11e552af2fa59674be9b303934363437

BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.1237, 2014

KEMENKEU. Pemeriksa Bea dan Cukai. Jabatan
Fungsional. Angka Kredit. Petunjuk Teknis.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 184/PMK.04/2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA DAN CUKAI
DAN ANGKA KREDITNYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: a.

bahwa
berdasarkan

Keputusan
Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 32 Tahun
2003 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea Dan
Cukai Dan Angka Kreditnya sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 18
Tahun 2013 telah dibentuk Jabatan Fungsional
Pemeriksa Bea dan Cukai;

b.

bahwa dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
149/KMK.01/2004 dan Nomor 15 Tahun 2004 telah
ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Pemeriksa Bea Dan Cukai Dan Angka Kreditnya;

c.


bahwa sehubungan dengan huruf a dan huruf b serta
dalam rangka pembinaan profesi dan karier dalam
Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea
Dan Cukai Dan Angka Kreditnya;

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

Mengingat

2

: 1.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5121);

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000
tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4019);

3.

Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

Nomor 1997 Tahun 2012;

4.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.01/2009
tentang Pola Mutasi Jabatan Karier Di Lingkungan
Departemen Keuangan;

5.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.01/2014
tentang Pedoman Pembentukan Dan Penggunaan
Jabatan
Fungsional
Tertentu
Di
Lingkungan
Kementerian Keuangan;
MEMUTUSKAN:


Menetapkan

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK
TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA DAN
CUKAI DAN ANGKA KREDITNYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.

Pemeriksa Bea dan Cukai adalah Pegawai Negeri Sipil yang secara
fungsional diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pemeriksaan bea dan cukai, pencegahan pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan penyidikan tindak pidana di bidang
kepabeanan dan cukai. Jenjang Jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai
yang selanjutnya disebut Jenjang Jabatan adalah hirarki jabatan


www.peraturan.go.id

3

2014, No.1237

Pemeriksa Bea dan Cukai yang mencerminkan pembagian tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan
pemeriksaan Bea dan Cukai, pencegahan pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan penyidikan tindak pidana di bidang
kepabeanan dan cukai.
2.

Pemeriksa Bea dan Cukai Tingkat Terampil adalah Pemeriksa Bea dan
Cukai yang mempunyai kualifikasi teknis yang pelaksanaan tugas dan
fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis dan
prosedur kerja di bidang kepabeanan dan cukai.

3.


Pemeriksa Bea dan Cukai Tingkat Ahli adalah Pemeriksa Bea dan
Cukai yang mempunyai kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas
dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan,
metodologi, dan teknik analisis di bidang kepabeanan dan cukai.

4.

Tugas Limpah adalah pelaksanaan tugas Pemeriksa Bea dan Cukai
satu tingkat di atas atau satu tingkat di bawah jenjang jabatan yang
seharusnya.

5.

Unsur Kegiatan adalah kelompok kegiatan dalam Jabatan Fungsional
Pemeriksa Bea dan Cukai yang diperhitungkan dalam angka kredit
sebagai salah satu bahan pertimbangan kenaikan pangkat dan/atau
jabatan.

6.


Sub Unsur Kegiatan adalah bagian dari unsur kegiatan dalam Jabatan
Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai.

7.

Tim Penilai Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai yang
selanjutnya disebut Tim Penilai adalah Tim Penilai yang dibentuk dan
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan bertugas untuk menilai
prestasi kerja Pemeriksa Bea dan Cukai.

8.

Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau
akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang
Pemeriksa Bea dan Cukai dan digunakan sebagai salah satu syarat
untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dan/atau jabatan.

9.

Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.


10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
11. Badan Pertimbangan Jabatan Fungsional adalah badan yang
mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Menteri atau
pejabat yang ditunjuk mengenai
pengangkatan pertama,
pengangkatan perpindahan, kenaikan jabatan, penyesuaian dalam
jabatan,
pembebasan
sementara,
pengangkatan
kembali,
pemberhentian jabatan, dan pemindahan wilayah kerja dalam jabatan
fungsional di lingkungan Kementerian Keuangan.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

4


12. Unsur Teknis adalah pejabat/pegawai Bea dan Cukai yang tugas dan
fungsinya secara teknis terkait dengan Unsur Kegiatan Pemeriksaan
Bea dan Cukai serta Pencegahan dan Penyidikan.
13. Unsur Kepegawaian adalah pejabat/pegawai Bea dan Cukai pada unit
kepegawaian di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
Kantor Wilayah Bea dan Cukai, atau Kantor Pelayanan Utama Bea dan
Cukai.
BAB II
JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
BEA DAN CUKAI
Pasal 2
(1) Jenjang Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai terdiri atas:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai Tingkat Terampil; dan
b. Pemeriksa Bea dan Cukai Tingkat Ahli.
(2) Pemeriksa Bea dan Cukai Tingkat Terampil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana;
b. Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana Lanjutan; dan
c. Pemeriksa Bea dan Cukai Penyelia.

(3) Pemeriksa Bea dan Cukai Tingkat Ahli sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai Pertama;
b. Pemeriksa Bea dan Cukai Muda; dan
c. Pemeriksa Bea dan Cukai Madya.
BAB III
UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA DAN CUKAI
Pasal 3
Unsur kegiatan dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai
terdiri atas:
1. Unsur Utama Kegiatan Pemeriksa Bea dan Cukai yang meliputi:
a. pendidikan;
b. pemeriksaan bea dan cukai;
c. pencegahan dan penyidikan; dan
d. pengembangan profesi.
2. Unsur Penunjang Kegiatan Pemeriksa Bea dan Cukai.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

5

Pasal 4
(1) Unsur kegiatan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 1 huruf a terdiri atas sub unsur:
a.

mengikuti pendidikan formal dan memperoleh ijazah/gelar; dan

b.

mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
kepabeanan dan cukai serta memperoleh surat tanda tamat
pendidikan dan pelatihan.

(2) Unsur kegiatan pemeriksaan bea dan cukai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 1 huruf b terdiri atas sub unsur:
a.

penerimaan dokumen;

b.

penelitian dokumen;

c.

pemeriksaan barang;

d.

pemeriksaan badan;

e.

pemeriksaan sarana pengangkut;

f.

pemeriksaan bangunan dan instalasi;

g.

verifikasi dokumen; dan

h.

audit kepabeanan dan cukai.

