air tawar yang kecil
muda–kelabu,
(deltaic), rawa, laguna, danau-danau besar yang
terpilah
berasosiasi dengan Cekungan intramontan dan
mengandung
laut dangkal pada paparan yang stabil
laminasi paralel, setempat dijumpai fosil ikan.
baik,
Batupasir berwarna kuning
berbutir
sedang,
komposisi
glaukonit,
utama
struktur
umumnya
kuarsa,
sedimen
Batulempung atau batulanau berwarna kelabu–
Sebaran Endapan Bitumen Padat
kehijauan, lunak, berlaminasi.
Berdasarkan
data
tersebut di
atas
Kandungan
maseral
diperkirakan bahwa sekuen litologi Formasi
didominasi
oleh
Tanjung tersebut diendapkan di lingkungan laut
dibandingkan inertinit dan liptinit.
terbuka, kondisi air yang berarus dan pengaruh
Hampir semua conto mengandung
detritus klastik cukup besar. Ciri litologi dan
vitrinit dengan kuantitas berkisar
lingkungan pengendapan tersebut mirip dengan
dari common – abundant.
ciri litologi dan lingkungan pengendapan sekuen
2.
3.
lebih
vitrinit
Nilai reflektansi vitrinit berkisar
Formasi Tanjung bagian atas yang diendapkan di
0,35 % -
lingkungan laut terbuka (Supriatna, dkk, 1980).
kematangan rendah – sedang.
Kondisi dan lingkungan pengendapan yang
demikian
kurang
memenuhi
syarat
4.
umumnya
adalah
Lamalginit, namun persentasenya
untuk
sangat kecil yaitu < 0,2 %.
pembentukan endapan bitumen padat
5.
Bitumen terdapat pada 4 conto,
terdapat dalam lapisan atau di
Kualitas Endapan Bitumen Padat
Pengujian
Liptinit
0,42 %, tingkat
kualitas dilakukan dengan
analisis retorting dan analisis petrografi. Hasil
antara butiran sedimen.
6.
Kandungan mineral terdiri atas
analisis menunjukkan kandungan minyak sangat
oksida besi (common – abundant)
sedikit yaitu sekitar 2,4 – 5 liter/ton. Berat jenis
dan
minyak
menunjukkan kandungan rata-rata
tidak
dihitung
karena
kandungan
pirit
(sparse
–
major),
kedua mineral ini cukup banyak.
minyaknya sangat sedikit.
Analisis petrografi dilakukan untuk
mengetahui komposisi dari zat organik, jenis dan
Pembahasan Hasil Analisis Laboratorium
kandungan maseral serta kandungan mineral dari
Kandungan minyak pada conto yang
conto batuan. Hasil analisis dipakai sebagai
dianalisis ternyata sangat sedikit. Hal ini
pembanding terhadap hasil analisis retorting
terutama disebabkan kurangnya kelimpahan zat
khususnya untuk mengetahui hubungan antara
organik, ini dapat dilihat pada nilai DOM yang <
kandungan minyak dengan kandungan zat
10 %. Disamping itu kandungan material organik
organik pada batuan.
lebih didominasi oleh vitrinit dibandingkan
Beberapa hal yang dapat disarikan dari
dengan liptinit, sehingga tampaknya zat asal
hasil analisis petrografi tersebut adalah sebagai
material organik tersebut lebih didominasi oleh
berikut :
kelompok tetumbuhan yang banyak mengandung
1.
Nilai Disperse Organic Matter
serat kayu yang umumnya berasal dari jenis
(DOM) berkisar dari common –
tetumbuhan
abundant, atau sekitar (0,5-2,0) % -
kandungan organik yang berasosiasi dengan
(2,0-10,0)
menunjukkan
kandungan minyak yang tinggi lazimnya adalah
kandungan zat organik tidak cukup
liptinit yang berasal dari jenis tetumbuhan
melimpah.
tingkat rendah seperti ganggang atau bagian
%,
tingkat
tinggi.
