6. sop sat reskrim res sumbawa barat.

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENERIMAAN PENGADUAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Menerima laporan atau pengaduan yang
disampaikan oleh seseorang yang secara
lisan atau tertulis karena hak atau
kewajibanya berdasarkan Undang - Undang.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

2 Petugas SPK yang menerima pengaduan
atau laporan mencatat di buku register khusus
penerimaan laporan / pengaduan.
3 SPK mengarahkan pelapor ke Tim Dumas

untuk dilakukan analisa laporan / pengaduan
dikaitkan antara keterangan pelapor /
pengadu dengan bukti yang ada.
4 Apabila ditemukan bukti permulaan yang
cukup, maka tim Dumas merekomendasikan
ke SPK untuk diterbitkan Laporan Polisi dan
STTL ( Surat Tanda Terima Laporan).
Kemudian Tim Dumas Reskrim melakukan
pemeriksaan awal yang dituangkan dalam BA
permintaan keterangan (Non Pro Justitia).
5 Apabila tidak ditemukan bukti permulaan yang
cukup adanya tindak pidana, maka Tim
Dumas Reskrim memberikan penjelasan
kepada pelapor dan merekomendasikan
kepada SPK untuk tidak menerbitkan Laporan
Polisi dan STTL.
6 Petugas SPK mencatat di buku register
penerimaan laporan tentang alas an-alasan
tidak diterbitkannya Laporan Polisi dan STTL.
7 SPK dapat langsung melimpahkan Laporan

Polisi ke kesatuan lain dengan pertimbangan
TKP, domisili tersangka dan keefektifan
penanganan perkara.
8 Anggota yang menerima laporan diharuskan
berpakaian rapi dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9 Memperlakukan pelapor / pengadu secara
ramah, sopan, cepat tanggap, murah senyum,
humanis dan tidak diskriminatif.
petugas
SPK
wajib
menjaga
10 Setiap
kebersihan
dan
keindahan
ruangan
penerimaan laporan.
11 Petugas SPK tidak boleh meminta imbalan /

membebankan biaya kepada pelapor dalam
bentuk apapun.
12 Waktu penerimaan laporan paling lama 15
(lima belas) menit.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENELITIAN PENGADUAN
NO
KEGIATAN /SOP
Dumas
Reskrim
mendengarkan
1 Tim

keterangan atau informasi dari pelapor
tentang peristiwa yang dilaporkan.
2 Tim Dumas Reskrim meneliti barang bukti dan
saksi - saksi yang diajukan oleh pelapor
terkait peristiwa yang dilaporkan.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

3 Berdasarkan hasil penelitian pengaduan, Tim
Dumas Reskrim mempertimbangkan perlu
tidaknya untuk mendatangi TKP (Tempat
Kejadian Perkara) beserta unit identifikasi.
4 Melakukan wawancara secara sopan santun
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
tidak terkesan menghakimi pelapor serta tidak
berpihak.

5 Waktu melaksanakan penelitian laporan atau
pengaduan paling lama 2 (dua) jam.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT

SOP HASIL PENELITIAN PENGADUAN
NO
KEGIATAN /SOP
Dumas
Reskrim
memberikan
1 Tim

rekomendasi kepada petugas SPK yang
berisi:
a)      dapat atau tidaknya diterbitkan Laporan
Polisi dan STTL;
b)      perlu atau tidaknya laporan tersebut
dilimpahkan ke kesatuan wilayah lain;
c)      perlu tidaknya mendatangi TKP (Tempat
Kejadian Perkara).
2 Tim Dumas Reskrim menegaskan keabsahan
informasi dari pelapor / pengadu dengan
meminta kepada pelapor / pengadu untuk
mengisi formulir pernyataan bahwa :

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

a)  perkaranya belum pernah dilaporkan atau

diadukan di kantor kepolisian yang sama atau
yang lain;
b)  perkaranya belum pernah diproses dan/atau
dihentikan penyidikannya;
c)  bersedia dituntut sesuai ketentuan hukum
pidana yang berlaku, bilamana pernyataan atau
keterangan yang dituangkan di dalam Laporan
Polisi ternyata dipalsukan, tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya atau merupakan
tindakan fitnah.
Dumas
Reskrim
memberikan
3 Tim
rekomendasi tentang uraian singkat kejadian
dan pasal atau ketentuan yang dapat
diterapkan.
4 Hasil penelitian pengaduan dibuat dalam
waktu paling lama 1 (satu) jam.


TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP TINDAKAN PERTAMA DI TKP
NO
KEGIATAN /SOP
1 Dalam hal melakukan tindakan di TKP
petugas wajib:
a)    melaksanakan tindakan pemeriksaan di TKP
sesuai peraturan perundang-undangan;
b)    melakukan pemeriksaan dengan teliti untuk
mencari keterangan, mengumpulkan bukti,
menjaga keutuhan TKP dan memeriksa semua

objek yang relevan dengan tujuan pemeriksaan /
pengolahan TKP (dalam hal ini agar melibatkan
unit identifikasi);
c)    menutup TKP dan melarang orang lain yang
tidak berkepentingan memasuki TKP, dengan cara
yang wajar, tegas tetapi sopan;
d)    mencari informasi yang penting untuk
pengungkapan perkara kepada orang yang ada di
TKP dengan sopan;
e)    melakukan tindakan di TKP hanya untuk
kepentingan tugas yang masih dalam batas
kewenangannya;
f)     memperhatikan dan menghargai hak-hak
orang untuk memberikan keterangan secara
bebas;
g)    melaksanakan pemeriksaan dalam waktu
yang secukupnya dan membuka kembali TKP
setelah Olah TKP selesai;
h)    mencatat semua keterangan dan informasi
yang diperoleh di TKP dan membuat BA

pemeriksaan di TKP.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

2 Dalam hal pemeriksaan TKP, petugas
dilarang:
a)      melakukan tindakan yang dapat merusak
keutuhan TKP dan merusak barang lainnya;
b)      melakukan tindakan penutupan TKP secara
berlebihan (dalam konteks waktu dan batas-batas
TKP) dan/atau tindakan yang tidak relevan dengan
kepentingan Olah TKP;
c)      melakukan tindakan yang arogan,
membatasi hak-hak seseorang atau kelompok
secara berlebihan yang tidak relevan dengan
tujuan pemeriksaan TKP;

d)      melakukan tindakan di TKP di luar batas
kewenangannya;
e)      mengambil barang-barang di TKP yang tidak
ada
hubungannya
dengan
kepentingan
penyelidikan / penyidikan;
f)       tidak memperhatikan / menghargai hak-hak
orang yang berada di TKP;
g)      segaja memperlama waktu pemeriksaan di
TKP dan / atau tidak membuka kembali TKP
walaupun kepentingan OIah TKP telah selesai.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENERIMAAN LAPORAN POLISI
NO
KEGIATAN /SOP
1 SPK sebelum menerima LAPORAN POLISI
dan pelapor terlebih dahulu meminta atau
menyampaikan kepada pelapor permasalahan
yang akan laporkan.
2 SPK sebelum menerima LAPORAN POLISI
menganjurkan
kepada
pelapor
untuk
melengkapi bukti-bukti untuk kelengkapan isi
laporannya.
3 SPK pada saat menerima LAPORAN POLISI
meminta kepada pelapor untuk menunjukkan
identitas yang sah untuk memudahkan tahap
penelitian.
4 Selesai diterima oleh SPK, kemudian SPK
membacakan kembali LAPORAN POLISI
yang telah dibuat demi kesempurnaannya,
setelah di setujui oleh pelapor maka ditanda
tangani oleh pelapor dan petugas yang
menerima LAPORAN POLISI.
5 SPK memberikan nomor LAPORAN POLISI
berdasarkan nomor urut, SPK memberikan
tanda terima laporan (STTL) dan diberikan
kepada pelapor untuk bukti bahwa pelapor
pernah melaporkan perkara tersebut.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

