T1 212010104 Full text

DILEMA TKW: PERSPEKTIF ETIKA BISNIS
Oleh:
KARTIKA ELCINDY TOGAS
NIM : 212010104

KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan–persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI

: MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA

2014

“Aku berjalan dengan impianku sendiri bukan dengan impian orang lain.
Di akhir jalan nanti,

usahaku dalam mengejar impian yang akan menghidupkanku .”

Untuk permata hatiku, mentari jiwaku:

-orang tuaku-

SARIPATI
Tenaga kerja migran didefinisikan sebagai sebuah tindakan untuk ke luar
negeri dengan tujuan utama bekerja. Dengan bekerja, seseorang akan mendapatkan
upah dari hasil kerja. Hasil kerja para tenaga migran dinamakan remitan yang akan
dikirimkan kembali ke negara asalnya kepada orang yang ditinggalkan. Remitan yang
masuk ke Indonesia biasanya dipergunakan oleh keluarga TKI untuk dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Hal ini sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang
seperti Indonesia. Lewat remitan yang diterima diharapkan dapat memutuskan
lingkaran setan kemiskinan Indonesia. Namun, para TKI yang bekerja di luar negeri

tidak lepas dari berbagai kasus dan pandangan-pandangan banyak pihak terkait
utilitarisme nilai produktivitasnya. TKI yang didominasi adalah kaum perempuan
dengan bekerja sebagai TLRT dipandang sebagai komoditas negara maupun berbagai
pihak. Hal ini tidak lepas dari sebuah bisnis manusia lintas negara. Ekspor tenaga
kerja dan melakukan berbagai kesepakatan adalah pandangan sistem ekonomi
kapitalis saat ini. Dibutuhkan sebuah perspetif utilitarisme dari segi etika bisnis
terkait TKW yang bekerja sebagai tata laksana rumah tangga. Data yang digunakan
dalam penelitian merupakan data sekunder dari kumpulan informasi online
sepanjang 5 tahun terakhir ini. Dari data yang terkumpul, dapat digambarkan menjadi
sebuah bacaan yang relevant mengenai TKW yang dijadikan komoditas di pasar
global.
Kata Kunci: Tenaga Kerja Wanita, Komoditas Pembantu, Utilitarisme

KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
penyertaan-Nya hingga pada akhirnya, melalui kata-kata yang terangkai penulis dapat
menyelesaikan penyusunan kertas kerja dengan judul “Dilema TKW: Perspektif
Utilitarisme”. Kertas kerja ini ditulis untuk menggambarkan keberadaan TKI sebagai
salah satu pemberi devisa terbesar Indonesia.
Penulis menyadari bahwa kertas kerja ini tidak lepas dari adanya

ketidaksempurnaan, sehingga kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun akan sangat berguna. Melalui hasil kertas kerja ini, diharapkan dapat
memberi manfaat serta menambah wawasan keilmuan dibidang ekonomi bagi banyak
pihak yang berkepentingan.
Salatiga, 15 Januari 2014

Penulis
Kartika Elcindy Togas

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
penyertaan-Nya hingga pada akhirnya, melalui kata-kata yang terangkai penulis dapat
menyelesaikan penyusunan kertas kerja ini dengan judul “Dilema TKW: Etika
Bisnis”. Tulisan ini dibuat untuk menggambarkan perspektif konsep utilitarisme
melihat keberadaan para TKW yang bekerja sebagai TLRT dalam menyumbangkan
devisa ke Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian kertas kerja ini
tidak lepas dari kekurangan, bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain kepada:
1.


Orang tua tercinta: Mama: Dra. Deitje Vora Pangemanan dan Papa: Drs.
Saputra Denny Togas, terima kasih atas kesempatan aku bisa melihat
dunia, doa yang selalu mengiringi hidupku, dan melalui cinta dan kasih
sayang yang tidak pernah berkesudahan menjadi semangatku menguntai
senyum untuk kalian.

2.

Bapak. Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D., selaku dosen pembimbing
yang telah memberi ide, saran, dukungan, dan bimbingan.

3.

Ibu Yenny Purwati SE., MBA, selaku wali studi yang selalu memberi
pengarahan dan kemudahan dalam menjalani kuliah.

4.

Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan berbagai staf

pengajar fakultas lainnya yang telah mengajar dan memberikan berbagai
macam ilmu pengetahuan kepada penulis selama berkuliah.

5.

Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis, staf Perpustakaan Umum,
dan juga berbagai pihak/unit UKSW yang membantu penulis selama kuliah
di FEB.

6.

Keluarga besar dari mama dan papa, termasuk orang tua baptis yang berada
di Indonesia (Sulawesi Utara, Salatiga, Bali, Jakarta), maupun luar

Indonesia. Khususnya buat om Prof. Ferdy Rondonuwu dan tante Helty
Mampouw beserta keluarga.
7.

Sahabat-sahabat maupun teman-teman tersayang (teman yang berjumpa di
tanah Jawa dan tanah Sulawesi Utara) dan berbagai pihak yang secara

langsung dan tidak langsung selalu memberikan dukungan, doa, semangat
dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
“Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali mengingat kamu. Dan

setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita” (Filipi

1:3-4). Bagaikan bunga edelweis, kalian akan selalu menjadi bagian terindah
dimemori hidupku dan terus mekar tanpa mengenal musim dihatiku.

Salatiga, 15 Januari 2014

Penulis
Kartika Elcindy Togas

ABSTRACT

Migrant worker is an act of someone to work abroad. By working, someone
will get paid. The payment is called remittance which is sent back to the worker’s
original country as their family support. The remittance will be used by the family
well to fulfill the needs. It is good for the economic country development, such as

Indonesia. Through remittance is hoped to break the vicious circle of poverty in
Indonesia. The biggest number of imigrant workers are women who work as a
housekeeper which is become country commodity and others. Nowdays, export of
imigrant labor and its agreement has become the tren view of capitalist economic
system. Therefore, it is necessary to have business ethics by utilitarism perspective
related to Indonesia women migrant workers as a housekeeper. Data used in this
research is a secondary data from many collection by online information during this
last 5 years. From the collected data be able to draw into a relavant literature about
Indonesian workers are used as a commodity in the global market.
Keywords: Women Labor, Housekeeper Commodities, Utilitarism

PENDAHULUAN
Di era globalisasi saat ini lubang besar perekonomian indonesia adalah
populasi yang sangat padat, kesempatan kerja yang terbatas, mutu sumber daya
manusia yang memadai, tekanan ekonomi, perbaikan taraf hidup dan tatanan sistem
dunia yang mengglobal merupakan alasan dasar munculnya dimensi migrasi
(Kristiani: 2010)1. Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 215 juta jiwa (BPS,
2010), masuk pada peringkat ke-111 dari 172 negara berkembang yang diukur
berdasarkan Human Development Index (UNDP, 2010). BPS juga mencatat bahwa
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta jiwa