Sedangkan
tetumbuhan lunak seperti spora, kulit luar, getah
Walaupun demikian diusulkan adanya
tanaman dan serbuk sari. Dari analisis petrografi
penyelidikan
tampak bahwa walupun liptinit dalam hal ini
Tanjung di sebelah tenggara dan timur daerah
jenis lamalginit masih ada, namun terdapat
penyelidikan,
dalam persentase sangat kecil yaitu < 0,2 %.
termasuk Propinsi Kalimantan Selatan. Sekuen
selanjutnya
yang
terhadap
sebagian
Formasi
wilayahnya
Ditinjau dari kondisi pengendapan,
litologi Formasi Tanjung di daerah tersebut
kurang melimpahnya material organik khususnya
diperkirakan mencakup sekuen bagian bawah
jenis liptinit dari conto-conto yang dianalisis
dan tengah. Lingkungan pengendapan maupun
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya faktor-
ciri-ciri litologi pada sekuen tersebut (antara lain
faktor yang mendukung proses pembentukan
dengan keterdapatan batubara) cukup menunjang
endapan bitumen padat tersebut dengan cukup
untuk pembentukan endapan bitumen padat.
ideal. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi
Disarankan juga penyelidikan terhadap Formasi
air tenang dengan pengaruh material detritus
Warukin di sebelah barat dan selatan daerah
klastik yang minim serta
penyelidikan.
kondisi fisika, kimia
dan biologi yang mendukung untuk tumbuh dan
berkembangnya secara berlimpah organisme
bahan pembentuk endapan.
KESIMPULAN
1.
Sumberdaya Endapan Bitumen Padat
Formasi
pembawa
endapan
yang
Hasil analisis retorting menunjukkan
berindikasi bitumen padat di daerah
bahwa kandungan minyak dari conto batuan
penyelidikan adalah Formasi Montalat
terindikasi endapan bitumen padat di daerah ini
dan Formasi Warukin. Pada Formasi
sangat
Tanjung
kecil..
Berdasarkan
hal
tersebut
penghitungan sumberdaya tidak dilakukan.
tidak
ditemukan
adanya
endapan terindikasi bitumen padat,
kemungkinan hal tersebut disebabkan
Prospek Pengembangan Endapan Bitumen
sekuen Formasi Tanjung di daerah
Padat di Daerah Penyelidikan
penyelidikan adalah sekuen bagian atas
Ditinjau dari berbagai aspek khususnya
yang berfasies marin dan diendapkan di
sebaran, kuantitas dan kualitas dari endapan
bitumen
padat,
dapat
disimpulkan
bahwa
lingkungan laut dangkal terbuka.
2.
Distribusi
lokasi
singkapan
batuan
walaupun dari segi distribusi keterdapatan
berindikasi bitumen padat di daerah ini
singkapan cukup banyak namun persentase
tersebar cukup banyak namun dengan
kandungan minyaknya ternyata sangat kecil,
ketebalan relatif tipis berkisar 0,20 –
sehingga
5,00 meter.
disimpulkan
penyelidikan
kurang
dikembangkan
lebih
penyelidikan berikutnya.
bahwa
daerah
prospek
untuk
lanjut
dengan
tahap
3.
Kualitas dari 9 conto yang diuji secara
retort analysis menunjukkan kandungan
4.
minyak yang sangat sedikit yaitu sekitar
Warukin di sebelah timur dan selatan
2,4 – 5,00 liter/ton.
daerah penyelidikan.
Penghitungan
sumberdaya
endapan
bitumen padat di daerah ini tidak
dilakukan karena kandungan minyaknya
DAFTAR PUSTAKA
sangat sedikit.
5.
Walaupun distribusi singkapan batuan
Hutton, A.C., 1987, Petrographic Classification
yang terindikasi bitumen padat tersebar
of Oil Shale, International Journal of
cukup
Coal Geology, p. 203-231, Amsterdam.
banyak
namun
dengan
kandungan minyak yang sangat sedikit,
daerah ini tampaknya kurang prospek
untuk
dikembangkan
penyelidikan
ke
berikutnya.
tahap
Namun
disarankan untuk menyelidiki Formasi
Hutton, A.C., Kanstler, A.J., Cook, A.C., 1980,
Organic Matter in Oil Shales, APEA
Journal, vol. 20, p. 44-62, University of
Wollongong, N.S.W, Australia.