6 Petugas SPK dan Piket Reskrim yang
bertugas saat itu berpakaian sesuai ketentuan
dan rapih serta memberikan jawaban atas
pertanyaan dari pelapor dengan sopan santun
dan humanis sehingga terkesan ramah dalam
melayani masyarakat.
7 Waktu yang dibutuhkan untuk penerimaan
Laporan Polisi dalam hal persyaratan
pelaporan sudah terpenuhi dalam waktu
paling lama 3 (tiga) jam sudah dibuatkan
Laporan Polisi.
8 Laporan Polisi yang telah dibuat kemudian
diserahkan kepada Bagian Subbag Renmin
Dit Reskrim untuk selanjutnya dimasukkan
dalam buku Register B-1.
9 Setelah dilakukan pendataan, LP diserahkan
kepada Dir Reskrim untuk dilakukan analisa
dan
disposisi
proses
penyelidikan
/
penyidikan, selanjutnya Laporan Polisi
diserahkan kepada Kepala Satuan (Kasat)
sesuai disposisi dan Dir Reskrim.
10 Kepala Satuan menentukan Tim Penyidik /
Unit yang akan menangani perkara, kemudian
dilaksanakan Gelar Perkara dalam rangka
untuk menentukan bobot perkara, rencana
kegiatan dan kebutuhan anggaran.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENDISTRIBUSIAN LAPORAN POLISI
NO
KEGIATAN /SOP
1 Kasubag Renmin menerima Laporan Polisi
dari SPK sesuai jumlah yang diterima dari
SPK.
2 Renmin mengagendakan Laporan Polisi yang
diterima dari SPK dan didatakan dalam buku
B-1.
3 Laporan Polisi kemudian diajukan ke Dir
Reskrim dengan dilampiri takah.
mengagendakan
kembali
4 Renmin
berdasarkan takah dari
Dir Reskrim
untuk distribusikan ke masing-masing Sat
Reskrim berdasarkan disposisi dari Dir
Reskrim, dan 1 (satu) file LP diberikan kepada
Bag Analis oleh Renmin sebagai arsip.
5 Kemudian oleh Staf Analis diagendakan
kedalam buku B-1.
6 Petugas yang mengawaki / yang membidangi
dalam
pengagendaan
Laporan
Polisi
dibutuhkan ketelitian, kesabaran, kerapian
dan mempunyai dedikasi yang tinggi dalam
melaksanakan
tugas
serta
menguasai
administrasi.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

7 Dalam pendistribusian dari Renmin sampai
dengan ke Sat Reskrim selambat-lambatnya
dalam waktu 1 (satu) hari.

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PELAKSANAAN PENYELIDIKAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini.
2 Kegiatan penyelidikan dapat dilaksanakan
antara lain:
a) pengamatan;
b) wawancara;
c) pembuntutan;
d) penyamaran;
e) mengundang / memanggil seseorang
secara lisan / tertulis tanpa paksaan /
ancaman guna menghimpun keterangan;
f) merekam pembicaraan terbuka / tanpa
seijin yang berbicara;
g)
tindakan lain
menurut
ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
3 Terhadap perkara yang secara nyata telah
cukup bukti pada saat Laporan Polisi dibuat,
dapat dilakukan penyidikan secara Iangsung
tanpa melalui proses penyelidikan (Dalam hal
perkara tertangkap tangan).
4 Kegiatan penyelidikan dapat dilakukan secara
bersamaan dengan kegiatan penyidikan.
membuat
rencana
kegiatan
5 Penyidik
penyelidikan
dan kebutuhan anggaran
penyelidikan sesuai dengan hasil Gelar
Perkara.
6 Penyidik membuat administrasi penyelidikan
yang memuat:
a) surat Perintah Tugas;
b) surat Perintah Penyelidikan;
c) surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil
Penyelidikan
yang
memuat:
Nama
Tim Penyidik, Nomor Telepon (HP), dan
alamat e-mail.
7 Penyelidikan dilaksanakan dalam waktu:
a) perkara Ringan dan Sedang, dalam waktu
maksimal 14 (empat belas) hari;
b) Perkara Sulit dan Sangat Sulit, dalam
waktu maksimal 30 (tiga puluh) hari.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

8 Pemanggilan dalam rangka penyelidikan
dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni
secara lisan (langsung atau melalui telpon)
atau secara tertulis.
secara
lisan
harus
9 Pemanggilan
memperhatikan:
a) disampaikan secara sopan;
b) tidak boleh memaksakan kesediaan pihak
yang di panggil;
c) penentuan waktu dan tempat pelaksanaan
pemanggilan, serta pemberian keterangan
berdasarkan kesepakatan antara petugas
dengan pihak yang dipanggil;
d) tidak boleh ada paksaan atau ancaman
kepada pihak yang dipanggil, sebelum
melakukan pemanggilan secara lisan harus
meminta ijin kepada atasan penyelidik /
penyidik.
10 Pemanggilan secara tertulis dilakukan melalui
surat undangan dengan memperhatikan:
a) dibuat dalam bentuk surat biasa;
b) mencantumkan nama dan alamat pihak
yang diundang;
c) penjelasan singkat perkara yang sedang
diselidiki;
d) maksud dan tujuan undangan;
e) mencantumkan nama dan alamat yang
mengundang;
f)
pencantuman
tempat
dan
waktu
pelaksanaan pemanggilan dan atau tempat
pemeriksaan;
g) pernyataan bahwa apabila pihak yang
dipanggil tidak bisa hadir pada waktu tempat
yang direncanakan, dapat menentukan
alternatif tempat dan waktu pelaksanaannya;
h)
pernyataan
bahwa
pelaksanaan
pemeriksaan tergantung kepada kesediaan
pihak yang diundang tanpa disertai catatan
sanksi apabila pihak yang diundang tidak bisa
hadir atau diperiksa.
11 Dalam melaksanakan penyelidikan, penyidik /
penyelidik dilarang:
a) melaksanakan tanpa alasan yang sah;
b) melakukan intimidasi, ancaman, siksaan
fisik,
psikis
ataupun
seksual
untuk
mendapatkan informasi, keterangan atau
pengakuan;
c) menyuruh atau menghasut orang lain
untuk melakukan tindakan kekerasan diluar
proses hukum atau secara sewenang-wenang
untuk
mendapatkan
informasi
atau
d)
memberitakan atau memberitahukan
rahasia penyelidikan kepada orang yang tidak
berhak;
e) melakukan penyelidikan untuk kepentingan
pribadi secara melawan hukum;
f) melaksanakan penyelidikan di luar wilayah
hukum penugasannya, kecuali atas seijin
atasan yang berwenang dan dilengkapi
dengan surat perintah penyelidikan dan surat
ijin jalan keluar wilayah hukum yang diberikan
oleh atasan atau pejabat yang berwenang
atau atas seijin pejabat di wilayah hukum
dimana dilakukan penyelidikan.
12 Penyidik / Penyelidik dalam melaksanakan
tugas penyelidikan, bertanggung jawab
kepada Atasan Penyidik dan diawasi oleh
Perwira Pengawas Penyidik.

