PERDA NOMOR 10 TAHUN 2015

WALIKOTA PAYAKUMBUH
PROVINSI SUMATERA BARAT
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
NOMOR 10 TAHUN 2015
TENTANG
LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa setiap orang berhak mendapat jaminan
kesehatan dan berhak mendapatkan perlindungan dari
bahaya penyalahgunaan fungsi lem beserta dampak
yang dapat ditimbulkannya;


b.

bahwa
penyalahgunaan
fungsi
lem
dapat
membahayakan kesehatan bagi pemakainya dan dapat
mengganggu
ketertiban
masyarakat
di
Kota
Payakumbuh;

c.

bahwa untuk mewujudkan kepastian hukum dan
menjaga ketertiban masyarakat dari dampak bahaya
penyalahgunaan fungsi lem, perlu pengaturan yang

diatur tersendiri dalam Peraturan Daerah;

d.

bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Larangan
Penyalahgunaan Fungsi Lem.

: 1.

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945;

2.

Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang

Pembentukan
Daerah Otonom Kota Kecil Dalam
lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970
tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok
dan Payakumbuh ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 19 );

3.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235)
Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 297, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun Nomor 5606);

4.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4697);

5.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);

6.

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);


7.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2015 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8

Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas di
Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran
Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 03)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kota Payakumbuh Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 03
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Dinas di
Lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran
Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2013 Nomor 11);

9

Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 3 Tahun
2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi
Pamong Praja kota Payakumbuh (Lembaran Daerah
Kota Payakumbuh Tahun 2013 Nomor 3).

Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
dan
WALIKOTA PAYAKUMBUH

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN

DAERAH

TENTANG

LARANGAN

PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Payakumbuh.
2. Pemerintah

Daerah


adalah

Walikota

dan

Perangkat

Daerah

Kota

Payakumbuh sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh.
4. Walikota adalah Walikota Payakumbuh.
5. Lem adalah benda cair yang berfungsi untuk merekatkan sesuatu pada
benda lain yang di dalamnya terkandung zat adiktif yang memabukkan.
6. Penyalahgunaan fungsi lem adalah penggunaan lem dengan tujuan untuk
menimbulkan efek mabuk yang dapat menyebabkan ketergantungan

secara fisik maupun psikis.
7. Penyalahguna

Fungsi

Lem

adalah

orang

yang

secara

sengaja

menyalahgunakan fungsi lem dan mengalami ketergantungan, baik secara
fisik


maupun

psikis

untuk

menimbulkan

efek

memabukkan

dan

atau/halusinasi.
8. Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu

untuk


membebaskan

penyalahguna

dari

ketergantungan

penyalahgunaan fungsi lem.
9. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas penyalahguna fungsi
lem

dapat

kembali

melaksanakan

fungsi

sosial

dalam

kehidupan

masyarakat.
10. Rehabilitasi

Alternatif

adalah

suatu

proses

pemulihan

terhadap

penyalahguna fungsi lem selain dari rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial yang dapat berupa menggunakan nilai-nilai keagamaan untuk
rehabilitasi.

11. Anak adalah adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun.
12. Zat Adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi
oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan
ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secara terus menerus yang jika dihentikan dapat
memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat
APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Larangan penyalahgunaan fungsi lem diselenggarakan berdasarkan asas:
a. pengayoman;
b. kepastian hukum;
c. ketertiban;
d. kemanusiaan; dan
e. peran serta.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Larangan penyalahgunaan fungsi lem bertujuan untuk:
a. menciptakan ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat dari
gangguan yang ditimbulkan oleh Penyalahguna Fungsi Lem;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan masyarakat dari tindakan
penyalahgunaan fungsi lem ; dan
c. menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penyalahgunaan
fungsi lem.
BAB III
Wewenang, Tanggungjawab, dan Tugas Pemerintah Daerah
Bagian Kesatu
Wewenang dan Tanggung Jawab
Pasal 4
(1) Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam
mencegah dan memberantas tindakan penyalahgunaan fungsi lem.