Tanjung di sebelah timur dan tenggara
daerah penyelidikan, yang sebagian
Supriatna, S., dkk., 1980, Laporan Geologi
termasuk wilayah Propinsi Kalimantan
Lembar Buntok, Kalimantan,
Selatan. Formasi Tanjung di daerah
Puslitbang Geologi, Bandung.
tersebut
bawah
mencakup
dan
lingkungan
sekuen
tengah
,diperkirakan
pengendapannya
memungkinkan
untuk
bagian
cukup
terbentuknya
endapan bitumen padat. Disarankan
juga
untuk
menyelidiki
Formasi
Yen, T.F., and Chilingarian, G.V., 1976, Oil
Shale, Elsevier Scientific Publishing
Company, Amsterdam – Oxford – New
York.
Peta 1. Lokasi Daerah Penyelidikan
TABEL 1. KOLOM STRATIGRAFI DAERAH PENYELIDIKAN
UMUR
LITOLOGI
KALA
LINGK.
PENGENDAPAN
AKHIR
ZAMAN
FORMASI
MIOSEN
TENGAH
Batupasir kuarsa, bersisipan
WARUKIN
batulempung,
Paralik
batulanau dan
AWAL
batubara
Batupasir kuarsa, batulempung bersisipOLIGOSEN
an batulanau,
Laut dangkal
serpih dan
batubara
Batugamping,
keras, kompak,
BERAI
masif-berlapis,
Laguna
sisipan napal
Perselingan
monoton batuEOSEN
TERSIER
MONTALAT
TANJUNG
pasir kuarsa,
batulanau dan
batulempung.
Laut dangkal
terbuka
Tabel 2. Klasifikasi Endapan Bitumen Padat (Hutton, 1987)
Terrestrial
Lacustrine
Marine
Oil shale
Oil shale
Oil shale
Lamosite
Lithotype
Cannel
Coal
Torbanite
Rundle
Green-
Type
River
Marinite
Tasmanite
Kuckersite
Green-
Green-
Algae
Algae
Type
GreenPrecursor-
Vascular-
Green-
Green-
Organisms
Plant
Algae
Algae
Blue-
Algae
Green
Acritarchs
Algae
Dinoflagellates
Growth
Various
Form
Dominant
Sporinite
Maceral/
Resinit
Constituent
Cutinite
Planktonic
Colonial
Telalginite
Planktonic
Colonial
unicellular
Lamalginite
BenthonicAlgae
Planktonic
Algae-
unicellular
Known
sperms
Plio
Septodinium
Precursors
Gymno-
Rheinechia
Cleisto
sperms
Lamalginite
Colonial
Lamalginite
Bituminite
Telalginite
Telalginite
Gloso?
Nestocopsis
Tasmanites
capso-
Lelosphaeri
morpha
priece
sphaeridium
Various
Various
Organisms
Planktonic
ooze
Pediastrum
Anglo-
Related
Unicellular
Extent
Batryo-
Vascular
coccus
plants
braunii
Vitrinite
Vitrinite
Telalginite
Inertinite
Inertinite
Vitrinite
Extent Blue
Pediastrum
Green
Algae
extent
Algae
Acritarche
Dinoflagel-
Pachy-
Botryo-
spaera
coccus
pelagic
braunii
lates
Minor
Bitumen
Other
-
-
Telalginite
Org.
Matter
-
Trace
Telalginite
Sporinite
Sporinite
Vitrinite
Bituminite
Resinite
Bitumen
Sporinite
Vitrinite
Vitrinite
Inertinite
Inertinite
Sporinite
lamalginite
Bitumen
-
Tabel 3. Hasil Analisa Retorting Conto Bitumen Padat
Daerah Kandui, Kabupaten Barito Utara, Propinsi Kalimantan Tengah
No.
No.
Conto
Oil Content
(Liters/ton)
Water Content
(Liters/ton)
Specific Gravity of Oil
(Grams/ton)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KD-01
KD-02
KD-03
KD-03
KD-04
KD-05
KD-06
KD-07
KD-08
5.0
3.0
2.4
3.0
NIL
NIL
NIL
NIL
NIL
174
190
184
184
136
230
116
182
212
IS
IS
IS
IS
NIL
NIL
NIL
NIL
NIL
Note : IS is insufficient oil samples to be measured
Peta 1. Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Kandui dan Sekitarnya