13 Apabila waktu yang telah ditentukan sudah
terlampaui, namun penyidik / penyelidik belum
dapat menentukan adanya peristiwa pidana
dan belum mendapatkan sekurang-kurangnya
2 (dua) alat bukti, maka penyidik / penyelidik
dapat
meminta
perpanjangan
waktu
penyelidikan kepada Perwira Pengawas
Penyidik.
14 Terhadap kegiatan penyelidikan diluar wilayah
hukum, harus dilengkapi dengan Surat
Perintah Penyelidikan dan Surat Ijin Jalan dan
Atasan Penyidik.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Penyidik dapat melakukan penyelidikan guna
memastikan bahwa Laporan Polisi yang
diterima / ditangani merupakan tindak pidana
atau bukan serta memberikan saran untuk
dapat atau tidaknya Laporan Polisi tersebut
diteruskan ketahap penyidikan
melalui
mekanisme Gelar Perkara.
2 Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) sekurangkurangnya berisi laporan tentang waktu,
tempat,
kegiatan,
hasil
penyelidikan,
hambatan, pendapat dan Saran, kemudian
ditandatangani oleh ketua tim penyelidik.
3 LHP atas dasar Laporan Polisi dapat dijadikan
pertimbangan untuk melakukan:
a) tindakan penghentian penyelidikan dalam
hal tidak ditemukan informasi atau bukti yang
cukup bahwa perkara yang diselidiki bukan
merupakan tindak pidana;
b) tindakan penyelidikan tanjutan dalam hal
masih
diperlukannya
informasi
atau
keterangan untuk menentukan bahwa perkara
yang diselidiki merupakan tindak pidana atau
bukan;
c) peningkatan kegiatan menjadi penyidikan
dalam
hal
hasil
penyelidikan
telah
menemukan informasi atau keterangan yang
cukup untuk menentukan bahwa perkara yang
diselidiki merupakan tindak pidana.
4 Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) dilaporkan
kepada atasan penyidik paling lambat 2 (dua)
hari setelah berakhirnya masa penyelidikan.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENERBITAN SP2HP HASIL PENYELIDIKAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Hasil penyelidikan diinformasikan kepada
pelapor melalui SP2HP dengan ketentuan
waktu:
a) SP2HP untuk perkara ringan / sedang
selambat - lambatnya : 14 hari;
b) SP2HP untuk perkara sulit / sangat sulit
selambat-lambatnya : 30 hari.
2 SP2HP hasil penyelidikan berisi tentang:
a) format SP2HP Al, berisi pemberitahuan
kepada pelapor terkait tentang waktu
penyelidikan yang dibutuhkan penyelidik;
b) format SP2HP A2, berisi pemberitahuan
kepada pelapor bahwa perkara yang
dilaporkannya tidak dapat ditingkatkan
ketahap penyidikan.
3 Penyidik mengirimkan kepada pelapor dan
membuatkan bukti penerimaan SP2HP Hasil
Penyelidikan kepada pelapor.
4 Hasil Penyelidikan didatakan melalui e-SPP
yang diisi oleh penyidik / penyelidik.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PERSIAPAN PENYIDIKAN
NO

KEGIATAN /SOP

1 Penyidik sebelum melaksanakan penyidikan,
melakukan penelitian perkara bersama tim
penyidik dan Kasat dalam rangka:
a) menentukan kiasifikasi perkara yang
ditangani;
b) menyusun rencana kegiatan penyidikan;
c) membuat rencana kebutuhan penyidikan;
d) menetapkan target waktu penyelesaian
penanganan perkara.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

dalam
melakukan penyidikan
2 Penyidik
terhadap Laporan Polisi yang ditangani
mempertimbangkan hasil penyelidikan yang
telah dilakukan sehingga penyidik bisa
mendapatkan bahari keterangan secara
maksimal
untuk
menentukan
kegiatan
penyidikan.
3 Penyidik melaksanakan penyidikan sesuai
tertib waktu berdasarkan kriteria:
a) perkara mudah, dilaksanakan dalam waktu
30 hari;
b) perkara Sedang, dilaksanakan dalam
waktu 60 hari;
c) perkara Sulit, dilaksanakan dalam waktu
90 hari;
d) perkara Sangat Sulit, dilaksanakan dalam
waktu 120 hari.
4 Dalam hal batas waktu penyidikan belum
dapat diselesaikan oleh penyidik, maka
Penyidik dapat mengajukan permohonan
perpanjangan waktu penyidikan kepada
pejabat yang memberi perintah setelah
memperhatikan saran dan pertimbangan dan
pengawas penyidik.
5 Dalam hal diberikan perpanjangan waktu
penyidikan, maka diterbitkan Surat Perintah
dengan mencantumkan waktu perpanjangan.
6 Data ini melaksanakan penelitian perkara
dilakukan selambat Iambatnya 1 (satu) hari
setelah dimulainya penyidikan.