(2) Dana penyelenggaraan kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan dalam APBD.
(3) Selain

pendanaan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(2),

sumber

pendanaan larangan penyalahgunaan fungsi lem dapat berasal dari:
a. hibah atau sumbangan; dan/atau
b. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.

Bagian Kedua
Tugas
Pasal 5
Dalam melaksanakan pelarangan penyalahgunaan fungsi lem, Pemerintah
Daerah mempunyai tugas untuk:
a. mencegah dan memberantas penyalahgunaan fungsi lem;
b. memberdayakan masyarakat dalam program pencegahan penyalahgunaan
fungsi lem;
c. melaksanakan

sosialisasi

dan

penyadaran

terhadap

bahaya

penyalahgunaan fungsi lem; dan
d. menyediakan sarana dan prasarana rehabilitasi bagi Penyalahguna Fungsi
Lem.
BAB IV
LARANGAN
Pasal 6
Setiap orang dilarang:
a. secara sengaja menggunakan, menghirup dan/atau mengisap lem untuk
mendapatkan

dan/atau

menimbulkan

efek

memabukkan

dan

atau/halusinasi;
b. menyediakan sarana atau prasarana untuk kegiatan menghirup atau
mengisap lem.
BAB V
REHABILITASI
Pasal 7
(1) Penyalahguna Fungsi Lem berhak mendapatkan rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial dan atau/rehabilitasi alternatif sesuai dengan standar
operasional prosedur masing-masing satuan kerja perangkat daerah
terkait.
(2) Tata cara rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 8
(1) Orang tua atau wali dari Penyalahguna Fungsi Lem yang belum cukup
umur melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit,
dan/atau lembaga rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan atau/
rehabilitasi alternatif yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial dan atau/ rehabilitasi alternatif.
(2) Penyalahguna fungsi lem yang sudah cukup umur melaporkan diri atau
dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah
sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan atau/
rehabilitasi alternatif yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial dan atau/rehabilitasi alternatif.
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 9
(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan
serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan fungsi
lem.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan
dalam bentuk :
a. memberikan

informasi

adanya

dugaan

telah

terjadi

tindakan

penyalahgunaan fungsi lem kepada aparat penegak hukum.
b. melaporkan kepada pejabat yang berwenang jika mengetahui adanya
kegiatan penyalahgunaan fungsi lem.
c. menjadi saksi dalam proses penegakan Peraturan Daerah ini.
(3) Dalam melaksanakan peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
masyarakat wajib memperoleh perlindungan hukum pada saat yang
bersangkutan melaksanakan peran sertanya atau diminta hadir dalam
proses peradilan.
BAB VII
PENYIDIKAN
Pasal 10
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang kegiatan penyalahgunaan fungsi lem.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh

pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan pelanggaran/tindak pidana di bidang
kegiatan penyalahgunaan fungsi lem, agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan pelanggaran/tindak pidana dimaksud;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan
sehubungan dengan pelanggaran/tindak pidana dimaksud;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
pelanggaran/tindak pidana dimaksud;
e. melakukan

penggeledahan

pembukuan,

pencatatan,

untuk
dan

mendapatkan

dokumen

lain,

bahan

serta

bukti

melakukan

penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f.

meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dimaksud;

g. menyuruh

berhenti

dan/atau

melarang

seseorang

meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana yang
disangkakan;
i.

memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;

j.

menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut

Umum

melalui

Penyidik

Pejabat

Polisi

Negara

Republik

Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 11
(1) Bagi siswa yang melakukan penyalahgunaan fungsi lem dilakukan
pembinaan oleh sekolah yang bersangkutan dan diberikan sanksi sesuai
dengan peraturan yang berlaku sekolah.