(3) Unsur kegiatan pencegahan dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 1 huruf c terdiri atas sub unsur:
a.

pengolahan informasi;

b.

pelaksanaan patroli; dan

c.

pelaksanaan penyidikan.

(4) Unsur kegiatan pengembangan profesi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 1 huruf d terdiri atas sub unsur:
a.

pembuatan karya tulis
kepabeanan dan cukai;

dan/atau

karya

ilmiah

di

bidang

b.

perumusan pedoman pengembangan sistem kepabeanan dan
cukai; dan

c.

penerjemahan/penyaduran buku atau karya ilmiah di bidang
kepabeanan dan cukai.

(5) Unsur Penunjang Kegiatan Pemeriksa Bea dan Cukai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 2 terdiri atas sub unsur:
a.

pengajar/pelatih di bidang kepabeanan dan cukai;

b.

peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi;

c.

keanggotaan dalam organisasi profesi;

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

6

d.

keanggotaan dalam Tim Penilai;

e.

perolehan piagam kehormatan; dan

f.

perolehan gelar kesarjanaan lainnya.

Pasal 5
(1) Rincian butir kegiatan masing-masing unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digunakan sebagai bahan pertimbangan usulan
penetapan angka kredit bagi Pemeriksa Bea dan Cukai.
BAB IV
KENAIKAN JENJANG JABATAN DAN/ATAU PANGKAT
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA DAN CUKAI
Pasal 6
(1) Pemeriksa Bea dan Cukai dapat diberikan kenaikan Jenjang Jabatan
berupa:
a.

kenaikan Jenjang Jabatan setingkat lebih tinggi; atau

b.

kenaikan Jenjang Jabatan dari tingkat terampil ke tingkat ahli.

(2) Pemeriksa Bea dan Cukai yang naik Jenjang Jabatan setingkat lebih
tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus terlebih
dahulu mengikuti dan lulus uji kompetensi.
(3) Pemeriksa Bea dan Cukai yang naik Jenjang Jabatan dari tingkat
terampil ke tingkat ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
harus terlebih dahulu mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan
penjenjangan.
(4) Kenaikan Jenjang Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dipertimbangkan apabila :
a.

paling kurang telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;

b.

memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan
setingkat lebih tinggi; dan

c.

setiap unsur penilaian prestasi kerja atau Pelaksanaan Pekerjaan
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, atau Sasaran
Kerja Pegawai sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.

Pasal 7
(1) Pemeriksa Bea dan Cukai dapat diberikan kenaikan pangkat berupa:

www.peraturan.go.id

7

2014, No.1237

a.

kenaikan pangkat dalam Jenjang Jabatan yang sama; atau

b.

kenaikan pangkat dalam Jenjang Jabatan setingkat lebih tinggi.

(2) Pemeriksa Bea dan Cukai yang akan naik pangkat dalam Jenjang
Jabatan setingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b harus terlebih dahulu mendapatkan surat keputusan
kenaikan jenjang jabatan fungsional dari pejabat yang berwenang.
(3) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dipertimbangkan apabila:
a.

paling kurang telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;

b.

memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi; dan

c.

setiap unsur penilaian prestasi kerja atau Pelaksanaan Pekerjaan
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, atau Sasaran
Kerja Pegawai sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.
Pasal 8

Tata cara pengusulan kenaikan Jenjang Jabatan dan pangkat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
BAB V
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN KOMPETENSI
Pasal 9
(1) Pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan
Cukai terdiri atas:
a.

pendidikan
dan
pelatihan
yang
diperuntukkan
sebagai
persyaratan dalam pengangkatan pertama kali ke dalam Jabatan
Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai, kecuali dalam masa
penyesuaian/inpassing; dan

b.

pendidikan
dan
pelatihan
yang
diperuntukkan
sebagai
persyaratan dalam perpindahan jenjang jabatan dari tingkat
terampil ke tingkat ahli.

(2) Pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan
Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh unit
yang menangani pendidikan dan pelatihan di lingkungan Kementerian
Keuangan.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

(1)

(2)

(3)

(4)

8

Pasal 10
Pemeriksa Bea dan Cukai yang melaksanakan setiap sub unsur
kegiatan harus memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan
untuk masing-masing jenjang jabatan.
Pemenuhan standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan uji kompetensi melalui:
a. wawancara;
b. uji tertulis; dan/atau
c. cara lainnya.
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :
a. Uji kompetensi yang diperuntukkan sebagai persyaratan dalam
pengangkatan pertama kali ke dalam Jabatan Fungsional
Pemeriksa Bea dan Cukai, dalam masa penyesuaian /inpassing;
b. Uji kompetensi yang diperuntukan sebagai persyaratan bagi
Pemeriksa Bea dan Cukai yang akan naik jenjang jabatan
setingkat lebih tinggi.
Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan
oleh Direktorat Jendereal Bea dan Cukai.
BAB VI
TUGAS LIMPAH

Pasal 11
(1) Pemeriksa Bea dan Cukai dapat melaksanakan Tugas Limpah
berdasarkan penugasan tertulis dari pimpinan unit kerja yang
bersangkutan untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam butir kegiatan yang tercantum dalam Lampiran I, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Tugas Limpah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam hal:
a. tidak terdapat Pemeriksa Bea dan Cukai yang sesuai dengan
jenjang jabatannya; atau
b. jumlah Pemeriksa Bea dan Cukai yang sesuai jenjang jabatannya
tidak mencukupi.
BAB VII
ANGKA KREDIT DAN PEJABAT YANG BERWENANG
MENETAPKAN ANGKA KREDIT
Pasal 12
Penilaian dan penetapan angka kredit merupakan salah satu syarat
kenaikan pangkat dan/atau jenjang Jabatan fungsional Pemeriksa Bea dan
Cukai.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

9

Pasal 13
Tata cara pengajuan usulan dan penetapan angka kredit Pemeriksa Bea
dan Cukai tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
(1) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit bagi Pemeriksa Bea
dan Cukai terdiri dari:
a.

Pejabat yang berwenang di lingkungan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai; dan

b.

Pejabat yang berwenang di lingkungan Kantor Wilayah atau
Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

(2) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit bagi Pemeriksa Bea
dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sebagai
berikut:
a.

Direktur Jenderal bagi Pemeriksa Bea dan Cukai Madya.

b.

Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bagi:
1)

Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana
Pemeriksa Bea dan Cukai Penyelia; dan

sampai

dengan

2)

Pemeriksa Bea dan Cukai Pertama sampai dengan Pemeriksa
Bea dan Cukai Muda,

(3) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit bagi Pemeriksa Bea
dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sebagai
berikut:
a.