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PROSES PENINGKATAN PENYELIDIKAN KE PENYIDIKAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Penyidik dalam melakukan giat lidik atas
Laporan Polisi yang diterima harus melakukan
mekanisme tahapan kegiatan penelitian,
penyelidikan dan lidik yang statusnya bisa
ditingkatkan menjadi sidik.
2 Penyidik dalam melakukan penyidikan atas
Laporan Polisi yang ditangani harus didukung
dengan adanya keterangan keterangan dari
para saksi yang telah dilakukan riksa dan
disertai
bukti
pendukung
yang
ada
hubungannya dengan perkara tersebut.
3 Dalam penjalanan proses penyidikan, penyidik
harus memberitahukan hasil perkembangan
penyidikan yang dilakukan penyidik (SP2HP
Format A3) kepada pelapor sehingga pelapor
mengetahui perkembangan perkara yang
dilaporkannya.
4 Penyidik wajib mempersiapkan Tata Naskah
yang berisi:

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

a) laporan Polisi;
b) laporan Hasil Penyelidikan;
c) surat Perintah Penyidikan sesuai batas
waktu berdasarkan kriteria bobot perkara;
d) surat Pemberitahuan Dilaksanakannya
Penyidikan;
e) rencana Penyidikan;
f) gambar Skema Pokok (Bulkonah Posisi
Perkara);
g)
matriks
untuk
daftar
kronologis
5)
Penyidik wajib membuat rencana
penyidikan meliputi:
a) rencana kegiatan;
b) rencana Kebutuhan;
c) target pencapaian kegiatan;
d) skala prioritas penindakan;
e) target penyelesaian perkara.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PEMANGGILAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Pemanggilan terhadap saksi, ahli maupun
tersangka merupakan bagian upaya paksa
sehingga dapat dilakukan setelah Surat
Pemberitahuan
Dimulainya
Penyidikan
(SPDP) dikirim ke JPU.
2 Surat panggilan terhadap saksi, ahli maupun
tersangka wajib di berikan tenggang waktu
paling singkat 2 (dua) hari setelah panggilan
diterima oleh orang yang dipanggil, keluarga
atau penesehat hukumnya dengan bukti
penerimaan surat panggilan.
3 Penyidik dapat melaksanakan pemanggilan
untuk mendapatkan keterangan terhadap
perkara yang diduga merupakan tindak
4 Dalam hal tersangka yang diperkirakan akan
melarikan diri, menghilangkan barang bukti
atau menyulitkan penyidikan, dapat dilakukan
penangkapan
tanpa
harus
dilakukan
pemanggilan terlebih dahulu.
5 Surat panggilan terhadap tersangka dapat
dilakukan
setelah
penyidik
melakukan
pemeriksaan terhadap para saksi dan atau
gelar perkara untuk tentukan tersangka.
6 Penyidik dapat melakukan pemanggilan
dalam hal tersangka yang tidak dilakukan
penahanan guna kepentingan pemeriksaan,
dapat dilakukan pemanggilan paling banyak 3
(tiga) kali. Dalam hal masih diperlukan
pemeriksaan terhadap tersangka yang telah
dipanggil 3 (tiga) kali, maka harus mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang
atau pejabat yang mengeluarkan Surat

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

7 Dalam hal orang yang dipanggil tidak
memenuhi
panggilan,
penyidik
wajib
memperhatikan alasan yang patut dan wajar
dari orang yang dipanggil guna menentukan
tindakan selanjutnya.
8 Dalam hal tersangka atau saksi yang
dipanggil
tidak
dapat
hadir
dengan
memberikan alasan yang patut dan wajar
untuk tidak memenuhi panggilan, penyidik
dapat melakukan pemeriksaan di rumah atau
di tempat dimana dia berada setelah
mendapat persetujuan tertulis dari atasan
penyidik
dan
setelah
pelaksanaan
pemeriksaan, penyidik wajib melaporkan
kepada Perwira Pengawas Penyidik paling
9 Penyidik dapat melakukan pemanggilan
terhadap Ahli, yaitu seseorang karena
keahlian khusus yang dimilikinya, untuk
membuat terang suatu perkara.
10 Dalam hal saksi atau ahli bersedia hadir untuk
memberikan
keterangan
tanpa
surat
panggilan, surat panggilan dapat dibuat dan
ditandatangani oleh penyidik dan saksi atau
ahli, sesaat sebelum pemeriksaan dilakukan.
11 Surat panggilan baik saksi maupun tersangka
dibuat oleh penyidik dan ditanda tangani oleh
Kasat.
12 Dalam hal tersangka atau saksi yang telah
dipanggil 2 (dua) kali tidak hadir tanpa alasan
yang patut dan wajar, dapat dibawa secara
paksa oleh penyidik ke tempat pemeriksaan
dengan surat perintah membawa.
12 Surat Perintah Membawa ditandatangani oleh
Direktur
/
Wakil
Direktur
Reserse,
tembusannya wajib disampaikan kepada
Atasan Langsung.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENCARIAN ORANG, PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Tersangka yang telah dipanggil untuk
pemeriksaan dalam rangka penyidikan
perkara sampai lebih dari 3 (tiga) kali dan
ternyata tidak jelas keberadaannya, dapat
dicatat dalam DPO dan dibuatkan Surat
2 Pejabat yang berwenang menandatangani
DPO adalah Dir Reskrim.
3 Dalam hal tersangka dan/atau orang yang
dicari sudah ditemukan atau tidak diperlukan
lagi dalam penyidikan maka wajib dikeluarkan
Pencabutan DPO.
yang
berwenang
menerbitkan
4 Pejabat
pencabutan DPO adalah Dir Reskrim dan
melaporkan kepadanya kepada Kapolda.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Dalam hal tersangka yang tidak ditahan dan
diperkirakan akan melarikan diri dan wilayah
Indonesia,
dapat
dikenakan
tindakan
pencegahan.
2 Dalam hal setiap orang yang berada di luar
negeri dan diduga akan melakukan tindak
pidana di Indonesia, dapat dikenakan
tindakan penangkalan.
3 Dalam keadaan mendesak atau mendadak,
untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat
mengajukan permintaan secara langsung
kepada pejabat imigrasi yang berwenang
ditempat
pemeriksaan
imigrasi
untuk
mencegah atau menangkal orang yang
disangka melakukan tindak pidana.
4 Pejabat yang berwenang mengajukan surat
permintaan
pencegahan
dan/atau
penangkalan adalah Dir Reskrim atau Wadir
Reskrim dan melaporkan kepada Kapolri
paling lambat 20 (dua puluh) hari.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENANGKAPAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 Penyidik dapat melakukan penangkapan
berdasarkan bukti permulaan yang cukup,
ditentukan oleh sekurang - kurangnya adanya
Laporan polisi ditambah 2 (dua) jenis alat
bukti, sebagai berikut:
a) saksi;
b) ahIi;
c) surat;
d) petunjuk;

