upaya penanggulangan hiv paska perpres 124 tahun 2016

Yayasan Vesta Indonesia, 28 Februari 2017



PerPres 75 /2006 vs PerPres 124 /2016
 Peran KPAN ,dan Kab/Kota
 Kewenangan KPA paska PerPres 124/
2016
 Rekomendasi
 Penutup

PERPRES 75/2006

PERPRES 124/ 2016






1.

2.

Sekretariat KPAN ditunjuk
Nama langsung bukan
institusi lembaga
Turunan Kebijakan:
Permendagri no 20/2007
PermenKoKesra no 2
/2007





Ditunjuk Jabatan dari
Institusi/Lembaga
Sekretariat KPAN sudah di
tiadakan masuk dalam
Dirjen P2P Kementrian
Kesehatan

Semua kebijakan
turunannya gugur, karena
Pasal 17 B masih multi
tafsir





1. Menginisiasi penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Nasional
Penanggulangan AIDS (SRAN) 2010-2014 dan 2015-2019. SRAN adalah
panduan program penanggulangan AIDS nasional yang disusun setiap 5
tahun, dan menjadi acuan pelaksanaan program penanggulangan AIDS
baik di tingkat nasional maupun di daerah oleh seluruh sektor terkait.
2. Menjembatani penerima manfaat (LSM, Komunitas Odha, Jaringan
populasi kunci) dengan pemangku kebijakan (Kementerian/Lembaga,
Instansi pemerintah terkait lainnya) dengan memastikan bahwa seluruh
aspirasi akar rumput terakomodir di tingkat pemangku dan pembuat
kebijakan, guna mendorong percepatan program penanggulangan AIDS,
yang berdampak pada penurunan epidemi HIV di Indonesia. Salah satu

hal yang sangat menarik adalah Kelembagaan KPA menjamin peran
komunitas populasi kunci untuk betul-betul terlibat dalam pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS, dimana di tingkat nasional diatur oleh
Perpres nomor 75 tahun 2006 dan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
diatur dengan Permendagri nomor 20 tahun 2007, yang kemudian juga
mengatur pemberdayaan masyarakat.





Selain hal tersebut, di Indonesia telah terbentuk
WPA yang aktif di seluruh provinsi sebanyak
1.313. Sebagian kegiatan WPA tsb sudah dibiayai
oleh APBD termasuk Dana Desa.
3. Memimpin upaya penanggulangan AIDS di
Indonesia, melalui fungsi koordinasi dan
fasilitasi dengan melaksanakan pertemuan
koordinasi tim pelaksana KPAN secara rutin,
untuk memastikan program dilaksanakan secara

terkoordinasi dan terarah serta tepat sasaran.



4. Mendorong terbitnya berbagai kebijakan terkait
penanggulangan AIDS melalui berbagai
kementerian/lembaga. Kebijakan HIV berkembang
pesat sejak 2006 sampai dengan 2016. Tidak hanya
dari segi jumlah, namun juga substansi isi kebijakan,
dimana dewasa ini dapat dikatakan isinya sudah
cukup komprehensif. Perkembangan ini terjadi mulai
dari tingkat nasional sampai kabupaten dan kota
 5. Mendorong mobilisasi pendanaan untuk menutupi
kekurangan pendanaan penanggulangan AIDS di
Indonesia yang dilakukan oleh kementerian/lembaga,
LSM, mitra internasional, organisasi masyarakat sipil
dan jaringan populasi kunci.

.






Hasil analisis data NASA menunjukkan bahwa dalam delapan
tahun terakhir (2006-2014) telah terjadi peningkatan jumlah dana
program penanggulangan HIV/AIDS secara nasional sebesar 88%
yaitu dari 57 juta USD tahun 2006 menjadi 107 juta USD tahun
2014. Peran dana domestik meningkat dari 27% pada tahun 2006
menjadi 57% pada tahun 2014. Sekalipun peran dana domestik
telah meningkat, pendanaan program HIV/AIDS masih banyak
bergantung pada dana internasional, yaitu sebesar 43%.
6. Mendorong terbentuknya kemitraan strategis dengan mitra
internasional, jaringan populasi kunci, LSM dan sektor swasta,
baik di tingkat nasional maupun di daerah. Sehingga banyak
daerah yang telah berhasil mengintegrasikan pendanaan
penanggulangan HIV & AIDS menjadi bagian dari K3 (kesehatan
dan keselamatan Kerja) dan juga CSR (Corporate Social &
Responcibility).






7. Menginisiasi terbitnya Permendagri No.20/2007 tentang
Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan
Pemberdayaan Masyarakat dalam rangka penanggulangan HIV
dan AIDS di daerah.
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Kabupaten/Kota
dibentuk melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 20 tahun
2007. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) diketuai oleh
Gubernur, dan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/ Kota
(KPA K/K) diketuai oleh Bupati atau Walikota. KPAP dan KPA K/K
mempunyai tugas menetapkan kebijakan, strategi dan langkahlangkah yang diperlukan untuk penanggulangan AIDS di wilayah
kerja masing-masing daerah sesuai kebijakan, strategi dan
pedoman yang ditetapkan oleh KPAN. KPAP dan KPA K/K
melaporkan secara berkala pelaksanaan tugasnya kepada KPAN.




8. Memfasilitasi terbentuknya KPA di tingkat
provinsi/kabupaten/kota dan secara rutin
melakukan pembinaan serta memberikan
dukungan pendanaan untuk berjalannya fungsi
operasional kesekretariatan. Dukungan baik
dalam dan luar negeri yang disalurkan melalui
KPAN dimanfaatkan untuk perluasan KPA di
tingkat provinsi/kabupaten/kota dan mendorong
percepatan dan perluasan cakupan program
penanggulangan AIDS di Indonesia, serta
dukungan melalui jaringan populasi kunci.





Seperti Keputusan Presiden 36/1994. Tujuan
dasar dibentuknya KPAN ini adalah untuk
meningkatkan upaya pencegahan,
pengendalian dan penanggulangan AIDS.


upaya penanggulangan terbatas di sektor
kesehatan,
 Fungsi KPA sebagai korodinator akan beralih
pada administrator saja



Pembuatan PerPres tanpa melibatan KPAP
dan Populasi kunci lainnya
 Anggaran Penanggulangan tidak hanya dari
sektor kesehatan saja
 Keterlibatan stake holder lain akan
terhambat saat kebijakan berubah



Mendorong Pemerintah dalam Upaya
Penanggulangan tetap harus dilakukan
dengan memperkuat KPAN, KPAP, dan KPAK

 Mendorong Pemerintah meninjau kembali (
eksekutif Review PerPres
124/2016,khususnya pasal 17 B
 Mendorong Pemerintah meningkatkan
Anggaran APBD,APBD I ,APBD II dalam
upaya preventif dan promotif yang bisa
diakses oleh masya,populasi kunci,dll



Melibatkan Masyarakat sipil tanpa kecuali
dalam upaya penanggulangan

TERIMA KASIH