Direktur Jenderal bagi Pemeriksa Bea dan Cukai Madya.

b.

Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bagi:
1)

Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana
Pemeriksa Bea dan Cukai Penyelia; dan

sampai

dengan

2)

Pemeriksa Bea dan Cukai Pertama sampai dengan Pemeriksa
Bea dan Cukai Muda.
BAB VIII
TIM PENILAI
Pasal 15

(1) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dibantu oleh Tim
Penilai.
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

10

a.

Tim Penilai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bagi Direktur
Jenderal yang selanjutnya disebut Tim Penilai Direktorat
Jenderal.

b.

Tim Penilai Sekretariat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bagi
Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang selanjutnya
disebut Tim Penilai Sekretariat.

c.

Tim Penilai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
bagi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
yang selanjutnya disebut Tim Penilai Wilayah.

d.

Tim Penilai Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai bagi Kepala Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai yang selanjutnya disebut Tim Penilai Pelayanan
Utama.

(3) Pembentukan dan susunan keanggotaan Tim Penilai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:
a.

Direktur Jenderal untuk Tim Penilai Direktorat Jenderal;

b.

Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Tim Penilai
Sekretariat;

c.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
Tim Penilai Wilayah; dan

d.

Kepala Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai bagi Tim Penilai Pelayanan Utama.
Pasal 16

(1) Tim Penilai terdiri dari:
a.

Pemeriksa Bea dan Cukai,

b.

Unsur Teknis, dan

c.

Unsur Kepegawaian;

(2) Susunan keanggotaan Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari:
a.

1 (satu) ketua merangkap anggota;

b.

1 (satu) wakil ketua merangkap anggota;

c.

1 (satu) sekretaris merangkap anggota; dan

d.

anggota yang berjumlah paling kurang 4 (empat) anggota.

(3) Syarat pengangkatan menjadi anggota Tim Penilai sebagai berikut:
a.

memiliki jabatan dan pangkat paling rendah sama dengan jabatan
dan pangkat Pemeriksa Bea dan Cukai yang dinilai;

www.peraturan.go.id

11

2014, No.1237

b.

mempunyai kompetensi untuk menilai prestasi kerja Pemeriksa
Bea dan Cukai; dan

c.

aktif melakukan penilaian.

(4) Masa kerja Tim Penilai selama 3 (tiga) tahun.
(5) Dalam hal Tim Penilai Wilayah atau Tim Penilai Pelayanan Utama
belum dapat dibentuk karena ketentuan anggota Tim Penilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi, penilaian
angka kredit Pemeriksa Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Wilayah
atau Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
dapat dilakukan oleh Tim Penilai Direktorat Jenderal, Tim Penilai
Sekretariat, Tim Penilai Wilayah atau Tim Penilai Pelayanan Utama
yang terdekat.
(6) Pemeriksa Bea dan Cukai dan Pejabat lain yang telah menjadi anggota
Tim Penilai dalam 2 (dua) masa jabatan berturut-turut, dapat diangkat
kembali setelah melampaui tenggat waktu 1 (satu) masa jabatan.
(7) Dalam hal anggota, wakil ketua, dan sekretaris Tim Penilai ikut dinilai,
anggota, wakil ketua, dan sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan
untuk sementara tidak terlibat melakukan penilaian.
(8) Dalam hal Ketua Tim Penilai ikut dinilai, Ketua Tim yang
bersangkutan untuk sementara tidak terlibat melakukan penilaian
dan Ketua Tim Penilai dapat menunjuk Ketua pengganti sementara
yang berasal dari anggota Tim.
Pasal 17
Tata kerja dan tata cara penilaian Tim Penilai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 dan Pasal 16 tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB IX
SEKRETARIAT TIM PENILAI
Pasal 18
(1) Untuk membantu pelaksanaan tugas Tim Penilai dapat dibentuk
Sekretariat Tim Penilai, yang dipimpin oleh pejabat yang tugas dan
fungsinya di bidang kepegawaian
(2) Sekretariat Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
dan ditetapkan dengan keputusan Pejabat yang berwenang
menetapkan angka kredit.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

12

BAB X
PENGANGKATAN DALAM JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA DARI
JABATAN, PENGANGKATAN KEMBALI DALAM JABATAN, DAN
PEMBERHENTIAN
DARI JABATAN
Pasal 20
Menteri selaku pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain yang
ditunjuk menetapkan:
a.

pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai

b.

pembebasan sementara dari Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan
Cukai,

c.

pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan
Cukai, dan

d.

pemberhentian dari Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai.
Pasal 21

Pemeriksa Bea dan Cukai dibebaskan sementara dari jabatannya apabila:
a.

tidak dapat mengumpulkan angka kredit sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan mengenai Jabatan Fungsional
Pemeriksa Bea dan Cukai dan Angka Kreditnya;

b.

dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa
penurunan pangkat;

c.

diberhentikan sementara dari Pegawai Negeri Sipil;

d.

ditugaskan secara penuh di luar Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea
dan Cukai;

e.

menjalani cuti di luar tanggungan negara; atau

f.

menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.

Pasal 22
(1) Pemeriksa Bea dan Cukai yang dibebaskan sementara dari jabatannya
dapat diangkat kembali ke dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea
dan Cukai.
(2) Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan
Cukai sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat menggunakan angka
kredit terakhir yang dimilikinya dan dari prestasi di bidang
kepabeanan dan cukai yang diperoleh selama tidak menduduki
Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai.
Pasal 23
Pemeriksa Bea dan Cukai diberhentikan dari jabatannya apabila:

www.peraturan.go.id

13

2014, No.1237

a.

setelah dibebaskan sementara dari jabatannya tidak dapat memenuhi
ketentuan angka kredit sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea
dan Cukai dan Angka Kreditnya; atau

b.

dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah memiliki kekuatan
hukum yang tetap kecuali hukuman disiplin penurunan pangkat.
Pasal 24

Tata cara pengangkatan dalam jabatan, pembebasan sementara dari
jabatan, pengangkatan kembali dalam jabatan, dan pemberhentian dari
jabatan tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB XI
PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 25
(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam Jabatan
Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai atau perpindahan antar jabatan
dapat dipertimbangkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.

memenuhi syarat pengangkatan dalam jabatan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai
Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai dan Angka
Kreditnya;

b.

memiliki pengalaman di bidang kepabeanan dan cukai paling
kurang 2 (dua) tahun;

c.

batas usia paling tinggi 5 (lima) tahun sebelum usia pensiun; dan

d.

setiap unsur Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan, atau
Sasaran Kerja Pegawai paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.