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

2 Tindakan penangkapan terhadap tersangka
dilakukan dengan pertimbangan:
a) tersangka telah dipanggil 2 (dua) kali
berturut-turut tidak hadir tanpa alasan yang
patut dan wajar;
b) tersangka diperkirakan akan melarikan diri;
c) tersangka diperkirakan akan mengulangi
perbuatannya;
d)
tersangka
diperkirakan
akan
menghilangkan barang bukti;
e) tersangka diperkirakan akan mempersulit
penyidikan;
3) Penangkapan terhadap 1 (satu) orang
tersangka menggunakan surat perintah
penangkapan yang identitasnya tercantum di
dalamnya.
Penyidik dapat melakukan penangkapan
4
terhadap seseorang yang terdaftar dalam
Daftar Pencarian Orang (DPO) dan setiap
pejabat berwenang wajib untuk membuat
Sprin Penangkapannya.
5 Pejabat yang berwenang menandatangani
Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah
Penangkapan adalah Dir Reskrim.
6 Dalam melaksanakan penangkapan penyidik
wajib mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a) keseimbangan antara tindakan yang
dilakukan dengan bobot ancaman;
b) senantiasa menghargai, menghormati hakhak tersangka yang di tangkap;
c) tindakan penangkapan bukan merupakan
penghukuman bagi tersangka, terhadap
tersangka yang di tangkap di perlakukan
sebagai orang yang belum tentu bersalah
sampai terbukti bersalah di Pengadilan;
d) penyidik / petugas yang melakukan
Penangkapan wajib untuk :
1. memberitahu / menunjukkan tanda
identitasnya sebagai petugas polri;
2. menunjukkan Sprin Penangkapan kecuali
dalam keadaan tertangkap tangan;
3. memberitahukan alasan penangkapan;
4. menjelaskan tindak pidana yang di
persangkakan termasuk ancaman hukuman
kepada tersangka pada saat penangkapan;
5. menghormati status hukum anak yang
melakukan tindak pidana dan memberitahu
kepada orang tua atau wali anak yang di
tangkap segera setelah penangkapan;
6. senantiasa melindungi hak privasi
tersangka yang di tangkap dan memberi tahu
hak-hak tersangka berupa hak untuk diam,
mendapatkan bantuan hukum serta hak-hak
lainnya sesuai yang diatur dalam KUHAP;
7. dalam hal orang yang di tangkap tidak
memahami / tidak mengerti bahasa yang
dipergunakan oleh petugas maka orang
tersebut berhak mendapatkan seorang
penerjemah tanpa di pungut biaya;
7 Dalam hal orang asing di tangkap,
penangkapan tersebut segera diberitahukan
kepada kedutaan atau misi diplomatik
negaranya.
8 Dalam hal perempuan yang di tangkap
petugas / penyidik wajib memperhatikan
perlakuan khusus sebagai berikut:

a) sedapat mungkin di tangkap dan di periksa
oleh petugas perempuan / petugas yang
berperspektif gender;
b) diperiksa diruang pelayanan khusus;
c) perlindungan hak privasi untuk tidak di
publikasikan, mendapat perlakuan khusus,
dipisahkan penempatannya dari ruang
tersangka laki-laki;
d)
penerapan prosedur khusus untuk
perlindungan sebagai perempuan;
9 Penyidik / petugas wajib membuat Berita
Acara (BA) Penangkapan yang berisi:
a) nama dan identitas yang melakukan
penangkapan;
b) nama dan identitas yang di tangkap;
c) tempat dan waktu penangkapan;
d) alasan penangkapan dan/atau pasal yang
disangkakan;
e) tempat penahanan sementara selama
dalam masa penangkapan;
f ) menjaga keadaan kesehatan Tersangka
yang ditangkap;
/ petugas
yang melakukan
10 Penyidik
penangkapan wajib :
a) menyerahkan arsip Surat Perintah
Penangkapan
kepada
tersangka
dan
mengirimkan
tembusannya
kepada
keluarganya.
b) wajib memeriksakan kesehatan tersangka;
c) terhadap tersangka dalam keadaan luka
parah,
penyidik
wajib
memberikan
pertolongan kesehatan dan membuat Berita
Acara tentang keadaan kesehatan Tersangka;
d) dalam hal tertangkap tangan penyidik harus
segera melaksanakan pemeriksaan paling
lama 1 x 24 jam guna menentukan perlu
tidaknya dilakukan penàhanan;
12 Dalam hal tersangka yang ditangkap ternyata
salah orangnya atau tidak cukup bukti,
penyidik wajib membebaskan tersangka
dengan membuat Sprin dan Berita Acara
Pembebasan
Penangkapan
yang
ditandatangani oleh Penyidik, Tersangka dan
pihak lain yang menyaksikannya.
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENAHANAN
NO
KEGIATAN /SOP
dapat
melakukan
penahanan
1 penyidik
berdasarkan hukum dan menurut tata cara
dalam peraturan perundang-undangan;
2 penahanan pada dasarnya telah merampas
kemerdekaan seseorang, maka harus tetap
diberlakukan azas praduga tak bersalah
sebelum ada keputusan hukum yang tetap;

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

3 dalam rangka menghormati HAM tindakan
penahanan harus memperhatikan standar
sebagai berikut:
a)
setiap
orang
mempunyai
hak
kemerdekaan dan keamanan pribadi;
b) tidak seorangpun dapat di tangkap / di
tahan dengan sewenang-wenang;
c) tidak seorang pun boleh dirampas
kemerdekaannya kecuali dengan alasanalasan tertentu seperti yang ditentukan oleh
hukum;
melakukan
penahanan
wajib
4 Penyidik
dilengkapi dengan surat perintah penahanan.
5 Sprin penahanan dikeluarkan setelah melalui
mekanisme gelar perkara yang dilaksanakan
oleh tim penyidik dan di laporkan kepada
pejabat yang berwenang mengelurkan Surat
Perintah Penahanan.
6 Pejabat yang berwenang menandatangani
Surat Perintah Penahanan adalah Dir
Reskrim.
7 Tembusan Surat Perintah Penahanan yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang,
tembusannya
wajib
disampaikan
ke
keluarganya.
8 Penyidik dapat melakukan penangguhan
penahanan terhadap tersangka dengan
dilengkapi Surat Perintah Penangguhan
Penahanan yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang.
9 Surat Perintah Penangguhan Penahanan
dikeluarkan setelah melalui mekanisme gelar
perkara secara internal di kesatuan fungsi
untuk menentukan perlu / tidaknya dilakukan
penangguhan penahanan terhadap tersangka.
10 Penangguhan penahanan wajib dilaporkan
kepada atasan pejabat yang berwenang
menangguhkan penahanan.
11 Penyidik dapat melakukan pengeluaran
penahanan terhadap tersangka dengan
pertimbangan sebagal berikut:
a) masa penahanan tersangka sudah habis;
b) tersangka akan dipindahkan ke rumah
tahanan negara Iainnya;
c) tersangka di tangguhkan penahanan;
d) tersangka dibantarkan penahanan karena
sakit;
e)
tersangka telah selesai dilakukan
pemeriksaan;
f) pengeluaran penahanan wajib dilengkapi
dengan sprin yang dikeluarkan oleh pejabat
yang berwenang;
g) pengeluaran penahanan wajib dibuatkan
BA pengeluaran penahanan dengan substansi
sekurang-kurangnya meliputi:
(1) nama dan identitas tersangka yang di
keluarkan dari tahanan;
(2) tempat darimana tahanan dikeluarkan;
(3)
keadaan kesehatan tahanan yang
dikeluarkan;
(4) tanda tangan saksi dan pejabat yang
mengelurkan penahanan;