(Kompas: 12 Februari 2011). Sebanyak 14% dari penduduk Indonesia yang memiliki
jenjang pendidikan yang memadai masih membutuhkan pekerjaan. Indonesia
merupakan salah satu negara yang paling aktif dalam mengirimkan tenaga kerja ke
luar negeri. Alasan ekonomi adalah alasan utama seseorang bersedia menjadi Tenaga
1

Kristiani Ika, 2010, Gambaran Pengelolaan Hasil TKW oleh Keluarga TKW. Skripsi S-1 FKIP-UKSW

Kerja Indonesia (TKI). Sampai pada tahun 2013, ada sekitar 6,5 juta TKI tersebar di
176 negara di dunia (Okezone: 10 Desember 2013). Lambatnya pertumbuhan sektor
riil menyebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan sehingga meningkatkan angka
pengangguran. (Kompas: 8 April 2009).
Melalui ini, dapat menguntungkan banyak agen penyalur tenaga kerja guna
memanfaatkan jasa para pengangguran untuk dipekerjakan di luar negeri.
Keuntungan lainnya juga dirasakan oleh berbagai pihak mulai dari diri sang TKI,
keluarganya, organisasi-organisasi sosial, negara sendiri maupun negara tujuan
(Anggreini: 2011) 2. Untuk dapat bekerja di luar negeri, para calon TKI mempunyai
proses tersendiri agar dapat dipekerjakan. Dengan tujuan utama memperoleh uang
terjadilah sebuah transaksi penjualan jasa. Didukung dengan transportasi yang
memudahkan banyak orang untuk bisa berpergian ke daerah lain, ikut memudahkan

seseorang untuk mencapai tujuannya termasuk untuk bekerja. Oleh karena itu, tidak
ada alasan tentang ukuran jarak dan waktu dimana dunia saat ini borderless3. Dunia
yang semakin transparan ini, sudah biasa jika perempuan ikut bekerja. Sedikitnya ada
56,2 juta orang bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di dunia. Sebanyak
80% dari itua adalah wanita, termasuk yang PRT yang bekerja bukan di negaranya
sendiri4.
Perpindahan seseorang ke negara lain ini dengan tujuan bekerja memunculkan
berbagai pandangan yang berbeda-beda. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan budaya
dunia saat ini multikultural. Pandangan publik yang menyatakan bahwa TKI adalah
mereka yang bekerja sebagai babu 5 di negara lain sulit untuk diberi pengertian bahwa
mereka adalah bekerja sebagai Tata Laksana Rumah Tangga (TLRT). Tata laksana
yang bekerja demi bisa tercukupinya kebutuhan hidup lebih santun kedengarannya
dan menciptakan pandangan tentang seorang TLRT jika dibandingkan dengan babu
yang juga bekerja demi adanya timbal balik. Pandangan inilah yang akan dinilai
dalam konteks migrasi yang selanjutnya dinamakan akulturasi dimana proses dan
2

Primawati Anggreini, 2011, Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Sosiokonsepsia
Vol. 16 No. 02, Universitas Indonesia.
3

Sebuah istilah yang menyatakan tidak ada lagi suatu batasan: Susilo Wahyu, 2009, Buruh Migran
dalam Dekapan Globalisasi. Migrant Care.
4
Gajimu, http://www.gajimu.com/main/gaji/pekerja-rumah-tangga diakses pada 3 Januari 2014.
5
Istilah pada asa pe jajaha kolo ial Bela da Baboe ya g adalah pekerja re daha .

penyesuaian individu ke budaya baru (Eric B. Shiraev: 2012). Akulturasi yang
melekat melalui perspektif konsep utilitarisme terhadap para TKI inilah yang
memunculkan paradigma tidak tepat6 dalam memposisikan TLRT. Salah satu contoh
pandangan kontra yang dimuat dalam harian kompas 16 Oktober 2013, menyatakan
bahwa pemerintah kurang tanggap dalam menangani masalah migrasi tenaga kerja 7
menciptakan citra pemerintah yang tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Perspektif konsep utilitarisme etika bisnis menilai secara normatif proses yang
dilakoni seseorang dalam pekerjaannya. Banyaknya pihak yang terkait dalam proses
penempatan TKI memunculkan sebuah pandangan budaya baru dalam menilai jasa
seseorang atau produktivitas kegunaan seseorang dalam pemanfaatannya. Pandangan
etika normatif khusus yang menilai tingkah laku seseorang dalam bidang pekerjaan
yang menjadi cerminan terhadap suatu pekerjaan ataupun sebuah pencitraan terhadap
segala sesuatu yang dikerjakan termasuk menilai bagaimana peran pemerintah, agenagen penyalur serta keluarga para migran tenaga kerja.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kasus-kasus empirik mengenai
TKW yang bekerja diluar negeri sebagai TLRT dari perspektif konsep utilitarisme
etika bisnis.
KAJIAN LITERATUR
Kemiskinan dan Migrasi
Grow with poverty secara sederhana diartikan sebagai adanya pertumbuhan

ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan per kapita, namun pada saat
yang sama sedang berlangsung proses pemiskinan (Abidin: 2011)8. Kesejahteraan
6

Hukum Online 2014, PRT Adalah Pekerja Bukan Pembantu. http://www.hukumonline.com/ diakses
pada 3 Januari 2013
7
Harian Kompas, 2013, Hukuman Mati Mengancam 265 TKI, ke Mana Pemerintah? 16 Oktober 2013.
http://nasional.kompas.com/read/2013/10/16/1218450/Hukuman.Mati.Mengancam.265.TKI.ke.Man
a.Pemerintah diakses pada 25 November 2013
8
Harian Detik, 2011. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Indonesia
http://news.detik.com/read/2011/02/24/ diakses pada 11 Januari 2014

manusia tercermin dari masalah yang kompleks yang menyangkut berbagai macam
aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan
sebagainya (Haryati: 2011)9. Sebuah siklus yang dinamakan lingkaran setan
kemisikinan dan keterbelakangan atau Vicious Circle of Poverty and Backwardness
secara sederhana didefinisikan sebagai kondisi suatu masyarakat yang berada dan
sulit untuk keluar dari kemiskinan dan penyebab kemiskinan itu sendiri10.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai masih kurang memperhatikan aspek kualitas,
terutama dalam hal efisiensi, kesinambungan, dan pro kesempatan kerja
mengakibatkan banyak penduduk yang menganggur dan berimplikasi langsung pada
munculnya masalah yang lebih kompleks, yaitu kemiskinan, yang antara lain ditandai
oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan penduduk yang
rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan (Suparno: 2008) 11. Fenomenom
kemiskinan dari kaca mata Usman menyatakan bahwa kemiskinan berkaitan dengan
berbagai dimensi kehidupan, hanya saja sering dikonsepsikan dalam konteks
ketidakcukupan pendapatan dan harta12.
Pasal 27 D ayat (2) UUD 1945 mengandung dua makna yaitu memberi “hak”
kepada warga negara untuk memperoleh salah satu hak dasar manusia yaitu pekerjaan
dan membebani “kewajiban” kepada negara untuk memenuhinya. Dengan kata wajib,
maka negara tidak dapat menghindarinya meskipun tidak cukup sumber daya dan
sumber dana di dalam negeri, serta harus mencari sumber-sumber tersebut sampai ke
luar negeri (Suparno: 2008). Tindakan berpindah ke negara lain untuk tujuan bekerja
disebut sebagai migrasi tenaga kerja 13. Tenaga kerja yang berasal dari Indonesia
disebut sebagai Tenaga Kera Indonesia (TKI), dan mereka yang adalah pekerja
wanita disebut sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Didalam migrasi TKI ini
memunculkan istilah remitan yang adalah upah dari pekerja migran, lebih luas
9