(2) Pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan
Pemeriksa Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sama
dengan pangkat yang dimilikinya.
(3) Jenjang Jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai bagi Pegawai Negeri Sipil
yang pindah antar jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan penetapan angka kredit yang berasal dari
kegiatan unsur utama.
(4) Bagi Pemeriksa Bea dan Cukai yang memiliki pangkat/golongan ruang
lebih tinggi dari jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai yang diperolehnya
karena perpindahan jabatan, dapat mengajukan kenaikan jabatan
satu tingkat lebih tinggi setelah satu tahun dalam jabatannya yang
baru dan memenuhi angka kredit yang diperlukan untuk kenaikan
jabatan

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

14

BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai bukti pendukung pelaksanaan butir
kegiatan, Pendidikan dan Pelatihan, Uji Kompetensi, Tugas Limpah, serta
waktu penilaian dan penetapan angka kredit dari masing-masing sub
unsur kegiatan, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 September 2014
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
MUHAMAD CHATIB BASRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 September 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN

www.peraturan.go.id

15

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

16

www.peraturan.go.id

17

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

18

www.peraturan.go.id

19

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

20

www.peraturan.go.id

21

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

22

www.peraturan.go.id

23

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

24

www.peraturan.go.id

25

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

26

www.peraturan.go.id

27

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

28

www.peraturan.go.id

29

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

30

www.peraturan.go.id

31

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

32

www.peraturan.go.id

33

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

34

www.peraturan.go.id

35

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

36

www.peraturan.go.id

37

2014, No.1237

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

38

www.peraturan.go.id

39

2014, No.1237

LAMPIRAN II
PERATURAN
MENTERI
KEUANGAN
NOMOR
184/PMK.04/2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JABATAN
FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA
DAN
CUKAI
DAN
ANGKA
KREDITNYA

TATA CARA PENGAJUAN USULAN KENAIKAN JENJANG JABATAN DAN
PANGKAT PEMERIKSA BEA DAN CUKAI
A. Tata Cara Pengajuan Usulan Kenaikan Jenjang Jabatan Pemeriksa
Bea dan Cukai:
1. Atasan langsung Pemeriksa Bea dan Cukai menerima Penetapan
Angka Kredit (PAK) Pemeriksa Bea dan Cukai yang angka kreditnya
sudah memenuhi untuk naik jenjang jabatan, untuk disampaikan
kepada unit kepegawaian pada unit kerja Pemeriksa Bea dan
Cukai yang bersangkutan.
2. Berdasarkan PAK tersebut, unit kepegawaian pada unit kerja
Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan memeriksa
pemenuhan:
a. masa kerja jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai yang
dipertimbangkan naik pangkat sekurang-kurangnya telah 1
(satu) tahun dalam jabatan terakhir;
b. Angka Kredit yang ditentukan untuk kenaikan jenjang jabatan
setingkat lebih tinggi; dan
c. nilai Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) atau
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Pemeriksa Bea dan Cukai dalam 1
(satu) tahun terakhir minimal setiap unsur sekurangkurangnya bernilai baik.
3. Dalam hal persyaratan sebagaimana pada angka 2 telah dipenuhi,
unit kepegawaian pada unit kerja Pemeriksa Bea dan Cukai yang
bersangkutan mengajukan usulan kenaikan jenjang jabatan secara
hirarki kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk dilengkapi
dengan:
a. fotocopy PAK;
b. fotocopy Surat Keputusan Kenaikan Jenjang Jabatan terakhir;

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

40

c. fotocopy Surat Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
d. fotocopy DP3/SKP dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan/atau
e. foto copy bukti telah mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan penjenjangan (tanda tamat pendidikan dan pelatihan)
atau uji kompetensi yang dipersyaratkan.
4. Menteri atau pejabat yang ditunjuk menerima dan meneliti berkas
usulan kenaikan jenjang jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai.
5. Dalam hal diperlukan, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat
meminta pertimbangan Badan Pertimbangan Jabatan Fungsional
mengenai kenaikan jenjang jabatan Pemeriksa Bea dan Cukai.
6. Menteri atau pejabat yang ditunjuk menandatangani dan
menerbitkan Surat Keputusan Kenaikan Jenjang Jabatan, dan
menyampaikan petikan kepada Pemeriksa Bea dan Cukai yang
bersangkutan serta salinan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal,
atasan langsung Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan dan
pejabat lain yang dipandang perlu.
B. Tata Cara Pengajuan Usulan Kenaikan Pangkat Pemeriksa Bea dan
Cukai:
1. Atasan langsung Pemeriksa Bea dan Cukai menerima PAK
Pemeriksa Bea dan Cukai yang angka kreditnya sudah memenuhi
untuk naik pangkat, untuk disampaikan kepada unit kepegawaian
pada unit kerja Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan.
2. Berdasarkan PAK tersebut, unit kepegawaian pada unit kerja
Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan melakukan
penelitian:
a. masa kerja pangkat sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun
dalam pangkat terakhir;
b. Angka Kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi; dan
c. nilai DP3 atau SKP Pemeriksa Bea dan Cukai dalam 2 (dua)
tahun terakhir minimal setiap unsur sekurang-kurangnya
bernilai baik.
3. Dalam hal persyaratan sebagaimana pada angka 2 telah dipenuhi,
unit kepegawaian pada unit kerja Pemeriksa Bea dan Cukai yang
bersangkutan mengajukan usulan kenaikan pangkat secara hirarki
kepada pejabat yang berwenang untuk menetapkan kenaikan

www.peraturan.go.id

41

2014, No.1237

pangkat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dilengkapi dengan:
a. Asli PAK;
b. Fotocopy Surat Keputusan Kenaikan Jenjang Jabatan terakhir;
c. Fotocopy Surat Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir;
d. Fotocopy DP3/SKP 2 (dua) tahun terakhir; dan/atau
e. Fotocopy ijin melanjutkan sekolah di luar jam kedinasan dan
ijazah yang telah dilegalisir oleh pejabat berwenang apabila
terdapat penyesuaian pendidikan.
4. Penyelesaian usulan kenaikan pangkat Pemeriksa Bea dan Cukai
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil.
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA,