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENGGELEDAHAN
NO
KEGIATAN /SOP
1 penggeledahan wajib dilengkapi dengan Surat
Perintah Penggeledahan yang dikeluarkan
oleh pihak yang berwenang;
2 penggeledahan rumah/alat angkutan serta
tempat tertutup Iainnya hanya dapat dilakukan
setelah mendapat ijin dari Ketua Pengadilan
Negeri setempat, kecuali dalam keadaan
mendesak;
3 pejabat yang berwenang menandatangani
Surat
Permintaan
Izin
Penggeledahan
Rumah/Alat angkutan serta tempat tertutup
Iainnya dan Surat Perintah Penggeledahan
adalah Dir Reskrim dan melaporkan kepada
Kapolda;
4 dalam hal keadaan sangat perlu dan
mendesak, bilamana penyidik harus segera
bertindak
dan
tidak
mungkin
untuk
mendapatkan Surat izin dari Ketua PN
setempat terlebih dahulu, penyidik dapat
melakukan penggeledahan dengan Surat
Perintah yang ditandatangani oleh Perwira
Pengawas Penyidik, wajib disaksikan oleh
Ketua Lingkungan (RT/RW, Kepala Desa)
atau tokoh masyarakat setempat. Setelah
dilakukan penggeledahan, penyidik wajib
membuat Berita Acara Penggeledahan dan
melapor kepada Perwira Pengawas Penyidik
serta mengirimkan Surat Pemberitahuan
tentang pelaksanaan penggeledahan kepada
Ketua PN setempat;
untuk
melakukan
tindakan
5 Data
penggeledahan terhadap orang, petugas
a) memberitahukan kepentingan tindakan
penggeledahan secara jelas dan sopan;
b) meminta maaf dan meminta kesediaan
orang yang digeledah atas terganggunya hak
privasi karena harus dilakukan pemeriksaan;
c) menunjukkan Surat Perintah Tugas dan
atau identitas petugas.
d) melakukan pemeriksaan untuk mencari
sasaran pemeriksaan yang diperlukan dengan
cara yang teliti, sopan, etis dan simpatik;
e)
melakukan tindakan penggeledahan
sesuai dengan teknik dan taktik pemeriksaan
untuk kepentingan tugas sesuai dengan batas
kewenangannya;
f) memperhatikan dan menghargai hak-hak
orang yang digeledah;
g) melaksanakan penggeledahan terhadap
perempuan oleh petugas perempuan;
h) melaksanakan pemeriksaan dalam waktu
yang secukupnya;
I) menyampaikan ucapan terima kasih atas
terlaksananya penggeledahan;

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

6 Dalam melakukan penggeledahan orang,
petugas dilarang:
a)
melakukan
penggeledahan
tanpa
memberitahukan
kepentingan
tindakan
penggeledahan secara jelas;
b)
melakukan tindakan penggeledahan
secara berlebihan
dan mengakibatkan
terganggunya hak privasi yang digeledah;
c) melakukan penggeledahan dengan cara
yang tidak sopan dan melanggar etika;
d) melakukan penggeledahan dengan cara
yang menyimpang dari teknik dan taktik
pemeriksaan, tindakan yang diluar batas
kewenangannya;
e) melecehkan dan/atau tidak menghargai
hak-hak orang yang digeledah;
f)
memperlambat
pelaksanaan
penggeledahan sehingga merugikan yang
digeledah;
g)
melakukan
penggeledahan
orang
perempuan oleh petugas laki-laki di tempat
terbuka dan melanggar etika;
hal
melakukan
tindakan
7 Dalam
penggeledahan tempat/rumah petugas wajib:
a) melengkapi administrasi penyidikan;
b)
memberitahukan
ketua
lingkungan
setempat tentang kepentingan dan sasaran
penggeledahan;
c)
memberitahukan
penghuni
tentang
kepentingan dan sasaran penggeledahan;
d) menunjukkan surat perintah tugas dan
atau kartu identitas petugas;
e)
melakukan
penggeledahan
untuk
mendapatkan barang atau orang dengan cara
yang teliti, sopan, etis dan simpatik serta
harus didampingi oleh penghuni;
f) melakukan tindakan penggeledahan sesuai
dengan tehnik dan taktik pemeriksaan untuk
kepentingan tugas sesuai dengan batas
kewenangannya;
g) menerapkan taktik penggeledahan untuk
mendapatkan hasil seoptimal mungkin
dengan cara sedikit mungkin menimbulkan
kerugian atau gangguan terhadap pihak yang
digeledah atau pihak lain;
h) dalam hal petugas mendapatkan benda
atau orang yang dicari, tindakan untuk
menangani barang bukti wajib disaksikan oleh
pihak yang digeledah atau saksi dan ketua
lingkungan;
I)
menyampaikan
terima
kasih
atas
terlaksananya penggeledahan;.
j) membuat berita acara penggeledahan yang
ditandatangani oleh petugas, pihak yang
digeledah dan para saksi;
hal
melakukan
penggeledahan
8 Dalam
tempat/rumah, petugas dilarang:
a) tanpa dilengkapi administrasi penyidikan;
b) tidak memberitahukan ketua lingkungan
setempat tentang kepentingan dan sasaran
penggeledahan;
c) tanpa memberitahukan penghuni tentang
kepentingan dan sasaran penggeledahan
tanpa alasan yang sah;
d) melakukan penggeledahan dengan cara
yang sewenang- wenang sehingga merusak
barang atau merugikan pihak yang digeledah;

e) melakukan tindakan yang menyimpang
dari kepentingan tugas yang diluar batas
kewenangannya;
f) melakukan penggeledahan dengan cara
yang berlebihan sehingga menimbulkan
kerugian atau gangguan terhadap hak-hak
yang digeledah;
g) melakukan pengambilan benda tanpa
disaksikan oleh pihak yang digeledah atau
saksi dari ketua lingkungan;
h) melakukan pengambilan benda yang tidak
ada kaitannya dengan tindak pidana yang
tenjadi;
i) bertindak arogan atau tidak menghargai
harkat dan martabat orang yang digeledah;
j)
melakukan
tindakan
menjebak
korban/tersangka untuk mendapatkan barang
yang direkayasa menjadi barang bukti;
k) tidak membuat berita acara setelah
melakukan penggeledahan;.
9 Kecuali dalam hal tertangkap tangan penyidik
tidak diperkenankan memasuki:
a) ruang dimana sedang berlangsung sidang
DPRD;
b) tempat dimana sedang berlangsung ibadah
dan/atau upacara keagamaan;
c) ruang dimana sedang berlangsung sidang
pengadilan;
d) dalam hal penggeledahan rumah dilakukan
diluar daerah hukum penyidik, penggeledahan
harus diketahui oleh ketua PN setempat dan
didampingi oleh penyidik dari daerah hukum
dimana penggeledahan itu dilakukan;
TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENYITAAN
NO
KEGIATAN /SOP
dapat
melakukan
penyitaan
1 Penyidik
dilengkapi dengan sprin sita yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang.
2 Penyitaan terhadap benda yang tidak
bergerak, surat maupun tulisan lainnya harus
dilengkapi dengan ijin khusus dari ketua
pengadilan setempat.
3 Pejabat yang berwenang menandatangani
sprin sita dan surat permintaan ijin khusus
penyitaan kepada Ketua Pengadilan Negeri
setempat adalah Dir Reskrim dan dilaporkan
kepada Kapolda.
4 Dalam hal melakukan penyitaan, penyidik
wajib:
a) melengkapi administrasi penyidikan;