Roebyantho Haryati, 2011, Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE.
Penelitian Kementrian Sosial Republik Indonesia.
10
Kementrian Dalam Negeri RI, 2012, Konsepsi, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kawasan Cepat
Tumbuh dan Kumuh, Direktorat Permukiman dan Perumahan, Bappenas.
http://www.kemendagri.go.id/ diakses pada 26 Desember 2013.
11
Suparno Erman, 2008. Penempatan dan Perlindungan TKI (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI). http://www.depnakertrans.go.id/, 27 Maret 2008. Diakses pada 28 Desember 2013.
12
Electronic Journal Unud http://ejournal.unud.ac.id/ diakses pada 11 Januari 2014.
13
BNP2TKI http://www.bnp2tki.go.id/ diakses pada 12 Januari 2014

dipandang sebagai suatu instrumen dalam memperbaiki keseimbangan pembayaran,
dan merangsang tabungan dan investasi di daerah asal. Upah atau gaji adalah bagian
dari kompensasi yang diterima oleh seorang pekerja (Nasution: 2009) 14. Oleh
karenanya dapat dikemukakan bahwa remitan menjadi komponen penting dalam
mengkaitkan mobilitas pekerja dengan proses pembangunan di daerah asal. Melalui
ini, remitan yang dikirimkan ke daerah asal biasanya kepada mereka yang adalah
keluarga. Remitant sering dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif dari pada
kebutuhan konsumtif (Anggreini: 2011)15.
Komoditas Internasional
Bekerja di luar negeri, rawan dengan eksploitasi tenaga kerja yang
memanfaatkan segala sesuatu dengan tujuan mendapatkan keuntungan materi
maupun non-materi. Eksplotasi kepada manusia biasanya merupakan relasi
kekuasaan, dimana adanya pihak yang memperalat memiliki daya kontrol atas pihak
yang dijadikan alat, dan yang diperalat tidak memiliki daya untuk menolak,
menghindari, atau keluar dari relasi tersebut. Dari perspektif hukum, pihak yang
diperalat ini merupakan korban perbuatan eksploitatif/pemerasan. Berbagai
paradigma kapitalis berkata manusia dijadikan komoditas layaknya barang yang
diberdayakan banyak pihak untuk memperoleh uang (Topilus: 2013) 16. Komoditas
adalah sesuatu yang diperdagangkan antara benda berwujud atau tidak berupa barang,
jasa, opini, intelektualitas, skill, dan sebagainya17.
Dalam dunia bisnis juga berlaku peraturan-peraturan yang dalam banyak hal
identik dengan etika. Etika adalah seperangkat “peraturan” yang membedakan prilaku
yang benar/baik dan yang salah/tidak baik; yang benar/baik disebut “etis” sedangkan
yang salah/tidak baik di sebut “tidak etis”. Etika Bisnis adalah aplikasi prinsip-prinsip
14

Nasution Ahmad Sanusi, 2009, Sistem Akuntansi Gaji dan Upah.
http://sanoesi.wordpress.com/2009/01/16/sistem-akuntansi-gaji-dan-upah/ diakses pada 28
Desember 2013
15
Primawati Anggreini, 2011, Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Sosiokonsepsia
Vol. 16 No. 02, Universitas Indonesia.
16

Dalam Buruh dan Rakyat dalam Dekapan Kapitalis(me)
Ahira Anne, 2010. Pengertian Komoditas. http://www.anneahira.com/ diakses pada pada 12
Januari 2014.

17

etika umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus yaitu kegiatan
ekonomi dan bisnis atau lebih ringkas adalah pemikiran atau refleksi tentang
moralitas dalam ekonomi dan bisnis (Budiman: 2012)18. Etika sebagai sebuah ilmu
menitikberatkan pada refleksi kritis dan rasional dalam menuntut orang. Adapun
sebuah teori yang melihat segala sesuatu berdasarkan ultilis/manfaat yang sangat
cocok dengan cost-benefit analysis. Hal ini dikarenakan pemikiran masyarakat luas
apalah dari sisi ekonomi pasti mempertimbangkan cost and benefit ratio (Usman:
2013)19. Moral adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang berhubungan
dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya yang diketahui dari penalran dan perilakunya sesuai
dengan nila-nilai ajaran agama, budaya, keluarga, hukum, dan aturan lainnya yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat (Angela: 2012,118)20.
Perlindungan TKI
UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang, telah disebutkan bahwa yang disebut trafficking atau perdagangan manusia
adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan
atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut,
baik yang dilakukan di dalam negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan
orang tereksploitasi. Sehingga melalui peraturan yang berlaku diharapkan dapat
menghindari seseorang untuk tersakiti (Yosephus: 2009).
Keputusan seseorang untuk melakukan migrasi secara rasional bertujuan
untuk memaksimalkan faedah (utilitas) yaitu memaksimalisasi pendapatan, dalam hal
ini dibutuhkan human capital (misalnya pendidikan, keterampilan) juga

18

Majalah Berkat http://www.majalahberkat.com diakses pada 12 Januari 2014
Usmah Fandholy, 2013. Etika Bisnis dan Implementasinya. Diakses pada 3 Januari 2013
20
Angela Maria Apriana, 2012, Penalaran Moral Anak Usia 8 Hingga 11 Tahun di Sekolah Minggu
Lingkungan Kana Jemaat Eppata GKE Banjarmasin. Tesis S-2 FKIP UKSW.
19

meminimalisasi resiko dan hambatan (Primawati: 2011) 21. Sebagai teori etika,
utililarisme sering pula disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar. Artinya bertindak
dengan sedemikian rupa sehingga tindakan yang dihasilkan bisa memberikan
kebaikan terbesar untuk banyak orang. Utilitarisme menempatkan kodrat manusia
pada rasa sakit dan rasa nikmat (Yosephus: 2010. 91)22. Maka dari itu, hak dan
kewajiban berlaku pada setiap individu terkait tenaga kerja. Dengan kewajiban negara
untuk memenuhi hak kepada setiap pekerja peraturan terkait perlidungan terkait
tenaga kerja Indonesia (TKI). Pasal 38 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia lebih menegaskan lagi bahwa warga negara juga berhak dengan bebas
memilih pekerjaan yang disukainya. Oleh karena itu, warga negara tidak dapat
dilarang untuk bekerja dimana saja, termasuk di luar negeri sehingga berbagai pihak
dilibatkan dalam proses penempatan TKI.
Adapun pihak swasta yang seperti Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI) atau Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS),
Pengguna Jasa TKI, dan Mitra Usaha PJTKI. Melalui Undang-Undang No. 39
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (Pasal
5) menyatakan bahwa: Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan dan
mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar
negeri (Suparno: 2008)23. Proses penempatan yang melibatkan pihak pemerintah
mulai dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), Balai Latihan Kerja
Luar Negeri (BLK-LN), dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI
(BP3TKI). Proses yang dilakonipun terdiri dari 3 proses, yaitu pra-penempatan;
penempatan; dan pasca-penempatan. Pra-penempatan ini diakomodir oleh
PJTKI/PPTKIS mulai dari proses rekrutmen dan seleksi, pendidikan dan pelatihan,
pemeriksaan kesehatan, perjanjian kerja, pembekalan akhir pemberangkatan dan
pemberangkatan. Proses rekrutmen PJTKI mengutus Petugas Lapangan (PL) dalam
mencari para calon TKI yang diketahui oleh Disnakertrans melalui surat tugas. Masa
21