MUHAMAD CHATIB BASRI

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

42

LAMPIRAN III
PERATURAN
MENTERI
KEUANGAN
NOMOR
184/PMK.04/2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JABATAN
FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA
DAN
CUKAI
DAN
ANGKA
KREDITNYA

TATA CARA PENGAJUAN USULAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
PEMERIKSA BEA DAN CUKAI
I. Tata Cara Pengajuan Usulan dan PAK Pemeriksa Bea dan Cukai:
A.Pemeriksa Bea dan Cukai Madya di lingkungan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai:
7. Pemeriksa Bea dan Cukai Madya mengajukan surat usulan PAK
dilampiri dengan Daftar Usulan PAK (DUPAK), Surat Pernyataan
Melakukan Kegiatan (SPMK) dan bukti pendukung pelaksanaan
butir kegiatan kepada Direktur Jenderal melalui atasan langsung
yang bersangkutan.
8. Atasan langsung Pemeriksa Bea dan Cukai Madya memeriksa
kesesuaian berkas usulan PAK antara DUPAK, SPMK dan bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan, dalam hal sesuai, DUPAK
dan SPMK ditandatangani.
9. Atasan langsung meneruskan usulan PAK kepada Direktur
Jenderal melalui Sekretaris Direktorat Jenderal setelah dilakukan
penandasahan bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan oleh
unit kepegawaian yang bersangkutan.
10.Sekretaris Direktorat Jenderal menyampaikan usulan PAK kepada
Tim Penilai Direktorat Jenderal melalui Sekretariat Tim Penilai
Direktorat Jenderal untuk dilakukan penilaian Angka Kredit.
11.Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal menerima usulan PAK
dan memeriksa kelengkapan berkas:
a. DUPAK dan SPMK yang telah ditandatangani oleh atasan
langsung yang bersangkutan; dan
b. bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan yang telah
ditandasahkan oleh unit kepegawaian pada unit kerja Pemeriksa
Bea dan Cukai Madya.

www.peraturan.go.id

43

2014, No.1237

12.Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal melakukan verifikasi
dan pemeriksaan pendahuluan atas kesesuaian penghitungan
Angka Kredit yang diusulkan dalam DUPAK dengan bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan, selanjutnya meneruskan
usulan PAK kepada Tim Penilai Direktorat Jenderal.
13.Tim Penilai Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan,
penilaian, dan penghitungan pelaksanaan butir kegiatan yang
diusulkan dalam DUPAK dan SPMK beserta kesesuaiannya dengan
bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan.
14.Hasil pemeriksaan, penilaian dan perhitungan pelaksanaan butir
kegiatan dituangkan dalam Berita Acara Penilaian Angka Kredit
(BAPAK) yang ditandatangani oleh seluruh anggota Tim Penilai
Direktorat Jenderal yang hadir, dengan ketentuan:
a. Dalam hal Tim Penilai Direktorat Jenderal tidak menyetujui
usulan PAK, berkas usulan disampaikan kepada Sekretaris
Direktorat Jenderal melalui Sekretariat Tim Penilai Direktorat
Jenderal untuk dikembalikan kepada Pemeriksa Bea dan Cukai
Madya melalui atasan langsung yang bersangkutan; atau
b. Dalam hal Tim Penilai Direktorat Jenderal menyetujui usulan
PAK:
1) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai Madya yang dapat
dipertimbangkan naik pangkat, berkas usulan dilampiri
BAPAK disampaikan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal
melalui Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal; atau
2) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai Madya yang belum
dapat dipertimbangkan naik pangkat, Tim Penilai Direktorat
Jenderal menyampaikan Nota Pemberitahuan yang telah
ditanda tangani oleh Ketua Tim kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal melalui Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal,
untuk dikirimkan kepada Pemeriksa Bea dan Cukai Madya
melalui atasan langsung yang bersangkutan.
15.Sekretaris Direktorat Jenderal menerima berkas usulan PAK
dilampiri BAPAK dari Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal,
selanjutnya mengajukan usulan PAK kepada Direktur Jenderal.
16.Direktur Jenderal dapat meminta keterangan/bukti pendukung
tambahan pelaksanaan butir kegiatan/informasi lain terkait
usulan PAK Pemeriksa Bea dan Cukai Madya.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

44

17.Direktur Jenderal menandatangani PAK bagi Pemeriksa Bea dan
Cukai Madya yang dapat dipertimbangkan untuk naik pangkat.
18.Angka Kredit yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal bersifat final
dan tidak dapat diajukan keberatan oleh Pemeriksa Bea dan Cukai
Madya yang bersangkutan.
19.Asli PAK disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN) dan tembusan disampaikan kepada:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai Madya yang bersangkutan;
b. Atasan langsung
bersangkutan;

Pemeriksa

Bea

dan

Cukai

Madya

yang

c. Sekretaris Direktorat Jenderal;
d. Sekretaris Tim Penilai Direktorat Jenderal;
e. Kepala Kantor Wilayah; dan/atau
f. Pejabat lain yang dipandang perlu.
B. Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana sampai dengan Pemeriksa Bea
dan Cukai Penyelia, dan Pemeriksa Bea dan Cukai Pertama sampai
dengan Pemeriksa Bea dan Cukai Muda:
B.1. Pemeriksa Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Pusat:
1. Pemeriksa Bea dan Cukai mengajukan surat usulan PAK
dilampiri dengan DUPAK, SPMK dan bukti pendukung
pelaksanaan butir kegiatan kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal melalui atasan langsung yang bersangkutan.
2. Atasan

langsung Pemeriksa Bea dan Cukai memeriksa
kesesuaian berkas usulan PAK antara DUPAK, SPMK dan bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan, dalam hal sesuai,
DUPAK dan SPMK ditandatangani.