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

b) melakukan penyitaan terhadap benda
yang ada hubungannya dengan perkara yang
idlakukan penyidikan;
c) memberitahu tujuan penyitaan kepada
pemilik;
d) menerapkan teknik dan taktik penyitaan
sesuai
dengan
peraturan
perundangundangan;
e) merawat barang bukti yang disita sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
f)
menyimpan barang bukti dirumah
penyimpanan
benda
sitaan
Negara
(Rupbasan);
g) membuat berita acara penyitaan dan
menyerahkan tanda terima barang yang disita
kepada yang menyerahkan /menguasai
barang yang disita;
h) dalam melakukan penyitaan barang bukti,
petugas dilarang:
(1) melakukan penyitaan tanpa dilengkapi
administrasi penyidikan;
(2) tidak memberitahu tujuan penyitaan;
(3) melakukan penyitaan benda yang tidak
ada hubungannya dengan perkara yang
sedang dilakukan penyidikan;
(4) melakukan penyitaan dengan cara yang
bertentangan dengan hukum;
(5) tidak menyerahkan tanda terima barang
yang disita kepada yang berhak;
(6) tidak membuat berita acara penyitaan
setelah selesai melaksanakan penyitaan;
(7) menelantarkan barang bukti yang disita
atau tidak melakukan perawatan barang bukti
sesuai
dengan
peraturan
perundangundangan;
(8) mengambil, memiliki, menggunakan, dan
menjual barang bukti secara melawan hak;

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PENANGANAN BARANG BUKTI
NO

KEGIATAN /SOP

1 Barang bukti yang dapat disita merupakan
benda yang diduga ada sangkut pautnya
dengan perkara pidana yang sedang
diselidiki/disidik dan dapat digunakan sebagai
pendukung alat pembuktian di dalam proses
persidangan.
2 Jenis Barang bukti yang dapat disita antara
lain:
a) benda atau tagihan tersangka yang diduga
ada kaitannya dengan tindak pidana atau
sebagal hasil dari tindak pidana;
b) benda yang telah digunakan secara
langsung
untuk
melakukan
atau
mempersiapkan tindak pidana;

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

3
4

5

6

7

8

c)
benda yang
dipergunakan
untuk
menghalang-halangi penyidikan;
d)
benda khusus yang dibuat atau
diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e) benda lain (temasuk serat optik) yang
mempunyai hubungan langsung dengan
tindak pidana yang dilakukan.
Kelengkapanan administrasi penyimpanan
dan penyerahan barang bukti.
Penyidik / penyidik pembantu yang akan
menitipkan barang bukti untuk disimpan
dirumah penitipan benda sitaan (Rupbasan)
harus menyertakan copy surat perintah
penyitaan barang bukti dan berita acara
penitipan barang bukti.
Penyidik / penyidik pembantu yang meminjam
barang bukti untuk proses penyidikan
sementara waktu dari Rupbasan, harus
menyertakan administrasi bon dari satuan
kerja penyidik / penyidik pembantu dan berita
acara pinjam pakai barang bukti.
Penyidik / penyidik pembantu yang akan
imengambil barang bukti dan diserahkan ke
jaksa penuntut umum harus menyertakan
administrasi bon dari satuan kerja penyidik /
penyidik pembantu, copy surat pengiriman
tersangka dan barang bukti, berita acara
pengambilan barang bukti.
Tata cara / proses pencatatan penerimaan
barang bukti.
a) penyidik / penyidik pembantu datang
sendiri ke ruang penitipan barang bukti,
dengan membawa persyaratan administrasi
yang telah ditentukan;
b) petugas melakukan penelitian terhadap
administrasi yang menyertai barang bukti
yang akan disimpan;
c) petugas berkoordinasi dengan penyidik /
penyidik pembantu yang menyerahkan,
tentang jenis barang bukti yang akan
disimpan untuk menentukan tata cara
penyimpanan dan perawatan terhadap barang
d) catat dalam buku register barang bukti;
e) masukkan barang bukti dalam kantong
plastik, amplop atau karung dan beri kode
penyimpanan yang menyebutkan ruang,
nomor rak tempat penyimpanan barang bukti
dimaksud;
f)
simpan barang bukti di tempat
penyimpanan sesuai peruntukannya.
Barang bukti dikeluarkan dari ruang
penyimpanan barang bukti, atas permintaan
penyidik / penyidik pembantu, untuk
selanjutnya diserahkan ke Jaksa penuntut
umum, untuk dilelang atas ijin ketua
pengadilan,
untuk
dimusnahkan
atau
diserahkan kembali kepada yang berhak,
dengan Iangkah - tangkah sebagai berikut:
a) penyidik menunjukkan tanda terima
barang bukti kepada petugas;
b) petugas mengambil barang bukti sesuai
dengan permintaan penyidik / penyidik
pembantu yang tertuang dalam nota bon
pengambilan barang bukti, berita acara dan
surat tanda terima;
c) penyidik melakukan pengecekan terhadap
barang bukti, apakah sesuai dengan
permintaan;

d)
penyidik
membuat
berita
acara
pengambilan
barang
bukti
yang
ditandatangani o!eh penyidik dan petugas;
e) petugas mencatat pengambilan barang
bukti di buku register pengambilan barang
bukti.