Primawati Anggreini, 2011, Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Sosiokonsepsia
Vol. 16 No. 02, Universitas Indonesia.
22
Yosephus L Sinuor, 2010. Etika Bisnis: Pendekatan Filsafat Moral terhadap Pelaku Pebisnis
Kontemporer. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
23
Suparno Erman, 2008. Penempatan dan Perlindungan TKI (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI). http://www.depnakertrans.go.id/, 27 Maret 2008. Diakses pada 28 Desember 2013.

penempatan TKI dimana PJTKI/PPTKIS wajib bertanggungjawab atas perlindungan
dan pembelaan terhadap hak dan kepentingan TKI di luar negeri bersama dengan para
Mitra Usaha PJTKI dan Pengguna Jasa TKI. Selanjutnya pasca-penempatan adalah
saat dimana PJTKI/PPTKIS bertanggung jawab atas kepulangan para TKI di negara
asalnya. (Suharti: 2011)24.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini lebih banyak memanfaatkan studi literatur sebagai sumber
utama penulisan. Proses untuk memulai kertas kerja ini dimulai dari mencari dan
mengumpulkan berbagai literatur yang berhubungan dengan migrasi TKI dan etika
bisnis terkait utilitarime. Penulis mencari bahan yang bisa didapatkan dari media
elektronik dan media cetak. Pada awalnya penulis menggunakan mesin pencari
google untuk mendapatkan literatur elektronik dan sumber-sumber situs lainnya yang
bisa diakses. Melalui mesin pencari ini, penulis mendapatkan berbagai informasi
terkait dengan TKI tetapi sangat sedikit literatur yang terkait dengan utililarisme
sehingga penulis mencari buku etika bisnis melalui perpustakaan UKSW untuk
menambah informasi yang berhubungan.
Berbagai informasi yang didapati melalui itu termasuk dengan format pdf
dimanfaatkan untuk mendapatkan berbagai jurnal online secara lebih mudah, penulis
mencoba membaca semua informasi yang relevant terkait dengan topik penulisan
kertas kerja ini. Data-data dengan basis utama dari berbagai jurnal penelitian yang
dilakukan oleh banyak pihak termasuk melalui badan organisasi seperti Kementrian
Sekretariat Negara RI; Kementrian Sosial RI; Badan Nasional Perlindungan dan
Penempatan Tenaga Kerja, World Bank; Ceic Data , Badan Pusat Statistik,
International Labor Organization (ILO), koran online seperti kompas.com;
suarapembaruan.com; investor.com; vemale.com; detik.com, juga berbagai artikel
online yang relevant selama 5 tahun terakhir ini (lebih lengkap terlampir dalam
footnote pada setiap halaman). Dari literatur yang dibaca, penulis mengambil
beberapa kata kunci penting dan mengolah kembali kata kunci tersebut menjadi
sebuah kalimat tanpa melepaskan sumber literatur yang didapati penulis. Dalam
24

Suharti Lieli dan Irene Aprilia, 2011. Rekrutmen, Seleksi, dan Penempatan TKI Keluar Negeri: Antara
Teori dan Praktek. FEB UKSW. Salatiga:Widya Sari Press.

mengolah literatur tersebut, penulis menyaring informasi-informasi yang relevan dan
mencoba menyatukan literatur lainnya yang seirama sehingga memudahkan penulis
dalam membuat kesimpulan dari bacaan tersebut.
Dari kumpulan literatur yang ada, penulis melihat bahwa migrasi tenaga kerja
dalam perspektif etika bisnis secara global terkait banyak hal yang tidak bisa
dipisahkan begitu saja. Melalui ini, penulis mencoba mengelompokkan berbagai
literatur yang saling terkait dan menjadikannya sebuah hasil data yang dicari.
Sehingga mempurmudah penulis untuk mencari literatur lainnya yang terkait. Adapun
kesulitan penulis dalam mencari teori etika bisnis secara internasional untuk
digabungkan dalam literatur sebelumnya. Sehingga penulis melakukan pencarian
literatur etika bisnis melalui pandangan-pandangan dunia saat ini terkait ketenaga
kerjaan melalui buku maupun berbagai tulisan yang ada di perpustakaan UKSW.
Setelah data yang didapati terasa cukup, penulis merangkai kerangka tulisan yang
tepat agar tujuan penelitian yang diinginkan terpenuhi. Setelah data-data disusun
sesuai dengan kerangka penelitian, dalam pembahasan yang dikategorikan melalui
asal usul TKI, implikasi TKI terhadap orang lain maupun organisasi lain, implikasi
TKI terhadap dirinya sendiri, sampai pada apa yang diberikan TKI kepada banyak
orang terkait perspektif TKI yang dimanfaatkan. Kemudian, penulis melakukan
analisa yang dikaitkan dengan review literatur. Sampai pada akhirnya penulis
mendapatkan konsep-konsep utama dari review literatur tersebut. Dengan begitu,
lebih memudahkan penulis dalam merampungkan kertas kerja ini dengan
menggunakan data-data sekunder dan menulisnya secara deskriptif kualitatif. Dari
awal mula proses pembuatan kertas kerja ini tidak lepas dari arahan dosen
pembimbing dalam memberikan kritik dan saran termasuk mengajari penulis.
Sehingga dalam penyempurnaan kertas kerja ini tidak lepas dari pertimbangan yang
diberikan oleh dosen pembimbing.