(2) Bagi anak usia sekolah yang tidak bersekolah diberikan pembinaan
berupa peringatan kesatu sampai dengan ketiga dan membuat surat
pernyataan.
(3) Apabila

setelah

peringatan

ketiga

yang

bersangkutan

masih

menyalahgunakan fungsi lem maka anak tersebut dikenakan ketentuan
Pidana sesuai dengan Peraturan Daerah ini.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 12
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah

ini

dengan

penempatannya

dalam

Lembaran

Daerah

Kota

Payakumbuh.

Ditetapkan di Payakumbuh
pada tanggal 17 November 2015
WALIKOTA PAYAKUMBUH,
dto
RIZA FALEPI
Diundangkan di Payakumbuh
pada tanggal 17 November 2015
SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH,

dto
BENNI WARLIS
LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2015 NOMOR 10
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA
BARAT : (10/2015)

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH
NOMOR 10 TAHUN 2015
TENTANG
LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

I. UMUM
Penyalahgunaan fungsi lem merupakan ancaman yang sangat nyata di
dalam kehidupan bermasyarakat. Ancaman ini sudah merasuki sendi-sendi
kehidupan masyarakat dan bahkan sudah menjadi gaya hidup di sebagian
kalangan masyarakat.
Perilaku penyalahgunaan fungsi lem adalah salah satu persoalan yang
mulai menjangkiti generasi muda terutama generasi muda dalam usia
sekolah. Lem yang semestinya digunakan untuk merekatkan sesuatu
benda tetapi dialihkan sebagai media untuk mabuk-mabukan.
Banyak faktor penyebab mereka menyalahgunakan fungsi lem, antara
lain:
a. Faktor kurangnya peranan dan pengawasan keluarga
b. Gaya pergaulan yang salah
Sesungguhnya penyalahgunaan fungsi lem dapat berakibat fatal bagi
para penggunanya. Di dalam lem yang mereka gunakan terdapat salah satu
zat kimia yang apabila dihirup melalui hidung akan dapat mengakibatkan
kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ tubuh lainnya seperti paruparu, jantung dan juga hati. Disamping itu, penyalahgunaan fungsi lem
juga akan memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat, terjadinya
proses perubahan berpikir,hilangnya kontrol diri dan bahkan dapat
berujung pada kematian.
Penyalahgunaan fungsi lem tentunya harus disikapi dan ditanggulangi
oleh Pemerintah Kota Payakumbuh, jika dibiarkan akan menimbulkan
kerawanan sosial dan akan mengancam ketertiban kehidupan masyarakat.
Dengan demikian keberadaan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh tentang
Penyalahgunaan Fungsi Lem menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintah Kota Payakumbuh melalui
Bagian Hukum berinisiatif mendorong terbentuknya Rancangan Peraturan
Daerah tentang Penyalahgunaan Fungsi Lem.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a
Asas Pengayoman adalah asas yang berfungsi untuk memberikan
perlindungan dan ketentraman kepada masyarakat
Huruf b
Asas Kepastian Hukum adalah untuk menciptakan dan menjamin
kepastian hukum ditengah-tengah masyarakat
Huruf c
Asas Ketertiban adalah untuk menciptakan ketertiban dalam
penegakan hukum bagi masyarakat
Huruf d
Asas
Kemanusiaan
mencerminkan
perlindungan
dan
penghormatan Hak Azazi Manusia serta harkat dan martabat setiap
warga Negara
Huruf e
Asas Peran Serta adalah bahwa setiap masyarakat memiliki
perananan dalam penegakan dan melindungi masyarakat dalam
penyalahgunaan fungsi lem
Pasal 3
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Keaktifan orang tua atau wali penyalahguna melaporkan kepada
instansi berwenang terhadap penyalahgunaan fungsi lem dilindungi oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (2)
Keaktifan Penyalahguna fungsi lem dalam melaporkan diri atau
dilaporkan oleh keluarganya kepada instansi yang berwenang dilindungi
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 5