3. Atasan langsung meneruskan usulan PAK kepada Sekretaris

Direktorat Jenderal melalui Kepala Bagian Kepegawaian atau
Pejabat eselon III yang membidangi kepegawaian setelah
dilakukan penandasahan bukti pendukung pelaksanaan butir
kegiatan oleh unit kepegawaian yang bersangkutan.
4. Kepala Bagian Kepegawaian atau Pejabat eselon III yang

membidangi kepegawaian menyampaikan usulan PAK kepada
Tim Penilai Sekretariat melalui Sekretariat Tim Penilai
Direktorat Jenderal untuk dilakukan penilaian Angka Kredit.

www.peraturan.go.id

45

2014, No.1237

5. Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal menerima usulan

PAK dan memeriksa kelengkapan berkas:
a. DUPAK dan SPMK yang telah ditandatangani oleh atasan
langsung yang bersangkutan; dan
b. bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan yang telah
ditandasahkan oleh unit kepegawaian pada unit kerja
Pemeriksa Bea dan Cukai.
6. Sekretariat

Tim Penilai Direktorat Jenderal melakukan
verifikasi dan pemeriksaan pendahuluan atas kesesuaian
penghitungan Angka Kredit yang diusulkan dalam DUPAK
dengan bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan,
selanjutnya meneruskan usulan PAK kepada Tim Penilai
Sekretariat.

7. Tim Penilai Sekretariat melakukan pemeriksaan, penilaian dan

penghitungan pelaksanaan butir kegiatan yang diusulkan
dalam DUPAK dan SPMK beserta kesesuaiannya dengan bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan.
8. Hasil pemeriksaan, penilaian dan perhitungan pelaksanaan

butir kegiatan dituangkan dalam BAPAK yang ditandatangani
oleh seluruh anggota Tim Penilai Sekretariat yang hadir, dengan
ketentuan:
a. Dalam hal Tim Penilai Sekretariat tidak menyetujui usulan
PAK, berkas usulan disampaikan kepada Kepala Bagian
Kepegawaian atau Pejabat eselon III yang membidangi
kepegawaian melalui Sekretariat Tim Penilai Direktorat
Jenderal untuk dikembalikan kepada Pemeriksa Bea dan
Cukai melalui atasan langsung yang bersangkutan; atau
b. Dalam hal Tim Penilai Sekretariat menyetujui usulan PAK:
1) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai yang dapat
dipertimbangkan naik jenjang jabatan dan/atau naik
pangkat, berkas usulan dilampiri BAPAK disampaikan
kepada Kepala Bagian Kepegawaian atau Pejabat eselon III
yang membidangi kepegawaian melalui Sekretariat Tim
Penilai Direktorat Jenderal; atau
2) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai yang belum
dapat dipertimbangkan naik jenjang jabatan dan/atau naik
pangkat, Tim Penilai Sekretariat menyampaikan Nota

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

46

Pemberitahuan yang telah ditanda tangani oleh Ketua Tim
kepada Kepala Bagian Kepegawaian atau Pejabat eselon III
yang membidangi kepegawaian melalui Sekretariat Tim
Penilai Direktorat Jenderal untuk dikirimkan kepada
Pemeriksa Bea dan Cukai melalui atasan langsung yang
bersangkutan.
9. Kepala Bagian Kepegawaian atau Pejabat eselon III yang

membidangi kepegawaian menerima berkas usulan PAK
dilampiri BAPAK dari Sekretariat Tim Penilai Direktorat
Jenderal, selanjutnya mengajukan usulan PAK kepada
Sekretaris Direktorat Jenderal.
10. Sekretaris

Direktorat
Jenderal
dapat
meminta
keterangan/bukti pendukung tambahan pelaksanaan butir
kegiatan/informasi lain terkait usulan PAK Pemeriksa Bea dan
Cukai.

11. Sekretaris

Direktorat Jenderal menandatangani PAK bagi
Pemeriksa Bea dan Cukai yang dapat dipertimbangkan naik
jenjang jabatan dan/atau naik pangkat.

12. Angka

Kredit yang ditetapkan oleh Sekretaris Direktorat
Jenderal bersifat final dan tidak dapat diajukan keberatan oleh
Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan.

13. Asli PAK disampaikan kepada Kepala BKN dan tembusan

disampaikan kepada:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan;
b. Atasan langsung
bersangkutan;

Pemeriksa

Bea

dan

Cukai

yang

c. Sekretaris Direktorat Jenderal;
d. Sekretaris Tim Penilai Direktorat Jenderal; dan/atau
e. Pejabat lain yang dipandang perlu.
B.2. Pemeriksa Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Wilayah:
1. Pemeriksa Bea dan Cukai mengajukan surat usulan PAK
dilampiri dengan DUPAK, SPMK dan bukti pendukung
pelaksanaan butir kegiatan kepada Kepala Kantor Wilayah
melalui atasan langsung yang bersangkutan.
2. Atasan langsung Pemeriksa Bea dan Cukai/Kepala Kantor

Pengawasan

dan

Pelayanan

Bea

dan

Cukai

memeriksa

www.peraturan.go.id

47

2014, No.1237

kesesuaian berkas usulan PAK antara DUPAK, SPMK dan bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan, dalam hal sesuai,
DUPAK dan SPMK ditandatangani.
3. Atasan langsung/Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan

Bea dan Cukai meneruskan usulan PAK kepada Kepala Kantor
Wilayah melalui Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III
yang
membidangi
kepegawaian
setelah
dilakukan
penandasahan bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan
oleh unit kepegawaian yang bersangkutan.
4. Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang membidangi

kepegawaian menyampaikan usulan PAK kepada Tim Penilai
Wilayah melalui Sekretariat Tim Penilai Wilayah untuk
dilakukan penilaian Angka Kredit.
5. Sekretariat Tim Penilai Wilayah menerima usulan PAK dan

memeriksa kelengkapan berkas:
a.DUPAK dan SPMK yang telah ditandatangani oleh atasan
langsung yang bersangkutan; dan
b. bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan yang telah
ditandasahkan oleh unit kepegawaian pada unit kerja
Pemeriksa Bea dan Cukai.
6. Sekretariat Tim Penilai Wilayah melakukan verifikasi dan

pemeriksaan pendahuluan atas kesesuaian penghitungan
Angka Kredit yang diusulkan dalam DUPAK dengan bukti
pendukung
pelaksanaan
butir
kegiatan,
selanjutnya
meneruskan usulan PAK kepada Tim Penilai Wilayah.
7. Tim Penilai Wilayah melakukan pemeriksaan, penilaian dan

penghitungan pelaksanaan butir kegiatan yang diusulkan
dalam DUPAK dan SPMK beserta kesesuaiannya dengan bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan.
8. Hasil pemeriksaan, penilaian dan perhitungan pelaksanaan

butir kegiatan dituangkan dalam BAPAK yang ditandatangani
oleh seluruh anggota Tim Penilai Wilayah yang hadir, dengan
ketentuan:
a. Dalam hal Tim Penilai Wilayah tidak menyetujui usulan PAK,
berkas usulan disampaikan kepada Kepala Bagian Umum
atau Pejabat eselon III yang membidangi kepegawaian melalui
Sekretariat Tim Penilai Wilayah untuk dikembalikan kepada