HASIL DAN ANALISIS
Latar Belakang Tenaga Kerja Indonesia
Sebuah publikasi dari Open Society International Migration Initiative
(2013) menyatakan bahwa para pekerja yang bekerja di luar negeri dengan negara
asal Indonesia didominasi oleh kaum perempuan yang memiliki latar belakang
berasal dari kota-kota kecil atau desa-desa didukung dengan tamatan pendidikan
sekolah dasar dan pengalaman kerja yang terbatas. Data BPS menyatakan bahwa
pada 2013 pengangguran terbuka di Indonesia sebanyak 7,39 juta jiwa atau sebanyak
6,25% dari jumlah penduduk. Ekonomi bertumbuh dalam memberi ruang bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Banyak orang harus bekerja karena tergiur
dengan uang atau pun terpaksa menerima pekerjaan seadanya karena tekanan
ekonomi dan demi kesejahteraan keluarganya dilihat mempertimbangkan kemampuan
yang dimilikinya sehingga banyak kali dipekerjakan disektor infomal seperti pekerja
rumah tangga (PRT), tukang masak, perawat anak/lanjut usia, maupun mengurus
kebun/buruh. PRT atau TLRT merupakan profesi yang paling banyak dilakoni para
TKI yang bekerja diluar negeri adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Departement of State Trafficking in Person (Ester: 2009)26. Pekerjaan yang bersifat
jasa pada sektor domestik menangani urusan atau tata kelola pekerjaan rumah tangga
inilah saat ini dikatakan sebagai Tata Laksana Rumah Tangga (TLRT) (Christiani:
2012)27. TLRT saat ini pun haruslah mempunyai persyaratan khusus. Hal ini
dimaksudkan untuk mempekerjakan seseorang yang mampu menerima pekerjaan
25

yang diperintahkan dan mampu menyelesaikan tugasnya. Dengan kemampuan yang
dimiliki para calon TKW ini akan menjamin para Pengguna Jasa TKI mempekerjakan
para TKW semestinya.
Penelitian Labour Force Situation (LFS) di Indonesia (2009) menyimpulkan
hanya 14% dari total persentase pengangguran memiliki jenjang pendidikan sarjana
Farbenblum Bassina, Eleanor Taylor-Nicholson, Sarah Paoletti. 2013. Migra t Worker Access To
Justice Series: Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal, Studi Kasus Indonesia. New
York: Open Society Foundation.
26
Ester Krisnawati, 2009. Produksi Feature Human Trafficking: Hanya Dinilai Dengan Rupiahkah Nilai
Seorang Wanita.
27
Christiana Ana, 2012. Pengertian dan Istilah dalam Kursus TLRT.

25

dan diatasnya, selebihnya adalah mereka dengan tingkat pendidikan rendah, data ini
didukung dengan penelitian International Organization for Migration (IOM) pada
2011 lalu (Ester: 2009)28. Orang yang tidak memiliki penghasilan cenderung tingkat
kesejahteraan hidupnya rendah sehingga identik dengan kemiskinan. “Kemiskinan
akan mengancam kesejahteraan dimana-mana” adalah salah satu prinsip ILO
mengentaskan kemiskinan demi terciptanya kesejahteraan manusia 29. Maka dari itu,
untuk mengatasi kemiskinan seseorang bekerja di luar negeri karena kesempatan
kerja di dalam negeri sudah tidak tersedia. Didukung dengan harapan bergaji besar
yang berbau mata uang asing menjadi tumpuan harapan para pencari kerja dalam
meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik. Jika dibandingkan gaji TLRT diluar
negeri dalam negeri berkisar sekitar Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 sedangkan di
negara sendiri dihargai Rp. 500.000 - Rp. 600.00030. Maka dari itu, melihat nominal
upah yang besar, menjadi dasar dalam mempertimbangkan keputusan seseorang
untuk bekerja.
Melalui pendidikan yang kurang memadai, memaksa mereka untuk tetap
bekerja dengan upah yang rendah karena besarnya permintaan dari Pengguna Jasa
TKI. Tidak heran jika melalui agen penyalur tenaga kerja kerapkali memanfaatkan
TKI yang memiliki pengetahuan rendah untuk ditempatkan pada bidang pekerjaan
tidak memerlukan kualifikasi yang sulit (Kompas: 13 April 2013). Dengan begitu
tersedianya tenaga kerja untuk dipekerjakan disektor informal akan selalu ada dari
Indonesia. Pekerja dengan latar belakang berasal dari keluarga tidak mampu ini akan
mudah dibujuk oleh agen-agen penyalur tenaga kerja.
Proses Penempatan Pekerja Migran
Berbagai kasus kerapkali terjadi terkait keberadaan TKI dikarenakan proses
yang dijalani tidak tepat (Lieli: 2011). Seseorang dengan tingkat pendidikan yang
rendah akan sulit jika langsung pergi merantau di daerah asing apalagi mereka yang
adalah wanita. Melalui permintaan dari Pegguna Jasa TKI memanfaatkan agen-agen
28

Ester Krisnawati, 2009. Produksi Feature Human Trafficking: Hanya Dinilai Dengan Rupiahkah Nilai
Seorang Wanita.
29
International Labour Organization. www.ilo.org. Diakses pada 22 November 2013.
30
Gajimu, 2013. http://www.gajimu.com/main/gaji/pekerja-rumah-tangga, diakses pada 4 Januari
2014.

penyalur kerja seperti PJTKI/PPTKIS untuk mencari tenaga pekerja yang
membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan yang ditawarkan kebanyakan untuk mereka yang
bersedia menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) sehingga tidak memerlukan keahlian
yang khusus. Dengan adanya permintaan, PJTKI/PPTKIS mendapatkan kesempatan
untuk menarik tenaga kerja. Persediaan tenaga kerja di Indonesia dilihat dari
banyaknya pengangguran wanita yang ada menjadikan Indonesia sebagai tujuan
Pengguna Jasa TKI untuk produktivitas seseorang dalam bekerja. Sehingga para
wanita ini khususnya kebanyakan dipekerjakan pada pekerjaan yang bergerak
disektor informal yang membutuhkan ketrampilan TLRT. Menilai wanita sebagai tata
laksana yang tepat dalam mengurus rumah, memasak, membersihkan, ataupun
mengerjakan kegiatan rumah tangga lainnya lebih berkompeten dibandingkan para
pria yang kebanyakan dipekerjakan sebagai buruh. Untuk itu, PJTKI/PPTKIS
menjadi salah satu sarana untuk bisa memantapkan proses bagi para calon TKW
memperoleh pekerjaan.
Penting menurut BNP2TKI agar semua TKI yang ingin bekerja di luar negeri
bisa melalui jalur legal salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan agen-agen
penyalur tenaga kerja yang tepat (BNP2TKI: 19 Desember 2008) 31. Berbagai masalah
bisa saja terjadi selama proses penempatan TKW. Selama proses yang dijalani tepat
mulai dari pra-penempatan, penempatan sampai pada pasca penempatan keselamatan
TKW. Sebaliknya, jika proses awalnya tidak tepat, maka eksploitasi bukanlah sebuah
hal yang mustahil apalagi terhadap kaum perempuan. Sebuah lembaga pemerintah
non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden adalah Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan
(Suharti: 2011). Melalui jalur yang legal menjadi tugas BNP2TKI dalam mengawasi
para calon TKW siap diberangkatkan dengan bekal yang memadai.
Manisnya promosi yang meyakinkan para TKW ini membuat mereka
menghalalkan segala cara tanpa tahu konsekuensi yang dihadapi pastinya para TKW
sudah gelap mata dengan upah yang nantinya akan diterima dengan campur tangan
31