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PEMERIKSAAN SAKSI / TERSANGKA
NO
KEGIATAN /SOP
1 Penyidik yang diberikan Laporan Polisi dari
masing-masing Kanit wajib membuat ren lidik
/ ren sidik terhadap Laporan Polisi yang
diterima sebagai data awal untuk menentukan
pemanggilan, pemeriksaan terhadap saksi.
melakukan
pemanggilan
/
2 Penyidik
pemeriksaan saksi berdasarkan ren lidik / ren
sidik sesuai dengan pentahapan lidik / sidik.
terhadap
saksi,
penyidik
3 Pemeriksaan
memperhatikan limit waktu pemanggilan,
minimal
2 (dua) hari dalam kota dan luar
kota ± 7 (tujuh) hari.
4 Penyidik mencantumkan / menjelaskan dalam
surat panggilan kapastiannya harus jelas.
5 Pemeriksaan terhadap saksi, penyidik harus
menjelaskan sebelum dilakukan pemeriksaan
maksud dan tujuan pemeriksaan agar
dimengerti oleh saksi.
6 Penyidik dalam melaksanakan pemeriksaan
terhadap saksi harus transparan dengan
menggunakan bahasa yang santun dan
mudah dimengerti.
7 Penyidik dalam melaksanakan pemeriksaan
terhadap
saksi
harus
menjelaskan
permasalahan
/
posisi
kasus,
dan
mencantumkan pasal-pasal yang disangkakan
terhadap tersangka dalam BAP.
8 Pemeriksaan terhadap saksi boleh didampingi
penasihal hukum, pengacara, pendamping
sesuai peraturan KUHAP.
9 Selesai melaksanakan Pemeriksaan, BAP
dibacakan kembali oleh penyidik dengan
bahasa yang mudah dimengerti, dan apabila
terhadap saksi telah menyetujui atas BAP
yang diberikan maka ditanda tangani oleh
saksi yang diperiksa.
terhadap
tersangka
10 Pemeriksaan
dilaksanakan di kantor kesatuan penyidik
sesuai yang dinyatakan dalam surat
11 Dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap
saksi / tersangka, petugas dilarang:

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

a) memeriksa saksi / tersangka sebelum
didampingi (oleh Penasehal Hukumnya,
kecuali atas persetujuan yang diperiksa;
b) menunda-nunda waktu pemeriksaan tanpa
alasan yang sah, sehingga merugikan pihak
saksi / tersangka;
c) menanyakan keadaan kesehatan dan
kesiapan
yang
diperiksa
pada
awaI
pemeriksaan;
d) tidak menjelaskan status keperluan saksi /
tersangka dan tujuan pemeriksaan;
e)
mengajukan pertanyaan yang sulit
dipahami saksi / tersangka, atau dengan cara
membentak-bentak,
menakuti
atau
mengancam saksi / tersangka;
f) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak relevan dengan tujuan pemeriksaan;
g) melecehkan, merendahkan martabat
dan/atau tidak menghargai hak saksi /
tersangka;
h) melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan baik bersifat fisik atau psikis
dengan
maksud
untuk
mendapatkan
keterangan, informasi atau pengakuan;
I) memaksa saksi / tersangka untuk
memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan rahasia jabatannya;
j)
membujuk,
mempengaruhi
atau
memperdaya pihak yang diperiksa untuk
melakukan tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang dapat merugikan hak-hak saksi
/ tersangka;
k) melakukan pemeriksaan pada malam hari
tanpa didampingi oleh penasehal hukum
dan/atau tanpa alasan yang sah;
I) tidak memberikan kesempatan kepada
saksi
/
tersangka
untuk
istirahal,
melaksanakan ibadah, makan dan keperluan
pribadi lainnya tanpa alasan yang sah;
m) memanipulasi hasil pemeriksaan dengan
cara tidak mencatat sebagian keterangan
atau mengubah keterangan yang diberikan
saksi / tersangka yang menyimpang dari
tujuan pemeriksaan;
n) menolak saksi yang diajukan tersangka
yang meringankan untuk diperiksa;
o) menghalang-halangi penasehat hukum
untuk memberikan bantuan hukum kepada
saksi / tersangka yang diperiksa;
p) melakukan pemeriksaan di tempat yang
melanggar ketentuan hukum;
q)
tidak membacakan kembali hasil
pemeriksaan kepada saksi / tersangka
dengan bahasa yang mudah dimengerti,
sebelum pemeriksaan diakhiri;
r) melalaikan kewajiban tanpa tanda tangan
saksi / tersangka yang menyaksikan jalannya
pemeriksaan.

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP PEMERIKSAAN AHLI
NO
KEGIATAN /SOP
tingkat
pemeriksaan
apabila
1 Pada
diperlukannya
keterangan
ahil
dalam
penanganan kasus, maka penyidik bisa
melakukan pemanglan terhadap ahli untuk
dilakukan pemeriksaan sebagai ahli.
2 Sebelum memanggil ahli, penyidik harus
sudah dapat menentukan keterangan ahli
yang ada kaitannya / hubungannya dengan
perkara yang ditangani sehingga akan
mendapatkan
bukti
materiil
demi
kesempurnaan berkas perkara (seperti ahli
pidana dan ahli keperdataan).
3 Sebelum pelaksanaan pemeriksaan terhadap
ahIl terlebih dahutu penyidik memberitahukan
/ menginformasikan permasalahan (perkara
yang ditangani) sehingga tenaga ahli untuk
mempersiapkan bahan keterangan yang
dibutuhkan oleh penyidik.
4 Surat pemberitahuan (surat panggilan)
sebelum melaksanakan pemeriksaan terlebih
dahulu penyidik melaksanakan koordiriasi
dengan ahli yang dipanggil guna keperluan:
a) memberikan informasi tentang perkara
yang sedang disidik;
b) memberikan informasi tentang penjelasan
yang diharapkan dapat diperoleh dari ahli;
c) untuk menentukan waktu dan tempat
pemeriksaan ahli.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

TALIWANG, 31 OKTOBER 2016
a.n KEPALA KEPOLISIAN RESORT SUMBAWA BARAT
KASAT RESKRIM

I PUTU AGUS INDRA PERMANA S.I.K
IPTU NRP 90100276
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
RESORT SUMBAWA BARAT
SOP GELAR PERKARA
NO
KEGIATAN /SOP
1 Dalam hal melakukan penyidikan, penyidik
dapat melakukan gelar perkara:
a) gelar perkara biasa;
b) gelar Perkara luar biasa.
2 Tahapan gelar perkara biasa adalah sebagai
berikut:
a) awal penyidikan;
b) pertengahan penyidikan;
c) akhir penyidikan.

CHEK LIS
YA/ TIDAK/
SUDA BELUM

KET

3 Gelar perkara biasa dilaksanakan oleh tim
penyidik atau pengemban fungsi analis di
masing-masing kesatuan reserse yang
dipimpin oleh perwira pengawas atau pejabat
yang berwenang sesuai dengan jenis gelar
yang dilaksanakan.
4 Dalam hal sangat diperlukan penyelengaraan
gelar perkara biasa dapat menghadirkan
unsur-unsur terkait lainnya dari fungsi internal
polri, unsur dari CJS, instansi terkait lainnya
dan/atau pihak-pihak yang melapor dan yang
dilaporkan sesuai dengan kebutuhan gelar
perkara.
5 Penyidik melaksanakan gelar perkara untuk
kepentingan penyidikan yang dilaksanakan
dalam
awal
penyidikan,
pertengahan
penyidikan, dan akhir penyidikan, gelar
perkara intern dipimpin oleh kanit, kasat yang
bertujuan untuk:
a) meningkatkan tindakan lidik menjadi
tindakan sidik;
b) tentukan kriteria kesulitan sidik;
c) rumuskan ren sidik;
d) tentukan pasal-pasal yang diterapkan;
e) tentukan skala prioritas penindakan dalam
sidik;
f) tentukan