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

48

Pemeriksa Bea dan Cukai melalui atasan langsung yang
bersangkutan; atau
b. Dalam hal Tim Penilai Wilayah menyetujui usulan PAK:
1) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai yang dapat
dipertimbangkan naik jenjang jabatan dan/atau naik
pangkat, berkas usulan dilampiri BAPAK disampaikan
kepada Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang
membidangi kepegawaian melalui Sekretariat Tim Penilai
Wilayah; atau
2) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai yang belum
dapat dipertimbangkan naik jenjang jabatan dan/atau naik
pangkat, Tim Penilai Wilayah menyampaikan Nota
Pemberitahuan yang telah ditanda tangani oleh Ketua Tim
kepada Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang
membidangi kepegawaian melalui Sekretariat Tim Penilai
Wilayah untuk dikirimkan kepada Pemeriksa Bea dan
Cukai melalui atasan langsung yang bersangkutan.
9. Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang membidangi

kepegawaian menerima berkas usulan PAK dilampiri BAPAK
dari Sekretariat Tim Penilai Wilayah, selanjutnya mengajukan
usulan PAK kepada Kepala Kantor Wilayah.
10. Kepala

Kantor Wilayah dapat meminta keterangan/bukti
pendukung tambahan pelaksanaan butir kegiatan/informasi
lain terkait usulan PAK Pemeriksa Bea dan Cukai.

11. Kepala Kantor Wilayah menandatangani PAK bagi Pemeriksa

Bea dan Cukai yang dapat dipertimbangkan naik jenjang
jabatan dan/atau naik pangkat.
12. Angka Kredit yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah

bersifat final dan tidak dapat diajukan keberatan
Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan.

oleh

13. Asli PAK disampaikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor

Regional BKN dan tembusan disampaikan kepada:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan;
b. Atasan langsung
bersangkutan;

Pemeriksa

Bea

dan

Cukai

yang

c. Sekretaris Direktorat Jenderal;
d. Kepala Kantor Wilayah;

www.peraturan.go.id

49

2014, No.1237

e. Sekretaris Tim Penilai Wilayah; dan/atau
f. Pejabat lain yang dipandang perlu.
B.3. Pemeriksa Bea dan Cukai di lingkungan Kantor Pelayanan Utama:
1. Pemeriksa Bea dan Cukai mengajukan surat usulan PAK
dilampiri dengan DUPAK, SPMK dan bukti pendukung
pelaksanaan butir kegiatan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Utama/atasan langsung yang bersangkutan.
2.

Kepala Kantor Pelayanan Utama/atasan langsung Pemeriksa
Bea dan Cukai memeriksa kesesuaian berkas usulan PAK
antara DUPAK, SPMK dan bukti pendukung pelaksanaan butir
kegiatan, dalam hal sesuai, DUPAK dan SPMK ditandatangani.

3.

Kepala Kantor Pelayanan Utama/atasan langsung meneruskan
usulan PAK kepada Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon
III yang membidangi kepegawaian.

4.

Setelah
dilakukan
penandasahan
bukti
pendukung
pelaksanaan butir kegiatan, Kepala Bagian Umum atau Pejabat
eselon III yang membidangi kepegawaian menyampaikan
usulan PAK kepada Tim Penilai Pelayanan Utama melalui
Sekretariat Tim Penilai Pelayanan Utama untuk dilakukan
penilaian Angka Kredit.

5.

Sekretariat Tim Penilai Pelayanan Utama menerima usulan PAK
dan memeriksa kelengkapan berkas:
a.DUPAK dan SPMK yang telah ditandatangani oleh atasan
langsung yang bersangkutan; dan
b. bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan yang telah
ditandasahkan oleh unit kepegawaian.

6.

Sekretariat Tim Penilai Pelayanan Utama melakukan verifikasi
dan pemeriksaan pendahuluan atas kesesuaian penghitungan
Angka Kredit yang diusulkan dalam DUPAK dengan bukti
pendukung
pelaksanaan
butir
kegiatan,
selanjutnya
meneruskan usulan PAK kepada Tim Penilai Pelayanan Utama.

7.

Tim Penilai Pelayanan Utama melakukan pemeriksaan,
penilaian dan penghitungan pelaksanaan butir kegiatan yang
diusulkan dalam DUPAK dan SPMK beserta kesesuaiannya
dengan bukti pendukung pelaksanaan butir kegiatan.

8.

Hasil pemeriksaan, penilaian dan perhitungan pelaksanaan
butir kegiatan dituangkan dalam BAPAK yang ditandatangani

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

50

oleh seluruh anggota Tim Penilai Pelayanan Utama yang hadir,
dengan ketentuan:
a. Dalam hal Tim Penilai Pelayanan Utama tidak menyetujui
usulan PAK, berkas usulan disampaikan kepada Kepala
Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang membidangi
kepegawaian melalui Sekretariat Tim Penilai Pelayanan
Utama untuk dikembalikan kepada Pemeriksa Bea dan
Cukai yang bersangkutan.
b. Dalam hal Tim Penilai Pelayanan Utama menyetujui usulan
PAK:
1) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai yang dapat
dipertimbangkan naik jenjang jabatan dan/atau naik
pangkat, berkas usulan dilampiri BAPAK disampaikan
kepada Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang
membidangi kepegawaian melalui Sekretariat Tim Penilai
Pelayanan Utama; atau
2) terhadap usulan Pemeriksa Bea dan Cukai yang belum
dapat dipertimbangkan naik jenjang jabatan dan/atau
naik
pangkat,
Tim
Penilai
Pelayanan
Utama
menyampaikan Nota Pemberitahuan yang telah ditanda
tangani oleh Ketua Tim kepada Kepala Bagian Umum atau
Pejabat eselon III yang membidangi kepegawaian melalui
Sekretariat Tim Pelayanan Utama untuk dikirimkan
kepada Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan.
9.

Kepala Bagian Umum atau Pejabat eselon III yang membidangi
kepegawaian menerima berkas usulan PAK dilampiri BAPAK
dari Sekretariat Tim Penilai Pelayanan Utama, selanjutnya
mengajukan usulan PAK kepada Kepala Kantor Pelayanan
Utama.