BNP2TKI 2008. Buruh Migran Ajukan 10 Tuntutan, 19 Desember 2008
http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/747-buruh-migran-ajukan-10-tuntutan.html
diunduh pada 23 Desember 2013

para agen-agen penyalur. Salah satu pemicu TKW ilegal dengan dimana para
individu pencari kerja secara sukarela bersedia menambah usia sebenarnya menjadi
lebih tua dengan maksud memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan 32. Lebih-lebih lagi
para calon TKW ini tidak tahu soal bagaimana proses penempatan TKW berjalan.
Sehingga mereka pun sulit menilai/melihat agen-agen penyalur ini resmi atau tidak.
Pastinya setiap pilihan pekerjaan yang dilakoni, mempunyai resikonya masingmasing. Resiko yang tinggi dengan beban kerja yang berat dialami oleh para pencari
kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Oleh karena itu, berdirilah berbagai
organisasi sebagai pengawas TKW dan juga PJTKI/PPTKIS dalam operasional
penempatan seperti Migrant Care (BNP2TKI).
Melalui PJTKI/PPTKIS tempat para TKI mempersiapkan dirinya untuk
bekerja (Kompas: 2013). Legal tidaknya TKW yang bekerja di luar negeri melalui
atau tidak melalui agen-agen penyalur, tidak menutup kemungkinan luput dari
permasalahan. Biasanya TKW yang terkena kasus adalah mereka yang tidak memiliki
dokumen-dokumen lengkap dan maupun tidak memenuhi persyaratan kerja. Adapun
Tim Pengawas TKI untuk memonitor proses penanganan perkara TKW. Melalui
Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) 2008, diputuskan tidak ada lagi sekat-sekat
antar instansi dalam negeri terkait pengiriman TKI 33. Maksud lainnya juga dengan
mempermulus penyelesaian masalah para TKI yang bisa saja terjadi bersifat lintas
sektor, lintas negara, dan lintas kedaulatan hukum maupun kedaulatan negara. Hal ini
dimaksudkan oleh sekat-sekat ini terkait penguatan status TKI yang bersumber dari
dalam negeri sendiri.
Melalui agen-agen ini yang diketahui oleh orang awam adalah mereka yang
sudah profesional mencarikan pekerjaan bagi orang lain dan pastinya di negara tujuan
sudah memiliki jaminan yang pasti akan apa yang harus diperbuat para calon TKW.
Namun, pemahaman yang tidak begitu dalam oleh para calon TKW ini menempatkan
dirinya mudah untuk menjadi ‘budak’ para agen-agen penyalur. Tanpa diketahui
legalitas dirinya untuk bekerja maupun legalitas agen-agen yang akan mengakomodir
32

Contoh Kasus TKI asal Majelengka Jawa Barat pada Harian Kompas 18 Desember 2013.
BNP2TKI, 2009. Untuk Tingkatkan Perlindungan TKI, Lintas Instansi Setuju Optimalkan Koordinasi,
01 Januari 2009 http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/795-untuk-tingkatkanperlindungan-tki-lintas-instansi-setuju-optimalkan-koordinasi.html diakses pada 25 November 2013

33

para calon TKW untuk pergi ke luar negeri. Sebanyak 12.745 perusahaan di
Indonesia melanggar norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan hanya
12.675 perusahaan yang menepatinya 34. Dari data yang dimuat pada harian tempo
2013 lalu menunjukan bahwa lingkungan kerja suatu perusahaan yang bertika tidak
lepas dari pencitraan dirinya terhadap publik. Melalui ini, berbagai perusahaan yang
dikerucutkan lagi terhadap perusahaan PJTKI/PPTKIS tidak lepas dari masalah yang
bisa saja terjadi termasuk praktek eksploitasi TKW. Olehnya, dengan banyaknya
angka perusahaan di Indonesia yang melanggar K3, mencerminkan bagaimana kerja
pemerintah yang belum maksimal sehingga berdampak terhadap peran
PJTKI/PPTKIS dalam mengakomodir TKW bekerja di luar negeri35.
Dalam proses pra-penempatan terbagi atas 3 langkah yaitu: langkah pertama
mulai dari rekrutmen yang harus memenuhi kualifikasi seperti cukup umur,
persyaratan terkait berkas-berkas administrasi dan lain-lain yang persyaratan yang
ditetapkan, selanjutnya proses seleksi dimana dokumen yang dimiliki oleh para calon
TKW sesuai juga disertai dengan tes kesehatan dan tes psikologis yang akan
menyatakan kelayakan kondisi tubuh calon TKW. Langkah kedua adalah pelatihan
dan pendidikan yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLK-LN)
swasta miliki PJTKI/PPTKIS ataupun BLK-LN milik pemerintah yang nantinya akan
memberikan sertifikat sebagai salah satu pelengkap dokumen calon TKW,
selanjutnya ada pembekalan akhir pemberangkatan (PAP) yang dilaksanakan oleh
BP3TKI dan jika dinyatakan memenuhi persyaratan maka para calon TKW berhak
menandatangani perjanjian kerja untuk mendapatkan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri
(KTLN) sehingga selanjutnya dapat mengurus kelengkapan dokumen tahap akhir
proses pra-penempatan. Ketiga , pengurusan dokumen dan proses pemberangkatan
yang melibatkan berbagai pihak didalamnya. Mulai dari perizinan keluarga, kantor
migrasi, dan berbagai pihak yang membantu kepengurusan dokumen. Kemudian jika
dinyatakan lulus, maka TKW diberangkatkan oleh PJTKI yang sudah dibekali sebaik
mungkin sesuai dengan kebutuhan Pengguna Jasa TKI di negara tujuan bekerja yang
didalamnya menyertakan KBRI dalam kepengurusan panggilan kerja (Suharti: 2011).
34

Data BPS yang dimuat pada Harian Tempo, 2013.
Survei Migrant Care yang dilansir pada Kompas 8 April 2013 www.kompas.com diakses pada 22
November 2013.
35