10. Kepala Kantor Pelayanan Utama dapat meminta keterangan/

bukti
pendukung
tambahan
pelaksanaan
butir
kegiatan/informasi lain terkait usulan PAK Pemeriksa Bea dan
Cukai.
11. Kepala Kantor Pelayanan Utama menandatangani PAK bagi

Pemeriksa Bea dan Cukai yang dapat dipertimbangkan naik
jenjang jabatan dan/atau naik pangkat.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

51

12. Angka Kredit yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Pelayanan

Utama bersifat final dan tidak dapat diajukan keberatan oleh
Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan.
13. Asli PAK disampaikan kepada Kepala BKN atau Kepala Kantor

Regional BKN dan tembusan disampaikan kepada:
a. Pemeriksa Bea dan Cukai yang bersangkutan;
b. Sekretaris Direktorat Jenderal;
c. Kepala Kantor Pelayanan Utama;
d. Sekretaris Tim Penilai Pelayanan Utama; dan/atau
e. Pejabat lain yang dipandang perlu.
II. Tata Cara Pengajuan Usulan dan PAK Untuk Pengangkatan Pemeriksa
Bea dan Cukai
1. Kepala

Bagian Kepegawaian atau Pejabat eselon III yang
membidangi kepegawaian di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai mengajukan usulan PAK pegawai yang akan diusulkan
untuk diangkat sebagai Pemeriksa Bea dan Cukai kepada Direktur
Jenderal/Sekretaris Direktorat Jenderal melalui Sekretariat Tim
Penilai Direktorat Jenderal dilampiri dengan:
a. fotocopy Surat Keputusan
Pegawai Negeri Sipil;
b. fotocopy Surat
dan/atau

Keputusan

Pengangkatan
Kenaikan

menjadi

Pangkat

Calon

terakhir;

c. fotocopy Surat Keputusan Pembebasan Sementara
Jabatan Fungsional Pemeriksa Bea dan Cukai.

Dari

2. Sekretariat

Tim Penilai Direktorat Jenderal menerima dan
menyiapkan berkas usulan PAK pegawai yang akan diusulkan
untuk diangkat sebagai Pemeriksa Bea dan Cukai beserta bukti
pendukung pelaksanaan butir kegiatan, dan menyampaikan
kepada Tim Penilai.

3. Tim Penilai melakukan pemeriksaan, penilaian dan penghitungan

Angka Kredit yang diusulkan beserta kesesuaiannya dengan bukti
pendukung, dengan ketentuan:
a. Tim Penilai Direktorat Jenderal untuk pengusulan pengangkatan
Pemeriksa Bea dan Cukai Madya; atau

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

52

b. Tim Penilai Sekretariat untuk pengusulan pengangkatan
Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana sampai dengan Pemeriksa
Bea dan Cukai Penyelia, dan Pemeriksa Bea dan Cukai Pertama
sampai dengan Pemeriksa Bea dan Cukai Muda.
4. Hasil pemeriksaan, penilaian dan penghitungan Angka Kredit

dituangkan dalam BAPAK yang ditandatangani oleh seluruh
anggota Tim Penilai yang hadir. Selanjutnya berkas usulan
dilampiri BAPAK diserahkan kepada pejabat yang akan
menetapkan Angka Kredit dalam rangka pengangkatan Pemeriksa
Bea dan Cukai melalui Sekretariat Tim Penilai Direktorat Jenderal.
5. PAK

pegawai yang akan dilampirkan dalam pengusulan
pengangkatan Pemeriksa Bea dan Cukai, ditandatangani oleh:
a. Direktur Jenderal, bagi usulan pengangkatan Pemeriksa Bea
dan Cukai Madya; atau
b. Sekretaris Direktorat Jenderal, bagi usulan pengangkatan
Pemeriksa Bea dan Cukai Pelaksana sampai dengan Pemeriksa
Bea dan Cukai Penyelia, dan Pemeriksa Bea dan Cukai Pertama
sampai dengan Pemeriksa Bea dan Cukai Muda.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA,

MUHAMAD CHATIB BASRI

www.peraturan.go.id

53

2014, No.1237

LAMPIRAN IV
PERATURAN
MENTERI
KEUANGAN
NOMOR
184/PMK.04/2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JABATAN
FUNGSIONAL PEMERIKSA BEA
DAN
CUKAI
DAN
ANGKA
KREDITNYA

TATA KERJA DAN TATA CARA PENILAIAN TIM PENILAI
PEMERIKSA BEA DAN CUKAI

I. Tata Kerja Tim Penilai Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai:
1. Pejabat yang berwenang menetapkan Angka Kredit atas usul Ketua

Tim Penilai dapat mengganti anggota Tim Penilai, apabila yang
bersangkutan:
a. Pensiun dari Pegawai Negeri Sipil;
b. Berhalangan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan; atau
c. Mengundurkan diri.
2. Dalam hal anggota Tim, Wakil ketua dan Sekretaris ikut dinilai,

anggota Tim, Wakil ketua dan Sekretaris yang bersangkutan untuk
sementara tidak terlibat melakukan penilaian
3. Dalam

hal Ketua Tim Penilai ikut dinilai, ketua Tim yang
bersangkutan untuk sementara waktu tidak terlibat melakukan
penilaian dan Ketua Tim Penilai dapat menunjuk Ketua pengganti
sementara yang berasal dari anggota Tim.

4. Penilaian Angka Kredit oleh Tim Penilai dilaksanakan sekurang-

kurangnya 2 (dua) kali dalam satu tahun sesuai dengan periode
kenaikan pangkat:
a. Untuk kenaikan pangkat periode April, penilaian dan penetapan
Angka Kredit dilaksanakan selambat lambatnya bulan Januari;
b. Untuk kenaikan pangkat periode Oktober, penilaian dan penetapan
Angka Kredit dilaksanakan selambat lambatnya bulan Juli.

www.peraturan.go.id

2014, No.1237

54

5. Penilaian Angka Kredit dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Ketua Tim Penilai membagi tugas penilaian kepada anggota Tim
Penilai;
b. Setiap usulan penetapan angka kredit sekurang-kurangnya dinilai
oleh dua orang anggota;
c. Setelah masing-masing anggota melakukan penilaian maka hasil
penilaian disampaikan kepada Ketua Tim Penilai;
d. Pengambilan keputusan dalam sidang penilaian Angka Kredit
dilakukan dengan musyawarah mufakat;
e. Dalam hal tidak tercapai musyaw

Dokumen yang terkait