Proses berlangsungnya pra penempatan ini memakan waktu paling cepat 1,5
bulan. Tidak heran para pekerja yang merasa sulit menjalani proses yang panjang
lebih memilih cara yang intan untuk cepat selesai sehingga bisa segera bekerja.
Dengan bekerja lebih cepat, para TKW ini akan merasa lebih nyaman dimana bisa
mengirimkan upah kepada keluarganya lebih baik jika harus menuggu 1 bulan lagi.
Namun, keputusan yang memilih instan ini menjadi sebuah masalah karena bekal
yang dimiliki oleh TKW tidak terpenuhi. Memunculkan polimek baru dalam
pencitraan kinerja pemerintah Indonesia dalam mengirimkan TKW ke luar negeri
tanpa mengetahui upaya-upaya pemerintah terkait TKW ini agar layak. Keputusan
yang terjadi pun tidak lepas dari persetujuan keluarga. Berasal dari keluarga yang
memiliki pengetahuan yang sedikit akan sulit membedakan proses yang tepat dan
sesuai seperti apa. Melalui PJTKI bisa meyakinkan pihak keluarga maupun calon
TKW adalah sebuah garansi gratis untuk mempercayakan sebuah tubuh seseorang
menjadi ancaman bagi para TKW berpendidikan rendah. Keyakinan yang ditanamkan
bahwa melalui PJTKI/PPTKIS menjamin sebuah pekerjaan yang pasti di negara calon
TKW bekerja. Hal ini menciptakan kesan PJTKI memonopoli proses pemberangkatan
TKI, sehingga kondisi yang tidak sehat ini menciptakan dikotomi legal dan ilegal36.
Maksudnya adalah pemahaman mengenai para warga negara Indonesia (WNI) yang
bermaksud kerja di luar negeri haruslah melalui PJTKI/PPTKIS sehingga bisa
dikatakan legal. Sedangkan tidak melalui PJTKI/PPTKIS dinyatakan ilegal. Terdapat
sebanyak 545 PPTKIS dimana 213 perusahaan diberi sanksi pembekuan operasional
perusahaan dikarenakan terbukti menyalahi aturan tidak memperpanjang dokumen
maupun pengiriman TKI ke luar negeri yang tidak sesuai dengan prosedural dan
perjanjian ijin kerja37.
Banyaknya kasus yang terjadi dimana kewajiban utama agen-agen penyalur
tenaga kerja yang tidak mewadahi sebagaimana mestinya para TKI untuk layak
bekerja di negara tujuan. Kelayakan yang dimaksudkan terkait dengan persiapan
mengenai pembelajaran perbedaan budaya yang tidak lepas dari perbedaan bahasa.
Padahal, sangatlah penting jika para TKW menguasai bahasa asing terutama bahasa
36

Harian Kompas, 2013, PJTKI Adalah Masalah Bukan Solusi. 13 April 2013.
http://nasional.kompas.com/read/2013/04/13/15343711/PJTKI.Adalah.Masalah..Bukan.Solusi
diakses pada 27 November 2013
37
Data 2013 oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans),

tujuan negara migrasinya demi meminimalisir masalah komunikasi38. Agar supaya
tidak ada masalah sampai pada tingkat tindakan kriminal. Disamping itu proses
penempatan para TKW dimana akan ditampung terlebih dalahulu untuk dilatih oleh
agen Pengguna Jasa TKI sebelum dipekerjakan. Setelah dipekerjakan, tanggung
jawab PJTKI/PPTKIS dalam melakukan monitoring kinerja bersama dengan pihak
Pengguna Jasa TKI sedangkan pemerintah akan menerima laporan yang diberikan
PJTKI. Seharusnya pemerintah tidak hanya menunggu adanya laporan. Banyak TKW
yang pulang ke Indonesia disertai dengan luka-luka akibat disiksa. Melalui itu bisa
menjadi alat pendeteksi bagi pemerintah bisa bertindak. Sebuah tulisan yang dimuat
diharian tempo berbicara bahwa pemerintah akan turun tangan langsung jika masalah
yang terjadi sudah tercium publik. Jika tidak, maka proses penyelesaian pun sangat
sedikit pemerintah turut serta ingin membantu. Namun nyatanya setelah sampai di
negara tujuan, PJTKI/PPTKIS dan Pengguna Jasa TKI lepas tangan tanpa melakukan
monitoring kerja ataupun. Disertai dengan tindakan yang pasif dari perwakilan
pemerintah Indonesia di KBBRI dibuktikan dengan tingginya para TKW yang
dideportasi dari negara tempatnya bekerja.
Proses penempatan yang tidak benar-benar adanya perlindungan menjadi
menjadi akar jatuhnya 39 citra para TKW terkait pandangan berbagai pandangan yang
tidak normatif. Kesempatan yang diberikan oleh para PJTKI/PPTKI adalah kepalsuan
semata yang didukung oleh pemerintah. Dengan alasan sudah terlanjur tidak ada
pilihan lain, jadi jalani saja. Jika dalam proses bekerjanya TKW ini ada masalah,
maka sulit bagi TKW untuk mengadukan permasalahan yang terjadi. Padahal
PJTKI/PPTKIS menjadi mediator dengan majikannya. Setelah masalah yang tidak
selesaai karena hilangnya mediator, masalah bisa saja tercium oleh publik kemudian
perwakilan pemerintah Indonesia menjadi ‘pahlawan kesiangan’ untuk turut campur
tangan dalam penyelesaian. Hal ini wajar, karena pemerintah melalui BNP2TKI
dibentuklah Crisis Center (CC) untuk mendata permasalahan-permasalahan TKI yang

38

BNP2TKI, 2009. TKI Harus Kuasai Bahasa Asing Senin, 05 Januari 2009
http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231.html?start=6260 diakses pada 25 November 2013
39
Harian Kompas, 2013. PJTKI Adalah Masalah Bukan Solusi. 3 April 2013.
http://nasional.kompas.com/read/2013/04/13/15343711/PJTKI.Adalah.Masalah..Bukan.Solusi
diakses pada 23 November 2013

terjadi40. Dengan mendata permasalahan yang terjadi pemerintah berusaha
menyelesaikan masalah. Tahap terakhir adalah pasca-penempatan dimana para TKW
yang sudah habis masa kontraknya (biasanya 2 tahun) harus melapor kepada
Pengguna Jasa TKI untuk pulang ke Indonesia atau memperpanjang kontrak kerja.
PJTKI/PPTKIS akan mengetahui kepulangan para TKW dari KBBRI yang didalam
proses ini mengurus kepulangan TKW. Namun, kebanyakan dari TKW yang mau
pulang tidak melapor bahkan terhadap mereka yang ingin memperpanjang masa
kontraknya menjadi tenaga kerja ilegal dikarenakan dokumen-dokumen yang dimiliki
TKW sudah kadaluarsa. Oleh karena itu, berbagai negara yang memiliki TKW asal
Indonesia yang bekerja di sektor informal kerapkali pulang karena terkena amnesti.
Selamat proses yang dijalani tepat adanya, maka polemik yang bisa saja
terjadi ditempatnya bekerja menjadi minim. Sebaliknya jika proses yang dijalani tidak
tepat, maka proses tersebut menjadi magnet penarik masalah. Menjadi pekerja
migrasi mempunyai siklus tersendiri terhadap dampak pengangguran dan kesempatan
kerja terkait perekonomian Indonesia. Saling memanfaatkan antara para TKW untuk
perlindunga negara sangat diharapkan, untuk menjadi TKW diperlukan adanya agenagen TKI yang menyediakan kesempatan kerja di luar negeri, selanjutnya pemerintah
membutuhkan tambahan devisa demi pertumbuhan negara Indonesia, melalui
keluarga yang setiap bulannya dapat mengirimkan uang kepada keluarganya
dimanfaatkan untuk kegiatan produktif. Oleh karena itu kebutuhan akan satu dengan
yang lain berhubungan dengan permintaan akan tenaga kerja di pasar dunia jasa
sesuai untuk memanfaatkan para pengangguran Indonesia. Sehingga melalui badanbadan negara maupun berbagai pihak harus melindungi hak dan kewajiban warga
negaranya dilingkungan tempatnya bekerja. Termasuk WNI yang menjadi TKW
bukan di Indonesia. Sebuah pepatah dari Sulawesi Utara “Si Tou Timou Tumou Tou”
(orang hidup untuk menghidupkan orang lain) 41. Hal ini dimaksud dengan manusia
tidak bisa hidup sendiri. Teori yang dikemukan oleh Darwin itu bahwa manusia
adalah makhluk sosial terbukti dengan lingkaran yang menyatakan bahwa agen-agen
penyalur TKW bisa kehilangan pemasukan dari TKW jika tidak ada para
40

BNP2TKI, 2008, Crisis Center Hadir Untuk Tangani Kasus TKI, 31 Desember 2008
http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/790-crisis-center-hadir-untuk-tangani-kasustki.html diakses pada 25 November 2013
41
The Minahasa. www.theminahasa.net diakses pada 4 Januari 2014.

pengangguran dari Indonesia untuk dapat dipekerjakan, sehingga negara bisa
kehilangan salah satu sumber pemasukan devisa.
Upah Sebagai Devisa Negara
Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Kuwait adalah 5 negara tujuan
terbesar TKI menurut data BNP2TKI 2011 dari hasil penelitian 50 negara. Melalui
survei World Bank 2010 yang dikutip oleh investor.com (2011)42 bahwa remitant
migran memberikan sumber daya financial bagi negara-negara berkembang peringkat
kedua setelah FDI termasuk Indonesia. Setiap tahun kurang lebih 6,5 juta pekerja
migran menyumbang devisa kepada negara sekitar Rp 70 triliun (Kompas: 19 Juli
2013). Remitant TKI yang diperoleh Indonesia mencapai Rp. 73 triliun yang dimuat
pada data statistik untuk tahun 2013. Hal ini sangat baik dalam usaha peningkatan
kesejateraan masyarakat dan pembangunan Indonesia. CEIC Data 2011, menyatakan
diantara negara-negara berkembang yang tergabung dala G20 lainnya, Indonesia
berada pada peringkat ke-6 terbesar dan ke-5 tercepat dalam pertumbuhan ekonomi
tercepat didunia.
Bekerja di luar negeri terdengar enak ditelinga. Ditambah lagi dengan
kemampuan seseorang yang bekerja di luar negeri dapat mengirimkan upahnya hasil
bekerja untuk kebutuhan keluarganya di daerah asal. Bekerja di negeri orang pastinya
memiliki suka duka tersendiri. Indonesia sebagai penyetor tenaga kerja paling besar
di Asia pastinya memberikan kontribusi yang sangat besar bagi negara Indonesia.
Dibuktikan dengan jumlah remitan tiap tahun yang masuk di Indonesia semakin
meningkat43. Jika para TKI yang bekerja di Arab Saudi atau sebanyak 1,5 juta TKI
dipulangkan ke Indonesia, maka akan menyumbang 1% pengangguran dari total
angkatan tenaga kerja di Indonesia (Detik, 28 Juni 2011) 44. Sebuah bacaan paradoks
prestasi Indonesia menyatakan tenaga kerja migran bisa menjadi ancaman nasional
dimana pengiriman tenaga kerja dengan berbagai prestasi oleh indonesia menduduki
Susanto Hari, 2011. ‘e ita si, Tetesa Berkah dari Para Pahla a De isa
http://www.investor.co.id/home/remitansi-tetesan-berkah-dari-para-pahlawan-devisa/19365
diakses pada 18 Desember 2013
43
Hindarto Stefanus Yugo, 2013. 6,5 Juta Tenaga Kerja Tersebar di 176 Negara.
http://www.okezone.com/ diakses pada 22 November 2013.
44
Harian Detik. www.detik.com diakses pada 23 November 2013
42

peringkat pertama yang salah satu nya adalah kekuatan ekonomi baru di Asia 45.
Hakekatnya, dalam datastatistik.com menjelaskan bahwa migrasi penduduk
merupakan suatu refleksi yang melihat perbedaan pertumbuhan ekonomi dengan
fasilitas pembangunan antar daerah termasuk antar negara.
Remitan yang dikirim oleh para TKI ini untuk keluarga mereka, biasanya
dimanfaatkan untuk membuka peluang usaha/investasi di desanya masing-masing
(Sutianingsih: 2013) 46. Dengan begitu bisa menjaring pengangguran di daerah asal
TKI. Jika diambil batas terbawah sebanyak 6 juta TKI yang pulang maka akan
menyumbang 4% pengangguran dan mengurangi 70 triliun untuk pendapatan kas
negara dari devisa. Ditambah lagi dengan kehidupan keluarga para migran yang
dulunya mendapat suntikan dana terhenti sehingga bertambah pula masyarakat
dengan pendapatan rendah, tidak mampu membiayai kehidupannya sendiri sampai
bisa menambah kasus kriminalitas di Indonesia. Remitan sebagai objek
seseorang/para TKW dengan keinginan yang besar untuk bisa dimiliki demi kepuasan
diri menjadi sebuah keuntungan terhadap selera pasar oleh para Pengguna Jasa TKI.
Menilik kehidupan yang menceritakan bahwa para TKW disiksa sampai terjadinya
pelecahan seksual oleh majikannya bertahan dengan kehidupan yang seperti
mengartikan bahwa TKW bekerja lebih dengan tubuhnya demi uang. Zaman modern
saat ini bisa mengartikan prostitusi modern. Mengetahui dirinya sudah dilecehkan dan
dengan keluar dari rumah majikannya berarti tidak adalagi uang untuk dapat dikirim
kepada keluarganya. Disisi lain keluarganya sangat membutuhkan kiriman yang
menjadi tumpuan harapan keluarga bisa membeli sekilo beras dari remitan yang
didapati keluarga TKW. Para TLRT ini sudah bekerja melewati jalur yang
semestinya. Alasan PJTKI/PPTKIS bisa saja melindungi pelanggan sehingga
membiarkan hal seperti ini terjadi. Didukung dengan tidak tahunya pemerintah karena
PJTKI/PPTKIS tidak melaporkan hasil monitoring bisa menggeserkan makna-makna
kehidupan yang sepantasnya sehingga banyaknya pelanggaran K3 terjadi. Bekerja
demi mendapatkan upah untuk memenuhi kebutuhan harus dijalankan seirima dengan
norma-norma yang berlaku. Memanfaatkan TKW dalam proses kerjasama yang
45

Hizbut Tahir. 2013. www.hizbut-tahir.or.id diakses pada 23 November 2013
Sutianingsih, 2013, Remitansi dan Kompetensi TK. http://www.investor.co.id/home/remitansi-dankompetensi-tki/72475 15 Oktober 2013, diakses pada 26 November 2013
46

dijalankan oleh PJTKI/PPTKIS, Pengguna Jasa TKI, negara dan berbagai pihak
menjadikan uang dan jasa sebagai alat pertarungan bisnis. Dimana segala sesuatu
memerlukan uang untuk bisa bertahan. Dengan kata lain, untuk bisa hidup menjadi
lebih baik secara ekonomis TKW